Anda di halaman 1dari 75

PEDOMAN PELAYANAN

INSTALASI LABORATORIUM KLINIK


RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO PURWOREJO

RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO PURWOREJO


Jl. Soekarno-Hatta RW IV Borokulon, Kec. Banyuurip, Kab. Purworejo 54171
Telp.(0275) 2973040 Email : rsudtjokronegoro@purworejokab.go.id
Website : rsutjokronegoro.purworejokab.go.id
PURWOREJO
2020
PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO
DINAS KESEHATAN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH R.A.A. TJOKRONEGORO
Jl. Soekarno-Hatta Borokulon Kec. Banyuurip, Kab. Purworejo 54171
Telp.(0275) 2973040 Email : rsudtjokronegoro@purworejokab.go.id
Website : rsutjokronegoro.purworejokab.go.id

PERATURAN DIREKTUR RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO PURWOREJO


NOMOR 13 TAHUN 2020

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI LABORATORIUM KLINIK


RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO PURWOREJO

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DIREKTUR RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO PURWOREJO

Menimbang : a. bahwa upaya mendukung terlaksananya pelayanan


laboratorium secara efektif dan efisien di Insatalasi
Laboratorium Klinik RSUD R.A.A. Tjokronegoro Purworejo,
maka diperlukan adanya Pedoman Pelayanan Insatalasi
Patologi Klinik RSUD R.A.A. Tjokronegoro Purworejo;
b. bahwa agar pelayanan laboratorium di Insatalasi
Laboratorium Klinik RSUD R.A.A. Tjokronegoro Purworejo
dapat terlaksana dengan baik perlu adanya Pedoman
Pelayanan Insatalasi Patologi Klinik RSUD R.A.A.
Tjokronegoro Purworejo sebagai landasan dalam melaksanakan
pelayanan laboratorium;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a) dan huruf b) perlu menetapkan Peraturan
Direktur tentang Pedoman Pelayanan Laboratorium Klinik di
Insatalasi Patologi Klinik Rumah Sakit Umum Daerah
R.A.A. Tjokronegoro Purworejo.
Mengingat :

a. Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;


b. Undang – Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintah
Daerah;
c. Undang – Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Tenaga
Kesehatan;
d. Undang-undang Nomor 29 tahun 2004 tentang Praktek
Kedokteran;
e. Permenkes Nomor 43 tahun 2013 tentang Cara
Penyelenggaraan Laboratorium Klinik Yang Benar
f. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
411/MENKES/PER/III/2010 tentang Laboratorium Klinik;
g. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 42
tahun 2015 tentang Izin dan Penyelenggaraan Praktik Ahli
Teknologi Laboratorium Medik;
h. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129/MENKES/SK/XII/2008 tentang Standar Pelayanan
Minimal Rumah Sakit.
i. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
370/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Ahli
Teknologi Laboratorium Kesehatan;
j. Peraturan Bupati Purworejo Nomor 59 Tahun 2019 tentang
Pembentukan, Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi
serta Tata Kerja Rumah Sakit Umum Daerah Kelas C kabupaten
Purworejo.

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
PERATURAN DIREKTUR RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO
PURWOREJO TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI
LABORATORIUM KLINIK RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO
PURWOREJO

Pasal 1

Pedoman Pelayanan dalam Peraturan Direktur ini sebagai acuan dalam


pengeloaan pelayanan di Instalasi Laboratorium Klinik RSUD R.A.A.
Tjokronegoro Purworejo.

Pasal 2

Pedoman Pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 1 terdiri atas :


a. Pendahuluan.
b. Standar Ketenagaan
c. Standar Fasilitias
d. Tata Laksana Pelayanan
e. Logistik
f. Keselamatan Pasien
g. Keselamatan Kerja
h. Pola ketenagaan dan kualifikasi SDM
i. Pengendalian Mutu
j. Penutup.

Pasal 3

Pedoman Pelayanan yang dimaksud dalam pasal 2 tercantum dalam


lampiran yang merupakan bagian tidak terpisah dari Peraturan Direktur ini.

Pasal 4

Segala biaya yang timbul sebagai akibat diterbitkannya Peraturan


Direktur ini dibebankan kepada Anggaran Badan Layanan Umum Daerah
RSUD R.A.A. Tjokronegoro Purworejo.

Ditetapkan di : Purworejo
Pada tanggal : 2020

DIREKTUR RSUD R.A.A. TJOKRONEGORO


PURWOREJO

dr. Tolkha Amarrudin, M.Kes, Sp. THT. KL


NIP.19750307 200902 1 002

Lampiran Peraturan Direktur


RSUD R.A.A. Tjokronegoro Purworejo
Nomor 13 Tahun 2020
Tentang
Pedoman Pelayanan
Instalasi Laboratorium Klinik

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Laboratorium klinik merupakan tempat pelayanan
pengujian/pemeriksaan spesimen yang berasal dari manusia. Pelayanan
pemeriksaan yang dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan
perorangan terutama untuk menunjang upaya diagnosis penyakit,
penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan.
Laboratoium klinik perlu diselenggarakan secara bermutu untuk
mendukung upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat. Pelaksanaan
pelayanan yang baik dengan meningkatkan dan menetapkan mutu hasil
pemeriksaan laboratorium.
Penyelenggaraan pelaynan laboratorum yang baik harus sesuai kriteria
organisasi, ruang dan fasilits, peralatan, bahan, spesimen, metode
pemeriksaan, mutu, keamanan, pencatatan dan pelaporan. Kriteria tersebut
merupakan ketentuan minimal yang harus dipenuhi dalam penyelenggaraan
laboratorium.

B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Tujuan umum pedoman pelayanan laboratorium di Instalasi
Laboratorium Klinik RSUD R.A.A. Tjokronegoro Purworejo adalah
terselenggaranya pelayanan laboratorium secara baik dengan memenuhi
kriteria organisasi, ruang dan fasilitas, peralatan, bahan, spesimen,
metode pemeriksaan, mutu, keamanan, pencatatan dan pelaporan.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus pedoman pelayanan laboratorium di Instalasi
Laboratorium Klinik RSUD R.A.A. Tjokronegoro Purworejo adalah sbb :
a. Menegakkan diagnosa
b. Menetapkan penyebab penyakit
c. Menunjang sistem kewaspadaan dini
d. Monitoring penggunaan terapi

C. Ruang Lingkup Pelayanan


Ruang Lingkup pelayanan di Instalasi Laboratorium Klinik RSUD
R.A.A. Tjokronegoro Purworejo meliputi beberapa bagian/unit Antara lain
sbb:
1. Patologi Klinik
2. Patologi Anatomi
3. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS)

D. Batasan Operasional
1. Pemeriksaan Hematologi
Pemeriksaan hematologi merupakan pemeriksaan yang mencakup
beberapa pemeriksaan antara lain : Hematologi Rutin, Hemotologi
lengkap, Faktor koagulasi, golongan darah, hitung retikulosit, morfologi
sel darah merah.
2. Pemeriksaan Kimia Klinik
Pemeriksaan kimia merupakan pemeriksaan yang mencakup
beberapa pemeriksaan antara lain : Glukosa darah, faal hati lengkap, faal
ginjal, cholesterol lengkap, Elektrolit, Analisa gas darah
3. Pemeriksaan Urin
Pemeriksaan urine merupakan pemeriksaan yang mencakup
beberapa pemeriksaan yang membutuhkan bahan urine antara lain : urine
lengkap, test kehamilan dan NAPZA
4. Pemeriksaan Feeces
Pemeriksaan Feeces merupakan pemeriksaan yang mencakup
beberapa pemeriksaan yang membutuhkan bahan faeces antara lain :
Faeces lengkap.
5. Pemeriksaan Bakteriologi
Pemeriksaan bakteriologi merupakan pemeriksaan yang
mencakup beberapa pemeriksaan antara lain : sedian langsung gram,
skret vagina, sputum BTA langsung, TCM, kultur dan sensitivity tes
6. Pemeriksaan serologi/Imunologi
Pemeriksaan serologi/Imunologi merupakan pemeriksaan yang
memerlukan serum sebagai bahan pemeriksaan, antara lain : HBsAg,
widal, IgM Salmonella, IgG IgM Dengue, IgM leptospira,HIV
7. Pemeriksaan Patologi Anatomi
Pemeriksaan untuk mendiagnosis berdasarkan pemeriksaan sel
jaringan maupun organ secara makroskopis dan mikroskopis.
8. Organisasi
Kerjasama antara dua orang atau lebih antar unit dalam suatu pola
koordinasi yang dipersatukan untuk mencapai suatu hasil yang telah
ditetapkan
9. Ruang dan fasilitas
Sarana dan prasarana yang cukup untuk menampung peralatan
yang dipergunakan,aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan
dengan specimen atau pasien untuk kebutuhan pemeriksaan
laboratorium.
10. Reagen
Zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi untuk mendeteksi,
mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
11. Spesimen
Bahan untuk pemeriksaan laboratorium
12. Kontrol mutu
Semua kegiatan baik Pemantapan Mutu Internal (PMI) maupun
Pemantapan Mutu Eksternal (PME) di Instalasi Patologi Klinik RSUD
R.A.A. Tjokronegoro sendiri maupun dari laboratorium rujukan di luar
Rumah Sakit yang ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan
hasil pemeriksaan laboratorium
13. Kesehatan dan keselamatan kerja (K3) laboratorium
Merupakan bagian dari pengelolaan laboratorium secara keseluruhan.
Laboratorium melakukan berbagai tindakan dan kegiatan terutama berhubungan
dengan spesimen yang berasal dari manusia maupun bukan manusia. Bagi
petugas laboratorium yang selalu kontak dengan spesimen, maka berpotensi
terinfeksi kuman patogen.
14. Limbah
Merupakan sisa dari bahan pemeriksaan yang bersifat infeksius
maupun non infeksius.
15. Pencatatan dan pelaporan
Merupakan kegiatan laboratorium diperlukan dalam
perencanaan, pemantauan dan evaluasi serta pengambilan keputusan
untuk peningkatan pelayanan laboratorium. Untuk itu kegiatan ini harus
dilakukan secara cermat dan teliti, karena kesalahan dalam pencatatan
dan pelaporan akan mengakibatkan kesalahan dalam menetapkan suatu
tindakan.
BAB II
STANDAR FASILITAS

A. Ruangan
Luas ruangan setiap kegiatan cukup menampung peralatan yang
dipergunakan, aktifitas dan jumlah petugas yang berhubungan dengan
spesimen/pasien untuk kebutuhan pemeriksaan laboratorium. Semua
ruangan harus mempunyai tata ruang yang baik sesuai alur pelayanan dan
memperoleh sinar matahari/cahaya dalam jumlah yang cukup. Secara umum
tersedia ruangan sbb :
1. Ruang tunggu terdiri dari ruang tunggu pasien, ruang tunggu
pengambilan sampel.
2. Ruang pengambilan sampel darah, sampel urine, sampel dahak maupun
sampel genikologi.
3. Ruang pemeriksaan kimia klinik, hematologi, imun-serologi,
mikrobiologi, urinalisa dan pemeriksaan pelayanan darah yang terpisah.
4. Ruang penerimaan sampel.
5. Ruang administrasi
6. Ruang konsultasi
7. Ruang Kepala Instalasi
8. Ruang rapat
9. Ruang petugas
10. Gudang reagen dan logistik
11. Gudang Arsip
12. Kamar mandi
13. Ruang mencuci

B. Alat
1. Dasar pemilihan peralatan laboratorium
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih alat,
yaitu:
a. Kebutuhan
Alat yang dipilih yang mempunyai spesifikasi yang sesuai
dengan kebutuhan yang meliputi jenis, volume dan jumlah
pemeriksaan.
b. Fasilitas yang tersedia
Alat yang dipilih mempunyai spesifikasi yang sesuai dengan
fasilitas yang tersedia dan sesuai dengan pemeriksaan.
c. Sumber daya manusia yang ada
Tersedianya tenaga yang cukup dan adanya tenaga dengan
kualifikasi tertentu yang dapat mengoperasikan alat yang ada.
d. Reagen yang dibutuhkan
Reagen yang dibutuhkan di laboratorium mudah dan tersedia
di pasaran dan terjamin kontinuitas distribusi dari pemasok. Selain itu
sistem reagen perlu dipertimbangkan pula, apakah sistem reagen
tertutup atau terbuka.
e. Sistem alat
Alat yang dipilih di laboratorium dipilih dari beberapan
pertimbangan antara lain:
- Alat tersebut mudah dioperasikan
- Spare part dari alat tersebut mudah dah didapatkan
- Alat memerlukan kalibrasi setiap kali akan dipakai atau hanya
tiap minggu atau hanya tiap bulan
f. Pemasok/Vendor
Pemasok/ vendor yang bekerjasama memenuhi syarat sebagai
berikut:
- Mempunyai reputasi yang baik
- Memberikan fasilitas uji fungsi
- Menyediakan petunjuk operasional alat dan trouble shooting.
- Menyediakan fasilitas pelatihan dalam mengoperasikan alat,
pemeliharaan dan perbaikan sederhana.
- Memberikan pelayanan purna jual yang terjamin, antara lain
mempunyai teknisi yang handal, suku cadang mudah diperoleh.
- Menjamin ketersediaan reagen dan kontinuitas reagen guna
pelayanan laboratorium.
- Mendaftar peralatan ke Kementerian Kesehatan.
g. Nilai Ekonomis
Dalam memilih alat perlu dipertimbangkan analysis cost-
benefit, yaitu seberapa besar keuntungan yang diperoleh dari investasi
yang dilakukan, termasuk di dalamnya biaya operasi alat.
h. Terdaftar di Departemen Kesehatan
Peralatan yang akan dibeli harus sudah terdaftar dan mendapat
izin edar dari institusi yang berwenang sesuai peraturan yang berlaku.
2. Pengujian peralatan / Uji fungsi
Pengujian alat (dilakukan sebelum atau sesudah pembelian) atau
yang disebut juga sebagai uji fungsi. Tujuannya untuk mengenal kondisi
alat, yang mencakup: kesesuaian spesifikasi alat dengan brosur, kesesuaian
alat dengan lingkungan dan hal-hal khusus yang diperlukan bagi
penggunaan secara rutin. Dari evaluasi ini dapat diketahui antara lain
reprodusibilitas, kelemahan alat, harga per tes, dan sebagainya.
3. Inspeksi alat
Inspeksi alat laboratorium dilakukan selama alat masih diguannakan
untuk pemeriksaan. Inspeksi alat dilakukan setiap menghidupkan alat
dengan mengecek hal-hal apa saja yang berkaitan dengan proses
pemeriksaan sampel mulai dari menghidupkan alat dan perangkat
pendukung, reagen untuk pemeriksaan sampai dengan limbah dari alat
tersebut.
4. Penggunaan dan pemeliharaan berkala alat
Setiap peralatan harus dilengkapi dengan petunjuk penggunaan
(instruction manual) yang disediakan oleh pabrik yang memproduksi alat
tersebut. Petunjuk penggunaan tersebut pada umumnya memuat cara
operasional dan hal-hal lain yang harus diperhatikan. Cara penggunaan
atau cara pengoperasian masing-masing jenis peralatan laboratorium harus
ditulis dalam instruksi kerja.
Pada setiap peralatan juga harus dilakukan pemeliharaan berkala
sesuai dengan petunjuk penggunaan. Kegiatan tersebut harus dilakukan
secara rutin untuk semua jenis alat. Untuk itu setiap alat harus mempunyai
kartu untuk mencatat setiap tindakan pemeliharaan yang dilakukan dan
kelainan-kelainan yang ditemukan. Bila ditemukan kelainan, maka hal
tersebut harus segera dilaporkan kepada penanggung jawab alat untuk
dilakukan perbaikan.
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian peralatan:
a. Persyaratan kecukupan peralatan
Laboratorium harus dilengkapi dengan semua peralatan yang
diperlukan sesuai dengan jenis layanan yang disediakan. Jumlah dan
jenis peralatan disesuaikan dengan kebutuhan yang sesuai dengan
perundang-undangan yang berlaku.
b. Persyaratan kemampuan alat
Peralatan laboratorium yang digunakan harus diperhatikan
menunjukkan kemampuan atau memenuhi kinerja yang
dipersyaratkan dan harus memenuhi spesifikasi yang sesuai untuk
pemeriksaan 1 0 bersangkutan.
c. Penandaan peralatan
Setiap jenis peralatan harus diberi label, tanda atau identifikasi
lain yang khas.
d. Log alat
Setiap jenis alat yang digunakan harus memiliki catatan yang
dipelihara dan terkendali mencakup:
- Identitas alat.
- Tipe identifikasi dan nomor seri atau identifikasi khas lain.
- Orang yang dapat dihubungi (dari pihak pemasok).
- Tanggal penerimaan dan tanggal pemeliharaan.
- Kondisi ketika alat diterima (alat baru/bekas atau kondisi lain);
- Instruksi pabrik atau acuan yang dibuat.
- Pemeliharaan yang dilakukan/direncanakan untuk yang akan
datang.
- Tanggal perkiraan penggantian alat, jika mungkin.
e. Persyaratan pengoperasian alat
Alat hanya boleh dioperasikan oleh petugas yang berwenang.
Instruksi penggunaan dan pemeliharaan peralatan terkini harus
tersedia bagi petugas laboratorium.
f. Jaminan keamanan kerja alat
Alat harus dipelihara dalam kondisi kerja yang aman Semua
harus disesuaikan dengan spesifikasi atau instruksi pabrik termasuk
pembuangan limbah kimia maupun biologis.
g. Penanganan terhadap alat yang rusak
Alat yang diduga mengalami gangguan, tidak boleh digunakan
sampai selesai diperbaiki dan memenuhi kriteria yang ditentukan
(pengujian dan kalibrasi) untuk digunakan kembali. Laboratorium
harus melakukan tindakan koreksi cepat yang memadai sebelum
digunakan kembali.
h. Pemindahan alat
Apabila alat dipindahkan keluar laboratorium untuk diperbaiki,
maka sebelum digunakan kembali di laboratorium harus dipastikan
alat telah dicek dan berfungsi baik.
i. Pemutahiran hasil koreksi kalibrasi.
Apabila kalibrasi menghasilkan sejumlah faktor koreksi,
laboratorium harus melakukan tindakan koreksi cepat untuk menjamin
bahwa salinan dari faktor koreksi sebelumnya dimutahirkan dengan
benar.
6. Beberapa jenis peralatan laboratorium yang perlu mendapat perhatian
adalah:
a. Alat Gelas
- Tabung yang dipakai harus selalu bersih.
- Untuk pemakaian ulang, cuci alat gelas dengan deterjen
(sedapatnya netral) dan oksidan (hipoklorit) kemudian bilas
dengan aquades.
b. Blood cell counter/Hematology Analyzer
- Bagian luar alat dilap setiap hari
- Periksa semua selang pembuangan limbah pemeriksaan, apakah
ada sumbatan atau tidak
- Periksa selang pembuangan limbah pemeriksaan, apakah ada
sumbatan atau tidak
- Setiap selesai pemeriksaan, lakukan pencucian
- Tutup badan alat dengan plastik bila alat tidak dipakai
c. Fotometer /Spectrofotometer
- Gunakan lampu yang sesuai dengan masing-masing jenis
fotometer
- Tegangan listrik harus stabil.
- Hidupkan alat terlebih dahulu selama 5-30 men it (tergantung
jenis/merek alat), supaya cahaya lampu menjadi stabil.
- Monokromator atau filter harus bersih , tidak lembab, dan tidak
berjamur.
- Kuvet (tergantung jenisnya) harus tepat meletakkannya. Sisi yang
dilalui cahaya harus menghadap ke arah cahaya. Bagian tersebut
harus bersih, tidak ada bekas tangan, goresan ataupun embun.
Untuk menghindari hal tersebut pegang kuvet diujung dekat
permukaan.
- Isi kuvet harus cukup sehingga seluruh cahaya dapat melalui isi
kuvet.
- Tidak boleh ada gelembung udara dalam kuvet.
- Untuk pemeriksaan enzimatik, kuvet harus diinkubasi pada suhu
yang sesuai dengan suhu pemeriksaan.
- Fotodetektor harus dijaga kebersihannya dengan cara
membersihkan permukaannya dengan alkohol 70%.
- Amplifier /pengolah signal harus berfungsi dengan baik.
d. Inkubator
- Bagian dalam inkubator dan rak harus dibersihkan secara teratur
dengan disinfektan.
- Suhu dicatat setiap pagi hari untuk incubator yang dinyalakan
terus menerus atau sebelum dan sesudah digunakan.
- Suhu yang tertera pad a alat perlu dikalibrasi secara rutin untuk
mengetahui keakuratannya.
e. Kamar Hitung
- Kamar hitung dan kaca penutup harus bersih sebab kotoran atau
partikel debu pada pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat
sebagai sel.
- Periksa di bawah mikroskop, apakah garis-garis pada kamar
hitung terlihat jelas dan lengkap.
- Kamar hitung dan kaca penutup harus kering, bila basah akan
menyebabkan terjadinya pengenceran dan kemungkinan sel darah
akan pecah, sehingga jumlah sel yang dihitung menjadi
berkurang.
- Kaca penutup harus tipis, rata,tidakcacatdan pecah, sebab kaca
penutup berfungsi untuk menutup sampel, bila cacat atau pecah
maka volume dalam kamar hitung menjadi tidak tepat.
- Cara pengisian kamar hitung ; dengan menggunakan pipet Pasteur
dalam posisi horizontal, sampel dimasukkan ke dalam kamar
hitung yang tertutup kaca penutup.
- Bila pada pengisian terjadi gelembung udara di dalam kamar
hitung atau sampel mengisi parit kamar hitung/menggenangi
kamar lain, atau kamar hitung tidak terisi penuh, maka pengisian
harus diulang.
- Cuci kamar hitung segera setelah dipakai dengan air mengalir atau
dengan air deterjen encer.
- Bila masih kotor, rendamlah dalam air deterjen, kemudian bilas
dengan air bersih.
- Pada waktu mencuci kamar hitung tidak boleh menggunakan
sikat.
f. Lemari es (Refrigerator) dan Freezer
- Menggunakan lemari es dan freezer khusus untuk laboratorium.
- Tempatkan lemari es sedemikian rupa sehingga bagian belakang
lemari es masih longgar untuk aliran udara dan fasilitas kebersihan
kondensor.
- Pintu lemari es harus tertutup baik untuk mencegah keluarnya
udara dingin dari
- bagian pendingin.
- lemari es dan freezer harus selalu dalam keadaan hidup.
- Suhu dicatat setiap pagi dan sore hari.
- Termometer yang digunakan harus sesuai dengan suhu alat yang
dikalibrasi, misalnya – 8oC, -20°C atau -76°C.
g. Mikroskop
- Letakkan mikroskop di tempat yang datar dan ,tidak licin.
- Bila menggunakan cahaya matahari, tempatkan di tempat yang
cukup cahaya dengan mengatur cermin sehingga diperoleh medan
penglihatan yang terang.
- Biasakan memeriksa dengan menggunakan lensa obyektif 10x
dulu, bila sasaran sudah jelas, perbesar dengan objektif 40x dan
bila perlu dengan 100x. Untuk pembesar 100x gunakan minyak
e~ersi.
- Bersihkan lensa dengan kertas lensa atau kain yang lembut
setiap hari setelah selesai bekerja, terutama bila lensa terkena
minyak imersi bersihkan dengan eter alkohol (lihat referensi).
- Jangan membersihkan / merendam lensa dengan alkohol atau
sejenisnya karena akan melarutkan perekatnya sehingga lensa
dapat lepas dari rumahnya.
- Jangan menyentuh lensa obyektif dengan jari.
- Jangan membiarkan mikroskop tanpa lensa okuler atau obyektif,
karena kotoran akan mudah masuk.
- Bila lensa obyektif dibuka, tutup dengan penutup yang tersedia.
- Saat mikroskop disimpan, lensa obyektif 10x atau 100x tidak
boleh berada pada satu garis dengan kondensor, karena dapat
mengakibatkan lensa pecah bila ulir makrometer dan
mikrometemya sudah rusak.
- Simpan mikroskop di tempat yang rendah kelembabannya, dapat
dengan cara memberikan penerangan lampu wolfram atau dengan
silika gel.
h. Pipet
- Gunakan pipet gelas yang sesuai dengan peruntukannya yaitu
pipet transfer yang dipakai untuk memindahkan sejumlah volume
cairan yang tetap dengan teliti, serta pipet ukur yang dipakai
untuk memindahkan berbagai volume tertentu yang diinginkan.
- Gunakan pipet yang bersih dan kering serta ujungnya masih utuh
dan tidak retak.
- Gara penggunaan pipet harus disesuaikan dengan jenis pipet.
- Pemipetan cairan tidak boleh menggunakan mulut.
- Pemindahan cairan dari pipet ke dalam wadah harus dilakukan
dengan cara menempelkan ujung pipet yang telah dikeringkan
dahulu bagian luarnya dengan kertas tissue pada dinding
wadah/bejana dalam posisi tegak lurus dan cairan dibiarkan
mengalir sendiri.
- Pipet volumetrik tidak boleh ditiup.
- Pipet ukur yang mempunyai tanda cincin di bagian alas, setelah
semua cairan dialirkan maka sisa cairan diujung pipet
dikeluarkan dengan ditiup memakai alat bantu pipet
- Pipet ukur yang tidak mempunyai tanda cincin tidak boleh ditiup.
- Pipet dengan volume kecil (1-500 ul) harus dibilas untuk
mengeluarkan sisa cairan yang menempel pada dinding bagian
dalam.
- Pipet untuk pemeriksaan biakan harus steril.
- Pipet yang telah dipakai untuk memipet larutan basa harus
dibilas dahulu dengan larutan yang bersifat asam dengan
konsentrasi rendah, sedangkan yang telah dipakai untuk memipet
larutan asam harus dibilas dengan larutan yang bersifat basa
lemah, kemudian direndam dalam aquades selama satu malam,
kemudian bilas lagi dengan aqudemineral.
j. Pipet mikro
- Pada pipet mikro, tip pipet tidak boleh dipakai ulang karena
pencucian tip pipet akan mempengaruhi
kelembaban plastik tip pipet, juga pengeringan seringkali
menyebabkan tip meramping dan berubah bentuk sa at
pemanasan.
- Penggunaan tidak boleh melewati batas antara tip dan pipetnya.
- Tip yang digunakan harus terpasang erat.
- Sesudah penggunaan harus dibersihkan dan disimpan dengan baik
di dalam rak pipet.
k. Rotator
Bersihkan bagian luar alat dan bagian-bagian yang berputar
diberi pelumas secara teratur. Perhatikan ke-aus-an bagian yang
berputar.
l. Sentrifuge
- Letakkan sentrifus pada tempat yang datar.
- Gunakan tabung dengan ukuran dan tipe yang sesuai untuk tiap
sentrifus.
- Beban harus dibuat seimbang sebelum sentrifus dijalankan,
kecuali pada sentrifus mikrohematokrit karena tabung kapiler
sangat kecil.
- Pada penggunaan sentrifus mikrohematokrit, tabung kapiler harus
ditutup pada salah satu ujungnya untuk menghindari keluarnya
darah.
- Pastikan bahwa penutup telah menutup dengan baik dan kencang
sebelum senfrifus dijalankan.
- Periksa bantalan pada wadah tabung. Bila bantalan tidak ada maka
tabung mudah pecah waktu disentrifus karena adanya gaya
sentrifugal yang kuat menekan tabung kaca ke dasar wadah.
Bantalan harus sesuai dengan ukuran dan bentuk tabung.
- Putar tombol kecepatan pelan-pelan sesuai kecepatan yang
diperlukan.
- Hentikan segera bila beban tidak seimbang atau terdengar suara
aneh
- Jangan mengoperasikan sentrifus dengan tutup terbuka.
- Jangan menggunakan sentrifus dengan kecepatan yang lebih tinggi
dari keperluan.
- Jangan membuka tutup sentrifus sebelum sentrifus benar- benar
telah berhenti.
m. Kimia Analizer
- Letakan di tempat yang kering bersuhu 25 o C
- Selalu cek reagen dan penbilas setiap hari
- Bersihkan probe setiap mau menggunakan
- Matikan alat sebelum 12 jam penggunaan.
- Selalu tutup alat jika mau runing sampel
n. Hematologi Analizer
- Letakan alat di tempat kering pada suhu 25 o C
- Segera ganti reagen setelah ada tanda jika reagen habis.
- Matikan alat sebelum 12 jam penggunaan.
- Selalu cek kertas preint out hasik di perinter.
- Letakan alat di tempat yang datar dan meja yang kuat.
o. Urinalizer
- Letakan alat di tempat kering pada suhu 25 o C
- Matikan alat sebelum 12 jam penggunaan.
- Selalu cek kertas preint out hasik di perinter.
- Letakan alat di tempat yang datar dan meja yang kuat
p. AGD
- Letakan alat di tempat kering pada suhu 25 o C
- Matikan alat setelah digunaan.
- Selalu cek kertas print out hasil di perinter.
- Letakan alat di tempat yang datar dan meja yang kuat
- Tutup kembali alat denagn penutupnya
- Selalu baca buku panduan penggunaan alat
7. Monitoring dan tindakan terhadapap kegagalan fungsi alat
(Trouble Shoting)
Dalam melakukan pemeriksaan seringkali terjadi suatu
ketidakcocokan hasil, malfungsi alat ataupun kondisi yang tidak kita
iginkan yang mungkin disebabkan oleh karena adanya gangguan pada
peralatan. Untuk itu perlu adanya pemecahan masalah (trouble shooting)
Troubleshooting adalah proses atau kegiatan untuk mencari
penyebab terjadinya penampilan alat yang tidak memuaskan, dan
memilih cara penanganan yang benar untuk mengatasinya. Hal-hal yang
perlu diperhatikan bila terjadi permasalahan pada peralatan :
- Tetaplah tenang dan berpikirlah dengan jernih
- Pastikan masalahnya. Jangan membuat asumsi tentang
kemungkinan permasalahan
- Jika penanganan sederhana gagal, minta bantuan supervisor
/ atasan atau hubungi agen untuk menanyakan masalah tersebut.
- Tempelkan label bahwa alat rusak
- Catatlah semua tindakan
8. Kalibrasi peralatan berkala
Kalibrasi peralatan sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil
pemeriksaan laboratorium yang terpercaya menjamin penampilan hasil
pemeriksaan.
Kalibrasi peralatan dilakukan pada saat awal, ketika alat baru di
instal dan diuji fungsi, dan selanjutnya wajib dilakukan secara berkala
sekurang-kurangnya satu kali dalam satu tahun atau sesuai dengan
pedoman pabrikan tersebut.
Kalibrasi peralatan dapat dilakukan oleh teknisi penjual alat
tersebut atau petugas yang memiliki kompetensi dan pernah dilatih atau
oleh institusi yang berwenang dan didokumentasikan.
9. Penaggung jawab alat
Walaupun pihak distributor alat menyediakan teknisi untuk
perbaikan apabila terjadi kerusakan, namun untuk pemeliharaan alat
harus dilakukan sendiri oleh pihak laboratorium. Oleh karena itu harus
ditentukan seorang petugas yang bertanggung jawab atas kegiatan
pemeliharaan alat dan operasional alat melalui kegiatan pemantauan dan
mengusahakan perbaikan apabila terjadi kerusakan.
10. Identifikasi dan inventarisasi alat
Identifikasi dan inventarisasi peralatan laboratorium secara
berkala mencakup nama alat, jenis, jumlah, status alat. Data identifikasi
dan inventarisasi alat ini sebagai salah satu data untuk membuat
perencanaan, pengadaan, dan penarikan peralatan.
11. Penarikan (recall) alat
Alat laboratorium yang sudah tidak layak untuk pemeriksaan
karna sudah tidak menghasilkan pemeriksaan laboratorium yang bermutu
ataupun sudah ada teknologi yang lebih maju dan lebih baik maka akan
diajukan pemarikan. Hal ini juga berlaku untuk alat yang bekerjasama
dengan pihak vendor, jika alat tidak sesuai dengan perjanian atau sudah
habis kerja samanya akan dilakukan penarikan terhadap alat tesebut.
12. Pendokumentasian
Dokumentasi peralatan laboratorium merupakan laporan- laporan
yang terkait dengan uji fungsi, inspeksi alat berkala, pemeliharaan alat
berkala, kalibrasi alat berkala, identifikasi dan inventarisasi alat,
monitoring dan tindakan terhadap kegagalan fungsi alat, penarikan alat
dan sertifika-sertifikat terkait alat tersebut.
BAB III
TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan laboratorium di Instalasi Laboratorim Klnik RSUD R.A.A.


Tjokronegoro dibagi menjadi 3 bidang pelayanan yaitu patologi klinik, patologi
anatomi dan bank darah rumah sakit (BDRS). Pelayanan dilakukan dilaksanakan 24
jam dalam satu hari. Pelayanan laboratorium dibagi menjadi 3 sift yaitu pagi (jam
07.00-14.00), siang (jam 14.00-21.00) dan malam (jam 21.00-07.00).
Kerangka waktu untuk menyeselsaikan pemeriksaan laboratorium mulai
dari pasien mendafatar hingga hasil siap untuk diberikan (waktu tunggu) adalah
120 menit untuk pemeriksaan yang bersifat rutin. Sedangkang waktu tunggu
untuk pasien yang bersifat urgen/cito adalah selama 60 menit. Adapaun
parameter untuk kriteria cito adalah pemeriksaan Kimia Klinik (Gula Darah,
Ureum, Creatinin, CKMB, Elektrolit, Albumin, Analisa Gas Darah) dan
Hematologi (Darah Lengkap, PTT, APTT, INR). Kareangka waktu pemeriksaan
patologi anatomi menyesuaikan dengan laboratorium rujukan. Sedangkan
kerangka waktu pelayanan pada Unit Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) adalah
60 menit.

A. PATOLOGI KLINIK
1. Parameter Pemeriksaan
Parameter pemeriksaan yang dikerjakan di Unit Patologi Klinik
RSUD R.A.A. Tjokronegoro Purworejo Antara lain sbb :
Gula darah Billirubin Total Total Protein Ig G/IgM Dengue
Ureum Billirubin Direct Albumin HBsAg
Creatinin Billirubin Indirek Lepra Widal
Asam Urat Kalium Feses Lengkap HIV
Cholesterol Total Natrium Pengecatan KOH Urin Lengkap
Trigliserida Clorida HbA1C Tes Kehamilan
SGOT AGD MDT NAPZA
SGPT Darah Lengkap Malaria Analisa Sperma
Gula darah stik LED TCM BTA
2. Alur pelayanan Unit Patologi Klinik
a. Alur Pelayanan Pasien Rawat Jalan/Rujukan :

Pendaftaran Pasien

Order Pemeriksaan dan Enteri


Billing SIM RS

Tindakan Pengambilan
Sampel

Pengelolaan Sampel

Input Hasil dan


Pembuatan Hasil

Print Out Hasil

Verifikasi Hasil

Penyerahan Hasil ke Pasien


b. Alur Pelayanan Pasien Rawat Inap

Tindakan, Transportasi dan Dokumentasi


Sampel Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukan Oleh Perawat

Order Pemeriksaan dan Enteri


Billing SIM RS

Pengelolaan Sampel

Input Hasil dan


Pembuatan Hasil

Print Out Hasil

Verifikasi Hasil

Pendistribusian Hasil
c. Alur Pemeriksaan Rujukan ke Laboratorium / RS Luar

Perawat membawa sampel yang akan diperiksa ke


laboratorium

Perawat mencatat dibuku penerimaan sampel


sesuai tempatnya

Petugas Laboratorium menginput identitA Paien


dan membuat billing SIM RS

Petugas laboratorium menghubungi Laboratorium


rujukan dan memberi info/konfirmasi untuk
mengambil sampel pasien yang akan dirujuk

Hasil pemeriksaan dari laboratorium Rujukan ( 3


lembar ) diantar ke laboratorium RSUD R.A.A
Tjokronegoro

Hasil pemeriksaan rujukan dicatat dibuku


penerimaan kemudian diambil 1 lembar untuk arsip
di laboratorium

Hasil pemeriksaan ( 2 lembar ) diletakkan di


kotak pengambilan hasil dan diinfikan kepada
bagian bangsal/poli untuk diambil

3. Spesimen/Sampel
a. Macam specimen/sampel
Serum Tinja Swab Kerokan
Plasma Dahak kulit Cairan
Darah (WB) Pus pleura Cairan
Urin Sperma acites
Sekret vagina Sekret uretra Cairan otak
b. Persiapan Pengambilan Spesimen
Faktor pada pasien yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan,
antara lain : diet, obat-obatan, merokok, alkohol, aktivitas fisik,
ketinggian daerah, demam, trauma, umur, ras, jenis kelamin, kehamilan.
Pemberian penjelasan pada pasien sebelum pengambilan
spesimen, mengenai prosedur yang akan dilakukan, dan meminta
persetujuan pasien. Untuk pemeriksaan tertentu harus tertulis dalam
bentuk inform concern. Adapun persiapan pasien secara umum meliputi :
- Persiapan pasien untuk pengambilan spesimen pada keadaan basal:
 Untuk pemeriksaan tertentu pasien harus puasa selama 8- 12 jam
sebelum diambil darah
 Pengambilan spesimen pagi hari pada jam 09.00 – 11.00, sore hari
jam 16.00 – 18.00 (setelah disampling oleh perawat)
- Menghindari obat-obatan sebelum spesimen diambil
 Untuk pemeriksaan dengan spesimen darah, tidak minum obat 24
jam sebelum pengambilan spesimen
 Untuk pemeriksaan dengan spesimen urin, tidak minum obat 72
jam sebelum pengambilan spesimen
 Apabila pemberian pengobatan tidak memungkinkan untuk
dihentikan, harus diinformasikan kepada petugas laboratorium
- Menghindari aktifitas fisik/olahraga sebelum spesimen diambil.
- Memperhatikan posisi tubuh
Untuk menormalkan keseimbangan cairan tubuh dari
perubahan posisi, dianjurkan pasien duduk tenang sekurang-
kurangnya 15 menit sebelum diambil darah.
- Memperhatikan variasi durnal (perubahan kadar analit sepanjang
hari)
c. Pengambilan dan Pengumpulan
Pengumpulan sampel untuk pemeriksan harus memperhatikan
hal-hal sbb :
- Peralatan dan wadah
Secara umum peralatan yang digunakan harus memenuhi
syarat-syarat antara lain bersih, kering, tidak terkontaminasi zat lain,
terbuat dari bahan yang tidak mengubah sampel, tidak bocor,
tertutup rapat, mengguanakan wadah bermulut lebar untuk
menampung sampel, mengguankan wadah steril untuk pemeriksaan
mikrobiologi.
- Antikoagulan dan Pengawet
Antikoagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk
mencegah sampel darah membeku.
Pengawet adalah zat kimia yang ditambahkan ke dalam
sampel agar analit yang akan diperiksa dapat dipertahankan kondisi
dan jumlahnya untuk kurun waktu tertentu.
- Waktu
Pada umumnya pengambilan spesimen dilakukan pada pagi
hari, karena umumnya nilai normal ditetapkan pada keadaan basal.
Namun ada beberapa pemeriksaan yang waktu pengambilan
spesimennya harus disesuaikan dengan perjalanan penyakit dan
fluktuasi harian.
- Lokasi
Sebelum mengambil spesimen, harus ditetapkan terlebih
dahulu lokasi pengambilan yang tepat sesuai dengan jenis
pemeriksaan yang diminta, misalnya:
 Spesimen untuk pemeriksaan yang menggunakan darah vena
umumnya diambil dari vena cubiti daerah siku. Spesimen darah
arteri umumnya diambil dari arteri radialis di pergelangan
tangan atau arteri femoralis di daerah lipat paha. Spesimen darah
kapiler diambil dari ujung jari tengah tangan atau jari manis
tangan bagian tepi atau pada daerah tumit 1/3 bagian tepi
telapak kaki atau cuping telinga pada bayi. Tempat yang dipilih
tidak boleh memperlihatkan gangguan peredaran darah seperti
"cyanosis" atau pucat dan pengambilan tidak boleh di lengan
yang sedang terpasang infus.
 Spesimen untuk pemeriksaan biakan, harus diambil di tempat
yang sedang mengalami infeksi, kecuali darah dan cairan otak.
 Mikrofilaria: sampel diambil dari darah kapiler (jari tangan) atau
darah vena dengan anti koagulan.
 Analisa gas darah: sampel berupa darah heparin yang diambil
dari pembuluh arteri.
- Volume
Volume spesimen yang diambil harus mencukupi kebutuhan
pemeriksaan laboratorium yang diminta atau dapat mewakili objek yang
diperiksa.
- Teknik
Pengambilan spesimen harus dilaksanakan dengan cara yang
benar, agar spesimen tersebut mewakili keadaan yang sebenarnya.
Teknik pengambilan untuk beberapa spesimen yang sering diperiksa.
 Plebotomi : darah vena, arteri dan kapiler
 Menampung : urin, feses, sputum, sperma
 Swab : secret uretra, endoservic, vagina, rectum, nesofaring,
tenggorok, pus
d. Identifikasi
Idenstifikasi pasien dan atau spesimen merupakan hal yang penting,
baik pada saat pengisian formulir permintaan pemeriksaan, pendaftaran,
pengisian label wadah spesimen.
Formulir permintaan pemeriksaan laboratorium sebaiknya memuat
secara lengkap:
- Identitas pasien (nama lengkap, tanggal lahir, jenis kelamin, alamat,
nomor rekam medic, nomor register)
- Diagnosis/keterangan klinik
- Jenis/parameter permeriksaan
- Tanggal permintaan
- Jam pengambilan spesimen
- Identitas pengirim (nama pengirim dan tanda tanagan)
- Pemeriksaan laboratorium yang diminta
Label wadah spesimen yang akan dikirim atau diambil ke
laboratorium harus memuat identitas pasien sbb:
- Nama lengkap pasien
- Tanggal lahir pasien
- Alamat pasien
- Nomor Rekam Medik
- Nomor Register
e. Pengolahan Specimen
Beberapa specimen yang sering dilakukan pengolahan
sebelum dilakukan pemeriksaan :
- Darah (Whole Blood)
Darah yang diperoleh ditampung dalam tabung yang telah
berisikan antikoagulan yang sesuai, kemudian dihomogenisasi dengan
cara membolak-balik tabung dengan perlahan dan merata membentuk
angka 8 sebanyak 8 - 10 kali.
- Serum
Biarkan darah membeku terlebih dahulu pada suhu kamar
selama 15 - 30 menit, kemudian disentrifus 3000 rpm selama 10 menit.
Pemisahan serum dilakukan paling lambat dalam waktu 2 jam setelah
pengambilan spesimen. Serum yang
memenuhi syarat harus tidak kelihatan merah dan keruh (lipemik)
- Plasma
Homogenkan darah dengan antikoagulan dengan segera secara
pelan-pelan. Pemisahan plasma dilakukan dengan disentrifuge 2500 rpm
selama 10 menit. Plasma yang memenuhi syarat harus tidak kelihatan
merah dan keruh (lipemik).
- Urin
Untuk uji carik celup, urin tidak perlu ada perlakuan khusus,
kecuali pemeriksaan harus segera dilakukan sebelum 1 jam,
sedangkan untuk pemeriksaan sedimen harus dilakukan pengolahan
terlebih dahulu dengan cara:
 Wadah urin digoyangkan agar memperoleh sampel yang
tercampur (homogen).
 Masukkan ±15 ml urin ke dalam tabung sentrifus.
 Putar urin selama 5 menit pada 1500-2000 rpm.
 Buang supernatannya, sisakan ± 1 ml, kocoklah tabung untuk
meresuspensikan sedimen.
 Suspensi sedimen ini sebaiknya diberi cat sternheimer- malbin
untuk menonjolkan unsur sedimen dan memperjelas strukturnya.
- Dahak
Sampel dahak tidak membutuhkan pengolahan khusus untuk
pemeriksaan mikrobiologi maupun pemeriksaan TCM, hanya dipilih
dahak yang benar-benar purulent bukan air liur.
f. Penyimpanan dan Pengiriman spesimen
Spesimen yang sudah diambil harus segera diperiksa, karena
stabilitas spesimen dapat berubah. Faktor-faktor yang mempengaruhi
stabilitas spesimen antara lain:
- Terjadi kontaminasi oleh kuman dan bahan kimia.
- Terjadi metabolisme oleh sel-sel hidup pada spesimen.
- Terjadi penguapan.
- Pengaruh suhu.
- Terkena paparan sinar matahari.
Beberapa spesimen yang tidak langsung diperiksa dapat disimpan
dengan memperhatikan jenis pemeriksaan yang akan diperiksa.
Persyaratan penyimpanan beberapa spesimen untuk beberapa
pemeriksaan laboratorium harus memperhatikan jenis spesimen,
antikoagulan/pengawet dan wadah serta stabilitasnya sperti berikut :
- Sampel darah disimpan pada suhu 2 – 80 C selama 7 hari
- Sampel serum dan plasma disimpan dalam bentuk beku di freezer
- Urin disimpan pada suhu 2 – 80 C selama 24 jam
- Sputum disimpan dalam suhu ruang selama 24 jam
- Sampel patologi anatomi disimpan pada suhu ruang dalam rendaman
formalin 10%
Spesimen yang akan dikirim ke laboratorium lain (dirujuk),
sebaiknya dikirim dalam bentuk yang relatif stabil. Untuk itu perlu
diperhatikan persyaratan pengiriman spesimen antara lain:
- Sampel darah dikirim dalam tabung dengan antokoagulan
- Sampel serum dan plasma dikirim dalam bentuk sudah diolah
menjadi serum dan plasma dalam sample cup
- Penggunaan media transpor untuk pemeriksaan mikrobiologi.

4. Metode Pemeriksaan dan Pengerjaan


a. Dasar Pemilihan
Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam memilih
metode yaitu :
- Tujuan pemeriksaan
Tujuan melakukan suatu pemeriksaan antara lain untuk uji
saring, diagnostik dan evaluasi hasil pengobatan serta surveilan. Tiap
tujuan pemeriksaan memerlukan sensitivitas dan spesifisitas yang
berbeda-beda, sehingga perlu dipilih metode yang sesuai karena
setiap metode mempunyai sensitivitas dan spesifisitas yang berbeda-
beda pula.
- Sensitivitas
Dikenal sensitivitas klinis dan sensitivitas analitik. Sensitivitas
klinik adalah persentase hasil positif sejati antara pasien-pasien yang
berpenyakit.
Sensitivitas klinis = Positivitas di antara yang berpenyakit
Positif Sejati
X 100%
Sensitivitas yang Positif Sejati + Negatif Palsu baik adalah yang mendekati
100%. Pemeriksaan dengan sensitivitas tinggi
terutama dipersyaratkan pada pemeriksaan untuk tujuan skrining.
- Spesifisitas
Spesifisitas klinis adalah persentase hasil negatif sejati di antara
pasien-pasien yang sehat.

Spesifisitas klinis = Negativitas di antara yang sehat


Negatif Sejati
X 100%
Negatif Sejati + Positif Palsu

Spesifisitas yang baik adalah yang mendekati 100%


Spesifisitas analitik berkaitan dengan kemampuan dan akurasi
suatu metode untuk memeriksa suatu analit tanpa dipengaruhi zat-zat
lain.
- Kecepatan hasil pemeriksaan yang diinginkan
Mengingat hasil pemeriksaan laboratorium sangat diperlukan
dalam pengambilan keputusan, maka waktu pemeriksaan yang
diperlukan sampai diperolehnya hasil untuk berbagai metode perlu
dipertimbangkan.
b. Pemilihan Metode Uji
Medtode uji yang dimaksud adalah suatu proses untuk
mengkonfirmasikan bahwa suatu metode mempunyai unjuk kerja yang
konsisten, sesuai dengan apa yang dikehendaki dalam penerapan metode
tersebut.
Suatu kaji ulang (verifikasi / validasi) metode atau prosedur oleh
manajer atau personel yang ditunjuk harus dilakukan pada awalnya dan
pada jarak yang ditetapkan, kaji ulang demikian biasanya dilakukan
sekali setahun (jaminan mutu). Hasil kaji ulang harus direkam dan
dipelihara. Semua metode pilihan non standar harus divalidasi sebelum
digunakan sedangkan metode standar harus diverifikasi terlebih dulu
untuk sampel tertentu.
Metode standar yang dapat dipilih laboratorium harus dievaluasi
dengan memverifikasinya terlebih dahulu dan memberikan hasil yang
memuaskan sebelum digunakan untuk pemeriksan. Metode uji tersebut
bersifat dikerjakan banyak ahli, divalidasi banyak laboratorium dan
erbukti akurat dan terbaik.
c. Verifikasi
Verifikasi metode dilakukan pada semua metode standar atau
metode yang telah divalidasi, pada waktu mula-mula digunakan dan pada
jarak waktu tertentu secara berkala. Tujuan dari verifikasi metode
pengujian antara lain :
- Untuk memastikan bahwa laboratorium / personel penguji dapat
menerapkan metode tersebut dengan baik (ketersediaan peralatan,
fasilitas, pereaksi, penguji, keterampilan dan kompetensi).
- Untuk menjamin mutu hasil pengujian.
Pelaksanaan verifikasi dilakukan dengan menetapkan presisi,
akurasi, dan batas deteksi (jika perlu), suatu metode pengujian.
d. Validasi
Validasi yang dimaksud adalah menetapkan dengan percobaan
laboratorium yang sistematik mencakup presisi, akurasi, linearitas,
sensitifitas dan kekasaran (ruggenees).
Siapa yang melakukan validasi metode? Petugas laboratorium
yang menggunakan metode bertanggung jawab untuk menjamin bahwa
metode telah tervalidasi secara memadai. Definisi dan prinsip penetapan
parameter validasi sbb :
- Presisi
Presisi dari suatu metode pengujian adalah derajat kesesuaian di
antara hasil uji individu (berdiri sendiri) jika metode uji diterapkan
berulang-ulang terhadap multi sampling dari suatu sampel homogeni.
Presisi dari suatu metode pengujian biasanya dinyatakan
sebagai simpangan baku atau simpangan baku relatif (koefisien
variasi) dari serangkai pengukuran.
- Akurasi
Akurasi adalah ukuran ketepatan dari suatu metode pengujian,
atau kedekatan antar nilai hasil uji yang diukur dan nilai benar, atau
niali kovensional atau nilai acuan yang dapat diterima.
- Konfirmasi identitas, selektifitas /spesifitas
Selektifitas adalah sifat metode pengujian yg mengukur sejauh
mana zat lain bisa mengganggu pengujian analit sedangkan spesifitas
adalah kemampuan untuk mengukur analit ditengah-tengah adanya
pengganggu (interferens) yang diketahui identitasnya.
- Linearitas dan rentang atau Limit deteksi dan limit kuantitasi (LOD
dan LOQ)
Penetapan linearitas dan rentang diperoleh dengan
menggambarkan secara grafik hasil uji sebagai fungsi dari konsentrasi
analit, ditetapkan dengan menghitung garis regresi menggunakan
metode ‘ least squares” dari hsl uji terhadap konsentrasi analit.
- Batas deteksi.
LOD = limit of detection : batas konsentrasi terendah yang bisa
dideteksi dengan tingkat keyakinan yang tinggi.

5. Rentang Nilai Normal


Rentang nilai normal merupakan nilai rujukan pada setiap parameter
pemeriksaan laboratorium yang sesuai dengan ketetapan yaitu berdasarkan
Konsensus Nasional SI Units, Tabel Konversi Sistem Satuan SI –
Konvensional dan Nilai Rujukan Dewasa – Anak Parameter Laboratorium
Klinik, PDS PATKLIN, 2004.
Rentang nilai rujukan disertakan dalam hasil pemeriksaan
laboratorium termasuk hasil pemeriksaan dari laboratorium rujukan.
Rentang nilai rujukan ini dievaluasi dan direvisi secara berkala.
Adapun rentang nilai rujukan di Instalasi Laboratorum Klinik
RSUD R.A.A Tjokronegoro sbb :

No Parameter Nilai Rujukan Satuan Referensi


Anak :
 Talli pusat : 45-96
 Prematura : 20-60
Gula darah  Neonatus : 30-60
1 mg/dL Ket No. 1
Sewaktu  1 hari : 40-60
 >1 hari : 50-80
 Anak : 60-100
Dewasa : 74-100
2 Gula darah Puasa 70 – 110 mg/dL Ket No. 1
3 Gula darah 2 JPP <120 mg/dL Ket No. 1
 Anak : Neonatus : <42
 ≤6 bulan : <42
4 Ureum mg/dL Ket No. 1
 ≥ 7 bulan : 48
Dewasa : 10-50
Anak :
 Neonatus : <1,2
 2-12 bulan : <0,9
5 Creatinin  >1 tahun : <1,0 mg/dL Ket No. 1
Dewasa :
 Laki-laki : 0,62-1,10
 Perempuan : 0,45-0,75
Anak
 1-4 minggu : <5.2
6 Asam Urat  2-12 nulan : <6.2 mg/dL Ket No. 1
 Anak : <6.1
Dewasa : 2.0-7.0
Anak
 Tali pusat
- Laki-laki : 44-103
- Perempuan : 50-108
 0-4 tahun
- Laki-laki : 114-203
- Perempuan : 112-200
 5-9 tahun
- Laki-laki : 121-203
- Perempuan : 126-205
 10-14 tahun
- Laki-laki : 119-202
7 Cholesterol Total mg/dL Ket No. 1
- Perempuan : 124-201
 15-19 tahun
- Laki-laki : 113-197
- Perempuan : 119-200
Dewasa
 <29 tahun : <200
 30-39 tahun : <225
 40-49 tahun : <245
 >50 tahun : <265
Rekomendasai : <200 Resiko
sedang : 200-239 Resiko tinggi :
≥240
Anak
 Tali pusat
- Laki-laki : 13-95
- Perempuan : 11-76
 0-9 tahun
- Laki-laki : 30-100
- Perempuan : 35-110
8 Trigleserida mg/dL Ket No. 1
 10-14 tahun
- Laki-laki : 32-125
- Perempuan : 37-131
 15-19 tahun
- Laki-laki : 37-148
Perempuan : 39-124 Desawa :
70-140
Laki-laki : 0-50
9 SGOT mg/dL Ket No. 1
Prempuan : 0-35
Laki-laki : 0-50
10 SGPT mg/dL Ket No. 1
Prempuan : 0-35
Anak :
 1 hari : 3.4-5.0
 1 hari – 1 bulan : 4.6-
11 Total Protein 6.8 g/dL Ket No. 1
 2 – 12 bulan : 4.8-7.6
≥1 tahun : 6.0-8.0 Dewasa :
6.0-8.0
12 Albumin Dewasa : 3.4-4.8 g/dL Ket No. 1
Anak
 1 hari : <6.0
13 Billirubin Total  2 hari : <7.0 mg/dL Ket No. 1
 2-5 hari : <12
Anak : <1.0 Dewasa : 0.1-1.0
14 Billirubin Direct 0 – 0.2 mg/dL Ket No. 1
15 Kalium 3.5-5.0 mmol/L Ket No. 1
16 Natrium 135-147 mmol/L Ket No. 1
17 Clorida 95-105 mmol/L Ket No. 1
18 Gula darah stik 74-106 mg/dL Ket No. 1
Laki-laki : 13.2-10.6
19 Haemoglobin Perempuan : 11.7-15.5 g/L Ket No. 1

Laki-laki : 3.8-10.6
20 Leukosit Perempuan : 3.6-11.0 103 / µl Ket No. 1

Laki-laki : 40-50
21 Hematokrit Perempuan : 35-47 % Ket No. 1

Laki-laki : 4.4-5.9
22 Eritrosit Perempuan : 3.8-5.2 106 / µl Ket No. 1

150 – 400
23 Trombosit 103 / µl Ket No. 1

80 – 100
24 MCV fl Ket No. 1

26 – 34
25 MCH pg Ket No. 1

32 – 36
26 MCHC g / dL Ket No. 1

Diffcount :
Netrofil 30-50 %
Limfoit 25-40 %
27 Ket No. 1
Monosit 2-8 %
Eosinofil 2-4 %
Basofil 0-1 %
Lakilaki : 0-10 mm /
28 LED Perempuan : 0-20 Ket No. 1
jam
29 HbA1C < 7.0 mg/dl Ket No. 1
30 Malaria Negative Ket No. 1
Ig G / Ig M Negatif
31 Ket No. 1
Dengue
32 HBsAg Negatif Ket No. 1
33 Widal Negatif Ket No. 1
34 HIV Negatif Ket No. 1
Urin Lengkap :
Leukosit Nitrit
Urobilinogen
Negatif Negatif Negatif Negatif
Protein
pH
Negatif
Blood
Neonatus : 1.002-1.006
Berat Jenis
Dewasa : 1.015-1.025
35 Ket No. 1
Negatif Negatif Negatif
Keton
Billirubin
1-4
Glukosa
1-5
Sedimen :
0-1 lpb lpb
Epitel Leukosit
Negatif Negatif Negatif lpb lpb
Eriyrosit Kristal
Silinder Lain-lain lpb
Ket :
1. SI Units, Tabel Konversi Sistem Satuan SI – Konvensional dan Nilai Rujukan
Dewasa – Anak Parameter Laboratorium Klinik, PDS PATKLIN, 2004
2. NCEP guideline

6. Nilai Ambang Kritis


Nilai ambang kritis merupakan hasil pemeriksaan laboratorium di
atas atau di bawah nilai ambang normal sesuai dengan ketentuan yang
disepakati yaitu A Manual Of Laboratory and Diagnostic Tests, Edition
9th,2009.Lippincott.Williams & Wilkins.
Nilai kritis yang telah diverifikasi penanggung jawab hasil,
dilaporkan melalui telepon oleh petugas laboratorium kepada petugas ruang
perawatan dan diteruskan ke dokter penanggung jawab pasien tersebut
maksimal waktu pelaporan 30 menit. Nilai kritis yang keluar pada sift sore
dan malam langsung dilaporkan kepada petugas ruangan tanpa verifikasi
penanggung jawab.
Hasil pemeriksaan kritis setelah dilaporkan lalu didokumentasikan
dengan memasukan dalam laboratorium informasi system yang ada di
Instalasi Patologi Klinik oleh petugas laboratorium yang melaporkan.
Semua hasil pemeriksaan didokumentasikan dalam Rekam Medis
pasien oleh petugas ruang perawatan. Hasil nilai kritis selalu dimonitor dan
dilakukan evaluasi secara berkala.
Adapaun ambang nilai kritis tersebut sbb :

Parameter Umur Nilai Kritis Satuan


Kimia Klinik :
Glukosa Anak dan wanita <40 mg/dL
Darah Laki – laki Semua <50
umur >400
Ureum Semua umur >100 mg/dL
Kreatinin Pasien non ≥10 mg/dL
hemodialisa
Albumin Semua umur <1,5 mg/dL
Total Billirubin Neonatal >15 mg/dL
Dewasa >12
PH Semua umur < 7.1 pH Units
>7.6
CO2 Content Semua umur < 6.0 mmol/L
Anion Gap Semua umur >16 Mmol/L
Natrium Semua umur < 125 mmol/L
>152
Kalium Semua umur < 2.5 mmol/L
< 8.0
Klorida Semua umur < 70 mmol/L
>120
Kalsium Semua umur <1.1 mmol/L
<3.25
Fosfat Semua umur <1.0 mg/dl
<0.32 mmol/L
Magnesium Semua umur <1.2 mg/dl
>5.0
<0.49
>2.05 mmol/L
Hematologi
Hematokrit Semua umur ≤ 21.0 %
≥ 65.0
Trombosit Semua umur ≤ 10.000 /µl
Lekosit Semua umur ≤ 0,5 ribu /µl
≥ 50 ribu
PTT Semua umur ≥ 100 Detik
INR Semua umur >5.0
Sumber: A Manual Of Laboratory and Diagnostic Tests, Edition
9th,2009.Lippincott.Williams & Wilkins
7. Evaluasi
Metode yang telah digunakan perlu dikaji ulang secara
periodik mengingat:
1. Ilmu pengetahuan dan teknologi mengalami perkembangan dari waktu
ke waktu.
2. Untuk memastikan bahwa metode tersebut masih tetap
memiliki makna klinis sebagaimana dibutuhkan.

B. PATOLOGI ANATOMI
Pelayanan Patologi Anatomi Instalasi Laboratorium Klinik RSUD
R.A.A. Tjokronegoro seluruhnya masih difasilitasi oleh pihak laboratorium
rujukan yang berkerja sama dengan Rumah Sakit, hal ini terjadi oleh
karena belum ada dokter spesialis patologi anatomi dan juga sarana dan
prasarana pendukung pelayanan patologi anatomi.

C. BANK DARAH RUMAH SAKIT (BDRS)


1. Prinsip Pelayanan Darah
Prinsip mekanisme pelayanan darah merupakan rangkaian
kegiatan dari penggalangan darah donor sampai pada pasien yang
membutuhkan trasnfusi darah di ruang perawatan. Rangkaian kegiatan
tersebut satu dengan lain sangat berkaitan dalam keberhasilan pelayanan
darah.
Adapun skema prinsip alur pelayanan darah tersebut adalah :

Masyarakat UTD PMI RS

Masyarakat yang
membutuhkan
Pendonor - Transportasi Bank Darah
- Sukarela - Penyimpanan - Biaya
- Resiko - Uji silang serasi - Manfaat &
rendah - Penentuan Indikasi side efek
Proses Produksi - Pemberian Indikasi
- Reaksi Transfusi
- Pengerahan Donor - Pencatatan & Pelaporan
- Seleksi Donor
- Pengambilan Darah
- Pengolahan Darah
- Penyimpanan

2. Kriteria Jenis Darah Berdasarkan Waktu Aftap


a. Darah segar /Fresh
Adalah jenis darah / komponen darah yang waktu aftap /
pengambilan darah dari pendonor antara 1-3 hari
b. Darah Baru
Adalah jenis darah/komponen darah yang waktu
pengambilan darah dari pendonor antara 1-7 hari.
c. Darah Simpan
Adalah jenis darah / komponen darah yang waktu aftap dari
pendonor sampai batas expired date ( 25-30 hari ).

3. Pelayanan Tranfusi Dengan Metode Tertutup dan Rantai Dingin


a. Metoda tertutup
Merupakan kegiatan pendistribusian darah dari pengiriman
sampai ke tempat tindakan medis transfusi pasien, dilakukan oleh
petugas/ karyawan / wati tanpa melibatkan pasien, keluarga maupun
orang lain yang tidak berkompetan. Hal ini untuk menjaga keamanan
dan kwalitas darah agar tetap terjamin.
b. Distribusi rantai dingin
Merupakan metoda pengiriman darah donor dari UTD PMI ke
BDRS dan dilanjutkan ke ruang perawatan dengan menggunakan
coldbox sesuai dengan standar untuk menjaga agar supaya suhu
simpan darah tetap terjaga. Coldbox tersebut ukurannya sesuai
dengan kebutuhan dan didalamnya diletakkan icebox sesuai
standar. Hal ini sangat perlu diperhatikan agar darah tidak rusak
karena perubahan suhu maupun goncangan yang menyebabkan darah
menjadi rusak. Metoda rantai dingin (coldchain) harus dilakukan
agar darah terlindungi dan aman serta tetap berkwalitas dari aktaf
pengambilan darah pendonor sampai pada resipien/pasien yang
ditransfusi.

4. Pelayanan permintaan darah WHOLE BLOOD


Pelayanan permintaan darah Whole Blood berdasarkan ketentuan
sbb :
- Berdasarkan diagnosa klinis, dokter menulis pada form permintaan
darah dengan lengkap yang mencakup identitas pasien, diagnosa
klinis, Nomor RM, jenis golda, komponen darah yang diminta, jumlah
kantong darah, dan lain-lain.
- Berkas form permintaan darah diserahkan kepada perawat yang diberi
wewenang dan diserahkan ke BDRS beserta sampel darah pasien
- Petugas BDRS menindaklanjuti permintaan darah tersebut dengan
mengecek berkas form permintaan darah.
- Petugas BDRS mengantarkan permintaan darah ke UTD untuk
dilakukan pemeriksaan croosmath
- Bila hasil compatible, darah dapat dikeluarkan, bila incompatible,
darah tidak dapat dikeluarkan kecuali ada rekomendasi dari dokter
dengan melampirkan surat inform consent.
- Petugas BDRS mengambil darah yang sudah dilakukan pemeriksaan
croosmath di UTD untuk dibawa ke BDRS dengan menggunakan
coolbox.
- Selanjutnya petugas ruang mengambil darah yang sudah siap
ditransfusikan kepada pasien yang membutuhkan.
- Petugas ruang menandatangani pengambilan darah di form permintaan
darah

5. Pelayanan Permintaan darah komponen


Komponen darah merupakan bagian-bagian darah yang dapat
dipisah-pisahkan sesuai dengan kebutuhan (PRC, TC, FFP dll).
Komponen darah disesuaikan dengan permintaan dokter berdasarkan
indikasi penyakit pasien.
a. Komponen PRC (Packed Red Cell)
Komponen PRC diperoleh dengan cara membuang plasma
yang ada pada kantong darah sehingga yang tersisa hanya sel-sel
darah merah dengan sedikit plasma. Proses ini dilakukan di UTD

b. Komponen TC (Trombocyte Concentrate)


Komponen TC diperoleh dengan cara kantong darah WB
diputar dengan kecepatan dan waktu tertentu kemudian diambil
plasma (cairannya) yang kaya dengan trombosit.
Proses ini dilakukan di UTD dan untuk menjaga agar
kualitasnya baik disimpan di suhu ruang dan tempatkan di alat
agitator agar jangan sampai menggumpal
c. Komponen FFP (Fresh Frozen Plasma)
Komponen FFP diperoleh dengan cara darah WB diputar
kemudian serumnya disimpan pada suhu beku tertentu sampai
dipergunakan. Proses ini dilakukan di PMI.

6. Pelayanan Permintaan darah cito/khusus


Pelayanan permintaan darah cito / khusus adalah permintaan transfusi
darah untuk segera dipenuhi karena kondisi darurat.
1) Dokter menuliskan permintaan darah pada form permintaan darah
dengan kode cito
2) Perawat yang telah diberi wewenang mengantarkan berkas disertai
dengan sampel darah pasien ke BDRS
3) Petugas BDRS menindaklanjuti dengan segera mengantar darah ke
UTD untuk mengecek golongan darah pasien maupun darah donor
dengan tepat dan teliti.
4) Setelah golongan darah pasien dan donor cocok darah di bawa ke
BDRS dengan menggunakan coolbox dan diserahkan ke petugas
ruang untuk segera dibawa ke ruang perawatan, disertai surat
keterangan bahwa proses pemeriksaan uji crossmatching belum
selesai dan bila telah selesai akan diberitahukan segera, Proses
crossmath dilakukan di UTD.
5) Proses pemeriksaan crossmatch terus berjalan sampai selesai dan
hasil pemeriksaan segera diinformasikan ke BDRS dan diberitahukan
ke ruang perawatan,
Catatan :
a. Apabila stok darah di UTD tidak ada dan ada keluarga yang mau
mendonorkan darahnya diperlukan waktu sekitar 3 – 4 jam
b. Apabila stok darah di PMI tidak ada dan tidak ada keluarga yang mau
mendonorkan darahnya lama waktu tidak dapat ditentukan
c. Terhadap darah-darah khusus tindak lanjutnya koordinasi dengan
pihak PMI.

ALUR PERMINTAAN DAN PENGELUARAN


DARAH
1 3

2 Rantai tertutup / rantai dingin


Ruangan
(Contoh darah BDRS UTD
pasien) Crossmath

7. Pelayanan Pengembaliaan darah/Return


Pengembalian darah / Retur merupakan kegiatan pengembalian
darah dari ruang keperawatan ke BDRS, maupun dari BDRS ke UTD
PMI. Pengembalian darah dikarenakan adanya indikasi darah menjadi
rusak yang disebabkan oleh berbagai factor. Factor –factor yang
mempengaruhi darah rusak antara lain terjadi aglutinasi/adanya
gumpalan darah, terjadi reaksi transfusi, expired date, terlalu lama
diluar bloodbank dll.
a. Retur darah dari BDRS ke PMI
1) Petugas BDRS menginformasikan ke PMI bahwa ada darah yang
mau diretur karena adanya kerusakan yang tidak dapat digunakan
lagi
2) Petugas BDRS mencatat (jenis golongan darah, tanggal aftap,
nomor kantong darah, sebab-sebab diretur dll) dalam buku dan
petugas PMI mengambil ke bank darah
b. Retur darah dari ruang ke BDRS
1) Petugas BDRS mengecek darah titipan dari ruang
2) Jika darah titipan sudah lebih dari 3 hari belum diambil petugas
BDRS menanyakan ke ruang apakah darah masih mau dipakai
atau tidak
3) Jika darah sudah tidak dipakai karena pasien sudah tidak
membutuhkan lagi (HB sudah bagus, pasien sudah pulang, pasien
meninggal dll) maka petugas BDRS melepas label yang menempel
pada kantong darah dan mengembalikan kantong darah tersebut ke
UTD
4) Petugas BDRS membatalkan pemakaian darah pada billing system
5) Petugas BDRS dan petugas ruangan untuk selalu
meningkatkan komunikasi.

8. Pelayanan Pemeriksaan golongan darah dan Rhesus


Pemeriksaan golongan darah dan rhesus bertujuan untuk
menentukan jenis golongan darah pasien maupun donor. Hal ini
dilakukan agar tidak terjadi kekeliruan dan menjamin keamanan. Cara
penetapannya :
- Teteskan masing-masing 1 tetes sampel darah pasien dan donor
diatas objek glass sebanyak 3 tetesan
- Tambahkan 1 tetes anti A, anti B dan anti D ke dalam masing-
masing tetesan
- Aduk sampel darah tersebut dengan menggunakan tusuk gigi
kemudian amati apakah ada aglutinasi atau tidak
- Gumpalan / aglutinasi tersebut yang bisa digunakan untuk menentukan
golongan darah, adapun penetuan golongan darahnya adalah sebagai
berikut :
Golongan
Darah Anti A Anti B Anti D
A + - +
B - + +
O - - +
AB + + +
Keterangan :
+ = terjadi aglutinasi
- = tidak terjadi aglutinasi
- Negative (ada endapan) : hasil compatible
- Positif (endapan mengambang) : hasil incompatible

9. Pemusnahan darah rusak


Pemusnahan darah merupakan kegiatan untuk memusnahkan
darah yang kondisinya sudah rusak (expired date atau sebab lain)
sehingga darah tidak bisa digunakan lagi.
Pemusnahan darah perlu penanganan agar tidak terjadi
penyalahgunaan. Adapun langkah-langkahnya antara lain :
- Petugas BDRS mengecek darah titipan pasien di bloodbank
- Apabila ditemukan darah yang dinilai telah rusak atau expired date
maka petugas BDRS menyisihkan ditempat yang ditentukan
- Petugas BDRS memverifikasi darah rusak yang mencakup jenis
golongan darah, tanggal aftap, nomor bag, kondisi fisik dll.
- Petugas BDRS mencatat pada buku laporan pemusnahan darah
selanjutnya membuat berita acara pemusnahan darah
- Berkas berita acara pemusnahan darah mencakup jenis golongan,
nomor bag, jumlah, alasan stok rusak kemudian ditandangani oleh
petugas verifikasi BDRS, petugas cleaning servis dan petugas IPAL
yang diketahui kepala BDRS
- Darah yang rusak ditempatkan pada wadah khusus (plastik kuning)
dibawa oleh petugas cleaning servis ke ruang instalasi kesling untuk
dimusnahkan
Petugas BDRS membuat pencatatan dan pelaporan sebagai bahan
evaluasi.
10. Edukasi
Edukasi adalah kegiatan yang dilakukan oleh petugas BDRS
untuk memberikan penyuluhan (bimbingan) kepada petugas RSUD,
keluarga pasien maupun pasien. Edukasi tersebut bertujuan untuk
memberikan saran dalam hal pelayanan transfusi darah.
Langkah-langkah edukasi antara lain :
- Petugas BDRS memberikan layanan kepada klien yang membutuhkan
saran dan petunjuk dalam hal pelayanan
darah
- Petugas BDRS memverifikasi permasalahan yang dihadapi oleh klien
sesuai dengan permasalahannya
- Petugas BDRS memberikan edukasi sesuai dengan kompetensinya
dengan jelas dan dapat diterima oleh klien
- Keputusan terhadap edukasi diserahkan sepenuhnya kepada klien,
petugas BDRS tidak boleh memaksa
- Dalam pelayanan darah BDRS berkoordinasi dengan pihak- pihak
terkait agar pelayanan darah dapat berjalan dengan baik
- Edukasi yang diberikan dapat berupa saran, masukan, pilihan,
prosedur, langkah-langkah yang harus dilakukan dll
- Klien menandatangani pada berkas edukasi yang menerangkan
bahwa klien sudah mendapatkan edukasi
11. Phlebotomy
Phlebotomy merupakan tindakan pengambilan darah atau aftap
dikarenakan ada indikasi suatu penyakit (kadar HB terlampau tinggi)
yang didiagnose oleh dokter.
Adapun langkah-langkah phlebotomy :
- Petugas ruang menghubungi BDRS bahwa ada tindakan
phlebotomy yang diminta oleh dokter yang merawat.
- Keluarga pasien datang ke BDRS untuk meminta surat pengantar
untuk pengambilan bag darah yang masih kosong ke PMI sesuai
dengan kebutuhan
- Bag kosong tadi oleh keluarga pasien diberikan ke petugas BDRS
- Selanjutnya petugas BDRS mendatangi ruang perawatan untuk
melakukan tindakan aftap (pengambilan darah)
- Petugas BDRS mengambil darah sesuai dengan SPO dan sesuai
volume darah yang diminta oleh dokter yang merawat
- Setelah selesai darah dibawa ke BDRS untuk dimusnahkan
12. Pelayanan Darah Saat Stok Kosong
Pelayanan darah saat stok kosong dimana persediaan darah
yang dikehendaki tidak ada di UTD PMI, hal ini perlu adanya
koordinasi terhadap pihak- pihak yang terkait sehingga pelayanan
darah tetap terlayani.
Pelayanan ini dilakukan dengan langkah-langkah :
- Petugas BDRS memastikan stok darah UTD kosong
- Keluarga pasien ke BDRS untuk diberikan edukasi
- Petugas BDRS memberikan surat pengantar kepada keluarga
pasien untuk meminta bantuan darah donor ke pihak-pihak yang
bersedia memberikan bantuan
- Pihak-pihak tersebut antara lain instalasi pemerintah, institusi
pendidikan, LSM, komunitas dll
- Keluarga pasien membawa surat pengantar yang sudah
ditandatangani oleh ka BDRS untuk dibawa ke pihak-pihak yang
bersedia memberikan bantuan.
- Selanjutnya pihak-pihak terkait akan memanggil orang- orang yang
mau mendonorkan darah dan memerintahkan untuk pergi ke UTD
PMI
- Pengambilan darah dilakukan di UTD PMI sesuai SPO
BAB IV
REAGEN DAN LOGISTIK

A. Reagen dan Logistik Laboratorium


1. Reagen
Reagen adalah zat kimia yang digunakan dalam suatu reaksi
untuk mendeteksi, mengukur, memeriksa dan menghasilkan zat lain.
Berdasar tingkat kemurniannya dibagi menjadi dua yaitu reagen
tingkat analitis dengan kemurnian zatnya sangat tinggi dan reagen
tingkat lain seperti reagen buatan sendiri ataupun buatan
pabrikan/komersial.
2. Standar
Standar adalah zat-zat yang konsentrasi atau kemurniannya
diketahui dan diperoleh dengan cara penimbangan.
3. Bahan Kontrol
Bahan kontrol adalah bahan yang digunakan untuk memantau
ketepatan suatu pemeriksaan di laboratorium, atau untuk mengawasi
kualitas hasil pemeriksaan sehari- hari.
Bahan kontrol dapat dibuat sendiri atau dapat dibeli dalam
bentuk sudah jadi. Ada beberapa macam bahan kontrol yang dibuat
sendiri, yaitu :
- Bahan kontrol yang dibuat dari serum
- Bahan kontrol yang dibuat dari lisat, disebut juga
hemolisat.
- Kuman kontrol yang dibuat dari strain murni kuman.
Adapun macam bahan kontrol yang dibeli dalam bentuk
sudah jadi (komersial) adalah:
- Bahan kontrol Unassayed
Bahan kontrol unassayed merupakan bahan kontrol yang tidak
mempunyai nilai rujukan sebagai tolok ukur. Pemanfaatan bahan
kontrol jenis ini untuk memantau ketelitian pemeriksaan atau untuk
melihat adanya perubahan akurasi yang dilakukan setiap hari
pemeriksaan.
- Bahan kontrol Assayed
Bahan kontrol assayed merupakan bahan kontrol yang
diketahui nilai rujukannya serta batas toleransi menurut metode
pemeriksaannya. Bahan kontrol ini digunakan untuk kontrol akurasi
dan juga presisijuga menilai alat dan cara baru.
4. Air
Air merupakan merupakan salah satu bahan terpenting
dan yang paling sering digunakan, oleh karena itu kalitas air yang
digunakan harus memenuhi standar seperti halnya bahan lain yang
digunakan dalam analisis.
5. Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi
(nutrient) yang dipakai untuk menumbuhkan mikroba. Supaya
mikroba dapat tumbuh dengan baik dalam suatu media, perlu
dipenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Harus mengandung semua nutrisi yang mudah digunakan oleh
mikroba
- Harus mempunyai tekanan osmose, tegangan muka dan pH yang
sesuai
- Tidak mengandung zat-zat penghambat
- Harus steril
6. Logistik lainnya
Alat tulis kantor merupakan logistik pendukung dalam pelayanan
laboratorium guna pengarsipan proses mulai dari pre analitik, analitik
hingga post analiti.

B. Dasar Pemilihan
Pada umumnya untuk memilih bahan laboratorium yang akan
dipergunakan harus mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut :
1. Kebutuhan
2. Produksi pabrik yang telah dikenal dan mempunyai sensitivitas dan
spesifisitas yang tinggi
3. Deskripsi lengkap dari bahan atau produk
4. Mempunyai masa kadaluarsa yang panjang
5. Volume atau isi kemasan
6. Digunakan untuk pemakaian ulang atau sekali pakai
7. Mudah diperoleh di pasaran
8. Besarnya biaya tiap satuan (nilai ekonomis)
9. Pemasok/vendor
10. Kelancaran dan kesinambungan pengadaan
11. Pelayanan purna jual
12. Terdaftar sebagai bahan laboratorium dan alat kesehatan di Ditjen
Yanfar dan Alkes Depkes.
C. Pengelolaan Reagen
1. Pengadaan dan permintaan
Pengadaan dan permintaan reagen laboratorium harus
mempertimbangkan tingkat persediaan yang harus selalu sama
dengan jumlah persediaan yaitu jumlah persediaan minimum ditambah
denagn jumlah safety stock.
Tingkat persediaan minimum adalah jumlah bahan yang diperlukan
untuk memenuhi kegiatan operasional normal, sampai pengadaan
berikutnya dari pembekal atau ruang penyimpanan umum.
Safety Stock adalah jumlah persediaan cadangan yang harus ada
untuk bahan-bahan yang dibutuhkan atau yang sering terlambat diterima
dari pemasok. Buffer stock adalah stok penyangga kekurangan reagen di
laboratorium. Reserve stock adalah cadangan reagen/sisa.
2. Pengecekan stok reagen
Perkiraan kebutuhan dapat diperoleh berdasarkan jumlah
pemakaian atau pembelian bahan dalam periode 3 bulan yang lalu dan
proyeksi jumlah pemeriksaan untuk periode 3 bulan untuk order yang
akan datang. Jumlah rata-rata pemakaian bahan untuk satu bulan perlu
dicatat sehingga mendapatkan perkiraan kebutuhan selama 3 bulan.
3. Suplay dan penerimaan reagen
Lamanya waktu yang dibutuhkan mulai dari pemesanan sampai
bahan diterima dari pemasok perlu diperhitungkan, terutama untuk bahan
yang sulit didapat sehingga tidak terjadi kekosongan reagen dan dapat
menghambat pemeriksaan.
4. Penyimpanan
Bahan laboratorium yang sudah ada harus ditangani secara
cermat dengan mempertimbangkan :
- Perputaran pemakaian dengan menggunakan kaidah pertama masuk
pertama keluar (FIFO -first in -first out), yaitu bahwa barang yang
lebih dahulu masuk persediaan harus digunakan lebih dahulu.
Masa kadaluarsa pendek dipakai dahulu (FEFO-first expired first
outTempat penyimpanan
- Suhu/kelembaban.
- Sirkulasi udara
- Incompatibility/ Bahan kimia yang tidak boleh bercampur Hal-
hal khusus yang harus diperhatikan :
- Reagen buatan sendiri
 Harus diketahui sifat-sifat bahan kimia yang dibuat.
 Penyimpanan untuk reagen tertentu mempunyai
persyaratan khusus.
 Disimpan pada suhu ruangan atau suhu dingin (2-8°C)
 Harus dilakukan uji stabilitas dan uji homogenitas.
 Diberi label nama reagen, tanggal pembuatan, nomor register,
expired date.
- Reagen jadi (komersial)
 Tutuplah botol waktu penyimpanan.
 Tidak boleh terkena sinar matahari langsung.
 Bahan-bahan yang berbahaya diletakkan di bagian bawah/lantai
dengan label tanda bahaya.
 Buat kartu stok yang memuat tanggal penerimaan, tanggal
kadaluarsa, tanggal wadah reagen dibuka, jumlah reagen yang
diambil dan jumlah reagen sisa serta paraf tenaga pemeriksa yang
menggunakan.
- Media yang telah dilarutkan
 Hindari terkena cahaya matahari langsung atau panas
 Media yang diperkaya dengan darah, bahan organik atau
antibiotik harus disimpan di dalam lemari es.
 Harus dijaga agar media tidak mengalami kekeringan. Untuk
media dalam cawan petri sebaiknya disimpan dalam kantong
plastik tertutup dan disimpan di dalam lemari es.
 Harus diperhatikan batas lama penyimpanannya, yaitu :
 Tabung dengan sumbat kapas : 1 minggu
 Tabung dengan sumbat longgar : 1 minggu
 Cawan petri (dalam bungkus plastik) : 3 minggu
 Botol dengan tutup ulir (screwcap) : 3 bulan.
- Bahan-bahan Kimia Yang Tidak Boleh Bercampur (incompatible)
Banyak bahan kimia di laboratorium yang dapat menimbulkan
reaksi berbahaya jika tercampur satu sarna lain, reaksi tersebut dapat
berupa kebakaran dan atau ledakan.
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

Keselamatan Pasien sistem dimana laboratorium membuat asuhan


untuk keselamatan pasien dari pre analitik, analitik, post analitik, yang
memiliki tujuan :
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien.
2. Menurunnya kejadian yang tidak diharapkan.
3. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian yang tidak diharapkan.

A. Tahap Pra-Analitik
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap pre analitk untuk
menjamin keselamatan pasien :
1. Formulir permintaan pemeriksaan Kelengkapan
formulir pemeriksaan meliputi :
a. identitas pasien
b. Identitas pengirim
c. Nomor laboratorium
d. Tanggal pemeriksaan
e. Ruangan pasien
f. Jam pemeriksaan
g. Permintaan pemeriksaan yang Iengkap dan jelas
h. Tanda tangan dokter yang meminta pemeriksaan
2. Identifikasi pasien
Tanyakan identifikasi pasien baik rawat jalan maupun rawat inap.
Jika pasien tidak sadar seperti pasien ICU dapat dilihat pada gelang
pasien.
Kesesuaian identitas pasien pada formulir permintaan
pemeriksaan dengan wadah sampel juga menjadi hal yang penting.
3. Persiapan pasien
Persiapan pasien harus sesuai persyaratan yang telah ditentukan
untuk menjamin hasil pemeriksaan yang sesuai.
4. Pengambilan dan pengumpulan spesimen
Pengambilan dan pengumpulan spesimen harus sesuai dengan
prosedur yang benar untuk mendapatkan sampel yang sesuai. Jenis
wadah dan volume sampel juga harus sesuai dan memadai untuk proses
pemeriksaan.
5. Pengelolaan sampel
Pengelolaan sampel saat pembuatan sampel untuk pemeriksaan
diolah sesaui dengan ketentuan yang benar mulai dari proses
sentrifugasi, pembuatan slide, pencampuarn reagen dengan sampel, dll
6. Persiapan sample untuk analisa
a. Kondisi sample harus memenuhi syarat
b. Volume sample harus se
c. Perhatikan identifikasi sample

B. Tahap Analitik
Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tahap analitk untuk menjamin
keselamatan pasien :
1. Persiapan reagen
a. Reagen harus memenuhi syarat
b. Tidak dalam masa kadaluarsa
c. Cara pelarutan/pencampuran harus benar
d. Pelarut harus memenuhi syarat
2. Peralatan
a. Alat harus di lakukan pemeliharaan rutin
b. Alat yang digunakan terkalibrasi rutin
c. Alat yang digunakan dilakukan kontrol setiap hari pada parameter
yang akan diperiksa (Pemantapan Mutu Internal)
d. Hasil pemeriksaan kontrol baik
3. Pipetasi reagen dan sample
a. Semua peralatan laboratorium yang digunakan harus bersih dan
memenuhi syarat
b. Kalibrasi pipet secara berkala
c. Lakukan pipetasi secara benar
4. Inkubasi
a. Suhu harus inkubasi, harus sesuai dengan persyaratan.
b. Waktu inkubasi harus tepat.
5. Pemeriksaan
Pemeriksaan sampel sesuai dengan standar operasional
prosedur yang telah dibuat.
C. Tahap Pasca-Analitik
1. Pembacaan hasil
a. Validasi hasil pemeriksaan oleh dokter Spesialis Patologi Klinik.
b. Verifikasi hasil pemeriksaan oleh dokter spesialis Patologi Klinik.
c. Ekspertisi hasil pemeriksaan dokter spesialis Patologi Klinik.
2. Pelaporan hasil
a. Pelaporan hasil pemeriksaan rutin mkasimal 2 jam.
b. Pelporan hasil cito maksimal 1 jam.
c. Identifikasi pasien antara hasil pemeriksaan, formulir
permintaan dan amplop harus sesuai.
d. Penyerahan hasil kepada pasien dan atau keluarga pasien yang
sesuai.
BAB VI
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Petugas / Tim K3 Laboratorium


Pengamanan kerja di laboratorium pada dasarnya menjadi tanggung
jawab setiap petugas terutama yang berhubungan langsung dengan proses
pengambilan spesimen, bahan, reagen pemeriksaan.
Petugas atau tim K3 laboratorium mempunyai kewajiban
merencanakan dan memantau pelaksanaan K3 yang telah dilakukan oleh
setiap petugas laboratorium, mencakup :
a. Melakukan pengarahan dan evaluasi secara berkala terhadap metoda,
prosedur, pelaksanaannya dan orientasi supaya dapat memastikan
petugas laboratorium memahami dan dapat melaksanakannya..
b. Melakukan pengadaan bahan habis pakai untuk keperluan K3,
pengadaan APD, pengadaan alat keamanan seperti spill kits dan eyes
washer station termasuk biosafety cabinet untuk mikrobiologi.
c. Melakukan identifikasi resiko, analisis resiko dan upaya pengelolaan
resiko yang potensial terjadi di laboratorium
d. Melakukan pengawasan dan memastikan semua tindakan dekontaminasi
yang telah dilakukan jika ada tumpahan/percikan bahan infektif.
e. Memastikan bahwa tindakan disinfeksi telah dilakukan terhadap
peralatan laboratorium yang akan diservis atau diperbaiki.
f. Memastikan adanya pengendalian terhadap paparan aerosol di
lingkungan laboratorium.
g. Menyediakan kepustakaan/rujukan K3 yang sesuai dan informasi untuk
petugas laboratorium tentang prosedur, metode, petunjuk teknis dan
dan disertakan MSDS (Material Safety Data Sheet)/Lembar Data
Pengamanan untuk bahan bergahaya.
h. Menyusun jadwal kegiatan pemeliharaan kesehatan bagi petugas
laboratorium (pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan radiologi,
pemeriksaan dokter).
i. Memastikan bahwa bahan bekas pakai dan atau limbah infektif dibuang
secara aman setelah melalui proses dekontaminasi sebelumnya.
j. Mengembangkan sistem pencatatan, yaitu tanda terima, pencatatan
perjalanan dan pembuangan bahan patogenik serta mengembangkan
prosedur untuk pemberitahuan kepada petugas laboratorium tentang
adanya bahan infektif yang baru di dalam laboratorium.
k. Memberitahu kepala laboratorium mengenai adanya mikroorganisme
yang harus dilaporkan kepada pejabat kesehatan setempat ataupun
nasional dan badan tertentu.
l. Membuat sistem panggil untuk keadaan darurat yang timbul di luar jam
kerja.
m. Membuat rencana dan melaksanakan pelatihan K3 1aboratorium bagi
seluruh petugas laboratorium.
n. Mencatat secara rinci setiap kecelakaan kerja yang terjadi di
laboratorium dan melaporkannya kepada kepala laboratorium.
o. Membuat Program program kerja K3 laboratorium yang akan diajukan
disatukan dalam program kerja K3 Rumah Sakit.

B. Kesehatan Petugas Laboratorium


Pada setiap calon petugas laboratorium harus dilakukan pemeriksaan
kesehatan lengkap termasuk foto toraks. Keadaan kesehatan petugas
laboratorium harus memenuhi standar kesehatan yang telah ditentukan di
laboratorium. Untuk menjamin kesehatan para petugas laboratorium harus
dilakukan hal-hal sebagai berikut :
a. Pemeriksaan foto toraks setiap tahun bagi petugas yang bekerja
dengan bahan yang diduga mengandung bakteri tuberkulosis,
sedangkan bagi petugas lainnya, foto toraks dilakukan setiap 3 tahun.
b. Pemberian imunisasi
Setiap laboratorium harus mempunyai program imunisasi dan
vaksinasi yang diberikan :
- Vaksinasi Hepatitis B untuk semua petugas laboratorium
- Vaksinasi Rubella untuk petugas wanita usia reproduksi
- Pada wanita hamil dilarang bekerja dengan TORCH (Toxoplasma,
Rubella, Cytome- galovirus dan Herpes virus).
c. Perlindungan terhadap sinar Ultra Violet
Petugas laboratorium yang bekerja dengan sinar ultra violet harus
menggunakan pakaian pelindung khusus dan alat pelindung mata.

C. Sarana dan Prasarana K3 Laboratorium


Sarana dan prasarana K3 laboratorium umum yang perlu disiapkan
di laboratorium adalah :
a. Jas laboratorium (lengan panjang dengan elastik pada
pergelangan tangan)
b. Sarung tangan
c. Masker
d. Alas kaki/sepatu
e. Pelindung mata
f. Wastafel yang dilengkapi dengan air mengalir, sabun (skin
disinfektan) dan tisu.
g. Kontainer khusus untuk insenerasi jarum dan lanset (safety box)
h. Pemancur air (emergency shower)
i. Eyes whasher station
j. Kabinet keamanan biologis/bio safety cabibet
k. Spill kit
Sarana dan prasarana K3 laboratorium pada pemeriksaan khusus
(Avian Influenza) seperti pada laboratorium umum dengan ditambahkan
masker N-95, kacamata goggle, tutup kepala plastik dan biosafety lab
level III.

D. Pengamanan Pada Keadaan Darurat


1. Sistem tanda bahaya.
2. Sistem evakuasi.
3. Perlengkapan pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K).
4. Alat komunikasi darurat baik di dalam atau ke luar
laboratorium.
5. Sistem informasi darurat.
6. Pelatihan khusus berkala tentang penanganan keadaan
darurat.
7. Alat pemadam kebakaran, masker, pasir dan sumber air terletak pada
lokasi yang mudah dicapai.
8. Alat seperti kampak, palu, obeng, tangga dan tali.
9. Nomor telepon ambulan, pemadam kebakaran dan polisi di setiap
ruang laboratorium.

E. Tindakan Pencegahan
Memperhatikan tindakan pencegahan terhadap hal-hal
sebagai berikut :
1. Mencegah penyebaran bahan infeksi, misalnya :
- Menggunakan alat pelindung diri (APD) yang sesui
- Menggunakan ose dengan lingkaran sengkelit harus jenuh dan
panjang tangkai maksimum 6 cm.
- Menempatkan sisa spesimen dan media biakan yang akan
disterilisasi dalam wadah yang tahan bocor.
- Menempatkan pearalatan yang digunakan untuk pemeriksaan
mikrobiologi di tempat yang benar.
- Melakukan dekontaminasi permukaan meja kerja dengan
disinfektan yang sesuai setiap kali habis bekerja.
2. Mencegah bahan infeksi tertelan atau terkena kulit serta mata
- Mencuci tangan dengan sabun/disinfektan sebelum dan sesudah
bekerja. Jangan menyentuh mulut dan mata selama bekerja.
- Tidak makan, minum, merokok, mengunyah permen atau
menyimpan makanan/ minuman dalam laboratorium.
- Tidak memakai kosmetik ketika berada dalam laboratorium
- Menggunakan alat pelindung mata/muka jika terdapat risiko
percikan bahan infeksi saat bekerja.
3. Mencegah infeksi melalui tusukan
Jarum suntik, pipet kaca dan pecahan kaca obyek dapat
menyebabkan luka tusuk. Untuk itu dapat dihindari dengan bekerja
dengan hati-hati dan memilih pipet yang terbuat dari plastik.
Menghidari terjadinya tertusuk jarum dapat dilakukan dengan
cara menutup jarum spuit menggunakan satu tangan dengan
meletakan tutup spuit di meja dengan posisi lubang menghadap kita
lalu kita masukan jarum ke dalam tutup menggunakan satu tangan,
setelah masuk dapat dikencangkan menggunakan dua tangan
4. Menggunakan pipet dan alat bantu pipet
- Tidak memipet dengan mulut, tetapi gunakan alat bantu pipet
- Tidak meniupkan udara maupun mencampur bahan terinfeksi
dengan cara menghisap dan meniup cairan lewat pipet
- Tidak keluarkan cairan dari dalam pipet secara paksa
- Gunakan pipet ukur karena cairan tidak perlu dikeluarkan sampai
tetes terakhir
- Rendam pipet habis pakai dalam wadah berisi disinfektan. Biarkan
selama 18-24 jam sebelum disterilisasi.
- Tidak menggunakan spuit dengan atau tanpa jarum suntik untuk
memipet.
5. Menggunakan sentrifus/alat pemusing
- Lakukan sentrifugasi sesuai SPO
- Sentrifus harus diletakkan pada ketinggian tertentu sehingga
petugas laboratorium dapat melihat ke dalam alat dan
menempatkan tabung sentrifus dengan mudah.
- Periksa rotor sentrifus dan selonsong sebelum dipakai atau secara
berkala untuk melihat tanda korosi dan keretakan.
- Selongsong berisi tabung sentrifus harus seimbang
- Gunakan air untuk menyeimbangkan selongsong. Jangan gunakan
larutan NaCI atau hipoklorit karena bersifat korosif.
- Melakukan sentrifugasi dengan cara yang benar yaitu tabung harus
tertutup rapat dan selongsong yang terkunci, untuk melindungi
petugas laboratorium terhadap aerosol dan sebaran partikel dari
mikroorganisme.
- Pastikan sentrifuse tertutup selama dijalankan.
6. Menggunakan alat homogenisasi dan alat pengguncang
- Tidak menggunakan alat homogenisasi yang dipakai dalam rumah
tangga, karena dapat bocor dan menimbulkan aerosol.
- Mangkuk, botol dan tutupnya harus dalam keadaan baik dan tidak
cacat. Tutup botol harus pas.
- Gunakan alat pelindung telinga saat melakukan sonikasi.
7. Menggunakan lemari pendingin dan lemari pembeku
- Membersihkan lemari pendingin (refrigerator), lemari pembeku
(freezer) secara teratur.
- Menggunakan alat pelindung muka dan sarung tangan karet tebal
saat membersihkan. Setelah dibersihkan, permukaan dalam lemari
pendingin dan lemari pembeku harus didisinfeksi dengan
disinfektan yang tidak korosif.
- Memberi label wadah yang berisi nama bahan, tanggal disimpan
dan nama orang yang menyimpan. Wadah yang tidak berlabel dan
bahan yang sudah kadaluwarsa harus dimusnahkan.
- Tidak menyimpan cairan yang mudah terbakar.

F. Desinfeksi dan Dekontaminasi


1. Desinfeksi
Desinfeksi adalah proses membunuh mikroorganisme penyebab
penyakit dengan bahan kimia atau fisik dengan tujuan mengurangi
kemungkinan terjadi infeksi oleh mikroorganisme pathogen.
Beberapa disinfektan yang digunakan Natrium hipoklorit dan
Alkohol.
2. Dekontaminasi
Dekontaminasi merupakan upaya mengurangi atau menghilangkan
kontaminasi oleh mikroorganisme pada orang, peralatan, bahan dan
ruangan.

G. Tindakan Khusus Terhadap Darah dan Cairan Tubuh Lain


Tindakan di bawah ini khusus dibuat untuk melindungi petugas
laboratorium terhadap infeksi yang ditularkan melalui darah seperti virus
Hepatitis B, HIV (Human Immunodeficiency Virus), Avian Influenza dan
lain-lain :
a. Mengambil, memberi label dan membawa spesimen
- Menggunakan alat pelindung diri (APD) saat mengambil darah.
- Mengambil sampel darah sesuai dengan prosedur yang
benar.
- Pemberian label pada wadah sampel yang benar sehingga sampel
masih dapat terlihat.
- Masukan ke dalam plastik untuk sampel pemeriksaan
BTA/TCM, urinalisa, feses, patologi anatomy, kultur
- Membawa sampel menggunakan box transport sampel
dengan pengantar dibawa di luar box.
b. Membuka tabung spesimen dan mengambil sampel
- Gunakan alat pelindung diri (APD) saat membuka dan mengambil
sampel.
- Buka tutup sampel dengan hati-hati
- Membuka dan mengambil sampel mikrobiologi di dalam biosafety
cabinet
- Setelah diambil segera tutup wadah sampel dengan rapat dan
jangan biarkan wadah sampel terbuka tanpa ditutup.
c. Menyimpan sampel
- Sampel diletakan pada tempat sampel yang tersedia.
- Wadah sampel tertutup rapat.
- Sampel disimpan di kulkas khusus penyimpanan sampel dengan
suhu sesuai dengan jenis sampel.

H. Pengelolaan Spesimen
1. Penerimaan spesimen
- Ruang penerimaan spesimen mudah diakses baik untuk
pengiriman sampel dari rawat inap maupun rujukan dari luar.
- Specimen yang diterima jika dalam wadah yang sesuai,
berlabel dan bervolume sesuai
- Specimen diterima setelah petugas pengirim specimen menulis pada
buku ekspedisi
2. Petugas penerima specimen
- Semua petugas penerima spesimen harus mengenakan jas
laboratorium
- Semua spesimen harus dianggap infeksi dan ditangani dengan hati-
hati
- Meja penerimaan spesimen harus dibersihkan dengan
disinfektan setiap hari
- Dilarang makan/minum dan merokok saat bekerja
- Cuci tangan dengan sabun/disinfektan setiap selesai bekerja dengan
spesimen
- Tamu/pasien tidak diperbolehkan menyentuh barang apapun yang
terdapat pada meja dimana spesimen tersimpan.
3. Petugas pembawa specimen dalam laboratorium
- Mengenakan jas laboratorium yang tertutup rapat pada
bagian depan saat membawa spesimen
- Membawa spesimen dengan baki rak khusus
- Jika spesimen bocor/tumpah di atas baki, baki
didekontaminasi dan sisa spesimen diotoklaf
- Lapor pada petugas/tim K3 laboratorium jika terluka pada saat
bekerja
4. Pengiriman spesimen dan bahan infeksi dari laboratorium
Pengirimanspecimen ke laboratorium rujukan sesuai dengan prosedur
dari laboratorium rujukan tersebut.

I. Penangan Kecelakaan di Laboratorium


Kecelakaan yang sering terjadi di laboratorium disebabkan oleh
bahan kimia. Untuk mencegah timbulnya bahaya yang lebih luas, wajib
disediakan informasi mengenai cara penanganan yang benar jika terjadi
tumpahan bahan kimia di dalam laboratorium.
Selain itu, harus pula disediakan sarana prasarana untuk penanganan
jika terjadi kecelakaan kerja di laboratorium seperti eyes washer station,
shower dan spill kit yang berisi:
a. Pakaian pelindung diri, sarung tangan karet, sepatu bot karet, masker
b. Sekop dan pengumpul debu
c. Forsep untuk mengambil pecahan gelas
d. Kain lap dan kertas pembersih
e. Abu soda atau natrium bikarbonat untuk menetralkan asam

J. Penanganan Khusus Terhadap Bahan Kimia


Dalam menjalankan aktivitasnya, petugas laboratorium sering kali
terpapar berbagai bahan kimia yang dapat menimbulkan kebakaran (F-
flammability hazard), ledakan (R- reactivity / stability hazard) atau
gangguan kesehatan (H-Health hazard) bagi petugas laboratorium.
Oleh karena itu penyimpanan bahan kimia tersebut harus benar
seperti di bawah ini :
a. Sediakanlah bahan kimia dalam jumlah secukupnya di dalam ruang
laboratorium.
b. Stok bahan kimia harus disimpan dalam ruang khusus berlantai baton.
c. Bahan kimia yang mudah terbakar harus disimpan dalam ruang
terpisah.
d. Untuk mencegah timbulnya kebakaran dan ledakan dari uap karena
terkena bunga api dari alat listrik, tombol lampu untuk ruang
penyimpanan harus berada di luar ruang dan lampu dilengkapi dengan
kap lampu.
e. Jangan menyimpan bahan kimia berdasarkan urutan abjad. Hal ini
dapat menyebabkan bahan yang seharusnya tidak
tercampur/incompatible/chemicals terletak berdekatan satu sama lain.
Penyimpanan bahan kimia berdasarkan golongan harus memenuhi
syarat sebagai berikut :
a. Bahan Beracun
- Ruangannya dingin dan berventilasi
- Jauhkan dari bahaya kebakaran
- Jauhkan dari bahan yang mungkin bereaksi
- Di tempat penyimpanan disediakan alat pelindung diri,
b. Bahan Korosif
- Ruangannya dingin dan berventilasi
- Wadahnya tertutup dan berlabel
- Jauhkan dari bahan beracun
c. Bahan MudahTerbakar
- Ruangannya dingin dan berventilasi
- Jauhkan dari sumberapi atau panas,termasuk loncatan api listrik
dan bara rokok
- Di tempat penyimpanan tersedia slat pemadam kebakaran
- Jauhkan dari bahan oksidator
d. Bahan Mudah Meledak
- Ruangannya dingin dan berventilasi
- Jauhkan dari panas dan api
- Jauhkan dari bahan yang mudah terbakar
- Hindarkan dari gesekan atau tumbukan mekanis

K. Infeksi Mikroorganisme
Semua laboratorium yang menyelenggarakan pelayanan laboratorium
mikrobiologi harus melaksanakan upaya keamanan kerja di laboratorium
Tabel Tingkat keamanan biologis laboratorium yang harus dilakukan dan
peralatan keamanan yang dibutuhkan.
Kelompok resiko Tingkat Peralatan
mikroorganisme keamanan Pedoman kerja keamanan
biologis
Satu 1 Akses terbatas, pakaian
pelindung,
sarung tangan
Dua 2 Akses terbatas dan Kabinet
dipasang tanda keamanan
BAHAYA INFEKSI, biologis I dan II
pakai pelindung dan untuk cara yang
sarung tangan, memproduksi
dekontaminasi limbah aerosol, alat
dan kandang pelindung diri
sebelum dicuci
Tiga 3 Akses terkendali, Kabinet
pakaian pelindung keamanan
khusus, atau sperti biologis kelas I
untuk tingkat dan II untuk
keamanan biologis 1 semua
dan 2 pekerjaan, alat
pelindung
diri.
Empat 4 Akses sangat terbatas, Kabinet
pedoman kerja untuk keamanan
tingkat keamanan biologis kelas II
biologis 3 ditambah atau kabinet
kamar untuk berganti bertekanan
pakaian dan mandi positif yang
pencuran, semua cocok untuk
limbah semua kegiatan.
didekontaminassi
sebelum dibuang

L. Penanganan limbah
Limbah laboratorium dapat berasal dari berbagai sumber seperti
bahan habis pakai, sisa spesimen, reagen atau logistik yang kadaluarsa.
Bentuk limbah yang dihasilkan dari laboratorium dapat berupa :
a. Limbah cair
Pelarut organik, bahan kimia untuk pengujian, air bekas pencucian
alat, sisa spesimen (darah dan cairan tubuh lain).
b. Limbah padat
Peralatan habis pakai seperti alat suntik, sa rung tangan, kapas, botol
spesimen, kemasan reagen, sisa spesimen (ekskreta) dan medium
pembiakan.
Prinsip penanganan limbah adalah pengurangan volumen,
penampungan dan pemisahan. Jenis limbah harus diidentifikasi dan
dipilah-pilah dan mengurangi keseluruhan volume limbah secara
continue.
Sarana penampungan limbah limbah harus memadai, diletakkan
pada tempat yang pas, aman dan hygienis.
Untuk memudahkan mengenal berbagai jenis limbah yang akan
dibuang adalah dengan cara menggunakan kantong berkode (umumnya
menggunakan kode warna).
Tabel Kode warna yang disarankan untuk limbah klinis.
Warna Kantong Jenis Limbah
Hitam Limbah padat rumah tangga biasa, tidak
diguanakan untuk menyimpan atau mengangkut
limbah klinis
Kuning Semua jenis limbah yang infeksius
Kuning dengan Jenis limbah yang sebaiknya dibakar tetapi
strip hitam bisa juga dibuang di sanitary landfill bila
dilakukan pengumpulan terpisah dan
pengaturan pembuangan
Biru muda atau Limbah untuk autoclaving (pengolahan sejenis)
transparan dengan sebelum pembuangan akhir
strip
biru tua

Semua limbah infeksius baik cair maupun padat dari laboratorium


dikelola oleh IPAL Rumah Sakit. Limbah padat infeksisus dikirim ke
IPAK Rumah Sakit setiap hari, sedangkan limbah cair laboratorium
dibuang melalui washtafel yang akan mengalir ke IPAL Rumah Sakit.
Sebelum limbah cair dibuang dilakukan disifeksi mengguanakn clorin.
BAB VII
PENGENDALIAN MUTU

A. Pemantapan Mutu
Pemantapan mutu Laboratorium Klinik adalah semua kegiatan yang
ditujukan untuk menjamin ketelitian dan ketepatan hasil pemeriksaan
Laboratorium Klinik yang terdiri dari Pemantapan Mutu Internal (PMI) dan
Pemenatapan Mutu Eksternal (PME).
1. Pemantapan Mutu Internal (PMI)
Pemantapan mutu internal adalah kegiatan pencegahan dan
pengawasan yang dilaksanakan oleh masing-masing laboratorium
secara terus menerus agar tidak terjadi atau mengurangi kejadian
error/penyimpangan sehingga diperoleh hasil pemeriksaan yang tepat.
Cakupan objek pemantapan mutu internal meliputi aktivitas pra-
analitik, analitik dan pasca-analitik.
Beberapa kegiatan pemantapan mutu internal yang dibahas:
a. Persiapan pasien
Sebelum spesimen diambil, pasien harus dipersiapkan
terlebih dahulu dengan baik sesuai dengan persyaratan pengambilan
specimen.
b. Pengambilan dan pengolahan spesimen
Spesimen harus diambil secara benar dengan memperhatikan
waktu, lokasi, volume, cara, peralatan, wadah spesimen,
pengawet/antikoagulan, sesuai dengan persyaratan pengambilan
specimen.
c. Kalibrasi peralatan
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium adalah peralatan laboratorium, oleh
karena itu alat perlu dipelihara dan dikalibrasi secara berkala.
d. Uji kualitas reagen
Reagen yang digunakan di laboratorium ada yang dapat
dibuat sendiri dan ada yang sudah jadi/komersial. Baik reagen
yang dibuat sendiri maupun yang komersial mempunyai
persyaratan-persyaratan tertentu.
e. Uji kualitas media
Kualitas media harus diperiksa dahulu sebelum media
digunakan. Ada bermacam-macam cara untuk menguji mutu
media yang telah dibuat, yaitu:
- Secara visual, dengan memperhatikan atau melihat warna.
- Uji sterilitas, dilakukan pada media yang diperkaya dengan
bahan-bahan tertentu
- Penanaman kuman kontrol positif dan kontrol negatif
f. Uji ketelitian-Uji ketepatan
Hal-hal penting yang harus diperhatikan:
- Presisi dan Akurasi
Nilai presisi menunjukkan seberapa dekat suatu hasil
pemeriksaan bila dilakukan berulang dengan sampel yang
sama. Ketelitian terutama dipengaruhi oleh kesalahan acak
yang tidak dapat dihindari. Presisi biasanya dinyatakan dalam
nilai koefisien variasi (% KV atau % CV) yang dihitung
dengan rumus berikut:
KV (%) = (SD X 100) / X
SD = Standar Deviasi (simpangan baku)
X = Rata-rata hasil pemeriksaan berulang.
Akurasi (ketepatan) atau inakurasi
(ketidaktepatan) dipakai untuk menilai adanya kesalahan acak
atau sistematik atau keduanya (total).

Distribusi hasil pemeriksaan yang tersebar di sekitar


nilai pusat menunjukkan kesalahan acak. Pergeseran hasil
pemeriksaan dari hasil sebenarnya menunjukkan kesalahan
sistematik. Kesalahan total menunjukkan berapa besar
kesalahan jika komponen kesalahan acak dan sistematik
terjadi bersamaan pada arah yang sama.
Akurasi metode yang baik adalah yang memberikan
nilai R mendekati 100%. Akurasi dapat juga dinilai
berdasarkan perbandingan hasil pemeriksaan dengan sistem
(reagen kit) lain melalui uji korelasi menggunakan persamaan
berikut:
Y = ax + b dan r (koefisien korelasi) persamaan
= regresi
Y = slope, semakin mendekati 1 menunjukan
a korelasi yang baik
= intersep, semakin mendekati 0 menunjukkan korelasi
b yang baik
= koefisien korelasi semakin mendekati 1
r menunjukkan korelasi yang baik.

Akurasi dan presisi adalah independen satu dengan yang lainnya.

1) Jenis kesalahan
Dalam proses analisis dikenal 3 jenis kesalahan yaitu:
- Inherent Random Error merupakan kesalahan yang hanya
disebabkan oleh limitasi metodik pemeriksaan.
- Systematic Shift (kesalahan sistematik); suatu kesalahan
yang terus-menerus dengan pola yang sama. Hal ini dapat
disebabkan oleh standar, kalibrasi atau instrumentasi yang
tidak baik. Kesalahan ini berhubungan dengan akurasi
(ketepatan).
- Random Error (kesalahan acak); suatu kesalahan dengan
pola yang tidak tetap. Penyebabnya adalah ketidak-
stabilan, misalnya pada penangas air, reagen, pipet dan
lain-lain. Kesalahan ini berhubungan dengan presisi
(ketelitian).
2) Bahan kontrol
Dalam penggunaannya bahan kontrol harus
diperlakukan sama dengan bahan pemeriksaan spesimen,
tanpa perlakuan khusus baik pada alat, metode pemeriksaan,
reagen maupun tenaga pemeriksanya.
3) Uji ketelitian
Dalam melaksanakan uji ketelitian ini digunakan bahan
kontrol assayed. Periode kontrol merupakan periode untuk
menentukan ketelitian pemeriksaan pada hari tersebut.
Prosedur pada periode kontrol ini tergantung dari
bidang pemeriksaannya. Untuk pemeriksaan kimia klinik dan
hematologi caranya adalah sebagai berikut:
- Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari
parameter yang bersangkutan diperiksa.
- Catatlah nilai yang diperoleh pada formulir Periode
control.
Sumbu X dalam grafik kontrol menunjukkan hari/tanggal
pemeriksaan sedangkan sumbu y menunjukkan satuan S.
Untuk pemeriksaan imunoserologi dengan metode
ELISA caranya adalah sebagai berikut:
- Periksa bahan kontrol setiap hari kerja atau pada hari
parameter yang bersangkutan diperiksa.
- Buat grafik kontrol dengan batas-batas mean, mean + 1
S (S), mean ± 2 S (S) dan mean ± 3 S (S).
Sumbu X menunjukkan tanggal
pemeriksaan/run dan sumbu Y menunjukkan OD- EC/cut off
seperti contoh pada gambar di bawah ini.

Evaluasi hasil :
13S = Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar
dari kontrol (out of control), apabila hasil
pemeriksaan satu bahan kontrol melewati batas x + 3 S 22S =
Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila hasil pemeriksaan 2 kontrol berturut-turut
keluar dari batas yang sama yaitu x + 2 S atau x - 2 S
R4S = Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila perbedaan antara 2 hasil kontrol yang berturut-
turut melebihi 4 S (satu kontrol diatas + 2 S, lainnya dibawah -2
S).
41S = Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila 4 kontrol berturut-turut keluar dari batas yang
sama baik x + S maupun x-S.
10X = Seluruh pemeriksaan dari satu seri dinyatakan keluar dari
kontrol, apabila 10 kontrol berturut-turut berada pada pihak
yang sama dari nilai tengah.
Aturan-aturan kontrol diatas dapat mendeteksi gangguan
ketelitian (kesalahan acak) atau gangguan ketepatan (kesalahan
sistematik). Aturan kontrol yng mendeteksi kesalahan acak
(random error): 13S’, R4S. Aturan kontrol yang mendeteksi
kesalahan sistematik (systematic error): “22S’, 41S’, 10x’, 13S’
Perlu diingat dalam menjalankan prosedur pemantapan
mutu internal dengan sistem Westgard, setiap hari diperiksa 2
bahan kontrol, misalnya kontrol rendah dan kontrol tinggi.
Cara kerja sistem Westgard dapat dilihat pada gambar di
bawah ini. Mula-mula diperhatikan apakah nilai kontrol rendah
ataupun kontrol tinggi ada yang melewati batas kontrol 12S’
apabila tidak ada, berarti pemeriksaan kontrol pada hari itu
berjalan dengan baik. Hal ini juga berarti semua pemeriksaan pada
hari yang sama berjalan dengan baik. Sebaliknya apabila salah
satu kontrol melewati batas kontrol 12S’, diperhatikan adakah
aturan kontrol lain yang dilanggar (dilewati batasnya). Apabila
ternyata tak ada aturan kontrol yang dilanggar, berarti
pemeriksaan pada hari itu baik (in control, accept run). Apabila
ternyata ada aturan kontrol yang dilanggar, maka pemeriksaan
pada hari itu mengalami gangguan (out of control, reject run).
Contoh:

Interpretasi:
- Hari ke 5 Ditolak, berdasarkan 13S
- Hari ke 6 Diterima
- Hari ke 8 Ditolak, berdasarkan 22S
- Hari ke 11 Ditolak, berdasarkan R4S
- Hari ke 13 Diterima
- Hari ke 14 Ditolak, berdasarkan 22S
- Hari ke 17 Ditolak, berdasarkan 41S
- Hari ke 25 Diterima
- Hari ke 27 Ditolak, berdasarkan l0X
- Hari ke 29 Ditolak, berdasarkan 13S atau 22S
Di bawah ini diberikan petunjuk umum mengenai tindakan-
tindakan yang diambil apabila grafik pemantapan mutu tidak
terkontrol.
- Amati sumber kesalahan yang paling mudah terlihat,misalnya:
perhitungan, pipet, probe tersumbat.
- Ulangi pemeriksaan serum kontrol. Sering kesalahan disebabkan
pencemaran tabung reaksi, sample cup, kontrol yang tidak
homogen atau faktor lain.
- Apabila hasil pengulangan masih buruk, pakai serum kontrol baru.
Mungkin saja serum kontrol yang dipakai tidak homogen atau
menguap karena lama dalam keadaan terbuka.
- Apabila tidak ada perbaikan, amati instrumentasi yang dipakai,
apakah pemeliharaan alat (maintenance) telah dilakukan.
Bagaimana dengan temperatur inkubator.
- Pakai serum kontrol yang diketahui nilainya. Apabila hasil
pemeriksaan menunjukkan perbaikan, berarti terdapat kerusakan
serum kontrol.
- Apabila ada keraguan, pakai serum kontrol kedua yang mempunyai
nilai berbeda.
- Gunakan standar baru.
- Ganti reagen.
- Amati setiap langkah/tahap pemeriksaan.
g. Kegiatan yang dilakukan untuk peningkatan mutu BDRS RSUD
R.A.A Tjokronegoro Purworejo antara lain sbb :
- Kepastian labelisasi jenis golongan darah.
Merupakan hal yang sangat penting dalam pelabelan terhadap
jenis-jenis darah, hal ini untuk menghindari kesalahan dalam
pemberian darah ( golda A berwarna KUNING, Golongan darah B
=MERAH, Golda O = BIRU dan Golda AB=putih )
- Kelengkapan dalam penulisan form permintaan darah
Kelengkapan dalam penulisan form permintaan
darah sangat penting dalam menjamin mutu pelayanan darah.
Form tersebut mencakup identitas pasien, jenis golongan darah,
No RM, Ruang perawatan, kadar Hb, Diagnosa penyakit,
Jumlah permintaan darah, jenis komponen darah yang diminta
dll.
- Ketepatan dan ketelitian dalam proses uji serasi.
Proses pemeriksaan uji serasi harus dilakukan sesuai SPO
yang berlaku. Pemeriksaan ini harus dilakukan dengan baik dan
benar untuk mendapatkan hasil pemeriksaan yang optimal.
Pemeriksaan ini merupakan uji silang antara darah donor
dengan darah resipien. Untuk itu perlu dilakukan uji validasi
terhadap reagen-reagen yang digunakan.
- Pencatatan dan Pelaporan
Semua kegiatan pelayanan darah di BDRS harus tercatan
dan dilaporkan kepada pihak-pihak yang
terkait. Pencatatan mencakup Jumlah permintaan darah dan
jumlah yang terlayani, jumlah penggunaan darah per kasus,
jenis komponen darah, kejadiaan reaksi transfusi dll.
2. Pemantapan Mutu Eksternal (PME)
Pemantapan Mutu Eksternal adalah kegiatan yang
diselenggarakan secara periodik oleh pihak lain di luar laboratorium
yang bersangkutan untuk memantau dan menilai penampilan suatu
laboratorium dalam bidang pemeriksaan tertentu.
Kegiatan pemantapan mutu eksternal ini sangat bermanfaat
bagi suatu laboratorium sebab dari hasil evaluasi yang
diperolehnya dapat menunjukkan performance
(penampilan/proficiency) laboratorium yang bersangkutan dalam
bidang pemeriksaan yang ditentukan.
Setiap nilai yang diterima dari penyelenggara di catat dan
dievaluasi untuk mencari penyebab-penyebab dan mengambil
langkah-langkah perbaikan.

B. Verifikasi
Verifikasi merupakan tindakan pencegahan terjadinya kesalahan
dalam melakukan kegiatan laboratorium mulai dari tahap pra analitik,
analitik dan post analitik dengan melakukan pencegahan ulang setiap
tindakan/proses pemeriksaan.

C. Validasi Hasil
Validasi hasil pemeriksaan merupakan upaya untuk memantapkan
kualitas hasil pemeriksaan yang telah diperoleh melalui pemeriksaan ulang
oleh laboratorium rujukan.
Pemeriksaan ulang ini dapat dilakukan dengan cara:
1. Laboratorium mengirim spesimen dan hasil pemeriksaan ke
laboratorium rujukan untuk diperiksa, dan hasilnya dibandingkan
terhadap hasil pemeriksaan laboratorium pengirim.
2. Persentase tertentu dari hasil pemeriksaan positif dan negatif dikirim
ke laboratorium rujukan untuk diperiksa ulang.

D. Akreditasi
1. Definisi
a. Akreditasi adalah Pengakuan formal kepada suatu lembaga untuk
melakukan kegiatan tertentu, yang telah memenuhi standar yang
ditetapkan.
b. Akreditasi laboratorium adalah suatu pengakuan yang diberikan
oleh Kementerian Kesehatan kepada laboratorium
kesehatan yang telah memenuhi standar yang telah ditentukan.
2. Tujuan Akreditasi
a. Tujuan Umum:
Memacu laboratorium untuk memenuhi standar, sehingga
dapat memberikan pelayanan yang bermutu dan dapat
dipertanggung jawabkan.
b. Tujuan Khusus:
1) Memberikan pengakuan kepada laboratorium yang telah
mencapai tingkat pelayanan kesehatan sesuai dengan standar
yang ditetapkan.
2) Memberikan jaminan kepada petugas laboratorium kesehatan
bahwa semua fasilitas, tenaga dan lingkungan yang diperlukan
telah memenuhi standar, sehingga dapat mendukung
pelayanan laboratorium yang baik.
3) Memberikan jaminan dan kepuasan kepada pelanggan dan
masyarakat bahwa pelayanan yang diberikan oleh laboratorium
kesehatan telah diselenggarakan dengan baik.
3. Manfaat Akreditasi
a. Bagi Masyarakat
Dengan melihat sertifikat akreditasi, masyarakat dapat
mengenali laboratorium yang pelayanannya telah memenuhi standar
Masyarakat akan merasa lebih aman mendapat pelayanan di
laboratorium kesehatan yang sudah diakreditasi.
b. Bagi Laboratorium
1) Merupakan forum komunikasi dan konsultasi antara
laboratorium kesehatan dengan badan akreditasi yang akan
memberikan saran perbaikan atau rekomendasi untuk
meningkatkan mutu pelayanan laboratorium kesehatan melalui
pencapaian standar yang ditentukan.
2) Melalui evaluasi sendiri/self assessment; laboratorium
kesehatan dapat mengetahui komponen yang berada di bawah
standar perlu ditingkatkan. Hal ini akan meningkatkan
kesadaran laboratorium kesehatan akan pentingnya upaya
peningkatan mutu pelayanan laboratorium kesehatan.
3) Status diakreditasi dapat dijadikan alat untuk memasarkan pada
masyarakat.
4) Status diakreditasi merupakan simbol bagi laboratorium
kesehatan dan dapat meningkatkan citra dan kepercayaan
masyarakat atas laboratorium kesehatan.
5) Dengan adanya kekurangan yang harus diperbaiki, laboratorium
kesehatan dapat mengajukan anggaran danperencanaan kepada
pemilik (pemberi bantuan) untuk perbaikan tersebut.
c. Bagi Pegawai/Petugas
Petugas merasa lebih senang dan aman serta terjamin bekerja
di laboratorium kesehatan yang terakreditasi. Self assesment akan
menambah kesadaran akan pentingnya pemenuhan standar dan
peningkatan mutu, sehingga dapat memotivasi pegawai tersebut
untuk bekerja lebih baik.
a. Bagi Pemerintah
Merupakan salah satu cara untuk melindungi masyarakat.
Merupakan salah satu pendekatan untuk meningkatkan dan
membudayakan konsep mutu pelayanan laboratorium kesehatan
melalui pembinaan terarah dan berkesinambungan. Dapat
memberikan gambaran keadaan laboratorium kesehatan di
Indonesia dalam pemenuhan standar, sehingga dapat menjadi bahan
masukan untuk rencana peningkatan dan pengembangan.
4. Cakupan
Akreditasi ini mencakup laboratorium yang mandiri yang
diselenggarakan oleh pemerintah pusat, daerah, BUMN, BUMD maupun
yang diselenggarakan oleh swasta.
BAB VIII
PENUTUP

Pedoman Pelayanan Laboratorium RSUD R.A.A. Tjokronegoro Purworejo


ini mempunyai peranan penting sebagai pedoman bagi pelaksanaan kegiatan
sehari-hari tenaga laboratorium yang bertugas sehingga dapat meningkatkan
mutu pelayanan khususnya pelayanan di laboratorium.
Penyusunan Pedoman Pelayanan Laboratorium ini adalah langkah awal
ke suatu proses yang panjang, sehingga memerlukan dukungan dan kerja sama
dari berbagai pihak dalam penerapannya untuk mencapat tujuan. Kami
menyadari bahwa Pedoman Pelayanan ini masih jauh dari sempurna, karena
itu kami menerima saran dan kritik guna menyempurnakan pedoman ini.
Akhir kata, semoga Pedoman Pelayanan Laboratorium ini dapat
bermanfaat bagi para pembaca sekalian.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... 1


DAFTAR ISI .................................................................................................. 5
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 7
A. Latar Belakang .................................................................................... 7
B. Tujuan Pedoman .................................................................................. 7
C. Ruang Lingkup Pelayanan ................................................................... 8
D. Batasan Operasional ............................................................................ 8
BAB II. STANDAR FASILITAS .................................................................. 10
A. Ruang .................................................................................................. 10
B. Alat ..................................................................................................... 10
BAB III. TATA LAKSANA PELAYANAN................................................. 21
A. Patologi Klinik .................................................................................... 21
1. Parameter pemeriksan .................................................................... 21
2. Alur Pelayanan Patologi Klinik ..................................................... 22
3. Spesimen/sampel ............................................................................ 24
4. Metode Pemeriksaan dan Pengerjaan ............................................. 28
5. Rentang Nilai Normal .................................................................... 31
6. Nilai Ambang Kritis ....................................................................... 37
7. Evaluasi .......................................................................................... 38
B. Patologi Anatomi ................................................................................. 38
C. Bank Darah Rumah Sakit (BDRS) ...................................................... 39
1. Prinsip Pelayanan Darah ................................................................ 39
2. Kriteria Jenis Darah Berdasarkan Waktu AFTAP ......................... 39
3. Pelayanan Transfusi Dengan Metode Tertutup Dan Rantai Dingin 40
4. Permintaan Stok Darah Dari BDRS Ke UPTD PMI ...................... 40
5. Pelayanan Permintaan Darah Whole Blood ................................... 41
6. Pelayanan Permintaan Darah Komponen ....................................... 41
7. Pelayanan Darah Cyto/Khusus ....................................................... 42
8. Pelayanan Pengembalian Darah ..................................................... 43
9. Pelayanan Pemeriksaan Golongan Darah Rhesus .......................... 44
10. Pelayanan Crossmatching .............................................................. 44
11. Pemusnahan Darah Rusak .............................................................. 45
12. Edukasi ........................................................................................... 46
13. Plebhotomy .................................................................................... 46
14. Pelayanan Darah Saat Stok Kosong ............................................... 47
BAB IV. REAGEN DAN LOGISTIK ........................................................... 48
A. Reagen Dan Logistik Laboratorium ..................................................... 48
B. Dasar Pemilihan .................................................................................... 49
C. Pengelolaan Reagen .............................................................................. 50
BAB V. KESELAMATAN PASIEN.............................................................. 52
A. Tahap Pra Analitik ................................................................................ 52
B. Tahap Analitik ....................................................................................... 53
C. Tahap Pasca Analitik ............................................................................. 54
BAB VI. KESELAMATAN KERJA ............................................................. 55
A. Petugas/Tim K3 Laboratorium .............................................................. 55
B. Keselamatan Petugas Laboratorium ...................................................... 56
C. Sarana dan Prasarana K3 Laboratorium ................................................ 56
D. Pengamanan Pada Keadaan Darurat ..................................................... 57
E. Tindakan Pencegahan ............................................................................ 57
F. Desinfeksi dan Dekontaminasi .............................................................. 59
G. Tindakan Khusus Terhadap Darah dan Cairan Tubuh .......................... 60
H. Pengelolaan Spesimen ........................................................................... 60
I. Penanganan Kecelakaan di Laboratorium ............................................ 61
J. Penanganan Khusus Terhadap Bahan Kimia ......................................... 62
K. Infeksi Mikroorganisme ........................................................................ 63
L. Penanganan Limbah .............................................................................. 64
BAB VII. PENGENDALIAN MUTU ........................................................... 66
A. Pemantapan Mutu .................................................................................. 66
B. Verifikasi ............................................................................................... 74
C. Validasi hasil ......................................................................................... 74
D. Akreditasi .............................................................................................. 74
PENUTUP ....................................................................................................... 77

Anda mungkin juga menyukai