Anda di halaman 1dari 8

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Manajemen dalam sebuah organisasi akan sangat dibutuhkan dalam setiap
aktivitas perusahaan atau organisasi bisnis untuk mencapai tujuan yang diharapkan
dengan efektif dan efisien. Sebuah organisasi yang tidak menjalankan proses
manajemennya dengan baik, maka dipastikan semua proses kerjanya tidak efektif dan
efisien.
Menurut T. Hani Handoko, arti penting manajemen bagi organisasi terdiri atas
3 (tiga), yaitu:
1. Untuk mencapai tujuan organisasi. Sebagaimana diketahui bahwa setiap
organisasi pasti memiliki visi, misi, serta tujuan. Manajemen dalam hal ini membantu
bagaimana mewujudkannya.
2. Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling
bertentangan. Adapun yang kita ketahui bahwa di dalam. organisasi memiliki
keanekaragaman, semisal dalam hal ini sumber daya manusia meliputi pemikiran,
persepsi, sudut pandang, metode, dan lain sebagainya. Perbedaan itu memicu adanya
pertentangan atau perselisihan jika tidak dikelola dengan baik. Oleh karena itu,
dengan adanya manajemen, maka semaksimal mungkin berusaha untuk menciptakan
proses kerja yang kondusif, hubungan kerja harmonis antara satu dengan lainnya,
sehingga tujuan organisasi akan segera bisa tercapai.
3. Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas.
Sebuah organisasi dalam pelaksanaannya menuntut semua sumber daya yang
dimiliki untuk dapat efektif dan efisien. Hal ini menjadi penting dikarenakan
organisasi mengharapkan semaksimal mungkin bisa mengurangi biaya dengan
mengoptimalkan proses dan hasil kerja dalam rangka tercapainya tujuan organisasi.1

1
Roni Angger Aitama, S.Sos., M.M., “Pengantar Manajemen: Teori dan Aplikasi” (Malang:AE
Publishing, 2020), hlm, 3-4.
Aktivitas manajemen memiliki ruang lingkup yang sangat luas, sebab dimulai
dari bagaimana menentukan arah organisasi, menciptakan kegiatan-kegiatan
organisasi yang efektif dan efisien, mendorong terbinanya kerjasama antara sesama
anggota organisasi (sumber daya manusia), serta melakukan pengawasan kegiatan
dalam mencapai tujuan. Dalam proses manajemen tidakhanya berfokus pada
pencapaian kegiatan, sasaranmupun tujuan organisasi, namun melalui pendekatan
fungsi-fungsi manajemen, (Robbins, 2007) yaitu: perencanaan (planning),
pengorganisasian (organizing), pelaksanaan (actuating) dan pengendalian
(controlling).2
Namun kami sebagai penulis tidak akan membahas semua fungsi-fungsi
manajemen, melainkan kami hanya akan membahas salah satunya yaitu difungsi
pengendalian atau controlling.

B. Rumusan masalah
1. Apa itu fungsi pengawasan dalam manajemen?
2. Apa saja tahapan yang dalam proses pengawasan?
3. Apa saja tipe pengawasan dalam manajemen?

C. Tujuan penulisan

2
Nurmadhani Fitri Suyuthi, dkk., “Dasar-dasar Manajemen: Teori, Tujuan dan Fungsi”
(Jawa Tengah: Yayasan Kita Peduli, 2020), hlm. 4-6
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian fungsi pengawasan


Secara harfiah pengawasan mempunyai arti segala sesuatu yang berkaitan
dengan proses penjagaan dan pengarahan yang dilakukan secara sungguh-sungguh
agar objek yang diawasi dapat berjalan semestinya.
Monitoring atau pengawasan dimaknai sebagai suatu kegiatan observasi yang
berlangsung terus menerus untuk memastikan dan mengendalikan keserasian
pelaksanaan program dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Monitoring adalah
kegiatan pengawasan, pengendalian, penilaian terhadap program atau kegiatan-
kegiatan yang berlangsung secara terus menerus agar program-program tersebut
berjalan sesuai dengan harapan, rencana yang telah ditetapkan.
Monitoring dakwah adalah kegiatan yang dilakukan dalam bentuk pengawasan,
pengendalian, penilaian terhadap program atau kegiatan-kegiatan dakwah yang
berlangsung secara terus-menerus agar program-program tersebut berjalan sesuai
dengan harapan rencana yang telah ditetapkan.3
Fungsi pengendalian (fungsi controlling) adalah merupakan fungsi terakhir dari
proses manajemen. Menurut koontz sebagaimana dikutip Sri Wiludjeng dalam buku
pengantar manajemen, pengendalian erat hubungannya dengan fungsi perencanaan
dan kedua fungsi ini saling mengisi. Pengendalian juga dapat dimaksudkan sebagai
sebuah kegiatan mengukur penyimpangan dari pestasi yang direncanakan dan
menggerakkan tindakan korektif.4

3
Arsam, “Monitoring dan Evaluasi Dakwah (Studi Terhadap Kegiatan “Dialog Interaktif” Takmir
Masjid Ash-Shiddiq, Jurnal AT-TABSYIR, Vol. 1, No. 1, 2013. Hlm. 162-163
4
M. Agung Apriandho YS, “Fungsi Manajemen Dalam Pelatihan Dakwah di Pondok Pesantren
Fathul Huda Candi Rejo Kecamatan Way Pengubuan Kabupaten Lampung Tengah” (Bandar
Lampung: 2022), hlm. 25
B. Tahapan dalam proses pengawasan
1. Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan.
Standar mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan
sebagai “patokan” untuk penilaian hasil-hasil. Tujuan, sasaran, kuota pelaksanaan
dapat digunakan sebagai standar.
Tiga bentuk standar yang umum adalah : a. Standar-standar phisik, mungkin
meliputi kuantitas barang atau jasa, b. Standar-standar moneter, yang ditunjukan
dalam rupiah, c. Standar-standar waktu.
2. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan
tahap kedua dalam pengawasan adalah menentukan pengukuran pelaksanaan
kegiatan secara tepat. Misalkan timbul pertanyaan, siapa yang akan mengambil peran
seabagai ini?, Dalam bentuk apa pengukuran akan dilakukan, laporan tertulis,
inspeksi visual, atau melalui telephone?
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan
Pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulangulang dan
terus menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan, yaitu :
a. Pengamatan (observasi), b. Laporan-laporan , baik lisan dan tertulis. c. Inspeksi
dan pengujian (test), atau dengan pengambilan sempel.
4. Membandingkan pelaksaan dengan standar evaluasi
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah perbandingan pelaksanaan nyata
dengan pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
kompleksitas dapat terjadi pada saat mengimplementasikan dengan adanya
penyimpangan (deviasi). Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk
menentukan mengapa standar tidak dapat dicapai. Hal ini menunjukkan bagaimana
pentingnya bagi pembuat keputusan untuk menidemtifikasi penyebab-penyebab
terjadinya penyimpangan.5

5
Iswandir. SE, MM., “Dasar-dasar Proses Pengawasan Dalam Organisasi”, hlm. 69-70
5. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus
diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin ditambah, pelaksanaan diperbaiki,
atau keduanya dilakukan bersamaan.6

C. Tipe-tipe pengawasan
1. Pengawasan pendahuluan (feedforward control), dirancang untuk
mengantisipasi masalah masalah atau penyimpangan penyimpangan dari standar atau
tujuan dan memungkinkan koreksi dibuat sebelum suatu tahap kegiatan tertentu
diselesaikan. Dengan mendeteksi masalah-masalah dan mengambil tindakan yang
diperlukan sebelum suatu masalah terjadi.
2. Pengawasan yang dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan
(concurrent control), pengawasan ini sering disebut “Ya-Tidak”, screening control
atau “berhenti-terus”, dilakukan selama suatu kegiatan berlangsung. Tipe pengawasan
ini merupakan proses dimana aspek tertentu dengan dari suatu prosedur harus
disetujui dulu, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum kegiatan-kegiatan
bisa dilanjutkan, atau menjadi semacam peralatan “double-check” yang lebih
menjamin ketepatan pelaksanaan suatu kegiatan.
3. Pengawasan umpan balik (feedback control), dikenal juga sebagai past-
action control, mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang telah diselesaikan.
Sebab-sebab penyimpangan dari rencana atau standar ditentukan, dan penemuan-
penemuan diterapkan untuk kegiatan-kegiatan serupa dimasa yang akan datang.
Pengawasan ini bersifat historis, pengukuran dilakukan setelah kegiatan terjadi.

6
Ibid, hlm. 71
Planning

Controlling

Actuating Organizing

Feedforwar Concurrent Feedback

Fokus pada Aktivitas Fokus pada


input berlangsung output

Anda mungkin juga menyukai