2. PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian mengantar semua sumber dasar (manusia dan nonmanusia)
kedalam suatu pola tertentu sedemikian rupa sehingga orang-orang yang bekerjaan
dan berhasil guna dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengorganisasian
mempersatupadukan orang-orang di dalam kerja yang satu dengan dengan kerja yang
lain-lain untuk saling berhubungan.
Pengorganisasian sebagai salah satu fungsi manajemen amatlah penting karena
tanpa ada langkah ini, tidaklah terwujud.
1.4 ORANG-ORANGNYA
Dalam rangka, pengorganisasian, hendaknya setiap orang ada tempatnya dan setiap
orang pada tempatnya. Dengan pekerjaan dan tempat kerja yang jelas, hubungan
kerja dapat diarahkan dalam hubungan kerja yang serasi dan semua menyambung
bagi pencapai tujuan organisasi yang hakikatnya juga tujuan dari orang-orang di
dalam organisasi yang bersangkutan. Satu untuk semua dan semua untuk satu.
2. FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERTIMBANGKAN
DALAM PENGORGANISASIAN
Pengorganisasian janganlah semata-mata menitikberatkan pada pekerjaan yang
sifatnya mekanis saja, tetapi juga perlu mempertimbangkan factor tingkah laku
manusia dalam organisasi. Itulah sebabnya menciptakan struktur organisasi tidak
dapat sekaligus selesai, sekaligus tuntas, mampu memerlukan waktu yang lama,
jangka panjang, dan memerlukan perhatian sepenuh waktu dan terus-menerus.
9.HAKEKAT KEKUASAAN
Kekuasaan dalam istilah umum disebut sebagai power, diartikan sebagai suatu
kemampuan untuk mempengaruhi pihak lain menurut kehendak yang ada pada
pemegang kekuasaan dan juga untuk memberikan keputusan-keputusan yang secara
langsung maupun tidak langsung akan mempengaruhi tindakan-tindakan pihak
lainnya. Kekuasaan mempunyai berbagai bentuk dengan bermacam-macam sumber;
hak milik kebendaan, kedudukan, birokrasi.
Kebanyakan ahli politik di dalam mengadakan analisa sampai pada kesimpulan
untuk membedakan antara kekuasaan yang sah, dengan yang tidak sah, atas dasar
sebab-sebab tertentu. Suatu kekuasaan adalah sah dan diakui apabila memiliki atribut-
atribut tertentu.
1. TIPE KEKUASAAN
1.1 COERCIVE POWER
Coercive power merupakan kekuasaan yang bertipepaksaan, lebih memusatkan
pandangan kemampuan untuk member hukuman kepada oranglain.
2.3 KEPENTINGAN
Siapa yang menguasai pengetahuan untuk mempertahankan pekerjaan teknologi
dengan lancar dipandang sebagai hal yang penting. Apa yang penting adalah
situasional. Individu-individu atau organisasi yang dipengaruhi sebagai hal yang
penting mungkin memaksa yang lainnya untuk terlibat dalam perilaku yang tidak etis,
bagaimanapun, seperti terfokus pada etika yang disarankan.
2.4 KELANGKAAN
Kelangkaan dapat membantu menjelaskan bagaimana karyawan tergolong rendah
kekuasaannya jika mereka memiliki pengetahuan penting yang tidak tersedia dari
karyawan golongan tinggi.
6. KEWENANGAN (AUTHORITY)
6.1 PENGERTIAN KEWENANGAN
Kewenangan (authority) pada dasarnya merupakan bentuk lain darim kekuasaan yang
seringkali dipergunakan dalam sebuah organisasi. Kewenangan merupakan
kekuasaan formal atau terlegitimasi. Kata kewenangan berasal dari kata dasar wenang
yang berarti hal berwenang, hak dan kekuasaan yang dipunyai untuk melakukan
sesuatu.
Ateng syafrudin (2000) berpendapat bahwa ada perbedaan antara pengertian
kewenangan dan wewenang. Kewenangan adalah apa yang disebut kekuasaan formal,
kekuasaan yang berasal dari kekuasaan yang diberikan oleh undang-undang,
sedangkan wewenang hanya mengenain suatu “oonderdeel” tertentu saja dari
kewenangan. Wewenang merupakan lingkup tindakan hukum public, lingkup
wewenang pemerintah, tidak hanya meliputi wewenang membuat keputusan , tetapi
juga pelaksanaan tugas. Secara yuridis, pengertian wewenang adalah kemampuan
yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-akibat
hukum.
Kepala
Konsultasi
Kepala Manajemen
Pajak, dll
Pelayan 3
8.3 KEWENANGAN FUNGSIONAL
Kewenangan fungsional adalah mereka yang berada dalam bagian tertentu di
organisasi, memiliki kewenangan lini maupun staf, namun juga dikarenakan karena
tugasnya diberi kewenangan untuk melakukan control atau koordinasi dengan bagian
lainnya.
9. TANGGUNGJAWAB (RESPONSIBILITY)
9.1 JARINGAN PERTANGGUNGJAWABAN
Pertanggungjawaban didasarkan pada pemikiran bahwa seluruh biaya dapat
dikendalikan dan masalahnya hanya terletak pada penetapan titik pengendaliannya.
Untuk memastikan jaringan tanggungjawab dan akuntabilitas berfungsi dengan
mulus, struktur organisasional suatu perusahaan harus dianalisis; selain itu, laba dan
beban yang sebenarnya dari tanggungjawab tersebut ditentukan secara hati-hati.
Untuk menciptakan struktur jaringan pertanggungjawaban yang efisien,
tanggungjawab dan lingkup dari wewenang untuk setiap individu dari eksekutif
puncak sampai ke karyawan di tingkat paling rendah harus didefinisikan secara logis
dan jelas. Tidak boleh ada tanggungjawab yang tumpang tindih pada tingkatan
hierarki yang berbeda. Tanggungjawab sebaiknya tidak dibagi menjadi dua atau lebih
individu karena pembagian tanggungjawab seringkali menimbulkan kesalahpahaman,
kebingungan, duplikasi usaha, atau pengabaian kinerja. Hal tersebut juga menyulitkan
atasan dalam menentukan pihak yang bersalah jika terjadi kesalahan.
9.2 JENIS-JENIS PUSAT PERTANGGUNGJAWABAN
Pusat-pusat pertanggungjawaban individu berfungsi sebagai kerangka kerja untuk
mengukur dan mengevaluasi kinerja dari manajer segemen.
Pusat pertanggungjawaban dikelompokkan ke dalam empat kategori. Pusat
pertanggungjawaban tersebut dapat berupa:
STAF DELEGASI
Manager Bertugas
Sebagian didelegasikan
kepada bawahan
Perencanaan Pelaksanaan
1 2 3 4 5
10 8 9
00
Keterangan :
1 = Direktur
2 = Manajer Pemasaran
3 = Manajer Pabrik
4 = Manajer Keuangan
5 = Manajer Perbekalan
6 = Manajer Personalia
7 = Kepala Seksi Pakaian
8 = Petugas Penjualan Wilayah II
9 = Petugas Penjualan Wilayah III
10=Petugas Penjualan Wilayah I
Pimpinan
pusat
1
2
4
4
5
6
8. PANITIA (COMMTTEE)
Panitia dapat dirumuskan sebagai suatu badan yang orang-orangnya dipilih atau
ditunjuk untuk bertemu dan berdiskusi mengenai berbagain persoalan yang dibawa
ke dalam organisasi.
26.1 MENDAPATKAN PANITIA YANG EFEKTIF
Bagi panitia tugas mengambil keputusan harus dirumuskan dan diketahui bagaimana
sangkut pautnya dengan seluruh kegiatan yang hendak ditempuh.
Menurut G. R Terry, keanggotaan panitia hendaknya berkisar antara 3-17
orang.Terlalu banyak anggota akan terlalu banyak diskusi, dan masalah yang akan
dibahas bertambah berat karena perdebatan akan berlarut-larut. Dengan sedikit
anggota, masalah yang dibahas atau hendak dipecahkan dapat dikemukakan dengan
singkat, dapat berpikir secara terintegrasi.
9. DEWAN KOMISARIS
Suatu dewan komisaris dibentuk berdasarkan anggaran dasar suatu perusahaan dan
dari padanya ia mendapatkan legalitasnya, kekuasaannya, wewenangnya untuk
mengendalikan perusahaan dalam arti luas, sebaagi suatu dewan bentuknya adalah
kelompok, keputusan dewan direksi adalah keputusan bersama (kelompok). Garis
besar keputusan dewan komisaris menyangkut empat hal yaitu: (1) menetapkan
tujuan, (2) memilih manajer-manajer puncak, (3) menyusun keuangan/ anggaran
perusahaan, dan (4) melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap jalannya
perusahaan.