BAB I
PENDAHULUAN
menulis banyak buku kedokteran, antara lain mengenai pengobatan penyakit cacar
“Treatise on Smallpox and Measles” yang merupakan buku pertama yang membahas
penyakit menular. Ia juga merupakan dokter pertama yang menggunakan alkohol dan usus
kambing untuk menjahit luka.
Kemudian Ibnu Sina (Avicena) hidup 980–1037 M yang bekerja berdasarkan tulisan
Hipocrates dan menggabungkan dengan sumber-sumber kedokteran lainnya yang ia dapat.
Ia telah menggunakan sistem pencatatan klinis yang baik.
Rumah Sakit ST Bartholomeus di London merintis hal-hal yang harus dikerjakan oleh
suatu medical record management. Rumah sakit ini yang memulai membuat catatan
(record) dari para penderita yang dirawat di rumah sakitnya. Pada tahun 1667 rumah sakit
ini mempelopori pendirian perpustakaan kedokteran. Rumah sakit ini masih berdiri dan
beberapa rekam medis pasiennya yang pernah dirawat ditahun 1137 masih ada. Pendiri
rumah sakit ini bernama Rahera. Rumah sakit ini mengeluarkan buku bernama Book of
Foundation yang berisi riwayat dari 28 kasus penyakit. ST Bartholomeus mendapat
dukungan dan perhatian pemerintah atas usaha usahanya yang telah dijalankan.
Andreas Vesalius hidup pada tahun 1514 – 1554, adalah seorang berkebangsaan
Belgia, dokter yang mempelajari ilmu anatomi melalui pembedahan mayat orang kriminal
dengan cara mencuri mayat, hal yang dilarang keras oleh gereja Khatolik. Hasil
pembedahan mayat menjadi pengetahuan Anatomi yang sangat bermanfaat. Ia juga selalu
membuat rekam medis atas segala hal yang dijumpainya. Hasil rekam medis tersebut
dibukukan dengan nama Fabrica (1543). Kemudian ia menjadi profesor pada University
of Padua (Italia).
Dokter William Harvey adalah seorang dokter yang bekerja di RS ST Barthelemew
yang menekankan dimana dokter harus bertanggung jawab atas segala catatan rekam
medisnya. Setiap dokter harus mencatat laporan instruksi medis dari pasien.
Kapten Jhon Grant adalah orang yang pertama kali mempelajari Vital Statistik pada
tahun 1661. Ia melakukan penelitian atas Bilis of Mortality (angka Kematian).
Pada abad XVIII Benyamin Franklin dari USA mempelopori berdirinya rumah sakit
Pennsylvania di Philadelpia (1752). Rekam medis sudah ada pada tahun 1873 dan indeks
pasien baru disimpan. Tahun 1771 Rumah Sakit New York dibuka, pada tahun 1793
register pasien dikerjakan. Tahun 1862 mulai dicoba menggunakan indeks penyakit. Pada
tahun 1914 istilah-istilah penyakit baru dapat diterangkan.
4
Pada tahun 1801 Rumah Sakit Umum Massacussect di Boston dibuka memiliki rekam
medis dan katalog lengkap. Tahun 1871 mulai diinstruksikan bahwa pasien dirawat harus
dibuat KIUP (Kartu Indeks Utama Pasien).
Tahun 1870-1893 Library Bureu mulai mengerjakan penelitian katalog pasien. Tahun
1895 -1867 Ny. Grece Whiting Myerors terpilih sebagai Presiden pertama dari Association
of Record Librarian of North America. Ia adalah ahli medical record pertama di rumah
sakit.
Pada abad XX rekam medis baru menjadi pusat perhatian secara khusus pada beberapa
rumah sakit, perkumpulan ikatan dokter/rumah sakit di negara-negara barat.
Tahun 1902 American Hospital Association untuk pertama kalinya melakukan diskusi
rekam medis. Tahun 1905 beberapa buah pikiran dokter diberikan untuk perbaikan rekam
medis. Tahun 1905 Dokter George Wilson seorang dokter kebangsaan Amerika dalam
rapat tahunan American Medical Association ke 56 membacakan naskahnya : “Aclinical
Chart for The Record of Patient in Small Hospital “ yang kemudian diterbitkan dalam
Journal of American Association terbit 23-9-1905. Isi naskah itu adalah tentang
pentingnya nilai medical record yang lengkap isinya demi kepentingan pasien maupun
bagi pihak rumah sakit.
Berikut adalah perkembangan selanjutnya :
1. Tahun 1935 di USA muncul 4 buah sekolah Rekam Medis.
2. Tahun 1955 berkembang menjadi 26 sekolah terdapat 1000 lulusan.
3. Tahun 1948 Inggris membuat 4 sekolah rekam medis.
4. Tahun 1944 Australia membuat sekolah rekam medis oleh seorang ahli RM dari
Amerika yang bernama Ny. Huffman, di Sydney dan Melbourne..
Dengan demikian dunia internasional sudah menyadari bagaimana pentingnya tulisan-
tulisan serta catatan mengenai penyakit seseorang sehingga harus disusun dengan sebaik-
baiknya dan catatan medis inilah yang kita namakan dengan rekam medis.
Semenjak masa pra kemerdekaan rumah sakit di Indonesia sudah melakukan kegiatan
pencatatan, hanya saja masih belum dilaksanakan dengan penataan baik, atau mengikuti
sistem yang benar, penataan masih tergantung pada selera pimpinan masing-masing rumah
sakit.
Dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah No. 10 tahun 1960, kepada semua
petugas kesehatan diwajibkan unatuk menyimpan rahasia kedokteran, termasuk berkas
rekam medis. Kemudian pada tahun 1972 dengan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.034/Birhup/1972, ada kejelasan bagi rumah sakit menyangkut kewajiban untuk
5
maupun tindakan medis lainnya yang diberikan kepada seorang pasien yang datang ke
rumah sakit. Jadi falsafah Rekam Medis mencantumkan nilai Administrasi, Legal,
Finansial, Riset, Edukasi, Dokumen, Akurat, Informatif dan dapat
dipertanggungjawabkan (ALFRED AIR).
2. Pengertian Rekam Medis
Membahas pengertian rekam medis terlebih dahulu akan dikemukakan arti dari
rekam medis itu sendiri. Rekam medis disini diartikan sebagai “keterangan baik yang
tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnese, penentuan fisik laboratorium,
diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang diberikan kepada pasien, dan
pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun yang mendapatkan
pelayanan gawat darurat”. Kalau diartikan secara dangkal, rekam medis seakan-akan
hanya merupakan catatan dan dokumen tentang keadaan pasien, namun kalau dikaji
lebih dalam rekam medis mempunyai makna yang lebih luas dari pada hanya sekedar
catatan biasa, karena di dalam catatan tersebut sudah tercermin segala informasi
menyangkut seorang pasien yang akan dijadikan dasar di dalam menentukan tindakan
lebih lanjut dalam upaya pelayanan maupun tindakan medis lainnya yang diberikan
kepada seorang pasien yang datang ke rumah sakit dalam hal ini ke datang ke rumah
sakit .
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas tidak hanya sekedar
kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai satu sistem
penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya sendiri hanya
merupakan salah satu kegiatan daripada penyelenggaraan rekam medis.
Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang dimulai pada
saat diterimanya pasien di rumah sakit, diteruskan kegiatan pencatatan data medik
pasien selama pasien itu mendapatkan pelayanan medik di rumah sakit dan dilanjutkan
dengan penanganan berkas rekam medis yang meliputi penyelenggaraan penyimpanan
serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan untuk melayani
permintaan/peminjaman oleh pasien atau untuk keperluan lainnya.
3. Tujuan Rekam Medis
Tujuan rekam medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi
dalam rangka upaya peningkatan pelayanan kesehatan di RSGM IIK Bhakti Wiyata
Kediri. Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar,
mustahil tertib administrasi di RSGM IIK Bhakti Wiyata Kediri akan berhasil
sebagaimana yang diharapkan. Sedangkan tertib administrasi merupakan salah satu
7
faktor yang menentukan di dalam upaya pelayanan kesehatan di rumah sakit . Tujuan
rekam medis secara rinci akan terlihat dan analog dengan kegunaan rekam medis itu
sendiri.
4. Kegunaan Rekam Medis
Kegunaan rekam medis dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain:
a) Aspek Administrasi
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai administrasi, karena isinya
menyangkut tindakan berdasarkan wewenang dan tanggung jawab sebagai tenaga
medis dan paramedis dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan.
b) Aspek Medis
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai medik, karena catatan tersebut
dipergunakan sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang
harus diberikan kepada seorang pasien.
c) Aspek Hukum
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai hukum, karena isinya menyangkut
masalah adanya jaminan kepastian hukum atas dasar keadilan, dalam rangka usaha
menegakkan hukum serta penyediaan bahan tanda bukti untuk menegakkan
keadilan.
d) Aspek Keuangan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai keuangan karena isinya dapat dijadikan
sebagai bahan untuk menetapkan biaya pembayaran pelayanan di rumah sakit.
Tanpa adanya bukti catatan tindakan/pelayanan, maka pembayaran pelayanan di
rumah sakittidak dapat dipertanggungjawabkan.
e) Aspek Penelitian
Suatu berkas rekam medik mempunyai nilai penelitian, karena isinya mengandung
data/informasi yang dapat dipergunakan sebagai aspek penelitian dan
pengembangan ilmu pengetahuan di bidang kesehatan.
f) Aspek Pendidikan
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai pendidikan, karena isinya menyangkut
data/informasi tentang perkembangan kronologis dari kegiatan pelayanan medik
yang diberikan kepada pasien. Informasi tersebut dapat digunakan sebagai
bahan/referensi di bidang profesi si pemakai.
8
g) Aspek Dokumentasi.
Suatu berkas rekam medis mempunyai nilai dokumentasi, karena isinya menjadi
sumber ingatan yang harus didokumentasikan dan dipakai sebagai bahan
pertanggungjawaban dan laporan rumah sakit.
Dengan melihat dari beberapa aspek tersebut di atas, rekam medis mempunyai
kegunaan yang sangat luas, karena tidak hanya menyangkut antara pasien dengan
pemberi pelayanan saja.
Kegunaan rekam medis secara umum adalah:
a) Sebagai alat komunikasi antara dokter dengan tenaga ahli lainnya yang ikut ambil
bagian di dalam memberikan pelayanan, pengobatan, perawatan kepada pasien.
b) Sebagai dasar untuk merencanakan pengobatan/perawatan yang harus diberikan
kepada seorang pasien.
c) Sebagai bukti tertulis atas segala tindakan pelayanan, perkembangan penyakit, dan
pengobatan selama pasien berkunjung/dirawat di RS .
d) Sebagai bahan yang berguna untuk analisa, penelitian, dan evaluasi terhadap
kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien.
e) Melindungi kepentingan hukum bagi pasien, rumah sakitmaupun dokter dan tenaga
kesehatan lainnya.
f) Menyediakan data-data khusus yang sangat berguna untuk keperluan penelitian dan
pendidikan.
g) Sebagai dasar di dalam perhitungan biaya pembayaran pelayanan medik pasien.
h) Menjadi sumber ingatan yang harus didokumentasikan serta sebagai bahan
pertanggung jawaban dan laporan.
C. Batasan Operasional
1. Managemen Rekam Medis
Adalah kegiatan penyelenggaraan rekam medis di RSGM IIK Bhakti Wiyata Kediri yang
terdiri dari koding, indeksing, assembling, penyimpanan dokumen rekam medis,,
pendistribusian dokumen rekam medis dan pelaporan rekam medis.
2. Rekam Medis
Adalah keterangan baik yang tertulis maupun terekam tentang identitas, anamnese,
penentuan fisik laboratorium, diagnosa segala pelayanan dan tindakan medik yang
diberikan kepada pasien, dan pengobatan baik yang dirawat inap, rawat jalan maupun
yang mendapatkan pelayanan gawat darurat.
9
penegakan hokum atas perintah pengadilan, permintaan atau persetujuan pasien sendiri,
permintaan institusi atau lembaga berdasarkan ketentuan perundangan dan untuk
kepentingan penelitian, pendidikan dan audit medis sepanjang tidak menyebutkan
identitas pasien.
6. Semua profesi tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kepada pasien diwajibkan
menulis seluruh pelayanan yang diberikan pada lembar rekam medis yang sudah
ditentukan, dilengkapi dengan tanda tangan/paraf dan nama.
7. Petugas rekam medis bertanggung jawab atas pengembalian dan pendistribusian
dokumen rekam medis.
8. Dokumen rekam medis yang telah dikembalikan ke Rekam Medis yang belum
lengkap, wajib dilengkapi oleh profesi tenaga kesehatan yang bersangkutan.
9. Rekam Medis bertanggung jawab atas laporan berkala yang telah ditetapkan, baik untuk
kepentingan eksternal maupun internal.
10. Seluruh hasil pemeriksaan pelayanan penunjang wajib ditulis pada lembar rekam
medis yang telah ditetapkan.
11. Rekam Medis bertanggung jawab atas tersedianya informasi kegiatan pelayanan dan
indikator rumah sakit yang telah ditetapkan.
12. Seluruh pelayanan rekam medis wajib berorientasi pada kepuasan pelanggan.
13. Bagi pasien yang memerlukan data rekam medis, dapat diberikan resume atau
ringkasan perawatan pasien, hasil pemeriksaan dan riwayat pelayanan telah diberikan.
14. Penyusutan rekam medis dilaksanakan secara rutin sesuai jangka waktu 5 tahun
setelah kunjungan terakhir (untuk selanjutnya disimpan diruang non aktif selama 2
tahun untuk selanjutnya dimusnahkan)
15. Petugas rekam medis bertanggung jawab atas penyimpanan rekam medis non aktif,
termasuk rekam medis pasien meninggal.
16. Pemusnahan rekam medis non aktif dilakukan oleh Panitia yang dibentuk atau
ditunjuk oleh Kepala RSGM IIK Bhakti Wiyata Kediri (tidak dilakukan oleh Rekam
Medis sendiri).
11
BAB II
ASPEK HUKUM REKAM MEDIS
dokter dan dokter gigi yang merawat. Dokter atau dokter gigi yang merawat
bertanggung jawab akan kelengkapan dan kebenaran isi rekam medis. Keakuratan dan
kelengkapan data rekam medis pasien harus dipelajari, dikoreksi dan ditandatangai oleh
dokter yang merawat. Nilai ilmiah dari sebuah dokumen rekam medis adalah sesuai
dengan standar pengobatan dan perawatan yang diberikan kepada pasien oleh dokter
yang merawat. Oleh karena itu ditinjau dari beberapa segi rekam medis sangat bernilai
penting karena :
a) Rekam medis berguna bagi pasien, untuk kepentingan riwayat perkembangan
penyakitnya dimasa sekarang maupun dimasa yang akan datang.
b) Rekam medis dapat melindungi rumah sakit maupun dokter dalam segi hukum
(medica legal). Jika terdapat rekam medis yang tidak lengkap dan tidak benar maka
kemungkinan akan merugikan bagi pasien, dokter maupun rumah sakit itu sendiri.
c) Rekam medis dapat dipergunakan untuk meneliti rekaman kegiatan dan pencatatan
medik maupun rekaman kegiatan dan pencatatan administratif atas diri pasien.
Petugas rekam medis hanya dapat mempergunakan data yang tertera didalam
dokumen rekam medis.
d) Jika terdapat diagnosa yang tidak benar ataupun tidak lengkap maka secara
otomatis kode penyakitnya pun tidak tepat, hal tersebut dapat mempengaruhi
terhadap pengisian indeks penyakit dan laporan rumah sakit. Data statistik dan
laporan yang dilaporkan kepada unit terkait harus berisi data –data yang akurat dan
lengkap.
2. Tanggung Jawab Petugas Rekam Medis
Tanggung jawab dari petugas rekam medis meliputi :
a) Pencatatan identitas pasien kedalam Form. Kartu Identitas Berobat (KIB), Kartu
Indeks Utama Pasien (KIUP) dan formulir rekam medis.
b) Pencatatan register pendaftaran yaitu pencatatan tentang pendaftaran pasien baru
dan lama yang datang berobat di tempat pendaftaran rawat (Admission Rawat
Jalan) dan tempat Pendaftaran rawat inap (Admission Rawat Inap)
c) Pencatatan register pelayanan yaitu catatan tentang pendaftaran pasien yang
melakukan pelayanan disetiap unit pelayanan (unit rawatjalan, unit gawat darurat,
unit rawat inap dan pemeriksaan penunjang)
d) Penyediaan dokumen rekam medis baru atau lama untuk keperluan pelayanan
pasien, penelitian dan lain-lain
e) Evaluasi konsistensi dan penelitian kelengkapan dokumen rekam medis
13
f) Pemberian kode penyakit, operasi dan kematian yaitu memberikan kode penyakit,
operasi dan kematian berdasarkan Internal Classification of Disease and Health
Problem revisi 10 (ICD-10) dan ICOPIM
g) Pengindeksan penyakit, operasi, kematian dan dokter yaitu suatu indeks daam
bentuk daftar penyakit, operasi, kematian dan dokter yang dapat digunakan sebagai
petunjuk untuk menemukan kembali informasi penyakit, operasi, kematian dan
dokter
h) Penyimpanan, perlindungan dan penjagaan atas kerahasiaan isi dokumen rekam
medis
i) Meretensi, mengabadikan dan memusnahkan dokumen rekam medis
j) Pembuatan abstrak rekam medis
k) Pembuatan laporan/informasi data rekam medis dan statistik rumah sakit
l) Analisis dan pelaporan data rekam medis
m) Analisis kuantitatif, kualitatif dan statistik
n) Tata Cara Penyelenggaraan Rekam Medis
3. Tanggung Jawab Kepala Rumah Sakit
Kepala atau pimpinan Rumah Sakit bertanggung jawab menyediakan sarana dan
fasilitas untuk kegiatan Unit Sistem Informasi Managemen dan Rekam Medis yang
meliputi ruangan kegiatan, rak file, komputer, peralatan penunjang kegiatan dan
petugas rekam medis. Dengan demikian petugas rekam medis dapat bekerja dengan
efektif dan efisien.
4. Tangung Jawab Staf Medik
Staf medik memiliki peranan penting didalam suatu rumah sakit karena secara langsung
staf medik tersebut dapat menentukan kualitas pelayanan dari suatu unit pelayanan
kesehatan kepada pasien.
Untuk memudahkan pengkoordinasian para staf medik dalam suatu instansi maka
Kepala Rumah Sakit membuat peraturan yang akan mengatur para staf medik dan
membentuk komisi khusus yang diperlukan, dimana keanggotaannya sendiri berasal
dari para staf medik di rumah sakit.
Komite staf medik melaksanakan beberapa tangung jawab khusus yang dipertanggung
jawaban langsung kepada Kepala Rumah Sakit terhadap efektifitas pelayanan medik.
14
pelayanan kesehatan maupun pasien. Dalam hal ini boleh tidaknya pasien mengerti akan
isi dari rekam medis tergantung pada kesanggupan pasien tersebut itu sendiri untuk
mengetahui informasi mengenai penyakitnya yang dijelaskan oleh dokter yang
merawatnya. Hal ini tidak berarti pasien diperkenankan untuk membawa dokumen
rekam medis pulang. Jika pasien akan dirujuk ke rumah sakit lain, maka rumah sakit
sebelumnya hanya mengeluarkan discharge summary pasien yang dibuat oleh dokter
yang merawat untuk diteruskan kepada dokter/rumah sakit rujukan yang dianggap akan
lebih membantu proses penyembuhan pasien.
D. Kerahasiaan Rekam Medis
Secara umum telah disadari bahwa informasi yang didapat dari rekam medis sifatnya
rahasia. Tetapi kalau dianalisa, konsep kerahasiaan ini, akan ditemui banyak pengecualian.
Yang menjadi masalah disini ialah ”Bagi siapa rekam medis itu dirahasiakan dan dalam
keadaan bagaimana rekam medis dirahasiakan”. Informasi di dalam rekam medis bersifat
rahasia karena hal ini menjelaskan hubungan yang khusus antara pasien dan dokter yang
wajib dilindungi dari pembocoran sesuai dengan kode etik kedokteran dan peraturan
perundangan yang berlaku.
Pada dasarnya informasi yang bersumber dari rekam medis ada dua kategori:
1. Informasi yang mengandung nilai kerahasiaan
Yaitu laporan atau catatan yang terdapat dalam dokumen rekem medis sebagai hasil
pemeriksaan, pengobatan, observasi atau wawancara dengan pasien. Informasi ini tidak
boleh disebar luaskan kepada pihak-pihak yang tidak berwenang karena menyangkut
informasi pribadi pasien. Pemberitahuan/informasi mengenai kondisi
kesehatan/penyakit yang diderita pasien tersebut serta resiko atau kemungkinan-
kemungkinan yang akan terjadi terhadap diri pasien menjadi tangung jawab dokter yang
merawat pasien tersebut.
2. Informasi yang tidak mengandung nilai kerahasiaan
Jenis informasi yang dimaksud adalah perihal identitas (nama, t alamat dan lain-lain)
serta informasi yang tidak mengandung nilai medis. Tetapi perlu diperhatikan bahwa
diagnosa akhir pasien mengandung nilai medis maka lembaran tersebut tidak boleh
disebar luaskan kepada pihak lain yang berwenang. Walaupun demikian perlu
dingatkan kepada para petugas medis maupun non medis dirumah sakit, harus berhati-
hati karena ada kalanya identitas pasienpun perlu disembunyikan dari pemberitaan,
misalnya bila pasien tersebut adalah seorang tanggungan polisi (buronan). Hal ini
dilakukan demi ketenagan si pasien dan demi tertibnya keamanan dirumah sakit dari
16
pihak-pihak yang berwenang. Oleh karena itu dimanapun petugas kesehatan tersebut
bertugas tetap harus memiliki kewaspadaan yang tinggi agar terhindar dari
kemungkinan tuntutan ke pengadilan.
Sumber hukum yang dapat dijadikan acuan didalam masalah kerahasiaan suatu
informasi medis yang menyangkut rekam medis pasien dapat dilihat pada pasal 48 UU
RI No. 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedoktera yang mengenai ”Rahasia Kedokteran”
pada ayat (1) bahwa setiap dokter atau dokter gigi dalam melaksanakan praktik
kedokteran wajib menyimpan rahasia ”kedokteran”. Sedangkan pada ayat (2)
menyatakan bahwa ”Rahasia kedokteran dapat dibuka hanya untuk kepentingan
kesehatan pasien, memenuhi permintaan aparatur penegak hukum dalam rangka
penenggakan hukum, permintaan pasien sendiri, atau berdasarkan ketentuan
perundang-undangan.”
Dengan adanya undang-undang yang mengatur mengenai hal tersebut maka
siapapun yang bekerja dirumah sakit, khususnya bagi mereka yang berhubungan
dengan data rekam medis wajib memperhatikan ketentuan tersebut.
Meskipun kita ketahui bahwa pada dasarnya pasien dapat mengetahui tentang
keadaan sakitnya melalui dokter, dan pasien berkewajiban untuk memberikan
izin/kuasa kepada pihak ke3 yang ingin mengetahui keaadaan sakitnya, kecuali
berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Namun satu hal, yang harus
dilakukan petugas rekam medis dalam menjalankan tuganya terhadap pembukaan
informasi medis pasien yaitu melaksanakan dengan teliti dan hati-hati.
Ketelitian dan sifat hati-hati ini mebuat petugas rekam medis untuk memperhatikan :
a. Memastikan secara pasti informasi apa yang kiranya dapat memenuhi kebutuhan
sipenanya, dan hanya informasi tersebut yang hanya diberikan/dikirimkan.
b. Bila ada pertanyaan tentang kebenaran atau syah tidaknya tanda tangan pada surat
kuasa pasien surat izin, lalukan pengecekan dan pencocokan dengan tanda tangan
lain pada saat pasien dirawat dan surat izin lainnya yang ada dalam dokumen rekam
medis.
c. Bila tidak ada tanda tangan sebagai pembanding dan ada keraguan tentang syah
tidaknya tanda tangan itu, maka orang itu harus mengesyahkan tanda tangannya
dinotaris terlebih dahulu. Demikian pula bila terjadi perubahan bila terjadi perubahan
tanda tangan dari masa gadis kemasa nikah (nona menjadi nyonya)
17
Namun harus ditekankan bahwa rekam medis tersebut benar-benar hanya dipergunakan
untuk keperluan pengadilan. Dalam suatu kasus mungkin sebagian dari rekam medis atau
mungkin seluruh informasi dari rekam medis dipergunakan. Hakim dan pembela
bertanggungjawab untuk mengatasi setiap perbedaan ketentuan perundangan dalam hal
pembuktian.
Tanggung jawab seorang ahli rekam medis adalah berperan sebagai saksi yang
obyektif. Pihak Rumah sakit tidak dapat memperkirakan setiap saat, rekam medis yang
mana yang akan diminta oleh pengadilan. Oleh karena itu, setiap rekam medis kita anggap
dapat sewaktu-waktu dilihat/diperlukan untuk keperluan pemeriksaan oleh hakim
pengadilan. Konsekuensinya terhadap semua rekam medis pasien yang telah keluar dari
rumah sakit harus dilakukan analisa kuantitatif secara seksama.
Selain isian / tulisan di dalam rekam medis yang dihapus, tanpa paraf dan setiap isi
yang ditanda tangani ataupun tidak sesuai dengan ketentuan rumah sakit, harus ditolak
dan dikembalikan kepada pihak yang bersangkutan untuk diperbaiki/dilengkapi.
Kedudukan kepala unit/instalasi rekam medis memberikan tanggung
jawab/kepercayaan khusus di suatu rumah sakit, dengan demikian harus senantiasa
menjaga agar rekam medis semuanya benar-benar lengkap. Materi yang pembuktian yang
bersifat medis harus ditinggal apabila rekam medis diminta untuk keperluan pengadilan,
kecuali jika diminta.
21
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
Tabel III.1 Tabel Kualifikasi SDM Instalasi Rekam Medis RSGM IIK BHAKTI
WIYATA KEDIRI
Jumlah
No Nama Jabatan Pendidikan Sertifikasi
kebutuhan
1. Ijazah D III Rekam
Penanggungjawab D III Rekam Medis
1 4
RM Medis 2. Pelatihan Komunikasi
efektif
1. Ijazah D III/S1
2 Staf IT S1 IT/ Sederajat 2. Pelatihan Komputer 4
Jaringan
B. Distribusi Ketenagaan
Sumber daya manusia rekam medis RSGM IIK Bhakti Wiyata Kediri berjumlah 4
orang dan sesuai dengan struktur organisasi Rekam Medis terbagi menjadi 1 bagian yaitu
Managemen Rekam Medis, Admission rawat jalan.
Unit Sistem Manajemen Informasi dan Rekam Medis RSGM IIK Bhakti Wiyata
Kediri. dikepalai oleh seorang KA. Adapaun pendistribusian SDM Sistem Informasi
Managemen dan Rekam Medis adalah sebagai berikut :
22
KUALIFIKASI WAKTU
NAMA JABATAN JUMLAH SDM
FORMAL & INFORMAL KERJA
Staf Admission rawat
DIII Rekam Medis 1 Shift 4
jalan
Jumlah 4
BAB V
PROSEDUR PENYELENGGARAAN REKAM MEDIS
2) Semua pencatatan harus ditanda tangani oleh dokter / tenaga kesehatan lainnya
sesuai dengan kewenangannya dan ditulis nama terangnya serta diberi tanggal
3) Dokter yang merawat dapat memperbaiki kesalahan penulisan dan
melakukannya pada saat itu juga serta itu juga dibubuhi paraf
4) Penghapusan tulisan dengan cara apapun tidak diperbolehkan
b. Kelengkapan Isi rekam Medis
Isi rekam medis untuk pasien rawat jalan pada sarana kesehatan sekurang-
kurangnya memuat :
1) Identitas pasien
2) Tanggal dan Waktu
3) Hasil anamnesis, mencakup sekurang-kurangnya keluahan dan penyakit-
penyakit
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medik
5) Diagnosis
6) Rencana penata laksanaan
7) Pengobatan dan/ atau tindakan
8) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien
9) Untuk pasien kasus gigi
10) Dilengkapi dengan odontogram klinik dan,
11) Persetujuan tindakan bila diperlukan
Isi rekam medis untuk pasien rawat inap dan perawatan satu hari sekurang -
kurangnya memuat :
1) Identitas pasien
2) Tanggal dan waktu
3) Hasil anamnesis, mencakup sekurang- kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit.
4) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
5) Diagnosis
6) Rencana penatalaksanaan
7) Pengobatan dan/atau tindakan
8) Persetujuan tindakan bila diperlukan
9) Catatan observasi klinis dan hasil pengobatan
10) Ringkasan pulang (discharge summary)
30
11) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
12) Pelayanan lain yang dilakukan oleh tenaga kesehatan tertentu, dan
13) Untuk pasien dengan kasus gigi dilengkapi dengan odontogram klinik.
Isi rekam medis untuk pasien gawat darurat, sekurang – kurangnya memuat:
1) Identitas pasien
2) Kondisi saat pasien tiba di sarana pelayanan kesehatan
3) Identitas pengantar pasien
4) Tanggal dan waktu
5) Hasil anamnesis, mencakup sekurang – kurangnya keluhan dan riwayat
penyakit
6) Hasil pemeriksaan fisik dan penunjang medis
7) Pengobatan dan/atau tindakan
8) Ringkasan kondisi pasien sebelum meniggalkan pelayanan unit gawat darurat
dan rencana tindak lanjut
9) Nama dan tanda tangan dokter, dokter gigi, atau tenaga kesehatan tertentu
yang memberikan pelayanan kesehatan
10) Sarana transportasi yang digunakan bagi pasien yang akan dipindahkan ke
sarana pelayanan kesehatan lain
11) Pelayanan lain yang telah diberikan kepada pasien.
Isi rekam medis dalam keadaan bencana, selain memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditambah dengan :
1) Jenis bencana dan lokasi dimana pasien ditemukan
2) Kategori kegawatan dan nomor pasien bencana masal, dan
3) Identitas yang menemukan pasien.
D. FORMULIR DAN CARA PENGISIAN REKAM MEDIS
Semua bentuk catatan, baik hasil rekapitulasi harian, maupun lembaran-lembaran
formulir rekam medis merupakan bahan yang perlu diolah untuk selanjutnya dipakai
sebagai bahan laporan Rumah Sakit. Sebelum dilakukan pengolahan, dokumen-
dokumen rekam medis tersebut diteliti kelengkapannya baik isi maupun jumlahnya.
Rekapitulasi dari sensus harian diolah untuk menyiapkan laporan yang menyangkut
kegiatan rumah sakit, sedangkan formulir-formulir rekam medis diolah untuk
menyiapkan laporan yang menyangkut morbiditas dan mortalitas. Kegiatan pengolahan
yang dilakukan antara lain:
31
cedera atau kondisi lain yang terdapat pada Bab I-XIX dan XXI (Vol.I),
menelusuri istilah yang dicari pada sesksi I indeks (Volume 3). Bila
nama penyakit) yang ada di Bab XX (Vol. I), lihat dan cari kodenya pada
beberapa kondisi ada yang diekspresikan sebagai kata sifat atau eponim
“lead term”.
c) Baca dengan seksama dan ikuti petunjuk catatan yang muncul di bawah
d) Baca istilah yang terdapat dalam tanda kurung “( )” sesudah lead term
Istilah lain yang ada di bawah lead term (dengan tanda (-) minus = idem
f) Lihat daftar tabulasi (Volume I) untuk mencari nomor kode yang paling
tepat. Lihat kode tiga karakter di indeks dengan tanda minus pada posisi
keempat yang berarti bahwa isian untuk karakter keempat itu ada di
dalam volume I dan merupakan posisi tambahan yang tidak ada dalam
g) Ikuti pedoman Inclusion dan Exclusion pada kode yang dipilih atau
2016:139).
35
3. Pembuatan Indeksing
Indeksing adalah membuat tabulasi sesuai dengan kode yang sudah dibuat kedalam
indeks-indeks menggunakan kartu indeks. Didalam kartu indeks tidak boleh
mencantumkan nama pasien. Jenis indeks yang dibuat:
a. Indeks Pasien
Pengertian :
Adalah data base komputer yang berisi nama semua pasien yang pernah berobat
di RSGM IIK Bhakti Wiyata Kediri.
Informasi yang ada di dalam data base ini adalah:
1) Nama lengkap, jenis kelamin, umur, alamat, tempat dan tgl lahir, pekerjaan.
2) Tanggal berobat jalan maupun rawat inap.
Kegunaan:
Data base ini adalah kunci untuk menemukan dokumen rekam medis pasien.
Cara Penyampaian :
1) Data base tersusun secara alphabet seperti susunan kata-kata dalam kamus.
2) Data base ini digunakan untuk mencari dokumen rekam medis pasien yang
tidak membawa kartu berobat sehingga dapat dicari berdasarkan nama pasien.
3) Data base di kontrol setiap hari oleh Petugas di Unit Rekam Medis sehingga
data selalu up to date.
Cara penyimpanan:
Dengan sistem komputerisasi yang diback up setiap waktu tertentu secara
periodik sehingga data rusak atau hilang dapat dicegah.
4. Statistik Dan Pelaporan Rumah Sakit
Pelaporan rumah sakit merupakan suatu alat organisasi yang bertujuan untuk
mendapatkan menghasilan laporan secara cepat, tepat dan akurat.
Jenis pelaporan terjadi menjadi 2 jenis :
a. Laporan Intern Rumah Sakit
Laporan Intern RSGM IIK Bhakti Wiyata Kediri disesuaikan dengan kebutuhan.
Jenis pelaporan tersebut meliputi :
1) Pasien rawat jalan
2) 10 besar penyakit rawat jalan
3) dll
36
a. Sistem Sentralisasi
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis yang diterapkan di RSGM IIK
Bhakti Wiyata secara “ Sentralisasi “, dimana dokumen rekam medis rawat jalan
dan rawat inap bergabung menjadi satu. Dan tempat penyimpanan dokumen
rekam medis berada dibelakang pendaftaran pasien.
Kelebihan dari sistem Sentralisasi :
1) Mengurangi terjadinya duplikasi dalam pemeliharaan dan penyimpanan
berkas rekam medis.
2) Mengurangi jumlah biaya yang dipergunakan untuk peralatan dan
penyimpanan.
3) Kekurangan dari sistem Sentralisasi :
4) Petugas menjadi lebih sibuk, karena harus menangani unit rawat jalan dan
unit rawat inap
5) Tempat penyimpanan dokumen rekam medis harus bertugas selama 24 jam.
Untuk dokumen rekam medis milik staf rekam medis dan kasus hukum
disimpan oleh RM dalam rak (lemari) penyimpanan tersendiri dan terkunci
dimana kunci tersebut dibawa oleh RM serta di rak penyimpanan induk diberi
tracer untuk mengetahui keberadaan dokumen rekam medis berada.
b. Sistem Penjajaran ( Menggunakan Angka Akhir)
Sistem penjajaran yang diterapkan dalam penyimpanan dokumen rekam
medis di RSGM IIK Bhakti Wiyata adalah Sistem Angka Terakhir ( Terminal
Digit Filling ). Disini digunakan nomor-nomor dengan 8 ( delapan ) angka yang
dikelompokkan menjadi 4 ( empat) kelompok, masing-masing terdiri dari 2 (
dua ) angka. Angka pertama adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kiri,
angka kedua adalah kelompok 2 angka yang terletak ditengah dan angka ketiga
adalah kelompok 2 angka yang terletak paling kanan.
Contoh : Nomor RM 00083579 angka pertama : 00
angka kedua: 08
angka ketiga: 35
angka keempat: 79
Dalam penyimpanan dengan sistem angka akhir ada 10 kelompok angka akhir
yaitu 00 sampai dengan 09.
Sistem penyimpanan angka akhir lebih mudah, efisien dan efektif. Keuntungan
dan kelebihan pada sistem angka akhir adalah sebagai berikut :
38
2. Penunjuk Penyimpanan
Pada deretan dokumen rekam medis yang disimpan di rak harus diberi tanda
penunjuk guna mempercepat pekerjaan menyimpan dan menemukan rekam medis.
Petunjuk dibuat dari kertas bufalo yang dicetak nomor – nomor besar yang kemudian
dilaminating agar tidak kusut dan rusak. Alat penunjuk ini, agar dipilih model yang kuat
tahan lama dan warnanya beda dengan warna map dokumen rekam medis agar mudah
dilihat. Angka yang dibuat dari angka 00 sampai dengan 99 yang kemudian ditempel
pada rak-rak penyimpanan.
Perlindungan dokumen rekam medis dari kehilangan dengan cara antara lain :
a) Petugas pelaporan mencatat pasien pulang lewat sensus harian rawat rawat inap
b) Petugas Assembling mencocokkan dokumen rekam medis yang disetor ke Unit
Sistem Informasi Managemen dan Rekam Medis dengan daftar pasien pulang
c) Petugas Assembling menkroscek ke ruang bila ada dokumen rekam medis yang
belum disetor kerekam medis
a) Rekam Medis memberi batasan pada siapa saja yang boleh masuk ke ruang filing
atau penyimpanan
b) Setiap peminjaman atau pengambilan dokumen rekam medis harus diketahui oleh
penanggung jawab filing
c) Melakukan pencatatan pada setiap peminjaman atau pengambilan dokumen rekam
medis
d) Penggunaan dokumen rekam medis harus diruang filing
e) Dokumen rekam medis tidak boleh dibawa keluar ruang
7. Tata Cara Pengeluaran dan Pengembalian Rekam Medis Dari Rak Filing
Permintaan-permintaan rutin terhadap rekam medis yang datang setiap hari
dari Unit Rawat Jalan atau pasien rawat inap lagi. Peminjaman dokumen rekam medis
yang tidak rutin biasanya dilakukan dengan cara menelpon terlebih dahulu. Setelah
diketemukan dokumen yang diminta maka bagian penyimpanan menelpon bagian
yang meminjam. Bagian yang meminjam datang ke rekam medis untuk mengambil
dokumen rekam medis dan mengisi bon peminjaman.
Ketentuan pokok yang harus ditaati ditempat penyimpanan adalah :
1) Dokumen rekam medis boleh keluar dari ruang Rekam Medis, tanpa tanda keluar/
kartu permintaan. Peraturan ini tidak hanya berlaku bagi orang-orang diluar
rekam medis, tetapi juga bagi petugas-petugas rekam medis sendiri.
42
2. Lihat nomor rekam medis dan cari rak sesuai dengan nomor dokumen
rekam medis tersebut.
3. Pastikan nomor rekam medis pada dokumen rekam medis tersebut sesuai
dengan nomor rekam medis pada Tracer.
4. Selipkan dokumen rekam medis dibelakang Tracer, setelah dokumen rekam
medis masuk kedalam rak tarik Tracer dari rak.
5. Bon Pinjam yang ada didalam Tracer, dibuang
diambilnya rekam medis tidak aktif, ditempat semula harus diletakkan tanda
keluar, hal ini mencegah pencarian yang berlarut-larut pada suatu waktu rekam
medis tidak aktif tersebut diperlukan.
e. Penyusutan (Retensi) dan Pemusnahan Rekam Medis
Penyusutan rekam medis adalah suatu kegiatan pengurangan arsip dari
rak penyimpanan dengan cara memindahkan arsip rekam medis in aktif dari rak
aktif ke rak in aktif dengan cara memilah pada rak penyimpanan sesuai dengan
tahun kunjungan. Dengan cara diambil dokumen rekam medis dilihat dari tahun
terakhir berkunjung.
Adapun hal-hal yang perlu diperhatukan dalam retensi dan penyusutan
dokuemn rekam medis:
a. Tujuan Penyusutan / Retensi Rekam Medis :
1. Mengurangi jumlah arsip rekam medis yang semakin bertambah.
2. Menyiapkan fasilitas yang cukup untuk tersedianya tempat penyimpanan
dokumen rekam medis yang baru.
3. Tetap menjaga kualitas pelayanan dengan mempercepat penyiapan rekam
medis jika sewaktu-waktu diperlukan.
4. Menyelamatkan arsip rekam medis yang bernilai guna tinggi serta
mengurangi yang tidak bernilai guna/nilai guna rendah atau nilai gunanya
telah menurun.
b. Jadwal Retensi Rekam Medis
Jadwal retensi rekam medis merupakan daftar yang berisikan
sekurang-kurangnya jenis arsip dan jangka waktu penyimpanannya sesuai
dengan kegunaannya.
Penentuan jangka waktu penyimpanan rekam medis (retensi arsip)
ditentukan atas dasar nilai kegunaan tiap-tiap arsip. Untuk menjaga
obyektifitas dalam menentukan nilai kegunaan tersebut, Jadwal retensi
arsip disusun oleh suatu kepanitiaan yang terdiri dari unsur panitia rekam
medis dan Rekam Medis yang benar-benar memahami kearsipan, fungsi
dan nilai arsip rekam medis.
Rancangan Jadwal Retensi Arsip yang merupakan hasil kerja
panitia perlu mendapat persetujuan Kepala Rumah Sakit terlebih dahulu
sebelum dijadikan pedoman resmi jadwal retensi arsip yang diberlakukan.
45
Setiap ada perubahan Jadwal Retensi Arsip harus melalui prosedur yang
sama dengan penyusunan Jadwal Retensi Arsip.
c. Pemusnahan Arsip
Adalah suatu proses kegiatan penghancuran secara fisik arsip rekam
medis yang telah berakhir fungsi dan nilai gunanya. Penghancuran harus
dilakukan secara total dengan cara membakar habis, mencacah atau daur
ulang sehingga tidak dapat lagi dikenal isi maupun bentuknya. Di RSGM
IIK Bhakti Wiyata Kediri pemusnahan dilakukan dengan cara dibakar
secara manual.
Dokumen rekam medis yang telah dinyatakan non aktif dapat dinilai
guna. Nilai guna dokumen rekam medis yaitu suatu kegiatan penilaian
terhadap formulir-formulir rekam medis yang perlu diabadikan atau boleh
dimusnahkan. Formulir yang rekam medis yang harus diabadikan yaitu :
1. Ringkasan masuk dan keluar
2. Resume penyakit
3. Lembar Operasi (termasuk laporan persalinan)
4. Identifikasi bayi lahir
5. Lembar persetujuan tindakan medis (Informed Consent)
6. Lembar kematian
8. Pencatatan (Recording)
Rekam medis mempunyai pengertian yang sangat luas, tidak hanya
sekedar kegiatan pencatatan, akan tetapi mempunyai pengertian sebagai suatu
sistem penyelenggaraan rekam medis. Sedangkan kegiatan pencatatannya
sendiri hanya merupakan salah satu kegiatan dari pada penyelenggaraan rekam
medis.
Penyelenggaraan rekam medis adalah merupakan proses kegiatan yang
dimulai pada saat diterimanya pasien di RSGM IIK Bhakti Wiyata Kediri,
diteruskan kegiatan pencatatan data medik pasien selama pasien itu
mendapatkan pelayanan medis di rumah sakit, dan dilanjutkan dengan
penanganan dokumen rekam medis yang meliputi penyelenggaraan
penyimpanan serta pengeluaran berkas dari tempat penyimpanan serta
46
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
Prinsip dasar upaya peningkatan mutu pelayanan adalah pemilihan aspek yang akan
ditingkatkan dengan menetapkan indikator, kriteria serta standar yang digunakan untuk
mengukur mutu pelayanan Rumah Sakit yaitu :
Defenisi Indikator adalah:
Adalah ukuran atau cara mengukur sehingga menunjukkan suatu indikasi. Indikator
merupakan suatu variabel yang digunakan untuk bisa melihat perubahan. Indikator yang baik
adalah yang sensitif tapi juga spesifik.
Kriteria :
Adalah spesifikasi dari indikator.
Standar :
Tingkat performance atau keadaan yang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang
dalam situasi tersebut, atau oleh mereka yang bertanggung jawab untuk
mempertahankan tingkat performance atau kondisi tersebut.
Suatu norma atau persetujuan mengenai keadaan atau prestasi yang sangat baik.
Sesuatu ukuran atau patokan untuk mengukur kuantitas, berat, nilai atau mutu.
Dalam melaksanakan upaya peningkatan mutu pelayanan maka harus memperhatikan prinsip
dasar sebagai berikut:
1. Aspek yang dipilih untuk ditingkatkan
Keprofesian
Efisiensi
Keamanan pasien
Kepuasan pasien
Sarana dan lingkungan fisik
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pelayanan Medik; Pedoman Pengelolaan Rekam Medis Rumah Sakit di
Indonesia, Revisi I ;DEPKES; 2006
Surat Keputusan Direktorat Jendral Pelayanan Medik No. 78 Tahun 1991 tentang
Penyelenggaraan Rekam Medis