hanya ditujukan kepada satu pimpinan saja, maka pertentangan didalam pemberian instruksi dapat dikurangi,
serta semakin besar tanggung jawab mereka untuk memperoleh hasil maksimal.
2.4 Tahap-Tahap Penggerakan
Tindakan penggerakan dibagi dalam tiga tahap, yaitu:
Memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga timbul kesadaran dan kemauan para petugas
untuk bekerja dengan baik. Tindakan ini juga disebut motivating.
Pemberian bimbingan melalui contoh-contoh tindakan atau teladan. Tindakan ini juga disebut koding yang
meliputi beberapa tindakan, seperti: pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi antara pimpinan dan staf,
memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompok dan memperbaiki sikap, pengetahuan maupun
ketrampilan staf.
Pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang benar,
jelas dan tegas. Segala saran-saran atau instruksi kepada staf dalam pelaksanaan tugas harus diberikan dengan
jelas agar terlaksana dengan baik terarah kepada tujuan yang telah ditetapkan.
2.5 Teknik-Teknik Penggerakan yang Efektif
Menurut Azwar (1996) teknik-teknik penggerrakan yang efektif antara lain:
Memberikan penjelasan kepada setiap orang yang ada dalam organisasi, mengenai tujuan yang harus dicapai.
Setiap orang harus menyadari, memahami serta menerima dengan baik tujuan tersebut.
Pimpinan menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaian
tujuan.
Setiap orang harus mengerti struktur organisasi.
Setiap orang harus menjalankan peranan apa yang diharapkan oleh pimpinan organisasi dengan baik.
Menekankan pentingnya kerjasama dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan yang diperlukan.
Memperlakukan setiap bawahan sebagai manusia dengan penuh pengertian.
Memberikan penghargaan serta pujian kepada pegawai yang cakap dan teguran serta bimbingan kepada
orang-orang yang kurang mempu bekerja.
Meyakinkan setiap orang bahwa dengan bekerja baik dalam organisasi tujuan pribadi orang-orang tersebut
akan tercapai semaksimal mungkin.
Sedangkan menurut Haris (2011) teknik-teknik penggerakan yang efektif bagi manajemen sekolah antara lain:
1. Kepala sekolah merangsang guru dan personal sekolah lainnya melaksanakan tugas dengan antusias dan
kemauan yang baik untuk mencapai tujuan dengan penuh semangat.
2. Kepala sekolah cenderung mempunyai hubungan dengan bawahan yang sifatnya mendukung (suportif) dan
meningkatkan rasa percaya diri menggunakan kelompok membuat keputusan.
3. Kepala sekolah merencanakan cara untuk memungkinkan guru, tenaga kependidikan dan personal sekolah
lainnya secara teratur mempelajari seberapa baik ia telah memenuhi tujuan sekolah yang spesifik dapat
meningkatkan mutu sekolah.
4. Penggerakan yang dilakukan kepala sekolah tersebut dapat berupa pengakuan dan pujian atas prestasi kerja
personal sekolah, karena ancaman atas kesalahan yang dilakukan oleh para personalnya hanya akan
berdampak buruk terhadap manajemen sekolah.
5. Sanksi hanya akan diberikan, jika betul-betul ada bukti dan tidak mungkin lagi untuk dibina, jauh efisien
membentuk perilaku guru, tenaga kependidikan, dan personal sekolah lainnya dengan menghargai hasil yang
positif dan memberi motivasi ke arah yang positif pula.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengertian actuating secara bahasa adalah pengarahan atau dengan kata lain pergerakan pelaksanaan, sedang
pengertian secara istilah actuating (pengarahan) adalah mengarahkan semua personal agar mau bekerja sama
dan bekerja efektif dalam mencapai tujuan suatu organisasi.
Menurut Winanti (2009) fungsi actuating antara lain mengembangkan rasa tanggung jawab, pemberian
komando, mengadakan pengamatan atas pekerjaan dan aktivitas bawahan langsung, pemeliharaan moral dan
disiplin, komunikasi, human relation, leadership, dan pengembangan eksekutif.
Sedangkan menurut Haris (2011) penggerakan yang dilakukan oleh pimpinan harus berpegang pada beberapa
prinsip, yaitu prinsip mengarah pada tujuan, prinsip keharmonisan dengan tujuan, dan prinsip kesatuan
komando.
Tindakan penggerakan dibagi dalam tiga tahap, yaitu memberikan semangat sehingga timbul kesadaran dan
kemauan para petugas untuk bekerja dengan baik, memberian bimbingan melalui contoh atau teladan, dan
memberikan pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan memberikan petunjuk-petunjuk
yang benar, jelas dan tegas.
Sedangkan menurut Haris (2011) teknik-teknik penggerakan yang efektif bagi manajemen sekolah antara lain (1)
kepala sekolah merangsang guru dan personal sekolah lainnya melaksanakan tugas dengan antusias dan
kemauan yang baik untuk mencapai tujuan dengan penuh semangat, (2) kepala sekolah cenderung mempunyai
hubungan dengan bawahan yang sifatnya mendukung (suportif) dan meningkatkan rasa percaya diri
menggunakan kelompok membuat keputusan, (3) kepala sekolah merencanakan cara untuk memungkinkan
guru, tenaga kependidikan dan personal sekolah lainnya secara teratur mempelajari seberapa baik ia telah
memenuhi tujuan sekolah yang spesifik dapat meningkatkan mutu sekolah, (4) penggerakan yang dilakukan
kepala sekolah tersebut dapat berupa pengakuan dan pujian atas prestasi kerja personal sekolah, karena
ancaman atas kesalahan yang dilakukan oleh para personalnya hanya akan berdampak buruk terhadap
manajemen sekolah, dan (5) sanksi hanya akan diberikan, jika betul-betul ada bukti dan tidak mungkin lagi untuk
dibina, jauh efisien membentuk perilaku guru, tenaga kependidikan, dan personal sekolah lainnya dengan
menghargai hasil yang positif dan memberi motivasi ke arah yang positif pula.
PEMBAHASAN
Actuating ( Penggerakan )
A. PENGERTIAN PENGGERAKAN
menggerakanya dituntut bahwa manajemen hendaklah mampu atau seni untuk menggerakan
orang lain. Kemempuan atau seni menggerakan orang lain itu disebut kepemimpinan atau
leadership.
Leading
Istilah leading, yang merupakan salah satu fungsi manajemen, di kemukakan oleh Louis A.
Allen yang dirumuskannya sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang
menyebabkan orang lain bertindak. Pekerjaan leading, meliputi lima macam kegiatan, yakni
1) mengambil keputusan, 2) mengadakan komunikasi agar ada saling pegertian antara
manajer dan bawahan, 3) memberi semangat, inspirasi, dan dorongan kepada bawahan
supaya mereka bertindak, 4) memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompoknya, serta
5) memperbaiki pengetahuan dan sikap-sikap bawahan agar mereka terampil dalam usaha
mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dari beberapa definis diatas maka dapatlah dirumuskan bahwa penggerakan merupakan
kegiatan manajemen untuk menggerakan dan membuat orang lain suka dan dapat bekerja
sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien, sehingga
tindakan-tindakan yang telah dilakukan menyebabakan suatu organisasi dapat berjalan.
2. Ciri ciri penggerakan
Di dalam Penggerakan upaya manajer agar berhasil dalam menjalankan pelaksanaan
manajemen yang baik dan berkesinambungan hendaknya mampu memahami kondisi dan
situasi di dalam organisasi yang di gerakkan.
Di dalam menggerakkan sebuah organisasi, seorang manajer harus mampu bertanggung
jawab terhadap semua keputusan yang telah dibuat. Adapun Ciri ciri penggerakkan di
dalam sebuah oraganisasi yaitu :
Upaya yang berlandaskan pengetahuan tentang kepemimpinan yang baik
Mengacu pada perencanaan yang telah di buat
Adanya kemampuan untuk memimpin semua anggota organisasi
Semua kegiatan kegiatan oraganisasi di atur dengan baik
Pemberian bimbingan, motivasi dan pengarahan yang baik
3. Unsur Manusia dalam penggerakan
Unsur Manusia Di dalam penggerakan adalah Manajer sebagai Pemimpin yang bertugas
untuk memotivasi, membimbing, mengarahkan para bawahannya agar dapat bekerja dengan
efektiv dan efisien menjalankan tugas tugas yang telah di rencanakan dan di tentukan
sebelumnya.
Manajer Harus Mampu Menggerakkan Bawahannya dengan memberikan ransangan yang
baik, yang menimbulkan kemauan untuk melaksanakan pekerjaan dengan baik, Memberikan
bimbingan bimbingan positif yang berguna bagi kenerja bawahan, serta memberikan
pengarahan yang sesuai terhadap semua bawahan agar tidak terjadi Miss Manajemen di
Dalam Sebuah organisasi .
Dengan Pelaksanaan Penggerakan yang baik, berarti membuat hidup dan berjalannya
kegiatan kegiatan Manajemen, Berhasilnya Fungsi Fundamental yang terealisasi,
Efektivitas Organisasi makin Efektiv dan Evisien.
4. Beberapa kegiatan penggerakan
Di dalam Fungsi Penggerakan, Kegiatan - kegiatan dalam Penggerakan ada beberapa bagian,
yaitu :
Dorongan ( motivating ) : yaitu menggerakkan orang dengan memberikan rangsangan yang
baik, alasan alasan yang menimbulkan kemauan bekerja dengan baik.
Pimpinan, Bimbingan ( Leading ) : yaitu memberikan bimbingan dengan contoh tauladan.
Perintah / Pengarahan ( Directing ) : yaitu memberikan pengarahan dengan petunjuk yang
benar, jelas dan tepat.
5. Fungsi fungsi penggerakan
Fungsi penggerakan merupakan intinya manajemen, karena fungsi ini kegiatannya
berhubungan langsung dengan faktor manusia bawahan.
Dalam menggerakan manusia sebagai bawahan ini, seorang pimpinan/manajer dituntut suatu
kemampuan, sehingga para bawahan dengan senang hati mengikuti ajakan atau kehendak
pimpinan.
Fungsi aktuasi haruslah dimulai dari diri manager dengan menunjukkan kepada staf bahwa
dia memiliki tekat untuk mencapai kemajuan dan peka terhadap lingkungannya. Ia harus
memiliki kemampuan kerjasama, harus bersikap obyektif.
Ada 4 jenis utama fungsi penggerakan :
1. Koordinasi kegiatan
Untuk setiap kegiatan yang akan diterapkan sesuai rencana, manajemen harus memastikan
bahwa semua kegiatan sebelumnya telah dilaksanakan tepat pada waktunya. Untuk
mengkoordinasi pekerjaan tim, pekerja yang bertugas harus :
a. Mengkoordinasikan fungsi para aggota tim kesehatan
b. Mengkoordinasikan kegiatan
c. Menyampaikan keputusan
2. Penempatan orang dalam jumlah, waktu dan tempat yang tepat meliputi
mengorganisasikan, mengarahkan dan mengawasi
3. Mobilisassi dan alokasi sumber daya fisik dan dana yang diperlukn meliputi :
a. Pemantauan dan pengawasan
b. Logistik ( perolehan, penyaluran, penyimpanan, pengiriman, penyebaran dan
pengembalian barang )
c. Akuntasi
d. Organisasi
4. Keputusan yang berkenaan dengan informasi yang diperlukan
Berkaitan dengan pembuatan keputusan secara umum dan khusus dengan koordinasi
kegiatan, manajemen tenaga kerja dan sumber daya selama penerapan.
Banyak pakar yang mengemukakan pendapatnya tentang fungsi penggerakan ini, di
antaranya sebagai berikut :
G.R. Terry
Pengarahan adalah membuat semua anggota kelompok, agar mau bekerjasama dan bekerja
secara ikhlas serta bergairah untuk mencapai tujuan sesuai dengan perencanaan dan usaha
pengorganisasian.
Koontz dan ODonnel
Pengarahan adalah hubungan antara aspek-aspek individual yang ditimbulkan oleh adanya
pengaturan terhadap bawahan-bawahan untuk dapat dipahami dan pembagian pekerjaan yang
efektif untuk tujuan perusahaan yang nyata. Jadi pengarahan adalah kegiatan yang dilakukan
oleh pimpinan untuk membimbing, menggerakan, mengatur segala kegiatan yang telah diberi
tugas dalam melaksanakan sesuatu kegiatan usaha. Pengarahan ini dapat dilakukan dengan
cara persuasif atau bujukan dan instrufi, tergantung cara mana yang paling efektif.
Pengarahan disebut efektif, jika dipersiapkan dan dikerjakan dengan baik serta benar oleh
karyawan yang ditugasi untuk itu.
Prof. Dr. Mr. S. Prajudi Atmosudirdjo
Penggerakan adalah pengaktifan dari pada orang-orang sesuai dengan rencana-rencana dan
pola organisasi yang telah ditetapkan.
Prof. Dr. H. Arif in Abdulrachman
Penggerakan adalah kegiatan manajemen untuk membuat orangorang lain suka dan dapat
bekerja.
Prof. Dr. Sondang P. Siagian, M.P.A.
Penggerakan adalah keseluruhan proses pemberian motif bekerja kepada para bawahan
sedemikian rupa, sehingga mereka mau bekerja dengan ikhlas demi tercapainya tujuan
organisasi dengan efisiensi dan ekonomis.
Dari berbagai pendapat para pakar di atas jika disimpulkan atau dapat diambil suatu
pengertian bahwa:
Penggerakan adalah kegiatan yang dilakukan pimpinan/manajer untuk membuat bawahan
dapat melakukan tugas dengan senang seperti yang dikehendaki pimpinan; atau
Penggerakan adalah kegiatan yang dilakukan oleh pimpinan/manajer untuk menggerakkan
anggota organisasi sehingga mereka berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan/organisasi.
6. Beberapa halangan dalam menjalankan penggerakan
Kendala-Kendala Pemilihan SDM
1. Standar kemampuan SDM
Standar kemampuan SDM yang pasti belum ada, akibatnya informasi kemampuan SDM
hanya berdasarkan ramalan-ramalan (prediksi) saja yang sifatnya subjektif. Hal ini menjadi
kendala yang serius dalam PSDM untuk menghitung potensi SDM secara pasti.
2. Manusia (SDM) Mahluk Hidup
Manusia sebagai mahluk hidup tidak dapat dikuasai sepenuhnya seperti mesin. Hal ini
menjadi kendala PSDM, karena itu sulit memperhitungkan segala sesuatunya dalam rencana.
Misalnya, ia mampu tapi kurang mau melepaskan kemampuannya.
3. Situasi SDM
Persediaan, mutu, dan penyebaran penduduk yang kurang mendukung kebutuhan SDM
perusahaan. Hal ini menjadi kendala proses PSDM yang baik dan benar.
4. Kebijaksanaan Perburuhan Pemerintah
Kebijaksanaan perburuhan pemerintah, seperti kompensasi, jenis kelamin, WNA, dan kendala
lain dalam PSDM untuk membuat rencana yang baik dan tepat.
Kegagalan manajer dalam menumbuhkan motivasi stafnya, hal ini terjadi karena manajer
kurang memahami hakekat perilaku dan hubungan antar manusia. Seperti konsep perilaku
manusia yang dikemukakan oleh Maslow, dinegara berkembang yang menjadi prioritas
adalah kebutuhan fisik, rasa aman, dan diterima oleh lingkungan sedangkan dinegara maju
kebutuhan yang menonjol adalah aktualisasi diri dan self esteem. Perbedaan tersebut juga
akan mempengaruhi etos kerja dan produktifitas kerja.
Kurangnya keahlian dalam menggunakan menajemen
Beragam-ragam dalam memutuskan sesuatu
Tidak adanya kerjasama yang kompak
Tidak menepati janji Fungsi-fungsi penggerakan
Tidak adanya dana serta fasilitas yang terbatas dapat menghasilkan kedisiplinan dan
kesetian dari anggota organisasi.
Kurangnya Komunikasi di Dalam Organisasi
Tidak bisa membaca karakteristik setiap anggotanya
Kurangnya Rasa Solidaritas yang tinggi
7. Berbagai bentuk Bimbingan
PENDIDIKAN DAN PELATIHAN BAGI SDM
Pentingnya pendidikan dan pelatihan merupakan salah satu faktor yang penting dalam
pengembangan sumber daya manusia. Program ini tidak hanya diberikan kepada karyawan
baru saja tetapi diberikan juga kepada karyawan yang lama untuk dipromosikan ke jabatan
yang lebih tinggi. Antara pendidikan dan pelatihan memang memiliki persamaan yaitu bahwa
keduanya berhubungan dengan pemberian bantuan kepada karyawan agar para karyawan
dapat berkembang ke tingkat kecerdasan, pengetahuan dan kemampuan yang lebih tinggi.
Sedangkan letak perbedaannya bahwa pendidikan lebih bersifat teoritis dan pelatihan lebih
bersifat praktis berupa penerapan pengetahuan dan keahlian.
Berikut dikemukakan pengertian pendidikan dan pelatihan berdasarkan pendapat beberapa
ahli : Menurut Ranupandoko dan Husnan (1992 : 77), mengemukakan bahwa : "Latihan
membantu karyawan dalam memahami suatu pengetahuan praktis dan penerapannya, guna
meningkatkan keterampilan, kecakapan dan sikap yang diperlukan oleh organisasi dalam
usaha mencapai tujuan". Menurut Nasution (1994 : 71), Manajemen Personalia Aplikasi
Dalam Perusahaan, mengemukakan :"Pendidikan dan latihan sebagai suatu usaha untuk
meningkatkan pengetahuan dan keahlian karyawan dalam melaksanakan suatu pekerjaan".
Menurut Notoatmodjo (1992 : 27) mendefinisikan pelatihan sebagai berikut : "Pelatihan ialah
merupakan bagian dari suatu proses pendidikan, yang tujuannya untuk meningkatkan
kemampuan atau keterampilan khusus seseorang atau kelompok orang".
Berdasarkan definisi di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa manfaat pendidikan dan
pelatihan antara lain :
Peningkatan produktifitas kerja
Terwujudnya hubungan yang serasi antara atasan dan bawahan
Tersedianya proses pengambilan keputusan yang cepat dan tepat
Meningkatnya semangat kerja seluruh anggota dalam organisasi
Mendorong sikap keterbukaan manajemen
Memperlancar jalannya komunikasi yang efektif
Aspek Non Teknis, merupakan hal yang sangat sering terlupakan oleh saya ketika berada
dalam garis depan sebuah sistem (atau organisasi). Ketika kepala disibukkan hal-hal teknis
yang mendetail dan mendalam, sering sekali banyak hal terlewatkan dan sulit meraih hasil
optimum dari kegiatan yang saya organize.. Pengalaman menunjukkan ketika saya
melewatkan sebagian waktu memimpin dengan faktor non teknis (semasa di kampus) hasil
yang diraih sangat optimal sebaliknya saat merepotkan diri dengan hal-hal teknis maka saya
kehilangan banyak hal. Atas dasar itu saya sering memikir-mikirkan hal-hal seputar
kepemimpinan non teknis yang bisa meraih hasil baik secara keseluruhan
Patut disadari betapapun banyak buku yang dilalap, sebagian besar dipastikan sulit
menerapkannya, namun bacan itu memperkaya wawasan berpikir dan membuat nyaman
dalam menemukan gaya kepemimpinan. Kaitannya dengan kepemimpinan non teknis, secara
natural saya menyadari banyak dipengaruhi buku dan kegiatan perkuliahan yang saya ikuti.
Semisal gaya memulai dari hal-hal terkecil dalam suatu kegiatan adalah implementasi dari
perbaikan terus menerus ala Jepang, gaya menampilkan pencapaian dalam grafik dan tabel
adalah visualisasi dari statistical process control, mengadakan analisa mendalam mengenai
faktor eksternal dan internal merupakan bawaan dari Analisa SWOT dan Teori Perang Tsun
Zu.. Jadi dalam membentuk kepemimpinan non teknis, banyak faktor dipengaruhi oleh
wawasan dan buku yang dibaca.
Berikut beberapa hal kepemimpinan Non Teknis :
1. Jangan lupakan Personal.
2. Mengkritik pada tempat yang tepat,
3. Melakukan kontrol dengan menawarkan bantuan
4. Mengetahui kebutuhan anak buah dan mencoba memenuhinya
Maka sangat pentingnya penggerakan dalam suatu perusahaan atau dalam sautu menajemen,
karna jika perusahan atau menajemen itu sendiri tidak ada pengatur atau penggerak sautu
perusahaan atau menajemen itu sendiri tidak akan maju atau berdiri dengan pesat
ACTUATING
Dalam perusahaan
ACTUATING (PENGARAHAN / PENGGERAKAN)
Dalam menjalankan suatu perusahaan diperlukan pengarahan yang tepat kepada para karyawan yang
ada agar tujuan dari perusahaan tersebut akan cepat tercapai dengan seefektif dan seefisien
mungking.
Berikut ini adalah beberapa elemen pengarahan dalam manajemen :
COORDINATING
Koordinasi adalah fungsi yang harus dilakukan oleh seorang manajer agar terdapat suatu komunikasi
atau kesesuaian dari berbagai kepentingan dan perbedaan kepentingan sehingga tujuan perusahaan
dapat tercapai .
MOTIVATING
Memberi motivasi kepada karyawan merupakan salah satu elemen penting dalam manajemen
perusahaan, dengan memberikan fasilitas yang bagus dan gaji yang cukup maka kinerja para
karyawan dalam perusahaan pun akan optimal.
COMMUNICATION
Komunikasi antara para pimpinan dan karyawan sangat diperlukan untuk mencapai tujuan
perusahaan. Dengan menjalin komunikasi yang baik maka akan menimbulkan suasana kerja yang
kondusif di perusahaan dan akan menumbuhkan teamwork atau kerjasama yang baik dalam berbagai
kegiatan perusahaan.
COMMANDING
Dalam memberi perintah pun seorang atasan tidak bisa seenaknya, tetapi harus memperhitungkan
langkah langkah dan resiko dari setiap langkah yang para atasan itu ambil karena setiap keputusan
dan langkah akan memberi pengaruh bagi perusahaan.
Dengan pengarahan yang baik dari para atasan dan tujuan , visi dan misi yang jelas dari suatu
manajer perusahaan dapat menimbulkan efek yang positif untuk perusahaan itu sendiri, antara lain
teamwork yang baik dan dapat memunculkan decision maker yang bagus. Karena decision makin dan
teamwork dalam suatu perusahaan adalah kunci kesuksesan suatu perusahaan untuk mencapai goal
atau tujuan perusahaan seefektif dan seefisien mungkin.
MAY
31
Manajemen (Penggerakan)
Penggerakan
A. Konsepsi dasar penggerakan
Pengertian
Penggerakan
Penggerakan mempunyai arti dan perana yang sangat penting. Sebsb
diantara fungsi manajemen lainnya, maka penggerakan merupakan fungsi
secara langsung berhubungan dengan manusia (pelaksana). Dengan ini fungsi
penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemenyang lain baru efektif.
Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang mendorong dan
menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan, bertujuan bergerak untuk
mencapai maksud-maksud yang telah ditentukan dan mereka berkepentingan
serta
bersatu
padu
dengan
rencana
usaha
organisasi.
Penggerakan juga dapat didefinisikan pula sebagai keseluruhan usaha,
cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota oraganisasi agar mau
dan ikhlas bekerja sebaik mungkin demi terciptanya tujuan organisasi dengan
efektif,
efisien,
dan
ekonomis.
Menurut Arifin Abdul Rahman, bahwa penggerakan merupakan kegiatan
manajemen untuk membuat orang lain suka dan dapat bekerja. Pada dasarnya
menggerakan orang lain bukanlah hal yang mudah. Untuk dapat menggerakanya
dituntut bahwa manajemen hendaklah mampu atau seni untuk menggerakan
orang lain. Kemampuan atau seni menggerakan orang lain itu disebut
kepemimpinan
atau
leadership.
Dari beberapa definis diatas maka dapatlah dirumuskan bahwa penggerakan
merupakan kegiatan manajemen untuk menggerakan dan membuat orang lain
suka dan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien, sehingga tindakan-tindakan yang telah dilakukan
menyebabakan
suatu
organisasi
dapat
berjalan.
Adapun berupa istilah yang sering digunkan untuk maksud penggerakan
misalnya
:
1. Leading,
atau
menghantar
2. Directing,
memberi
petunjuk
atau
arahan
3. Motivating,
memberi
motivasi/dorongan/alasan
orang
lain
suka mengikutinya
4. Comanding,
memberi
perintah
kepada
bawahan
B. Ciri-ciri penggerakan
Di dalam Penggerakan upaya manajer agar berhasil dalam menjalankan
pelaksanaan manajemen yang baik dan berkesinambungan hendaknya mampu
memahami kondisi dan situasi di dalam organisasi yang di gerakkan.
Di dalam menggerakkan sebuah organisasi, seorang manajer harus mampu
bertanggung jawab terhadap semua keputusan yang telah dibuat. Adapun Ciri
ciri penggerakkan di dalam sebuah oraganisasi yaitu :
bisa memberikan signal apabila terjadi tanda-tanda dini, serta ada built in
control dalam setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.
G.R. Terry
Penggerakan adalah menempatkan anggota dari pada kelompok agar kerja
secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan
perencanaan dan pola organisasi.
Tidak adanya dana serta fasilitas yang terbatas dapat menghasilkan kedisiplinan
dan kesetian dari anggota organisasi.
F. Pedoman penggerakan
Berdasarkan beberapa pengertian penggerakan, maka penggerakan terdiri
dari beberapa langkah-langkah yang mempunyai peranan penting dalam proses
penggerakan,
diantaranya
sebagai
berikut
:
1.
motivasi
2.
pembimbingan
3.
penjalinan
hubungan
4.
penyelenggaraan
kopemberianmunikasi
5. pengembangan atau peningkatan pelaksana
Faktor-faktor yang diperlukan dalam penggerakan diantaranya :
1.
Kepemimpinan (leadership)
2.
Sikap
dan
Moril (attitude
and
morale)
3.
Tatahubungan (Communicatio)
4.
Perangsang (Incentive)
5.
Supervisi (supervision)
6. Disiplin (Discipline).
1)
Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar
berusaha dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. Seorang manajer yang
tidak memiliki kepemimpinan tidak akan mampu untuk mempengaruhi
bawahannya untuk bekerja, sehingga manajer yang demikian akan gagal dalam
usahanya.
2)
Sikap
dan
Moril
(Attitude
and
Morale)
Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan
dan bertindak. Oleh karena itu sikap manajer akan berbeda-beda sesuai dengan
pola
hidupnya.
3)
Tata
Hubungan
(Communication)
Komunikasi membantu perencanaan managerial dilaksanakan dengan
efektif, pengorganisasian managerial dilakukan dengan effektif, penggerakan
managerial diikuti dengan efektif dan pengawasan diterapkan dengan efektif.
Dalam melakukan komunikasi dalam manajemen ada beberapa macam
diantaranya
:
a) intern yaitu komunikasi yang dilakukan dalam organisasi itu sendiri baik
antara atasan dengan atasan atau bawahan dengan bawahan atau antara atasan
dengan
bawahan
atau
sebaliknya.
b) Komunikasi Ekstern yaitu komunikasi yang dilakukan keluar organisasi.
c) Horizontal yaitu komunikasi yang dilakukan baik intern maupun ekstern
antar
jabatan
yang
sama.
d) Komunikasi Vertikal yaitu komunikasi yang dilakukan dalam intern
organisasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya dalam suasana formil.
4)
Perangsang (Incentive)
insentif ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang
bertindak.
5)
Supervisi (Supervision)
Supervisi dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan pengawasan,
sehingga suka timbul kekacauan pengertian dengan kata pengawasan sebagai
terjemah dari kata control. Menurut Terry Supervsi ialah kegiatan pengurusan
dalam tingkatan organisasi dimana anggota manajemen dan bukan anggota
manajemen saling berhubungan secara langsung. Dengan demkian tugas
supervisor cukup berat karena ia harus dapat menemukan kesalahan-kesalahan
dan memperbaikinya, serta memberi petunjuk untuk menyelesaikan sesuatu
pekerjaan dan memberi nasehat-nasehat kepada pegawai yang mengalami
kesulitan.
6)
Disiplin (Discipline)
Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak untuk
melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur. Jenis disiplin ada dua :
(1) Self Imposed discipline (disiplin yang timbul dengan sendirinya).
(2)
Command
Discipline
(Disiplin
berdasarkan
perintah)
Pada dasarnya sistem penggerakan dimulai pada diri manajer sendiri,
seorang manajer harus berusaha secara pribadi untuk mengembangkan kerja
sama secara harmonis dan terarah dengan pihak lain, tanpa kesedian dan
kemempuan kerja sama itu sulit baginya untuk menggerakan orang lain.
MAY
31
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaruan sistem pendidikan nasional yang dilakukan oleh pemerintah
dewasa ini merupakan langkah awal yang baik untuk menciptakan tatanan
sistem pendidikan nasional yang berkualitas tinggi. Sehingga kelak
menghasilkan lulusan yang kompetitif, berbudi pekerti luhur serta perduli
terhadap lingkungan dan persoalan masyarakat.
Pengajaran sejarah disekolah bertujuan agar siswa memperoleh
kemampuan berpikir historis dan pemahaman sejarah. Melalui pemahaman
sejarah siswa mampu mengembanghkan kompetensi untuk berpikir secara
kronologis dan memiliki pengetahuan tentang masa lampau yang dapat
digunakan untuk memahami dan menjelaskan keragaman sosial budaya dalam
rangka menemukan dan menumbuhkan jati diri bangsa di tengah-tengah
kehidupan masyarakat dunia, sedangkan benda-benda peninggalan masa lampau
merupakan bukti peninggalan peradaban manusia pada masa prasejarah.
Zaman prasejarah dimulai sejak adanya manusia yang selalu berusaha
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta untuk dapat mempertahankan dan
melestarikan keturunannya. Benda-benda peninggalan sejarah dapat dijadikan
sebagai bahan untuk mendapatkan informasi-informasi tentang peradaban
manusia di masa lampau. Benda-benda masa lampau dapat berupa fosil yang
merupakan sisa-sisa kehidupan mahluk hidup yang telah membatu seperti
hewan dan tumbuh-tumbuhan, begitu juga manusia purba.
Benda-benda purbakala yang ditemukan saat ini dapat digunakan sebagai
informasi bahwa pada zaman dahulu terdapat kehidupan dengan peradabannya
tertentu. Sedemikian pentingnya benda-benda purbakala tersebut sebagai bahan
kajian mempelajari kehidupan masa lampau sehingga perlu dilaksanakan
penggalian dan pemeliharaan benda-benda tersebut.namun kenyataannya benda-
BAB II
PERMASALAHAN
A. Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka timbul masalah:
1)
2)
3)
4)
5)
Perumusan Masalah
Upaya apa yang bisa dilakukan untuk melestarikan Budaya Nasional dan
peninggalan sejarah Lamuru?
Tujuan
Metode yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah dengan studi
pustaka, yaitu dengan browsing di website dan membaca artikel-artikel di buku,
melalui nara sumber dan mengunjungi langsung lokasi.
Ruang Lingkup
Dalam karya tulis ini, melalui media internet, penulis meneliti daerahdaerah Lamuru, serta kompleks Makam Raja-Raja Lamuru.
BAB III
ISI
A. ASAL-USUL NAMA LAMURU
Lamuru yang di maksud dalam tulisan ini ialah nama sebuah kacamatan dalam daerah hokum
Kabupaten Bone, Propinsi Sulawesi Selatan. Letaknya kurang lebih 130 km dari kota Madya Ujung
Pandang arah ke Soppeng lewat Poros Camba.
Sebagaimana halnya dengan nama-nama daerah lainnya di Indonesia dimana didalam
pemberian suatu nama mengandung makna yang berhubungan dengan situasi tempat atau
mengandung cita-cita atau harapan yang dianggap sangat vital. Ataukah pemberian nama itu karena
ada unsure historis dan pertumbuhan daerah yang bersangkutan.
Dari beberapa mitos yang berkembang secara evilering tentang nama lamuru itu berasal dari
nama orang. Ada anggapan bahwa orang yang bernama Lamuru berasal dari Daerah Kajuara dan ada
juga yang berpendapat bahwa orang yang bernama Lamuru berasal dari daerah Tellung Limpoe.
Kedua daerah itu terletak tidak jauh dari daerah Lamuru sekarang ini.
Kendatipun ada perbedaan pendapat tentang asal dari orang yang bernama Lamuru, tetapi
yang jadi focus utama serta prima dari pengambilan nama itu ialah nama orang. Di abadikannya nama
Lamuru itu sebagai nama tempat adalah karena suatu peristiwa gaib yang luar biasa menurut
anggapan masyarakat pada waktu itu. Sudah menjadi suatu adat tradisional yang disaat-saat tertentu
diadakan pesta atau seminar kaum bangsawan.
Permainan ini sangat membutuhkan sifat khusus yang perlu bagi permainan para kesatria,
seperti berani, tabah, teliti, tangkas dan keterampilan dalam menunggang kuda serta mempergunakan
alat seperti tombak dan jerat.
Sesuai dengan situasi geografis daerah Lamuru itu dikelilingi oleh bukit-bukit karena itu
disebut Lebba Tenggae yang artinya daerah rendah yang ada di tengah-tengah.
Suatu ketika daerah itu diadakan pesta pemburuan, tiba-tiba salah seorang peserta yang
bernama Lamuru menghilang bersama anjing hitamnya. Setelah diusahakan pencarian secara ketat
akhirnya yang ditemukan hanya anjingnya saja disuatu tempat dalam sikap seperti menunggu sesuatu.
Karena Lamuru sudah tidak ditemukan lagi, maka dianggap ghaib. Sebagai tanda, maka ditempat
ditemukannya anjing tersebut, diberikan pagar batu sebagai tanda. Daerah dimana Lamuru itu
ditemukan, diberikannya pagar batu sebagai tanda kenangan atas keajaiban yang teriri atas diri
Lamuru. Dan tempat dimana dibuat pagar batu tempat anjing hitam ditemukan disebut Lalebata.
Selain pemberian nama Lamuru dari segi Mitis, juga ada pemberian nama dari segi Otimilogi,
yaitu dari kata bugis Naurung, arti dari kata naurung yaitu melingkungi atau dikepung. Pengertian
yang bersifat kongkrit tetapi hanya bersifat abstrak, yaitu bukan dalam pengertian geografis tetapi
lebih bersifat historis serta kekeluargaan. Adapun daerah-daerah yang dianggap melingkungi dan
mempunyai hubungan historis dan kekeluargaan dengan Lamuru yaitu Bone, Soppeng, Wajo, Gowa,
Sawito, Dan Sidenrang. Hal ini tercermin dalam ungkapan kata Naurung Tellue Bocco, dua
campakala dan lima Riaja Tappareang pertama 1.
Kata-kata naurung ini kemudian banyak mengalami evolusi dalam pengucapan sehingga menjadi
Lamuru.
Maka untuk mencari penentuan waktu suatu fase pemerintahan di Sulawesi Selatan seperti
halnya di Gowa, maka perhitungan dimulai pada masa pemerintahan Raja Gowa X, I Manriwagau
Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng yang tercatat dalam buku lontara memerintah
tahun 1547 sampai dengan 1565 yaitu dalam abad ke XVI.
Bertitik tolak dari masa pemerintahan Karaeng Lakiung Tunipalangga Ulaweng di adakan
perhitungan kebelakang hingga sampai pada masa pemerintahan raja Gowa yang pertama yaitu
Tamanurung.
Bila diperhitungkan bahwa masa Tumanurunge adalah pada abad XIV atau sekitar tahun 1300.
Itulah perkiraan masa berdirinya Kerajaan Gowa.
Secara Apriori ada pendapat tentang sejarah pertumbuhan daerah di Sulawesi Selatan, dimana
dianggap bahwa sebagai cikal bakal pertumbuhan dan pembentukan suatu kesatuan hokum selalu
dimulai dari Tomanurung. Justru itu di Sulawesi Selatan selain raja Gowa ke I Tomanurung ri
Takabasia, dikenal pula Tomanurung lain, seperti ; Mata Silompoe di Bone, Manurunge ri Matajang,
Sampurusiang di Luwu, dan Manurunge ri Sakkanyii Soppeng.
Maka demikian pula di Lamuru dikenal dengan Manurunge ri Selorong yang di beri nama atau
gelarang Petta Pitue Matanna. Manurunge ri Solorong inilah yang di anggap sebagai cikal bakal
pembentukan Lamuru sebagai suatu kesatuan hokum yang berkembang, kemudian menjadi suatu
kerajaan yang disebut kerajaan Lamuru yang gelar Rajanya di sebut Datu.
Berdasarkan atas perhitungan masa Tomanurung di Sulawesi Selatan, maka dapatlah
diperkirakan bahwa terbentuknya Lamuru sebagai suatu kesatuan hukum yang kemudian berkembang
menjadi suatu kerajaan adalah sekitar abad ke XIV. Dari abad ke XIV inilah kerajaan Lamuru
membentuk dirinya melayarkan bahtera pemerintahan disela-sela persaingan lainnya di Sulawesi
Selatan.
Dengan usaha sendiri serta tak melepaskan diri dari imbasan kerajaan-kerajaan sekitarnya,
Lamuru berusaha mempertahankan eksistensinya sebagai suatu kerajaan.
Akibat karena factor geografis, historis dan kekeluargaan menyebabkan Lamuru mengalami banyak
masalah dan peristiwa dalam kelanjutan kehidupannya.
Selain Pabiccara dan Pangepa juga terdapat jabatan Matowa yang terdiri atas dua, yaitu
Matowa Lompo dan Matowa Baringeng.
Muali dari matoa pangepa dan pabiccara inilah yang merupakan anggota adat yang disebut Adena
Lamuru.
Kedelapan anggota Adena lamuru inilah yang berhak berbicara menentukan segala sesuatu,
juga termasuk pengangkatan Datu Lamuru.
Sebagai pejabat terendah adalah Widang. Adapun Widang berfungsi sebagai ketua kelompok rakyat.
Kemudian sesudah masuknya pengaruh islam, maka anggota adat Lamuru bertambah dengan
munculnya jabatan yang baru yaitu Kadhi.
Dengan bentuk struktur yang demikian itu, maka dapatlah dilihat dari proses suatu masalah
yang urutan-urutannya sebagai berikut : Bila ada suatu persoalan yang perlu dipersoalkan, maka
rakyat lebih dahulu menyampaikannya kepada Widang. Dari Widang, kemudian dibicarakan dengan
Matowa. Hasil perumusan dari ketua matowa disampaikan kepada Pangepa dan kemudian baru
dibawa kepada Pabbicara dan kemudian di bawa ke Datu untuk di restui.
Demikian pula bahwa setiap program dari pemerintah, maka lebih dahulu di godok oleh
Adena Lamuru, kemudian mendapat restu dari Datu. Setelah Datu memberi restu barulah diturunkan
kebawa melalui Wadang untuk diketahui dan dilaksanakan oleh rakyat.
Sebagai suatu kerajaan yang merdeka dan berdaulat, maka disamping mempunyai struktur
pemerintahan tersendiri, juga Lamuru mempunyai panji-panji tersendiri sebagai symbol dari kerajaan
Lamuru, yang di sebut dengan Sabbe Ragae yang berbentuk bendera dengan warna kuning dan
ditengahnya terdapat gambar Naga Merah.
Hingga Abad ke XV dan permulaan abad ke XVI, Lamuru merupakan suatu kerajaan yang aman serta
berdiri sendiri, tetapi pada pertengahan abad ke XVI ketidakstabilan telah mulai melanda dan
memasuki Lamuru.
Letaknya yang strategis antara Bone, Soppeng, Wajo dan daerah kekuasaan Gowa serta
pertalian keluarga Raja-raja Lamuru dengan kerajaan sekitarnya menyebabkan Lamuru mudah
terseret dalam setiap pertalian keluarga-keluarga Lamuru dengan kerajaan sekitarnya menyebabkan
Lamuru mudah terseret dalam setiap pertikaian yang timbul diantara kerajaan-kerajaan lain di
Sulawesi Selatan.
Dalam rangka usaha perluasan pengaruh kerajaan Gowa, maka oleh raja Gowa ke X
Manriwagau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tunipalangga Ualweng yang memerintah dari 1547
sampai 1565, selain menaklukan daerah-daerah lain, Lamuru juga tidak luput dari penguasaan Gowa.
Hanya karena system penguasaan kerajaan Gowa terdapat daerah takluknya tidak merupakan
penguasaan penuh, tetapi hanya lebih menampakkan pengakuan belaka, atau persahabatan, maka
eksistensinya Kerajaan Lamuru tetap berjalan seperti biasa.
Dalam usaha perluasan pengaruh kerajaan Gowa, maka kerajaan Wajo sering memberikan
bantuan secara positif terhadap kerajaan Gowa. Hal ini tampak dalam perang batupala dan Bulo-Bulo
Sinjai.
Sebagai balas jasa atas bantuan Wajo, maka kerajaan Gowa sepulang dari perang Bulo-Bulo ,
dimana Wajo dipimpin oleh Panglima Perangnya La Mungkace Toudamang, beberapa Daerah yang
berada dibawah pengaruh kerajaan Gowa, seperti Pamman, Timurung, Lamuru diserahkan kepada
kerajaan Gowa.
Pada masa pemerintahan Raja Gowa ke XI, I Tajibarani Daeng Manrapi Karaeng Data pada
tahun 1565, dalam usaha melanjutkan perang melawan kerajaan Bone, dimana ternyata kerajaan
Gowa dengan sekutu-sekutunya kalah. Akibat dari kekalahan itu, maka beberapa daerah yang tadinya
menjadi daerah kekuasaan kerajaan Gowa atau kerajaan Wajo di ambil alih oleh Kerajaan Bone,
antara lain Kerajaan Lamuru.
Kekalahan kerajaan Gowa dengan sekutu-sekutunya menimbulkan ketegangan antara kerajaan
Gowa dengan kerajaan Bone. Situasi yang tegang ini nantinya agak redah sesudah terjadinya
perjanjian Calleppa pada tahun 1570 yang menjadikan Sungai Tangka diSinjai sebagai garis
demarkasi antara Bone dengan Gowa. Perjamjian Calleppa ini terjadi dimasa pemerintahan Raja
Gowa ke XII I Manggorai Rawe Bongkange. Perjanjian Calleppa ini merupakan pembeharuan
perjanjian yang pernah terjadi antara Raja Gowa ke IX Daeng Matansre dengan Raja Bone ke VI La
Ulio Botoe Matinroe ri Itterung.
Sesudah perjanjian Calsleppa antara Gowa dengan Bone, maka pada tahun 1582 muncullah
perjanjian antara Bone, Wajo dan Soppeng yang terkenal dengan nama Lamumpatue ri Timurung atau
Tellung Poccoe.
Adapun tujuan dari Tellung Poccoe pada hakekatnya ialah untuk menghalangi usaha kerajaan
Gowa dalam memperluas daerah kekuasaanya di Sulawesi selatan.
Isi dari perjanjian telling Poccoe pada prinsipnya ialah menganggap diri bahwa ketiga kerajaan
tersenut adalah persaudaraan, dimana ketiga kerajaan tersebut menganggap Bone adalah tertua, Wajo
Tengah dan Soppeng yang di anggap Bungsu.
Mengingat bahwa antara ketiga kerajaan Tellung Poccoe itu, kerajaan Soppenglah yang paling kecil
daerah kekuasaanya. Untuk itu dari sekian banyak keputusan Tellung Poccoe, maka Wajo dan Bone
memberikan kepada Soppeng sebagian dari daerah kekuasaannya masing-masing.
Kerajaan Wajo menyerahkan daerah Tanah Tengaga dan Bone menyerahkan daerah Goa-goa
kepada Soppeng. Adapun daerah goa-goa adalah sebagian dari Lamuru.
Dan mulai dari saat itulah Lamuru menjadi daerah perlindungan Kerajaan Soppeng.
Sebagaimana diketahui bahwa berkat usaha tiga orang Muballig Islam ternama yaitu Datuk
Tiro yang dimakamkan di Bulukumba, Datuk Patimang yang dimakamkan di Luwu serta Datuk
Ribandang yang dimakamkan di Ujung Pandang, barulah Agama Islam mulai tersebar di Sulawesi
Selatan.
Daerah yang pertama-tama sekali di Sulawesi Selatan menerima agama Islam yaitu Luwu
yang pada masa itu diperintah oleh Datu yang bernama La Pattiware Daeng Parebbung yang bbergelar
Sultan Muhammad. Beliau meneluk Agama Islam pada sekitar tahun 1604-1605. Sesudah Luwu
menyusullah Gowa Tallo.
Kerajaan Gowa adalah merupakan suatu kerajaan yang memegang hegemoni politik di
Sulawesi Selatan pada khususnya dan Indonesia bagian Timur pada umumnya.
Justru itu dengan islam raja Gowa ke XVI Mangerangi Daeng Manrabbia bersama raja Tallo
dan Mangkubumi Kerajaan Gowa I Malingkaan Daeng Manyonri pada 1605, maka perkembangan
lami Fase baru di Sulawesi Selatan.
Raja Gowa I Mangerangi Daeng Manrabbia dan Sultan Alauddin serta Raja Tallo I
Malingkaan Daeng Manyonri Sultan Awalul Islam, bukan hanya menganut Islam dan mengislamkan
rakyat Gowa dan Tallo, tetapi juga sekaligus menyatakan Agama Islam sebagai Agama Negara.
Dengan Dwi Tunggal Sultan Alauddin dan Sultan Awalul Islam, agama islam mulai
melebarkan sayapnya ke daerah-daerah Sulawesi Selatan pada khususnya dan Indonesia bagian Timur
pada umumnya.
Usaha penyebaran Agama islam oleh Gowa Tallo ditempuh dengan jalan damai. Perluasan
islam uang tidak secara damai hanya ketika menghadapi daerah Tellung Poccoe, sebab seperti
dimaklumi bahwa hakekat pembentukan Tellung Poccoe adalah untuk membendung hegemoni politik
dari Kerajaan Gowa.
Yang pertama dilakukan oleh Gowa yaitu berusaha agar Raja Bone yang pada saat itu
diperintah oleh Raja Bone ke X We Tenri Tappu, tetapi tidak berhasil, maka dari itu perhatian Gowa
ditujukan ke daerah lain.
Pada tahun 1607 daerah Suppa yang tadinya telah memeluk agama Nasrani semasa Raja
Suppa La Makkarawie pada tahun 1543 berkat usaha Antonie De Payya, demikian pula daerah
Sawitto didatangi oleh Raja Gowa. Kedua daerah tersebut akhirnya dapat menerima Agama Islam.
Sesudah Suppa dan Sawitto diislamkan, Gowa meneruskan usahanya untuk memasuki daerah Tellung
Poccoe. Maka timbullah perang antara Gowa dengan daerah Tellung Poccoe di Ajatappareng, dimana
Gowa mengalami kekalahan dan mundur kembali ke Gowa. Nanti pada tahun 1608 datang lagi
dengan tekad untuk mengislamkan daerah Tellung Poccoe, maka tibullah peperangan yang hebat
antara Gowa dengan Tellung Poccoe di Pare-pare. Dlam peperangan kali ini daerah Tellung Poccoe
mengalami kekalahan. Dengan demikian terbukalah pintu bagi pengaruh islam untuk memasuki
daerah Tellung Poccoe. Berturut-turutlah kerajaan-kerajaan Tellung Poccoe menerima seruan Gowa
untuk memeluk agama Islam. Daerah Tellung Poccoe yang pertama sekali menerima seruan Gowa
untuk masuk islam ialah Kerajaan Soppeng dibawah pemerintahan Datu Beoe yang menyatakan diri
serta rakyatnya memeluk Agama Islam pada tahun 1609. Berikutnya ialah Kerajaan Wajo pada masa
pemerintahan Arung Matoa La Sangkuru yang memeluk islam pada 10 Mei 1610. Sesudah kedua
anggota Tellung Poccoe menyatakan diri masuk islam, maka sisa anngota tertua dari perserikatan
Tellung Poccoe yang belum menerima agama islam.
Ketika utusan Raja Gowa Sultan Alauddin menemui Raja Bone ke XI La Tenrirawe
Bongkange mengajak beliau memeluk agama islam. Tetapi kemudian ternyata kesediaan Raja Bone
La Tenrirawe Bongkange untuk memeluk agama islam agar dianut oleh rakyat Bone, ternyata tidak
disetujui oleh Anggota Hadat Pitu. Bahkan bukan hanya ditentang , tetapi raja Bone sendiri La
Tenrirawe Bongkange oleh Hadat Pitu dipalsukan dan diganti.
Karena itu timbullah perang antara Gowa dan Bone, dimana Bone dapat dikalahkan pada 23
November 1611. Dengan kekalahan ini maka Bone menerima Agama Islam.
Dengan islamnya Soppeng, Wajo dan Bone sebagai daerah yang megapit daerah Lamuru,
demikian pula kalau Lamuru sebagai Kerajaan yang diperlindungi oleh Soppeng. Setelah perjanjian
Tellung Poccoe, maka telah dapat diduga masuknya Agama Islam di Lamuru.
Hingga tahun 1710 Lamuru adalah merupakan satu kerajaan Palili dari kerajaan Soppeng,
maka dapatlah diambil perkiraan bahwa pengaruh Agama Islam masuk di Lamuru adalah sekitar
penerimaan Agama Islam oleh Datu Beoe pada tahun 1609.
Hal ini mengingat bahwa kesediaan Datu Soppeng Beoe memeluk Agama Islam, maka Datu
sebagai pucuk pimpinan pemerintahan dimana segala keputusannya adalah sebelumnya mendapat
kesepakatan dan persetujuan dari anggota Hadatnya.
Sebagaimana diketahui bahwa Hadat Soppeng yang terdiri dari Pangepa dan Pabbicara yang
diketuai oleh Arung Bila sangat besar sekali kekuasaannya. Kemudian pula bila diperhatikan bentukbentuk makam tua di Lamuru yang letaknya arah utara selatan sebagaimana lazimnya makam
islam,demikian pula tipe-tipe makamnya.
Dari sekian banyak makam yang ada dalam kompleks makam Raja-raja Watang Lamuru,
dapat diperhatikan bentuk makam To Balla Jennang Bone, yaitu Makam No.3 dari arah barat.
Demikian pula lainnya seperti We Tenri Bili, We Kamummu, La Cella, dan lain-lain. Bentuk makam
tersebut mirip dengan makam Raja-raja Gowa di Tamalate serta makam Raja Tallo seperti makam I
Manginyarang Daeng Makkiyo Karaeng Kanjilo serta makam I Mallewakang Daeng Matinri
Tumenanga ri Passiringanna. Demikian pula makam Petta Pallase-Lassee di Barru.
Sultan Alauddin meninggal pada 15 Juni 1639, tiga tahun setelah meninggalnya I Malingkaan
Daeng Manyonri dan I Manginyarang Daeng Makkiyo yang meninggal pada 13 Mei 1641. Kemudian
To Balla Jennang Bone sendiri yang gugur pada 11 Oktober 1660 dalam perang melawan Gowa.
Bila diperhatikan bentuk-bentuk makam dari yang tersebut diatas, serta memperhatikan tahuntahun meninggalnya, maka jelas bahwa bentuk makam seperti sebagaian bentuk makam dalam
kompleks Makam Raja-raja Watang Lamuru adalah termasuk dalam abad ke XVII.
Berdasarkan dengan masuknya Agama Islam di Soppeng serta bentuk-bentuk makam yang ada
dalam kompleks makam Raja-Raja Watang Lamuru, maka dapat diperhatikan bahwa pengaruh Islam
memasuki Lamuru ialah sekitar abad ke XVII.
pemberontakan menentang pemerintah Belanda yang didukung oleh La Patau Datu Tanete serta
digerkkan oleh La Semeggu Daeng Kalebbu,juga terdapat bantuan besar dari Ambo Dalle Lacombong
Putra Larumpung Megga Datu Lamuru.Daerah perbatasan Segeri Ternate dan Lamuru adalah
merupakan basis-basis kensentrasi kekuatan untuk melawan pemerintahan Belanda.Pemberontakan La
Semeggu Daeng Kalebbu menentang pemerintah Belanda yang mencapai punjaknya pada tahun 1855
dimana kepala pemerintahan Belanda untuk daerah Noorde Districten Baron T.Callot d.Eascury di
pancung lehernya oleh La Semeggu Daeng Kalebbu dalam sesuatu penyerbuan ke kota Sageri.
Lamuru sebagai sesuatu daerah yang mendapat atau dipengaruhi oleh Bone,tentu saja ikut
serta dalam pasang surutnya kerajaan Bone.Karena itu dengan tertangkapnya raja La Pawawoi
Karaeng Segeri pada 18 November 1905 serta gugurnya Raja Gowa ke XXXIV I maka kalau Daeng
Parani Karaeng Lembang Parang Sultan Husain di daerah Sidenreng pada 24 Desember 1906 yang
mengakhiri perang Bone dan Gowa melawan pemerintah Belanda dalam rangka penyempurnaan
pembentukan Pax Nederlandica oleh pemeerintah Belanda,maka secara otomatis Lamuru mengikuti
Bone tunduk dan taat dibawah kekuasaan pemerintahan Belanda.
Kemudian dalam peredaran zaman selanjutnya Lamuru hingga sekarang ini termasuk dalam
wilayah pemerintahan kabupaten Bone dengan status kecematan.
LAMPIRAN I
Lampiran II
DOKUMENTASI (GAMBAR)
2;
MAY
31
Manajemen (Penggerakan)
Penggerakan
A. Konsepsi dasar penggerakan
Pengertian
Penggerakan
Penggerakan mempunyai arti dan perana yang sangat penting. Sebsb
diantara fungsi manajemen lainnya, maka penggerakan merupakan fungsi
secara langsung berhubungan dengan manusia (pelaksana). Dengan ini fungsi
penggerakan inilah, maka ketiga fungsi manajemenyang lain baru efektif.
Penggerakan adalah aktivitas pokok dalam manajemen yang mendorong dan
menjuruskan semua bawahan agar berkeinginan, bertujuan bergerak untuk
mencapai maksud-maksud yang telah ditentukan dan mereka berkepentingan
serta
bersatu
padu
dengan
rencana
usaha
organisasi.
Penggerakan juga dapat didefinisikan pula sebagai keseluruhan usaha,
cara, teknik, dan metode untuk mendorong para anggota oraganisasi agar mau
dan ikhlas bekerja sebaik mungkin demi terciptanya tujuan organisasi dengan
efektif,
efisien,
dan
ekonomis.
Menurut Arifin Abdul Rahman, bahwa penggerakan merupakan kegiatan
manajemen untuk membuat orang lain suka dan dapat bekerja. Pada dasarnya
menggerakan orang lain bukanlah hal yang mudah. Untuk dapat menggerakanya
dituntut bahwa manajemen hendaklah mampu atau seni untuk menggerakan
orang lain. Kemampuan atau seni menggerakan orang lain itu disebut
kepemimpinan
atau
leadership.
Dari beberapa definis diatas maka dapatlah dirumuskan bahwa penggerakan
merupakan kegiatan manajemen untuk menggerakan dan membuat orang lain
suka dan dapat bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan
secara efektif dan efisien, sehingga tindakan-tindakan yang telah dilakukan
menyebabakan
suatu
organisasi
dapat
berjalan.
Adapun berupa istilah yang sering digunkan untuk maksud penggerakan
misalnya
:
1. Leading,
atau
menghantar
2. Directing,
memberi
petunjuk
atau
arahan
3. Motivating,
memberi
motivasi/dorongan/alasan
orang
lain
suka mengikutinya
4. Comanding,
memberi
perintah
kepada
bawahan
B. Ciri-ciri penggerakan
Di dalam Penggerakan upaya manajer agar berhasil dalam menjalankan
pelaksanaan manajemen yang baik dan berkesinambungan hendaknya mampu
memahami kondisi dan situasi di dalam organisasi yang di gerakkan.
Di dalam menggerakkan sebuah organisasi, seorang manajer harus mampu
bertanggung jawab terhadap semua keputusan yang telah dibuat. Adapun Ciri
ciri penggerakkan di dalam sebuah oraganisasi yaitu :
untuk kepentingan manusia, dan berasal dari manusia, Dengan demikian, untuk
melakukan praktek pengaturan dengan benar, kita harus memahami apa yang
disebut sebagai manusia, Tujuannya adalah untuk memahami manusia secara
lebih baik dan lebih akurat. Keuntungan pemahaman ini adalah terutama agar
kita memahami cara memimpin manusia dengan lebih baik (Leavit, 1978).
Dengan memahami manusia, kita akan lebih mudah untuk mempengaruuhi dan
menggerakkannya. Secara umum, pemahaman yang memadai tentang manusia
akan memudahkan kita bekerja sama dengannya dalam upaya penciptaan
kesejahteraan dan kemakmuran bagi manusia itu sendiri.
Disadari unsur manusia adalah faktor yang sangat penting, karena semua
proses dalam melibatkan unsur manusia. Oleh karena itu diperlukan suatu tim
yang tangguh untuk menyusun suatu manajemen risiko, agar nantinya dapat
digunakan untuk mengenali risiko, mengukur dan memantaunya, sehingga
perusahaan tidak sampai collaps karena risiko yang tak dapat dicover nya. SDM
yang berkualitas dan pro aktif sangat diperlukan, walaupun demikian sebagus
apapun unsur manusia, tetap diperlukan suatu sistem prosedur yang baik, yang
bisa memberikan signal apabila terjadi tanda-tanda dini, serta ada built in
control dalam setiap tahapan pelaksanaan pekerjaan.
G.R. Terry
Penggerakan adalah menempatkan anggota dari pada kelompok agar kerja
secara sadar untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan
perencanaan dan pola organisasi.
Penggerakan adalah pengaktifan dari pada orang-orang sesuai dengan rencanarencana dan pola organisasi yang telah ditetapkan.
Tidak adanya dana serta fasilitas yang terbatas dapat menghasilkan kedisiplinan
dan kesetian dari anggota organisasi.
F. Pedoman penggerakan
Berdasarkan beberapa pengertian penggerakan, maka penggerakan terdiri
dari beberapa langkah-langkah yang mempunyai peranan penting dalam proses
penggerakan,
diantaranya
sebagai
berikut
:
1.
motivasi
2.
pembimbingan
3.
penjalinan
hubungan
4.
penyelenggaraan
kopemberianmunikasi
5. pengembangan atau peningkatan pelaksana
Faktor-faktor yang diperlukan dalam penggerakan diantaranya :
1.
Kepemimpinan (leadership)
2.
Sikap
dan
Moril (attitude
and
morale)
3.
Tatahubungan (Communicatio)
4.
Perangsang (Incentive)
5.
Supervisi (supervision)
6. Disiplin (Discipline).
1)
Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang-orang agar
berusaha dengan ikhlas untuk mencapai tujuan bersama. Seorang manajer yang
tidak memiliki kepemimpinan tidak akan mampu untuk mempengaruhi
bawahannya untuk bekerja, sehingga manajer yang demikian akan gagal dalam
usahanya.
2)
Sikap
dan
Moril
(Attitude
and
Morale)
Sikap ialah suatu cara memandang hidup, suatu cara berpikir, berperasaan
dan bertindak. Oleh karena itu sikap manajer akan berbeda-beda sesuai dengan
pola
hidupnya.
3)
Tata
Hubungan
(Communication)
Komunikasi membantu perencanaan managerial dilaksanakan dengan
efektif, pengorganisasian managerial dilakukan dengan effektif, penggerakan
managerial diikuti dengan efektif dan pengawasan diterapkan dengan efektif.
Dalam melakukan komunikasi dalam manajemen ada beberapa macam
diantaranya
:
a) intern yaitu komunikasi yang dilakukan dalam organisasi itu sendiri baik
antara atasan dengan atasan atau bawahan dengan bawahan atau antara atasan
dengan
bawahan
atau
sebaliknya.
b) Komunikasi Ekstern yaitu komunikasi yang dilakukan keluar organisasi.
c) Horizontal yaitu komunikasi yang dilakukan baik intern maupun ekstern
antar
jabatan
yang
sama.
d) Komunikasi Vertikal yaitu komunikasi yang dilakukan dalam intern
organisasi antara atasan dan bawahan atau sebaliknya dalam suasana formil.
4)
Perangsang (Incentive)
insentif ialah sesuatu yang menyebabkan atau menimbulkan seseorang
bertindak.
5)
Supervisi (Supervision)
Supervisi dalam bahasa Indonesia disebut juga dengan pengawasan,
sehingga suka timbul kekacauan pengertian dengan kata pengawasan sebagai
terjemah dari kata control. Menurut Terry Supervsi ialah kegiatan pengurusan
dalam tingkatan organisasi dimana anggota manajemen dan bukan anggota
manajemen saling berhubungan secara langsung. Dengan demkian tugas
supervisor cukup berat karena ia harus dapat menemukan kesalahan-kesalahan
dan memperbaikinya, serta memberi petunjuk untuk menyelesaikan sesuatu
pekerjaan dan memberi nasehat-nasehat kepada pegawai yang mengalami
kesulitan.
6)
Disiplin (Discipline)
Disiplin ialah latihan pikiran, perasaan, kehendak dan watak untuk
melahirkan ketaatan dan tingkah laku yang teratur. Jenis disiplin ada dua :
Command
Discipline
(Disiplin
berdasarkan
perintah)
Pada dasarnya sistem penggerakan dimulai pada diri manajer sendiri,
seorang manajer harus berusaha secara pribadi untuk mengembangkan kerja
sama secara harmonis dan terarah dengan pihak lain, tanpa kesedian dan
kemempuan kerja sama itu sulit baginya untuk menggerakan orang lain.
mengerti dan menerima diri orang lain, serta membantunya untuk memecahkan
masalah pribadi yang ditemuinya. Ketepatan bimbingan ini lebih terfokus pada
pengembangan pribadi, yaitu membantu para siswa sebagai diri untuk belajar
mengenal dirinya, belajar menerima dirinya, dan belajar menerapkan dirinya
dalam proses penyesuaian yang produktif terhadap lingkunganya.
Tujuan layanan bimbingan ialah :
1. Merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta
kehidupan-nya di masa yang akan datang.
2. Mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimiliki peserta didik
secara optimal.
3. Menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta
lingkungan kerjanya.
4. Mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian
dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, mereka harus mendapatkan
kesempatan untuk :
1. Mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkembangannya.
2. Mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya,
3. Mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana
pencapaian tujuan tersebut
4. Memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri.
5. Menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga
tempat bekerja dan masyarakat.
6. Menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya.
7. Mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal.
3;
MAY
31
Manajemen (Pengawasan/Controlling)
Pengawasan
(Controlling)
A.
langsung diperbaiki. Selain itu, pada alat-alat bantu pengawasan ini dapat
menunjang terwujudnya proses pengawasan yang sesuai dengan kebutuhan.
Pengawasan juga meliputi bidang-bidang pengawasan yang menunjang
keberhasilan dari suatu tujuan organisasi diantaranya.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan
dicapai. melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan
kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan
secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui pengawasan tercipta suatu aktivitas
yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi mengenai sejauhmana
pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat mendeteksi
sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.
Konsep pengawasan demikian sebenarnya menunjukkan pengawasan
merupakan bagian dari fungsi manajemen, di mana pengawasan dianggap
sebagai bentuk pemeriksaan atau pengontrolan dari pihak yang lebih atas
kepada pihak di bawahnya. Dalam ilmu manajemen, pengawasan ditempatkan
sebagai tahapan terakhir dari fungsi manajemen. Dari segi manajerial,
pengawasan mengandung makna pula sebagai:
pengamatan atas pelaksanaan seluruh kegiatan unit organisasi yang diperiksa
untuk menjamin agar seluruh pekerjaan yang sedang dilaksanakan sesuai
dengan rencana dan peraturan.
atau
suatu usaha agar suatu pekerjaan dapat dilaksanakan sesuai dengan rencana
yang telah ditentukan, dan dengan adanya pengawasan dapat memperkecil
timbulnya hambatan, sedangkan hambatan yang telah terjadi dapat segera
diketahui yang kemudian dapat dilakukan tindakan perbaikannya.
Sementara itu, dari segi hukum administrasi negara, pengawasan dimaknai
sebagai
proses kegiatan yang membandingkan apa yang dijalankan, dilaksanakan,
atau diselenggarakan itu dengan apa yang dikehendaki, direncanakan, atau
diperintahkan.
4.
Pengawasan kebenaran formil menurut hak (rechtimatigheid) dan
pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud tujuan pengeluaran
(doelmatigheid).
Dalam kaitannya dengan penyelenggaraan negara, pengawasan ditujukan
untuk menghindari terjadinya korupsi, penyelewengan, dan pemborosan
anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau pegawai negeri. Dengan
dijalankannya pengawasan tersebut diharapkan pengelolaan dan pertanggung
jawaban anggaran dan kebijakannegara dapat berjalan sebagaimana
direncanakan.
1. Pengertian pengawasan
Pengawasan adalah proses dalam menetapkan ukuran kinerja dan
pengambilan tindakan yang dapat mendukung pencapaian hasil yang diharapkan
sesuai dengan kinerja yang telah ditetapkan tersebut. Controlling is the process
of measuring performance and taking action to ensure desired results.
Pengawasan adalah proses untuk memastikan bahwa segala aktifitas yang
terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan . The process of ensuring
that actual activities conform the planned activities.
Menurut Winardi Pengawasan adalah semua aktivitas yang
dilaksanakan oleh pihak manajer dalam upaya memastikan bahwa hasil aktual
sesuai dengan hasil yang direncanakan. Sedangkan menurut Basu
Swasta Pengawasan merupakan fungsi yang menjamin bahwa kegiatankegiatan dapat memberikan hasil seperti yang diinginkan. Sedangkan menurut
Komaruddin Pengawasan adalah berhubungan dengan perbandingan antara
pelaksana aktual rencana, dan awal Unk langkah perbaikan terhadap
penyimpangan dan rencana yang berarti.
Menurut Nawawi (2000 : 115) pengawasan atau control diartikan
sebagai proses mengukur (measurement) dan menilai (evaluation) tingkat
efektivitas dan tingkat efisieni penggunaan sarana kerja dalam memberikan
kontribusi pada pencapaian tujuan organisasi.
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan
kinerja standar pada perencanaan untuk merancang sistem umpan balik
2. Macam-macam pengawasan
1. Pengawasan dari Dalam (Internal Control).
Pengawasan dari dalam, berarti pengawasan yang dilakukan oleh
Aparat/Unit Pengawasan yang dibentuk di dalam organisasi itu sendiri.
2. Pengawasan dari luar organisasi (External Control).
Pengawasan eksternal (external control) berarti pengawasan yang dilakukan
oleh aparat / unit pengawasan dari luar organisasi.
3. Pengawasan Preventif.
Arti daripada Pengawasan Preventif ialah Penigawasan yang dilakukan
sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksud daripada Pengawasan preventif ini
ialah untuk mencegah terjadinya kekeliruan/kesalahan dalam pelaksanaan.
4. Pengawasan Repressif.
Arti daripada Pengawasan repressif ialah pengawasan yang dilakukan setelah
adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud diadakannya pengawasan repressif ialah
untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjan agar hasilnya sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan.
3. Prinsip-prinsip pengawasan
1. Pengawasan harus berorientasi kepada tujuan organisasi
2. Pengawasan harus obyektif, jujur, dan mendahulukan kepentingan umum
Politik
Yuridis
Adminmistratif
Fungsional
Masyarakat
Ekonomis
a. Metode Konvensional
Bersifat dinamis tidak baku dilaksanakan sesuai kontek dan kondisi yang ada
Kegiatannya mulai dari proses perencanaan sampai saat pelaksanaan dan akhir
v Metode pengawasan
1. Pengawasan langsung.
2. Pengawasan tidak langsung.
3. Pengawasan formal.
4. Pengawasan informal.
5. Pengawasar Adaninistratif.
6. Pengawasan teknis.
4;
MAY
31
Manajemen (Pengorganisasian)
Pengorganisasian
A. Konsep Dasar Pengorganisasian
Keberadaan organisasi (organization) sebenarnya sebuah sejarah
peradaban manusia dimuka bumi. Sepanjang hidupnya manusia telah
menggabungkan diri dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama. Namun
tidak semua orang sadar bahwa mereka sebenarnya telah berorganisasi.
Berkembangnya kesadaran mengenai pentingnya organisasi bagi setiap orang
sebenarnya melalui perjalanan yang amat lamban disbanding dengan peradaban
manusia itu sendiri. Karena baru dalam beberapa dasawarsa terakhir orang
mulai cenderung untuk melakukan studi tentang organisasi beserta perilakunya
secara mendalam.
Dalam fungsi pengorganisasian, manajer mengalokasikan keseluruh
sumberdaya organisasi sesuai dengan rencana yang telah dibuat berdasarkan
suatu kerangka kerja organisasi tertentu.
Kerangka kerja tersebut dinamakan sebagai desain organisasi. Bentuk
spesifik dari kerangka kerja organisasi dinamakan dengan struktur organisasi.
Struktur organisasi pada dasarnya merupakan desain organisasi dimana manajer
melakukan alokasi sumber daya organisasi, terutama yang terkait dengan
pembagian kerja dan sumber daya yang dimiliki organisasi, serta bagaimana
keseluruhan kerja tersebut dapat dikordinasikan dan dikomunikasikan.
1. Pengertian Organisasi
1.
Organisasi
Menurut
Stoner
Organisasi adalah suatu pola hubungan-hubungan yang melalui mana orangorang di bawah pengarahan manajer mengejar tujuan bersama.
2.
Organisasi
Menurut
James
D.
Mooney
Organisasi adalah bentuk setiap perserikatan manusia untuk mencapai tujuan
bersama.
3.
Organisasi
Menurut
Chester
I.
Bernard
Organisasi merupakan suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh
dua orang atau lebih.
Pengertian organisasi
Organisasi adalah sekelompok orang (dua atau lebih) yang secara formal
dipersatukan dalam suatu kerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Pengertian Pengorganisasian.
Seperti telah diuraikan sebelumnya tentang Manajemen, Pengorganisasian
adalah merupakan fungsi kedua dalam Manajemen dan pengorganisasian
didefinisikan sebagai proses kegiatan penyusunan struktur organisasi sesuai
dengan tujuan-tujuan, sumber-sumber, dan lingkungannya. Dengan demikian
hasil pengorganisasian adalah struktur organisasi.
Pengertian Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit kerja) dalam
organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya pembagian kerja dan
meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau kegiatan-kegiatan yang berbedabeda tersebut diintegrasikan (koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi
juga menunjukkan spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan
penyampaian laporan.
2. Prinsip-prinsip pengorganisasian
Dalam suatu organisasi prinsip sangat diperlukan, terutama dapat dijadikan
pedoman sehingga organisasi menjadi tumbuh dan berkembang. Prinsip
organisasi yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Organisasi dan tujuan
3. Ciri-ciri pengorganisasian
Ciri-ciri pengorganisasian meliputi:
1. Organisasi sebagai suatu sistem, yaitu adanya seperangkat unsur yang saling
bergantung dan berhubungan antara yang satu dan yang lainnya.
2. Organisasi merupakan struktur, yang mana mempunyai kadar formalitas,
pembagian tugas dan tanggung jawab yang harus dijalankan oleh anggota
kelompok.
3. Adanya perencanaan yang dilakukan secara sadar berdasarkan rasionalitas dan
pedoman-pedoman yang jelas.
4. Adanya koordinasi dan koorprasi yang baik diantara orang-orang yang bekerja
sama, menunjukkan bahwa tindakan-tindakan orang-orang tersebut berjalan ke
arah suatu tanggung jawab tertentu.
masalah tidak pernah yang tidak perah diharapkan akan timbul dalam sebuah
organisasi.
Adapun model organisasi yang akan kita bahas disini ada empat proses
prilaku yang nanti akan menyumbangkan prestasi pada organisasi yang effektif.
Empat proses tersebut yaitu komunikasi, pengambilan keputusasn, evaluasi
prestasi,
sosialisasi
dan
karir.
Model-model
dalam
proses
organisasi
1.
Proses
Komunikasi
Komunikasi menduduki tempat yang utama karena susunan keluasan dan
cakupan organisasi secara keseluruhan ditentukan oleh tehnik komonikasi. Dari
sudut pandang ini komuikasi adalah suatu proses social yag mempuyai relevansi
terluas di dalam memfungsikan setiap kelompok, organisasi atau masyarakat.
Kelangsungan hidup organisasi berkaitan dengan kemampuan manajemen untuk
menerima, menyampaikan, dan meleksanakan komunikasi. Proses organisasi
menghubungkan organisasi dengan lingkungannya termasuk bagian-bagiannya.
Informasi mengalir ke organisasi dan dari organisasi, termasuk di dalam
organisasi
itu
sendiri.
Komunikasi diartikan sebagai proses penyampaian informasi atau pengiriman
kepada penerima informasi. Dengan demikian penerimaan informasi harus
memahami isi informasi yang di terimanya, sebaliknya apabila penerimaan
informasi tidak memahami informasi yang di berikan oleh pemberi informasi
berarti tidak terjadi komunikasi yang effektif yang pada akhirnya dapat
menimbulkan suatu konflik. Disamping itu apabila komunikasi dipandang
sebagai suatu proses, ada tiga elemen pokok yang salig berkaitan yang terdapat
pada setiap terjadinya suatu komunikasi, yaitu sender (sumber berita),
message(pesan), dan reciver (penerimaan berita). Apabila salah satunya dari
ketiga elemen tersebut tidak ada, maka komunikasi tersebut tidak akan terjadi.
Untuk itu terdapat delapan unsur pokok di dalam proses komunikasi.
a.
Pengiriman
atau
sumber
(sender)
b.
Enconding
c.
Message
d.
Chanel
e.
Receiver
f.
Recoding
g.
Noise
h.
Feedback
2.
Proses
Pengambilan
Keputusan
Keputusan dari seorang pemimpin tidak datang secara tiba-tiba, tetapi melalui
suatu proses. Pengambilan keputusan yang akan diwujudkan menjadi kegiatan
kelompok merupakan hak dan kewajiban pucuk pimpinan berupa wewenang
dan
wewenang
itu
dapat
dilimpahkan.
Pengambilan keputusan oleh seorang pemimpin yang bersifat apriori (berburuk
sangka) selalu merupakan proses, baik yang berlangsung dalam pikiran maupun
dalam kegiatan oprasioal pemecahan masalah. Proses pengambilan keputusan
itu
berlangsung
dengan
tahapan
sebagai
berikut
:
a. Menghimpun data melalui pencatatan bahkan mungkin berupa kegiatan
penelitian
b.
Melalui
analisis
data
c.
Menetapkan
keputusan
yang
akan
ditempuh
d.
Mengoprasionalakan
keputusan
menjadi
kegiatan
e. Selama berlangsungnya kegiatan sebagai pelaksana keputusan akan diperoleh
data
oprasional
yang
baru
Sementara itu tahapan-tahapan dalam proses pengambilan keputusan dapat
dikemukakan
sebagai
berikut
:
a.
Tetapkan
masalah
b.
Idntifikasi
criteria
keputusan
c.
Alokasikan
bobot
pada
criteria
d.
Kembangkan
alternaif
e.
Evaluasi
alternative
f.
Pilih
alternative
terbaik
3.
Proses
Evaluasi
Prestasi
prestasi individu menjadi bagian dari prestasi kelompok yang pada gilirannya
menjadi bagian dari prestasi organisasi. Tidak ada suatu ukuran atau criteria
yang memadai yang dapat mencerminkan prestasi suatu tingkatan.
Proses evaluasi prestasi didalam organisasi menunjukan bahwa prestasi
individu, kelompok, dan organisasi adalah suatu hasil atau variabel bergantung
dari prilaku organisasi, struktur dan proses. System yang diterapkan untuk
mengevaluasi prestasi membantu maksud-maksud seperti penentuan imbalan
(upah, promosi, dan alih tugas), identifikasi kebutuhan akan pelatihan (training),
penyediaan balikan bagi para pegawai dan lain-lain. Sebenarnya banyak sekali
metode yang dapat dimanfaatkan untuk mengevalusi prestasi sehingga
merupakan tantangan tersendiri untuk memilih yang terbaik dari yang baik-baik.
Dalam melakukan pengevaluasian sebaiknya diperhatikan hal-hal sebagai
berikut
:
1.
Maksud
dan
2.
Evaluasi
kerja
3.
Apa
yang
akan
4.
Siapa
yang
seharusnya
5.
Bagaimaa
6.
Masalah
7. Bagaimana mengatasi masalah
evaluasi
dan
di
akan
di
kerja
evaluasi
evaluasi
evaluasi
metodenya
potensial
2. Departemenesasi
Departemenisasi merupakan usaha membagi atau pengelompokan
kegiatan-kegiatan kerja suatu organisasi dalam unit-unit yang mampu dikelola
dengan baik agar kegiatan-kegiatan yang sejenis dan saling berhubungan dapat
dikerjakan bersama. Departemenisasi juga tercermin dalam stuktur formal
organisasinya, dan tampak/ditunjukan aloh suatu bagan organisasi.
Pembagian departemen atau unit pada struktur organisasi didasarkan
pada
:
1.
Departementalisasi
Menurut
Fungsi
Pada pembagian ini orang yang memiliki fungsi yang terikat dikelompokkan
menjadi satu. Umum terjadi pada organisasi kecil dengan sumber daya terbatas
dengan produksi lini produk yang tidak banyak. Biasanya dibagi dalam bagian
keuangan,
pemasaran,
umum,
produksi,
dan
lain
sebagainya.
2.
Departementalisasi
Menurut
Produk
Pada jenis departementalisasi ini orang-orang atau sumber daya yang ada
dibagi ke dalam departementalisasi menurut fungsi serta dibagi juga ke dalam
tiap-tiap lini produk, wilayah geografis, menurut jenis konsumen, dan lain
sebagainya.
3. Departemenisasi berdasarkan jumlah.
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana. Pembagian organisasi
didasarkan atas dasar jumlah bawahannya. Contohnya Tentara.
4. Departemenisasi Berdasarkan prosesnya
Departemenisasi ini banyak digunakan pada tingkat bawah bagian produksi.
Tujuan dari departemenisasi ini untuk memperoleh keuntungan ekonomis
dalam melaksanakan kegiatannya.
5.
Departemenisasi
berdasarkan
kombinasi
Perusahaan melakukan Pengabungan antara departemen-departeman yang ada
dalam suatu wadah/tempatyang sama.Bentuk organisasi ini marupakan
gabungan dari departementalisasi menurut fungsional dan departementalisasi
menurut proses.
6.
Departemenisasi
Berdasarkan
langganan
Perusahaan yang mempunyai perhatian yang besar terhadap langganannya
dapat mengadakan departemenisasi berdasarkan langganan.
7. Departemenisasi berdasarkan daerah.
Departemenisasi berdasarkan daerah umum digunakan oleh perusahaan yang
secara fisik tersebar.
Dalam departemenisasi sering terdapat kegiatan-kegiatan yang tidak mudah
ditentukan termasuk dalam departemen yang mana atau bila ada kegiatan baru
yang perlu dilaksanakan dan kegiatan-kegiatan ini perlu dimasukkan dalam
departemen yang ada. Sebelum ditugasakan kepada departemen/bagian perlu
diketahui dulu apa jenis kegiatannya.
3. Otoritas
Otoritas
dalam
Organisasi.
Ortoritas bisa diartikan kekuasaan resmi dan legal untuk menyurh fihak
laian bertindak dan taat kepada pihak yang meilikinya. ketaaatan lahir bisa
melalui persuasi, sanksi-sanksi, permohonanan, paksaan dan kekuatan. otoritas
juga berkaitan dengan kekuasaan sebagai suatu pengaruh yangkuat yang bersifat
mengendalikan atas pengarahan prialku seseorang. otoritas juga bisa diterima
oleh bawahan dengan alasan untuk mencapai persetujuan dan diterima oleh
pekerja lainnya. untuk memberikan sumbangsih kepada suatu tujuan yang
dianggap berfaedah, gunamenghindari diterapkannya tidandakan disipliner, agar
tidnakan sesuai dengan standar-standar moral yang berlaku selain untuk
memperoleh
balas
jasa.
Ada
berbagai
macam
otoritas
yaitu
a).Otoritas
garis
(line
authority)
hubungan otoitas atasan-baahan, dimana seorang atasan mengambil keputusan
dan memberitahukannya kepada seorang bawahan yang kemudian membuat
keputsuan dan memberitahukannya kepada seorang bawahan lagi dan
seterusnya membnetuk sebuah gars dari puncak sampai tingkatterbawah sebuah
struktur
organisasi.
b)
otoritas
staft
Perkataan staf secara arfiah berarti sebuah tongkat yang dipegang untuk
menunjang tubuh. maka oleh karenanya otoritas staf semuala berarti otoritas
yang dipergunakan untuk menunjang otoritas garis. staf diartikan bantan dan ia
tujukan
untuk
membantu
fihak
yang
memiliki
otoritas.
Kamus American Heritage menuliskan bahwa otoritas adalah kuasa
untuk menegakkan hukum, untuk menciptakaan ketaatan, kemampuan
memerintahkan atau menghakimi. Kuasa untuk mempengaruhi, mengatur orang
lain,
otorisasi.
Kamus Barons menyebutkan bahwa otoritas adalah kemampuan untuk
mengarahkan supaya pekerjaan dapat terlaksana dengan baik. Otoritas hanya
bisa berjalan baik jika seseorang mau menerima arahan tersebut.
Menurut Weber, kata authority diturunkan dari kata bahasa Latin
auctoritas, biasanya digunakan di dalam hukum Roma untuk menghadapi
orang-orang yang menentang pemerintahan atau keputusan pemerintah. Dalam
Weberian sociology, authority dianggap sebagai bagian dari kekuasaan. Otoritas
dianggap sebagai kuasa yang terlegitimasi dan terlindungi secara hukum untuk
menjalankan kekuasaan atas diri orang lain. Otoritas dianggap sebagai hak atau
kuasa yang terjustifikasi untuk memerintah, menegakkan hukum bahkan
mengadili, yang dimiliki seseorang untuk mempengaruhi atau memerintah
orang lain.
Dari berbagai pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa otoritas
itu berhubungan dengan kekuasaan yang dimilliki seseorang atau sekelompok
orang yang memiliki hak, wewenang dan legitimasi untuk mengatur,
memerintah, memutuskan sesuatu, menegakkan aturan, menghukum atau
menjalankan suatu mandat bahkan untuk memaksakan kehendak. Melalui
pengertian tersebut, otoritas memiliki kaitan yang sangat erat dengan kekuasaan
yang dimiliki oleh seseorang.
4. Staffing (Pengstafan)
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan
personalia pada suatu organisasi sejak dari merekrut tenaga kerja,
pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga petugas memberi
daya
guna
maksimal
kepada
organisasi.
5;
MAY
31
3. Materi (Materials)
4. Mesin (Machines)
5. Tata Kerja (Methods)
6. Pasar (Market)
7. Informasi (Information)
C. Fungsi Manajemen
Sampai saat ini belum ada consensus baik diantara praktisi mupun para teoritikus mengenai apa
yang menjadi fungsi manajemen, sering pula disebut unsure-unsur manajemen. Berbagai pendapat
menegenai fungsi-fungsi manajemen akan tampak jelas dengan dikemukakanya pendapat beberapa
penulis, yaitu:
a. Louis A.Allen
b. Prajudi Atmosudirjo
e. Luther Gulhch
f. Koontz ODonnel
g. William H.Herman
h. S.P.Siagian
i. William Spriegel
j. Lyndak F.Urwick
k. Winard
Controlling.
l. The Liang Gie
: Planning,
Organizing,
Coordinating,
Ctuating,
Leading, Comunication,
Pada hakikatnya, bila dikombinasikan pendapat ketigabelas para ahli di atas, maka fungsifungsi manajemen adalah sebagai berikut:
a. Forcasting (peramalan)
Adalah kegiatan meramalkan/ memproyeksi atau mengadakan taksiran terhadap berbagai
kemungkinan yang akan terjadi sebelum suatu rencana yang lebih pasti dilakukan.
b. Planning (perencanaan)
Yaitu penentuan serangkaian kegiatan dan tindakan untuk mencapai hasil yang diharapkan.
c. Organizing (Pengorganisasian)
organisasi atau pengorganisasian dapat pula di rumuskan sebagai keseluruhan aktivitas manajemen
dalam mengelompokkan orang-orang serta penetapan tugas, fungsi, wewenang, serta tanggung jawab
masing-masing dengantujuan terciptanya aktifitas yang berdaya guna dan berhasil guna dalam
mencapai tujuan yang telah ditentukan terlebih dahulu.
d. Staffing atau Assembling Resource (penyusunan personalia)
Istilah staffing diberikan oleh Luther Gulick, Harold Koonz dan Cyril ODonnel sedangkan
assembling resources dilakukan oleh Willian Herbar Newman : istilah itu cenderung mengandung
pengertian yang sama.
Staffing merupakan salah satu fungsi manajemen berupa penyusunan personalia pada suatu organisasi
sejak dari merekrut tenaga kerja, pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga kerja,
pengembangannya sampai dengan usaha agar setiap tenaga petugas memberikan daya guna maksimal
kepada organisasi. Organizing dan staffing merupakan dua fungsi manajemen yang sangat erat
hubungannya.
e. Directing (Pembimbing)
Yaitu usaha untuk memberikan bimbingan dan saran dalam pelaksanaan tugas masing-masing
bawahan untuk dilaksanakan dengan baik sesuai tujuan.
f. Leadding (memimpin)
Istilah leading yang meupakan salah satu fungsi manajemen yang dikemukakan oleh Loius A.Allen
yang dirumuskannya sebagai pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer yang menyebabkan
orang lain bertindak.
g. Coordinating (pelapor)
Yaitu usaha penyelarasan tugas atau pekerjaan agar tidak terjadi kekacauan saling melempar tanggung
jawab dengan menyatupadukan pekerjaan bawahan.
h. Motivating (pemberian Motivasi)
Merupakan kegiatan salah satu fungsi manajemen berupa pemberian inspirasi , semangat, dorongan,
kepada bawahan agar bawahan melakukan kegiatan secara sukarela sesuai apa yang dikendaki oleh
atasan.
i. Controlling (pengontrolan)
Sering juga di sebut pengendalian adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan
koreksi sehingga apa yang dilakukan bawahan dapat diarahkan kejalan yang benar dengan maksud
tercapai tujuan yang sudah digariskan semula.
j. Reporting (pelaporan)
Pelaporan adalah salah satu fungsi manajemen berupa penyampaian perkembangan atau hasil kegiatan
atau pemberian keteranagan mengenai segala hal yang berkaitan dengan tugas dan fungsi-fungsi
kepada pejabat yang lebih tinggi.
Kalau kesepuluh klasifikasi fungsi-fungsi tersebut dianalisis, maka pada pokoknya hanya empat
klasifikasi fungsi yang pokok dari manajemen yaitu perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengawasan.
Kalau keempatfungsi pokok dari manajemen itu diimplementasikan maka perlu ditekankan
bahwa setiap fungsi adalah saling berkaitan. Perencanaan misalnya, berpengaruh kepada
pengorganisasian dan pengorganisasian berpengaruh terhadap pergerakan fdan pengawasan.
D. Prinsip-Prinsip Manajemen
Prinsip manajemen adalah asas/dasar ataupun kaidah yang merupakan pernyataan atau
kebenaran fundamental yang di jadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas memimpin suatu
usaha kerjasama untuk mencapai suatu keseimbangan yang setinggi-tingginya dalam proses suatu
pencapaian tujuan. Prinsip manajemen yang dikemukakan oleh Fayol dirumuskan sebanyak 14 prinsip
umum. Prinsip-prinsip yang dikemukakan oleh Fayol adalah:
1) Devision of work (pembagian kerja)
2) Authorityand responsibility (kewenangan dan mempertanggungjawabkan)
3) Disciplin (disiplin)
4) Unity of Command (kesatuan perintah/komando)
5) Unity of direction (kesatuan arah gerak)
6) Subordination of individual interest to general interest (mendahulukan kepentingan umum diatas
kepentingan pribadi)
7) Remuneration of personnal (pemberian upah/ gaji para pegawai)
8) Centralization (sentralisasi)
9) Chain of command (rangkaian perintah/garis wewenang)
10) Order (tata tertib/ ketentraman)
11) Equity (keadilan)
12) Stability of tenure of personnal (stabilitas masa jabatan dalam kepegawaian)
13) Initiative (inisiatif)
14) Esprit de corps (kesetiaan/semangat kelompok)
E. Macam-macam Manajemen
Jenis rupa manajemen dapat dilihat dari beberapa sudut tinjauan seperti:
1. Dari segi tingkatnya
Tugas pokok dari manajemen adalah agar dapat dijalankan dengan efesien, atau untuk
mendapatkan cara bagaimana sebaiknya tindakan kita dalam suatu usaha agar dengan sumber daya
yang ada, dapat diperoleh hasil besar-besaranya.
G.R Terry menyebutkan tools of management dan lebih dikenal dengan sebutan the six Ms
in management (6 M didalam manajemen) yaitu:
1. Manusia (Man)
2. Uang (Money)
3. Materi (Materials)
4. Mesin (Machines)
5. Tata Kerja (Methods)
6. Pasar (Market)
Prinsip manajemen adalah asas/dasar ataupun kaidah yang merupakan pernyataan atau
kebenaran fundamental yang di jadikan sebagai pedoman dalam menjalankan tugas memimpin suatu
usaha kerjasama untuk mencapai suatu keseimbangan yang setinggi-tingginya dalam proses suatu
pencapaian tujuan.
Diposkan 31st May 2012 oleh Annisa Indah Sari
6;
MAY
31
Pengambilan keputusan
A. Konsep Dasar Pengambilan Keputusan
Para pakar memberikan pengertian keputusan sesuai dengan sudut pandang dan latar belakang
pemikirannya. Menurut James A.F. Stoner, keputusan adalah pemilihan di antara berbagai alternatif.
Definisi ini mengandung tiga pengertian, yaitu:
(1) ada pilihan atas dasar logika atau pertimbangan;
(2) ada beberapa alternatif yang harus dipilih salah satu yang terbaik; dan
(3) ada tujuan yang ingin dicapai dan keputusan itu makin mendekatkan pada tujuan tersebut.
Pengertian keputusan yang lain dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirjo bahwa keputusan adalah suatu
pengakhiran daripada proses pemikiran tentang suatu masalah dengan menjatuhkan pilihan pada suatu
alternatif.
Dari pengertian keputusan tersebut dapat diperoleh pemahaman bahwa keputusan merupakan
suatu pemecahan masalah sebagai suatu hukum situasi yang dilakukan melalui pemilihan satu
alternatif dari beberapa alternatif.
Setelah dipahami pengertian keputusan, selanjutnya dikutipkan pendapat para pakar mengenai
pengertian pembuatan atau yang sering digunakan pengambilan keputusan. Menurut George R.
Terry pengambilan keputusan adalah pemilihan alternatif perilaku (kelakuan) tertentu dari dua atau
lebih alternatif yang ada. Kemudian, menurut Sondang P. Siagian pengambilan keputusan adalah
suatu pendekatan yang sistematis terhadap hakikat alternatif yang dihadapi dan mengambil tindakan
yang menurut perhitungan merupakan tindakan yang paling cepat. Selanjutnya, menurut James A. F.
Stoner pengambilan keputusan adalah proses yang digunakan untuk memilih suatu tindakan sebagai
cara pemecahan masalah.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan merupakan
suatu proses pemilihan alternatif terbaik dari beberapa alternatif secara sistematis untuk
ditindaklanjuti (digunakan) sebagai suatu cara pemecahan masalah.
Pengambilan keputusan sebagai kelanjutan dari cara pemecahan masalah memiliki fungsi
sebagai pangkal atau permulaan dari semua aktivitas manusia yang sadar dan terarah secara individual
dan secara kelompok baik secara institusional maupun secara organisasional. Di samping itu, fungsi
pengambilan keputusan merupakan sesuatu yang bersifat futuristik, artinya bersangkut paut dengan
hari depan, masa yang akan datang, dimana efek atau pengaruhnya berlangsung cukup lama.
Terkait dengan fungsi tersebut, maka tujuan pengambilan keputusan dapat dibedakan:
(1)tujuan yang bersifat tunggal. Tujuan pengambilan keputusan yang bersifat tunggal terjadi apabila
keputusan yang dihasilkan hanya menyangkut satu masalah, artinya bahwa sekali diputuskan, tidak
ada kaitannya dengan masalah lain dan (2) tujuan yang bersifat ganda. Tujuan pengambilan
keputusan yang bersifat ganda terjadi apabila keputusan yang dihasilkan menyangkut lebih dari satu
masalah, artinya keputusan yang diambil itu sekaligus memecahkan dua (atau lebih) masalah yang
bersifat kontradiktif atau yang bersifat tidak kontradiktif.
Agar pengambilan keputusan dapat lebih terarah, maka perlu diketahui unsur atau komponen
pengambilan keputusan. Unsur pengambilan keputusan itu adalah: (1) tujuan dari pengambilan
keputusan; (2) identifikasi alternatif keputusan yang memecahkan masalah; (3) perhitungan tentang
faktor-faktor yang tidak dapat diketahui sebelumnya atau di luar jangkauan manusia; dan (4) sarana
dan perlengkapan untuk mengevaluasi atau mengukur hasil dari suatu pengambilan keputusan.
Sementara itu, George R. Terry menyebutkan 5 dasar (basis) dalam pengambilan keputusan,
yaitu: (1) intuisi; (2) pengalaman; (3) fakta; (4) wewenang; dan (5) rasional.
1. Intuisi.
Pengambilan keputusan berdasarkan intuisi adalah pengambilan keputusan yang berdasarkan
perasaan yang sifatnya subyektif. Dalam pengambilan keputusan berdasarkan intusi ini, meski waktu
yang digunakan untuk mengambil keputusan relatif pendek, tetapi keputusan yang dihasilkan
seringkali relatif kurang baik karena seringkali mengabaikan dasar-dasar pertimbangan lainnya.
2. Pengalaman.
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan praktis, karena
dengan pengalaman yang dimiliki seseorang, maka dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat
memperhitungkan untung-ruginya dan baik-buruknya keputusan yang akan dihasilkan.
3. Wewenang.
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan terhadap
bawahannya, atau oleh orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang lebih rendah
kedudukannya. Hasil keputusannya dapat bertahan dalam jangka waktu yang cukup lama
dan memiliki otentisitas (otentik), tetapi dapat menimbulkan sifat rutinitas, mengasosiasikan dengan
praktek diktatorial dan sering melewati permasalahan yang seharusnya dipecahkan sehingga dapat
menimbulkan kekaburan
4. Fakta.
Pengambilan keputusan berdasarkan data dan fakta empiris dapat memberikan keputusan yang sehat,
solid dan baik. Dengan fakta, tingkat kepercayaan terhadap pengambil keputusan dapat lebih tinggi,
sehingga orang dapat menerima keputusan yang dibuat itu dengan rela dan lapang dada.
5. Rasional.
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan bersifat objektif,
logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas kendala
tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang diinginkan.
Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal. Pada
pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:
Dinamika individu dalam organisasi, yaitu proses keputusan harus mempertimbangkan segala
kemungkinan
yang
akan
terjadi
pada
diri
setiap
individu,
situasi
dan
kondisi
pandangan
individu
terhadap
diri
mereka
sendiri mempengaruhi terhadap keputusan organisasi.
b. Dinamika
kelompok
dalam
organisasi,
yaitu
pemimpin
yang
ingin
melakukan proses pengambilan keputusan harus mempertimbangkan situasi dan kondisi kepribadian
rangkap
anggotanya
(kepribadian
individu
dan
kepribadian
ketika
bersama
kelompoknya).
Hal
ini
dilakukan
agar
proses
keputusan
dapat
mempercepat
proses
pendewasaan
kelompok
kerja
dalam organisasi.
c.
Dinamika
lingkungan
organisasi, yaitu
semua
keputusan
organisasi
harus
memperhitungkan
tekanan-tekanan
yang
bersumber
dari
lingkungan.
Istilah
dinamika
digunakan
untuk
menunjuk
bahwa
segala
sesuatu
selalu
mengalami
perubahan,
dan
dinamika
tersebut
yang
menuntut
adanya
peningkatan
kemampuan
mengambil
keputusan
yang
selaras
dengan
perubahan-perubahan yang sedang dan yang akan terjadi.
Pengambilan keputusan adalah manajer (pemimpin) baik secara individual decision maupun
group
decision
yang
mempunyai
kewenangan
untuk
memutuskannya.
Individual decision, keputusan hanya ditetapkan oleh seorang manajer; sedang para bawahan
hanya dapat berpartisipasi memberikan saran-saran, pendapat-pendapat, dan informasi saja, tetapi
tidak
berhak
untuk
ikut
memutuskannya.
Kebaikannya:
1.
keputusan
dapat
diambil
secara
cepat
2.
penanggungjawab
keputusan
itu
jelas
3.
biaya
pengambilan
keputusan
relative
kecil
4.
kecakapan
seorang
manajer
dapat
dimanfaatkan
Keburukannya:
1.
keputusan
itu
kurang
baik,
sebab
kemampuan
decision
maker
terbatas
2.
prestise
manajer
akan
berkurang,
jika
keputusannya
ternyata
salah
3. realisasi keputusan mengalami kesulitan, sebab para bawahan kurang meresapinya
4. pembinaan bawahan kurang diperhatikan, karena mereka tidak diikutkan dalam menetapkan
keputusan,
akibatnya
kesinambungan
pimpinan
oganisasi
kurang
terjamin
Group decision, keputusan itu ditetapkan oleh para anggota grup, baik atas hasil mufakat dan
musyawarah, maupun atas voting. Dalam proses pengambilan keputusan anggota grup ikut berperan
aktif membicarakan tujuan dari keputusan, resiko, dan dampak keputusan serta ikut menetapkan
keputusan
tersebut.
Kebaikannya:
1. keputusan rewlatif lebih baik, logis, ideal, sebab merupakan hasil pemikiran dari beberapa orang
2.
kecenderungan
untuk
bertibdak
otoriter
dapat
dihindarkan
3. kerjasama relative akan dapat ditingkatkan diantara sesama anggota grup
4.
resiko
dan
dampak
negative
dari
keputusan
semakin
kecil
5.
pembinaan
para
annggota
grup
akan
lebih
baik
Keburukannya:
1.
pengambilan
keputusan
relative
lama,
bahkan
sering
2.
biaya
pengambilan
keputusan
relative
lebih
3.
penanggungjawab
keputusan
kurang
4. minoritas kadang-kadang terpaksa menyetujui keputusan karena kalah suara
bertele-tele
banyak
jelas
2. Desain
Yaitu mendaftar, mengembangkan, dan menganalisis arah tindakan yang mungkin.
3. Pemilihan
Yaitu menetapkan arah tindakan tertentu dari keseluruhan yang ada. Pilihan ditentukan dan
dilaksanakan.
2. Dasar dan gaya pengambilan keputusan
Factor penting dalam proses pengambilan keputusan adalah permasalahan yang harus
dihadapi. Dalam kehidupan organisasi mutlak diperlukan kemampuan untuk melihat, mengenal, dan
mengidentifikasi permasalahan. Banyak hal yang dapat dikatakan permasalahan, dipandang dari segi
pengambilan keputusan, mana kala pihak tertentu khususnya manajer memiliki tujuan yang jelas dan
yang sedang diusahakan realisasinya.
Untuk merealisasikan tujuan, aktivitas perencanaan harus dilakukan terlebih dahulu secara
sedeehana maupun rumit hingga timbul aktivitas yang efektif dengan rencana tertentu sebagai standar
melakukan aktivitas dalam organisasi.
Terjadinya penyimpangan dari rencana yang telah ditetapkan merupakan salah satu contoh
suatu permasalahan yang ada dalam organisasi dan memerlukan aktivitas pengambilan keputusan.
Manajer dalam pengambilan keputusan dapat berperan dalam berbagai macam gaya. Pada
beberapa organisasi seringkali terdapat variasi gaya pengambilan keputusan manajemen antara satu
manajer dengan manajer lain. Gaya manajer dalam mengambil keputusan akan banyak diwarnai oleh
beberapa hal seperti latar belakang pengetahuan, perilaku, pengalaman, dan sejenisnya.
Secara umum gaya pengambilan keputusan yang dimaksud adalah sebagai berikut;
1. Manajer mengambil keputusan sendiri dengan mengginakan masukan informasi yang tersedia pada
waktu tertentu.
2. Manajer memperoleh informasi yang diperlukan dari para bawahan dan kemudian menetapkan
keputusan yang dipandang relavan. Peran yang dimainkan oleh orang lain adalah lebih, dalam hal
informasi yang diperlukan kepada manajer dari pada rumusan atau penilaian alternative.
3. Manajer membicarakan permasalahan yang dihadapi organisasi dengan para bawahan secara
individual dan mendapatkan gagasan dan saran-saran tanpa melibatkan para bawahan sebagai suatu
kelompok.
4. Manajer membicarakan situasi keperluan dengan para bawahan sebagai suatu kelompok dengan
mengumpulkan gagasan dan saran para bawahan tersebut dalam suatu konferensi atau pertemuan
kelompok
5. Manajer membicarakan situasi keputusan dengan para bawahan sebagai suatu kelompok dan
kelompok menyusun serta menilai alternative
Dalam organisasi, seringkali timbul keputusan untuk membentuk pusat penyimpangan
informasi. . hal ini terjadi apabila terdapat beberapa keputusan
yang harus diambil dan sangat
bergantung pada kelancaran dan ketepatan analisis, interprestasi, dan evalusi informasi yang tersedia
bagi pengambilan keputusan. Dengan demikian, bentuknya semacam jaringan informasi melalui
jaringan komunikasi.
3. Beberapa pertimbangan dalam pengambilan keputusan
4. Pengambilan keputusan yang rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasio, keputusan yang dihasilkan bersifat
objektif, logis, lebih transparan dan konsisten untuk memaksimumkan hasil atau nilai dalam batas
kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati kebenaran atau sesuai dengan apa yang
diinginkan. Pengambilan keputusan secara rasional ini berlaku sepenuhnya dalam keadaan yang ideal.
Pada pengambilan keputusan secara rasional terdapat beberapa hal sebagai berikut:
Kejelasan masalah
: tidak ada keraguan dan kekaburan masalah.
Orientasi tujuan
: kesatuan pengertian tujuan yang ingin dicapai.
Pengetahuan alternative :seluruh alternatif diketahui jenisnya dan konsekuensinya.
Preferensi yang jelas
: alternatif bisa diurutkan sesuai kriteria.
Hasil maksimal
: pemilihan alternatif terbaik berdasarkan atas hasil ekonomis yang
maksimal.
5. Sarana pengambilan keputusan kelompok
Keputusan adalah kesimpulan yang dicapai sesudah dilakukan pertimbangan, yang terjadi
setelah suatu kemungkinan dipilih dari beberapa kemungkinan yang lain (Suryadi dan Ramdhani,
1998).
Pengambilan keputusan dilakukan dengan mengenali masalah yang ada, mengidentifikasi,
penyebab yang mungkin dan mengembangkan alternatif solusi serta memilih alternatif.
Pengambilan keputusan merupakan proses komunikasi dan partisipasi yang terus menerus
dari keseluruhan organisasi. Pengambilan keputusan dilakukan dengan pendekatan individu atau
kelompok. Pendekatan individu dilakukan oleh seorang pengambil keputusan untuk mencari solusi.
Pendekatan kelompok dilakukan oleh sekelompok pengambil keputusan yang bekerjasama
untuk mencaril solusi dari permasalahan. Dalam pendakatan kelompok harus memasukkan proferensi
individu dan dapat mengakomodasi berbagai kepentingan kelompok.
Memuat
Kirim masukan