HOSPITAL BYLAWS
( STATUTA )
MUKADIMAH
Perubahan paradigma rumah sakit dari lembaga sosial menjadi lembaga sosio-ekonomik yang
dapat dijadikan subyek hukum. Oleh karena itu perlu diantisipasi dengan adanya kejelasan
tentang hak dan tanggung jawab masing-masing pihak yang berkepentingan dalam
pengelolaan rumah sakit, yang akan diatur dalam Hospital bylaws RSUD Panglima Sebaya.
Rumah Sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang tenaganya multi disiplin syarat
dengan dana dan teknologi. Sehingga tidak menutup kemungkinan adanya konflik antar pihak
yang berkepentingan baik antara kustomer dengan pemberi palayanan, maupun antara
pemilik dengan pengelola atau pengelola dengan stafnya.
Rumah Sakit Umum Daerah Panglima Sebaya Tanah Grogot sampai saat ini merupakan satu-
satunya rumah sakit yang ada di Kabupaten Paser. Nama rumah sakit ini diambil dari nama
pejuang Paser pada jaman kerajaan Paser Sadurangas saat dipimpin Sultan Ibrahin Khaliludin
pada tahun 1915. Pada tahun 1981 rumah sakit ini masih menjadi satu dengan Dinas
Kesehatan Kabupaten Paser yang berlokasi di jalan Jenderal Soedirman Tanah Grogot dengan
kapasitas 14 (empat belas) tempat tidur. Dalam perkembangannya, dibangun komplek gedung
Rumah Sakit di jalan Ciptomangunkusumo Km 2 Tanah Grogot yang diresmikan pada
tanggal 22 Desember 1983 oleh Bupati Pasir yang pada saat itu dijabat oleh Bapak Badaranie
Abas, dengan status type D berkapasitas 32 tempat tidur. Selanjutnya pada tahun 1990 seiring
penambahan gedung menjadi 64 tempat tidur dan dengan adanya 4 (empat) dokter spesialis
dasar (anak, penyakit dalam, kandungan dan bedah umum) sejak tahun 1997 menjadi rumah
sakit type C berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 490/MENKES/SK/V/19
tanggal 20 Mei 1997. Pada tahun 2006 dibangun kembali ruang perawatan III dengan jumlah
23 tempat tidur, sehingga kapasitas tempat tidur berjumlah 88 (delapan puluh delpan), untuk
saat ini kemampuan pelayanan spesialistik dasar dan ditambah beberapa spesialis lainnya.
Pelayanan spesialis yang dimaksud adalah pelayanan spesialis anak, kandungan, penyakit
dalam, bedah orthopedi, syaraf, patologi klinis, THT, kulit dan kelamin serta anastesi.
Selanjutnya pada tahun 2008 berdasarkan surat Keputusan Menteri Kesehatan RI
No.:.07.06/III/248/2008 Rumah Sakit Umum Panglima Sebaya mendapatkan ijin
penyelenggaraan rumah sakit dengan nama “Rumah Sakit Umum Daerah Panglima Sebaya”.
Pada tanggal 01 April 2014 Rumah Sakit Umum Daerah Panglima
Sebaya menerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PPK-
BLUD) dengan status penuh sesuai Keputusan Bupati Paser No. 744/ Kep-244/2104 dan
kemudian pada tahun 2017 Rumah Sakir Sebaya Panglima terakreditasi Paripurna
Hospital Bylaws RSUD Panglima Sebaya merupakan salah satu bentuk aturan tertulis yang
berlaku di suatu rumah sakit dengan tujuan untuk melindungi semua pihak yang terkait secara
baik dan benar berdasarkan rasa keadilan. Pengelola rumah sakit pada dasarnya ditentukan
oleh ketiga komponen pihak yang berperan besar yaitu Pemilik termasuk Dewan Pengawas,
Direksi dan Staf Medis Fungsional yang tergabung dalam Komite Medik. Oleh karena itu
dalam Hospital Bylaws RSUD Panglima Sebaya ini akan diatur hubungan, hak dan
kewajiban , tanggung jawab peran dari Dewan Pengawas, Direksi dan Komite Medik / Staf
Medis di rumah sakit.
BUKU I
BAB I
KETENTUAN UMUM
NAMA, VISI, MISI, NILAI-NILAI, LOGO DAN TUJUAN
Bagian Pertama
Nama, Visi, Misi, Nilai-Nilai, Logo , dan Tujuan RSUD PANGLIMA SEBAYA
Pasal 1
(1). Nama Rumah sakit ini adalah RUMAH SAKIT RSUD Panglima Sebaya milik
kabupaten Tana Paser yang didirikan berdasarkan surat Keputusan Menteri
Kesehatan RI No.:.07.06/III/248/2008
(2). Visi rumah sakit adalah ”Terwujudnya Pelayanan Rumah Sakit yang
Profesional dan Berdaya Saing
(3). Misi :
2
(4). Nilai-Nilai : adalah sikap kerja karyawan Rumah Sakit sebagai berikut :
a. Kejujuran;
b. Kesetiaan;
c. Kemitraan;
d. Kasih sayang;
e. Bekerja adalah ibadah.
pelayanan dengan ramah, santun dan senyum.
(5). Logo Rumah Sakit adalah :
(7). Naskah ini adalah Hospital Bylaws ( Statuta ) RSUD Panglima Sebaya
yang selanjutnya disingkat sebagai HBL RSUD Panglima Sebaya.
Bagian Kedua
Pengertian
Pasal 2
Ketentuan Umum
Dalam Hospital Bylaws RSUD Panglima Sebaya ini yang dimaksud dengan :
3
3. PEMILIK RSUD Panglima Sebaya adalah orang-orang yang ditunjuk untuk
mewakili RSUD Panglima Sebaya
5. Direksi adalah Pimpinan Tertinggi dalam pengelolaan rumah sakit yang terdiri
dari : Direktur-Direktur.
10. Dokter tetap adalah dokter yang sepenuhnya bekerja di Rumah Sakit ...
11. Dokter tidak tetap adalah dokter yang bekerja di Rumah Sakit ...
12. Dokter Tamu adalah dokter yang bukan Rumah Sakit ...
13. Dokter Konsultan adalah Dokter Spesialis tertentu yang karena kompetensinya
diminta membantu pelayanan medis di Rumah Sakit ...
14. Dokter Paruh Waktu adalah dokter yang mendapat izin tertulis dari Direksi
untuk melaksanakan pelayanan medis di Rumah Sakit ....
15. Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis adalah dokter yang sedang
mengikuti pendidikan Dokter Spesialis di Rumah Sakit ....
16. Staf Medik Fungsional adalah kelompok dokter dan dokter gigi yang telah
disetujui dan diterima sesuai dengan aturan yang berlaku untuk menjalankan
profesi masing-masing di Rumah Sakit ....
17. Komite Medik adalah wadah non-struktul yang sedang di beri tugas
mengkordinasikan kegiatan Komite Medik dalam rangka menjaga mutu etika
profesi.
18. Komite Medik adalah wadah professional medis yang anggotanya terdiri dari
ketua-ketua staf Medik Fungsional dan atau yang mewakili disiplin ilmu
tertentu.
4
19. Panitia / Sub Komite adalah kelompok kerja yang dibentuk oleh Komite Medik
untuk mengatasi masalah khusus Panitia ditetapkan dengan surat keputusan
Direksi atas usul Komite Medik.
20. Hak Klinis adalah kewenangan yang diberikan oleh Direktur Utama melalui
Komite Medis melalui surat Keputusan Direksi Rumah Sakit ..................
BAB II
DEWAN PENGAWAS/PEMILIK
Bagian Pertama
Keanggotaan
Pasal 3
Anggota
(1) Anggota Dewan Pengawas/ PEMILIK diangkat dan diberhentikan oleh ....
setelah mendapat persetujuan.....
(2) Anggota Dewan Pengawas/ PEMILIK terdiri dari unsur-unsur pejabat ....
yang membawahi rumah sakit, ..... dan ....... lain yang kegiatannya
berhubungan dengan perumahsakitan, serta tenaga ahli yang sesuai dengan
kegiatan usaha rumah sakit.
Pasal 4
Ketua
(1) Ketua Dewan Pengawas/ PEMILIK diangkat dan diberhentikan oleh ... setelah
mendapat persetujuan .....;
(2) Dalam hal terjadi kekosongan jabatan Ketua dalam suatu masa kepengurusan
Dewan Pengawas/ PEMILIK, maka .... mengangkat seorang Ketua untuk sisa
masa jabatan hingga selesainya masa jabatan;
(3) Tugas .. adalah :
a. Memimpin semua pertemuan Dewan Pengawas/ PEMILIK;
b. Memutuskan berbagai hal yang berkaitan dengan prosedur dan tatacara
yang tidak diatur dalam Statuta atau dalam peraturan rumah sakit melalui
Rapat Dewan Pengawas/ PEMILIK;
c. Bekerja sama dengan Direktur untuk menangani berbagai hal mendesak
yang seharusnya diputuskan dalam rapat Dewan Pengawas/ PEMILIK.
Bilamana rapat Dewan Pengawas/ PEMILIK belum dapat diselenggarakan,
maka Ketua dapat memberikan wewenang pada Direktur untuk mengambil
segala tindakan yang perlu sesuai dengan situasi saat itu;
d. Melaporkan pada rapat rutin berikutnya perihal tindakan yang diambil
sebagaimana dimaksud dalam ayat (3) diatas, disertai dengan penjelasan
yang terkait dengan situasi saat tindakan tersebut diambil.
5
e.
Pasal 5
Tugas
Pasal 6
Kewajiban
Pasal 8
Wewenang
Pasal 8
Rapat Rutin
6
(1) Rapat rutin adalah setiap rapat terjadual yang diselenggarakan Dewan
Pengawas/ PEMILIK yang bukan termasuk rapat tahunan dan rapat khusus.
(2) Rapat rutin merupakan rapat koordinasi antara Dewan Pengawas/ PEMILIK
dengan Direksi rumah sakit atau komite medik untuk mendiskusikan, mencari
klarifikasi, atau alternatif solusi berbagai masalah rumah sakit.
(3) Rapat rutin dilaksanakan paling sedikit sepuluh kali dalam setahun dengan
interval tetap pada waktu dan tempat yang ditetapkan oleh Dewan Pengawas/
PEMILIK. Sekretaris Dewan Pengawas/ PEMILIK menyampaikan undangan
kepada setiap anggota Dewan Pengawas/ PEMILIK, Direksi dan pihak lain
sebagaimana tercantum dalam pasal 12 untuk menghadiri rapat rutin paling
lambat tiga hari sebelum rapat tersebut dilaksanakan.
(4) Setiap undangan rapat yang disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas/
PEMILIK sebagaimana diatur dalam ayat (2) harus melampirkan :
a. satu salinan agenda;
b. satu salinan risalah rapat rutin yang lalu;
c. satu salinan risalah rapat khusus yang lalu;
Pasal 9
Rapat khusus
(1) Rapat khusus adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas/
PEMILIK untuk menetapkan kebijakan hal-hal khusus yang tidak termasuk
dalam rapat rutin maupun rapat tahunan.
(2) Dewan Pengawas /PEMILIK mengundang untuk rapat khusus dalam hal:
a. ada permasalahan penting yang harus segera diputuskan; atau
b. ada permintaan yang ditandatangani oleh paling sedikit tiga anggota
Dewan Pengawas /PEMILIK
(3) Undangan rapat khusus disampaikan oleh Sekretaris Dewan Pengawas/ PEMILIK
kepada peserta rapat paling lambat dua puluh empat jam sebelum rapat
tersebut diselenggarakan.
(4) Undangan rapat khusus harus mencantumkan tujuan pertemuan secara
spesifik.
(5) Rapat khusus yang diminta oleh anggota Dewan Pengawas/PEMILIK
sebagaimana diatur dalam ayat (1) butir b diatas harus diselenggarakan paling
lambat tujuh hari setelah diterimanya surat permintaan tersebut.
Pasal 11
Rapat Tahunan
(1) Rapat Tahunan adalah rapat yang diselenggarakan oleh Dewan Pengawas
/PEMILIK setiap tahun, dengan tujuan untuk menetapkan kebijakan tahunan
operasional rumah sakit.
(2) Rapat Tahunan diselenggarakan sekali dalam satu tahun.
(3) Dewan Pengawas menyiapkan dan menyajikan laporan umum keadaan
rumah sakit termasuk laporan keuangan yang telah diaudit.
7
Pasal 12
Undangan Rapat
Setiap rapat dinyatakan sah hanya bila undangan telah disampaikan sesuai aturan,
kecuali seluruh anggota Dewan Pengawas/ PEMILIK yang berhak memberikan suara
menolak undangan tersebut.
Pasal 13
Peserta Rapat
Setiap rapat rutin selain dihadiri oleh anggota Dewan Pengawas /PEMILIK dan
Direktur juga dihadiri oleh Para Direktur dan pihak lain yang ada di lingkungan
rumah sakit atau dari luar lingkungan rumah sakit apabila diperlukan.
Pasal 14
Pejabat Ketua
Dalam hal Ketua dan Wakil Ketua berhalangan hadir dalam suatu rapat, makam bila
kuorum telah tercapai, anggota Dewan Pengawas/ PEMILIK dapat memilih pejabat
Ketua untuk memimpin rapat.
Pasal 15
Kuorum
Pasal 16
Risalah Rapat
8
Pasal 17
Pemungutan Suara
(1) Setiap masalah yang diputuskan melalui pemungutan suara dalam rapat Dewan
Pengawas ditentukan denan mengangkat tangan atau bila dikehendaki oleh
para anggota Dewan Pengawas/ PEMILIK pemungutan suara dapat dilakukan
dengan amplop tertutup;
(2) Putusan rapat Dewan Pengawas/ PEMILIK didasarkan pada suara terbanyak
setelah dilakukan pemungutan suara;
Pasal 18
Pembatalan Putusan Rapat
(1) Dewan Pengawas /PEMILIK dapat merubah atau membatalkan setiap putusan
yang diambil pada rapat rutin atau rapat khusus sebelumnya, dengan syarat
bahwa usul perubahan atau pembatalan tersebut dicantumkan dalam
pemberitahuan atau undangan rapat sebagaimana ditentukan dalam Statuta
ini.
(2) Dalam hal usul perubahan atau pembatalan putusan Dewan Pengawas/
PEMILIK tidak diterima dalam rapat tersebut, maka usulan ini tidak dapat
diajukan lagi dalam kurun waktu tiga bulan terhitujng sejak saat ditolaknya
usulan.
Pasal 19
Cap
BAB III
DIREKSI RUMAH SAKIT
Pasal 20
9
dengan peraturan perundangan-undangan dan segala ketentuan umum yang
berlaku, dan berbagai aturan dalam statuta ini, serta memperhatikan hasil
pelaksanaan tindakan / audit dilaksanakan oleh Komite dan SPI (Satuan
Pengawas Inter) di rumah sakit.
(6). Tugas pokok , fungsi, wewenang dan tanggung jawab Direksi ditentukan oleh
... dan diperinci dalam suatu uraian tugas secara tertulis dalam Struktur
Organisasi dan Tata Laksana Rumah Sakit ....................................., atas
rekomendasi ....
Pasal 21
Rapat Direksi
10
(1) Rapat Direksi diselenggarakan sekurang – kurangnya 1 (satu) bulan sekali
(2) Dalam rapat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dibicarakan hal – hal
yang berhubungan dengan kegiatan RS sesuai dengan tugas kewenangan
dan kewajibannya.
(3) Keputusan rapat Direksi diambil atas dasar musyawarah untuk mufakat
(4) Dalam hal tidak tercapai kata sepakat,maka keputusan diambil berdasrkan
suara terbanyak.
(5) Dalam rapt-rapat tertentu yang bersifat khusus Direksi dapat mengundang
rapat Dewan pengawas dalam waktu 48 jam sebelumnya
BAB IV
KEWENANGAN DIREKSI (URAIKAN KESELURUHAN)
Pasal 22
Pengangkatan Staf Medis Fungsional (SMF)
(1). Direksi atas persetujuan .... mengangkat dan memberhentikan staf medis
fungsional (SMF) atas saran Komite Medik, sesuai peraturan perundang –
undangan.
(2). Direksi dapat mengangkat sub komite atau Panitia yang berkaitan dengan
kegiatan pelayanan teknis dan non teknis medis atas saran Komite Medik.
Pasal 23
Penugasan Staf Medis
(1). DIREKSI menetapkan kriteria dan syarat-syarat penugasan setiap staf medis
untuk suatu tugas atau jabatan klinis tertentu dan akan menyampaikan hal
tersebut kepada setiap tenaga medis yang menghendaki penugasan klinis di
rumah sakit.
(2). Kriteria dan syarat-syarat penugasan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
ditetapkan oleh DIREKSI setelah disepakati oleh Komite Medik.
(3). Tenaga medis yang telah mendapat penugasan klinis dirumah sakit dapat
berstatus sebagai dokter tetap atau tidak tetap.
11
(4). Jangka waktu penugasan tenaga medis adalah 6 bulan sampai dengan 1
tahun, kecuali ditetapkan lain oleh DIREKSI dengan memperhatikan kondisi
yang akan meyebabkan penugasan dirumah sakit akan berakhir sebagai
berikut apabila:
b. Kondisi fisik atau mental tenaga medis yang bersangkutan tidak mampu
lagi melakukan medis secara menetap, atau
(5). Penugasan klinis di rumah sakit pada seorang tenaga medis hanya dapat
ditetapkan bila yang bersangkutan menyetujui syarat-syarat sebagai berikut :
12
f. Memperhatikan syarat-syarat umum praktek klinis yang berlaku di rumah
sakit.
BUKU II
MEDICAL STAFF BY LAWS
BAB V
NAMA, TUJUAN
Pasal 25
(1). Nama kelompok Dokter dan Dokter Gigi yang berhak memberikan pelayanan
medik di Rumah Sakit ini adalah Staff Medik Fungsional ( SMF ) Rumah
Sakit ...............................
(2). Pengelompokan anggota SMF berdasarkan bidang spesialisasi medik yang ada
di Rumah Sakit ..................
(3). Untuk Kelompok Dokter Umum masuk dalam SMF dokter umum dan untuk
Kelompok Dokter gigi dan dokter gigi speasialis masuk dalam SMF dokter gigi.
(4). Peserta Program Pendidikan Dokter Spesialis (PPDS) masuk dalam SMF sesuai
dengan spesialisasi yang sedang diikuti.
(5). Nama wadah profesional medis yang keanggotaannya berasal dari ketua-
ketua staf medis fungsional dan atau yang mewakili disiplin ilmu tertentu
adalah Komite Medik Rumah Sakit .......................
Pasal 26
Tujuan dan pengorganisasian Staf Medis Fungsional adalah agar staf medis di
Rumah Sakit ........................... dapat lebih menata diri dengan focus terhadap
kebutuhan pasien sehingga menghasilkan pelayanan medis yang berkualitas dan
bertanggung jawab.
Pasal 27
13
Secara administrasi,staf Medis Fungsional berada di bawah Direksi Rumah
Sakit ............................ namun secara Fungsional sebagai profesi, anggota Staf
Meedis Fungsional bertanggung jawab kepada Komite Medik melalui ketua SMF.
BAB VI
PENERIMAAN,PENERIMAAN KEMBALI DAN PEMBERHENTIAN
ANGGOTA SMF
Pasal 28
Persyaratan Penerimaan Calon anggota SMF
1. Usia … tahun atau kurang bagi tenaga medik spesialis dan … tahun atau
kurang bagi tenaga medik bukan spesialis
Pasal 29
Prosedur Penerimaan Calon Anggota
Pasal 30
Penerimaan kembali anggota SMF
(1) Apabila seorang anggota SMF dengan alasan tertentu pindah/ cuti diluar
tanggungan negara sehingga tidak bisa menjalankan tugas sebagai anggota
SMF.
(2) Apabila yang bersangkutan akan kembali anggota SMF maka yang
bersangkutan diharuskan untuk mendaftar ulang sesuai dengan peraturan
yang berlaku
(3) Bagi anggota SMF yang pensiun bila ingin bekerja kembali di Rumah
Sakit ............................... maka 1 bulan serbelum SK pensiun keluar yang
bersangkutan diharuskan untuk mengajukan permohonan untuk bekerja di
Rumah Sakit ...........................sebagai dokter tidak tetap.
Pasal 31
14
Tenaga Medik anggota staf Medik Fungsional di Rumah Sakit ......................... dapat
diberhentikan keanggotaanya oleh Direktur Utama bila:
1. Meninggal dunia.
BAB VII
KEANGGOTAAN
Pasal 32
c. Memiliki surat keputusan penugasan sebagai anggota SMF dari Direksi Rumah
Sakit ……………………..
Pasal 33
15
Pasal 34
c. ..........
16
9. Melakukan pertolongan darurat atas dasar kemanusiaan, kecuali bila ia
yakin ada orang lian yang bertugas dan mampu melakukannya.
11. Membangun dan membina kerjasama yang baik dengan sesama sejawat
anggota SMF, paramedis dan pegawai rumah sakit lain demi kelancaran
pelayanan medik.
12. Bersedia ikut dalam panitia-panitia Komite Medik dan Rumah Sakit.
13. Ikut dan aktif pada penelitian yang diprogram oleh SMF dan Rumah
Sakit.
14. Tidak melibatkan diri dalam kegiatan yang patut diduga dapat merugikan
penderita dan rumah sakit.
Pasal 35
Hak-hak Anggota SMF
2. Mendapatkan gaji dan tunjangan lain, hak cuti serta hak lain sesuai dengan
peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.
17
Pasal 36
Hak -Hak Klinik
(1). Hak Klinik adalah kewenangan dari anggota SMF untuk melaksanakan
pelayanan Medik sesuai dengan profesi dan keahliannya. Tanpa hak klinik
maka seorang tenaga medik tidak dapat menjadi anggota SMF dan bekerja di
Rumah Sakit ............................
(2). Hak Klinik diberikan oleh Direktur atas Rekomendasi Komite Medik / Panitia
Kredensial , sesuai dengan prosedur penerimaan anggota SMF.
(3). Hak Klinik diberikan kepada seorang anggota SMF untuk jangka waktu 5
tahun. Pemberian hak Klinik ulang dapat diberikan setelah yang bersangkutan
mendapat resertifikasi dari organisasi profesi.
Pasal 37
Pembatasan Hak Klinik
(1). Komite Medik bila memandang perlu dapat memberi rekomendasi agar
anggota SMF dibatasi hak kliniknya kepada Direktur (Utama), atas
rekomendasi dari Panitia Kredensial agar anggota SMF dilakukan pembatasan
hak kliniknya.
(2). Pembatasan hak klinik ini dapat dipertimbangakan bila anggota SMF tersebut
dalam pelaksanaan tugasnya di Rumah Sakit ............................ dianggap
tidak melaksanakannya sesuai dengan standar pelayanan medis yang berlaku,
dapat dipandang dari sudut kinerja klinik, sudut etik profesi dan sudut hukum.
(3). Panitia Kredensial membuat rekomendasi pembatasan hak klinik anggota SMF
setelah terlebih dahulu :
a. Ketua SMF mengajukan surat untuk mempetimbangkan pencabutan hak
klinik dari anggota SMF nya kepada ketua Komite Medik.
d. Panitia kredensial dapat meminta pendapat dari pihak lain yang terkait.
18
Pasal 38
Pencabutan Pembatasan Hak Klinik
(1). Pencabutan pembatasan hak klinik dilaksanakan oleh Direktur atas usul
Komite Medik bila SMF tersebut telah melaksanakan sesuai waktu yang telah
ditentukan pada saat sanksi pembatasan.
Pasal 39
Pencabutan Hak Klinik
2. Meninggal dunia
BAB IX
PENGORGANISASIAN STAF MEDIS FUNGSIONAL
Pasal 40
Struktur Organisasi
Pasal 41
19
Ketua SMF
1. Pemilihan Calon Ketua SMF dilakukan dalam rapat pleno SMF dengan prosedur
yang telah ditetapkan oleh Komite Medik.
2. Ketua SMF ditentukan oleh Direksi dari 2 (dua) calon yang diajukan.
3. Dalam menetukan ketua SMF tersebut, bila dianggap perlu Direksi dapat
meminta pendapat Komite Medik.
4. Bila anggota SMF kurang dari 3 orang , maka penentuan ketua SMF dilakukan
oleh Direksi setelah mendapat saran/masukan dari Komite Medik.
Pasal 42
Sekretaris
(1). Sekretaris dipilih oleh Ketua SMF dari anggota tetap SMF.
(2). Sekretaris SMF bertugas membantu Ketua SMF dalam bidang administrasi dan
manajemen.
Pasal 43
(1). Koordinator Pelayanan dipilih oleh Ketua SMF dari anggota tetap SMF
Pasal 44
1. Koordinator Penelitian dan Pengembangan dipilih oleh Ketua SMF dan anggota
tetap SMF.
20
2. Koordinator Penelitian dan Pengembangan SMF bertugas membantu Ketua SMF
dalam mengkoordinasikan kegiatan penelitian , pengembangan dan pelatihan
anggota SMF.
Pasal 45
Pasal 46
Kewajiban Staf Medis Fungsional
(1). SMF wajib menyusun Standar Prosedur Operasional yang terdiri dari :
(2). SMF wajib menyusun indikator kinerja mutu klinis / mutu pelayanan medis
Indikator mutu yang disusun adalah indicator output atau outcome.
Pasal 47
Kewenangan Staf Medis Fungsional
3. Melakukan evaluasi dan revisi ( bila diperlukan ) terhadap perturan internal staf
medis , standar pelayanan medis , standar prosedur operasional tindakan medis
dan standar prosedur operasional bidang administrasi / manejrial.
21
BAB X
KOMITE MEDIK
Bagian Pertama
Nama dan struktur Organisasi
Pasal 48
(1). Nama organisasi : Komite Medik adalah wadah profesional medis yang
anggotanya terdiri dari Ketua-ketua Staf Medis Fungsional dan atau yang
mewakili disiplin ilmu tertentu.
(2). Komite Medik mempunyai otoritas tertinggi dalam pengorganisasian staf
medis.
(5). Kepengurusan Komite Medik dipilih melalui rapat pleno untuk memilih ketua,
wakil ketua dan sekretaris.
(6). Pemilihan dilaksanakan sesuai prosedur tetap yang telah diatur di dalam
Medical Staf Bylaws.
Bagian Kedua
TUGAS, FUNGSI DAN WEWENANG
Pasal 49
Tugas
22
d. Melakukan koordinasi dengan direksi dalam melaksanakan pemantauan dan
pembinaan pelaksanaan tugas SMF.
Pasal 50
Fungsi
Fungsi Komite Medik adalah sebagai pengarah dalam pemberian pelayanan medis,
sedangkan SMF adalah pelaksana pelayanan medis.
Pasal 51
Wewenang
23
Pasal 52
Sub Komite / Panitia
(1). Sub Komite / Panitia adalah kelompok kerja khusus yang bertugas
membantu pelaksanaan tugas –tugas Klinik Bidang Medis.
(2). Sub Komite / Panitia dibentuk sesuai dengan kebutuhan rumah sakit.
(4). Keanggotaan Sub Komite / Panitia terdiri dari anggota tetap staf medis
fungsional dan tenaga lain secara ex officio.
(8). Jumlah panitia / sub komite dapat ditambah atau di kurang sesuai dengan
kebutuhan.
BAB XI
KERAHASIAN, INFORMASI MEDIS
Pasal 54
Kerahasian Pasien
(1). Kerahasian Pasien rumah sakit sebagaimana diatur dalam Bab Pasal di muka.
24
a. Atas ijin / otorisasi pasien.
b. Menjalankan undang-undang (ps 50 KUHP).
c. Perintah jabatan (ps 51 KUHP).
d. Bela diri (ps 49 KUHP).
e. Daya paksa (ps 48 KUHP)
f. Pendidikan dan penelitian.
Pasal 55
Informasi Medis
(1). Hak-hak pasien yang dimaksud adalah hak-hak pasien sebagaimana yang
terdapat didalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
(2). Informasi medis yang harus diungkapkan dengan jujur dan benar adalah
mengenai :
BAB XII
AMANDEMEN/PERUBAHAN
Pasal 57
BAB XIII
PENUTUP
Pasal ..
Ketentuan Penutup
(2). Semua peraturan rumah sakit yang dilaksanakan sebelum berlakunya statuta
ini dinyatakan tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan statuta ini.
Contoh dibuat oleh : Fresley Hutapea, SH, MH, MARS (Bagian Hukum, Organisasi dan
Humas Direktorat Jenderal Bina Pelayanan Medik, DEPKES RI)
dilarang memperbanyak tanpa ijin.
25