Karya Ilmiah
Oleh
AGANDI
agandifdt93@gmail.com
020504396
15 / Pangkalpinang
UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2017
i
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur kehadiran Allah SWT, Tuhan sekalian
alam yang menguasai seluruh makhluk hidup dan seisinya dengan segala kebesaranNya dan
senantiasa melimpahkan rahmat, hidayah, serta karunia-Nya, sehingga penulis mampu
menyelesaikan penyusunan karya ilmiah ini. Shalawan dan salam senantiasa tersandungkan di
antara doa-doa para hamba-Nya, semoga Allah SWT melimpahkan kepada beliau, Nabi
Muhammad SAW sebagai Rahmatan Lil Alamin.
Penulisan karya ilmiah ini dimaksud untuk melengkapi sebagian syarat dalam rangka
menyelesaikan studi S1 (Strata Satu) Ilmu Hukum di Universitas Terbuka Bangka Belitung.
Banyak bantuan yang penulis terima dari berbagai pihak dalam rangka menyelesaikan karya
ilmiah ini baik bantuan berbentuk moril maupun materiil. Oleh karena itu dengan segala
kerendahan hati, penulis ingin menyampaikan rasa hormat serta ucapan terimakasih kepada
semua kalangan yang telah membantu penulis terutama sosok orang tua penulis serta saudara-
saudara dan teman-teman seperjuangan dalam menoreh gelar Sarjana ini.
Demikian karya ilmiah ini saya bentuk, mungkin sebagai manusia yang biasa, tentunya
masih banyak kekurangan atau ketidak sempurnaan dalam karya ilmiah ini. Namun demikian,
terlepas dari berbagai ketidaksempurnaan tersebut, penulis berharap besar agar karya ilmiah ini
bisa bermanfaat bagi kepada penulis pribadi maupun kepada masyarakat umum tentunya para
kalangan hukum. Kritik dan saran sangat perlu penulis terima guna menunjang keilmuan penulis
agar lebih baik lagi sebelumnya.
Penulis
Agandi
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii
ABSTRAK................................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................... 1
A. Latar Belakang................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................... 3
BAB IV PENUTUP.................................................................................................. 21
A. Kesimpulan...................................................................................................... 21
B. Saran................................................................................................................ 21
DAFTAR PUSTAKA
iii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul “Pengawasan Fungsional Sebagai Upaya Menuju Good Governance”.
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penerapan prinsip good governance telah menjadi ciri yang
harus ada dalam sistem administrasi publik, maka penyelenggaraan good governance dapat
dilakukan melalui sinergi manajemen dan sektor publik, sector swasta, dan masyarakat yang
saling berinteraksi dan berkoordinasi agar dapat menjalankan peran dan fungsinya masing-
masing secara baik. Sektor publik sebagai salah satu unsur good governance terkait erat dengan
tugas dan pokok dari fungsi lembaga penyelenggaraan kekuasaan negara khususnya eksekutif
(pemerintah). Kemudian pengawasan menjadi kata kunci utama untuk menuju pada Good
Governance. Di Indonesia sendiri, kegiatan pengawasan menjadi hal yang wajib untuk
mengendalikan dan mengontrol aktivitas pemerintahan agar sesuai dengan Post Pactum atau
tugas fungsi pokok yang ada. Sifat kesewenang-wenangan para pejabat kenegaraan setidaknya
dapat lebih awal secara preventif dapat dijauhkan. Pencarian data dilakukan dengan mengkaji
mengenai sistem Pengawasan Fungsional dari sudut pandang hukum ketatanegaraan.Metode
penelitian ini menggunakan pendekatan yuridis normatif, yaitu metode yang meninjau dan
membahas objek penelitian dengan meninjau dari sisi aturan atau hukumnya.Hasil dalam
penelitian ini antara lain mengetahui sistem Pengawasan Fungsional yang dilakukan dalam
upaya optimalisasi kinerja pemerintah menuju good governance. Rekomendasi yang diberikan
dalam penulisan ini ialah dalam upaya untuk menuju good governance, pengawasan sangat
diperlukan untuk tetap meluruskan dan memantapkan kinerja pemerintah.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sudah cukup banyak pendapat para pakar tentang Good Governance baik pengertian
maupun ruang lingkup dan berbagai aspek atau unsur di dalamnya. Secara umum unsur-
unsur utama yang terkandung dalam suatu pemerintahan yang bercirikan good
juga yang menambahkan dengan dua unsur lain yaitu kompetensi manajemen
Oleh karena itu, penerapan prinsip good governance telah menjadi ciri yang harus
ada dalam sistem administrasi publik, maka penyelenggaraan good governance dapat
dilakukan melalui sinergi manajemen dan sektor publik, sector swasta, dan masyarakat
yang saling berinteraksi dan berkoordinasi agar dapat menjalankan peran dan fungsinya
masing-masing secara baik. Sektor publik sebagai salah satu unsur good governance
terkait erat dengan tugas dan pokok dari fungsi lembaga penyelenggaraan kekuasaan
Akuntabilitas kinerja tidak akan dapat terealisasikan dengan baik tanpa adanya suatu
peringatan dini yang bersifat preventif. Sistempengendalian juga sangat membantu dalam
1
Waluyo, Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah),
(Bandung: Mandar Maju, 2007), hlm. 177.
2
Ibid.
2
proses pengukuran akuntabilitas kinerja. Oleh karena itu, setiap instansi pemerintah
efektif. Dengan demikian misi, sasaran, dan tujuan organisasi dapat dicapai melalui
penyampaian informasi.3
Negara merupakan sebuah entitas organisasi yang berskala besar. Seperti halnya
organisasi yang bersifat umum mereka memerlukan menagerial dan strukturisasi yang
matang. Dari situ kemudian pengawasan menjadi kata kunci utama untuk menuju pada
Good Governance. Di Indonesia sendiri, kegiatan pengawasan menjadi hal yang wajib
untuk mengendalikan dan mengontrol aktivitas pemerintahan agar sesuai dengan Post
Pactum atau tugas fungsi pokok yang ada. Sifat kesewenang-wenangan para pejabat
Secara umum pada hakekatnya pengawasan dapat diartikan sebagai suatu tindakan
menilai (menguji) apakah sesuatu telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah
yang akhirnya kesalahan-kesalahan tersebut akan dapat diperbaiki dan yang terpenting
aparat pemerintah atau aparat lain di luar tubuh eksekutif secara fungsional, dan dapat
pula dilakukan oleh kekuasaan kehakiman. Secara skematis, pengawasan ini dapat
3
Ibid, hlm. 184.
4
Muchsan, Sistem Pengawasan terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah Dan Peradilan Tatta Usaha Negara Di
Indonesia, (Yogyakarta: Liberty, 2000),hlm. 37.
3
dibedakan dalam dua jenis, yakni (1) pengawasan administrative, yang berbentuk
pengawasan melekat dan pengawasan fungsional dan (2) pengawasan oleh kekuasaan
Dari penjelasan singkat tentang konsep good governance melalui sistem pengawasan
fungsional dalam upaya optimalisasi kinerja pemerintah untuk menuju pada Good
Governannce.
B. Rumusan Masalah
Dari penjelasan dan pemaparan latar belakang di atas, maka terdapat rumusan
atau pokok permasalahan yang akan dibahas dalam karya ilmiah ini. Adapun rumusan
5
Ibid, hlm. 39.
4
BAB II
METODE PENULISAN
Cara kerja kelimuan salah satunya ditandai dengan penggunaan metode (Inggris: method,
Latin: methodus, Yunani: methodos – meta berarti sesudah, di atas, sedangkan hodos berarti
suatu jalan atau suatu cara). Secara harfiah metode diartikan sebagai suatu jalan yang harus
ditempuh. Dalam dunia riset, penelitian merupakan aplikasi atau penerapan metode yang telah
ditentukan dengan persyaratan yang sangat ketat berdasarkan tradisi kelimuan yang terjaga
sehingga hasil penelitian yang dilakukan memiliki nilai ilmiah yang dihargai oleh komunitas
ilmuwan terkait (intersubjektif).6 Serta merupakan cara bertindak agar kegiatan penelitian bisa
terlaksana secara rasional dan terarah demi mendapatkan hasil yang maksimal. Untuk
mempermudah dalam proses penelitian dan pengumpulan data yang akurat dan relevan guna
menjawab permasalahan yang muncul, maka penyusun menggunakan metode penelitian sebagai
berikut :
a) Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pustaka (Library research), dengan
menjadikan bahan pustaka sebagai sumber data utama, artinya data-data yang dikumpulkan
berasal dari kepustakaan baik berupa buku-buku, kitab-kitab atau karya-karya yang sesuai
b) Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang digunakan penyusun dalam penelitian ini adalah deskriptif analitik,
yaitu menguraikan dan membahas secara sistematis dan terperinci tentang pengawasan
fungsional. Dalam konteks ini penulis akan menguraikan dan menggambarkan bagaimana
6
Bahder Johan Nasution, Meode Penelitian Ilmu Hukum, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm 21.
5
sistem Pengawasan Fungsional yang dilakukan dalam upaya optimalisasi kinerja pemerintah
c) Pendekatan penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: yuridis normatif. Pendekatan
yuridis untuk melihat objek hukumnya, karena menyangkut dengan produk hukum, yaitu
negara di Indonesia dan merujuk kepada landasan normative yaitu Perauran Perundang-
Karena jenis penelitian ini adalah normatif, maka sumber data yang digunakan adalah
Data yang akan digunakan di dalam penelitian ini adalah berupa sumber data sekunder,
sumber data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian kepustakaan yang terdiri
iii. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan
iv. Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawas Keuangan
dan Pembangunan.
2. Bahan Hukum Skunder, adalah bahan hukum yang member kejelasan pada bahan baku
primer, bahan hukum sekunder seperti, buku atau literature, buku elektronik atau e-book,
6
jurnal, makalah, artikel dari website yang dapat dipercaya dari internet, dan hasil karya
3. Bahan Hukum Tersier, adalah bahan hukum yang memberi petunjuk penjelasan terhadap
bahan hukum primer, bahan hukum tersier meliputi kamus hukum, kamus bahasa
Penelitian ini besifat normatif, maka yang menjadi alat pengumpul data adalah studi
dokumen atau bahan pustaka. Studi dokumen merupakan suatu alat pengumpulan data
tertulis dengan mempergunakan “content analysis”. Dengan demikian maka langkah awal
yang dilakukan peneliti adalah menentukan bahan-bahan hukum yang akan diperiksa, yakni
bahan hukum primer, sekunder, dan tersier. Setelah menentukan bahan-bahan hukum
Analisis bahan yang digunakan adalah Analisis data kualitatif, cara pengolahan dan
analisisnya naratif,adalah rangkaian kalimat yang bersifat narasi atau bersifat menguraikan,
menjelaskan.7
7
http://id.wikipedia.org/wiki/Naratif, diakses 7 Oktober 2017
7
BAB III
PEMBAHASAN
Pengawasan fungsional diatur dalam Inpres No. 15 Tahun 1983. Hal ini tertuang dalam
1. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan/ atasan langsung, baik di tingkat pusat
Akan tetapi pengertian pengawasan fungsional ini pun tidak dijelaskan secara tuntas oleh
Inpres tersebut. Peraturan ini hanya menetapkan aparat atau lembaga yang berwenang melakukan
pengawasan fungsional.
Dalam Inpres Nomor 15 Tahun 1983, dijelaskan yang menjadi subyek pengawasan
Dari penentuan tersebut memang tidak secara redaksional ditentukan definisinya namun
sesuai dengan bunyi pasal tersebut dapatlah kita tarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan
8
Ibid, hlm. 43.
8
pengawasan fungsional adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat yang diadakan khusus
Dalam Inpres No.15 Tahun 1983 di atas, dikatakan bahwa subjek pengawasan salah
satunya adalah Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP). Badan ini diadakan
untuk membantu Presiden dalam menjalankan pengawasan umum atau penguasaan dan
Dalam Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 Pasal 1 dijelaskan bahwa BPKP adalah
Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan yang merupakan aparat pengawasan intern
pemerintah yang bertanggungjawab kepada Presiden. Fungsi BPKP berdasarkan Pasal 3 Perpres
ini yaitu:
negara/daerah dan pembangunan nasional meliputi kegiatan yang bersifat lintas sektoral,
selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden;
nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian keuangannya dibiayai oleh
anggaran negara/daerah dan/atau subsidi termasuk badan usaha dan badan lainnya yang
didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari Pemerintah Pusat
negara/daerah;
d. pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian intern, dan tata
yang strategis;
dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga, audit klaim,
g. pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah pusat;
pengendalian intern kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan badan-
badan yang di dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari
perundang-undangan;
auditor;
10
l. pembangunan dan pengembangan, serta pengolahan data dan informasi hasil pengawasan
Pemerintah Daerah;
m. pelaksanaan pengawasan intern terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di BPKP; dan
1. Audit;
Nyatalah bahwa BPKP merupakan lembaga yang membantu sebagian fungsi Presiden,
yakni melaksanakan fungsi pembangunan dan penggunaan uang negara. Sedangkan fungsi
presiden yang lain akan dibantu oleh lembaga yang lain pula.
Menurut peraturan pemerintah nomor 20 tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan
atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah, pengawasan fungsional dapat diartikan sebagai suatu
melakukan pengawasan melalui pemeriksaan, pengujian, pengusutan, dan penilaian atau bisa
juga kita simpulkan bahwa pengawasan fungsional itu merupakan pengawasan yang dilakukan
9
www.bpkp.go.id/konten/11/kegiatan.bpkp, diakses 7 Oktober 2017
11
oleh lembaga/aparat pengawasan yang dibentuk atau ditunjuk khusus untuk melaksanakan fungsi
pengawasan secara independen terhadap obyek yang diawasi. Pengawasan fungsional tersebut
dilakukan oleh lembaga/badan/unit yang mempunyai tugas dan fungsi melakukan pengawasan
fungsional melalui audit, investigasi, dan penilaian untuk menjamin agar penyelenggaraan
pemerintahan sesuai dengan rencana dan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, sehingga
di dalam hal ini pengawasan fungsional dilakukan baik oleh pengawas ekstern pemerintah
Pengertian dari peraturan pemerintah ini sedikit berbeda dengan intruksi presiden
terdahulu, yang mana intruksi presiden sudah menentukan secara saklek subyek pengawsan
mana yang diartikan dengan aparat pengawas fungsional.semisal BPKP yang dibentuk untuk
membantu presiden dalam menjalankan pengawasan umum atas penguasaan dan kepengurusan
keuangan dan pengawasan pembangunan yang menjadi tanggung jawab presiden. Pada tingkat
departemen diadakan pula inspektoral jendral untuk membantu menteri yang bersangkutan dalam
menyelenggarakan pengawasan umum atas segala aspek pelaksanaan tugas yang menjadi
tanggung jawab menteri. Meskipun posisi inspektorat jendral terhadap menteri itu pada
hakekatnya sejajar dengan posisi BPKP terhahadap presiden, tetapi dalam hal inspektorat lebih
jelas bahwa ia bukan hanya membantu menteri dalam menyelenggarakan pengawasan atas
keuangan dan pembangunan saja tetapi meliputi seluruh aspek penyelenggaraan tugas yang
menjadi tangggung jawab menteri yang bersangkutan. Jadi kedudukan inspektorat jenderal
terhadap menteri sudah tepat dan jelas. inspektorat jenderal membantu menteri yang
bersangkutan dalam menyelenggarakan pengawasan umum atas segala aspek pelaksanaan tugas
pokok menteri.
12
umum atas segala aspek pelaksanaan tugas yang menjadi tanggungjawab menteri. Berlainan
dengan BPKP yang hanya membantu tugas presiden, maka Itjen merupakan pembantu Menteri
dalam segala aspek pengawasan yang menjadi tanggungjawab menteri yang bersangkutan.
Dengan perkataan lain, Itjen akan berfungsi membantu Menteri yang bersangkutan dalam
menyelenggarakan pengawasan umum atas segala aspek pelaksanaan tugas pokok Menteri.10
Kedudukan, tugas pokok dan fungsi Itjen diatur dengan jelas dalam Keppres No. 44
Tahun 1947 tentang Pokok-pokok Organisasi Departemen, secara konkret hal tersebut diatur
dalam Pasal 17, yang terdiri dari dua ayat sebagai berikut:11
Sedangkan tugas pokok Itjen diatur dalam Pasal 18, yang secara lengkap berbunyi
sebagai berikut:12
Departemen terhadap pelaksanaan tugas semua unsur Departemen agar supaya dapat
berjalan sesuai dengan rencana dan peraturan yang berlaku, baik tugas yang bersifat rutin
Tugas pokok ini dijabarkan lebih lanjut dalam ketentuan pasal 19, yang menyatakan
sebagai berikut:13
10
Muchsan, Op. Cit., hlm. 44.
11
Ibid.
12
Ibid, hlm. 45.
13
Ibid.
13
perlu yang meliputi bidang administrasi umum, administrasi keuangan, hasil-hasil fisik
b. Pengujian serta penilaian atas hasil laporan berkala atau sewaktu-waktu dari setiap
Inspektorat jenderal provinsi bukan aparat daerah otonom tetapi bukan pula merupakan
sub organisasi atau verlengstuk inspektorat jenderal dalam negeri. Kedudukan aparat
pengawasan fungsional tersebut dapat dikatakan sebagai aparat yang membantu gubernur kepada
daerah tingkat satu dalam kedudukannya selaku kepala wilayah atau wakil pemerintah pusat di
daerah. Ia merupakan aparat pemerintah profinsi , yang melaksanakan tugasnya menurut azas
dekonsentrasi. Dalam keputusan mendagri no. 219 tahun 1979, kedudukan itwilprop dinyatakan
dengan jelas dalam pasal 1 ayat 1 yang selengkapnya adalah sebagai berikut:
inspektorat wilayah profinsi adalah perangkat pengawasan umum yang langsung berada
di bawah dan bertangggung jawab kepada gubernur kepala daerah tingkat 1 dalam
departemen dalam negeri. Antara itjen departemen dalam negeri dengan inspektorat wilayah
profinsi tidak ada hubungan organisatoris seperti misalnya antara BPKP dengan perwakilan
BPKP di Provinsi.
14
walikotamadya adalah sama dengan kedudukan itwilprop terhadap gubernur. Hanya saja
mengingat berbagai pertimbangan kedudukan aparat wasnal terendah ini ketika melihat pada
pasal 1 ayat 1 keputusan dalam negeri nomor 220 tahun 1979 tentang organisasi dan tatakerja
sebagai kepala wilayah kabupaten/kotamadya, dengan taktis operasional berada di bawah dan
Dari rumusan pasal yang sedemikian itu kemudian dapat di tarik kesimpulan meskipun
pada hakekatnya baik itwilprop maupun itwilkab/ko adalah sama-sama merupakan aparat wasnal
yang membantu kepala wilayah, akan tetapi saluran tanggung jawab masing-masing agak sedikit
berbeda. Itwilprop sepenuhnya bertanggung jawab kepada gubernur kepala wilayah profinsi,
Mengnai aparat-aparat wasnal yang ada pada lembaga pemerintah non departemen
dengan nama yang pada umumnya bukan inspektorat ataupun inspektorat jendral. Kedudukan
aparat wasnal ini dalam lembaga non departemen yang bersangkutan adalah sama dengan
di atas, secara kelembagaan masih ada dalam satu tubuh dengan pihak yang diawasi baik
pengawasannya maupun yang diawasi kesemuanya ada dalam tubuh eksekutif (pemerintah
dalam arti sempit). Oleh karenanya pengawasan fungsional yang demikian ini disebut
dikenal pula pengawasan fungsional yang bersifat ekkstern. Hal ini terjadi apabila pemerintah
diawasi oleh lembaga negara yang berada di luar lembaga eksekutif. Pengawasan demikian
perlu diadakan Pengawasan fungsional yang bersifat ekstern. Pengawasan ekstern ini dapat kita
lihat misalnya pengawasan yang dilakukan oleh BPK yang merupakan lembaga negara yang
dibentuk untuk mengawasi kegiatan pemerintah terkait penggunaan anggaran negara dan
pengawasan atas Pelayanan Publik yang dilakukan oleh Ombudsman Republik Indonesia.
(BPK) pada pokoknya lebih dekat fungsi parlemen. Karena itu, hubungan kerja BPK dan
parlemen makin dipererat. Bahkan dapat dikatakan bahwa BPK itu adalah mitra kerja yang erat
bagi DPR dalam mengawasi kinerja Pemerintahan, khususnya yang berkenaan dengan soal-soal
ketentuan mengenai BPK diatur dalam UUD 1945 Bab VIIIA pasal 23E-23f. dalam pasal
23E ayat (1) dijelaskan secara tegas bahwa BPK merupakan badan yang diadakan untuk
pemeriksaan BPK kemudian diatur dalam Pasal 6 ayat (3) UU No. 15 Tahun 2006 tentang Badan
14
Ibid, hlm. 46-47.
15
Jimly Asshiddiqie, Format Kelembagaan Negara Dan Pergeseran Kekuasaan Dalam UUD 1945, (Yogyakarta:
FH UII Press, 2004), hlm. 23.
16
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya, bahwa BPK menemukan indikasi tindak
pidana, lalu meneruskan temuannya itu untuk ditindak lanjuti oleh Kepolisian, Kejaksaan, atau
oleh KPK, maka tentunya hal itu sesuai dengan maksud Pasal 23E UUD 1945 ayat (3) yang
menentukan:
Namun, tujuan utama pemeriksaan oleh BPK bukanlah untuk menemukan tindak pidana,
melainkan untuk penataan dan perbaikan kinerja pemerintahan negara dengan menggunakan
Disamping itu, mitra kerja BPK yang semula hanya DPR ditingkat pusat dikembangkan
juga ke daerah-daerah. Sehingga, laporan hasil pemeriksaan BPK itu tidak saja harus
disampaikan kepada DPR, tetapi juga kepada DPRD baik ditingkat Provinsi maupun Kabupaten/
Kota karena objek pemeriksaan BPK tidak hanya terbatas pada pelaksanaan atau realisasi APBN,
Selanjutnya, salah satu fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat, karena itu
perlu dilakukan terus menerus upaya meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat.18
Kristiadi menyebutkan bahwa, tugas pemerintahan yang paling dominan adalah menyediakan
barang-barang publik (public utility) dan memberikan pelayanan publik (public service) misalnya
16
Jimly Asshiddiqie, Pokok-Pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Reformasi, (Jakarta: PT Bhuana Ilmu
Populer, 2007), hlm. 815.
17
Jimly Asshiddiqqie, Op. Cit., hlm. 23-24.
18
Marbun, Hukum Administrasi Negara II, (Yogyakarta: FH UII Press, 2013), hlm. 23.
17
tenaga kerja, pertanian, keamanan dan sebagainya.19 Untuk meningkatkan kinerja pemerintah
dalam hal pelayanan publik tersebut tentunya dapat ditunjang oleh lembaga pengawas eksternal
yang dalam hal ini Ombudsma Republik Indonesia sebagai Pengawas fungsional yang bersifat
eksternal.
dalam UU No. 37 Tahun 2008, namun dalam undang-undang ini peranan Ombudsman sebagai
diselenggarakan oleh Penyelenggara Negara dan pemerintah baik di tingkat Pusat maupun di
daerah termasuk yang diselenggarakan oleh Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah, dan Badan Hukum Milik Negara serta badan swasta atau perseorangan yang diberi tugas
Ombudsman dalam hal ini mengawasi tindakan pemerintah atau penyelenggara negara agar tidak
tersebut antara lain dapat dikelompokkan menjadi enam kelompok berdasarkan kriteria antara
lain:22
pemberian pelayanan umum, teerdiri dari penundaan berlarut, tidak menangani dan
melalaikan kewajiban;
19
Waluyo, Op. Cit., hlm. 119.
20
Ibid, hlm. 31
21
Ibid, hlm. 79.
22
Budhi Masthuri, Mengenal Ombudsman Indonesia, (Jakarta: PT Pradnya Paramita, 2005), hlm. 46-49.
18
berdampak pada kualitas pelayanan umum pejabat public kepada masyarakat. Terdiri dari
tindakan di luar kompetensi, pejabat yang tidak kompeten menjalankan tugas, intervensi
yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan umum dan tindakan yang menyimpangi
prosedur tetap.
5. Maladministrasi yang mencerminkan sikap arogansi seorang pejabat public dalam proses
6. Maladministrasi yang mencerminkan tindakan korupsi secara aktif. Kelompok ini terdiri
dari tindakan pemerasan atau permintaan uang imbalan (korupsi), tindakan penguasaan
Pengawasan terhadap pelayanan publik yang dilakukan oleh Ombudsman tentunya dapat
meningkatkan optimalisasi kinerja pemerintah. Dalam hal ini, pemerintah akan lebih
melaksanakan fungsi dan tugasnya sebagaimana mestinya dan tidak menyimpang dari aturan
main yang ada. Selain itu, masyarakat juga akan dapat lebih menaruh kepercayaan terhadap
kinerja pemerintah karena adanya sistem pengawasan yang dilakukan dalam berbagai bidang
pemerintahan.
19
Sebagai organisasi, pemerintahan memiliki tujuan yang hendak dicapai, yang tidak
berbeda dengan organisasi pada umumnya terutama dalam hal kegiatan yang akan
diimplementasikan dalam rangka mencapai tujuan, yakni dituangkan dalam bentuk rencana-
konsepsi welfare state, yang memberikan kewajiban kepada administrasi negara untuk merealisir
tujuan-tujuan negara. Tujuan kehidupan bernegara meliputi berbagai dimensi. Terhadap berbagai
dimensi ini, pemerintah membuat rencana-rencana. Rencana merupakan alat bagi implementasi,
dan implementasi hendaknya berdasar pada suatu rencana. Rencana didefinisikan sebagai
keseluruhan proses pemikiran dan penentuan secara matang daripada hal-hal yang akan
dikerjakan dimasa mendatang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
Perencanaan merupakan fungsi organik dari administrasi dan manajemen. Alasannya ialah
bahwa tanpa adanya rencana, maka tidak ada dasar untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan
tertentu dalam rangka usaha pencapaian tujuan. Berdasarkan hukum administrasi negara, rencana
Bila kita pahami bahwa good governance adalah penyelenggaraan kepemerintahan yang
didasarkan pada peraturan perundangan, kebijakan publik yang transparan, serta adanya
partisipasi dan akuntabilitas publik. Ukuran keberhasilan pencapaian kinerja instansi pemerintah
23
Ridwan, HR, Hukum Administrasi Negara, (Yogyakarta: UII Press, 2003), hlm. 142
24
Ibid, hlm. 143.
20
ditekankan pada keberhasilan mewujudkan visi dan misi organisasi, bukan pada ukuran-ukuran
standard baku yang kaku. Oleh karena itu, pengawasan fungsional sangat diperlukan dalam
pencapaian optimalisasi kinerja pemerintah yang sesuai dengan visi dan misi serta tidak
fungsional yang bersifat internal maupun eksternal kiranya patut untuk diselenggarakan dalam
BAB IV
PENUTUP
21
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis, berikut disajikan kesimpulan yang merupakan
publik yang transparan, serta adanya partisipasi dan akuntabilitas publik. Ukuran
mewujudkan visi dan misi organisasi, bukan pada ukuran-ukuran standard baku yang kaku.
Oleh karena itu, pengawasan fungsional sangat diperlukan dalam pencapaian optimalisasi
kinerja pemerintah yang sesuai dengan visi dan misi serta tidak menyimpang dari rencana-
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Baik pengawasan fungsional yang bersifat
internal maupun eksternal kiranya patut untuk diselenggarakan dalam upaya menontrol dan
B. Saran
governance dilakukan baik secara internal instansi seperti pengawasan yang dilakukan oleh
BPKP, dan Inspektorat Jenderal maupun pengawasan yang bersifat eksternal atau di luar dari
instansi pemerintah yang diawasi seperti yang dilakukan oleh BPK dan Ombudsman.Dalam
upaya menuju good governance, pengawasan sangat diperlukan untuk tetap meluruskan dan
memantapkan kinerja pemerintah yang berdasarkan pada visi dan misi serta rencana-rencana
DAFTAR PUSTAKA
22
BUKU
Asshiddiqie, Jimly, 2004, Format Kelembagaan Negara Dan Pergeseran Kekuasaan Dalam
UUD 1945, FH UII Press, Yogyakarta.
Muchsan, 2000, Sistem Pengawasan terhadap Perbuatan Aparat Pemerintah Dan Peradilan
Tatta Usaha Negara Di Indonesia, Liberty, Yogyakarta.
Waluyo, 2007, Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan
Otonomi Daerah),Mandar Maju, Bandung.
Perundang-Undangan
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 Tentang Pembinaan dan Pengawasan atas
Peraturan Presiden Nomor 192 Tahun 2014 Tentang Badan Pengawas Keuangan dan
Pembangunan.