Anda di halaman 1dari 25

1

HOSPITAL BYLAWS
RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK KELUARGA KITA

MUKADIMAH

1. LATAR BELAKANG
PT. Cipta Kesehatan Mandiri (PT. CKM) sebagai badan hukum berdiri pada tahun 2008
dengan Akte Pendirian Notaris Haji Dana Sasmita, SH No. 23 Tahun 2008, serta di sahkan
dengan penerbitan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia No. AHU-09583.AH.01.01. Tahun 2008. Berdirinya PT. CKM diawali dengan
pemikiran pendiri untuk melakukan kegiatan usaha bersama serta berperan aktif dalam
Pembangunan Nasional khususnya dibidang kesehatan.
Tujuan Pembangunan Nasional yang dicanangkan pemerintah khususnya di bidang
Kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Hal ini
dapat diwujudkan melalui penyelenggaraan fasilitas pelayanan kesehatan yang profesional,
paripurna, prima (service excellent) sesuai kebutuhan masyarakat.
Untuk maksud tersebut, Rumah Sakit dipandang perlu untuk selalu melakukan
pembenahan diri. Salah satu aspek yang perlu di benahi menimbang adanya perubahan
paradigma tentang Rumah Sakit yang sebelumnya merupakan unit sosial telah menjadi unit
sosio-ekonomi adalah menyusun suatu peraturan yang sifatnya internal dengan tetap
mengedepankan kepentingan bersama sesuai maksud dan tujuan Peraturan Internal Rumah
Sakit (Hospital ByLaws) yang sudah ditetapkan.
Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) bersifat spesifik (hanya berlaku di
Rumah Sakit) yang bertujuan mengatur hubungan antara pemilik ataupun yang mewakili
dengan Pengelola (Direksi), dan Staf Medis agar tercipta Good Corporate Governance dan
Good Clinical Governance sehingga pelayanan yang diberikan dapat mencapai optimal.
Berdasarkan pertimbangan - pertimbangan tersebut dengan memperhatikan Surat
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 772/MENKES/SK/VI/2002 tentang
Pedoman Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital Bylaws) serta Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Republik Indonesia No. 631/MENKES/SK/IV/2005 tentang Peraturan Internal Staf
Medis (Medical Staff Bylaws), maka disusun dan ditetapkanlah Peraturan Internal RSIA
Keluarga Kita (Hospital Bylaws) yang terdiri dari 2 (dua) Peraturan Internal yaitu Peraturan
Internal Korporasi RSIA Keluarga Kita (Corporate Bylaws) dan Peraturan Internal Staf Medis
RSIA Keluarga Kita (Medical Staff Bylaws).
2

2. FUNGSI, TUJUAN dan MANFAAT


2.1. Fungsi Peraturan Internal RSIA Keluarga Kita
a. Sebagai acuan bagi pemilik dan ataupun yang mewakili untuk melakukan pengembangan,
dan pengawasan rumah sakit;
b. Sebagai acuan bagi direktur/direksi rumah sakit dalam mengelola rumah sakit dan menyusun
kebijakan yang bersifat teknis operasional sesuai visi misi Rumah Sakit;
c. Sarana untuk menjamin pencapaian efektifitas, efisiensi dan kualitas/mutu;
d. Sarana perlindungan hukum bagi semua pihak yang berkaitan dengan rumah sakit;
e. Sebagai acuan bagi penyelesaian konflik internal;
f. Sebagai salah satu penunjang persyaratan Akreditasi Rumah Sakit.

2.2. Tujuan Peraturan Internal RSIA Keluarga Kita


2.2.1. Tujuan Umum
Sebagai suatu tatanan peraturan dasar yang mengatur hubungan antara Pemilik atau
yang mewakili dengan Pengelola beserta staf medis di RSIA Keluarga Kita sehingga
penyelenggaraan Rumah Sakit dapat berjalan secara efektif, efisien dan berkualitas sesuai visi
misinya.

2.2.2. Tujuan Khusus


a. Sebagai Pedoman aspek hukum Rumah Sakit dalam hubungannya antara Pemilik atau yang
mewakili dengan Pengelola dan staf medis di RSIA Keluarga Kita;
b. Sebagai Pedoman aspek hukum dalam pembuatan kebijakan teknis operasional RSIA
Keluarga Kita;
c. Sebagai Pedoman aspek hukum dalam pengaturan staf medis di RSIA Keluarga Kita.

2.3. Manfaat Peraturan Internal RSIA Keluarga Kita


2.3.1. RSIA Keluarga Kita
a. Sebagai acuan aspek hukum dalam bentuk konstitusi;
b. Sebagai alat/sarana perlindungan hukum atas tuntutan/gugatan;
c. Sebagai salah satu pedoman kejelasan arah dan tujuan dalam melaksanakan kegiatannya;
d. Sebagai salah satu penunjang persyaratan Akreditasi Rumah Sakit;
e. Sebagai salah satu alat / sarana untuk meningkatkan mutu pelayanan Rumah Sakit.

2.3.2. Pemilik RSIA Keluarga Kita maupun yang mewakili


a. Mengetahui Fungsi, Tugas, Wewenang, Hak dan Kewajiban nya;
b. Acuan dalam menyelesaikan konflik internal;
c. Acuan dalam menetapkan dan mengevaluasi kinerja Pengelola / Direktur Rumah sakit.
3

2.3.3. Pengelola (Direktur/Direksi) RSIA Keluarga Kita


a. Sebagai acuan yang jelas tentang batas Fungsi, Tugas, Kewenangan, Hak, dan Kewajiban
nya dalam menjalankan operasional Rumah Sakit;
b. Sebagai Pedoman menyusun kebijakan teknis operasional rumah sakit.

2.3.4. Staf Medis RSIA Keluarga Kita


a. Sebagai acuan untuk mengetahui Fungsi, Tugas, Kewenangan, Hak dan Kewajibannya;
b. Tercapainya Kerjasama dan komunikasi yang baik antara staf medis dengan Pemilik Rumah
Sakit atau yang mewakili dan Pengelola/Direktur Rumah Sakit.
c. Terciptanya tanggung jawab staf medis terhadap mutu pelayanan medis di rumah sakit.

3. LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN PERATURAN INTERNAL


RSIA Keluarga Kita
Dalam Menyusun Peraturan Internal (Hospital by Laws) baik Peraturan Internal Korporasi
maupun Peraturan Internal Staf Medis, didasarkan pada Undang - Undang maupun Peraturan -
peraturan sebagai berikut ini;

1. Undang-Undang No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan;


2. Undang-Undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
3. Undang-Undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
4. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996 tentang Tenaga Kesehatan;
5. Peraturan Menteri Kesehatan No. 920/MENKES/PER/XII/1986 tentang Upaya Pelayanan
Kesehatan Swasta di Bidang Medis;
6. Keputusan PP Persi No. 29/SK/PP.PERSI/II/2003 tentang Kerangka Status Rumah Sakit
(Hospital by Laws);
7. Peraturan Menteri Kesehatan No. 775/MENKES/PER/IV/2011 tentang Penyelenggaraan
Komite Medik di Rumah Sakit;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 772 Tahun 2002 Tentang
Hospital Bylaws (Peraturan Internal Rumah Sakit);
9. Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas;
10. Anggaran Dasar sesuai dengan Akte Pendirian Perseroan Terbatas Cipta Kesehatan Mandiri
oleh Notaris H. Dana Sasmita, S.H. No 23 tahun 2008 dan Akte Perubahan Perseroan
terakhir oleh Notaris Tuasikal Abua, S.H. No. 352 tahun 2013.
4

BUKU I

PERATURAN INTERNAL KORPORASI


(CORPORATE BYLAWS)

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pengertian

1. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN adalah segala ketentuan yang berkaitan


dengan pelayanan kesehatan yang berlaku di Indonesia.
2. ANCGARAN DASAR (AD) DAN ANGGARAN RUMAH TANGGA (ART) adalah
anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Perseroan Terbatas Cipta Kesehatan Mandiri
yang termuat dalam Akte Pendirian, berikut perubahan-perubahannya hingga yang
terakhir.
3. STATUTA adalah Hospital Bylaws Rumah Sakit Ibu Anak Keluarga Kita yang mengatur
tata cara penyelenggaraan rumah sakit oleh Pemilik ataupun yang mewakilinya
(Governing Board) dengan Direktur dan Staf Medis Rumah Sakit.
4. PEMILIK adalah Para Pemegang Saham Perseroan Terbatas Cipta Kesehatan Mandiri
sesuai dengan Akte Pendirian oleh Notaris H. Dana Sasmita, S.H. No 23 tahun 2008 serta
Akte Perubahan terakhir oleh Notaris Tuasikal Abua, S.H. No. 352 tahun 2013.
5. RUPS adalah Rapat umum pemegang saham Perseroan Terbatas Cipta Kesehatan Mandiri
6. KORPORASI adalah Perseroan Terbatas Cipta Kesehatan Mandiri.
7. G0VERNING BOARD adalah organisasi yang mewakili kepentingan pemilik dan
mempunyai kewenangan tertinggi guna menentukan kebijakan dan pengawasan seluruh
kegiatan dirumah sakit, sebagaimana diuraikan dalam BAB II statuta ini.
8. KETUA adalah Ketua Governing Board
9. WAKIL KETUA adalah Wakil Ketua Governing Board
10. SEKRETARIS adalah Sekretaris Governing Board
5

11. RAPAT RUTIN adalah setiap rapat terjadwal yang diselenggarakan aleh GOVERNING
BOARD yang bukan, termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
12. RAPAT TAHUNAN adalah rapat yang diselenggarakan oleh GOYERNING BOARD
setiap tahun.
13. RAPAT KHUSUS adalah rapat yang diselenggarakan oleh GOVERNING BOARD
diluar jadwal rapat rutin untuk mengarnbil putusan hal-hal yang dianggap khusus.
14. RUMAH SAKIT adalah Rumah Sakit Ibu Anak Keluarga Kita (RSIA KK)
15. DIREKTUR RUMAH SAKIT (RS) adalah Direktur Rumah Sakit Ibu Anak Keluarga
Kita
16. MANAGER adalah Jabatan Struktural di Rumah Sakit di bawah Direktur
17. SUPERVISOR adalah Jabatan Struktural di Rumah Sakit di bawah Manager
18. KOMITE MEDIK adalah suatu badan non struktural di Rumah Sakit yang dibentuk
dan ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit
19. STAF MEDIS adalah kelompok Dokter yang terikat perjanjian kemitraan dengan
Direktur Rumah Sakit, yang bertugas dan berwenang serta bertanggung jawab
melaksanakan clinical governance dan asuhan klinis (clinical care) sesuai batasan
keprofesian masing masing.
20. DOKTER adalah seorang tenaga medis yang memiliki ijin praktek di bidang
kedokteran sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan dan UU Praktek Kedokteran No 29 tahun 2004 yang telah
terikat perjanjian dengan RSIA Keluarga Kita oleh karenanya diberi kewenangan untuk
melakukan tindak medis di RSIA Keluarga Kita
21. DOKTER GIGI adalah seorang tenaga medis yang memiliki ijin praktek di bidang
kedokteran gigi sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1996
tentang Tenaga Kesehatan dan UU Praktek Kedokteran No 29 tahun 2004 yang telah
terikat perjanjian dengan RSIA Keluarga Kita dan oleh karenanya diberi kewenangan
untuk melakukan tindakan medis di RSIA Keluarga Kita.
22. DOKTER PURNA WAKTU adalah dokter atau dokter gigi yang mernberikan
pelayanan medis rawat inap dan rawat jalan secara purna waktu di RSIA Keluarga Kita
sekurang-kurangnya 40 jam kerja setiap minggunya, dan waktu-waktu lain yang diatur
dalam perjanjian kerjasama.
23. DOKTER PARUH WAKTU adalah dokter atau dokter gigi yang memberikan
pelayanan medis rawat inap dan rawat jalan pada waktu-waktu tertentu yang disepakati
bersama oleh dokter tersebut dan Direktur Utama RSIA Keluarga Kita dalam perjanjian
kerjasama.
24. DOKTER TAMU adalah dokter atau dokter gigi yang mernberikan pelayanan medis
rawat inap dan tindakan rnedis di RSIA Keluarga Kita

Pasal 2
Nama, Visi, Misi, Nilai-Nilai, Logo, dan Tujuan

1. Nama adalah Rumah Sakit Ibu Anak Keluarga Kita (RSIA KK) dengan alamat di
Jalan Raya PLP Curug, KM 4, No. 8, Sukabakti, Curug, Tangerang, Banten.
2. Visi Menjadi salah satu Rumah Sakit yang memberikan pelayanan kesehatan secara
terpadu, terpercaya, terjangkau dan berorientasi pada peningkatan mutu serta
6

keselamatan pasien.
3. Misi
a. Menyediakan pelayanan kesehatan yang memadai, efisien, dan efektif, ditunjang
oleh tenaga kesehatan yang trampil dan berintegritas.
b. Menjalin kemitraan strategis dengan institusi kesehatan lainnya (sistem rujukan)
c. Sistem pengelolaan managemen profesional dan sistem informasi (IT) untuk
menjamin terlaksananya sistem pelayanan yang komprehensif
d. Melakukan koordinasi dan kerjasama yang efektif dengan pemerintah
e. Meningkatkan kualitas dan kesejahteraan karyawan
4. Nilai yang menjadi dasar Budaya Kerja di RSIA KK adalah nilai K A S I H
a. K omitmen
b. A ksi yang nyata
c. S inergi
d. I ntegritas
e. H ati yang melayani
5. Logo

6. Tujuan :
a. Tujuan Umum adalah terwujudnya pelayanan memuaskan dengan sistem terpadu
yang berkomputerisasi, konsep ramah lingkungan, pencahayaan dan ventilasi yang
baik untuk memberikan pelayanan kesehatan yang optimal
b. Tujuan Khusus adalah dengan konsep pendekatan keluarga, diharapkan dapat
menjadi sarana pelayanan kesehatan yang terpadu, terpercaya dan terjangkau serta
berorientasi pada peningkatan mutu dan keselamatan pasien.

7. Motto : KAMI PEDULI

BAB II
GOVERNING BOARD
Pasal 3
Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab

1. Pengangkatan dan pemberhentian anggota GOVERNING BOARD ditentukan oleh


Rapat pemegang saham, dan Direktur Utama KORPORASI mengesahkannya dengan
menerbitkan surat keputusan.
2. GOVERNING BOARD terdiri dari Ketua, wakil Ketua, Sekretaris dan beberapa
anggota disesuaikan dengan kebutuhan.
7

3. Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua ditengah suatu masa kepengurusan
(berhenti dan atau karena tidak dapat melaksanakan kewajibannya secara
permanen/wafat), maka wakil ketua dapat menggantikannya sampai dengan ditetapkan
Ketua baru oleh Pemegang Saham sebagaimana diterangkan dalam ayat 1 pasal ini.
4. GOVERNING BOARD mempunyai fungsi, kewenangan dan tanggung jawab :
a. Penanggung jawab tertinggi secara moral dan hukurn tentang penyelenggaraan
corporate Govermance dan clinical govermance oleh RUMAH SAKIT dan tetap
tunduk pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
b. Mewakili kepentingan KORPORASI , tetapi juga melindungi kepentingan
publik yang dilayani oleh RUMAH SAKIT.
c. Menetapkan Visi, Misi, Tujuan, Budaya, Motto, Kebijakan dan Target Rumah
Sakit.
d. Ikut bertanggung jawab menjaga mutu pelayanan yang diberikan rumah sakit
e. Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Direktur RS, sesuai dengan
Kriteria dan prosedur yang ditentukan oleh Governing Board
f. Menyetujui rencana kerja dan rencana anggaran penerimaan dan belanja yang
diusulkan oleh Direktur RS.
g. Menjalankan fungsi pengawasan dan pengendalian umum terhadap kinerja
Direktur RS dan para STAF MEDIS. Untuk keperluan ini, GOVERNING
BOARD dapat mengundang akutan publik atau pihak lain yang kompeten untuk
melakukan audit keuangan, termasuk audit manajemen dan audit klinis apabila
diperlukan.
h. Menyutujui, mempertimbangkan dan ataupun menolak revisi atas statuta yang
diusulkan oleh Direktur RS dan Komite Medik.

Pasal 4
Ketua dan Sekretaris

Tugas Ketua adalah :

1. Memimpin semua perternuan GOVERNING BOARD


2. Memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan prosedur dan tatacara dalam setiap
rapat yang belum diatur dalarn statuta ini atau dalam peraturan rumah sakit dan
keputusannya akan disampaikan kepada organ GOVERNING BOARD secara
keseluruhan untuk diketahui dan atau mendapatkan pertimbangan..
3. Bekerjasama dengan Direktur RS untuk menangani berbagai hal mendesak yang
seharusnya ditetapkan oleh putusan rapat GOVERNING BOARD dalarn hal rapat
belum sempat diselenggarakan, dan memberikan wewenang kepada Direktur RSIA
Keluarga Kita untuk mengarnbil segala tindakan yang perlu disesuaikan dengan
situasi/kondisi saat itu dan kepada Direktur yang bersangkutan wajib segera
memberitahukan kepada Ketua untuk mendapatkan pertimbangan dan atau persetujuan.
4. Melaporkan pada rapat rutin berikutnya perihal tindakan yang diambil berdasarkan
statuta ini sebagaimana dimaksud dalarn ayat (3) pasal ini disertai dengan penjelasan
yang terkait dengan situasi saat tindakan tersebut diambil.
5. Melaporkan dan mengarsipkan setiap tugas yang telah ditetapkan oleh GOVERNING
BOARD.
8

Pasal 5
Wakil Ketua

1. Tugas Wakil Ketua adalah :


a. Membantu/mendampingi Ketua dalam melaksanakan tugas-tugasnya;
b. Mewakili Ketua dalam hal Ketua tidak hadir atau berhalangan melaksanakan
tugas organisasi;
c. Melaksanakan tugas lain yang ditetapkan/diputuskan oleh GOVERNING
BOARD
2. Dalam hal diperlukan sesuai dengan ketentuan dalam statuta ini, Wakil Ketua
berwenang melaksanakan tugas Ketua sesuai dengan keputusan yang telah ditetapkan
Governing Board terlebih dahulu.

Pasal 6
Rapat Rutin

1. Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit 10 (sepuluh) kali dalam setahun dengan interval
yang tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh GOVERNING BOARD
2. Sekretaris menyampaikan undangan kepada setiap anggota dan pihak lain yang
ditetapkan untuk menghadiri rapat rutin paling lambat 3 (tiga) hari sebelum tapat
tersebut dilaksanakan.
3. Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris sebagaimana diatur dalam
ayat (2) pasal ini harus melampirkan :
a. Satu salinan agenda (materi/susunan acara)
b. Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu, dan atau
c. Satu rapat risalah rapat khusus yang lalu

Pasal 7
Rapat Khusus

1. Sekretaris mengundang rapat khusus dalam hal


a. Diperintahkan oleh Ketua; atau
b. Permintaan diluar rapat rutin yang ditandatangani oleh paling sedikit tiga
anggota dalam waktu empatpuluh delapan jam sebelumnya;
2. Undangan rapat khusus harus disampaikan oleh Sekretaris kepada peserta rapat paling
lambat dua puluh empat jam sebelum rapat tersebut diselenggarakan
3. Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik
4. Rapat khusus ymg diminta o1eh anggota sebagaimana diatur dalam ayat (1) butir b
pasal ini harus diselenggarakan paling larnbat tujuh hari setelah diterimanya surat
permintaan tersebut

Pasal 8
Rapat Tahunan
9

1. Rapat tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun kalender pada bulan April atau
Mei.
2. G0VERNING BOARD bersama Direktur RS menyiapkan dan menyajikan laporan
umum keadaan rumahsakit termasuk laporan keuangan yang telah diaudit untuk
disampaikan dalam RUPS Tahunan.
3. Dalam Rapat Tahunan Sekretaris menyampaikan undangan tertulis kepada para anggota
dan undangan lain paling sedikit empat belas hari sebelum rapat diselenggarakan.

Pasal 9
Undangan Rapat

Setiap rapat GOVERNING BOARD dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan
secara pantas kecuali seiuruh anggota yang berhak memberikan suara menolak undangan
tersebut

Pasal 10
Peserta Rapat

Setiap rapat rutin selain dihadiri oleh anggota dapat pula dihadiri oleh Direktur RS beserta
jajarannya serta narasumber lainnya yang dianggap perlu apabila telah ditetapkan terlebih
dahulu dalam rapat GOVERNING BOARD sebelumnya.

Pasal 11
Pemimpin Rapat

Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua berhalangan hadir dalam suatu rapat, maka dalam hal
kuorum telah tercapai, anggota dapat memilih Ketua rapat untuk memimpin rapat yang
diselanggarakan pada saat Ketua dan Wakil Ketua berhalangan hadir.

Pasal 12
Kuorum

Rapat GOVERNING BOARD hanya dapat dilaksanakan bila kuorum tercapai.


1. Kuorum dianggap tercapai bila dihadiri oleh lebih dari separuh anggota atau separuh
anggota tetapi dihadiri oleh Ketua Governing Board ataupun yang mewakilinya.
2. Dalarn hal kuorum tidak tercapai, waktu rapat dapat diperpanjang paling lama
setengah jam dari waktu rapat yang telah ditentukan.
3. Apabila waktu rapat telah diperpanjang sebagaimana diatur dalam ayat 2, pasal ini,
kourum masih belum tercapai, maka rapat dibatalkan dan akan dilanjutkan pada
minggu berikutnya. Risalah pembatalan rapat tetap dibuat sebagai arsip dan untuk
dibacakan pada rapat berikutnya.

Pasal 13
10

Risalah Rapat

1. Penyelenggaraan setiap risalah rapat GOVERNING BOARD menjadi tanggung jawab


Sekretaris
2. Risalah rapat harus disahkan dalam rapat berikutnya dan segala putusan dalam risalah
rapat tersebut tidak boleh dilaksanakan sebelurn disahkan dalam rapat berikutnya.

Pasal 14
Pengambilan Putusan Rapat

Kecuali telah diatur dalam statuta ini, maka :

1. Pengambilan keputusan rapat diupayakan melalui musyawarah dan mufakat

2. Dalarn hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui keputusan Ketua
Governing Board.

Pasal 15
PembatalanPutusan Rapat

1. GOVERNING BOARD dapat merubah dan atau membatalkan setiap keputusan yang
telah diputuskan pada rapat sebelumnya dengan syarat bahwa usulan peruhahan dan
atau rencana pembatalan yang dimaksudkan dicantumkan terlebih dahulu dalam
pemberitahuan atau undangan rapat sebagaimana yang ditentukan dalam statuta ini
untuk mendapatkan pertimbangan/ pembahasan dalam rapat berikutnya.
2. Dalam hal rencana usulan perubahan dan atau rencana pembatalan putusan
GOVERNING BOARD sebagaimana dimaksud dalam ayat1, pasal ini, tidak diterima
dalam rapat, maka usulan dan atau rencana pembatalan dinyatakan ditolak dan tidak
dapat diajukan lagi dalam kurun waktu tiga bulan terhitung sejak saat usulan tersebut.

Pasal 16
Cap Yang Digunakan

1. Dalam statuta ini ditentukan dua macam cap yaitu cap PT. Cipta Kesehatan Mandiri
dan cap RSIA Keluarga kita.
2. Setiap dokumen yang menggunakan cap PT. Cipta Kesehatan Mandiri harus diparaf
oleh Wakil Ketua dan ditanda tangani oleh Ketua.
3. Untuk kepentingan operasional rumah sakit digunakan cap Rumah RSIA Keluarga Kita
4. Cap RSIA Keluarga Kita terdiri dari tiga jenis, yaitu yang digunakan oleh Sekretariat,
Bagian Keuangan dan Kasir.
5. Setiap cap RSIA Keluarga Kita tersebut diatas dibubuhi identitas masing-masing bagian
secara berbeda.
6. Penggunaan cap RSIA Keluarga Kita ditentukan lebih lanjutdan dipertanggung
jawabkan oleh Direktur Rumah Sakit.
11

BAB III
DIREKTUR RUMAH SAKIT
Pasal 17
Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab

1. Direktur RS diangkat dan dihentikan oleh Governing Board setelah melalui proses
yang berlaku, dan Direktur Utama Korporasi akan mengesahkan nya dengan suatu
surat keputusan.
2. Tugas pokok, fungsi, wewenang dan tanggung jawab Direktur RS ditentukan oleh
GOVERNING BOARD, yaitu memimpin dan mengelola penyelenggaraan upaya
pelayanan RS sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan
ketentuan-ketentuan lainnya serta sejalan dengan kebijakan yang ditetapkan oleh
Governing Board yang diperinci dalam suatu uraian tugas tertulis.
3. Direktur RS bertugas untuk memberikan masukan kepada GOVERNING BOARD
perihal kewajiban GOVERNING BOARD sesuai dengan peraturan perundang-
undangan.
4. Direktur RSIA Keluarga Kita mengesahkan pengangkatan Manager Keuangan,
Manager Medik, Manager HRD dan GA, Manager Marketing, Manager Rekam Medik
dan Casemix, Supervisor Pelayanan Medik, Supervisor Penunjang Medik dan
Supervisor Keperawatan yang dinilai telah memenuhi syarat untuk bidang tugasnya
atas persetujuan Governing Board terlebih dahulu.

Pasal 18
Masa Jabatan dan Kriteria

1. Masa Jabatan Direktur adalah 3 (tiga) tahun dan dapat di perpanjang satu kali.
2. Kriteria Direktur :
a. Warga Negara Indonesia
b. Dokter/Dokter Gigi
c. Di prioritaskan bergelar MARS/MPH atau persamaan nya.
d. Memiliki pengalaman mengelola Rumah Sakit
e. Memiliki kemampuan organisasi dan kepemimpinan
f. Memiliki kemampuan komunikasi yang baik
g. Bersedia Purna Waktu dan menaruh SIP di Rumah Sakit
h. Sehat Jasmani dan Rohani
i. Jujur, berintegritas dan disiplin
j. Tidak memiliki catatan perbuatan yang melawan hukum ataupun peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

Pasal 19
Sekretariat, Manager dan Supervisor

1. Dalam Menjalankan Fungsi, Tugas dan Tanggung Jawabnya, Direktur RS dibantu oleh
Sekretariat, Manager dan Supervisor.
2. Sekretariat di pimpin oleh Seorang Sekretaris Rumah Sakit.
12

3. Manager Rumah Sakit terdiri dari :


a. Manager Medik
b. Manager Keuangan
c. Manager HRD dan General Affair (GA)
d. Manager Marketing
e. Manager Rekam Medis dan Casemix
4. Supervisor Rumah Sakit terdiri dari :
a. Supervisor Pelayanan Medik
b. Supervisor Penunjang Medik
c. Supervisor Keperawatan
d. Supervisor IT
5. Sekretaris, Manager dan Supervisor di tentukan oleh Governing Board dan ditetapkan
dengan Surat Keputusan Pengangkatan oleh Direktur RS
6. Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab Sekretaris, Manager dan Supervisor
ditentukan Governing Board dan Direktur RS serta diterbitkan dalam suatu Surat
Keputusan yang di buat oleh Direktur RS dan diketahui oleh Governing Board.

Pasal 20
Hubungan Direktur RS dan Governing Board

1. Pengelolaan operasional Rumah Sakit dilakukan oleh Direktur RS dan bertanggung


jawab sepenuhnya kepada Pemilik melalui Governing Board.
2. Governing Board melakukan pembinaan dan pengawasan dalam pengelolaan
operasional Rumah Sakit, dengan menetapkan kebijakan pelaksanaan, baik di bidang
pelayanan kesehatan, pendidikan dan latihan serta penelitian dan pengembangan
kesehatan untuk tercapainya visi, misi, falsafah dan tujuan rumah sakit.
3. Keberhasilan rumah sakit tergantung dari pengurusan dan pengelolaan Direktur RS
serta pembinaan dan Pengawasan dari Pemilik melalui Governing Board sehingga
dalam pertanggungjawaban tugas dan kewajiban antara Pengelola dan Pemilik
bersifat tanggung renteng.

BAB IV
KOMITE MEDIK

Pasal 21
Organisasi dan Masa Jabatan

1. Komite medik merupakan organisasi non struktural yang dibentuk dan ditetapkan oleh
Direktur Rumah Sakit dengan persetujuan Governing Board.
2. Susunan organisasi komite medik sekurang-kurangnya terdiri dari:
1. Ketua
2. Sekretaris
13

3. Subkomite
3. Masa Jabatan Ketua, Sekretaris dan Anggota Komite Medik adalah 3 (tiga) tahun.
4. Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, susunan organisasi komite medik sekurang-
kurangnya dapat terdiri dari:
a. Ketua dan Sekretaris tanpa Subkomite; atau
b. Ketua dan Sekretaris merangkap ketua dan anggota Subkomite.

Pasal 22
Tugas, Fungsi, Wewenang dan Tanggung Jawab

1. Tugas Komite medik adalah menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical governance)
yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin dan
terlindungi.
2. Untuk menjalankan Tugas sesuai ayat 1 pasal ini, Komite medik memiliki Fungsi dan
kewenangan :
a. melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan
medis di rumah sakit;
b. memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis
3. Komite Medik bertanggung jawab kepada Direktur Rumah Sakit

Pasal 23
Medical Staff Bylaws

1. Medical Staff Bylaws adalah Peraturan Internal Rumah Sakit yang berfungsi sebagai
aturan yang mengatur tata kelola klinis untuk menjaga profesionalisme staf medis di
rumah sakit
2. Isi dari Medical Staff Bylaws disesuaikan dengan Permenkes 755 tahun 2011 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Komite Medik di Rumah Sakit dan Peraturan Internal
Korporasi (Corporate Bylaws) Rumah Sakit
3. Medical Staff Bylaws disusun oleh Direktur Rumah Sakit dan merupakan bagian atau
Buku II dalam Hospitals Bylaws Rumah Sakit.

Ketua,

Ditetapkan :
Trisna Wijaya Pada tanggal :
14

BUKU II

PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS


(MEDICAL STAFF BYLAWS)

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Pengertian

1. Komite medik adalah suatu badan non struktural di rumah sakit untuk menerapkan tata kelola
klinis (clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga profesionalismenya melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin
profesi medis.
2. Staf medis adalah dokter, dokter gigi, dokter spesialis, dan dokter gigi spesialis yang terikat
perjanjian kemitraan dengan Direktur Rumah Sakit, bertugas dan berwenang serta bertanggung
jawab melaksanakan clinical governance dan asuhan klinis (clinical care) sesuai batasan
keprofesiaan.
3. Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat
darurat dalam hal ini Rumah Sakit Ibu dan Anak Keluarga Kita (RSIA KK) yang beralamat di
Jl. Raya PLP Curug Km. 4 No. 8 Tangerang, Banten..
4. Peraturan internal rumah sakit (hospital bylaws) adalah aturan dasar yang mengatur tata cara
penyelenggaraan rumah sakit meliputi peraturan internal korporasi dan peraturan internal staf
medis.
5. Peraturan internal korporasi (corporate bylaws) adalah aturan yang mengatur agar tata kelola
korporasi (corporate governance) terselenggara dengan baik melalui pengaturan hubungan antara
pemilik, pengelola, dan komite medik di rumah sakit.
15

6. Peraturan internal staf medis (medical staff bylaws) adalah aturan yang mengatur tata kelola
klinis (clinical governance) untuk menjaga profesionalisme staf medis di rumah sakit.
7. Tata Kelola klinis (Cinical Governance) adalah suatu sistem didalam Rumah sakit yang
bertanggung jawab untuk memberikan jaminan pelayanan kesehatan dengan standar kualitas
pelayanan prima.
8. Asuhan Klinis adalah tindakan pelayanan oleh staf medis yang meliputi anamnesa,
pemeriksaan, diagnosa, terapi atau tindakan serta rujukan.
9. Kewenangan klinis (Clinical privilege) adalah hak khusus seorang staf medis untuk
melakukan sekelompok pelayanan medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu
periode tertentu yang dilaksanakan berdasarkan penugasan klinis (Clinical appointment)
10. Penugasan Klinis (Clinical appointment) adalah penugasan yang diberikan oleh Direktur
Rumah Sakit kepada Staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan medis di rumah sakit
berdasarkan daftar kewenangan klinis yang telah di tetapkan.
11. Kredensial adalah proses evaluasi terhadap Staf medis untuk menentukan kelayakan diberikan
kewenangan klinis.
12. Rekredensial adalah proses reevaluasi terhadap Staf medis yang telah memiliki kewenangan
klinis untuk menentukan kelayakan pemberian kewenangan tersebut
13. Audit Medis adalah upaya evaluasi secara profesional terhadap mutu pelayanan medis yang
diberikan kepada pasien dengan menggunakan rekam medis.
14. Mitra bestari (peer group) adalah sekelompok staf medis dengan reputasi dan kompetensi
profesi yang baik untuk menelaah segala hal yang terkait dengan profesi medis

BAB II
TUJUAN

Pasal 2

1 Peraturan Internal Staf Medis (Medical Staff Bylaws) bertujuan untuk mengatur tata kelola klinis
(clinical governance) yang baik agar mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien di rumah sakit
lebih terjamin dan terlindungi.
2 Untuk mencapai maksud tujuan tersebut di atas, maka dibentuklah Komite Medik Rumah Sakit.

BAB III
KEWENANGAN KLINIS

Pasal 3
Definisi

Kewenangan Klinis adalah hak khusus seorang staf medis untuk melakukan sekelompok pelayanan
medis tertentu dalam lingkungan rumah sakit untuk suatu periode tertentu yang dilaksanakan
berdasarkan penugasan klinis (Clinical appointment) oleh Direktur rumah sakit.

Pasal 4
Tata Laksana Pemberian Kewenangan Klinis

1. Direktur rumah sakit harus mengatur pemberian kewenangan klinis setiap staf medis sesuai
dengan kompetensi.
16

2. Dalam mengatur pemberian kewenangan klinis, Direktur rumah sakit dibantu oleh Komite medik
dan atau subkomite kredensial beserta mitra bestari.
3. Bantuan yang dimaksud ayat 2 pasal ini adalah dalam bentuk rekomendasi.
4. Rekomendasi komite medik dan atau subkomite kredensial atas kewenangan klinis staf medis
harus di dokumentasikan dan dapat di pertanggungjawabkan karena mengacu pada norma
profesi yang ditetapkan oleh kolegium setiap spesialisasi.
5. Kewenangan klinis staf medis tidak hanya didasarkan pada kredensial kompetensi keilmuan dan
ketrampilan saja, tetapi juga didasarkan pada kesehatan fisik, kesehatan mental dan perilaku staf
medis.

Pasal 5
Kewenangan Klinis Darurat
(Emergency clinical privilege)

1. Dalam kondisi rumah sakit membutuhkan pelayanan medis darurat, Direktur rumah sakit dapat
menerbitkan Kewenangan klinis staf medis tanpa harus melalui tatalaksana yang berlaku
2. Masa berlaku kewenangan klinis darurat sifatnya sementara dan berlaku paling lama hanya
untuk 1 (satu) bulan.

Pasal 6
Pengakhiran Kewenangan Klinis

1. Kewenangan klinis yang telah diberikan kepada staf medis dapat diakhiri oleh Direktur rumah
sakit setelah dilakukan evaluasi,
2. Evaluasi dilakukan oleh Direktur rumah sakit dibantu oleh Komite medik dan atau subkomite
kredensial beserta subkomite etika dan disiplin profesi

BAB IV
PENUGASAN KLINIS

Pasal 7
Definisi

Penugasan klinis adalah penugasan oleh Direktur rumah sakit kepada staf medis guna melaksanakan
pelayanan medis sesuai dengan kompetensinya dan kewenangan klinis yang diberikan berdasarkan
rekomendasi dari Komite Medik dan atau sub komite kredensial.

Pasal 8
Tatalaksana Penerbitan dan Pengakhiran Surat Penugasan Klinis

1. Penugasan klinis yang diberikan oleh Direktur rumah sakit kepada staf medis dalam bentuk Surat
Keputusan.
2. Surat Penugasan klinis harus berisi rincian kewenangan klinis setiap staf medis berdasarkan
rekomendasi Komite medik dan atau Subkomite Kredensial.
3. Dalam keadaan tertentu, Direktur rumah sakit dapat menerbitkan surat keputusan Penugasan klinis
sementara,
17

4. Pengahkiran atau pembekuan sementara penugasan klinis oleh Direktur rumah sakit di dasarkan
kepada pertimbangan komite medik dan atau subkomite kredensial beserta subkomite etika dan
disiplin profesi.
5. Dengan dibekukan atau diakhirinya penugasan klinis, seorang staf medis tidak berwenang lagi
melakukan pelayanan medis di rumah sakit.

BAB V
KOMITE MEDIK

Pasal 9
Organisasi, Pengurus, dan Masa Jabatan

1. Komite medik merupakan organisasi non struktural yang dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur
Rumah Sakit dengan persetujuan Governing Board.
2. Komite medik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bukan merupakan wadah perwakilan dari staf
medis.
3. Susunan organisasi komite medik sekurang-kurangnya terdiri dari:
i. Ketua
ii. Sekretaris
iii. Subkomite
4. Dalam keadaan keterbatasan sumber daya, susunan organisasi komite medik sekurang-kurangnya
terdiri dari:
i. Ketua dan Sekretaris tanpa Subkomite; atas
ii. Ketua dan Sekretaris merangkap ketua dan anggota Subkomite.
5. Kepengurusan komite medik ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan mempertimbangkan
sikap profesional, reputasi, dan perilaku.
6. Jumlah pengurus Komite medik paling banyak 11 (Sebelas) orang.
7. Masa Jabatan Ketua, Sekretaris dan Anggota Komite Medik adalah 3 (tiga) tahun.
8. Subkomite terdiri dari :
i. Subkomite Kredensial
ii. Subkomite Mutu Profesi
iii. Subkomite Etika dan Disiplin Profesi
9. Ketua Komite Medik ditetapkan oleh direktur rumah sakit dengan memperhatikan masukan dari
staf medis yang bekerja di rumah sakit.
10. Sekretaris komite medik dan ketua subkomite ditetapkan oleh direktur rumah sakit berdasarkan
rekomendasi dari ketua komite medik dengan memperhatikan masukan dari staf medis yang
bekerja di rumah sakit.

Pasal 10
Tugas, Fungsi, dan Wewenang

1. Tugas Komite medik menyelenggarakan tata kelola klinis (clinical governance) yang baik agar
mutu pelayanan medis dan keselamatan pasien lebih terjamin dan terlindungi.
2. Untuk menjalankan Tugas sesuai ayat 1 pasal ini, Komite medik memiliki Fungsi dan kewenangan :
a. Melakukan kredensial bagi seluruh staf medis yang akan melakukan pelayanan medis di rumah
sakit;
b. Memelihara mutu profesi staf medis; dan
c. Menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis
3. Dalam melaksanakan tugas kredensial komite medik memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Penyusunan dan pengkompilasian daftar kewenangan klinis sesuai dengan masukan dari
18

kelompok staf medis berdasarkan norma keprofesian yang berlaku


b. Penyelenggaraan pemeriksaan dan pengkajian:
1) kompetensi;
2) kesehatan fisik dan mental;
3) perilaku profesi;
4) etika profesi.
c. Evaluasi data pendidikan profesional kedokteran/kedokteran gigi berkelanjutan;
1) wawancara terhadap pemohon kewenangan klinis;
2) penilaian dan pemutusan kewenangan klinis yang adekuat.
3) pelaporan hasil penilaian kredensial dan menyampaikan rekomendasi kewenangan klinis
kepada komite medik;
4) melakukan proses rekredensial pada saat berakhirnya masa berlaku surat penugasan klinis
dan adanya permintaan dari komite medik; dan
5) rekomendasi kewenangan klinis dan penerbitan surat penugasan klinis.

4. Dalam melaksanakan tugas memelihara mutu profesi staf medis komite medik memiliki fungsi
sebagai berikut:
a. Pelaksanaan audit medis;
b. Rekomendasi pertemuan ilmiah internal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf medis;
c. Rekomendasi kegiatan eksternal dalam rangka pendidikan berkelanjutan bagi staf medis rumah
sakit tersebut; dan
d. Rekomendasi proses pendampingan (proctoring) bagi staf medis yang membutuhkan.

5. Dalam melaksanakan tugas menjaga disiplin, etika, dan perilaku profesi staf medis komite medik
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pembinaan etika dan disiplin profesi kedokteran;
b. Pemeriksaan staf medis yang diduga melakukan pelanggaran disiplin;
c. Rekomendasi pendisiplinan perilaku profesional di rumah sakit; dan
d. Pemberian nasehat/pertimbangan dalam pengambilan keputusan etis pada asuhan medis pasien.

6. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik berwenang:


a. Memberikan rekomendasi rincian kewenangan klinis (delineation of clinical privilege);
b. Memberikan rekomendasi surat penugasan klinis (clinical appointment);
c. Memberikan rekomendasi penolakan kewenangan klinis (clinical privilege) tertentu; dan
d. Memberikan rekomendasi perubahan/modifikasi rincian kewenangan klinis (delineation of
clinical privilege);
e. Memberikan rekomendasi tindak lanjut audit medis;
f. Memberikan rekomendasi pendidikan kedokteran berkelanjutan;
g. Memberikan rekomendasi pendampingan (proctoring); dan
h. Memberikan rekomendasi pemberian tindakan disiplin;

Pasal 11
Hubungan Komite Medik Direktur

1.Direktur rumah sakit menetapkan kebijakan, prosedur dan sumber daya yang diperlukan untuk
menjalankan tugas dan fungsi komite medik.
2.Komite medik bertanggung jawab kepada direktur rumah sakit.

Pasal 12
Panitia Adhoc

1. Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya komite medik dapat dibantu oleh panitia adhoc.
19

2. Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh direktur rumah sakit
berdasarkan usulan ketua komite medik.
3. Panitia adhoc sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berasal dari staf medis yang tergolong sebagai
mitra bestari.
4. Staf medis yang tergolong sebagai mitra bestari sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat berasal
dari rumah sakit lain, perhimpunan dokter spesialis/dokter gigi spesialis, kolegium dokter/dokter
gigi, kolegium dokter spesialis/dokter gigi spesialis, dan/atau institusi pendidikan
kedokteran/kedokteran gigi.
BAB VI
RAPAT KOMITE MEDIK

Pasal 13
Rapat Rutin

1. Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit 10 (sepuluh) kali dalam setahun dengan interval yang tetap
pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Ketua Komite Medik dan atau Direktur rumah sakit.
2. Sekretaris Komite medik selanjutnya di sebut Sekretaris menyampaikan undangan kepada setiap
pengurus dan pihak lain yang ditetapkan untuk menghadiri rapat rutin paling lambat 3 (tiga) hari
sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
3. Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris sebagaimana diatur dalam ayat (2) pasal
ini harus melampirkan :
d. Satu salinan agenda (materi/susunan acara)
e. Satu salinan risalah rapat rutin yang lalu, dan atau
f. Satu rapat risalah rapat khusus yang lalu
4. Tujuan Rapat Rutin adalah menyusun kebijaksanaan, program kerja dan evaluasi tata kelola klinis
rumah sakit

Pasal 14
Rapat Khusus

1. Sekretaris mengundang rapat khusus dalam hal


a. Diperintahkan Ketua komite medik dan atau Direktur rumah sakit
b. Permintaan diluar rapat rutin ditandatangani oleh paling sedikit tiga pengurus dalam waktu
empat puluh delapan jam sebelumnya;
2. Undangan rapat khusus harus disampaikan oleh Sekretaris kepada peserta rapat paling lambat dua
puluh empat jam sebelum rapat tersebut diselenggarakan
3. Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara spesifik
4. Rapat khusus yang diminta oleh pengurus sebagaimana diatur dalam ayat (1) butir b pasal ini harus
diselenggarakan paling lambat tujuh hari setelah diterimanya surat permintaan tersebut
5. Tujuan Rapat khusus adalah membicarakan tema atau agenda-agenda darurat yang berhubungan
dengan tata kelola klinis rumah sakit.

Pasal 15
Peserta Rapat

Setiap rapat rutin selain dihadiri oleh pengurus dapat pula dihadiri oleh Direktur RS beserta jajarannya
serta narasumber lainnya yang dianggap perlu apabila telah ditetapkan terlebih dahulu dalam rapat
Komite Medik sebelumnya.

Pasal 16
Pemimpin Rapat
20

Dalam hal Ketua berhalangan hadir dalam suatu rapat, Sekretaris dapat memimpin rapat atas penugasan
Ketua.

Pasal 17
Risalah Rapat

1. Penyelenggaraan setiap risalah rapat Komite Medik menjadi tanggung jawab Sekretaris
2. Risalah rapat harus disahkan dalam rapat berikutnya dan segala putusan dalam risalah rapat tersebut
tidak boleh dilaksanakan sebelurn disahkan dalam rapat berikutnya.

Pasal 18
Pengambilan Putusan Rapat

Kecuali telah diatur dalam statuta ini, maka :


1. Pengambilan keputusan rapat diupayakan melalui musyawarah dan mufakat
2. Dalarn hal tidak tercapai mufakat, maka putusan diambil melalui keputusan Ketua Komite medik.

Pasal 19
Pembatalan Putusan Rapat

1. Komite Medik dapat merubah dan atau membatalkan setiap keputusan yang telah diputuskan pada
rapat sebelumnya dengan syarat bahwa usulan perubahan dan atau rencana pembatalan yang
dimaksudkan dicantumkan terlebih dahulu dalam pemberitahuan atau undangan rapat sebagaimana
yang ditentukan dalam statuta ini untuk mendapatkan pertimbangan/ pembahasan dalam rapat
berikutnya.
2. Dalam hal rencana usulan perubahan dan atau rencana pembatalan putusan Komite Medik
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1, pasal ini, tidak diterima dalam rapat, maka usulan dan atau
rencana pembatalan dinyatakan ditolak dan tidak dapat diajukan lagi dalam kurun waktu tiga bulan
terhitung sejak saat usulan tersebut.

BAB VII
SUBKOMITE KREDENSIAL

Pasal 20
Pengorganisasian

1. Dalam kondisi ideal, Subkomite kredensial terdiri atas 3 (tiga) orang staf medis yang memiliki surat
penugasan klinis di rumah sakit dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
2. Dalam kondisi terbatas, anggota dapat terdiri dari satu orang staf medis yang memiliki surat
penugasan klinis di rumah sakit dan merangkap dalam pengorganisasian Komite medik.
3. Pengorganisasian subkomite kredensial terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
4. Pengorganisasian subkomite kredensial di tetapkan dan bertanggung jawab kepada Ketua komite
medik.
21

Pasal 21
Fungsi, Tugas dan Wewenang

1. Fungsi Subkomite kredensial adalah untuk melindungi keselamatan pasien dengan memastikan
bahwa staf medis yang akan melakukan pelayanan medis di rumah sakit kredibel.
2. Tugas dan kewenangan Subkomite kredensial :
a. Mendapatkan dan memastikan staf medis yang profesional dan akuntabel bagi pelayanan di
rumah sakit;
b. Tersusunnya jenis-jenis kewenangan klinis bagi setiap staf medis yang melakukan pelayanan
medis di rumah sakit sesuai dengan cabang ilmu kedokteran/kedokteran gigi yang ditetapkan
oleh Kolegium Kedokteran/Kedokteran Gigi Indonesia;
c. Kewenangan klinis seperti yang disebutkan point b, ayat 2 pasal ini menjadi dasar bagi direktur
rumah sakit untuk menerbitkan penugasan klinis bagi setiap staf medis untuk melakukan
pelayanan medis di rumah sakit;
d. Melakukan rekredensial.

Pasal 22
Mekanisme Kerja Kredensial

1. Direktur rumah sakit menetapkan kebijakan dan prosedur bagi staf medis untuk memperoleh
kewenangan klinis dengan berpedoman pada Peraturan internal staf medis
2. Instrumen kredensial antara lain :
a. Daftar rincian kewenangan klinis untuk tiap spesialisasi medis
b. Daftar mitra bestari yang representatif untuk tiap spesialisasi medis
c. Buku catatan untuk setiap pelayanan medis yang selanjutnya disebut Buku Putih
3. Tahapan pemberian kewenangan klinis :
a. Staf medis mengajukan permohonan kewenangan klinis kepada Direktur Rumah Sakit dengan
mengisi formulir daftar rincian kewenangan klinis yang telah disediakan rumah sakit dengan
dilengkapi bahan-bahan pendukung.
b. Formulir permohonan staf medis yang telah lengkap disampaikan oleh Direktur rumah sakit
kepada komite medic
c. Komite Medik dan atau Subkomite kredensial mengkaji Formulir permohonan
d. Dalam melakukan kajian, Komite dan atau Subkomite kredensial dapat membentuk panitia ad-
hoc dengan melibatkan mitra bestari dari disiplin yang sesuai dengan kewenangan klinis yang
diminta berdasarkan buku putih
e. Komite dan atau Subkomite kredensial melakukan seleksi terhadap anggota panitia ad-hoc
dengan mempertimbangkan reputasi, adanya konflik kepentingan, bidang disiplin dan
kompetensi yang bersangkutan
f. Pengkajian meliputi elemen :
1) Kompetensi :
- Keilmuan sesuai dengan standar kompetensi yang disahkan oleh lembaga pemerintah
yang berwenang
- Kognitif
- Afektif
- Psikomotor
2) Kompetensi fisik
22

3) Kompetensi mental/perilaku
4) Perilaku etis
g. Kewenangan klinis yang diberikan mencakup derajat kompetensi dan cakupan praktek
h. Daftar rincian kewenangan klinis di peroleh dengan cara :
1) Menyusun daftar kewenangan klinis dengan meminta masukan dari setiap kelompok staf
medis
2) Mengkaji kewenangan klinis bagi pemohon dengan menggunakan daftar rincian
kewenangan klinis
3) Mengkaji ulang daftar rincian kewenangan klinis bagi staf medis dilakukan secara periodic
4) Rekomendasi pemberian kewenangan

BAB VIII
SUBKOMITE MUTU PROFESI

Pasal 23
Pengorganisasian

1. Dalam kondisi ideal, Subkomite mutu profesi terdiri atas 3 (tiga) orang staf medis yang memiliki
surat penugasan klinis di rumah sakit dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
2. Dalam kondisi terbatas, anggota dapat terdiri dari satu orang staf medis yang memiliki surat
penugasan klinis di rumah sakit dan merangkap dalam pengorganisasian Komite medik
3. Pengorganisasian subkomite mutu profesi terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
4. Pengorganisasian subkomite mutu profesi di tetapkan dan bertanggung jawab kepada Ketua Komite
Medik

Pasal 24
Fungsi, Tugas dan Wewenang

1. Fungsi Subkomite mutu profesi adalah menjaga mutu profesi medis


2. Tugas dan Wewenang :
a. Memberikan perlindungan terhadap pasien agar senantiasa ditangani oleh staf medis yang
bermutu, kompeten, etis dan professional
b. Memberikan asas keadilan bagi staf medis untuk memperoleh kesempatan memelihara
kompetensi dan kewenangan klinis
c. Mencegah terjadinya asuhan klinis yang tidak diharapkan
d. Memastikan kualitas asuhan klinis yang diberikan oleh staf medis melalui pemberdayaan,
evaluasi kinerja profesi yang berkesinambungan dan terfokus.

Pasal 25
Mekanisme Kerja Mutu Profesi

1. Direktur rumah sakit menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh mekanisme kerja subkomite mutu
profesi berdasarkan masukan komite medik
2. Direktur rumah sakit menyediakan berbagai sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan
peningkatan mutu profesi staf medis dapat terselenggara
3. Audit medis
4. Merekomendasikan Pendidikan Berkelanjutan bagi staf medis.
23

5. Memfasilitasi Proses Pendampingan bagi staf medis yang membutuhkan.

BAB IX
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI

Pasal 26
Pengorganisasian

1. Dalam kondisi ideal, Subkomite etika dan disiplin profesi terdiri atas 3 (tiga) orang staf medis yang
memiliki surat penugasan klinis di rumah sakit dan berasal dari disiplin ilmu yang berbeda.
2. Dalam kondisi terbatas, anggota dapat terdiri dari satu orang staf medis yang memiliki surat
penugasan klinis di rumah sakit dan merangkap dalam pengorganisasian Komite medik
3. Pengorganisasian subkomite etika dan disiplin profesi terdiri dari :
a. Ketua
b. Sekretaris
c. Anggota
4. Pengorganisasian subkomite etika dan disiplin profesi di tetapkan dan bertanggung jawab kepada
Ketua komite medik

Pasal 27
Fungsi, Tugas dan Wewenang

1. Fungsi Subkomite etika dan disiplin profesi adalah menegakkan etika dan disiplin staf medis
2. Tugas dan Wewenang :
a. Melindungi pasien dari pelayanan staf medis yang tidak memenuhi syarat dan tidak layak untuk
melakukan asuhan klinis
b. Memelihara dan meningkatkan mutu profesionalisme staf medis rumah sakit

Pasal 28
Mekanisme Kerja Etika dan Disiplin Profesi

1. Direktur rumah sakit menetapkan kebijakan dan prosedur seluruh mekanisme kerja subkomite etika
dan dan disiplin profesi berdasarkan masukan komite medik
2. Direktur Rumah Sakit menyediakan sumber daya yang dibutuhkan agar kegiatan penegakan etika
dan disiplin staf medis dapat terselenggara
3. Penegakan etika dan disiplin staf medis dilaksanakan dengan metode :
a. Upaya pendisiplinan perilaku professional
b. Adanya sumber laporan baik perorangan maupun non perorangan (hasil konferensi
kematian/klinis)
c. Adanya dugaan pelanggaran disiplin profesi
a. Kompetensi klinis
b. Penatalaksanaan kasus medis
c. Pelanggaran disiplin profesi
d. Penggunaan obat dan alat kesehatan yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
kedokteran di rumah sakit
e. Ketidakmapuan bekerjasama dengan staf rumah sakit yang dapat membahayakan pasien
d. Pemeriksaan
a. Dilakukan oleh panel pendisiplinan profesi
b. Melalui proses pembuktian
c. Dicatat
24

d. Bersifat tertutup dan rahasia


e. Keputusan menetapkan apakah ada atau tidaknya pelanggaran etika dan disiplin oleh staf medis
f. Rekomendasi tindakan pendisiplinan
a. Peringatan tertulis
b. Pembatasan atau pengurangan kewenangan klinis
c. Supervisi
d. Pencabutan kewenangan klinis sementara atau selamanya
g. Rekomendasi diserahkan kepada direktur rumah sakit oleh komite medik yang selanjutnya akan
dieksekusi oleh direktur rumah sakit
h. Pembinaan Profesionalisme Kedokteran
i. Menyusun materi kegiatan pembinaan profesionalisme kedokteran
j. Pelaksanaan pembinaan dalam bentuk ceramah, diskusi, symposium, lokakarya dll.
k. Pertimbangan Keputusan Etis untuk suatu kasus pengobatan di rumah sakit melalui kelompok
profesi kepada komite medik.

BAB X
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS

Pasal 29

1. Untuk melaksanakan tata kelola klinis yang baik diperlukan aturan-aturan profesi lain bagi staf
medis (medical staff rules and regulations) yang disusun secara tersendiri diluar Peraturan internal
rumah sakit (medical staff by laws).
2. Aturan profesi tersebut antara lain adalah:
a. Pemberian pelayanan medis dengan standar profesi, standar pelayanan, dan standar prosedur
operasional serta kebutuhan medis pasien;
b. Kewajiban melakukan konsultasi dan/atau merujuk pasien kepada dokter, dokter spesialis,
dokter gigi, atau dokter gigi spesialis lain dengan disiplin yang sesuai;
c. Kewajiban melakukan pemeriksaan patologi anatomi terhadap semua jaringan yang
dikeluarkan dari tubuh dengan pengecualiannya.
d. Dll.

BAB XI
TATA CARA PERBAIKAN PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS

Pasal 30

1. Perubahan atau perbaikan Peraturan internal staf medis bersifat dinamis, disesuaikan dengan
kondisi kebutuhan internal dan eksternal rumah sakit.
2. Perubahan Peraturan internal rumah sakit di lakukan oleh Direktur rumah sakit atas sepengetahuan
Governing board.

BAB XII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 31
25

1. Peraturan internal rumah sakit mulai berlaku sejak di terbitkan sesuai dengan tanggal dan tanda
tangan Direktur rumah sakit yang tercetak dalam buku ini
2. Dengan diberlakukannya Peraturan internal rumah sakit ini, peraturan lama dinyatakan dicabut atau
tidak berlaku lagi.

Tangerang,
RSIA Keluarga Kita Mengesahkan

Dr. Didik K. Wijayanto Trisna Wijaya


Direktur RSIA KK Ketua Governing Board

Anda mungkin juga menyukai