Anda di halaman 1dari 13

PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

ORGANISASI
MATA KULIAH : PENGANTAR MANAJEMEN

DOSEN : LOKOT MUDA HARAHAP M,Si

DISUSUN OLEH:

ANNISA ASTUTI ( 7163342004)


HAFIZAH NUR GINTING (7163342015)
HALIMATUS SADDIAH (7163342016)
INDRIA PUTRI (7163342018)
JIHAN ANNISA (7162342002)
NADYA IKA PRATIWI (7163342033)

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang selalu melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “PENGAWASAN DAN
PENGENDALIAN ORGANISASI”

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas, dengan tujuan meningkatkan pengetahuan
dan keterampilan mahasiswa.
Dalam penulisan makalah ini, tidak lepas dari petunjuk dan bimbingan serta masukan
dari semua pihak. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Matakuliah
Pengantar Manajemen yang telah membantu dan memberi pengarahan kepada kami dalam
belajar dan mengerjakan tugas, dan juga semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian
makalah ini sehingga makalah ini dapat selesai tepat waktu.
Makalah ini berusaha kami susun selengkap-lengkapnya. Akan tetapi, kami menyadari
bahwa makalah ini jauh dari sempurna, karena keterbatasan dan kekurangan pengetahuan serta
minimnya pengalaman yang dimiliki. Oleh karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangat kami
harapkan demi pembuatan makalah berikutnya.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat khususnya bagi penyusun dan pembaca pada
umumya. Amin.

MEDAN, Mei 2017

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pengawasan (Controlling) merupakan fungsi manajerial yang keempat setelah
perencanaan (planning), pengorganisasian (organization), penggerakan (actuating). Perencanaan
adalah proses untuk mengamati dan mengevaluasi secara terus – menerus pelaksanaan kegiatan
sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun. Pengawasan adalah fungsi manajemen yang
tidak kalah pentingnya dalam suatu organisasi dimana peran dari personal yang sudah memiliki
tugas, wewenang, dan menjalankan pelaksanaannya perlu dilakukan agar berjalan sesuai dengan
tujuan, visi, dan misi perusahaan.
Didalam manajemen perusahaan yang modern fungsi control ini biasanya dilakukan oleh
divisi audit internal. Semua fungsi manajemen yang lain, tidak akan efektif tanpa disertai fungsi
pengawasan.Pengawasan merupakan salah satu fungsi dalam manajemen suatu organisasi.
Dimana memiliki arti suatu proses mengawasi dan mengevaluasi suatu kegiatan.
Suatu organisasi juga memiliki perancangan proses pengawasan, yang berguna untuk
merencanakan secara sistematis dan terstruktur agar proses pengawasan berjalan sesuai dengan
apa yang dibutuhkan atau direncanakan. Dengan adanya pengawasan, maka organisasi akan terus
berjalan dan semakin komplek dari waktu ke waktu, banyaknya orang yang berbuat kesalahan
dan guna mengevaluasi atas hasil kegiatan yang telah dilakukan, inilah yang membuat fungsi
pengawasan semakin penting dalam setiap organisasi. Tanpa adanya pengawasan yang baik,
tentunya akan menghasilkan tujuan yang kurang memuaskan, baik bagi organisasi itu sendiri
maupun bagi para pekerjanya.
Pengendalian adalah proses pemantauan, penilaian dan pelaporan rencana atas
pencapaian tujuan yang telah ditetapkan untuk tindakan korektif guna penyempurnaan lebih
lanjut. Beda pengawasan dengan pengendalian adalah pada wewenang dari pengembang kedua
istilah tersebut. Pengendalian memiliki wewenang turun tangan yang tidak dimiliki oleh
pengawas. Pengawas hanya sebatas memberi saran, sedangkan tindak lanjutnya dilakukan oleh
pengendali.
Pengendalian lebih luas daripada pengawasan. Pengawasan sebagai tugas disebut
supervisi pendidikan yang dilakukan oleh pengawas sekolah ke sekolah-sekolah yang menjadi
tugasnya. Kepala sekolah juga berperan sebagai supervisor di sekolah yang dipimpinnya. Di
lingkungan pemerintahan, lebih banyak dipakai istilah pengawasan dan pengendalian (wasdal).
BAB II
PEMBAHASAN

B. Pengertian Pengawasan dan Pengendalian


George R. Tery (2006: 395) mengartikan pengawasan sebagai mendeterminasi apa yang
telah dilaksanakan, maksudnya mengevaluasi prestasi kerja dan apabila perlu, menerapkan
tidankan-tindakan korektif sehingga hasil pekerjaan sesuai dengan rencana yang telah
ditetapkan.Admosudirdjo (dalam Febriani, 2005:11) mengatakan bahwa pada pokoknya
pengawasan adalah keseluruhan daripada kegiatan yang membandingkan atau mengukur apa
yang sedang atau sudah dilaksanakan dengan kriteria, norma-norma, standar atau rencana-
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.
Kesimpulannya, pengawasan merupakan suatu usaha sistematik untuk menetapkan
standar pelaksanaan tujuan dengan tujuan-tujuan perencanaan,merancang system informasi
umpan balik,membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah ditetapkan
sebelumnya,menentukan dan mengukur penyimpangan-penyimpangan serta mengambil tindakan
koreksi yang diperlukan.
Pengendalian menurut Hansen & Mowen adalah proses penetapan standar dengan
menerima umpan balik berupa kinerja sesungguhnya, dan mengambil tindakan yang diperlukan
jika kinerja sesungguhnya berbeda secara signifikan dengan apa yang telah direncanakan
sebelumnya. Menurut Earl P. Strong “Controlling is the process of regulating the various factor
in an enterprise according to the requirement of its plans” artinya “Pengendalian adalah proses
pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar pelaksanaan sesuai dengan ketetapan-
ketetapan dalam rencana.”
Pengendalian (controlling) merupakan suatu faktor penunjang penting terhadap efisiensi
organisasi, demikian juga pada perencanaan pengorganisasian, dan pengarahan. Pengendalian
adalah suatu fungsi yang positif dalam menghindarkan dan memperkecil penyimpangan-
penyimpangan dari sasaran-sasaran atau target yang direncanakan. Setiap pengorganisasian, oleh
karena itu harus memiliki sistem pengawasan (pengendalian).

C. Asas-asas Pengendalian dan Pengawasan


Harold Koontz dan Cyirl O’Donnel dalam buku “ Principles of Management
“, mengemukakan asas-asas pengendalian yaitu:
1. Asas Tercapainya Tujuan
Pengendalian harus ditujukan ke arah tercapainya tujuan yaitu dengan mengadakan perbaikan
untuk menghindari penyimpangan-penyimpangan dari rencana.
2. Asas Efisiensi Pengendalian
Pengendalian itu efisien,jika dapat menghindari penyimpangan dari rencana, sehingga tidak
menimbulkan hal-hal lain yang di luar dugaan.
3. Asas Tanggung Jawab Pengendalian
Pengendalian hanya dapat dilaksanakan jika jika manajer bertanggung jawab terhadap
pelaksanan rencana.

4. Asas Pengendalian terhadap Masa depan


Pengendalian yang efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan-penyimpangan
yang akan terjadi, baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
5. Asas Pengendalian Langsung
Teknik kontrol yang paling efektif ialah mengusakan adanya manajer bawahan yang berkualitas
baik. Pengendalian itu dilakukan oleh manajer, atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat
salah. Cara yang paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai dengan rencana
adalah mengusahakan sedapat mungkin para petugas memiliki kualitas yang baik.
6. Asas Refleksi Rencana
Pengendalian harus disusun dengan baik sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan
rencana.
7. Asas Penyesuaian dengan Organisasi
Pengendalian harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manajer dengan bawahannya
merupakan sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian pengendalian yang efektif
harus disesuaikan dengan besarnya wewenang manajer sehingga mencerminkan struktur
organisasi.
8. Asas Penendalian Individual
Pengendalian dan teknik pengendalian harus sesuai dengan kebutuhan manajer. Teknik
pengendalain harus ditujukan terhadap kebutuhan-kebutuhan akan informasi setiap manajer.
9. Asas Standar
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan standar yang tepat yang akan dipergunakan
sebagai tolok ukur pelaksanan dan tujuan yang akan dicapai.
10.Asas Pengendalian Terhadap Strategis
Pengendalian yang efektif dan efisien memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap
faktor-faktor yang strategis dalam perusahaan.
11.Asas kekecualian
Efisiensi dalam pengendalian membutuhkan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor
kekecualian.
12.Asas Pengendalian Fleksibel
Pengendalian harus luwes untuk menghindari kegagalan pelaksanaan rencana.
13.Asas Peninjauan Kembali
Sistem pengendalian harus ditinjau berkali-kali agar sistem yang digunakan berguna untuk
mencapai tujuan.
14.Asas Tindakan
Pengendalian dapat dilakukan apabila ada ukuran-ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-
penyimpangan rencana, organisasi, staffing, dan directing.
D. Jenis-jenis Pengendalian dan Pengawasan
Jenis-jenis pengendalian adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian Karyawan (Personnel Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang ada hubungannya dengan kegiatan
karyawan. Misalnya apakah karyawan bekerja sesuai dengan rencana, perintah, tata kerja,
disiplin, absensi, dan sebagainya.
2. Pengendalian Keuangan (Financial Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang
pemasukan dan pengeluaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian anggaran.
3. Pengendalian Produksi (Production Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang
dihasilkan, apakah sesuai dengan standar atau rencananya.
4. Pengendalian Waktu (Time Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada penggunaan waktu, artinya apakah waktu untuk
mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan rencana.
5. Pengendalian Teknis (Technical Control)
Pengendalian ini ditujukan kepada hal-hal yang bersifat fisik yang berhubungan dengan
tindakan dan teknis pelaksanaan.
6. Pengendalian Kebijaksanaan (Policy Control)
Pengandalian ini ditujukan untuk mengetahui dan menilai, apakah kebijaksanaan-
kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai yang telah digariskan.
7. Pengendalian Penjualan (Sales Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah produksi atau jasa yang dihasilkan
terjual sesuai dengan target yang ditetapkan.
8. Pengendalian Inventaris (Inventory Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah inventaris perusahaan masih ada
semuanya atau ada yang hilang.
9. Pengendalian Pemeliharaan (Maintenance Control)
Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui, apakah semua inventaris perusahaan dan
kantor dipelihara dengan baik atau tidak, dan jika ada yang rusak apa kerusakannya, apa masih
dapat diperbaiki atau tidak.
Adapun jenis-jenis metode pengendalian yakni: Metode-metode pengendalian dapat
dikelompokan menjadi :
1) Pengendalian pratindakan, memastikan bahwa sebelum suatu tindakan diambil maka sumber
daya manusia, bahan dan keuangan yang diperlukan telah dianggarkan.
2) Pengendalian Kemudi, atau Pengendalian Umpan Kedepan, pengendalian kemudi dirancang
untuk mendeteksi penyimpangan-penyimpangan dari standar atau tujuan tertentu dan
memungkinkan tindakan perbaikan diambil sebelum suatu urutan tertentu dirampungkan.
3) Pengendalian Penyaringan, pengendalian penyaringan merupakan suatu proses dimana aspek-
aspek spesifik dari suatu prosedur harus disetujui atau syarat tertentu harus dipenuhi sebelum
kegiatan dapat dilanjutkan. Pengendalian penyaringan menjadi sangat berguna sebagai alat
pengecekan ulang.
4) Pengendalian Purna Tindakan, pengendalian purna tindakan mengukur hasil-hasil dari suatu
tindakan yang telah dirampungkan.

E.Tujuan dan Manfaat Pengendalian dan Pengawasan


Adapun tujuannya adalah:
1. Menghentikan atau meniadakan kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan, dan ketidakadilan
2. Mencegah terulangnya kembali kesalahan, penyimpangan, penyelewengan, pemborosan,
hambatan, dan ketidakadilan
3. Mendapatkan cara-cara yang lebih baik atau membina yang telah baik
4. Menciptakan suasana keterbukaan, kejujuran, partisipasi, dan akuntabilitas organisasi
5. Meningkatkan kelancaran operasi organisasi
6. Meningkatkan kinerja organisasi
7. Memberikan opini atas kinerja organisasi
8. Mengarahkan manajemen untuk melakukan koreksi atas masalah-masalah pencapaian kerja
yang ada.
9. Menciptakan terwujudnya pemerintahan yang bersih.

Manfaat pengawasan:

1. Untuk memberikan ruang regular untuk merenungkan isi dan pekerjaan mereka
2. Untuk mengembangkan pemahaman dan keterampilan dalam bekerja
3. Untuk menerima informasi dan perspektif lain mengenai pekerjaan seseorang
4. Untuk menjadi dukungan baik segi pribadi ataupun pekerjaan
5. Untuk memastikan bahwa sebagai pribadi dan sebagai orang pekerja tidak ditinggalkan tidak
perlu membawa kesulitan, masalah dan proyeksi saja
6. Untuk memiliki ruang untuk mengesplorasi dan mengekspresikan distress, restimulation
pribadi, transferensi atau counter – transferensi yang mungkin dibawa oleh pekerjaan
7. Untuk merencanakan dan memanfaatkan sumberdaya pribadi dan professional yang lebih baik
8. Untuk menjadi proaktif bukan reaktif
9. Untuk memastikan kualitas pekerjaan
F. Proses-Proses Pengendalian
Proses pengendalian dilakukan secara bertahap melalui langkah-langkh berikut:
A. Tahap pertama dalam pengendalian adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar
mengandung arti sebagai suatu satuan pengukuran yang dapat digunakan sebagai “patokan”
untuk penilaian hasil-hasil. Standar adalah kriteria-kriteria untuk mengukur pelaksanaan
pekerjaan. Kriteria tersebut dapat dalam bentuk kuantitatif ataupun kualitatif. Standar
pelaksanaan (standard performance) adalah suatu pernyataan mengenai kondisi-kondisi yang
terjadi bila suatu pekerjaan dikerjakan secara memuaskan. Standar pelaksanaan pekerjaan bagi
suatu aktifitas menyangkut kriteria: ongkos, waktu, kuantitas, dan kualitas. Tipe bentuk standar
yang umum adalah:
1. Standar-standar fisik, meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan, atau kualitas
produk.
2. Standar-standar moneter, yang ditunjukkan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja,
biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan, dan lain-lain.
3. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu suatu pekerjaan harus
diselesaikan.
B. Penentuan pengukuran pelaksanaan kegiatan,penentuan standar akan sia-sia bila tidak disertai
berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam
pengendalian adalah menentukan pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat.
C. Pengukuran pelaksanaan kegiatan, setelah frekuensi pengukuran dan sistem monitoring
ditentukan pengukuran pelaksanaan dilakukan sebagai proses yang berulang-ulang dan terus-
menerus. Ada berbagai cara untuk melakukan pengukuran pelaksanaan yaitu pengamatan
(observasi), laporan-laporan (lisan dan tertulis), pengujian (tes), atau dengan pengambilan
sampel.
D. Pembandingan pelaksanaan dengan standar dan analisa penyimpangan.
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah pembandingan pelaksanaan nyata dengan
pelaksanaan yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan.
E. Pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan
Bila hasil analisa menunjukkan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan
koreksi mungkin berupa:
1. Mengubah standar mulu-mulu (barangkali terlalu tinggi atau terlalu rendah.
2. Mengubah pengukuran pelaksanaan
3. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterpretasikan penyimpangan-penyimpangan.
Wiliam H. Newman menetapkan prosedure sistem pengawasan dimana dikemukakan 5
jenis pendekatan, yaitu:
1. Merumuskan hasil yang di inginkan
Manajer harus merumuskan hasil yang akan dicapai sejelas mungkin . tujuan yang dinyatakan
secara umum atau kurang jelas separti “pengurangan biaya overhead” atau “meningkatkan
pelayanan langgaran”, perlu di rumuskan lebih jelas separti “pengurangan biaya overhead
dengan 12%” atau “menyelesaikan setiap keluhan konsumen dalam waktu paling lama tiga hari “
di samping itu, hasil yang di inginkan harus dihubungkan dengan individu yang bertanggung
jawab atas pencapaian.Yang dihubungkan dengan individu yang melaksanakan.

2. Menetapkan penunjuk hasil


Tujuan pengawasan sebelum dan selama kegiatan dilaksanakan adalah agar manajer dapat
mengatasi dan memperbaiki adanya penyimpangan sebelum kegiatan di selesaikan . tugas
penting manajer adalah merancang program pengawasan unttuk menentukan sejumlah indicator-
indikator yang terpercaya sebagai petunjuk apabila tindakan koreksi perlu di ambil atau
tidak. Beberapa yang dapat membantu manajer memperkirakan apakah hasil yang di inginkan
tercapai atau tidak, yaitu:
a. Pengukuran masukan
b. Hasil-hasil pada tahap-tahap permulaan
c. Gejala-gejala
d. Perubahan dalam kondisi yang di asumsikan
3. Menetapkan standar penunjuk dan hasil
Penetapan standar untuk penunjukan dan hasil akhir adalah bagian penting perancangan proses
pengawasan. Tanpa penetapan standar manajer mengkin memberikan perhatian yang lebih
terhadap penyyimpangan kecil atau tidak bereksi terhadap penyimpangan besar.Dihubungkan
dengan kondisi yang dihadapi.
4. Menetapkan jaringan informasi dan umpan balik
Langkah keempat dalam perancangan suatu siklus pengawasan adalah menetapkan sarana untuk
pengumpulan informasi penunjuk dan pembandingan petunjuk terhadap standar. Jaringan kerja
komunikasi di anggap baik bila aliran ttiddak hanya ke atas tetapi juga kebawah kepada siapa
yang harus cukup efisien untuk menyediakan informasi balik yang relevan kepada personalia
kunci yang memerlukannya. Dimana komunikasi pengawasan didasarkan pada prinsip
manajemen by excetion yaitu atasan diberi informasi bila terjadi penyimpangan pada standar.
5. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah terakhir adalah penbandingann penunjukan dengan standar, penentuan apakah tindakan
koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil satu kesimpulan bahwa proses
pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan kegiatan organisasi, oleh karena itu
setiap pimpinan harus dapat menjalankan fungsi pengawasan sebagai salah satu fungsi
manajemen.
Ada beberapa alasan mengapa pengawasan itu penting, diantaranya:

1. Perubahan lingkungan organisasi


Berbagai perubahan lingkungan organisasi terjadi terus – menerus dan tidak dapat dihindari,
seperti munculnya inovasi produk. Melalui fungsi pengawasan manajer mendeteksi perubahan
yang berpengaruh pada barang dan jasa organisasi sehingga mampu menghadapi tantangan atau
memanfaatkan kesempatan yang diciptakan perubahan yang terjadi.
2. Peningkatan kompleksitas organisasi
Semakin besar organisasi, semakin memerlukan pengawasan yang lebih formal dan hati – hati.
Berbagai jenis produk harus diawasi untuk menjamin kualitas dan profitabilitas tetap terjaga.
Semuanya memerlukan pelaksanaan fungsi pengawasan dengan lebih efisien dan efektif.
3. Meminimalisasikan tingginya kesalahan – kesalahan
Bila para bawahan tidak membuat kesalahan, manajer dapat secara sederhana melakukan fungsi
pengawasan. Tetapi kebanyakan anggota organisasi sering membuat kesalahan. Sistem
pengawasan memungkinkan manajer mendeteksi kesalahan tersebut sebelum menjadi kritis.
4. Kebutuhan manajer untuk mendelegasikan wewenang
Bila manajer mendelegasikan wewenang kepada bawahannya tanggung jawab atasan itu sendiri
tidak berkurang. Satu – satunya cara manajer dapat menentukan apakah bawahan telah
melakukan tugasnya adalah dengan mengimplementasikan sistem pengawasan.
5. Komunikasi
6. Menilai informasi dan mengambil tindakan koreksi
Langkah terakhir adalah perbandingan petunjuk dengan standar, penentuan apakah tindakan
koreksi perlu diambil dan kemudian pengambilan tindakan.
Karakteristik Sistem Pengendalian dan Pengawasan yang Efektif
Sistem-sistem pengendalian yang dapat dihandalkan dan yang efektif mempunyai
karakteristik tertentu yang sama. Arti penting relative dari karakteristik tersebut akan berbeda-
beda menurut keadaan masing-masing, tetapi sebagian besar system pengendalian diperkuat oleh
kehadiranya.
Akurat, informasi tentang hasil prestasi harus akurat. tepat waktu. Informasi harus dikumpulkan,
diarahkan dan segera dievaluasi jika hendak diambil tindakan tepat pada waktunya untuk
menghasilkan perbaikan Obyektif dan Konprehensif, informasi dalam system pengendalian harus
dapat dipahami dan dianggap onyektif oleh individu yang mengunakanya.
Dipusatkan pada tempat-tempat pengendalian strategic. Sistem pengendalian sebaiknya
dipusatkan pada bidang-bidang yang paling banyak akan terjadi penyimpangan dari standar atau
yang akan menimbulkan kerugian paling besar. Dari segi ekonomi realistis, biaya untuk
mengimpletasi system pengendalianya sebaiknya lebih sedikit atau maksimal sama dengan
keuntungan yang diperoleh dari system itu.
Karakteristik-karakteristik pengawasan yang efektif yaitu:
1. Akurat
2. Tepat waktu
3. Obyektif
4. Terpusat pada titik-titik pengawasan strategic
5. Realistic secara ekonomis
6. Realistic secara organisasional
7. Terkoordinasi dengan alliran kerja organisasi
8. Fleksibel
9. Bersifat sebagai petunjukan dan operasional
10. Diterima para anggota organisasi
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengawasan merupakan suatu kegiatan yang berusaha untuk mengendalikan agar
pelaksanaan dapat berjalan sesuai dengan rencana dan memastikan apakah tujuan organisasi
tercapai. Sistem pengendalian merupakan suatu cara yang tepat dan teratur dalam satu kesatuan
yang saling berintegrasi antara yang satu dengan yang lain untuk mencapai sebuah tujuan.
Pengawasan sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika tidak ada
pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya kesalahan – kesalahan yang
terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun lingkungan. Pengawasan menjadi sangat
dibutuhkan karena dapat membangun suatu komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi
dengan anggota organisasi. Serta pengawasan dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang
tepat dalam merumuskan suatu masalah.
Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin organisasi. Disebabkan
perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang pemimpin dalam suatu organisasi.
Pengawasan disarankan dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu lingkungan
organisasi dari yang baik menjadi leibh baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, ( Jakarta: Bumi Aksara, 2008),
hlm. 469

Iwa Sukiswa, Dasar-Dasar Umum Manajemen Pendidikan, (Bandung: Tarsito, 1986), hlm. 53

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta: Bumi Aksara, 2009),
hlm.241-242

T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua, (Yogyakarta: BPFE, 2003), hlm.359

Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, hlm.470

Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian dan Masalah, hlm.243,245

Ibid., hlm. 244

Ibid., hlm.244-245

Husaini Usman, Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan, hlm.469-470

Nanang Fatah, Landasan Manajemen Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset, 2008),
hlm. 101

T. Hani Handoko, Manajemen Edisi Kedua, hlm. 362-365

Anda mungkin juga menyukai