SOFWAN
DAHLAN
HOSPITAL BYLAWS
Sering diterjemahkan:
- Statuta RS;
- Peraturan Internal RS;
- Peraturan Dasar Internal RS;
- Peraturan Tatakelola RS; atau
- Konstitusi RS.
HOSPITAL (1)
Tempat dimana pasien mendapat makanan,
pemondokan dan layanan keperawatan selagi
menjalani pengobatan atau pembedahan.
Sebuah institusi yang menerima, merawat
dan mengobati secara medis terhadap orang
sakit atau cidera; termasuk pula gedung yang
digunakan untuk tujuan itu.
Juga diartikan sebagai tempat dimana praktek
kedokteran dilaksanakan oleh Dr.
(Morris and Moritz)
HOSPITAL (2)
Tempat dimana:
1. Orang dg problem kesehatan datang.
2. Dr, perawat dan profesional lainnya
melakukan aktivitas profesionalnya.
3. Pendidikan dan penelitian di lapangan
kesehatan dilakukan.
4. Segmen dari masyarakat memperoleh
lapangan pekerjaan.
(Magula, M, 1982)
HOSPITAL (3)
Rumah sakit adalah institusi pelayanan
kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
(Definisi Yuridis Menurut Pasal 1 angka 1 UURS)
PERANAN HOSPITAL
Pelayanan kesehatan:
menyembuhkan, merawat pesakit, cidera atau
jompo.
Penyuluhan Kesehatan:
melakukan penyuluhan kesehatan kepada staf,
pasien serta keluarganya, dan masyarakat.
(Hematram Yadav, 2006)
HAKEKAT HOSPITAL
1. Sebuah institusi besar;
karena sarat dengan peralatan, yang
dioperasionalkan oleh banyak orang dengan
berbagai macam bakat dan keahlian.
RINGKASNYA
Hospital merupakan tempat bertemunya
banyak unsur dan kepentingan, antara lain:
1. Pemilik;
2. Manajemen (CEO, COO, Manajer, Spv.);
3. Profesional (Dr, Drg, Perawat, Bidan, dll);
4. Pasien dan keluarganya;
5. Masyarakat beserta lingkungannya;
6. Mahasiswa, residen dan peneliti;
KONFLIK
Kepentingan yang berbeda dari
banyak unsur dalam RS, berpotensi
menimbulkan konflik, yang sudah
tentu akan membawa pengaruh pada
mutu layanan kesehatan di RS yang
bersangkutan.
Oleh karena itu perlu problem solving system.
PENYEBAB KONFLIK
Keterbatasan sumber daya.
Kerja-kerja yg saling bergantungan
satu sama lain.
Perbedaan nilai & persepsi diantara
staf RS.
Tidak ada peraturan & protap di RS.
Adanya difficult people.
(Hematram Yadav, 2006)
SOLUSI KONFLIK
Perlu perangkat hukum sebagai:
o landasan bagi pengelolaan RS; dan
o acuan penyelesaian konflik di RS ybs.
Perangkat hukum tsb adalah:
1. Hukum dalam UU:
o
UU Kesehatan, UURS, UUPK, dll.
2. Hukum diluar UU:
o
Hospital Bylaws (disahkan Pemilik RS);
o
Peraturan Direktur RS (disahkan Direktur);
o
Prosedur Tetap (disahkan Direktur).
UU RUMAH SAKIT
Berisi:
o Definisi.
o Bentuk kelembagaan.
o Jenis dan klasifikasi.
o Peran, Fungsi, Kewenangan, Tanggungjawab.
o Perpajakan (pengurangan pajak).
o Sumbangan dari public fund & retribusi pasien).
o Potensi RS yg bisa membahayakan lingkungan.
o Pendirian, perizinan dan perpanjangan izin.
o Organisasi dan administrasi.
o Fungsi sosial.
o RM, informed consent, rahasia medis, dsbnya.
o Kedudukan mahasiswa dan residen yg praktek.
TUJUAN UURS
1.Mempermudah akses masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan.
2.Memberikan perlindungan thd keselamatan
pasien, masyarakat, lingkungan RS dan
SDM RS.
3.Meningkatkan mutu dan mempertahankan
standar pelayanan RS.
4.Memberikan kepastian hukum kpd pasien,
masyarakat, SDM RS dan RS.
(Pasal 3 UU RS)
UU RUMAH SAKIT
Pasal 29 ayat (1) huruf r UURS:
Setiap RS mempunyai kewajiban:
a. ..................
r. menyusun dan melaksanakan peraturan
internal RS (hospital bylaws).
Peraturan Internal terdiri atas: corporate bylaws dan
medical staff bylaws.
Pasal 36 UURS:
Setiap RS harus menyelenggarakan tatakelola
RS dan tata kelola klinis yang baik.
UU RUMAH SAKIT
1.
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
1. Harus punya Sertifikat Kompetensi dari Kolegium.
2. Harus punya STR dari KKI.
3. Harus menjaga kompetensi dg selalu mengikut pendidikan
berkelanjutan.
4. Harus memperbarui STR yang habis masa berlakunya.
5. Harus punya SIP untuk bekerja di RS.
6. Dalam menjalankan praktik harus selalu:
- memenuhi Standar Pelayanan yang berlaku.
- menjalankan prosedur Informed Consent yang benar.
- melaksanakan manajemen Rekam Medis dengan baik.
- menjaga Rahasia Kedokteran.
- menghormati hak-hak pasien.
IMPLIKASI UUPK
TERHADAP RUMAH SAKIT
1. Hanya boleh mempekerjakan Dr yang punya STR.
2. RS tidak boleh mempekerjakan Dr yang tidak punya STR.
3. RS berhak menetapkan Clinical Privilege setiap Dr di RS.
4. RS memfasilitasi agar setiap Dr selalu melaksanakan
layanan sesuai standar.
5. Melaksanakan:
- manajemen Informed Consent yang benar.
- manajemen Rekam Medik yang baik dan rapi.
- manajemen Rahasia Kedokteran yang tertib.
- manajemen Kendali Mutu (Audit Medik dsbnya).
6. Memfasilitasi terlaksananya hak-hak pasien di RS.
7. Melakukan tindakan korektif thd Dr yang kinerjanya buruk.
BYLAWS
Inggris Kuno:
Kata by bisa berarti kota, sehingga bylaws
berarti peraturan kota / peraturan setempat.
Oxford dictionary:
Regulasi yang dibuat oleh otoritas setempat
atau korporasi.
Wharton:
Bylaws memiliki kekuatan mengikat selama
tidak bertentangan dg kelaziman, iktikat baik,
hukum dan tdk melanggar hal-hal yg dilarang.
HOSPITAL BYLAWS
Adalah Peraturan Internal Dasar RS, terdiri dari:
1. Corporate Bylaws; dan
2. Medical Staff Bylaws.
Tujuan:
1. Untuk Corporate Bylaws:
agar tercipta good corporate governance.
2. Untuk Medical Staff Bylaws:
agar tercipta good clinical governance.
Hospital Bylaws:
o disahkan Pemilik RS atau Badan Otoritas, yang
oleh pemilik RS diberi kewenangan mensahkan.
(mis: Pengurus atau Governing Body).
o berlakunya hanya di RS ybs (tailored made).
CORPORATE GOVERNANCE
Tujuan:
Mengamankan investasi shareholders dan
aset organisasi; yang pada intinya:
omelindungi investor; dan
omeminimalkan risiko penipuan dan salah urus
(malpractice).
(Friedman, 1995)
Cadbury Committee:
Ada tiga kebutuhan dasar agar dapat tercipta good
corporate governance, yaitu:
1.Internal financial controls.
2.Efficient and effective operations.
3.Compliance with law and regulation.
CLINICAL GOVERNANCE
1. Harus ada harmonisasi antara tanggungjawab
klinik dan manajemen dgn akontabilitas praktek.
2. Harus dapat diwujudkan adanya tim kerja yang
bersifat interdependen.
3. Harus dpt diwujudkan adanya sistem monitoring,
evaluating & improving menuju standar yg aman.
4. Harus ada dorongan agar selalu ada peningkatan
mutu.
5. Harus bisa menciptakan budaya belajar secara
terus-menerus.
6. Harus ada upaya meningkatkan kinerja individu,
kinerja team, dan kinerja organisasi.
(Sherry, Pearce, Tingle: 2007)
CORPORATE BYLAWS
Menyediakan roadmap bagi operasionalisasi
RS sebagai sebuah badan usaha atau badan
layanan umum.
MEDICAL STAFF BYLAWS
Menyediakan framework bagi Dr dan para
pembantunya agar bisa melaksanakan fungsi
profesionalnya dengan baik, guna menjamin
terwujudnya layanan yang bermutu dan aman
bagi pasien (patient safety).
KEINGINAN PEMILIK
HUKUM
DAN PER-UU-AN
MORAL
DAN ETIKA
HOSPITAL BYLAWS
disahkan
Pemilik
disahkan
Direktur
RS
disahkan
Direktur RS
HOSPITAL BYLAWS
CORPORATE
BYLAWS
MEDICAL STAFF
BYLAWS
PERDIR
PERDIR
PERDIR
PERDIR
PROTAP
PROTAP
PROTAP
PROTAP
CIRI-CIRI
1. BYLAWS:
Bersifat abstrak, berisi prinsip-prinsip umum.
Sebagai landasan bagi Direktur RS dalam pembuatan Peraturan Direktur & Protap.
Disahkan oleh Pemilik atau Governing Body
(otoritas tertinggi yang mewakili pemilik).
2. PERATURAN DIREKTUR:
Bersifat lebih konkrit, spesifik, lebih teknis.
3. PROTAP:
Bersifat lebih konkrit sebab sudah menjelaskan
tentang urutan yang tepat dari tahapan-tahapan
instruksi yang menerangkan tentang:
- siapa (who) yang harus melakukan.
- apa (what) yang harus dilakukan.
- kapan (when) harus dilakukan.
- bagaimana (how) cara melakukan.
Sebagai pedoman praktis bagi semua staf RS.
Sebagai parameter bagi Direktur untuk menilai
pelaksanaan tanggungjawab staf RS.
Disahkan oleh Direktur guna implementasi Perdir.
Sebaiknya menggunakan format dari Kemenkes !!!
FUNGSI HBL
1. Acuan bagi pemilik untuk melakukan
pengawasan terhadap RS miliknya.
2. Acuan bagi direktur RS dalam mengelola
dan menyusun kebijakan operasional RS.
3. Menjamin efektivitas, efisiensi dan mutu.
4. Perlindungan hukum bagi stake holders.
5. Pencegahan dan penyelesaian konflik.
6. Persyaratan bagi akreditasi dan perijinan.
SANKSI
Pasal 29 ayat (2) UURS:
Pelanggaran kewajiban sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dikenakan
sanksi adminstratif berupa:
a. teguran;
b. teguran tertulis; atau
c. denda dan pencabutan izin rumah
sakit.
HOSPITAL BYLAWS DI AS
Didasarkan three legged stool model, yaitu:
a. Governing Body (Pengarah & Pengawas).
b. Executive (Administration).
c. Medical Staff.
Governing Body (Board of Trustees):
Bertanggungjawab secara hukum menyangkut
kebijakan dan jalannya RS secara keseluruhan.
Executive (Administration):
Bertanggungjawab thd manajemen keseharian.
Medical Staff:
Bertanggungjawab terhadap semua layanan
kesehatan di RS.
(Blum, J, D,. 2001)
PEMILIK RS SWASTA
BISA DIDELEGASIKAN
KEPADA GOVERNING BODY
GOVERNING
BODY
PENGARAH
&
PENGAWAS
EKSEKUTIF
STAF MEDIK
CORE
BUSSNISS
RINGKASNYA
RS memiliki tiga kepemimpinan, yaitu:
1. Governing Body:
Pemegang otoritas tertinggi sbg pengarah
dan pengawas (yang mewakili Pemilik).
2. Eksekutif atau Pejabat Pengelola:
Motor penggerak yang bertanggungjawab
terhadap manajemen keseharian.
3. Staf Medis:
Pelaku utama core business yang memiliki
otonomi sendiri (self governing entity).
CORPORATE BYLAWS
Peraturan internal korporasi atau
corporate bylaws adalah aturan yang
mengatur agar tatakelola korporasi
(corporate governance) terselenggara
dengan baik melalui pengaturan
hubungan antara pemilik, pengelola,
dan komite medik di rumah sakit.
GOVERNING BODY
o Suatu badan yang memiliki kekuasaan tertinggi
untuk menentukan kebijakan dan pengawasan.
o Kewenangannya bersifat kolektif, tidak individual.
o Bertindak hanya atas hasil keputusan rapat GB.
o Fungsi, tanggungjawab, kewenangan, tugas,
kewajiban dan hak-haknya diatur dlm Cor. Bylaws
o Punya pembantu yang minim dan tidak memiliki
pembantu berjenjang (hirarki) seperti eksekutif.
o Dibentuk dari kumpulan orang yang secara khusus
mungkin tidak ahli dalam pelayanan yang menjadi
program RS.
UU RUMAH SAKIT
Pasal 56
(1)Pemilik RS dpt membentuk Dewan Pengawas RS.
(5)Dewan Pengawas RS bertugas:
a. menentukan arah kebijakan RS;
b. menyetujui dan mengawasi pelaksanaan rencana
strategis;
c. menilai dan menyetujui pelaksanaan anggaran;
d. mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan biaya;
e. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban pasien;
f. mengawasi dan menjaga hak dan kewajiban RS; dan
g. mengawasi kepatuhan penerapan etika RS, etika
profesi, dan peraturan perundang-undangan.
FUNGSI GB
Mengawal misi RS secara keseluruhan.
Menyetujui atau merevisi rencana jangka panjang
institusi.
Mengawasi program-program RS.
Memilih eksekutif dan menentukan persyaratanpersyaratannya.
Bekerjasama secara dekat dan interaktif dengan
eksekutif.
Berperan sebagai penengah apabila terjadi konflik
KEWAJIBAN DEWAS
1. Memberikan pendapat dan saran kepada Pemilik
mengenai RBA yang diusulkan pejabat eksekutif RS;
2. Mengikuti perkembangan kegiatan, memberikan pendapat
dan saran kepada Pemilik mengenai setiap masalah yang
dianggap penting bagi pengelolaan;
3. Melaporkan kepada Pemilik tentang kinerja RS;
4. Memberikan nasehat kepada pejabat eksekutif dalam
melaksanakan pengelolaan RS;
5. Melakukan evaluasi dan penilaian kinerja keuangan dan
non-keuangan, serta memberikan saran dan catatan penting
penting untuk ditindaklanjuti oleh manajemen;
6. Memonitor tindak-lanjut dari hasil evaluasi dan penilaian
kinerja.
(PP No. 23 Th. 2005)
EXECUTIVE
(PEJABAT PENGELOLA)
Individu atau gabungan individu yang bertidak
atas dasar otoritas yang diberikan.
Bertanggungjawab langsung thd operasional RS.
Tugasnya adalah full-time.
Punya pembantu berjenjang (hirarki).
Memiliki tanggungjawab terdepan dan terbatas.
Umumnya mereka professional dan memiliki
kompetensi dalam managerial role.
Fungsi, tanggungjawab, kewenangan, tugas, kekewajiban dan haknya diatur dlm Corporate Bylaws.
EKSEKUTIF
Pejabat eksekutif RS terdiri dari:
1. Pemimpin;
2. Pejabat Keuangan;
3. Pejabat Teknis; dll.
Nama sebutan tsb diserahkan sepenuhnya
kepada tiap-tiap rumah sakit.
ORGANISASI PELAKSANA
1.Instalasi.
2.Kelompok Staf Medis Fungsional.
3. Staf Medis Fungsional.
ORGANISASI PENDUKUNG
1.Satuan Pengawas Intern (SPI):
a. Kedudukannya dibawah Direktur.
b. Tugasnya membantu Direktur dalam
melakukan pengawasan.
c. Bertanggungjawab kepada Direktur.
2.Komite Medis:
a. Kedudukannya dibawah Direktur.
CLINICAL GOVERNANCE
1. Harus ada harmonisasi antara tanggungjawab
klinik dan manajemen dgn akontabilitas praktek.
2. Harus dapat diwujudkan adanya tim kerja yang
bersifat interdependen.
3. Harus dpt diwujudkan adanya sistem monitoring,
evaluating & improving menuju standar yg aman.
4. Harus ada dorongan agar selalu ada peningkatan mutu.
5. Harus bisa menciptakan budaya belajar terusmenerus.
6. Harus ada upaya meningkatkan kinerja individu,
team, dan kinerja organisasi.
(Sherry, Pearce, Tingle: 2007)
PERATURAN INTERNAL
STAF MEDIS
Di dalam peraturan internal staf medis diatur
tentang:
-pembentukan komite medik;
-tugas dan fungsi serta mekanisme kerja
komite medik beserta ketiga subkomitenya;
-mitra bestari (peer-group), dan mekanisme
pengambilan keputusan dlm komite medik.
BAB VII
SUBKOMITE KREDENSIAL
BAB VIII
SUBKOMITE MUTU PROFESI
BAB IX
SUBKOMITE ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
BAB X
PERATURAN PELAKSANAAN TATA KELOLA KLINIS
BAB XI
TATA CARA REVIU DAN PERBAIKAN
PERATURAN INTERNAL STAF MEDIS
BAB XII
KETENTUAN PENUTUP
Peraturan Internal Staf Medis ditetapkan oleh kepala/direktur dan disahkan
oleh pemilik rumah sakit.
KOMITE MEDIS
Oleh
Sofwan Dahlan
UU RUMAH SAKIT
Pasal 33 UURS:
(1) Setiap RS harus memiliki organisasi yg efektif, efisien, dan
akuntabel.
(2) Organisasi RS paling sedikit terdiri atas:
- Kepala RS atau Direktur RS;
- Unsur pelayanan medis, unsur pelayanan
keperawatan, unsur penunjang medis;
- KOMITE MEDIS;
- SPI; dan
- Administrasi umum dan keuangan.
KOMITE MEDIS
Komite medis adalah perangkat rumah
sakit untuk menerapkan tatakelola klinis
(clininal governance) agar staf medis di
RS terjaga profesionalismenya melalui
mekanisme kredensial, penjagaan mutu
profesi medis, dan pemeliharaan etika
dan disiplin profesi medis.
(Permenkes No. 755, Th 2011)
KEWENANGAN KLINIS
Kewenangan klinis (clinical privilege)
adalah hak khusus seorang staf medis
untuk melakukan sekelompok pelayanan
medis tertentu dalam RS untuk suatu
periode tertentu yang dilaksanakan
berdasarkan penugasan klinis (clinical
appointment).
(Permenkes No. 755, Th 2011)
PENUGASAN KLINIS
Penugasan klinis (clinical appointment)
adalah penugasan direktur rumah sakit
kepada seorang staf medis untuk
melakukan sekelompok pelayanan medis
medis di rumah sakit berdasarkan daftar
kewenangan klinis yang telah ditetapkan
baginya.
(Permenkes No. 755, Th 2011)
KREDENSIAL
Kredensial adalah proses evaluasi
terhadap staf medis untuk
menentukan kelayakan diberikan
kewenangan klinis (clinical
privilege).
Rekredensial adalah proses reevaluasi
terhadap staf medis yang telah
memiliki kewenangan klinis (clinical
privilege) untuk menentukan
AUDIT MEDIS
Audit medis adalah upaya evaluasi
secara profesional terhadap mutu
pelayanan medis yg diberikan
kepada pasien dengan
menggunakan rekam medis yang
dilaksanakan oleh profesi medis.
Hendaknya medical audit dibedakan dg
individual case audit dan keduaduanya diperlukan bagi peningkatan
mutu RS.
KOMITE MEDIS
Komite medis merupakan organisasi
non struktural yang dibentuk di
rumah sakit oleh direktur.
Komite medis bukan merupakan wadah
perwakilan staf medis.
KEANGGOTAAN
Keanggotaan komite medis ditetapkan
oleh Direktur dengan
mempertimbangkan sikap
profesional, reputasi, dan prilaku.
Jumlah keanggotaan komite medis
disesuaikan dengan jumlah staf
medis di rumah sakit.
d. etika profesi.
e. evaluasi data pendidikan profesional
kedokteran/ kedokteran gigi berkelanjutan;
f.
wawancara terhadap pemohon
kewenangan
klinis;
g.
penilaian dan pemutusan kewenangan
yang
adekuat;
h.
pelaporan hasil penilaian kredensial dan
menyampaikan rekomendasi
kewenangan
KEWENANGAN KLINIS
Memberikan kewenangan klinis;
Memberikan rekomendasi dan surat
penugasan klinis (clin. appointment).
Memberikan rekomendasi penolakan
kewenangan klinis tertentu;
Memberikan rekomendasi
perubahan
atau modifikasi rincian kewenangan
klinis;
Memberikan rekomendasi tindak
memberikan rekomendasi
pendidikan
kedokteran berkelanjutan;
memberikan rekomendasi
pedampingan (proctoring); dan
memberikan rekomendasi
pemberian
tindakan disiplin.
HUBUNGAN
KOMITE MEDIS & DIREKTUR
Direktur rumah sakit menetapkan
kebijakan, prosedur, dan sumber
daya yang diperlukan untuk
menjalankan tugas dan fungsi
komite medis.
Komite medik bertanggung-jawab kpd
direktur rumah sakit.
PANITIA ADHOC
Dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya komite medik dapat
dibantu oleh panitia adhoc.
Panitia adhoc ditetapkan oleh direktur
rumah sakit berdasarkan usulan
ketua komite medik.
Panitia adhoc berasal dari staf medis
yang tergolong sebagai mitra
bestari.
MITRA BESTARI
Staf medis yang tergolong sebagai
mitra bestari dapat berasal dari rumah
sakit lain, perhimpunan Dr Spesialis /
Drg Spesialis, dan / atau instansi
pendidikan kedokteran/kedokteran gigi.
INSENTIF
Personalia komite medis berhak
memperoleh insentif sesuai dengan
kemampuan keuangan RS.
Pelaksanaan kegiatan komite medik
didanai dengan anggaran RS
sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.
PEMBINAAN / PENGAWASAN
Pembinaan dan pengawasan penyelenggaraan komite medik dilakukan
oleh badan-badan yang berwenang
sesuai dengan peraturan
perundang-undangan.
Pembinaan dan pengawasan diarahkan
utk meningkatkan kinerja komite
medik dalam rangka menjamin mutu
pelayanan medis dan keselamatan
SUBKOMITE
ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
1.
2.
LANDASAN SUBKOMITE
ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
1.
2.
3.
4.
UPAYA PENDISIPLINAN
1.
2.
Sumber Laporan:
UPAYA PENDISIPLINAN
3.
Pemeriksaan:
a. dilakukan oleh panel pendisiplinan;
b. melalui proses pembuktian;
c. dicatat oleh petugas sekretariat KM;
d. terlapor dapatdidampingi oleh personil
dari RS;
e. panel dapat menggunakan keterangan
ahli sesuai kebutuhan;
f. pemeriksaan dilakukan secara tertutup
dan keputusan bersifat rahasia.
4. Keputusan.
UPAYA PENDISIPLINAN
5.
Tindakan pendisiplinan:
a. Peringatan tertulis;
b. Reduksi kewenangan klinis;
c. bekerja dibawah supervisi dalam waktu
tertentu;
d. Pencabutan kewenangan klinis sementara atau selamanya.
6.
Pelaksanaan keputusan.
PEMBINAAN PROFESIONALISME
Subkomite etika & disiplin profesi menyusun
materi kegiatan pembinaan prof.
kedokteran.
Pelaksanaannya dlm bentuk ceramah, diskusi, simposium, lokakarya, yang dilakukan
oleh unit kerja RS terkait seperti unit
pendidikan dan latihan, komite medik,
dsbnya.
Staf medis dpt minta pertimbangan pengambilan keputusan etis melalui kelompok
profesi kepada komite medis.
SUBKOMITE
UU RUMAH SAKIT
Pasal 13 UURS:
(1) ..............................................................
(2) ................................................................
(3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di
RS harus bekerja sesuai dengan standar
profesi, standar pelayanan RS, standar
prosedur operasional yang berlaku, etika
profesi, menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan pasien.
(4) ..................................................................
UU PRAKTIK KEDOKTERAN
Pasal 55 UUPK:
(1) Untuk menegakkan disiplin dokter dan dokter gigi
dalam menjalankan praktek kedokteran dibentuk
Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia.
(2) ................................................................
(3) .................................................................
Yang dimaksud dengan penegakan disiplin dalam
ayat ini adalah penegakan aturan-aturan dan/atau
penetapan keilmuan dlm melaksanakan pelayanan
yang harus diikuti oleh Dr dan Drg.
MKDKI
1. Untuk menegakkan disiplin dibentuk MKDKI;
2. MKDKI merupakan lembaga otonom dari KKI;
3. Tugasnya bersifat independen, yaitu:
a. menerima, memeriksa dan memutus
pengaduan pelanggaran disiplin dokter;
b. menyusun pedoman dan tatalaksana
penanganan kasus pelanggaran disiplin Dr;
4. Bentuk sanksi disiplin berupa:
a. peringatan tertulis;
b. rekomendasi pencabutan STR / SIP; atau
c. kewajiban mengikuti pendidikan / pelatihan.
BASIC ROLES
OF HOSPITAL ETHICS COMMITTEE
(PERAN UTAMA KOMITE ETIK RS)
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Education.
Multidisciplinary Discussion.
Resource Allocation.
Institutional Commitment.
Policy Formulation.
Consultation.
EDUCATION:
Educating hospital staff about issues in ethical
decision making and about how to use the hospital
ethics committee.
MULTIDISCIPLINARY DISCUSSION:
Providing a locus for interdisciplinary participation
in value clarification and prioritization leading to
conflict resolution.
RESOURCE ALLOCATION:
Recommendation in-hospital allocation policies to
maintain quality of care in the face of cost
contain-ment measures.
INSTUTIONAL COMMITMENT:
Expressing the spirit of the hospital regarding its
stated mission, philosophy, image, and identity (most
often applicable to religious or private hospital).
POLICY FORMULATION:
Developing policies and guidelines regarding ethical
issues.
CONSULTATION:
Assisting attending physician regarding difficult decisions.
APA PERBEDAAN
ANTARA
KOMITE ETIK & HUKUM RS
DENGAN
SUB KOMITE ETIKA & DISIPLIN
PROFESI
SUB KOMITE
ETIKA DAN DISIPLIN PROFESI
Merupakan organ yang kedudukannya berada
dibawah Komite Medis.
Bertugas membantu Komite Medis mengawal Dr di
RS agar prilakunya (professional performance
dan ethical performance) sesuai KODEKI.
Intinya mengatur kewajiban Dr terhadap:
a.pesakit yang membutuhkan pengobatan;
b.pasien (yaitu pesakit yang telah menjalin perjanjian terapetik dengan RS atau Dr);
c.health care team (co-worker);
d.profession; dan
e.masyarakat (Society).
DIREKTUR
KOMITE MEDIK
Sub-komite
etika & disiplin
profesi
- mengawal kinerja Dr
sebagai profesional
- acuannya KODEKI
KOMITE
ETIKA & HUKUM
- mengawal kinerja RS
sebagai lembaga yang
oleh hukum dianggap
sebagai person
- acuannya KODERSI