Anda di halaman 1dari 11

Referat Etika Hukum dan Kesehatan

HOSPITAL BYLAWS

Oleh :

dr. Irghea Puti Raudha

2120322014

Dosen Pengampu :

Dr. H. Ikhsan Yusda PP, SH, LLM

PROGRAM STUDI MAGISTER ADMINISTRASI RUMAH SAKIT

PASCASARJANA FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS ANDALAS

2022
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Rumah sakit adalah fasilitas kesehatan yang melayani pasien rawat jalan, pasien rawat inap
dan pasien gawat darurat dengan seluruh fasilitas pendukung yang dimilikinya. Setiap rumah
sakit harus menetapkan aturan yang mengatur bagaimana pelayanan kesehatan diberikan untuk
dapat melaksanakan kegiatannya. Hal ini diatur dalam peraturan rumah sakit yaitu Hospital
Bylaws yang ditetapkan oleh pemilik rumah sakit dan menjadi pedoman yang mengatur tata
cara di rumah sakit.1
Di masa lalu, rumah sakit sering dianggap sebagai lembaga sosial yang kebal hukum
berdasarkan Doctrin of Charitable Immunity. Namun terjadi perubahan paradigma rumah sakit
dari lembaga sosial menjadi lembaga sosio-ekonomi yang berarti rumah sakit tetap memiliki
tanggung jawab sosial, tetapi dalam pengelolaan keuangannya menerapkan prinsip-prinsip
ekonomi. Perubahan ini diikuti dengan perubahan peraturan mengenai penyelenggaraan rumah
sakit yang membuat rumah sakit dapat dijadikan sebagai subjek hukum, dan sebagai target
gugatan atas perilakunya yang dinilai merugikan oleh masyarakat yang semakin kritis. Oleh
karena itu, perlu diantisipasi dengan adanya kejelasan tentang peran dan fungsi masing-masing
pihak yang berkepentingan dalam pengelolaan rumah sakit baik Pemilik, Pengelola dan Staf
Medik di Rumah Sakit, yang diatur dalam Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws)
yang merupakan konstitusi bagi pengelolaan organisasi.2
Di era globalisasi ini tingkat pendidikan, pergaulan sosial, dan kondisi ekonomi
mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk memperoleh keadilan disertai dengan kasus
kelalaian medis belakangan seperti terjadinya suatu kejadian yang tidak diharapkan, dimana
seorang pasien yang sedang dirawat di rumah sakit mengalami suatu kejadian yang berakibat
negatif.1 Oleh karena itu diperlukan hospital bylaw guna memenuhi tuntutan dan melindungi
pemilik Rumah Sakit, penyelenggara rumah sakit, tenaga kesehatan serta melindungi pasien.

1.2 Tujuan Penulisan


Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui tentang bagaimana kebijakan
Hospital Bylaws.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Hospital Bylaws


Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur tata
cara penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi dan peraturan internal
staf medis yang disusun dalam rangka menyelenggarakan tata kelola rumah sakit yang baik
(good corporate governance) dan tata kelola klinis yang baik (good clinical governance).3
Hospital bylaws berasal dari dua kata yaitu hospital (rumah sakit) dan bylaws (peraturan
setempat atau internal). Oleh karena itu hospital bylaws dapat diterjemahkan sebagai
peraturan internal rumah sakit. Peraturan rumah sakit secara konstitusi mengatur anggaran
rumah tangga sebuah rumah sakit, secara yuridis hal ini tidak dapat dicampur dengan aturan
yang seharusnya ditetapkan oleh eksekutif yaitu direktur rumah sakit terhadap suatu produk
hukum. Kekeliruan utama dalam memahami peraturan internal rumah sakit diantaranya
menganggap bahwa peraturan tersebut berisikan seperangkat standar operasional prosedur
(SOP) rumah sakit, seperangkat peraturan direksi untuk menyelenggarakan rumah sakit,
kebijakan tertulis rumah sakit, dan deskripsi tugas tenaga kesehatan beserta petugas rumah
sakit.2
Terjemahan bylaws diantaranya konstitusi, statuta, dan anggaran dasar yang merupakan
bentuk produk internal tertinggi yang mengatur suatu organsisasi atau institusi. Mengacu pada
pengertian bylaws rumah sakit yang merupakan dasar hukum yang lebih tinggi daripada
direktur rumah sakit dan konsekuensi logisnya tidak memuat hal – hal teknis manajerial.
Peraturan internal rumah sakit bersifat “tailor made” yaitu disesuaikan dengan situasi serta
kondisi spesifik dari rumah sakit terkait dan mengatur pemilik rumah sakit atau yang mewakili
seperti direktur dan staf medis rumah sakit. Terdapat dua kelompok peraturan rumah sakit
diantaranya,2
a. Peraturan internal rumah sakit
1. Mempunyai jenjang tertinggi karena berasal dari konstitusi atau anggaran
rumah tangga suatu rumah sakit.
2. Disusun dan ditetapkan oleh pemilik rumah sakit atau yang mewakili.
3. Pada umumnya mengatur tentang visi, misi tujuan organisasi rumah sakit
dan hubungan pemilik, direktur rumah sakit dan staff medis.
b. Kebijakan teknis operasional
1. Acuan untuk menyusun adalah peraturan internal rumah sakit.
2. Disusun dan ditetapkan oleh direktur rumah sakit.
3. Pada umumnya terdiri dari kebijakan dan prosedur di bidang administrasi,
medis, penunjang medis dan keperawatan.
4. Kebijakan teknis ada yang berupa surat keputusan sebagai contoh surat
keputusan pengangkatan, penempatan atau pemberhentian pegawai.
Pembuatan surat keputusan tersebut tentunya berdasarkan pelimpahan
kewenangan yang tercantum di dalam peraturan internal rumah sakit.
Peraturan internal rumah sakit terkait dengan tiga unsur penting yang disebut sebagai triad
diantaranya pemilik atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan staf medis. Mengacu
terhadap triad ini maka dibentuk 2 set peraturan internal rumah sakit, yaitu :2
1. Peraturan internal yang mengatur hubungan pemilik atau yang mewakili dengan
direktur rumah sakit (pengelola rumah sakit) yang disebut peraturan internal
korporat (corporate bylaws).
2. Peraturan internal yang mengatur staf medis yang disebut peraturan internal staf
medis (medical staff bylaws).
2.1.1 Corporate Bylaws
Istilah korporat pada umumnya digunakan untuk badan umum swasta maka rumah
sakit pemerintah dapat menggunakan istilah institusi sehingga peraturan internal korporat
dapat disebut sebagai peraturan internal institusi. Macam kepemilikan rumah sakit di
Indonesia diantaranya rumah sakit milik pemerintah (departemen kesehatan, departemen
kesehatan dengan departemen keuangan, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah
kabupaten/kota, departemen hankam/POLRI, dan BUMN) dan rumah sakit milik swasta
(Yayasan, perseroan terbatas/PT, dan badan hukum lainnya).2
Bentuk badan hukum rumah sakit diperlukan agar dapat mengetahui mana yang
disebut pemilik atau yang mewakili sehingga memudahkan dalam meyusun peraturan
mengenai komposisi atau keanggoataan, kewenangan dan tanggung jawab yang lebih rinci
serta pengaturan rapat. Bentuk badan hukum rumah sakit dikelompokkan menjadi :2
1. Perusahaan jawatan
Mengacu dari Peraturan Pemerintah No 6 tahun 2000 tentang Perusahaan
Jawatan. Peraturan pemerintah tentang pembentukan perusahaan jawatan sudah
dapat disebut dengan peraturan internal korporat karena sudah mengatur mengenai
pengorganisasian pemilik atau yang memiliki, tugas, wewenang pemilik atau yang
mewakili dan tugas direktur rumah sakit. Menurut PP No 6 tahun 2000 direksi
rumah sakit perjan memiliki peran sebagai governing body, oleh karena itu
penetapan peraturan internal rumah sakit pada rumah sakit perjan dapat dilakukan
oleh direksi karena dianggap mewakili pemilik rumah sakit.
2. Yayasan
Mengacu dari Undang – Undang No 16 tahun 2001 tentang yayasan dan
akte yayasan dari masing – masing rumah sakit. Pada rumah sakit Yayasan yang
dimaksud mewakili pemilik adalah pengurus Yayasan.
3. Perseroan Terbatas (PT)
Mengacu dari bentuk badan hukum PT adalah undang – undang nomor 1
tahun 1995 tentang perseroan terbatas dan akte perseroan terbatas dari masing –
masing rumah sakit. Pada rumah sakit PT yang dimaksud pemilik atau yang
mewakili adalah Board of Director.
4. Pemerintah
5. Badan hukum lainnya
2.1.2 Medical Staff Bylaws
Peraturan internal staf medik adalah peraturan internal rumah sakit yang mengatur
staf medis. Hal yang dimaksud dengan staf medis adalah dokter tetap, dokter tamu, dokter
spesialis/konsultan, staf tenaga kesehatan lain (perawat, bidan, petugas farmasi, petugas
laboratorium, petugas radiologi, dan tenaga kesehatan lainnya), staf pengajar dan residen
(untuk rumah sakit pendidikan).2
Tujuan disusunnya peraturan internal staf medis :5
1. Menimbulkan kerjasama yang baik antar staf medis, pemilik atau yang mewakili
dan pimpinan administratif rumah sakit.
2. Mewujudkan sinergisme antara manajemen dan profesi medis untuk tercapainya
kepentingan pasien.
3. Mengarahkan agar staf medis bertanggungjawab atas mutu pelayanan medis rumah
sakit.
Fungsi disusunnya peraturan internal staf medis :5
1. Menggambarkan struktur organisasi staf medis di RS.
2. Menetapkan prosedur dan persyaratan penerimaan tenaga medis di RS.
3. Menetapkan mekanisme peer-review, re-appoinment, clinical privilege, dll
4. Menetapkan prosedur pengajuan permohonan sebagai staf medis
5. Acuan dalam pemberian pelayanan sesuai standar pelayanan profesi dan kode etik
profesi medis.

2.2 Penyusunan Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws)


Peraturan internal rumah sakit adalah “tailor made” maka pada penyusunan peraturan
internal rumah sakit hindari meniru peraturan internal rumah sakit lain karena semua rumah
sakit tidaklah sama. Sebelum menyusun peraturan internal rumah sakit harus melakukan legal
audit untuk mengkaji dan menelaah semua peraturan perundang – undangan dasar
penyelenggaraan rumah sakit (melihat apakah sudah kadaluwarsa, ada duplikasi atau ada
ditemukan pertentangan). Peraturan internal rumah sakit wajib dilaksanakan sebagai acuan
dalam penyelesaian permasalahan/konflik internal rumah sakit.2
Langkah penyusunan Hospital Bylaws :2
1. Pembentukan tim penyusun (pemilik/perwakilan RS, direktur RS dan komite
medik)
2. Pertemuan tim penyusun dan menyusun kerangka konsep
3. Melakukan legal audit melalui konsultan luar atau badan hukum struktur organisasi
sendiri.
4. Penyusunan draf peraturan internal rumah sakit
5. Pembahasan draf peraturan internal rumah sakit
6. Penyempurnaan draf peraturan internal rumah sakit
7. Finalisasi peraturan internal rumah sakit
8. Sosialisasi peraturan internal rumah sakit
9. Monitoring dan evaluasi
2.3 Tujuan Hospital by Law
2.3.1. Tujuan Umum
Tujuan umum peraturan internal rumah sakit dibentuk agar memiliki suatu tatanan
peraturan dasar yang mengatur pemilik rumah sakit atau yang mewakili, direktur rumah
sakit dan tenaga medis sehingga penyelenggaraan rumah sakit dapat efektif, efisien dan
berkualitas.2
2.3.2 Tujuan Khusus
a. Sebagai pedoman aspek hukum oleh rumah sakit dalam hubungannya dengan
pemilik atau yang mewakili, direktur rumah sakit dan staf medis.
b. Sebagai pedoman aspek hukum dalam pembuatan kebijakan teknis operasional
rumah sakit.
c. Sebagai pedoman aspek hukun dalam pengaturan staf medis.2

2.4 Manfaat Hospital by Law


a. Terhadap rumah sakit2
⎯ Sebagai acuan aspek hukum dalam bentuk konstitusi.
⎯ Rumah sakit dapat memiliki kepastian hukum baik eksternal maupun internal yang
dapat menjadi alat atau sarana perlindungan hukum bagi rumah sakit atas tuntutan
maupun gugatan.
⎯ Menunjang persyaratan akreditasi rumah sakit.
⎯ Sebagai alat atau sarana dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit.
⎯ Rumah sakit dapat memiliki kejelasan arah dan tujuan dalam melaksanakan
kegiatannya.
b. Terhadap pengelola rumah sakit2
⎯ Sebagai acuan tentang batas kewenangan, hak dan kewajiban serta tanggung jawab
yang jelas sehingga memudahkan dalam menyelesaikan masalah yang timbul
sehingga dapat menjaga hubungan serasi dan selaras.
⎯ Sebagai pedoman resmi untuk menyusun kebijakan teknis operasional.
c. Terhadap pemerintah2
⎯ Mengetahui arah dan tujuan rumah sakit tersebut didirikan.
⎯ Sebagai acuan dalam menyelesaikan konflik di rumah sakit.
d. Terhadap pemilik rumah sakit2
⎯ Mengetahui tugas dan kewajibannya.
⎯ Sebagai acuan dalam menyelesaikan konflik internal.
⎯ Sebagai acuan dalam menilai kinerja direktur rumah sakit.
e. Terhadap masyarakat2
⎯ Mengetahui visi, misi dan tujuan rumah sakit.
⎯ Mengetahui hak dan kewajiban pasien.
2.5 Dasar Hukum
1. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Pasal 29 ayat (1) huruf (r) Tentang Rumah Sakit,
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) merupakan peraturan organisasi
Rumah Sakit (Corporate Bylaws) dan Peraturan Staf Medis Rumah Sakit (Medical
Staff by Laws) yang disusun dalam rangka menyelenggarakan tata kelola Perusahaan
yang baik (Good Corporate Governance) dan tata kelola klinis yang baik (Good
Clinical Governance).3
2. Pedoman Penyusunan Hospital By Law diatur pada Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia No. 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang Pedoman Peraturan Internal
Rumah Sakit (Hospital Bylaws). Saat ini sudah tidak berlaku dan diganti.4
3. Keputusan Menteri Kesehatan No. 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman
Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws).5
4. Peraturan dasar dalam penyelenggaraan rumah sakit2
⎯ Konstitusi korporasi
▪ AD Perseroan Terbatas (PT).
▪ AD Yayasan..
▪ PP perusahaan jawatan (Perjan)
▪ Peraturan lain yang terkait dengan bentuk badan hukum pemilik rumah
sakit.
⎯ Peraturan perundang – undangan tentang kesehatan dan perumahsakitan
▪ Undang – undang kesehatan.
▪ Peraturan dan perundang – undangan yang mengatur rumah sakit.
⎯ Kebijakan kesehatan pemerintah setempat
▪ Kebijakan perizinan.
▪ Kebijakan pelaporan.
⎯ Peraturan internal rumah sakit
⎯ Kebijakan teknis operasional rumah sakit
▪ SOP (Standard Operational Procedure).
▪ Job description.
⎯ Aturan hukum umum
▪ KUHP
▪ Undang – undang lingkungan.
▪ Undang – undang tenaga kerja.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Pedoman peraturan internal rumah sakit (Hospital Bylaws) disusun agar menjadi acuan
bagi semua rumah sakit dalam menyusun peraturannya masing – masing agar mampu
meningkatkan mutu pelayanan medis. Hal ini dikarenakan rumah sakit rawan mengalami konflik
seperti kasus kelalaian medis, kejadian tidak diharapkan yang mengakibatkan cedera pada pasien.
Dalam era globalisasi ini terjadi peningkatan kesadaran hukum sehingga meningkatkan tuntutan
masyarakat terhadap pelayanan rumah sakit. Oleh karena itu sangat dibutuhkan peraturan internal
rumah sakit yang diharapkan mampu menyelesaikan konflik yang muncul dikemudian hari.

3.2 Saran
1. Setiap rumah sakit diharapkan memiliki hospital bylaws yang personalised/sesuai dengan
visi, misi dan tujuan rumah sakitnya.
2. Perlu dilakukan peninjauan berkala agar peraturan internal rumah sakit dapat tetap up to
date.
DAFTAR PUSTAKA

1. Leana A, Bachtiar A. (2017). An Analysis of The Hospital Bylaws Policies to Protect


Healthcare Workers Against Indictments of Adverse Events. Jakarta : Journal of Indonesian
Health Policy and Administration Vol. 02, No. 1, hal 12 – 17
2. Departemen Kesehatan RI. (2002). Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
Bylaws). Jakarta : Direktorat Jendral Pelayanan Medik.
3. Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 Pasal 29 Tentang Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 772/Menkes/SK/VI/2002 tentang
Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws).
5. Keputusan Menteri Kesehatan No. 631/Menkes/SK/IV/2005 tentang Pedoman Peraturan
Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws).

Anda mungkin juga menyukai