Anda di halaman 1dari 40

Peranan Koperasi Mahasiswa Dalam Membentuk

Sumber Daya Mahasiswa Unswagati Berjiwa


Entrepreneurship
Karya Ilmiah

Oleh :
Kurniawan T A
NPM :
Semester V ( Lima )

Program Studi Agribisnis


Fakultas Pertanian
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
2010
Peranan Koperasi Mahasiswa Dalam Membentuk
Sumber Daya Mahasiswa Unswagati Berjiwa
Entrepreneurship

Karya Ilmiah

Oleh :
Kurniawan T A
NPM : 107.............
Semester V ( Lima )

Program Studi Agribisnis


Fakultas Pertanian
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon
2010
Kata pengantar
Segala puji dan syukur disampaikan kepada Allah SWT yang terus dan
tiada hentinya memberikan kenikmatan dan hidayahnya bagi kita semua.
Ijinkan penulis menyusun karya ilmiah dengan judul Peranan Koperasi
Mahasiswa Dalam Membentuk Sumber Daya Unswagati Berjiwa
Entrepreneurship. Penulis mengakui masih banyak kekurangan dalam
penyusunan karya ilmiah ini, namun dibalik kata maaf tersebut terselip setitik
harapan dan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya karya ilmiah ini.
Atas perhatiannya, penulis sampaikan banyak terima kasih.

Cirebon, Januari 2010


Kurniawan Triwidya Arief
DAFTAR isi

Kata pengantar i
Daftar isi ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah................................................................ 4
1.3 Tujuan dan Kegunaan Karya Ilmiah................................... 4
1.3.1 Tujuan Penulisan Karya Ilmiah............................... 4
1.3.2 Kegunaan Karya Ilmiah........................................... 5
1.4 Penyusunan Karya Ilmiah................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi.............................................................................. 6
2.1.1 Pengertian Koperasi................................................. 6
2.1.2 Sejarah Munculnya Gerakan Koperasi.................... 7
2.1.3 Gerakan Koperasi di Indonesia................................ 7
2.1.4 Bentuk - Bentuk Koperasi....................................... 8
2.1.5 Fungsi dan Peranan Koperasi.................................. 9
2.1.6 Nilai-Nilai Koperasi................................................ 9
2.1.7 Perangkat Koperasi................................................. 10
2.1.8 Ketentuan Umum Koperasi..................................... 12
2.2 Wirausaha........................................................................... 12
2.2.1 Pengertian Wirausaha.............................................. 12
2.2.2 Sifat – Sifat Yang Harus Dimiliki
Oleh Wirausaha...................................................... 13
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Koperasi Dan Wirausaha.................................................... 15
3.1.1 Proses Pendidikan Wirausaha.................................. 16
3.2 Koperasi Mahasiswa........................................................... 17
3.2.1 Ruang Lingkup Kewirausahaan di
Koperasi Mahasiswa............................................... 18
3.2.2 Tujuan Proses Pendidikan
Koperasi Mahasiswa............................................... 18

3.3 Pendidikan Wirausaha Koperasi dan


Tujuan Pembangunan Nasional.......................................... 19
BAB IV KESIMPULAN............................................................... 20
Daftar Pustaka............................................................................... 23
Lampiran....................................................................................... 24

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tujuan akhir dari orientasi pembangunan seluruh negara – negara
di dunia adalah mencapai kesejahteraan, keadilan dan kemajuan di segenap lini
kehidupan untuk mengangkat harkat kebutuhan warga negaranya. Sedangkan
tujuan nasional bangsa Indonesia yang ada pada pembukaan undang-undang dasar
1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa. Dari peryataan di atas dipahami bahwa tujuan dari proes pembangunan
nasional adalah terciptanya situasi dan kondisi rakyat yang bahagia, makmur, adil,
sentosa, dan lain sebagainya yang didukung oleh kecerdasan hidup berbangsa dan
bernegara. Dan dalam konteks politik, negara berperan sebagai penyelenggara
dalam terpenuhinya kepentingan bersama untuk mencapai tujuan tersebut.
Soetan Syahrir (1947), seperti yang dikutip oleh PY. Nur Indro
(2009:102), menerangkan bahwa, ” yang terpenting dalam pembangunan bangsa
indonesia adalah pembangunan tersebut didasarkan kepada kehendak rakyat.
Selain itu tujuan pembangunan tersebut untuk kepentingan rakyat Indonesia
secara keseluruhan ”. Pembangunan bangsa menurut Soetan Sjahrir harus
didasarkan kepada kesadaran dan keinginan rakyat terhadap perbaikan dan
kemajuan . Agar tercipta sebuah kondisi dimana seluruh warga negara dapat
berpartisipasi dalam hal akses penataan atau modifikasi kondisi makro maupun
mikro kehidupan berbangsa dan bernegara.
Untuk mencapai kondisi pembangunan nasional yang baik,
indikator pendukung yang perlu dicapai adalah berkualitasnya sumberdaya
manusia (SDM) dari sebagian besar warga negaranya. Untuk bisa survive dan
beradaptasi di era globalisasi saat ini, diperlukan indeks kualitas SDM yang benar
– benar handal dalam mengelola dan menghadapi kondisi global , baik itu
dibidang sosial, ekonomi, budaya, lingkungan, politik, iptek, dan sebagainya.
Dalam mencapai tujuan penciptaan kualitas SDM , faktor dominan
salah satunya di bidang pendidikan. Proses pendidikan yang berkualitas akan
menciptakan manusia – manusia yang berkualitas, begitu juga sebaliknya.
Jenjang proses pendidikan manusia sejak dilahirkan baik formal
maupun non formal mempunyai dampak bagi pembentukan kualitas SDM
tersebut. Dalam sektor formal, proses pendidikan yang berperan dalam
pembentukan kualitas SDM salah satunya adalah jenjang pendidikan formal di
perguruan tinggi. Mahasiswa sebagai subjek peningkatan kualitas SDM yang
menentukan indeks pencapaian tujuan dari pembangunan nasional, dituntut untuk
bisa menghadapi kondisi nyata di masyarakat. Sejauh mana nilai guna, nilai
tranformasi dan nilai pengetahuan dapat diterapkan dengan maksimal di
masyarakat luas.
Didalam era globalisasi ini telah muncul berbagai fenomena baru
yang tidak dapat dihindari oleh masyarakat dunia baik dampak negatif maupun
dampak positif yang telah dilahirkan oleh kemajuan jaman. Didalam
perkembangan bidang perekonomian, persaingan yang cukup ketat didalam iklim
dunia usaha global merupakan sebuah realita sosial. Kondisi tersebut menuntut
setiap penduduk dunia untuk senantiasa melakukan berbagai inovasi. Guna
mengantisipasi adanya persaingan yang semakin kuat, dunia pendidikan dalam hal
ini perguruan tinggi harus berusaha keras mempersiapkan berbagai persiapan
dibidang pendidikan maupun pembentukan mentalitas entepreuneurship dengan
tujuan memenangkan persaingan ketika mahasiswa tersebut beradaptasi langsung
di dunia usaha dan dunia kerja.
Mahasiswa sebagai agent of change harus mampu menciptakan
daya guna serta manfaat bagi orang lain. Selain sumber daya manusia dan
pengalaman hidup serta kreatifitas dari mahasiswa itu sendiri dapat dijadikan
sebagai salah satu unsur yang sangat menentukan di dalam keberhasilan suatu
proses pendidikan wirausaha , proses tersebut memerlukan perhatian tersendiri
karena faktor-faktor dalam proses pendidikan tersebut mempengaruhi ketika
mahasiswa menyelesai kan studi akademisnya dan menyandang gelar sesuai
keprofesiannya, untuk didedikasikan terhadap dinamika sosial ekonomi
masyarakat dewasa ini dalam hal akses mendapatkan lapangan pekerjaan yang
terasa semakin sulit bagi mereka yang bergelar akademis dan pengalaman kerja
pas – pasan.
Dinamika ini adalah sebuah tanggung jawab moral, mendapatkan
pekerjaan saat ini , merupakan hal yang cukup sulit bagi sebagian fresh graduate
perguruan tinggi. Banyak sekali calon pekerja yang berkeinginan untuk bekerja di
instansi pemerintahan atau swasta, namun akses mendapatkan pekerjaan saat ini
sangat terbatas, dan menyebabkan jumlah pengangguran semakin banyak. Jika
persentase jumlah angkatan kerja yang mengangur terus membubung tinggi, dapat
dipastikan pertumbuhan ekonomi akan berjalan lambat, dan menganggu
pertumbuhan ekonomi. Berbagai tindakan kriminal (premanisme, pelacuran,
narkoba, pencurian dan perjudian) sangat mudah terjadi hingga akhirnya tujuan
pembangunan nasional semakin sulit tercapai.
Dari segi ekonomi , masalah pengangguran adalah hal yang sangat
merugikan karena manusia mempunyai kebutuhan yang tidak terbatas. Sebagai
calon tenaga kerja, mahasiswa dituntut untuk mampu berpikir kreatif dan inovatif
dan mampu membaca peluang serta pandai memanfaatkan peluang tersebut sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki dan tidak terfokus hanya pada satu jenis
keterampilan saja.
Wirausaha dan koperasi barangkali merupakan salah satu usaha
solusi untuk mengatasi meningkatnya jumlah pengangguran. Menurut Undang-
undang No. 25/1992, koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-
perorangan atau badan hukum Koperasi dengan melandaskan kegiatannya
berdasarkan prinsip Koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan (Sitio dan Tamba, 2001). Koperasi sebagai
organisasi ekonomi yang berwatak sosial sebagai usaha bersama berdasar asas-
asas kekeluargaan dan gotong royong (Widiyanti, 94). Dari tiga pilar
pembangunan ekonomi bangsa (Negara/pemerintah,korporasi/swasta dan
koperasi), sampai saat ini fungsi dari koperasi belum dimanfaatkan secara
maksimal oleh ruang besar pertisipasi rakyat dalam hal aktifitas pembangunan
ekonominya.
Sebagian Masyarakat belum menyadari tentang peran dan fungsi
dari koperasi. Sebagian besar kegiatan wirausaha dapat membantu meningkatkan
indeks pembangunan ekonomi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat banyak,
baik secara langsung maupun tidak langsung. Tujuan ini adalah sekaligus dari
konsep tujuan Koperasi itu sendiri yang bertujuan untuk menjadikan kondisi
sosial dan ekonomi anggotanya lebih baik dibandingkan sebelum bergabung
dengan Koperasi (http://djunaedird.wordpress.com/wp-admin/ - _ftn1 ) yang
dalam hal ini memegang teguh konsep ekonomi kerakyatan dan prinsip
kekeluargaan dimana seluruh sivitas akademika universitas Swadaya Gunung Jati
Cirebon merupakan satu keluarga baik itu tingkat Universitas maupun tingkat
Fakultasnya.
Dari uraian diatas tersebut dapat digambarkan bahwa dengan
adanya proses pendidikan wirausaha yang terimplemntasi dan terealisasi di
kegiatan nyata dalam keterlibatan mahasiswa dan universitas sebagai lembaga
pendidikan di kegiatan koperasi mahasiswa, merupakan salah satu sarana
pengenalan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi disamping
meningkatkan rasa kekeluagaan sesama sivitas akademikanya itu sendiri.
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk
membuat karya ilmiah dengan judul: “ Peranan Koperasi Mahasiswa Dalam
Membentuk Sumber Daya Mahasiswa Berjiwa Entrepreneurship ”

1.2 Rumusan Masalah


Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang masalah
diatas, agar penulis lebih terarah dan tidak menyimpang dari permasalahan, maka
penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Mengapa koperasi dapat dijadikan model pendidikan kewirausahaan bagi
mahasiswa ?
2. Apakah pembentukan koperasi mahasiswa dapat menimbulkan pengaruh
terhadap mahasiswa dalam upaya peningkatan kemampuan wawasan
enterpreneurship mahasiswa di Unswagati Cirebon?

1.3 Tujuan dan Kegunaan Karya Ilmiah


1.3.1 Tujuan Penulisan Karya Ilmiah
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas,penulisan
karya ilmiah ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh koperasi mahasiswa
dalam membentuk sumber daya mahasiswa berwawasan kewirausahaan serta jiwa
enterpreneurship di tiap – tiap Fakultas maupun jurusan yang ada di Unswagati.

1.3.2 Kegunaan Karya Ilmiah


Kegunaan penyusunan karya ilmiah yang hendak dicapai oleh penulis
adalah:
1. Bagi Lembaga Atau Instansi. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
menajdi sumbangan pemikiran dalam pengambilan keputusan yang berhubungan
dengan proses pendidikan kewirausahaan di Perguruan Tinggi khususnya di
Unswagati
2. Bagi keilmuan. Sebagai bahan acuan dan pembanding dalam mengkaji
lebih lanjut mengenai pengeruh pembentukan koperasi mahasiswa di tiap fakultas
unswagati sebagai sarana pengenalan kewirausahaan dan mempererat rasa
kekeluargaan pada mahasiswa Unswagati Cirebon.
3. Bagi Masyarakat. dapat dijadikan sumber informasi dan referensi bagi
peneliti lain dan bagi para pembaca,

1.4 Penyusunan Karya Ilmiah


Penyusunan karya ilmiah ini dilakukan di Universitas Swadaya Gunung
Jati Cirebon. Yang beralamatkan di jalan Pemuda No.32 Kota Cirebon, kode pos
45132. Waktu penyusunan karya ilmiah ini selama kurang lebih 1 (satu ) bulan
terhitung dari awal bulan desember 2009 sampai dengan awal bulan januari 2010.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Koperasi
2.1.1 Pengertian Koperasi
Koperasi mempunyai kedudukan yang kuat dan sangat penting di
dalam sistem perekonomian nasional Indonesia, karena koperasi merupakan
sokoguru perekonomian Indonesia, sebagaimana yang tercantum dalam UUD
1945 pasal 33 ayat 1 yang berbunyi “Perekonomian disusun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Pasal tersebut secara implisit
menunjukan bahwa kedudukan koperasi sangat penting, karena koperasi
merupakan badan usaha yang berdasarkan azas kekeluargaan tersebut. Sehingga
koperasi diyakini dapat diandalkan untuk menopang perekonomian Indonesia.
Sebagai salah satu pelaku ekonomi nasional koperasi memiliki misi
sebagai stabilisator ekonomi disamping sebagai agen pembangunan. Krisis
ekonomi yang melanda perekonomian nasional telah menyadarkan banyak pihak
bahwa pengelolaan ekonomi yang mengandalkan perusahaan besar telah membuat
rapuh basis ekonomi nasional. Ketika krisis moneter terjadi, banyak perusahaan
besar yang mengalami kerugian hingga bangkrut. Namun di tengah kondisi
perekonomian nasional yang lemah tersebut ternyata usaha kecil, menengah dan
koperasi masih dapat bertahan dan menjadi tumpuan untuk berperan dalam
menjalankan roda perekonomian nasional.
Pengertian koperasi secara sederhana Koperasi berawal dari kata "co"
yang berarti bersama dan "operation" (operasi) artinya bekerja. Jadi pengertian
koperasi adalah bekerja sama. Sedangkan pengertian umum koperasi adalah suatu
kumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan sama, diikat dalam suatu
organisasi yang berasaskan kekeluargaan dengan maksud mensejahterakan
anggota. Dalam Pasal 1 UU 25 tahun 1992 dijelaskan, koperasi adalah badan
usaha yang beranggotakan orang-seorang atau badan hukum koperasi dengan
melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan
ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan. Adanya gagasan untuk
mengembangkan ekonomi kerakyatan menuntut peran yang besar pada Koperasi
sebagai badan usaha yang bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota
berdasarkan asas kekeluargaan. Margono Djojohadikusumo ( 1941 ) seperti
dikutip Hendrojogi (2004:21 ) menyatakan bahwa ” koperasi adalah perkumpulan
manusia orang-seorang yang dengan sukanya sendiri hendak bekerjasama untuk
memajukan ekonominya”
2.1.2 Sejarah Munculnya Gerakan Koperasi
Hendrojogi (2004:11) menerangkan bahwa gerakan koperasi digagas
oleh Robert Owen (1771-1858), yang menerapkannya pertama kali pada usaha
pemintalan kapas di New Lanark, Skotlandia. Gerakan koperasi ini dikembangkan
lebih lanjut oleh William King (1786–1865) – dengan mendirikan toko koperasi
di Brighton, Inggris. Pada 1 Mei 1828, King menerbitkan publikasi bulanan yang
bernama The Cooperator, yang berisi berbagai gagasan dan saran-saran praktis
tentang mengelola toko dengan menggunakan prinsip koperasi.
Koperasi akhirnya berkembang di negara-negara lainnya. Di Jerman,
juga berdiri koperasi yang menggunakan prinsip-prinsip yang sama dengan
koperasi buatan Inggris. Koperasi-koperasi di Inggris didirikan oleh Charles
Foirer, Raffeinsen, dan Schulze Delitch. Di Perancis, Louis Blanc mendirikan
koperasi produksi yang mengutamakan kualitas barang. Di Denmark Pastor
Christiansone mendirikan koperasi pertanian.
2.1.3 Gerakan Koperasi di Indonesia
Hendrojogi (2004:20) menerangkan bahwa koperasi diperkenalkan di
Indonesia oleh R. Aria Wiriatmadja di Purwokerto, Jawa Tengah pada tahun
1896. Dia mendirikan koperasi kredit dengan tujuan membantu rakyatnya yang
terjerat hutang dengan rentenir. Koperasi tersebut lalu berkembang pesat dan
akhirnya ditiru oleh Boedi Oetomo dan SDI. Belanda yang khawatir koperasi akan
dijadikan tempat pusat perlawanan, mengeluarkan UU no. 431 tahun 19 yang
isinya yaitu :
1. Harus membayar minimal 50 gulden untuk mendirikan koperasi;
2. Sistem usaha harus menyerupai sistem di Eropa;
3. Harus mendapat persetujuan dari Gubernur Jendral;
4. Proposal pengajuan harus berbahasa Belanda.
Hal ini menyebabkan koperasi yang ada saat itu berjatuhan karena
tidak mendapatkan izin Koperasi dari Belanda. Namun setelah para tokoh
Indonesia mengajukan protes, Belanda akhirnya mengeluarkan UU Nomor 91
pada Tahun 1927, yang isinya lebih ringan dari UU no. 431 seperti :
1. Hanya membayar 3 gulden untuk materai;
2. Bisa menggunakan bahasa daerah;
3. Hukum dagang sesuai daerah masing-masing;
4. Perizinan bisa didaerah setempat.
Koperasi menjamur kembali hingga pada tahun 1933 keluar UU yang
mirip UU no. 431 sehingga mematikan usaha koperasi untuk yang kedua kalinya.
Pada tahun 1942 Jepang menduduki Indonesia. Jepang lalu mendirikan koperasi
kumiyai. Awalnya koperasi ini berjalan mulus. Namun fungsinya berubah drastis
dan menjadi alat jepang untuk mengeruk keuntungan, dan menyengsarakan
rakyat. Pasca Indonesia merdeka, pada tanggal 12 Juli 1947, pergerakan koperasi
di Indonesia mengadakan Kongres Koperasi yang pertama di Tasikmalaya. Hari
ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Koperasi Indonesia.( sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Koperasi )

2.1.4 Bentuk - Bentuk Koperasi


Dalam ketentuan di UU 25 tahun 1992 , Koperasi dapat berbentuk
antara lain :
a. Koperasi Primer
Koperasi Primer adalah Koperasi yang didirikan oleh dan
beranggotakan orang-seorang. (Pasal 1 ayat 3)
b. Koperasi sekunder
Bentuk Koperasi Sekunder, secara normatif telah diatur dalam
Undang-undang Nomor 25 tahun 1992 tentang Perkoperasian. Pasal 1 Undang-
undang tersebut menyebutkan, Koperasi Sekunder adalah koperasi yang didirikan
oleh dan beranggotakan koperasi. Secara lebih rinci dijelaskan pada bagian
Penjelasan Pasal 15 bahwa ”Koperasi Sekunder meliputi semua koperasi yang
didirikan oleh dan beranggotakan Koperasi Primer dan/atau Koperasi Sekunder
berdasarkan kesamaan kepentingan dan tujuan efisiensi.” Koperasi Sekunder
dapat didirikan oleh koperasi sejenis maupun koperasi berbagai jenis atau
tingkatan. Pendirian Koperasi Sekunder dalam berbagai tingkatan selama ini
dikenal dengan sebutan (1) Pusat, (2) Gabungan, dan (3) Induk.
Selanjutnya, dalam Pasal 6 ayat (2) diatur tentang syarat pembentukan
Koperasi Sekunder, yakni Koperasi Sekunder dibentuk oleh sekurang-kurangnya
3 (tiga) koperasi.

2.1.5 Fungsi dan Peranan Koperasi


Menurut Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 4 dijelaskan bahwa
fungsi dan peran koperasi sebagai berikut:
a. Membangun dan mengembangkan potensi dan kemampuan ekonomi
anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi dan sosialnya;
b. Berperan serta secara aktif dalam upaya mempertinggi kualitas kehidupan
manusia dan masyarakat;
c. Memperkokoh perekonomian rakyat sebagai dasar kekuatan dan
ketahanan perekonomian nasional dengan Koperasi sebagai sokogurunya;
d. Berusaha untuk mewujudkan dan mengembangkan perekonomian nasional
yang merupakan usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan dan
demokrasi ekonomi.

2.1.6 Nilai-Nilai Koperasi


Hendrojogi (2004:46) melampirkan tentang Jatidiri koperasi dalam
pernyataan Aliansi Koperasi Sedunia, tahun 1995. Nilai-nilai Koperasi
dirumuskan sebagai berikut:
a. Nilai-nilai organisasi :
1. Tolong menolong
2. Tanggung jawab
3. Demokratis
4. Persamaan
5. Keadilan
7. Kesetiakawanan
b. Nilai-nilai etis :
1. Kejujuran
2. Tanggung jawab sosial
3. Kepedulian terhadap orang lain

2.1.7 Perangkat Koperasi


Koperasi dapat menjalankan kegiatannya dengan baik jika dapat
melengkapi alat-alat organisasi koperasi, sebagaimana pada bentuk-bentuk
organisasi lainnya. Alat organisasi koperasi selain menjadi pilar-pilar yang akan
menentukan tumbuh dan runtuhnya koperasi , memungkinkan menjadi suatu alat
yang akan menentukan cara mencapai tujuan, serta tercapai atau tidaknya tujuan
koperasi tersebut
Perangkat organisasi yang ada di koperasi terdiri dari Rapat anggota,
Pengurus dan Pengawas. Cakupan tugas, wewenang serta fungsi dari perangkat
koperasi tersebut antara lain :
a. Rapat Anggota
Dalam Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 22 ayat 1 dan 2
dijelaskan rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam
koperasi; rapat anggota dihadiri oleh anggota yang pelaksanaannya diatur dalam
anggaran dasar.
Dari uraian diatas dijelaskan bahwa pemegang kekuasaan di koperasi
adalah rapat anggota mengambil keputusan berdasarkan musyawarah untuk
mencapai mufakat, dan kemudian akan menetapkan :
a. Anggaran dasar;
b. Kebijaksanaan umum dibidang organisasi manajemen, dan usaha
Koperasi;
c. Pemilihan, pengangkatan, pemberhentian Pengurus dan Pengawas;
d. Rencana kerja, rencana anggaran pendapatan dan belanja Koperasi, serta
pengesahan laporan keuangan;
e. Pengesahan pertanggungjawaban Pengurus dalam pelaksanaan tugasnya;
f. Pembagian sisa hasil usaha;
g. Penggabungan, peleburan, pembagian, dan pembubaran Koperasi.
b. Pengurus
Dalam Undang-undang No. 25 tahun 1992 Pasal 30, disebutkan tugas
dari pengurus antara lain : mengelola koperasi dan usahanya; mengajukan
rancangan rencana kerja serta rancangan rencana anggaran pendapatan dan
belanja koperasi; menyelenggarakan rapat anggota; mengajukan laporan keuangan
dan pertanggungjawaban pelaksanaan tugas; menyelenggarakan pembukuan
keuangan dan inventaris secara tertib; memelihara daftar buku anggota dan
pengurus.
Sedangkan penjelasannya dalam Pasal 29 tentang pengurus koperasi
antara lain , pengurus dipilih dari dan oleh anggota koperasi dalam rapat
anggota. ; pengurus merupakan pemegang kuasa rapat anggota. ; untuk pertama
kali, susunan dan nama anggota pengurus dicantumkan dalam akta pendirian. ;
masa jabatan pengurus paling lama 5 (lima) tahun. ; persyaratan untuk dapat
dipilih dan diangkat menjadi anggota pengurus ditetapkan dalam anggaran dasar.
Selain itu pengurus koperasi dapat mengangkat pengelola yang diberi
wewenang dan kuasa untuk mengelola usaha untuk diajukan kepada rapat
anggota untuk mendapat persetujuan.

c. Pengawas
Pengawasan atau yang dalam bahasa Inggris disebut Controling
adalah merupakan salah satu fungsi dari manajemen. Dalam Undang-undang No.
25 tahun 1992 Pasal 38 dan 39 dijelaskan : pengawas dipilih dari dan oleh anggota
koperasi dalam rapat anggota ; pengawas bertanggung jawab kepada rapat
anggota ; persyaratan untuk dapat dipilih dan diangkat sebagai anggota pengawas
ditetapkan dalam anggaran dasar.
sedangkan tugas dari pengawas : melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kebijaksanaan dan pengelolaan koperasi; membuat laporan tertulis
tentang hasil pengawasannya.dan pengawas berwenang : meneliti catatan yang
ada pada koperasi; mendapatkan segala keterangan yang diperlukan, serta
pengawas harus merahasiakan hasil pengawasannya tersebut terhadap pihak
ketiga

2.1.8 Ketentuan Umum Koperasi


Dalam koperasi dikenal sebagai ketentuan umum, tentang berbagai jenis
simpanan, pinjaman, jenis modal yaitu :
a. Simpanan Pokok adalah : simpanan yang di bayar setahun sekali atau
sekali selama menjadi anggota. besarnya simpanan bergantung dari hasil
kesepakatan pengurus dan anggota koperasi. simpanan hanya bisa di ambil
kembali ketika keluar dari keanggotaan koperasi;
b. Simpanan Wajib adalah : simpanan yang wajib di bayar sebulan sekali.
besarnya simpanan bergantung dari hasil kesepakatan pengurus dan
anggota koperasi. Simpanan hanya bisa di ambil kembali ketika keluar
dari keanggotaan koperasi;
c. Simpanan sukarela atau manasuka adalah : simpanan yang besarnya tidak
di tentukan, tetapi bergantung kepada kemampuan anggota.Simpanan
sukarela dapat di setorkan dan diambil setiap saat;
d. Pinjaman adalah : layanan yang di berikan kepada anggota. Besarnya bisa
di lihat dari saldo simpanan anggota atau di tentukan pengurus dan
anggota koperasi;
e. Jasa Pinjaman adalah : biaya yang di kenakan kepada anggota yang
meminjam yang besarnya di tetapkan oleh anggota dan pengurus koperasi
dalam rapat anggota;
f. Modal koperasi adalah terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.

2.2 Wirausaha
2.2.1 Pengertian Wirausaha
Berikut ini digambarkan teori dan definisi wirausaha yang asal
katanya adalah terjemahan dari entrepreneur. Istilah wirausaha ini berasal dari
kata ( bahasa Prancis ) yang diterjemahkan kedalam bahasa Inggris dengan arti
between taker atau go between.
Pengertian wirausaha secara lebih lengkap dinyatakan oleh Joseph
Schumpeter adalah entrepreneur as the person who destroys the existing
economic order by introducing new product and services, by creating new forms
of organization, or by exploiting new raw materials ( Bygrave, 1994;1) jadi
menurut Joseph Schumpeter entrepreneur atau wirausaha adalah orang yang
mendobrak sistem ekonomi yang ada dengan memperkenalkan barang dan jasa
yang baru, dengan menciptakan bentuk organisasi baru atau mengolah bahan baku
baru. Orang tersebut melakukan kegiatan ekonomi melalui organisasi yang sudah
ada maupun yang baru. Dalam definisi ini ditekankan bahwa seorang wirausaha
adalah orang yang melihat adanya peluang kemudian menciptakan sebuah
organisasi untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Buchari Alma (2007:4,) menerangkan bahwa keuntungan dan
kelemahan menjadi wirausaha yaitu :
Keuntungan menjadi wirausaha :
1. Terbuka peluang untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki sendiri;
2. Terbuka peluang untuk emndemonstrasikan kemampuan serta potensi
seseorang secara penuh;
3. Terbuka peluang untuk memperoleh manfaat dan keuntungan secara
maksimal;
4. Terbuka kesempatan untuk bisa menjadi bos.
Kelemahannya, :
1. Memperoleh pendapatan yang tidak pasti, dan memikul berbagai resiko;
2. Bekerja keras dan waktu/jam kerjanya panjang;
3. Kualitas kehidupannya masih rendah sampai usahanya berhasil. Sebab dia
harus berhemat;
4. Tanggung jawabnya sangat besar, banyak keputusan yang harus di buat
sekalipun dia belum menguasai permasalahan yang ada.

2.2.2 Sifat – Sifat Yang Harus Dimiliki Oleh Wirausaha


Winarto (2002), seperti dikutip M.Awal Satrio N (2006), menjelaskan
bahwa seorang wirausaha hendaknya mempunyai kriteria sebagai berikut :
1. Memiliki komitmen.
Menjadi seorang pengusaha tidak boleh setengah hati. Pemikiran dan
hatinya harus difokuskan bagi berkembangnya usaha yang digeluti. Dia
harus selalu menjaga energi dan vitalitas hidupnya dalam usaha yang
dipilihnya
2. Memiliki konsistensi.
Seorang wirausahawan percaya pentingnya proses dan harus mempunyai
keyakinan penuh bahwa setiap usaha harus dirintis sedikit demi sedikit,
tidak ada yang serba instant. Oleh karena itu mereka wajib menjaga
motivasi kerja yang tinggi.
3. Memiliki produktivitas yang tinggi.
Satu hal yang harus kita percaya bahwa Tuhan memberikan waktu yang
sama kepada seluruh umat manusia yaitu 24 jam sehari. Oleh karena itu
sebagian orang bijak menempatkan bisnis bukan sebagai tujuan melainkan
sebagai dampak dari upaya –upaya produktif. Memanfaatkan waktu secara
produktif berarti memaksa kita untuk mengenali gejala talenta yang ada di
dalam hidup kita.
4. Bertindak efisien dan efektif.
Kedua ukuran ini akan sangat membantu dalam membuat perencanaan
kegiatan yang akan dilakukan. Keduanya merupakan kunci keberhasilan
seorang wirausahawan.
5. Kriteria lain seperti : karakter/kepribadian yang terbuka, berpikir positif,
memberi ruang yang luas bagi gagasan maupun kritikan terhadap dirinya
dan sikap pantang menyerah. Wirausahawan adalah morang yang tidak
pernah surut dalam menghadapi kegagalan.
Suryana, (2006:67) menyatakan hal – yang menentukan keberhasilan
seorang wirausaha adalah :
1. Kemampuan dan kemauan. Orang yang tidak memiliki kemampuan
tetapi banyak kemauan dan orang yang memiliki kemauan tetapi tidak
banyak memiliki kemampuan, keduanya tidak akan menjadi seorang
wirausahawan sukses.
2. Tekad yang kuat dan kerja keras.
3. Mengenal peluang yang ada dan berusaha meraihya ketika ada
kesempatan dan peluang.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Koperasi Dan Wirausaha


Koperasi sebagai model penerapan kegiatan ekonomi yang
berasaskan prinsip kekeluargaan menempatkan anggota sebagai pemilik modal
namun juga sebagai pengelola usaha. Konsep pengelolaan manajemen usaha
koperasi yang tertata secara teratur, transparan dan accountable akan berpengaruh
terhadap indeks kesejahteraan anggota.
Dalam sistem pengelolaan usaha koperasi, insting dan prinsip –
prinsip pendidikan wirausaha sangat mutlak digunakan dalam penerapan
manajeman keseharian pengelolaan koperasi. Dimana seluruh anggota dituntut
untuk benar – benar memahami esensi dari berkoperasi.
Henri Bergson, Filsuf Prancis (1859-1941) seperti dikutip oleh
Husein Umar (2000:4), menyatakan bahwa, "Bertahan hidup artinya selalu siap
untuk berubah; karena perubahan adalah jalan menuju kedewasaan. Dan
kedewasaan adalah sikap untuk selalu mengembangkan kualitas pribadi tanpa
henti." . Seorang wirausaha memerlukan pengetahuan untuk bisa berusaha
bertahan dan berkembang dalam perekonomian modern, dalam berkehidupannya
wirausaha koperasi dapat mengenal dan menghayati esensi dasar kewirausahaan
yang terdiri dari kemauan yang kuat untuk berkarya dengan semangat
kemandirian, kemauan dan kemampuan memecahkan masalah dan mengambil
keputusan secara sistematis termasuk keberanian mengambil risiko usaha,
kemampuan berfikir dan bertindak kreatif dan inovatif, kemampuan bekerja
secara teliti, tekun, dan produktif, kemauan dan kemampuan untuk berkarya
dalam kebersamaan berlandaskan etika bisnis yang sehat.
Hal di atas dapat menjadi kunci dalam meningkatkan kualitas
sumber daya manusia sebagai pengelola koperasi baik itu pengurus, pengawas,
manajer maupun anggotanya. Proses transformasi yang terjadi ketika menjadi
anggota koperasi, dapat menjadi pedoman awal dalam membangun mentalitas
entrepreneur yang unggul dan kreatif. Yang bisa didapatkan dari proses
manajemen pengelolaan unit usaha koperasi baik itu unit usaha jenis barang
maupun jasa. Hingga sampai ke jenjang pemahaman alur usaha, anggota diberikan
keleluasaan untuk dapat melakukan kegiatan usaha sejenis secara individu diluar
koperasi. Momen inilah yang akan membangun dan menciptakan wirausahawan –
wirausahawan baru yang tentu saja dapat mendorong indeks pertumbuhan
ekonomi secara makro.

3.1.1 Proses Pendidikan Wirausaha


Pendidikan yang dilakukan di perguruan tinggi terkadang lebih
memfokuskan kepada kemampuan keprofesiannya saja tanpa mempertimbangkan
kemampuan softskills. Konsep pendidikan seperti ini akan membuat stagnansitas
indeks kualitas SDM sarjana lulusan perguruan tinggi. Pembinaan generasi muda
yang terlibat aktif dalam gerakan koperasi baik yang terjun langsung sebagai
pengelola maupun secara tidak langsung, perlu dilakukan secara terencana, terarah
dan terpadu. Program pendidikan dan pelatihan yang dilaksanakan secara simultan
dan berkesinambungan dalam penyelenggaraan koperasi di tingkat mahasiswa
dapat memberikan bekal pemahaman dan peningkatan managerial skills &
entrepreneurship skills, dalam hal mempersiapkan sumber daya manusia yang
siap terjun ke dalam dunia kewirausahaan.
Pemerintah sejak beberapa tahun terakhir mulai menyadari kurang
maksimalnya penerapan konsep pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi,
hal itu diungkapkan oleh mantan menteri pendidikan nasional RI Mohammad
NUH, di acara workshop kewirausahaan perguruan tinggi menyatakan “
diharapkan bahwa pendidikan tinggi dapat menjadi penyumbang terhadap
meningkatnya jumlah wirausahawan yang pada saat ini, sehingga lebih bisa
melakukan pendekatan kepada dunia usaha maupun dunia kerja,”. ( sumber:
kompas,13 april 2009)
Mata kuliah kewirausahaan yang terdapat di Unswagati (buku
panduan Unswagati, 2009 ) yang hanya diberikan sebanyak 3 SKS masih
cenderung dirasakan transformasi teoritis jika tidak dibarengi dengan
implementasi nyata tentang konsep empiris berwirausaha bagi mahasiswa.
Koperasi mahasiswa dengan segala tinjauannya diharapkan mampu
dijadikan wadah kelanjutan dari pemahaman teoritis mata kuliah kewirausahaan.
Sebagai moda pembelajaran nyata bagi mahasiswa sehingga diharapkan adanya
proses penciptaan maupun pematangan kemampuan wawasan wirausaha yang
baik bagi mahasiswa setelah menjadi anggota di koperasi mahasiswa.
Menjadi wirausaha koperasi dapat berpeluang memiliki
kemampuan dalam menemukan dan mengevaluasi peluang-peluang,
mengumpulkan sumber-sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk
memperoleh keuntungan dan peluang-peluang itu. Sebagai pengelola koperasi
yang berjiwa wirausaha, pengurus atau manajer dapat disebut pemimpin dan
mereka dapat terus mengeksplorasi sifat kepemimpinannya dalam melaksanakan
kegiatan-kegiatan perkoperasian, sehingga proses pendidikan kewirausahaan
dapat terjadi tanpa mereka sadari sebelumnya.

3.2 Koperasi Mahasiswa


Secara eksplisit telah dijelaskan di sub bab sebelumnya tentang
deskripsi dari koperasi dan wirausaha. Kesemua hal yang terpaparkan adalah
sebagai acuan dalam membuat deskripsi gagasan tentang pemanfaatan koperasi
mahasiswa sebagai wadah pembelajaran secara empiris bagi mahasiswa di
Unswagati tentang konsep pendidikan kewirausahaan yang berhubungan dengan
realitas kondisi sosial ekonomi masyarakat global khususnya kebutuhan akan
kualitas sumber daya manusia, untuk bisa menselaraskan dengan kemajuan ilmu
pengetahuan, teknologi ( IPTEK ) dan kebutuhan kepada kualitas lembaga
pendidikan dalam hal ini perguruan tinggi yang mampu mencetak kader – kader
generasi muda yang inovatif, kreatif dan berdaya saing unggul.
Bahkan pandangan tentang perlunya pembinaan kewirausahaan
melalui kegiatan koperasi dikalangan mahasiswa, terealisasikan dalam agenda
program Kementerian Negara Koperasi dan UKM yang berkomitmen menggenjot
penumbuhan wirausahawan baru dari kalangan alumni perguruan tinggi untuk
mengatasi pengangguran yang terus bertambah. (Sumber :Bisnis Indonesia-15
December 2009).
Kelangkaan sumberdaya usahawan – usahawan muda yang
menjadi penentu perekonomian bangsa di masa yang akan datang menjadi sebuah
amanat moral bagi stakeholder yang ada, dalam hal ini kalangan lembaga dunia
pendidikan di Indonesia, untuk menciptakan agent of change yang benar – benar
bisa merubah kondisi perekonomian masyarakat dan membawa perekonomian
bangsa untuk dapat beradapatasi di era globalisasi ke arah yang lebih baik.

3.2.1 Ruang Lingkup Kewirausahaan di Koperasi Mahasiswa


Program pemasyarakatan kewirausahaan telah dilakukan oleh
pemerintah dalam langkah-langkah pembinaan dan pengembangan sumber daya
manusia dan sesuai dengan Undang-Undang No. 9 Republik Indonesia Tahun
1995 Tentang Usaha Skala Kecil yang terdiri dari :
1. Memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan,
2. Meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial,
3. Membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan, pelatihan,
konsultasi usaha kecil
4. Menyediakan tenaga penyuluhan dan konsultasi usaha kecil.
Upaya-upaya yang dilakukan oleh pemerintah ini diharapkan dapat
meningkatkan kemampuan perangkat kelembagaan di bidang ekonomi, sosial,
politik dan pemerintahan dalam menciptakan keterpaduan yang serasi sehingga
kualitas sumber daya manusia Indonesia dapat menjadi andalan dalam
pembangunan, yang diantaranya dapat diwujudkan dari bentuk usaha koperasi.
Partisipasi aktif dari mahasiswa diharapkan menjadi titik
keseimbangan antara konsep kurikulum pendidikan kewirausahaan dan manfaat
serta tujuan yang akan didapatkannya walau hanya sebatas lingkup predikat
profesi akademis dalam hal ini mahasiswa.

3.2.2 Tujuan Proses Pendidikan Koperasi Mahasiswa


Koperasi melalui pendidikan wirausahanya akan melahirkan
kesadaran dan kerja sama kelompok, perencanaan kelompok, dan kegiatan
kelompok. Pendidikan koperasi dilaksanakan dengan dasar-dasar kerja sama
bukan dengan persaingan yang tajam. Pendidikan koperasi memunculkan pula
pembagian kegiatan didalam pengembangan partisipasi anggota. Tujuan
pendidikan koperasi ini adalah agar setiap anggota memiliki keterampilan dan
pengetahuan bagaimana cara mengembangakan agar memajukan suatu
perkoperasian dengan tidak mengesampingkan kemampuan berwirausaha dari
seluruh anggotanya.

3.3 Pendidikan Wirausaha Koperasi dan Tujuan Pembangunan Nasional


Koperasi mahasiswa juga merupakan bagian dari gerakan social.
Definisi gerakan sosial sendiri menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991 :
312), tindakan atau agitasi terencana yang dilakukan oleh suatu kelompok
masyarakat yang disertai program terencana dan ditujukan pada suatu perubahan
(http.uin-suka.infohumas.com ). Apabila koperasi dapat disebut sebagai gerakan
sosial, koperasi secara tidak langsung merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari sistem yang ada di masyarakat. Baik itu sistem ekonomi, budaya, politik, dan
sebagainya.
Berangkat dari pemahaman inilah, proses pendidikan yang di
koperasi dapat dijadikan sebagai embrio pembentukan generasi – generasi bangsa
yang unggul dan berkualitas sehingga dapat mempercepat dan mempermudah
proses tercapainya tujuan pembangunan nasional di tengah – tengah lingkungan
masyarakat yang serba dinamis dan plural.
Tercapainya kesejahteraan anggota melalui kesejahteraan koperasi,
diharapkan dapat berimbas kepada kesejahteraan masyarakat yang adil dan
makmur. Tanpa mengesampingkan prinsip – prinsip kemanusiaan, keadilan dan
kesetaraan.
BAB IV
KESIMPULAN

Kampus sebagai sebuah inkubator tempat melahirkan mahasiswa


intelektual nan kreatif berjiwa entrepreneurship, adalah bagian dari kelengkapan
dukungan menuju tujuan proses pendidikan wirausaha koperasi. Mental bisnis
mahasiswa, akan semakin terasah dan jeli mengamati dinamisasi kehidupan
kampus dan masyarakat luas. Sehingga mahasiswa yang cukup kreatif, dapat
memilih berpikir dengan memaksimalkan potensi yang dapat dimanfaatkan.
Kehidupan mahasiswa, merupakan masa pergulatan batin antara
dunia idealitas, obsesi, harapan, dan realitas. Karakteristik mahasiswa yang
berjiwa dinamis, kreatif, serta inovatif, menjadi gambaran mahasiswa yang
berjiwa entrepreneurship. Mahasiswa dapat terganggu proses kemandiriannya
untuk menjadi seseorang yang mampu beradaptasi dengan maksimal terhadap
desakan kebutuhan dirinya karena terbiasa menggantungkan dari jaminan biaya
orang tua. Jika ditinjau secara fisiologis dan psikologis, mahasiswa seharusnya
sudah mampu hidup mandiri dan mulai melepaskan ketergantungan dirinya
terhadap orang lain sedikit demi sedikit. Tingginya aksi kriminalitas, merebaknya
prostitusi, kasus TKI ilegal dan semacamnya, merupakan akumulasi dan sedikit
imbas dari banyaknya pengangguran di tanah air. Menjadi sebuah dilematis
ketika mahasiswa yang diposisikan sebagai sosok intelektual yang berasal dari
midclass social economics masyarakat, tak mampu mengatasi masalah
keterbatasan lapangan kerja.
Terbentuknya mentalitas entrepreneurship di mahasiswa
diharapkan dapat membuat indeks daya saing, daya tahan dan daya guna dari
mahasiswa tersebut menjadi lebih berkualitas sehingga ketika sudah menyandang
gelar kesarjanaannya ada alternative lain selain mencari pekerjaan di perkantoran,
yaitu membuka sector usaha baru. Hal ini merupakan sebuah jawaban dari
masalah klasik yang terjadi di hampir setiap negara di dunia perihal keterbatasan
peluang akses mendapatkan pekerjaan yang tentu saja berimbas kepada banyak
hal. Ketika mahasiswa sudah mampu berpikir layaknya wirausahawan bukan
hanya dirinya sendiri yang dapat tertolong, namun banyak orang lain yang akan
dapat memperoleh akses lapangan pekerjaan yang baru. Hal ini akan berimplikasi
bagi peningkatan pertumbuhan ekonomi makro maupun mikro, sehingga
kesejahteraan rakyat akan tercapai, angka tindakan tidak terpuji yang terjadi di
masyarakat akibat factor ketidakseragaman kemampuan ekonomi akan
terminimalisasi, laju inflasi dapat tertekan, indeks kesejahteraan masyarakat akan
meningkat dan memperkecil celah yang cukup signifikan antara anggota
masyarakat satu dan lainnya akibat dari factor social ekonomi, indeks kesehatan
masyarakat akan terpenuhi, indeks persepsi serta penerapan kualitas pendidikan
formal dan non formal akan lebih baik, dan masih banyak hal lain yang belum
bisa ditulis secara komprehensif oleh penulis apabila tujuan pembangunan
nasional jangka panjang tersebut dapat terealisasi akibat dari meningkatnya
kamampuan SDM dan kesadaran entrepreneurshipskill yang diterapkan melalui
proses pendidikan di perguruan tinggi tentang kewirausahaan melalui
pembentukan koperasi mahasiswa dan didi oleh partisipasi aktif anggota atau
mahasiswanya sendiri.
Payaman Simanjuntak (1982:11), menerangkan bahwa pendidikan
dan latihan kerja merupakan salah satu factor yang penting dalam pengembangan
sumber daya manusia, Pendidikan dan latihan tidak saja menambah pengetahuan,
akan tetapi juga meningkatkan keterampilan kerja, dengan demikian
meningkatkan produktivitas kerjanya sehingga seseorang dapat meningkatkan
penghasilannya melalui peningkatan proses pendidikan
Soetan Syahrir (1947), seperti yang dikutip oleh PY. Nur Indro
(2009:76), menerangkan bahwa ” ilmu pengetahuan bukan merupakan sesuatu
yang mati tetapi merupakan suatu hakekat yang hidup, yang berkembang dan
senantiasa harus dipupuk dan dipelihara”. Dari kutipan diatas, dapat dipahami
bahwa proses pendidikan harus terus menerus dilakukan agar tercapai stabilitas
kualitas yang baik dalam penjaminan terselenggaranya kebaikan dari konsep yang
akan dijalankan.
Dari penguraian dan peninjauan yang dilakukan oleh penulis dari
bab pendahuluan sampai dengan bab terakhir, dapat disimpulkan bahwa adanya
pembentukan koperasi mahasiswa baik itu tingkat fakultas maupun tingkat
universitas yang benar – benar mengedepankan prinsip pengelolaan manajemen
usaha koperasi yang tertata secara teratur, transparan dan accountable akan benar
– benar menjadi wadah pembelajaran nyata bagi mahasiswa di unswagati
khususnya dalam hal peningkatan wawasan kewirausahaan yang berjiwa
entrepreneurship.
Koperasi mahasiswa yang terdiri dari partisipasi mahasiswa,
hendaknya tak lepas dari dukungan lembaga pendidikan yang menaunginya dalam
hal ini adalah universitas maupun fakultas, baik itu dalam bentuk materiil maupun
imateriil. Sehingga tercapai sebuah sinkronisasi dan kesepadanan konsep
pendidikan kewirausahaan bagi mahasiswa melalui wadah koperasi mahasiswa.
Penciptaan mahasiswa yang kreatif, inovatif, berjiwa entrepreneurship,
membutuhkan kesadaran bersama, baik dari dosen, rektor, birokrat pendidikan,
mahasiwa, swasta, masyarakat dan stakeholder yang ada.
Daftar Pustaka

Drs.Hendrojogi,M.Sc.,2004. KOPERASI- asas teori dan praktek, Rajawali Press,


Jakarta.
Husein Umar, 2000. Riset Sumberdaya Manusia Dalam Organisasi, PT.
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Prof. Dr Buchari Alma,2007. Kewirausahaan, Penerbit Alfabeta. Bandung
P.Y Nur Indro. 2009. Pemikiran Politik Soetan Sjahrir dan Partai Sosialis
Indonesia Tentang Sosialisme Demokratis. Inisiatif warga-UKM Media
Parahyangan-UKM Pusik Parahyangan. Bandung
--------------------- , 1982. Sumber Daya Manusia;kesempatan kerja dan
pembangunan ekonomi. Lembaga Penerbit Fakultas ekonomi Universitas
Indonesia. Jakarta
Drs. Ig Wursanto, 2005. Dasar – Dasar Ilmu Organisasi. Penerbit Andi .
Yogyakarta
-------------------- ,Entrepreneurship Membangun Spirit Teknopreneurship.
Penerbit Andi. Yogyakarta
Ir. Muh. Awal Satrio Nugroho,MM. Kewirausahaan berbasis spiritual. Penerbit
Kayon. Yogyakarta.
Lampiran
lampiran

ANGGARAN DASAR
KOPERASI MAHASISWA FAKULTAS PERTANIAN UNSWAGATI
BAB I
NAMA, TEMPAT, KEDUDUKAN, DAN JANGKA WAKTU
Pasal 1
1. Badan usaha ini bernama : Koperasi Mahasiswa Fakultas Pertanian Unswagati, dan
selanjutnya dalam anggaran dasar atau anggaran rumah tangga disebut KOPMA Faperta
Unswagati.
2. KOPMA Faperta Unswagati ini berkedudukan di kampus Fakultas Pertanian
Unswagati, Jl. Pemuda No 32, Kota Cirebon.
3. KOPMA Faperta Unswagati didirikan untuk jangka waktu yang tidak terbatas,
terhitung dari
mulai disahkannya sebagai badan hukum.
BAB II
LANDASAN, ASAS, PRINSIP, DAN FUNGSI
Pasal 2
1. KOPMA Faperta Unswagati berlandaskan Pancasila dan UUD 1945.
2. KOPMA Faperta Unswagati berazaskan kekeluargaan dan gotong royong.
3. KOPMA Faperta Unswagati melaksanakan prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Keanggotaan bersifat sukarela.
b. Pengelolaan dilakukan secara demokratis.
c. Pembagian sisa hasil usaha dilakukan secara adil, sebanding dengan jasa masing
masing anggota.
d. Kemandirian.
e. Pendidikan berkoperasi.
f. Kerja sama antar koperasi.
4. KOPMA Faperta Unswagati berfungsi untuk membangun dan mengembangkan
kesejahteraan anggota pada khususnya, dan masyarakat pada umumnya serta
menanamkan rasa tanggung jawab, disiplin, setia kawan, dan musyawarah dalam diri
anggota.
BAB III
KEANGGOTAAN
Pasal 3
1. Anggota KOPMA Faperta Unswagati adalah pemilik sekaligus pengguna jasa.
2. Keanggotaan KOPMA Faperta Unswagati tidak dapat dipindah tangankan.
3. Keanggotaan koperasi hanya dapat dibuktikan dengan catatan dalam buku daftar
anggota dan kartu anggota.
BAB IV
RAPAT-RAPAT
Pasal 4
1. Rapat anggota merupakan pemegang kekuasaan tertinggi dalam KOPMA Faperta
Unswagati.
2. Rapat anggota terdiri dari:
a. Rapat Anggota Tahunan (RAT), yaitu rapat yang diselenggarakan untuk membahas
dan mengesahkan pertanggung jawaban pengurus serta memilih dan mengesahkan ketua
baru KOPMA Faperta Unswagati, yang pelaksanaannya paling lambat 2 (dua) bulan
setelah tahun buku lampau.
b. Rapat Anggota Luar Biasa, yaitu rapat yang diselenggarakan apabila keadaan
mengharuskan adanya keputusan segera yang wewenangnya ada pada rapat anggota.
c. Rapat Pleno, yaitu rapat yang dihadiri oleh seluruh pengurus dan badan pengawas dan
dilaksanakan sekurang-kurangnya 2 (dua) kali dalam setahun.
3. Rapat anggota diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam setahun.
BABV
PENGURUS
Pasal 5
1. Pengurus adalah salah satu organ koperasi yang bertugas mengelola dan melaksanakan
kegiatan-kegiatan perkoperasian dengan dipimpin oleh seorang ketua.
2. Ketua KOPMA Faperta Unswagati dipilih dari dan oleh anggota dalam Rapat Anggota
Tahunan.
3. Pengurus dipilih untuk masa jabatan 1 (satu) tahun.
Pasal 6
1. Pengurus bertugas untuk:
a.Mengelola usaha KOPMA Faperta Unswagati.
b.Melakukan segala perbuatan hukum dan atas nama KOPMA Faperta Unswagati.
c.Mewakili koperasi di hadapan dan di luar pengadilan.
d.Menyelenggarakan dan memlihara Daftar Buku Anggota.
e. Menyelenggarakan pembukuan keuangan dan inventaris secara tertib dan teratur.
f. Menyelenggarakan Rapat Anggota.
2. Tugas pokok masing-masing anggota pengurus ditetapkan dalam Rapat Pengurus.
Pasal 7
Pengurus berkewajiban untuk:
1. Mensosialisasikan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam Anggaran Dasar,
Anggaran Rumah Tangga, Peraturan Khusus, dan Keputusan Rapat Anggota lainnya,
agar dapat diketahui dan dipahami, untuk kemudian dilaksanakan dengan penuh tanggung
jawab,
2. Mencatat setiap kejadian yang berkaitan dengan KOPMA Faperta Unswagati dan
segala hal yang berkaitan dengan jalannya KOPMA Faperta Unswagati, seta
memberitahukannya secara terbuka kepada anggota.
3. Memelihara kerukunan antar anggota dan mencegah hal yang menyebabkan timbulnya
perselisihan paham.
4. Menuangkan kerugian yang diderita sebagai akibat dari kelalaian pengurus, baik secara
perorangan maupun kelompok, dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya.
Pasal 8
Pengurus berhak untuk:
1. Menggunakan fasilitas, sarana maupun dana yang tersedia dalam menjalankan tugas
dan kewajibannya sesuai dengan Keputusan Rapat Anggota.
2. Mengangkat manager atau karyawan sebagai pengelola usaha koperasi.
3. Merumuskan dan merencanakan program kegiatan yang berkaitan dengan
perkoperasian.
4. Menerima imbalan jasa sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
BAB VI
BADAN PENGAWAS
Pasal 9
1. Badan Pengawas adalah salah satu organ koperasi yang bertugas mengawasi jalannya
koperasi dan manajemen kepengurusan koperasi.
2. Anggota Badan Pengawas dipilih dari dan oleh anggota.
3. Badan Pengawas bertanggung jawab kepada Rapat Anggota.
4. Keanggotaan Badan Pengawas dipilih untuk masa jabatan 1 (satu) tahun.
Pasal 10
Badan Pengawas berkewajian untuk:
1. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan kebijakan dan pengelolaan koperasi.
2. Membuat laporan tertulis tentang hasil pengawasannya untuk kemudian disampaikan
kepada pengurus, sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali dan anggota pada saat Rapat
Anggota.
Pasal 11
Badan Pengawas berhak untuk:
1. Menggunakan fasilitas, sarana, dan dana yang tersedia dalam menjalankan tugas dan
kewajibannya sesuai dengan keputusan Rapat Anggota.
2. Meneliti dan memeriksa segala catatan, berkas, barang-barang, ruang serta bukti bukti
yang ada pada koperasi.
3. Menerima imbalan yang jumlah dan waktu pemberiannya ditentukan dalam Rapat
Anggota.
BAB VII
PENGELOLAAN KOPERASI
Pasal 12
1. Pengelola Koperasi diangkat dan diberhentikan oleh pengurus berdasarkan Rapat
Pengurus.
2. Tugas, wewenang, tanggung jawab dan gaji serta pendapatan lainnya atas pengelola
ditetapkan dalam suatu kontrak kerja / diperbaharui tiap awal kepengurusan.
3. Pengelola wajib memenuhi persyaratan minimal:
a. Tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang keuangan dan atau dikenai
keputusan hukum karena terbukti melakukan tindak pidana di bidang keuangan.
b. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
BAB VIII
DEWAN PENASEHAT
Pasal 13
1. Dewan Penasehat adalah salah satu organ yang berfungsi memberikan saran dan
pendapat kepada pengurus untuk kemajuan koperasi, baik diminta maupun tidak diminta.
2. Keberadaan Dewan Penasehat tidak wajib sifatnya, tergantung pada situasi dan
kondisi, dengan persetujuan Rapat Anggota.
3. Keanggotaan Dewan Penasehat dapat dipilih dari Anggota, maupun bukan anggota.
4. Anggota Dewan Penasehat tidak menerima gaji, akan tetapi dapat diberikan uang jasa
atau
imbalan sesuai dengan kesepakatan dan keputusan Rapat Anggota.
5. Anggota Dewan Penasehat tidak mempunyai hak suara dalam Rapat Anggota.
6. Masa jabatan Dewan Penasehat tidak mempunyai hak suara dalam Rapat Anggota.
7. Masa jabatan Dewan Penasehat sama dengan masa kerja kepengurusan.
BAB IX
PEMBUKUAN KOPERASI
Pasal 14
1. Tahun buku koperasi dimulai pada tanggal ………..sampai dengan tanggal……...
2. Koperasi wajib menyelenggarakan pembukuan tentang badan usahanya.
3. Koperasi wajib, pada setiap tutup tahun buku, mengadakan penghitungan laba/rugi.
4. Laporan keuangan perhitungan neraca laba/rugi koperasi tersebut dapat meminta jasa
audit pada akuntan publik atau koperasi jasa audit.
BAB X
PERMODALAN
Pasal 15
1. Modal koperasi terdiri dari modal sendiri dan modal pinjaman.
2. Modal sendiri berasal dari:
a. Simpanan anggota.
b. Dana cadangan.
c. Hibah yang tidak mengikat.
3. Modal pinjaman berasal dari:
a. Anggota.
b. Koperasi lain.
c. Bank atau lembaga keuangan lainnya.
d. Penerbitan obligasi dan surat hutang lainnya.
e. Sumber lainnya yang sah dan halal. Setiap anggota harus menyimpan atas
namanya pada Koperasi, simpanan pokok sejumlah Rp.
……………………………..(ribu rupiah) pada waktu keanggotaan diakhiri
merupakan tagihan atas koperasi sejumlah tadi, jika perlu dikurangi dengan
bagian tanggungan kerugian koperasi.
BAB XII
SIMPANAN ANGGOTA
Pasal 16
1. Simpanan Anggota terdiri dari:
2. Setiap anggota harus menyimpan atas namanya sendiri pada koperasi.
3. Uang simpanan anggota tidak dapat diminta kembali selama anggota belum berhenti
sebagai anggota.
4. Apabila keanggotaan berakhir, maka simpanan anggota setelah dipotong dengan
bagian tanggungan kerugian, dikembalikan kepada yang berhak dengan segera, selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan kemudian.
5. Simpanan dalam bentuk lain dapat diminta kembali sesuai dengan keputusan Rapat
Anggota atau sesuai perjanjiannya.
Pasal 17
1. Uang simpanan pokok harus dibayar ……………………..
2. Setiap anggota diwajibkan untuk membayar simpanan wajib atas namanya pada
Koperasi sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga.
3. Setiap anggota digiatkan untuk mengadakan simpanan sukarela atas namanya pada
Koperasi sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Rumah Tangga dan Peraturan Khusus.
4 Simpanan Pokok dan Simpanan Wajib tidak diberi bunga tetapi diberi bagian Sisa Hasil
Usaha yang besarnya ditetapkan dalam Rapat Anggota.
Pasal 18
1. Uang simpanan pokok tidak dapat diminta kembali selama anggota belum berhenti
sebagai anggota.
2. Uang simpanan wajib tidak dapat diminta kembali selama anggota belum berhenti
sebagai anggota.
3. Uang simpanan sukarela tidak dapat diminta kembali selama anggota belum berhenti
sebagai anggota.
BAB XIII
SISA HASIL USAHA
Pasal 19
1. Sisa Hasil Usaha (SHU) KOPMA Faperta Unswagati merupakan pendapatan yang
diperoleh dalam satu tahun buku, setelah dikurangi biaya operasional, penyusutan, dan
kewajiban lainnya, termasuk pajak, dalam tahun buku yang bersangkutan.
2. Sisa Hasil Usaha (SHU), setelah dikurangi dana cadangan, dibagikan kepada anggota
sebanding dengan jasa usaha yang dilakukan masing-masing anggota KOPMA Faperta
Unswagati serta digunakan untuk dana pendidikan, uang jasa pengurus/Badan Pengawas,
gaji karyawan, dana sosial dan pembangunan daerah kerja sesuai dengan keputusan Rapat
Anggota.
3. Prosentase pembagian SHU diatur lebih lanjut dalam Anggaran Rumah Tangga.
BAB XIV
TANGGUNGAN KERUGIAN
Pasal 20
1. Kerugian yang diderita KOPMA Faperta Unswagati pada akhir tahun buku, ditutup
dengan dana cadangan.
2. Apabila kerugian yang tersebut pada ayat 1 (satu) belum dapat ditutup sepenuhnya oleh
dana cadangan, maka Rapat Anggota dapat memutuskan untuk membebaskan bagian
kerugian yang belum terpenuhi itu dengan ditutup atau diperhitungkan dengan SHU.
3. Penutupan tangggungan kerugian KOPMA Faperta Unswagati yang tersebut pada ayat
1 (satu) dan 2 (dua) tidak termasuk untuk kerugian sebagaimana tercantum pada pasal 7
(tujuh) dan ayat 5 (lima).
4. Apabila KOPMA Faperta Unswagati dibubarkan dan pada penyelesaiannya ternyata
bahwa kekayaannya tidak mencukupi untuk melunasi segala perjanjian dan kewajibannya
maka seluruh anggota wajib menanggung kerugian masing-masing terbatas pada
simpanan anggota.
BAB XV
PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN
Pasal 21
1. Pembubaran KOPMA Faperta Unswagati dapat dilakukan berdasarkan:
a. Keputusan Rapat Anggota.
b. Keputusan Pemerintah.
Pasal 24
Untuk kepentingan kreditor dan anggota KOPMA FIB-UI terhadap pembubaran KOPMA
Faperta Unswagati dilakukan penyesuaian pembubaran yang selanjutnya disebut
penyelesaian.
BAB XVI
PEMBINAAN
Pasal 22
1. KOPMA Faperta Unswagati melaksanakan kegiatan perkoperasian dan teknik usaha
bagi
anggota.
2. KOPMA Faperta Unswagati melaksanakan pendidikan perkoperasian bagi pengurus
dan karyawan KOPMA Faperta Unswagati.
3. Pembinaan tersebut dilaksanakan sendiri maupun melalui kesempatan yang ada.
BAB XVII
PERUBAHAN ANGGARAN DASAR
Pasal 23
1. Perubahan Anggaran Dasar hanya dapat dilakukan melalui Rapat Anggota dan
dituangkan dalam Berita Acara Rapat Anggota Perubahan Anggaran Dasar KOPMA
Faperta Unswagati
2. Perubahan Anggaran Dasar KOPMA Faperta Unswagati dapat dilakukan apabila
mempunyai alasan kuat dan dibutuhkan oleh anggota dalam rangka efisiensi dan
efektivitas usaha KOPMA Faperta Unswagati dan kepentingan anggota.
3. Perubahan Anggaran Dasar KOPMA Faperta Unswagati I yang menyangkut perubahan
bidang
usaha koperasi, struktur permodalan, tanggungan kerugian, penggabungan, dan
pembagian perlu pengesahan Menteri Koperasi.
4. Quorum Rapat Anggota Perubahan Anggaran Dasar diatur di dalam Anggaran Rumah
Tangga.
5. Pengurus wajib mengumumkan perubahan Anggaran Dasar KOPMA Faperta
Unswagati tersebut, baik hasil perubahan maupun berita acara perubahannya kepada
seluruh anggota dan pihak-pihak yang terkait dengan koperasi.
BAB XVIII
PENUTUP
Pasal 24
1. Hal-hal yang belum diatur dalam Anggaran dasar ini, akan diatur lebih lanjut pada
Anggaran Rumah Tangga dan peraturan-peraturan lainnya yang tidak bertentangan
dengan isi Anggaran Dasar ini.
2. Dengan ditetapkannya Anggaran Dasar ini, maka semua ketentuan sebelumnya, yang
kedudukannya di bawah Anggaran Dasar, dinyatakan tidak berlaku lagi.

ANGGARAN RUMAH TANGGA


KOPERASI MAHASISWA FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SWADAYA GUNUNG JATI CIREBON
BAB I
NAMA DAN LAMBANG
Pasal 1
Badan Usaha ini bernama: Koperasi Mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Swadaya
Gunung Jati Cirebon dan untuk selanjutnya dalam Anggaran Rumah Tangga disebut
KOPMA Faperta Unswagati.
Pasal 2
Lambang KOPMA Faperta Unswagati terdiri dari………………dan ………...
BAB II
TUJUAN DAN USAHA
Pasal 3
KOPMA Faperta Unswagati bertujuan untuk:
1. Menjadi wadah utama kegiatan ekonomi mahasiswa dalam rangka pengembangan
pengetahuan dan praktek secara nyata dalam wira usaha, khususnya perkoperasian.
2. Meningkatkan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
dalam rangka terlaksananya amsyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan
UUD 1945.
Pasal 4
Untuk mencapai tujuannya, maka koperasi ini menyelenggarakan usaha:
1. …………………………………………………………………………
2. …………………………………………………………………………..
3. Mengadakan usaha kerjasama antara koperasi dengan pihak lain, perusahaan swasta,
BUMN/BUMD dan pemerintah dalam usaha atau permodalan yang saling
menguntungkan.
Pasal 5
Syarat-syarat keanggotaan koperasi:
1. Terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati
Cirebon.
2. Mempunyai kemampuan penuh untuk melakukan tindakan hukum.
3. Telah menyatakan kesanggupan tertulis untuk melunasi Simpanan Anggota
sebagaimana tersebut pada pasal 18 (delapan belas) Anggaran Dasar Koperasi.
4. Telah menyetujui Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta peratura
peraturan lain yang berlaku.
5. Mengisi formulir calon anggota koperasi.
Pasal 6
Anggota berkewajiban untuk:
1. Memenuhi Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, serta keputusan-keputusan
Rapat Anggota.
2. Membayar Simpanan Anggota dan simpanan lainnya yang diputuskan dalam Rapat
Anggota.
3. Berpartisipasi dalam kegiatan usaha yang diselenggarakan oleh koperasi.
4. Mengembangkan dan memelihara kebersamaan berdasarkan azas kekeluargaan.
5. Menganggung kerugian sebagaimana tersebut pada pasal 20 (dua puluh) Anggaran
Dasar Koperasi.
Pasal 7
Anggota berhak untuk:
1. Menghadiri, menyatakan pendapat, dan memberikan suara dalam rapat anggota.
2. Memilih dan atu dipilih menjadi ketua atau anggota pengawas.
3. Mengemukakan pendapat dan saran kepada pengurus di luar rapat anggota baik
diminta maupun tidak diminta.
4. Mendapatkan pelayanan yang sama antar sesama anggota.
5. Mendapatkan informasi mengenai perkembangan koperasi.
6. Mendapatkan sisa hasil usaha sesuai jasa masing-masing anggota terhadap koperasi.
7. Mendapatkan sisa hasil penyelesaian.
Pasal 8
Keanggotaan berakhir apabila:
1. Meninggal dunia.
2. Meminta berhenti atas permintaan sendiri.
3. Selesai masa studi atau keluar dari Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung
Jati Cirebon.
4. Diberhentikan oleh pengurus karena tidak lagi memenuhi syarat-syarat keanggotaan.
5. Diberhentikan oleh Rapat Anggota karena tidak lagi mengindahkan kewajibannya
sebagai anggota atau berbuat sesuatu yang merugikan anggota dan koperasi.
BAB IV
RAPAT-RAPAT
Pasal 9
Syarat diselenggarakannya Rapat Anggota:
1. Dihadiri sekurang-kurangnya oleh ………….dari jumlah anggota.
2. Anggota ketentuan yang dimaksud pada ayat 1 (satu) belum terpenuhi juga, maka
Rapat Anggota dapat ditunda untuk yang kedua kalinya paling lama 4 (empat) hari.
3. Apabila pada hari penundaan, ketentuan pada ayat 1 (satu) belum terpenuhi juga, maka
Rapat Anggota dapat ditunda untuk yang kedua kalinya paling lama 3 (tiga) hari.
4. Apabila pada hari penundaan yang kedua, ketentuan pada ayat 1 (satu) belum
terpenuhi, maka Rapat Anggota dapat dilaksanakan dengan jumlah yang hadir.
5. Khusus Rapat Anggota Luar Biasa, dapat diselenggarakan atas kehendak:
a. Permintaan tertulis sekurang-kurangnya ½ +1 dari jumlah anggota.
b. Inisiatif pengurus atas persetujuan ketua dan sepengetahuan Badan Pengawas.
Pasal 10
1. Keputusan Rapat Anggota diambil berdasarkan musyawarah mufakat.
2. Apabila keputusan berdasarkan musyawarah tidak tercapai, maka pengambilan
keputusan dilakukan berdasarkan suara terbanyak.
3. Dalam hal pemungutan suara, setiap anggota mempunyai hak satu suara.
4. Teknis pemungutan suara ditentukan oleh rapat anggota.
Pasal 11
Khusus untuk Rapat Anggota perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga:
1. Rapat Anggota harus dihadiri sekurang-kurangnya …….. dari jumlah anggota.
2. ………..dari jumlah anggota yang hadir pada Rapat Anggota perubahan Anggaran
Dasar dan Anggaran Rumah Tangga menyetujui perubahan Anggaran Dasar.
3. ……….dari jumlah yang hadir pada Rapat Anggota perubahan Anggaran Dasar dan
Anggaran Rumah Tangga menyetujui perubahan Anggaran Rumah Tangga.
Pasal 12
Segala keputusan Rapat Anggota dicatat dalam sebuah daftar Berita Acara dan
ditandatangani ketua dan Sekretaris Rapat.
BAB V
PENGURUS
Pasal 13
1. Pengurus sekurang-kurangnya 3 orang yang terdiri atas ketua, sekretaris, dan
bendahara.
2. Dalam menjalankan tugas dan kewajiban-kewajibannya, ketua dapat membentuk seksi-
seksi.
3. Masa jabatan ketua adalah 1 (satu) tahun dan tidak dapat dipilih kembali.
Pasal 14
Syarat-syarat menjadi ketua:
1. Telah menjadi anggota koperasi sekurang-kurangnya selama 2 (dua) tahun dan pernah
menjadi pengurus sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun kepengurusan.
2. apabila Koperasi baru terbentuk, ayat 1 (satu) dalam pasal ini tidak Berlaku
3. Tidak lulus atau keluar dari status mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Swadaya
Gunung Jati Cirebon pada masa menjabat sebagai ketua dan tidak sedang melakukan
proses study akhir( penelitian & Skripsi ).
4. Tidak pernah melakukan tindakan tercela di bidang keuangan atau dikenai keputusan
hukum karena terbukti melakukan tindak pidana keuangan.
5. Memiliki akhlak dan moral yang baik.
BAB VI
BADAN PENGAWAS
Pasal 15
1. Badan Pengawas sekurang-kurangnya terdiri atas 3 (tiga) orang anggota dan sebanyak-
banyaknya terdiri dari 5 (lima) orang anggota.
2. Badan Pengawas diketuai oleh satu orang ketua yang dipilih secara mandiri oleh Badan
Pengawas.
Pasal 16
Syarat-syarat menjadi anggota Badan Pengawas:
1. Pernah terlibat dan atau terlibat dalam kepengurusan koperasi sekurang-kurangnya
untuk satu masa kepengurusan.
2. apabila Koperasi baru terbentuk, ayat 1 (satu) dalam pasal ini tidak Berlaku dan hanya
mensyaratkan pengalaman pernah menjabat sebagai pengurus di organisasi
kemahasiswaan kampus minimal satu tahun kepengurusan
3. Tidak lulus atau keluar dari status mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Swadaya
Gunung Jati Cirebon pada masa duduk dalam Badan Pengawas dan tidak sedang
terancam Drop Out dan atau tidak sedang melakukan proses study akhir( penelitian &
Skripsi ).

4. Memiliki akhlak dan moral yang baik.


5. Bersedia untuk tidak duduk dalam kepengurusan koperasi selama menjadi anggota
Badan Pengawas.
Pasal 17
Laporan hasil pengawasan disampaikan kepada:
1. Anggota melalui Rapat Anggota
2. Dewan Penasehat
3. Pengurus
4. Pemerintah
BAB VII
DEWAN PENASEHAT
Pasal 18
1. Dewan Penasehat terdiri dari seorang ketua dan beberapa orang anggota.
2. Jumlah dan penetapan keanggotaan Dewan Penasehat ditetapkan oleh Rapat Anggota.
Pasal 19
Untuk mengisi keanggotaan Dewan Penasehat melalui jalur:
1. Jabatan, yaitu apabila seseorang menduduki jabatan tertentu yang berkaitan dengan
koperasi atau birokrasi kampus.
2. Pertimbangan Rapat Anggota.
BAB VIII
SIMPANAN ANGGOTA
Pasal 20
1. Setiap anggota harus menyimpan Simpanan Pokok atas namanya sendiri sejumlah Rp
…………………. pada saat mendaftar sebagai anggota koperasi.
2. Uang simpanan pokok dapat dibayar sekaligus, akan tetapi pengurus dapat
mengizinkan anggota untuk membayar dalam ……… kali angsuran dalam tempo
maksimal…...
3. Setiap anggota harus menyimpan Simpanan Wajib atas namanya sendiri sejumlah Rp
………………… setiap bulannya sampai 2 bulan sebelum Pembagian SHU.
4. Untuk uang Simpanan Sukarela/manasuka, anggota dapat menyetorkan kepada
koperasi minimal Rp……………dan dihitung sebagai bagian dari persentase pembagian
SHU menurut Persentase Kontribusi yang dimiliki sampai dengan 2 bulan sebelum
pembagian SHU
BAB IX
SISA HASIL USAHA (SHU)
Pasal 21
Prosentase pembagian Sisa Hasil Usaha (SHU) sebagai berikut:
1. ……...% untuk anggota menurut jasa simpanannya.
2. …………% untuk cadangan modal.
3. …………% untuk jasa pengurus.
4. ………...% untuk
5. …………% untuk
6. …………% untuk
7. …………% untuk
BAB X
PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN
Pasal 22
1. Penyelesaian masalah pembubaran KOPMA Faperta Unswagati dilakukan oleh panitia
penyelesaian yang selanjutnya disebut penyelesai.
2. Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan Rapat Anggota dan bertanggung jawab
kepada Rapat Anggota.
3. Untuk penyelesaian berdasarkan keputusan pemerintah, penyelesai ditunjuk dan
bertanggung jawab kepada pemerintah.
4. Selama dalam proses penyelesaian, KOPMA Faperta Unswagati tetap ada dengan
sebutan KOPMA Faperta Unswagati dalam penyelesaian.
Pasal 23
Penyelesai mempunyai hak, wewenang dan kewajiban untuk:
1. Melakukan segala perbuatan hukum untuk dan atas nama KOPMA Faperta Unswagati
dalam penyelesaian.
2. Mengumpulkan segala keterangan yang diperlukan.
3. Memanggil anggota dan bekas anggota tertentu, pengurus serta pengawas baik sendiri-
sendiri maupun bersama-sama.
4. Memperoleh, memeriksa, dan menggunakan catatan-catatan serta berkas arsip
KOPMA Faperta Unswagati.
5. Menetapkan dan melaksanakan segala kewajiban pembayaran yang didahulukan dari
hutang sebelumnya.
6. Menggunakan sisa kekayaan untuk menyelesaikan kewajiban.
7. Membagikan sisa hasil penyelesaian kepada anggota.
8. Membuat berita acara penyelesaian.
BAB XI
PERUBAHAN ANGGARAN RUMAH TANGGA
Pasal 24
1. Perubahan Anggaran Rumah Tangga hanya dapat dilakukan melalui Rapat Anggota
dan dituangkan dalam Berita Acara Rapat Anggota Perubahan Anggaran Rumah Tangga.
2. Perubahan Anggaran Rumah Tangga dapat dilakukan apabila mempunyai alasan kuat
dan dibutuhkan oleh anggota dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas usaha
dan kepentingan anggota.
3. Quorum Rapat Anggota Perubahan Anggaran Rumah Tangga diatur dalam pasal 12
(dua belas) Anggaran Rumah Tangga.
4. Pengurus wajib mengumumkan perubahan Anggaran Rumah Tangga tersebut, baik
hasil perubahannya kepada seluruh anggota dan pihak-pihak yang terkait dengan
koperasi.
BAB XII
PELANGGARAN DAN SANKSI
Pasal 25
Pelanggaran adalah segala tindakan yang dilakukan secara sengaja atau tidak sengaja
melanggar ketentuan-ketentuan yang berlaku yang berakibat kerugian pada anggota dan
koperasi.
Pasal 26
1. Segala pelanggaran yang dilakukan dapat dikenakan sanksi.
2. Sanksi yang diberikan dapat berupa:
a. Peringatan lisan.
b. Peringatan tertulis.
c. Pemotongan SHU.
d. Dikeluarkan dari anggota.
3. Sanksi dapat diberikan oleh:
a. Pengurus dengan sepengetahuan Badan Pengawas.
b. Rapat Anggota.
Pasal 27
1. Anggota yang dikenakan sanksi dapat melakukan pembelaan diri selambat-lambatnya
14 (empat belas) hari setelah putusan sanksi diberikan.
2. Pemberian sanksi harus memproses pembelaan diri tersebut selambat-lambatnya 14
(empat belas) hari, setelah pembelaan diri diajukan.
3. Keputusan yang diberikan setelah pembelaan, adalah keputusan akhir yang tidak dapat
diproses kembali, kecuali oleh keputusan yang lebih tinggi kedudukannya.
Pasal 28
Jenis-jenis pelanggaran dan sanksi ditetapkan dalam Rapat Anggota.
BAB XIII
DAFTAR NAMA-NAMA PENDIRI
Pasal 29

(1) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(2) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(3) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(4) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(5) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(6) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(7) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(8) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(9) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(10) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(11) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(1) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(12) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(13) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(14) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(15) Nama
---Alamat :
---Pekerjaan :
(16) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(17) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(18) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(19) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :
(20) Nama :
---Alamat :
---Pekerjaan :

PENUTUP
Hal-hal yang belum dimuat dalam Anggaran Dasar ini, diatur dalam Anggaran Rumah
Tangga dan Peraturan Khusus.

Demikian, Anggaran Dasar Koperasi “…………………………………………….” ini


ditetapkan dan ditanda tangani oleh Kami yang telah diberi kuasa penuh oleh rapat
pembentukan Koperasi tersebut, pada tanggal … bulan …………………………. tahun
2009.

Tanda Tangan Nama Jabatan

1. ……………………………… ( ) Ketua

2. ……………………………… ( ) Sekretaris

3. ………………………………( ) Bendahara

Anda mungkin juga menyukai