(STATUTA)
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pelayanan klinis merupakan core business dari Rumah Sakit yang perlu mendapat perhatian
khusus terutama yang menyangkut dengan keselamatan pasien dan profesionalisme dalam
pelayanan. Upaya pengembangan sistem pelayanan klinis dilakukan melalui penerapan good
clinical governance, agar pelayanan kesehatan dapat terselenggara dengan baik berdasarkan
standar pelayanan yang tinggi serta dilakukan pada lingkungan kerja yang memiliki tingkat
keamanan dan profesionalisme tinggi. Agar menjadi acuan atau pedoman dalam pelaksanaan
kegiatan perbaikan mutu dan jaminan keselamatan pasien, maka upaya peningkatan mutu
klinis tersebut harus dituangkan dalam dokumen peraturan internal (Pola Tata Kelola Rumah
Sakit).
Terkait dengan penyusunan Pola Tata Kelola (peraturan internal), maka Undang-Undang
Rumah Sakit No. 44/2009 Pasal 29 ayat (1) huruf r menyatakan bahwa “Setiap Rumah Sakit
mempunyai kewajiban menyusun dan melaksanakan peraturan internal Rumah Sakit”,
disamping untuk menunjang persyaratan perizinan maupun akreditasi bagi semua
Rumah Sakit, juga sebagai sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit yang
memiliki kejelasan arah dan tujuan dalam melaksanakan kegiatannya.
Sehubungan dengan adanya hal-hal baru yang diatur dalam UU Kesehatan No. 36/2009 dan
UU Rumah Sakit No.44/2009 maupun peraturan perundangan lainnya seperti “prinsip
mengutamakan keselamatan pasien (Patient Safety)”, “pengaturan Kewenangan Klinis (clinical
privilege) dalam Peraturan Staf Medis Rumah Sakit (Medical Staff Bylaws)”, dan berbagai
masalah aktual misalnya penyelesaian komplain dari konsumen kesehatan yang dapat
berujung pada konflik dan sengketa, maka pembaharuan terhadap Peraturan Internal Rumah
Sakit yang telah dimiliki oleh sebagian besar Rumah Sakit menjadi sangat perlu.
3. Manfaat
a. Sebagai acuan bagi Pemilik Rumah Sakit dalam menjalankan pembinaan dan pengawasan
terhadap Rumah Sakit.
b. Sebagai acuan bagi Manajemen Rumah Sakit dalam mengelola Rumah Sakit dan menyusun
kebijakan yang bersifat teknis manajerial/operasional di bidang administrasi, klinis/medis,
penunjang medis, keperawatan, tenaga kesehatan dan petugas Rumah Sakit dalam
penyelenggaraan kegiatan di Rumah Sakit.
c. Sarana untuk menjamin efektifitas, efisiensi dan mutu pelayanan Rumah Sakit.
d. Sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkaitan dengan Rumah Sakit.
e. Sebagai acuan bagi penyelesaian konflik di Rumah Sakit.
TENTANG
Menimbang : a. bahwa Rumah Sakit tidak lagi sebagai lembaga social yang kebal hukum
tetapi telah bergeser menjadi lembaga yang dapat sebagai subyek hukum;
b. bahwa perubahaan paradikma tersebut perlu ditindaklanjuti dengan
penyusunan Peraturan Internal yang mengatur peran dan fungsi pemilik,
pengelola dan staf medis bagi Rumah Sakit dalam menyusun Peraturan
Internal tersebut;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a
dan b, Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital byLaws) perlu ditetapkan
dengan Keputusan Ketua Yayasan Santo Lukas.
Mengingat : 1. Undang – undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
2. Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan;
3. Undang – Undang No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
4. Peraturan Pemerintah No. 32 Tahun 1966 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Pemerintah No. 77 tahun 2015 tentang Pedoman Organisasi
Rumah Sakit;
6. Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman Penyusunan
dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal (SPM);
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 10 Tahun 2014 tentang Dewan Pengawas
Rumah Sakit;
8. Peraturan Menteri Kesehatan No. 3 tahun 2020 tentang Klasifikasi dan
Perizinan Rumah Sakit.
------------------------ MEMUTUSKAN ------------------------
Menetapkan :
KEPUTUSAN KETUA YAYASAN SANTO LUKAS KEUSKUPAN AMBOINA TENTANG
PERATURAN INTERNAL RUMAH SAKIT
(HOSPITAL BYLAWS).
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Istilah dan Pengertian
Arti Logo :
“ Memberikan pelayanan kepada sesama dengan penuh kasih sayang seturut teladan Yesus
Kristus sebagai penelamat dengan menjiwahi semangat terang Roh Kudus maka kita akan
memperoleh kemenangan/kesembuhan ”.
(5) Stempel RS Hative Passo
Pasal 3
Tujuan dan Filosofi
Pasal 4
Visi, Misi dan Motto
1. Visi Rumah Sakit Hative Passo adalah : Menjadi alat Tuhan untuk menghadirkan kebaikan dan
kesembuhan
2. Misi Rumah Sakit Hative Passo adalah :
a. Melayani pasien dengan penuh kasih sayang
b. Memberikan pelayanan kesehatan yang cepat, tepat dan manusiawi.
3. Motto Rumah Sakit Hative Passo adalah : Kesembuhan Anda Kebahagiaan Kami
Pasal 5
Nilai-nilai Dasar
Demi tercapainya visi dan misi Rumah Sakit Hative Passo, adapun keyakinan dan nilai dasar yang
memberikan panduan bagi seluruh personel dalam pengambilan keputusan disepanjang perjalanan
untuk mewujudkan misi Rumah Sakit. Nilai-nilai yang dimaksud adalah :
a. kasih : dalam melaksanakan tugas, selalu berdasarkan kasih yang mampu menjamin keamanan
dan kenyamanan dalam memberikan pelayanan kepada pasien maupun kepada masyarakat
sekitar.
b. kejujuran : demi membangun kepercayaan diantara personel, pimpinan perlu menyatakan
yang sebenarnya kepada tenaga kerjadan sebaliknya tenaga kerja kepada pimpina,
transparansi dalam pelayanan dan keuangan, pemanfaatan semua sumber daya, waktu secara
tepat dan sesuai keberuntukan.
c. integritas : mewujudkan komitmen yang telah dibuat menjadi suatu realitas dalam tindakan
nyata.
d. kerjasama : membangun tim kerja yang solid, loyal terhadap rumah sakit.
e. kesabaran : kekuatan hati personel untuk menerima perbedaan yang terjadi baik dari dalam
dirinya maupun dari luar.
Pasal 6
Pelayanan yang Diberikan
Peraturan Internal Rumah Sakit | 11
(1) Rumah Sakit Hative Passo memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk
berbagai penyakit disesuaikan dengan fasilitas dan tenaga staf medik yang ada.
(2) Rumah Sakit Hative Passo mempunyai fasilitas khusus untuk pelayanan laboratorium,
radiologi, poli gigi, kamar bedah, kamar bersalin, apotik dan IGD 24 jam.
(3) Hanya tenaga dokter yang sudah terdaftar di Rumah Sakit Hative Passo yang diizinkan untuk
merawat dan mengobati pasien.
(4) Menyelenggarakan pelayanan rujukan pasien.
(5) Menyelenggarakan administrasi umum dan keuangan.
Pasal 7
Kegiatan Rumah Sakit
Kegiatan Rumah Sakit meliputi kegiatan pelayanan medis, pelayanan penunjang medik dan
pelayanan non medis yang terkait dengan pelayanan Rumah Sakit dalam bentuk :
a. Pelayanan medis terdiri dari :
1) Pelayanan Rawat Jalan dan Pelayanan Rawat Inap
2) Pelayanan Gawat Darurat
3) Pelayanan Persalinan
4) Prosedur Diagnostik
5) Pelayanan Operasi
6) Pelayanan preventif : Edukasi kesehatan , Pelayanan imunisasi dan Skrining kesehatan
7) Promosi kesehatan.
b. Pelayanan Penunjang Medik terdiri dari:
1) Radiologi
2) Laboratorium
3) Farmasi
4) Rekam Medis
5) Gizi dan Nutrisi
6) Sterilisasi Sentral
7) Kesling
Pasal 8
Fungsi Sosial Rumah Sakit
Rumah Sakit berperan secara aktif memberikan kontribusi kepada komunitas sehingga masyarakat
memiliki pengetahuan tentang kesehatan dan mampu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat secara mandiri melalui :
a. Edukasi kepada awam, komunitas khusus, perusahaan, termasuk masyarakat sekitar.
b. Bakti sosial, meliputi pemeriksaan dan layanan kesehatan dan pengobatan.
c. Mencari input dari masyarakat melalui berbagai pertemuan untuk memperbaiki atau
menambah pelayanan Rumah Sakit sesuai dengan kebutuhan masyarakat.
Pasal 9
(1) Keseluruhan peraturan dasar Rumah Sakit Hative Passo terdiri atas :
a. Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga,
b. Peraturan Rumah Sakit, dibagi di dalam dua kelompok bidang yaitu peraturan korporasi dan
peraturan staf medis.
c. Surat Keputusan; memuat kebijakan-kebijakan yang ditentukan direksi, berbagai keputusan
yang diputuskan di rapat direksi, pengangkatan dan pemberhentian tenaga kerja dan hal-
hal lain yang memerlukan dibuat secara tertulis.
d. Pengumuman, memuat pemberitahuan sesuatu agar diketahui oleh seluruh jajaran di
rumah sakit.
(2) Peraturan ini urutannya berjenjang memakai azas hukum “Lex Speciale Derogat Lex Generale”
sehingga peraturan yang lebih rendah mengikuti peraturan yang lebih tinggi.
BAB IV
PEMILIK DAN BADAN PENGAWAS
Pasal 10
Pemilik
(1) Pemilik Rumah Sakit adalah Keuskupan Amboina melalui Yayasan Santo Lukas
d. menilai dan menyetujui rencana anggaran dan rencana strategi Rumah Sakit; (b)
h. menunjuk atau menetapkan direksi Rumah Sakit, dan melakukan evaluasi tahunan
terhadap kinerja masing-masing individu direksi dengan menggunakan proses dan kriteria
yang sudah baku; (e)
l. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien dan hak dan kewajiban rumah sakit di
laksanakan di rumah sakit;
m. mengawasi kepatuhan penerapan etika rumah sakit, etika profesi dan peraturan
perundang-undangan.
Pasal 11
Badan Pengawas
(1) Dewan Pengawas dibentuk dengan keputusan Pengurus atas usulan Direktur.
(2) Dewan Pengawas beranggotakan paling banyak 5 (lima) orang dan seorang daripadanya
ditetapkan sebagai Ketua Dewan Pengawas.
Pasal 12
Tugas, Fungsi, Tanggung jawab, Kewajiban, dan Kewenangan
(1) Dewan Pengawas bertugas melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pengelolaan
Rumah Sakit yang dilakukan oleh Direksi.
(2) Dewan Pengawas berfungsi sebagai pelaksana yang melaksanakan peran Yayasan dalam
bidang pembinaan dan pengawasan.
(3) Dewan Pengawas bertanggung jawab kepada Yayasan melalui Pengurus mengenai
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan jalannya Rumah Sakit.
(4) Dewan Pengawas berkewajiban:
a. menentukan arah kebijakan Rumah Sakit;
b. menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana strategis;
c. menilai dan menyetujui pelaksanaan rencana anggaran;
d. mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan kendali biaya;
e. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien;
f. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban Rumah Sakit; dan
g. mengawasi kepatuhan penerapan etika Rumah Sakit, etika profesi, dan peraturan
perundang-undangan.
(5) Dewan Pengawas dalam melaksanakan tugasnya berwenang:
Pasal 13
Pelaporan
Pasal 14
Keanggotaan Dewan Pengawas
Pasal 15
Masa Jabatan Dewan Pengawas
(1) Masa jabatan anggota Dewan Pengawas ditetapkan selama 5 (lima) tahun, dan dapat diangkat
kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.
(2) Jabatan sebagai Badan Pengawas tidak boleh dirangkap dengan salah satu jabatan di Rumah
Sakit
(3) Anggota Dewan Pengawas dapat diberhentikan sebelum masa jabatannya habis oleh Pengurus
apabila:
a. tidak dapat melaksanakan tugasnya dengan baik sesuai ketentuan perundang-undangan;
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT
Pasal 16
Susunan Organisasi Rumah Sakit Hative Passo terdiri dari Pejabat Struktural dan Pejabat Non
Struktural.
a. Pejabat Struktural Rumah Sakit Hative Passo terdiri dari :
1) Direktur
2) Kepala Bidang
3) Kepala Instalasi/Ruang
b. Pejabat Struktural Rumah Sakit Hative Passo, terdiri dari :
1) Kepala Komite Medis
2) Kepala Komite Keperawatan
3) Kepala Komite Nakes Lainnya
4) Kepala Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
5) Kepala Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
6) Kepala Komite Etik dan Hukum
7) Kepala Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
8) Kepala Komite Farmasi dan Terapi
Pasal 17
Bagan Struktur Organisasi
Bagan Struktur Organisasi Rumah Sakit Hative Passo ditetapkan sebagai mana tercantum pada
Peraturan Internal (Hospital by Laws) ini :
(1) Komite-komite adalah wadah nonstruktural yang terdiri atas tenaga ahli atau profesi yang
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada Direksi dalam rangka peningkatan
dan pengembangan pelayanan Rumah Sakit.
(2) Pembentukan komite di Rumah Sakit disesuaikan dengan kebutuhan serta ketentuan yang
berlaku.
(3) Pembentukan dan perubahan jumlah dan jenis komite ditetapkan oleh Direktur setelah
mendapat persetujuan dari Pengurus.
(4) Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit.
(5) Organisasi komite terdiri atas ketua, sekretaris, dan anggota.
(6) Ketua Komite diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Rumah Sakit setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Pengurus.
(7) Masa jabatan Ketua Komite adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali maksimal 2
periode jabatan.
(8) Komite yang ada di Rumah Sakit terdiri atas:
a. Komite Medis;
b. Komite Keperawatan;
c. Komite Nakes Lain
d. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
e. Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
f. Komite Etika dan Hukum
g. Komite Mutu dan Keselamata Pasien
h. Komite Farmasi dan Therapi
(9) Masing-masing Komite memiliki peran yang berbeda sesuai dengan fungsi dan kewenangan
yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
(10) Pengaturan mengenai Komite Medis dan Komite Keperawatan akan diatur secara khusus
dalam buku Peraturan Internal Staf Medis dan Peraturan Internal Staf Keperawatan.
(1) Ketua Komite Medis ditetapkan Direktur dengan memperhatikan masukan dari staf medis.
(2) Sekretaris Komite Medis dan Ketua Sub komite ditetapkan oleh Direktur berdasarkan
rekomendasi dari Ketua Komite Medis dengan memperhatikan masukan dari staf medis.
(3) Komite Medis mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf medis yang bekerja di
rumah sakit dengan cara :
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan medis;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan prilaku profesi medis.
Pasal 21
Komite Keperawatan
(1) Ketua Komite Keperawatan ditetapkan oleh Direktur dengan memperhatikan masukan dari
staf keperawatan.
(2) Sekretaris Komite Keperawatan dan Ketua Subkomite ditetapkan oleh Direktur berdasarkan
rekomendasi dari Ketua Komite Keperawatan dengan memperhatikan masukan dari staf
keperawatan
(3) Komite Keperawatan mempunyai fungsi meningkatkan profesionalisme staf keperawatan yang
bekerja di rumah sakit dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf keperawatan yang akan melakukan pelayanan
keperawatan di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf keperawatan dan
c. menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi keperawatan.
Pasal 22
Komite Nakes Lain
(1) Ketua Komite Nakes Lainnya ditetapkan oleh Direktur dengan memperhatikan masukan dari
staf Nakes Lainnya.
(2) Sekretaris Komite Nakes Lainnya dan Ketua Sub komite ditetapkan oleh Direktur berdasarkan
rekomendasi dari Ketua Komite Nakes Lainnya dengan memperhatikan masukan dari staf
Nakes Lainnya;
(3) Komite Nakes Lainnya mempunyai tugas meningkatkan profesionalisme staf Nakes Lainnya
yang bekerja di rumah sakit dengan cara:
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf staf Nakes Lainnya yang akan melakukan pelayanan
di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf Nakes Lainnya; dan
c. menjaga disiplin, etika dan perilaku profesi Nakes Lainnya.
Pasal 23
Peraturan Internal Rumah Sakit | 22
Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
(1) Ketua dan Anggota Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit diangkat dan
diberhentikan oleh Direktur setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pengurus.
(2) Masa jabatan Ketua dan Anggota Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit
adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali maksimal 2 periode.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Rumah Sakit bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
Pasal 24
Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
(1) Ketua dan Anggota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Rumah Sakit diangkat dan
diberhentikan oleh Direktur setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pengurus.
(2) Masa jabatan Ketua dan Anggota Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba Rumah Sakit
adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali maksimal 2 periode.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba
Rumah Sakit bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
Pasal 25
Komite Etik dan Hukum Rumah Sakit
(1) Ketua dan Anggota Komite Etik Rumah Sakit diangkat dan diberhentikan oleh Direktur
Rumah Sakit setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pengurus.
(2) Masa jabatan Ketua dan Anggota Komite Etik Rumah Sakit adalah 3 (tiga) tahun dan dapat
diangkat kembali maksimal 2 periode.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya Komite Etik Rumah Sakit bertanggung jawab
langsung kepada Direktur.
Pasal 26
Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
(1) Ketua dan Anggota Komite Mutu dan Keselamatan Pasien diangkat dan diberhentikan oleh
Direktur setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pengurus.
(2) Masa jabatan Ketua dan Anggota Komite Mutu dan Keselamatan Pasien adalah 3 (tiga)
tahun dan dapat diangkat kembali maksimal 2 periode.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
Pasal 27
(1) Ketua dan Anggota Komite Farmasi dan Therapi diangkat dan diberhentikan oleh Direktur
setelah mendapat persetujuan tertulis dari Pengurus.
(2) Masa jabatan Ketua dan Anggota Komite Farmasi dan Therapi adalah 3 (tiga) tahun dan
dapat diangkat kembali maksimal 2 periode.
(3) Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Komite Farmasi dan Therapi bertanggung jawab
langsung kepada Direktur.
Pasal 28
Satuan Pemeriksaan Internal (SPI)
(1) Kepala SPI diangkat dan diberhentikan oleh Direktur Rumah Sakit setelah mendapat
persetujuan tertulis dari Pengurus.
(2) Masa jabatan Kepala SPI adalah 3 (tiga) tahun dan dapat diangkat kembali maksimal 2
periode dalam jabatan yang sama.
(3) Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya, SPI bertanggung jawab langsung kepada
Direktur Rumah Sakit.
Pasal 29
Peraturan Rumah Sakit
BAB VI
Peraturan Internal Rumah Sakit | 24
DIREKTUR RUMAH SAKIT
Pasal 30
Tugas dan Tanggung Jawab Direktur
(1) Pengelolaan, pelaksanaan kegiatan secara keseluruhan di Rumah Sakit dilakukan oleh Direktur.
(2) Direktur dalam menjalankan tugasnya dapat dibantu oleh 5 (lima) orang Kepala Bidang yang
bertanggung jawab langsung kepada Direktur.
(3) Para Kepala Bidang sebagaimana dimaksud yakni Kepala Bidang Pelayanan Medis, Kepala
Bidang Penunjang Medis, Kepala Bidang Keperawatan, Kepala Bidang Keuangan, dan Kepala
Bidang Umum dan Kepegawaian.
(4) Direktur bertanggung jawab kepada Yayasan Santo Lukas dalam hal pegelolaan dan
pengawasan rumah sakit beserta fasilitasnya, personil dan sumber daya terkait.
(5) Direktur bertugas sebagai berikut :
a. melaksanakan kebijakan pengelolaan Rumah Sakit setelah ditetapkan oleh Yayasan Santo
Lukas Keuskupan Amboina;
b. mematuhi perundang-undangan yang berlaku; (a)
c. menjalankan visi dan misi RS yang telah ditetapkan; (b)
d. melaksanakan upaya pelayanan kesehatan secara komprehensip sesuai dengan standar
pelayanan rumah sakit, standar pelayanan medis, standar asuhan keperawatan dan
standar pelayanan profesi lain yang telah mendapat pengesahan dari Departemen
Kesehatan Republik Indonesia atau pihak yang berwenang dalam hal tersebut;
e. menetapkan kebijakan; (c)
f. memberikan tanggapan terhadap setiap laporan pemeriksaan yang dilakukan oleh
Regulator; (d)
g. mengelola dan mengendalikan SDM, keuangan dan sumber daya lainnya; (e)
h. memberikan laporan secara tertib dan berkala kepada pihak – pihak yang terkait sesuai
dengan peraturan dan pedoman yang berlaku.
i. memelihara hubungan dengan instansi yang berwenang, organisasi perumahsakitan dan
organisasi lainnya atas dasar kristianitas dan saling menguntungkan.
j. merekomendasikan sejumlah kebijakan, renstra, dan anggaran kepada Representatif
pemilik/Dewan Pengawas untuk mendapatkan persetujuan. (f)
Pasal 32
Pengangkatan, Masa Kerja, dan Pemberhentian Direktur
Pasal 33
Persyaratan Menjadi Direktur
2) Kompetensi Bidang didapat melalui pendidikan dan pelatihan teknis dan fungsional
kesehatan sesuai dengan bidang pekerjaannya meliputi :
Orientasi pada pelayanan dan Orientasi pada kualitas
Berfikir analisa dan Berfikir konseptual
Keahlian tehnikal, manajerial, dan profesional dan Inovasi
3) Kompetensi Khusus harus dimiliki oleh Direktur dalam mengemban tugas pokok
dan fungsinya sesuai dengan jabatan dan kedudukannya meliputi :
Pendidikan dan Pelatihan
Pengalaman jabatan
Pasal 34
Tes Kepatutan dan Kelayakan Calon Direksi
Pasal 36
Kewajiban Direktur
BAB VII
KETENTUAN UMUM
Pasal 37
Definisi
Peraturan Internal Staf Medis /Medical Staff ByLaws adalah himpunan peraturan internal Rumah
Sakit yang mengatur Staf Medis agar terlaksana praktik kedokteran yang baik dan benar.
BAB VIII
TUJUAN DAN TANGGUNG JAWAB
Pasal 38
Tujuan Peraturan Internal Staf Medis
Staf Medis yang bekerja di Rumah Sakit dikategorikan dalam 4 jenis yaitu sebagai berikut :
a. Dokter Purna Waktu adalah dokter spesialis atau dokter gigi umum dan dokter gigi spesialis
yang memberikan pelayanan medis dengan waktu yang cukup panjang di Rumah Sakit.
b. Dokter Paruh Waktu adalah dokter spesialis atau dokter gigi yang boleh berpraktek dan boleh
merawat pasien di Rumah Sakit, berdasarkan kontrak tertulis antara Rumah Sakit dan dokter
bersangkutan.
c. Dokter Tamu adalah Dokter spesialis yang tidak berpraktek tetapi boleh memberikan
pelayanan medis kepada pasiennya di Rumah Sakit berdasarkan kontrak tertulis antara Rumah
Sakit dan dokter yang bersangkutan.
d. Dokter Konsultan adalah Dokter dengan keahlian khusus yang diberikan kewenangan untuk
memberikan pelayanan medis di Rumah Sakit berdasarkan kontrak tertulis antara Rumah Sakit
dan dokter yang bersangkutan.
e. Dokter Pengganti adalah dokter spesialis atau dokter gigi spesialis yang menggantikan dokter
spesialis tertentu untuk merawat pasien atas nama dokter spesialis yang digantikan.
f. Dokter Umum adalah dokter yang boleh memberikan pelayanan medis kepada pasien sebagai
karyawan dan mengikuti ketentuan kepegawaian Rumah Sakit.
Pasal 40
Mekanisme dan Prosedur Penerimaan Staf Medis
(1) Mekanisme penerimaan Staf Medis Rumah Sakit adalah sebagai berikut :
a. Staf Medis terdiri dari:
1) Dokter Spesialis/Dokter Gigi Spesialis
2) Dokter Umum/Dokter Gigi Umum
b. Semua Dokter Umum/Dokter Gigi Umum, dan Spesialis/Gigi Spesialis yang melamar ke
Rumah Sakit harus melalui:
1) Proses seleksi rekruitmen sesuai prosedur
2) Verifikasi sumber primer
Pasal 41
(1) Keanggotaan Staf Medis dapat diberikan kepada dokter oleh Direktur Rumah Sakit setelah
memenuhi persyaratan administratif penilaian kompetensi yang merupakan hasil kredensial.
(2) Keanggotaan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan tanpa membedakan ras, agama,
warna kulit, jenis kelamin, keturunan, status ekonomi dan pandangan politisnya.
(3) Tatalaksana pengangkatan dan pengangkatan kembali Staf Medis Rumah Sakit adalah dengan
mengajukan permohonan kepada Direktur Rumah Sakit dan selanjutnya Direktur Rumah Sakit
berdasarkan pertimbangan hasil kredensial dan rekomendasi dari Komite Medik dapat
mengabulkan atau menolak permohonan tersebut.
(4) Keanggotaan Staf Medis diterima sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ditindak lanjuti dengan
surat perjanjian (contractual performance agreement) antara Direktur Rumah Sakit dengan Staf
Medis yang bersangkutan.
Pasal 42
Mekanisme Pemberhentian Staf Medis
Pemberhentian Staf Medis di Rumah Sakit dapat dilakukan dengan mengacu kepada kriteria
sebagai berikut :
a. Atas permintaan Staf Medis untuk berhenti bekerja di Rumah Sakit sebelum berakhirnya masa
perjanjian kerja.
b. Staf Medis tidak ingin memperpanjang perjanjian kerja setelah berakhirnya masa perjanjian
kerja.
Peraturan Internal Rumah Sakit | 35
c. Staf Medis telah terbukti telah melakukan kelalaian berat dalam menjalankan praktek
kedokteran yang mengakibatkan terjadinya cedera, penyakit atau kematian pasien.
d. Surat ijin praktek telah dicabut oleh pihak yang berwenang.
e. Staf Medis yang tidak memperpanjang Surat Ijin Praktek setelah masa berlaku habis untuk
sementara waktu tidak dapat diijinkan melakukan praktik kedokteran di Rumah Sakit.
f. Pembekuan sementara hak dan kewenangan klinis akan berakhir setelah Staf Medis
memperbaharui Surat Ijin Praktek.
g. Staf Medis yang telah terbukti secara sah melakukan tindak pidana dan akan menjalani
hukuman pidana, tidak diperkenankan melakukan praktik kedokteran sampai berakhirnya
hukuman tersebut.
h. Melakukan pelanggaran atau tidak memenuhi ketentuan yang ada di dalam perjanjian meski
telah diberikan surat peringatan sebanyak dua kali.
Pasal 43
Hak, Kewajiban dan Tugas Staf Medis
BAB IX
PROSES KREDENSIAL DAN REKREDENSIAL
Pasal 44
Proses Kredensial
Secara garis besar proses kredensial di Rumah Sakit Hati Kudus Langgur, yaitu sebagai berikut:
(1) Staf medis yang telah dinyatakan baik hasil psikotest, MCU dan interview oleh kepala divisi
medis diajukan kepada direktur untuk dilakukan kredensial.
(2) Direktur membuat surat kepada Komite Medik dan diteruskan ke Sub Komite Kredensial
perihal permohonan untuk mengkredensial staf medis.
(3) Berkas permohonan staf medis yang telah lengkap disampaikan oleh direktur rumah sakit
kepada komite medik melalui sekretariat komite medik.
(4) Sekretariat komite medik melakukan pengecekan berkas verifikasi berkas staf medis yakni :
a. Ijasah pendidikan dokter umum dan atau dokter spesialis.
b. Surat Tanda Registrasi (STR) staf medis.
c. Sertifikat ACLS dan atau ATLS (untuk dokter umum)
d. Surat rekomendasi dari teman sejawat minimal 2 (dua) orang.
e. Sertifikat kompetensi kolegium atau sertifikat pendukung lainnya.
(5) Sebelum kredensial dimulai, staf medis mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada
direktur dengan mengisi form daftar kewenangan klinis yang telah disediakan Rumah Sakit.
Pasal 45
Proses Rekredensial
Berdasarkan hasil kesepakatan dari Komite Medis dan Sub Komite Kredensial, secara garis besar
proses rekredensial di Rumah Sakit Hative Passo yaitu sebagai berikut :
(1) Direktur rumah sakit mengajukan permohonan kepada Komite Medik dan dilanjutkan kepada
Sub Komite Kredensial untuk melakukan rekredensial kepada staf medis.
(2) Sub Komite Kredensial dan sekretariat komite medik mengumpulkan berkas para kandidat
rekredensial yaitu :
a. STR yang masih berlaku
b. Surat sehat atau hasil Medical Check Up
c. Surat rekomendasi dari Sub Komite Etik
d. Sertifikat terbaru sesuai kompetensi 3 (tiga) tahun terakhir
e. Salinan asuransi profesi yang dimiliki
f. Kandidat rekredensial mengajukan permohonan kewenangan klinis kembali kepada
direktur dengan mengisi formulir daftar kewenangan klinis yang telah disediakan Rumah
Sakit Hative Passo.
Pasal 46
Kelompok Staf Medis (KSM)
(1) Semua dokter yang melaksanakan praktik kedokteran di instalasi pelayanan Rumah Sakit,
termasuk instalasi pelayanan yang melakukan kerjasama operasional dengan Rumah Sakit,
wajib menjadi anggota kelompok Staf Medis dan berada dibawah koordinasi Komite Medik.
(2) Dalam melaksanakan tugas maka Staf Medis dikelompokkan sesuai bidang spesialisasi /
keahliannya atau menurut cara lain berdasarkan pertimbangan khusus.
(3) Setiap kelompok Staf Medis minimal terdiri atas 2 orang dokter dengan bidang keahlian
sama.
(4) Dalam hal persyaratan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dapat dipenuhi maka
dapat dibentuk kelompok Staf Medis yang terdiri atas dokter dengan keahlian berbeda
dengan memperhatikan kemiripan disiplin ilmu atau tugas dan kewenangannya.
(5) Kelompok Staf Medis dipimpin oleh seorang ketua yang dipilih oleh anggotanya.
(6) Pemilihan ketua kelompok Staf Medis diatur dengan mekanisme yang disusun oleh Komite
Medik
(7) Proses pemilihan ini wajib melibatkan Komite Medik dan Direktur Rumah Sakit.
(8) Setelah proses pemilihan ketua kelompok Staf Medis selesai, maka penetapan sebagai Ketua
Kelompok Staf Medis di sahkan dengan Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.
(9) Tanggungjawab kelompok Staf Medis Rumah Sakit adalah :
a. Melakukan evaluasi atas tampilan kinerja praktik dokter berdasarkan data yang
komprehensif.
b. Memberikan kesempatan kepada para dokter untuk mengikuti pendidikan kedokteran
berkelanjutan.
BAB X
KEWENANGAN KLINIS (CLINICAL PREVILEGES)
Pasal 47
Kewenangan Klinis
(1) Kewenangan Klinis adalah kewenangan dari anggota Staf Medis untuk melaksanakan
pelayanan medis sesuai dengan kompetensi profesi dan keahliannya.
(2) Tanpa kewenangan klinis, maka seorang tenaga medis tidak dapat menjadi anggota Staf
Medis dan bekerja di Rumah Sakit
(3) Jenis kewenangan klinis yang berlaku di Rumah Sakit, meliputi :
a. kewenangan klinis sementara (temporary clinical privilege);
b. kewenangan klinis dalam keadaan darurat (emergency clinical privilege); dan
c. kewenangan klinis bersyarat (provisional clinical privilege).
(4) Lingkup kewenangan klinis (clinical privilege) untuk pelayanan medis tertentu diberikan
dengan berpedoman pada buku putih (white paper) yang disusun oleh mitra bestari (peer
group) profesi bersangkutan.
(5) Kewenangan Klinis diberikan oleh Direktur Rumah Sakit atas rekomendasi Komite Medik,
setelah melalui Proses Kredensial yang dilakukan oleh Sub Komite Kredensial.
(6) Dalam kondisi tertentu kewenangan klinis dapat di delegasikan kepada dokter
spesialis/dokter gigi spesialis, dokter/dokter gigi, sesuai dengan kompetensinya.
Peraturan Internal Rumah Sakit | 41
(7) Pendelegasian sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dilakukan melalui usulan Komite Medik.
(8) Kewenangan klinis di Rumah Sakit pada seorang Staf Medis hanya dapat diberikan apabila
Staf Medis memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
a. memenuhi syarat sebagai Staf Medis berdasarkan peraturan perundang-undangan
kesehatan yang berlaku dan ketentuan lain yang ditetapkan.
b. menangani pasien dalam batas-batas sebagaimana ditetapkan oleh Komite Medik
setelah mempertimbangkan daya dukung fasilitas Rumah Sakit.
c. mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk menjamin agar rekam medis tiap
pasien yang ditanganinya di Rumah Sakit terpelihara dengan baik, dan rekam medis
dilengkapi dalam waktu yang ditetapkan.
d. memperhatikan segala permintaan Rumah Sakit yang dianggap wajar sehubungan
dengan tindakannya dengan mengacu pada ketentuan yang berlaku di Rumah Sakit.
e. mematuhi etika kedokteran yang berlaku di Indonesia, baik yang berkaitan dengan
kewajiban terhadap masyarakat, pasien, teman sejawat dan diri sendiri.
f. memperhatikan syarat-syarat umum praktek klinis yang berlaku di Rumah Sakit.
(9) Setiap dokter yang diterima sebagai Staf Medis diberikan kewenangan klinik oleh Direktur
Rumah Sakit setelah memperhatikan rekomendasi dari Komite Medik.
a. penentuan kewenangan klinik didasarkan atas jenis ijazah / sertifikat yang diakui oleh
masing masing organisasi profesi
b. berdasarkan hasil kredensial sub komite kredensial di Rumah Sakit.
c. dalam hal kesulitan menentukan kewenangan klinik maka Komite Medik dapat meminta
informasi atau pendapat dari kolegium terkait.
(10) Kewenangan klinik sebagaimana dimaksud dalam ayat (9) akan dievaluasi terus menerus
untuk ditentukan apakah kewenangan tersebut dapat dipertahankan, diperluas, dipersempit
atau bahkan dicabut.
(11) Dalam hal seorang Staf Medis menghendaki agar kewenangan kliniknya diperluas maka Staf
Medis yang bersangkutan harus mengajukan permohonan kepada Direktur Rumah Sakit
dengan menyebutkan alasannya serta melampirkan bukti berupa sertifikat pendidikan atau
pelatihan yang diakui oleh organisasi profesi dan atau pendidikan yang dapat mendukung
permohonannya.
BAB XI
PEMBINAAN
Pasal 48
Pembinaan
1. Staf Medis akan dikenakan pembinaan apabila dalam praktik kedokteran melakukan tindakan
yang melanggar ketentuan sebagaimana tercantum dalam peraturan Medical Staf ByLaws
setelah dilakukan penelitian dan penelaahan melalui tim audit medis oleh Komite Medik.
2. Pembinaan akan diberikan apabila Staf Medis telah terbukti melakukan praktik kedokteran
yang tidak memenuhi ketentuan sebagai berikut :
a. melakukan tindakan Medis yang tidak sesuai dengan kaidah praktik kedokteran.
b. melanggar standar profesi dan standar pelayanan.
c. tidak menjalankan prinsip-prinsip etika kedokteran.
d. melakukan tindakan yang tidak hati-hati sehingga membahayakan nyawa pasien.
3. Pembinaan dilakukan oleh Komite Medik dalam bentuk pembinaan lisan maupun tertulis.
4. Permintaan pembinaan Staf Medis harus diajukan secara tertulis oleh Kepala Departemen
Medis kepada Komite Medik.
5. Kepala Departemen Medis dapat melakukan investigasi terhadap masalah yang terjadi dan
dalam waktu 2 (dua) minggu dan memberikan masukan kepada Ketua Komite Medik.
BAB XII
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS DAN KOMITE MEDIK
Pasal 49
Komite Medik
1. Komite Medik adalah organisasi non struktural di Rumah Sakit yang dibentuk oleh Direktur
Rumah Sakit untuk menerapkan tata kelola klinis agar Staf Medis di Rumah Sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan
pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
2. Komite Medik pembentukannya ditetapkan dengan surat keputusan Direktur Rumah Sakit
dengan masa kerja selama 3 ( tiga ) tahun, berkedudukan di bawah serta bertanggungjawab
kepada Direktur Rumah Sakit.
3. Komite Medik sebagaimana dimaksud dalam nomor 1 (satu) bukan merupakan wadah
perwakilan dari Staf Medis.
Pasal 50
Nama, Tujuan Organisasi Komite Medik Rumah Sakit
Pasal 51
Tugas dan Fungsi Komite Medik
Pasal 52
Wewenang Komite Medik
Pasal 53
Subkomite Kredensial
Pasal 54
Sub Komite Mutu Profesi
Pasal 55
8. Keputusan
Keputusan panel yang dibentuk oleh subkomite Etika dan Disiplin Profesi diambil berdasarkan
suara terbanyak, untuk menentukan ada atau tidak pelanggaran disiplin profesi kedokteran di
Rumah Sakit. Bilamana terlapor merasa keberatan dengan keputusan panel, maka yang
bersangkutan dapat mengajukan keberatannya dengan memberikan bukti baru kepada
subkomite Etika dan Disiplin Profesi yang kemudian akan membentuk panel baru. Keputusan
ini bersifat final dan dilaporkan kepada Direktur Rumah Sakit melalui Komite Medik dalam
bentuk rekomendasi. Direktur Rumah Sakit menjadi eksekutor dari rekomendasi tersebut.
9. Tindakan Pendisiplinan Perilaku Profesional
Pasal 56
Hubungan Direktur dan Komite Medik
1. Ketua Komite Medik diikutsertakan pada rapat-rapat tertentu yang menyangkut masalah
pelayanan pasien di Rumah Sakit. Peran Komite Medik di sini adalah sebagai penasihat atau
pemberi masukan, juga mengenai hal-hal yang tidak langsung berkaitan dengan asuhan klinik.
2. Komite Medik secara intensif dilibatkan dalam persiapan menghadapi akreditasi nasional /
internasional atau sertifikasi lembaga lainnya untuk kepentingan mutu Rumah Sakit.
3. Komite Medik secara langsung dan intensif dilibatkan jika ada Kejadian Luar Biasa (KLB) yang
menyangkut pelayanan Rumah Sakit, terlebih jika menyangkut kasus pengaduan pasien atau
keluarga tentang persangkaan kesalahan tindakan Medis atau tindakan keperawatan dengan
akibat cacat atau kematian.
BAB XIII
RAPAT
Pasal 57
Rapat Kerja Komite Medik
1. Rapat Rutin
a. Rapat rutin Komite Medik dilakukan minimal 1 (satu) kali 1 (satu) bulan.
b. Rapat Komite Medik dengan semua kelompok Staf Medis dan atau dengan semua tenaga
dokter dilakukan minimal 1 (satu) kali 1 (satu) bulan.
c. Rapat Komite Medik dengan Direktur Rumah Sakit /Kepala Divisi Medik dan Keperawatan
dilakukan minimal 1 (satu) kali 1 (satu) bulan.
d. Setiap undangan rapat rutin yang disampaikan ketua harus dilampiri dengan salah satu
salinan risalah rapat yang lalu.
2. Rapat khusus diadakan dalam hal
a. Adanya permintaan yang ditanda tangani oleh paling sedikit 3 (tiga) anggota Staf Medis
dalam waktu 48 jam (empat puluh delapan) sebelumnya.
b. Adanya keadaan / situasi tertentu yang mendesak untuk segera dilaksanakan rapat Komite
Medik.
c. Undangan rapat khusus harus disampaikan oleh Ketua kepada peserta rapat paling lambat
24 (dua puluh empat) jam sebelum dilaksanakan.
d. Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan spesifik.
e. Rapat khusus yang diminta untuk anggota Staf Medis sebagaimana diatur dalam ayat (1)
harus dilakukan paling lambat 7 (tujuh) hari setelah diterimanya surat permintaan tersebut.
3. Rapat tahunan
a. Rapat Tahunan kelompok Staf Medis dan atau Komite Medik diselenggarakan sekali dalam
setahun.
b. Ketua menyampaikan undangan tertulis kepada anggota dan laporan lain paling lambat 14
(empat belas) hari sebelum rapat diselenggarakan.
1. Setiap Rapat Komite Medik berhak dihadiri oleh seluruh anggota Komite Medik atau yang
diundang rapat.
2. Rapat dipimpin oleh Ketua Komite Medik atau yang ditunjuk oleh Ketua Komite Medik.
3. Sebelum rapat dimulai agenda rapat dan notulen dibacakan atas perintah Ketua.
4. Setiap peserta rapat wajib mengikuti rapat sampai selesai.
5. Setiap peserta rapat hanya dapat meninggalkan rapat dengan seijin Pimpinan Rapat.
6. Setiap peserta wajib menjaga ketertiban selama rapat berlangsung.
7. Hasil keputusan rapat dituangkan dalam Notulen rapat dan dilaporkan kepada Direktur Rumah
Sakit.
8. Direktur Rumah Sakit dapat mengusulkan perubahan atau pembatalan setiap keputusan yang
diambil pada rapat rutin atau rapat khusus.
9. Hal-hal lain yang menyangkut teknis tata tertib rapat akan ditetapkan oleh Ketua sebelum rapat
dimulai
Pasal 60
Undangan Rapat dan Peserta Rapat
1. Setiap rapat dinyatakan sah apabila undangan telah disampaikan secara pantas kecuali seluruh
anggota yang berhak memberikan suara menolak undangan tersebut.
2. Setiap rapat khusus, rapat tahunan wajib dihadiri oleh Direktur, Kepala Divisi Medik dan
Keperawatan, dan pihak lain yang ditentukan oleh Komite Medik.
1. Rapat kelompok Staf Medis dan atau Komite Medik dapat dilaksanakan apabila kuorum
tercapai
2. Kuorum dianggap tercapai apabila dihadiri oleh dua per tiga dari jumlah anggota kelompok Staf
Medis
3. Dalam hal kuorum tidak tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu rapat yang telah
ditentukan maka rapat ditangguhkan untuk dilanjutkan pada suatu tempat, waktu dan hari
yang sama minggu berikutnya
4. Dalam hal kuorum tidak juga tercapai dalam waktu setengah jam dari waktu yang telah
ditentukan pada minggu berikutnya maka rapat segera dilanjutkan dan segala keputusan yang
terdapat pada risalah rapat disahkan dalam rapat anggota kelompok Staf Medis dan atau
Komite Medik berikutnya
Pasal 62
Pemungutan Suara
1. Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat kelompok Staf Medis
dan atau Komite Medik yang ditentukan dengan mengangkat tangan atau bila dikehendaki oleh
para anggota kelompok Staf Medis dan atau Komite Medik, pemungutan suara dapat dilakukan
dengan amplop tertutup.
2. Keputusan rapat kelompok Staf Medis dan atau Komite Medik didasarkan pada suara
terbanyak setelah dilakukan pemungutan suara.
3. Dalam hal jumlah suara yang diperoleh adalah sama maka ketua atau wakil ketua berwenang
untuk menyelenggarakan pemungutan suara kedua kalinya.
4. Perhitungan suara hanyalah berasal dari anggota kelompok Staf Medis dan atau Komite Medik
yang hadir pada rapat tersebut.
Pasal 63
Rahasia dan Informasi Medis
1. Rumah Sakit:
a. Rumah Sakit berhak membuat peraturan yang berlaku di Rumah Sakit sesuai dengan
kondisi keadaan yang ada di Rumah Sakit.
b. Rumah Sakit wajib menyimpan rekam medis sesuai dengan peraturan yang berlaku.
c. Isi dokumen rekam medis dapat diberikan kepada pasien ataupun pihak lain atas ijin pasien
secara tertulis.
d. Isi dokumen rekam medis dapat diberikan untuk kepentingan peradilan dan asuransi sesuai
dengan peraturan perundang – undangan.
2. Dokter:
a. Mendapatkan informasi yang lengkap dan jujur dari pasien yang dirawat atau keluarganya.
b. Merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang pasien, bahkan juga setelah pasien
itu meninggal dunia.
c. Menolak keinginan pasien yang bertentangan dengan peraturan perundang – undangan,
profesi dan etika hukum dan kedokteran.
3. Pasien:
a. Berhak mengetahui peraturan dan ketentuan Rumah Sakit yang mengatur sikap tindakan
sebagai pasien.
b. Wajib memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah kesehatannya.
c. Mendapat penjelasan secara lengkap tentang tindakan medis antara lain:
1) Diagnosis dan tatacara tindakan medis.
2) Tujuan tindakan medis yang dilakukan.
3) Alternatif tindakan lain dan resikonya.
4) Resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dan.
5) Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan.
BAB XV
PENGAWASAN
Pasal 64
Mutu Pelayanan Medis
1. Kepala Divisi Medik bersama-sama dengan Komite Medik melakukan pengawasan terhadap
mutu pelayanan dan etika profesi yang dilakukan oleh anggota Staf Medis .
2. Pengawasan terhadap mutu pelayanan adalah dengan melakukan audit medis.
3. Pelaksanaan audit medis dilakukan oleh Subkomite Mutu
4. Audit medis dapat dilakukan secara internal dan diselenggarakan oleh Tim Audit Mutu Internal
untuk memastikan dipenuhinya asas kesesuaian, efektifitas dan efisiensi dalam pengelolaan
fungsi-fungsi pelayanan di Rumah Sakit untuk mendukung tercapainya sasaran - sasaran
fungsional dan tujuan setiap seksi pelayanan
5. Pengawasan etika profesi tenaga medis, dilakukan dengan mengevaluasi penyelenggaraan
pelayanan pasien (patient care review) dan menerima masukan dari berbagai pihak di Rumah
Sakit tentang penyelenggaraan pelayanan terhadap pasien yang diberikan oleh Staf Medis di
Rumah Sakit.
1. Pelaksanaan audit mutu internal di Rumah Sakit dilakukan oleh Tim Audit Internal dibawah
koordinasi SPI (Satuan Pengawas Internal).
2. Tim Audit Mutu Internal terdiri dari maksimal 3 orang yaitu seorang ketua dan 2 (dua) orang
anggota.
3. Anggota Tim Audit Internal ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit dengan Surat Keputusan
Direktur Rumah Sakit dan dalam menjalankan tugasnya bertanggung jawab kepada Direktur
Rumah Sakit.
Pasal 66
Tugas dan Wewenang Tim Audit Mutu Internal (AMI)
Pasal 67
Peraturan Umum Pelayanan Medis
1. Pelayanan Medis diberikan berdasarkan standar profesi dan standar pelayanan medis yang
disusun oleh Komite Medik dan disetujui oleh Direktur Rumah Sakit.
2. Pelayanan Medis seyogianya dilakukan secara holistik dan komprehensif sesuai dengan ilmu
pengetahuan kedokteran mutahir tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan status sosial.
3. Setiap tindakan kedokteran yang mengandung risiko tinggi harus memperoleh persetujuan dari
pasien; dalam keadaan darurat untuk menyelamatkan jiwa pasien dan atau mencegah
kecacatan tidak diperlukan persetujuan terlebih dahulu.
4. Dalam mengupayakan kesembuhan pasien, Dokter harus berupaya mencari metode
pengobatan yang paling efektif, ekonomis dan tidak mengandung resiko/komplikasi atau
memilih resiko/komplikasi yang paling kecil.
5. Setiap kegiatan pelayanan medis meliputi diagnostik, pengobatan atau tindakan hendaknya
dilaksanakan secara cepat, tepat namun berhati-hati dengan memperhatikan aspek
keselamatan pasien (patient safety).
6. Setiap Staf Medis diberikan kewenangan penuh menentukan diagnosis dan terapi serta
pemeriksaan penunjang yang diperlukan dengan mengacu kepada standar profesi dan standar
pelayanan sesuai asas DPJP (Dokter Penanggung Jawab Pelayanan)
7. Staf Medis tidak diperbolehkan menangani penyakit/kasus yang bukan bidang keahliannya.
Pasien wajib dikonsulkan pada Staf Medis lain yang sesuai dengan kasusnya. Sifat konsultasi
dapat berupa rawat bersama (Raber/RB), alih rawat atau konsultasi (satu kali saja).
8. Penanganan medis untuk kasus-kasus sulit dilakukan secara multi-disiplin dengan mengikut-
sertakan dokter dengan bidang keahlian lain.
9. Kasus-kasus akut yang membutuhkan tindakan segera tidak boleh ditunda sampai keesokan
harinya.
10. Komite Medik akan memantau setiap pelayanan medis yang diberikan oleh Staf Medis dan
akan melakukan pembinaan apabila tidak memenuhi standar.
Pasal 68
Etik Kedokteran/Profesi
1. Setiap Staf Medis dalam penyelenggaraan praktik kedokteran di Rumah Sakit haruslah bekerja
berdasarkan etik kedokteran/ profesi dan sumpah dokter yang secara tegas menyatakan bahwa
semua pedoman etik kedokteran didasarkan atas azas ideologi bangsa dan negara yaitu
UUD 1945 dan diharuskan menjadi penentun perilaku sehari-hari setiap dokter Indonesia.
2. Berdasarkan KODEKI pasal 3 yang menyebutkan bahwa dalam melakukan pekerjaan
kedokterannya seorang Dokter tidak boleh dipengaruhi oleh pandangan politik, agama,
perbedaan suku, sikap atas sesuatu yang sebagian atau keseluruhannya dapat mengakibatkan
hilangnya kebebasan, kemandirian profesi atau keluhuran budi dokter Indonesia.
3. Seorang Dokter wajib untuk mengingatkan sejawatnya bila ada sejawat yang berfikir atau
bertingkah laku yang merusak keluhuran profesi kedokteran, sebagaimana disebutkan dalam
Pasal 9 Kodeki
4. Pelanggaran terhadap nilai-nilai etika ini diputuskan dalam Rapat Subkomite Etik dan Disiplin
Profesi.
1. Setiap orang yang mengetahui atau kepentingannya dirugikan atas tindakan Dokter atau
Dokter Gigi dalam menjalankan praktik kedokteran dapat mengadukan secara tertulis kepada
Komite Etik Rumah Sakit , yang kemudian akan merujuk kasus tersebut ke Komite Medik &
Subkomite Etik dan Disiplin Profesi.
2. Pengaduan sekurang-kurangnya harus memuat :
a. Identitas pengadu
b. Nama Dokter atau Dokter Gigi yang menanganinya dan waktu pemeriksaan/ tindakan
dilakukan.
c. Alasan pengaduan.
Pasal 70
Prosedur Penyampaian & Penanganan Keluhan
1. Keluhan yang terkait masalah etika disampaikan kepada Komite Etik Rumah Sakit dan atau
Direktur Rumah Sakit. Komite Etik kemudian akan memilah kasus tersebut apakah keluhan ini
terkait profesi medik atau masalah etik lainnya.
a. Apabila terkait dengan etik profesi medis, Komite Etik Rumah Sakit akan merujuk keluhan
tersebut kepada Subkomite Etik dan Disiplin Profesi untuk ditindaklanjuti.
b. Apabila masalah etik membutuhkan kerjasama dengan pemuka masyarakat dan pemuka
agama, maka komite mengundang untuk meminta pendapat sesuai dengan aturan dan
ajaran yang berlaku dan telah di tetapkan oleh pemerintah.
2. Hasil penyelesaian penanganan masalah etik yang telah disepakati bersama, bisa berupa saran
atau usulan dan disampaikan kepada Direktur Rumah Sakit, ditindak lanjuti kepada pelapor
sesuai dengan kasusnya.
1. Dalam melakukan tugas dan kewajibannya, Staf Medis mungkin dapat digugat oleh pasien atau
keluarga pasien.
2. Gugatan atau tuntutan yang disebabkan oleh pelayanan atau tindakan medis yang dilakukan
oleh Staf Medis harus terlebih dahulu diselesaikan secara kekeluargaan.
3. Apabila tidak dapat diselesaikan secara kekeluargaan dan salah satu pihak membawanya ke
muka pengadilan/arbitrase, maka Staf Medis harus bekerjasama dengan Rumah Sakit dalam
menghadapi gugatan atau tuntutan tersebut.
4. Staf Medis dapat menunjuk penasehat hukum sendiri dan/atau yang ditunjuk oleh asuransi
profesi, namun dalam pelaksanaan tugasnya, penasehat hukum yang ditunjuk oleh Staf Medis
harus berkoordinasi dengan penasehat hukum yang ditunjuk oleh Rumah Sakit.
5. Dalam hal Staf Medis menunjuk penasehat hukum sendiri, maka biaya yang timbul atas
penunjukan tersebut menjadi beban/tanggungan Staf Medis.
Pasal 72
Pelanggaran dan Sanksi
1. Setiap anggota Staf Medis harus memiliki integritas dan tanggung-jawab terhadap profesinya.
2. Apabila terjadi laporan mengenai pelanggaran terhadap Kode Etik Profesi, Perjanjian Kerja atau
Peraturan Perundang-undangan, maka Direktur Rumah Sakit melalui jalur Komite Medik,
Subkomite Etik dan/atau jalur informasi lainnya berhak mengumpulkan bukti-bukti yang
lengkap.
3. Setiap bukti yang diperoleh harus dikonfirmasikan oleh Direktur Rumah Sakit kepada Staf
Medis yang bersangkutan dengan melakukan "Pertemuan Bipartit".
4. Apabila Staf Medis tidak melaksanakan kesepakatan yang dilakukan dalam "Pertemuan
Bipartit" sebagaimana dimaksud pada ayat (3), maka Direktur Rumah Sakit dapat mengambil
tindakan lebih lanjut sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan atau
Perjanjian Kerja, setelah terlebih dahulu meminta saran dari Komite Medik.
Pasal 73
Amandemen / Perubahan
1. Perubahan terhadap Peraturan Internal Rumah Sakit dapat dilakukan sesuai dengan
kebutuhan.
2. Perubahan dapat dilakukan, apabila ada permohonan secara tertulis dan salah satu Pihak yang
terkait dengan Peraturan Internal Rumah Sakit, yaitu Pemilik Rumah Sakit, Direksi Perseroan,
Direktur Rumah Sakit.
3. Usulan untuk mengubah sebagaimana dimaksud pada ayat (2), hanya dapat dilaksanakan
apabila ada pemberitahuan tertulis dari salah satu pihak kepada pihak lainnya, yang
disampaikan paling lambat 3 (tiga) minggu sebelumnya.
4. Perubahan dilakukan dengan melakukan addendum pada Peraturan Internal Rumah Sakit ini.
5. Addendum sebagaimana dimaksud pada ayat (4), merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dari Peraturan Internal Rumah Sakit ini.
Pasal 74
Ketentuan Penutup
1. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) dan Peraturan Internal Staf Medis (Medical
Staff ByLaws) ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
2. Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) ini disusun untuk digunakan sebagai acuan
dalam bekerja agar semua pihak memahami fungsi, tugas, wewenang, tanggungjawab, dan hak
masing-masing, agar tercapai hubungan fungsional organisatoris yang terpadu, seimbang, dan
harmonis.
3. Semua peraturan Rumah Sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya Peraturan Internal
Rumah Sakit dan Peraturan Internal Staf Medis ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak
bertentangan dengan Hospital ByLaws dan Medical Staff ByLaws