Anda di halaman 1dari 19

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.2 (2022.1)

Nama Mahasiswa : Yunika Fitri

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 824513488

Tanggal Lahir : 21 Mei 1988

Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4502 / Pengembangan Kur. Dan Pembel. Di SD

Kode/Nama Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)

Kode/Nama UPBJJ : 15 / Pangkal Pinang

Hari/Tanggal UAS THE : 22 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Kita wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Kita wajib mengisi dan menKitatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertKita tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Yunika Fitri


NIM : 824513488
Kode/Nama Mata Kuliah : PDGK4502 / Pengembangan Kur. Dan
Pembel. Di SD
Fakultas : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD)
UPBJJ-UT : Pangkal Pinang

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Tempilang, 22 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

Yunika Fitri
1) A. Kurikulum memiliki lima komponen utama, yaitu : (1) tujuan; (2) materi; (3) strategi,
pembelajaran; (4) organisasi kurikulum dan (5) evaluasi. Kelima komponen tersebut memiliki
keterkaitan yang erat dan tidak bisa dipisahkan.
Untuk lebih jelasnya, di bawah ini akan diuraikan tentang masing-masing komponen tersebut.
1) Tujuan
Mengingat pentingnya pendidikan bagi manusia, hampir di setiap negara telah mewajibkan para
warganya untuk mengikuti kegiatan pendidikan, melalui berbagai ragam teknis
penyelenggaraannya, yang disesuaikan dengan falsafah negara, keadaan sosial-politik
kemampuan sumber daya dan keadaan lingkungannya masing-masing. Dalam perspektif
pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistrm Pendidikan Nasional, bahwa : ” Pendidikan
nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa
yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
Tujuan pendidikan nasional yang merupakan pendidikan pada tataran makroskopik, selanjutnya
dijabarkan ke dalam tujuan institusional yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap
jenis maupun jenjang sekolah atau satuan pendidikan tertentu.
Dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2007 dikemukakan bahwa tujuan pendidikan tingkat satuan
pendidikan dasar dan menengah dirumuskan mengacu kepada tujuan umum pendidikan berikut.
1) Tujuan pendidikan dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
2) Tujuan pendidikan menengah adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,
akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih
lanjut.
3) Tujuan pendidikan menengah kejuruan adalah meningkatkan kecerdasan, pengetahuan,
kepribadian, akhlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti
pendidikan lebih lanjut sesuai dengan kejuruannya.
4) Tujuan pendidikan institusional tersebut kemudian dijabarkan lagi ke dalam tujuan
kurikuler; yaitu tujuan pendidikan yang ingin dicapai dari setiap mata pelajaran yang
dikembangkan di setiap sekolah atau satuan pendidikan.
2) Materi Pembelajaran
Dalam menentukan materi pembelajaran atau bahan ajar tidak lepas dari filsafat dan teori
pendidikan dikembangkan. Seperti telah dikemukakan di atas bahwa pengembangan kurikulum
yang didasari filsafat klasik (perenialisme, essensialisme, eksistensialisme) penguasaan materi
pembelajaran menjadi hal yang utama. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat
progresivisme lebih memperhatikan tentang kebutuhan, minat, dan kehidupan peserta didik.
Oleh karena itu, materi pembelajaran harus diambil dari dunia peserta didik dan oleh peserta
didik itu sendiri. Materi pembelajaran yang didasarkan pada filsafat konstruktivisme, materi
pembelajaran dikemas sedemikian rupa dalam bentuk tema-tema dan topik-topik yang diangkat
dari masalah-masalah sosial yang krusial, misalnya tentang ekonomi, sosial bahkan tentang
alam. Materi pembelajaran yang berlandaskan pada teknologi pendidikan banyak diambil dari
disiplin ilmu, tetapi telah diramu sedemikian rupa dan diambil hal-hal yang esensialnya saja
untuk mendukung penguasaan suatu kompetensi. Materi pembelajaran atau kompetensi yang
lebih luas dirinci menjadi bagian-bagian atau sub-sub kompetensi yang lebih kecil dan obyektif.
Dengan melihat pemaparan di atas, tampak bahwa dilihat dari filsafat yang melandasi
pengembangam kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan materi pembelajaran,. Namun
dalam implementasinya sangat sulit untuk menentukan materi pembelajaran yang beranjak
hanya dari satu filsafat tertentu., maka dalam prakteknya cenderung digunakan secara eklektik
dan fleksibel.
3) Strategi pembelajaran
Telah disampaikan di atas bahwa dilihat dari filsafat dan teori pendidikan yang melandasi
pengembangan kurikulum terdapat perbedaan dalam menentukan tujuan dan materi
pembelajaran, hal ini tentunya memiliki konsekuensi pula terhadap penentuan strategi
pembelajaran yang hendak dikembangkan. Apabila yang menjadi tujuan dalam pembelajaran
adalah penguasaan informasi-intelektual,–sebagaimana yang banyak dikembangkan oleh
kalangan pendukung filsafat klasik dalam rangka pewarisan budaya ataupun keabadian, maka
strategi pembelajaran yang dikembangkan akan lebih berpusat kepada guru. Guru merupakan
tokoh sentral di dalam proses pembelajaran dan dipandang sebagai pusat informasi dan
pengetahuan. Sedangkan peserta didik hanya dianggap sebagai obyek yang secara pasif
menerima sejumlah informasi dari guru. Metode dan teknik pembelajaran yang digunakan pada
umumnya bersifat penyajian (ekspositorik) secara massal, seperti ceramah atau seminar. Selain
itu, pembelajaran cenderung lebih bersifat tekstual.
Strategi pembelajaran yang berorientasi pada guru tersebut mendapat reaksi dari kalangan
progresivisme. Menurut kalangan progresivisme, yang seharusnya aktif dalam suatu proses
pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Peserta didik secara aktif menentukan materi dan
tujuan belajarnya sesuai dengan minat dan kebutuhannya, sekaligus menentukan bagaimana
cara-cara yang paling sesuai untuk memperoleh materi dan mencapai tujuan belajarnya.
Pembelajaran yang berpusat pada peserta didik mendapat dukungan dari kalangan
rekonstruktivisme yang menekankan pentingnya proses pembelajaran melalui dinamika
kelompok.
Pembelajaran cenderung bersifat kontekstual, metode dan teknik pembelajaran yang digunakan
tidak lagi dalam bentuk penyajian dari guru tetapi lebih bersifat individual, langsung, dan
memanfaatkan proses dinamika kelompok (kooperatif), seperti : pembelajaran moduler,
obeservasi, simulasi atau role playing, diskusi, dan sejenisnya.
Dalam hal ini, guru tidak banyak melakukan intervensi. Peran guru hanya sebagai fasilitator,
motivator dan guider. Sebagai fasilitator, guru berusaha menciptakan dan menyediakan
lingkungan belajar yang kondusif bagi peserta didiknya. Sebagai motivator, guru berupaya
untuk mendorong dan menstimulasi peserta didiknya agar dapat melakukan perbuatan belajar.
Sedangkan sebagai guider, guru melakukan pembimbingan dengan berusaha mengenal para
peserta didiknya secara personal.
Selanjutnya, dengan munculnya pembelajaran berbasis teknologi yang menekankan pentingnya
penguasaan kompetensi membawa implikasi tersendiri dalam penentuan strategi pembelajaran.
Meski masih bersifat penguasaan materi atau kompetensi seperti dalam pendekatan klasik, tetapi
dalam pembelajaran teknologis masih dimungkinkan bagi peserta didik untuk belajar secara
individual. Dalam pembelajaran teknologis dimungkinkan peserta didik untuk belajar tanpa
tatap muka langsung dengan guru, seperti melalui internet atau media elektronik lainnya. Peran
guru dalam pembelajaran teknologis lebih cenderung sebagai director of learning, yang
berupaya mengarahkan dan mengatur peserta didik untuk melakukan perbuatan-perbuatan
belajar sesuai dengan apa yang telah didesain sebelumnya.
Berdasarkan uraian di atas, ternyata banyak kemungkinan untuk menentukan strategi
pembelajaran dan setiap strategi pembelajaran memiliki kelemahan dan keunggulannya
tersendiri.
Terkait dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, belakangan ini mulai muncul konsep
pembelajaran dengan isitilah PAKEM, yang merupakan akronim dari Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Oleh karena itu, dalam prakteknya seorang guru
seyogyanya dapat mengembangkan strategi pembelajaran secara variatif, menggunakan
berbagai strategi yang memungkinkan siswa untuk dapat melaksanakan proses belajarnya secara
aktif, kreatif dan menyenangkan, dengan efektivitas yang tinggi.
4) Organisasi Kurikulum
Beragamnya pandangan yang mendasari pengembangan kurikulum memunculkan terjadinya
keragaman dalam mengorgansiasikan kurikulum. Setidaknya terdapat enam ragam
pengorganisasian kurikulum, yaitu:
1) Mata pelajaran terpisah (isolated subject); kurikulum terdiri dari sejumlah mata pelajaran
yang terpisah-pisah, yang diajarkan sendiri-sendiri tanpa ada hubungan dengan mata
pelajaran lainnya. Masing-masing diberikan pada waktu tertentu dan tidak
mempertimbangkan minat, kebutuhan, dan kemampuan peserta didik, semua materi
diberikan sama
2) Mata pelajaran berkorelasi; korelasi diadakan sebagai upaya untuk mengurangi kelemahan-
kelemahan sebagai akibat pemisahan mata pelajaran. Prosedur yang ditempuh adalah
menyampaikan pokok-pokok yang saling berkorelasi guna memudahkan peserta didik
memahami pelajaran tertentu.
3) Bidang studi (broad field); yaitu organisasi kurikulum yang berupa pengumpulan beberapa
mata pelajaran yang sejenis serta memiliki ciri-ciri yang sama dan dikorelasikan
(difungsikan) dalam satu bidang pengajaran. Salah satu mata pelajaran dapat dijadikan
“core subject”, dan mata pelajaran lainnya dikorelasikan dengan core tersebut.
4) Program yang berpusat pada anak (child centered), yaitu program kurikulum yang
menitikberatkan pada kegiatan-kegiatan peserta didik, bukan pada mata pelajaran.
5) Inti Masalah (core program), yaitu suatu program yang berupa unit-unit masalah, dimana
masalah-masalah diambil dari suatu mata pelajaran tertentu, dan mata pelajaran lainnya
diberikan melalui kegiatan-kegiatan belajar dalam upaya memecahkan masalahnya. Mata
pelajaran-mata pelajaran yang menjadi pisau analisisnya diberikan secara terintegrasi.
6) Ecletic Program, yaitu suatu program yang mencari keseimbangan antara organisasi
kurikulum yang terpusat pada mata pelajaran dan peserta didik.
5) Evaluasi Kurikulum
Evaluasi merupakan salah satu komponen kurikulum. Dalam pengertian terbatas, evaluasi
kurikulum dimaksudkan untuk memeriksa tingkat ketercapaian tujuan-tujuan pendidikan yang
ingin diwujudkan melalui kurikulum yang bersangkutan. Sebagaimana dikemukakan oleh
Wright bahwa : “curriculum evaluation may be defined as the estimation of growth and progress
of students toward objectives or values of the curriculum”
Sedangkan dalam pengertian yang lebih luas, evaluasi kurikulum dimaksudkan untuk
memeriksa kinerja kurikulum secara keseluruhan ditinjau dari berbagai kriteria. Indikator
kinerja yang dievaluasi tidak hanya terbatas pada efektivitas saja, namun juga relevansi,
efisiensi, kelaikan (feasibility) program. Sementara itu, Hilda Taba menjelaskan hal-hal yang
dievaluasi dalam kurikulum, yaitu meliputi ; “ objective, it’s scope, the quality of personnel in
charger of it, the capacity of students, the relative importance of various subject, the degree to
which objectives are implemented, the equipment and materials and so on.”
Pada bagian lain, dikatakan bahwa luas atau tidaknya suatu program evaluasi kurikulum
sebenarnya ditentukan oleh tujuan diadakannya evaluasi kurikulum. Apakah evaluasi tersebut
ditujukan untuk mengevaluasi keseluruhan sistem kurikulum atau komponen-komponen tertentu
saja dalam sistem kurikulum tersebut. Salah satu komponen kurikulum penting yang perlu
dievaluasi adalah berkenaan dengan proses dan hasil belajar siswa.
Agar hasil evaluasi kurikulum tetap bermakna diperlukan persyaratan-persyaratan tertentu.
Dengan mengutip pemikian Doll, dikemukakan syarat-syarat evaluasi kurikulum yaitu
“acknowledge presence of value and valuing, orientation to goals, comprehensiveness,
continuity, diagnostics worth and validity and integration.”
Evaluasi kurikulum juga bervariasi, bergantung pada dimensi-dimensi yang menjadi fokus
evaluasi. Salah satu dimensi yang sering mendapat sorotan adalah dimensi kuantitas dan
kualitas. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi diemensi kuantitaif berbeda dengan
dimensi kualitatif. Instrumen yang digunakan untuk mengevaluasi dimensi kuantitatif, seperti
tes standar, tes prestasi belajar, tes diagnostik dan lain-lain. Sedangkan, instrumen untuk
mengevaluasi dimensi kualitatif dapat digunakan, questionnare, inventori, interview, catatan
anekdot dan sebagainya
Evaluasi kurikulum memegang peranan penting, baik untuk penentuan kebijakan pendidikan
pada umumnya maupun untuk pengambilan keputusan dalam kurikulum itu sendiri. Hasil-hasil
evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijakan pendidikan dan para
pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan sistem
pendidikan dan pengembangan model kurikulum yang digunakan.
Hasil – hasil evaluasi kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para
pelaksana pendidikan lainnya dalam memahami dan membantu perkembangan peserta didik,
memilih bahan pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian serta
fasilitas pendidikan lainnya. (disarikan dari Nana Syaodih Sukmadinata, 1997)
Selanjutnya, Nana Syaodih Sukmadinata (1997) mengemukakan tiga pendekatan dalam evaluasi
kurikulum, yaitu : (1) pendekatan penelitian (analisis komparatif); (2) pendekatan obyektif; dan
(3) pendekatan campuran multivariasi.
Di samping itu, terdapat beberapa model evaluasi kurikulum, diantaranya adalah Model CIPP
(Context, Input, Process dan Product) yang bertitik tolak pada pandangan bahwa keberhasilan
progran pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti : karakteristik peserta didik dan
lingkungan, tujuan program dan peralatan yang digunakan, prosedur dan mekanisme
pelaksanaan program itu sendiri. Evaluasi model ini bermaksud membandingkan kinerja
(performance) dari berbagai dimensi program dengan sejumlah kriteria tertentu, untuk akhirnya
sampai pada deskripsi dan judgment mengenai kekuatan dan kelemahan program yang
dievaluasi. Model ini kembangkan oleh Stufflebeam (1972) menggolongkan program
pendidikan atas empat dimensi, yaitu : Context, Input, Process dan Product. Menurut model ini
keempat dimensi program tersebut perlu dievaluasi sebelum, selama dan sesudah program
pendidikan dikembangkan.
B. Pengembangan kurikulum adalah istilah yang komprehensif, didalamnya mencakup: perencanaan,
penerapan dan evaluasi. Perencanaan kurikulum adalah langkah awal membangun kurikulum ketika
pekerja kurikulum membuat keputusan dan mengambil tindakan untuk menghasilkan perencanaan
yang akan digunakan oleh guru dan peserta didik. Penerapan Kurikulum atau biasa disebut juga
implementasi kurikulum berusaha mentransfer perencanaan kurikulum ke dalam tindakan
operasional. Evaluasi kurikulum merupakan tahap akhir dari pengembangan kurikulum untuk
menentukan seberapa besar hasil-hasil pembelajaran, tingkat ketercapaian program-program yang
telah direncanakan, dan hasil-hasil kurikulum itu sendiri. Dalam pengembangan kurikulum, tidak
hanya melibatkan orang yang terkait langsung dengan dunia pendidikan saja, namun di dalamnya
melibatkan banyak orang, seperti : politikus, pengusaha, orang tua peserta didik, serta unsur – unsur
masyarakat lainnya yang merasa berkepentingan dengan pendidikan.
Prinsip-prinsip yang akan digunakan dalam kegiatan pengembangan kurikulum pada dasarnya
merupakan kaidah-kaidah atau hukum yang akan menjiwai suatu kurikulum. Dalam pengembangan
kurikulum, dapat menggunakan prinsip-prinsip yang telah berkembang dalam kehidupan sehari-hari
atau justru menciptakan sendiri prinsip-prinsip baru. Oleh karena itu, dalam implementasi
kurikulum di suatu lembaga pendidikan sangat mungkin terjadi penggunaan prinsip-prinsip yang
berbeda dengan kurikulum yang digunakan di lembaga pendidikan lainnya, sehingga akan
ditemukan banyak sekali prinsip-prinsip yang digunakan dalam suatu pengembangan kurikulum.
Terkait dengan pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, terdapat sejumlah prinsip-
prinsip yang harus dipenuhi, yaitu :
1) Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik dan
lingkungannya. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik
memiliki posisi sentral untuk mengembangkan kompetensinya agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut pengembangan kompetensi peserta didik
disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan, dan kepentingan peserta didik serta
tuntutan lingkungan.
2) Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik peserta didik,
kondisi daerah, dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa membedakan agama, suku, budaya
dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi dan gender. Kurikulum meliputi substansi
komponen muatan wajib kurikulum, muatan lokal, dan pengembangan diri secara terpadu,
serta disusun dalam keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat
antarsubstansi.
3) Tanggap terhadap perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni. Kurikulum
dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan, teknologi dan seni
berkembang secara dinamis, dan oleh karena itu semangat dan isi kurikulum mendorong
peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara tepat perkembangan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan seni.
4) Relevan dengan kebutuhan kehidupan. Pengembangan kurikulum dilakukan dengan
melibatkan pemangku kepentingan (stakeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan
dengan kebutuhan kehidupan, termasuk di dalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia
usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi, keterampilan
berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan keterampilan vokasional
merupakan keniscayaan.
5) Menyeluruh dan berkesinambungan. Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi
kompetensi, bidang kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan
secara berkesinambungan antarsemua jenjang pendidikan.
6) Belajar sepanjang hayat. Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan
dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal, nonformal dan informal,
dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu berkembang serta arah
pengembangan manusia seutuhnya.
7) Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah. Kurikulum dikembangkan
dengan memperhatikan kepentingan nasional dan kepentingan daerah untuk membangun
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan
daerah harus saling mengisi dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika
dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pemenuhan prinsip-prinsip di atas itulah yang membedakan antara penerapan satu Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan dengan kurikulum sebelumnya, yang justru tampaknya sering kali
terabaikan. Karena prinsip-prinsip itu boleh dikatakan sebagai ruh atau jiwanya kurikulum.
Dalam mensikapi suatu perubahan kurikulum, banyak orang lebih terfokus hanya pada
pemenuhan struktur kurikulum sebagai jasad dari kurikulum. Padahal jauh lebih penting adalah
perubahan kutural (perilaku) guna memenuhi prinsip-prinsip khusus yang terkandung dalam
pengembangan kurikulum.
2) A. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang seseorang terhadap suatu proses
tertentu. Istilah pendekatan merujuk kepada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum. Dengan demikian pendekatan pengembangan kurikulum menunjuk
pada titik tolak atau sudut pandang secara umum tentang proses pengembangan kurikulum.
Pengembangan kurikulum mempunyai makna yang cukup luas. Menurut Sukmadinata (2000 : 1),
pengembangan kurikulum bisa berarti penyusun kurikulum yang sama sekali baru (curriculum
construction), bisa juga menyempurnakan kurikulum yang telah ada (curuculum improvement).
Bisa juga kurikulum ialah perencanaan kesempatam-kesempatan belajar yang ditunjukkan untuk
membawa siswa ke arah perubahan-perubahan yang diinginkan dan menilai perubahan-perubahan
itu telah terjadi pada diri siswa.
Yang dimaksudkan pendekatan adalah cara kerja dengan menerapkan strategi dan metode yang
tepat dengan mengikuti langkah-langkah pengembangan yang sistematis agar memperoleh
kurikulum yang lebih baik. Setidak-tidaknya ada 4 pendekatan dalam pengembangan kurikulum di
antaranya, yaitu: pendekatan subjek akademik, pendekatan humanistik, pendekatan teknologi, dan
pendekatan rekonstruksi social, Namun disini kami akan menguraikan tiga pendekatan yakni
pendekatan subyek akademik, pendekatan humanistic, dan pendekatan teknologi.
a) Pendekatan Subjek Akademis
Pendekatan subyek akademis adalah bentuk atau model tertua diantara model lainnya, dan
biasanya suatu lembaga pendidikan atau sekolah sampai sekarang tidak bisa lepas dari
pendekatan ini. Pendekatan subyek akademis adalah pendekatan yang sangat praktis, mudah
digabungkan dengan pendekatan lain bila diperlukan. Pendekatan subyek akademis bersumber
pada aliran pendidikan klasik yang berorientasi pada masa lalu. Pengembangan kurikulum
subjek akademis dilakukan dengan cara menetapkan lebih dahulu mata pelajaran/mata kuliah
apa yang harus dipelajari peserta didik yang diperlukan untuk persiapan pengembangan disiplin
ilmu.
Fungsi pendidikan adalah mempelihara dan mewariskan hasil-hasil budaya dan ilmu
pengetahuan masa lalu itu (transfer of knowledge). Belajar adalah menguasai ilmu pengetahuan
dan produk budaya sebanyak-banyaknya. Orang-orang yang dipandang berhasil adalah orang
yang menguasai seluruh atau sebagian besar materi pembelajaran yang telah disiapkan dan
disusun oleh para guru. Materi pembelajaran diambil dari semua jenis disiplin ilmu
pengetahuan. Para ahli bidangnya masing-masing telah mengembangkan ilmu pengetahuan
yang sistematis, logis, dan terpercaya.
Para pengembang kurikulum tidak perlu menyusun mengembangkan bahan ajaran sendiri, tetapi
hanya tinggal memilih bahan suatu displin ilmu yang telah dikembangkan oleh para ahlinya
masing-masing. Kemudian mengorganisasikan bahan tersebut secara sistematis sesuai dengan
kompetensi yang diharapkan dan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Dalam pendekatan
subyek akademis guru sebagai penyampai bahan pelajaran memegang peranan yang sangat
penting. Guru harus menguasai seluruh bahan atau materi pelajaran yang ada dalam kurikulum.
Mereka harus menjadi ahli dalam bidang-bidang studi tertentu yang diajarkan dan diampunya.
Lebih dari itu, guru adalah model dari para siswanya, segala yang disampaikan dan segala
tindakan harus menjadi bagian dari kepribadian guru yang akan diikuti dan menjadi panutan
bagi siswanya. Guru adalah orang yang harus bisa dipercaya apa yang dikatakannya,
tindakannya harus dapat ditiru dan dicontoh oleh siswanya.
b) Pendekatan Humanistis
Kurikulum ini berdasarkan aliran pendidikan kepribadian (personalized education), yang
dikembangkan oleh John Dewey(progressive education) dan J.J Rousseoun(Romantic
Education). Pendekatan humanistis lebih memberikan tempat utama kepada siswa. Hal ini
bertolah pada asumsi bahwa anak didik adalah individu yang pertama dan utama dalam
pendidikan. Mereka adalah subyek dan pusat kegiatan pendidikan. Anak didik itu memiliki
potensi, kemampuan, dan kekuatan untuk berkembang.
Pendidikan Humanis juga berpegang pada teori Gestalt yang memandang bahwa anak adalah
merupakan satu kesatuan yang menyeluruh. Pendidikan diarahkan untuk membentuk manusia
yang utuh bukan saja segi fisik, intelektual tetapi juga segi social dan afektif(sikap,emosi,
perasaan, dan nilai). Aliran ini berkembang atas reaksi atas praktek pendidikan yang lebih
menekankan segi intelektual saja, dengan peran utama dipegang oleh guru. Menurut pandangan
humanistis pendidikan adalah upaya yang berusaha untuk menciptakan situasi yang baik, rilex,
dan akrab. Dengan situasi yang kondusif, siswa dapat mengembangkan segala potendi dirinya.
Tugas pendidikan adalah memperluas kesadaran diri, mengurangi kesenjangan dan keterasingan
dari lingkungan.
Ada tiga aliran yang termasuk humanistis yaitu pendidikan konfluen, kritikisme radikal, dan
mistikisme modern. Pendidikan konfluen menekankan keutuhan pribadi dan individu yang
harus merespon secara utuh baik pikiran maupun perasaan terhadap kesatuan yang menyeluruh
dari lingkungan. Kritikisme radikal bersumber dari aliran romantisme Rousseou yang melihat
bahwa pendidikan adalah upaya untuk membantu anak menemukan dan mengembangkan
sendiri segala potensi yang ada pada dirinya. Dalam pendidikan tidak ada pemaksaan yang ada
adalah dorongan dan rangsangan untuk berkembang. Mistikisme modern adalah aliran yang
menekankan latihan dan pengembangan kepekaan perasaan, kehalusan budi pekerti, melalui
sensitivity training,yoga, meditasi, kontempelasi, dan lain-lain.
c) Pendekatan Teknologis
Pendekatan ini memiliki kesamaan dengan pendekatan subyek akademis yang menekankan pada
isi dan materi kurikulum. Tetapi mempunyai perbedaan, yaitu diarahkan pada penguasaan
kompetensi bukan diarahkan pada pengawetan dan pemeliharaan ilmu pengetahuan. Suatu
kompetensi yang besar atau standar diuraikan menjadi kompetensi-kompetensi yang lebih
sempit atau kompetensi dasar, yang ada pada akhirnya menjadi perilaku-perilaku yang bisa
diamati dan diukur. Penerapan teknologi dalam bidang kurikulum terwujud dalam dua bentuk
yaitu bentuk perangkat lunak(software) dan perangkat keras(hardware). Aplikasi teknologi
perangkat lunak disebut juga teknologi system, sedangkan aplikasi perangkat keras disebut
teknologi alat. Teknologi alat lebih menekankan pada pengunaan alat-alat teknologis yang
menunjang efisiensi dan efektivitas program pendidikan.
Kurikulumya berisi rencana-rencana penggunaan berbagai alat dan media serta model-model
pembelajaran yang banyaj melihat alat. Tanpa bantuan media maka proses pembelajaran tidak
dapat berlangsung, karena perencanaan pembelajaran telah tersusun terpadu antara kegiatan-
kegiatan pendidikan dengan media tersebut. Misalnya pembelajaran dengan media video, VCD,
modul, computer, internet,dan lain-lain. Adapun teknologi sistem menekankan pada penyusunan
program pembelajaran atau perencanaan pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistem,
baik dibantu oleh alat dan media maupun tidak. Dalam teknologi sistem ini pembelajaran tetap
dapat berlangsug tanpabentuan media, karena media itu digunakan jika diperlukan. Pendekatan
teknologis dalam menyusun kurikulum atau program pendidikan bertolak dari analisis
kompetensi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan tertentu.
Materi yang diajarkan, kriteria evaluasi sukses dan strategi belajarnya ditetapkan sesuai dengan
analisis tugas (job description) tersebut. Rencana dan proses pembelajaran dirancang
sedemikian rupa, sehingga hasilnya dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan terkontrol.
Dalam menyusun kurikulum, sesungguhnya tidak semua materi pelajaran dapat menggunakan
pendekatan teknologis, karena sifat-sifat atau karakter materi pelajaran itu berbeda. Termasuk
dalam pendekatan ini adalah kurikulum berbasis computer yang kini sedang diterapkan oleh
pemerintah.
d) Pendekatan Rekonstruksi Sosial
Pendekatan rekonstruksi social bersumber pada aliran interaksional. Pandangannya adalah
bahwa pendidikan bukanlah upaya sendirianm tetapi adalah usaha bersama, kerja sama dan
interaksi. Interaksi ini bukan hanya antara guru dengan murid tetapi juga antara murid dengan
murid, antara murid dengan orang-orang disekitarnya dan dengan berbagai sumber belajar.
Melalui interaki dan kerjasama ini para murid berusaha memecahkan masalah-masalah dalam
masyarakar, menuju tatanan masyarakat yang lebih baik. Dalam menyusun kurikulum atau
program pendidikan keahlian bertolak dari problem yang dihadapi daam masyarakat, untuk
selanjutnya untuk memerankan ilmu-ilmu dan teknologi serta bekerja secara kooperatif dan
kolaboratif akan dicarikan upaya pemecahannya menuju pembentukan masyarakat yang lebih
baik. Kurikulum tersebut disamping menekankan isi pembelajaran atau pendidikan juga
sekaligus menekankan proses pendidikan dan pengalaman belajar. Pendekatan tersebut
berasumsi bahwa manusia adalah makhluk social yang dalam kehidupannya selalu
membutuhkan manusia yang lain, selalu hidup bersama, berinteraksi dan bekerjasama
B. Kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia saat ini masih sangat rendah jika dibandingkan
dengan negara lain bahkan dengan sesama anggota ASEAN. Salah satu faktor utama rendahnya
kualitas sumber daya manusia ini tentu berhubungan dengan dunia pendidikan nasional. Program
pendidikan nasional yang dirancang diyakini belum berhasil menjawab harapan dan tantangan masa
kini maupun di masa depan. Dalam menghadapi harapan dan tantangan di masa depan, pendidikan
merupakan sesuatu yang sangat berharga dan dibutuhkan.
Pendidikan di masa depan memainkan peranan yang sangat fundamental di mana cita-cita suatu
bangsa dan negara dapat diraih. Bagi masyarakat suatu bangsa, pendidikan merupakan suatu
kebutuhan yang akan menentukan masa depannya. Menghadapi masa depan yang sudah pasti diisi
dengan arus globalisasi dan keterbukaan serta kemajuan dunia informasi dan komunikasi,
pendidikan akan semakin dihadapkan terhadap berbagai tantangan dan permasalahan yang lebih
rumit dari pada masa sekarang atau sebelumnya.
Untuk itu, pembangunan di sektor pendidikan di masa depan perlu dirancang sedini mungkin agar
berbagai tantangan dan permasalahan tersebut dapat diatasi. Dunia pendidikan nasional perlu
dirancang agar mampu melahirkan generasi atau sumber daya manusia yang memiliki keunggulan
pada era globalisasi dan keterbukaan arus informasi dan kemajuan alat komunikasi yang luar biasa.
Dalam membangun pendidikan di masa depan perlu dirancang sistem pendidikan yang dapat
menjawab harapan dan tantangan terhadap perubahan-perubahan yang terjadi.
Sistem pendidikan yang dibangun tersebut perlu berkesinambungan dari pendidikan prasekolah,
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Salah satu dimensi yang tidak bisa
dipisahkan dari pembangunan dunia pendidikan nasional di masa depan adalah kebijakan mengenai
kurikulum.
Kurikulum merupakan jantungnya dunia pendidikan. Untuk itu, kurikulum di masa depan perlu
dirancang dan disempurnakan untuk meningkatkan mutu pendidikan secara nasional dan
meningkatkan mutu sumber daya manusia Indonesia. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan
untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, demokratis, dan mampu bersaing
sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga negara Indonesia. Disini pemakalah akan
membahas bagaimana kurikulum itu dirncang untuk masa yang akan datang
Kurikulum masa yang akan datang disebut juga kurikulum masa depan, yaitu kurikulum yang
merangkumi pendekatan yang berpusatkan pada murid dan membolehkan mereka memahami
kekuatan dan masing-masing serta berupaya belajar sepanjang hayat. Pengalaman belajar direka
untuk membantu murid menyepadukan pengetahuan baru dan dimurnikan bagi melahirkan celik
akal melalui banding beza, membuat induksi, deduksi dan menganalisis. Pengalaman belajar
memberikan murid peluang untuk menggunakan pengetahuan secara bermakna bagi membolehkan
mereka membuat keputusan dan untuk membentuk pemikiran kritikal, kreatif, dan futuristic serta
penyelesaian penyelesaian masalah seperti Kajian Masa Depan.
Tujuan akhir pendidikan adalah agar anak didik mendapatkan ilmu, keterampilan, kompetensi, dan
nilai yang memungkinkan mereka hidup produktif baik bagi dirinya ataupun lingkungannya. Hal di
atas dapat dicapai jika kurikulum pendidikan berorientasi kemasa depan, disusun dengan
mempertimbangkan beberapa pendapat futurulog yang dapat mengidentifikasi kejadian-kejadian
potensial dimasa datang. Semua itu dipengaruhi oleh visi masa depan penyusun kurikulum tersebut.
Bila visi serta bayangan masa depan salah satu akan berimplikasi juga terhadap aktifitas pendidikan
yang mereka lakukan. Visi pendidikan akan masa depan dipengaruhi oleh pengetahuan mereka
dimasa lalu dan bacaan mereka sekarang.
3) A. acam-macam media pembelajaran diperlukan bagi pengajar untuk dapat membuat para siswanya
semakin bersemangat dalam belajar. Media pembelajaran merupakan salah satu cara atau alat bantu
yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Hal ini dilakukan untuk merangsang pola
pembelajaran agar dapat menunjang keberhasilan dari proses belajar mengajar sehingga kegiatan
belajar mengajar dapat efektif untuk mencapai tujuan yang diinginkan.
Banyak sekali macam-macam media pembelajaran yang bisa Anda manfaatkan. Apalagi di zaman
sekarang ini peran teknologi sudah masuk ke berbagai aspek, termasuk dunia pendidikan. Media
pembelajaran berfungsi di antaranya adalah untuk menarik minat siswa terhadap materi
pembelajaran yang disajikan.
Pada kenyataannya, media pembelajaran masih sering terabaikan dengan berbagai alasan. Hal ini
sebenarnya tidak perlu terjadi jika setiap fasilitator telah mempunyai pengetahuan dan keterampilan
mengenai media pembelajaran.
ebelum mengetahui macam-macam media pembelajaran, terlebih dahulu pahami tentang pengertian
media pembelajaran yang tepat bagi siswa. Istilah media berasal dari bahasa Latin yaitu medius
yang berarti tengah, perantara, atau pengantar. Secara lebih khusus, pengertian media dalam proses
belajar mengajar cenderung diartikan sebagai alat-alat grafis, photografis, atau elektronik untuk
menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
Secara umum, media adalah alat yang menyampaikan atau mengantarkan pesan-pesan pengajaran.
Sedangkan media pembelajaran adalah segala sarana, alat dan media yang digunakan dalam proses
pembelajaran.
Menurut Latuheru menyatakan bahwa media pembelajaran berguna menarik minat siswa terhadap
materi pembelajaran yang disajikan. Hal ini juga berguna untuk meningkatkan pengertian anak
didik terhadap materi yang disajikan. Dengan begitu, media pembelajaran penting diterapkan pada
saat belajar mengajar untuk meningkatkan semangat belajar para siswa.
Ada macam-macam media pembelajaran sederhana yang dapat Anda coba untuk dipraktekkan :
a) Media Audio
Macam-macam media pembelajaran audio berfungsi untuk menyalurkan pesan audio dari
sumber pesan ke penerima pesan. Media audio berkaitan erat dengan indera pendengaran.
Dilihat dari sifat pesan yang diterima, media audio dapat menyampaikan pesan verbal (bahasa
lisan atau kata-kata) maupun non verbal (bunyi-bunyian dan vokalisasi). Contoh media seperti
radio, tape recorder, telepon, laboratorium bahasa, dan lain-lain.
b) Media Visual
Macam-macam media pembelajaran visual adalah media yang hanya mengandalkan indera
penglihatan. Jenis media pembelajaran visual menampilan materialnya dengan menggunakan
alat proyeksi atau proyektor. Pesan yang akan disampaikan dituangkan ke dalam bentuk-bentuk
visual. Selain itu fungsi media visual juga berfungsi untuk menarik perhatian, memperjelas
sajian ide, menggambarkan fakta yang mungkin dapat mudah untuk dicerna dan diingat jika
disajikan dalam bentuk visual. Macam-macam media pembelajaran visual ini dibedakan
menjadi dua yaitu media visual diam dan media visual gerak.
c) 3. Media Audio Visual
Macam-macam media pembelajaran audio visual merupakan media yang mampu menampilkan
suara dan gambar. Ditinjau dari karakteristiknya media audio visual dibedakan menjadi 2 yaitu
madia audio visual diam, dan media audio visual gerak
B. Kriteria pokok pemilihan bahan ajar atau materi pembelajaran di MI adalah harus memenuhi
standar kompetensi dan kompetensi dasar yang telah di tentukan. Hal ini berarti bahwa materi
pembelajaran yang dipilih untuk diajarkan oleh guru di satu pihak dan harus dipelajari siswa di lain
pihak hendaknya berisikan materi atau bahan ajar yang benar-benar menunjang tercapainya standar
kompetensi dan kompetensi dasar. Dengan kata lain, pemilihan bahan ajar haruslah mengacu atau
merujuk pada standar kompetensi.
Secara rinci kriteria pemilihan materi ajar atau sumber belajar perlu memperhatikan prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1) Relevansi
Relevansi bermakna bahwa materi yang disampaikan relevan dengan standard kompetensi dasar
sebagai pengejawantahan kurikulum. Pada kompetensi dasar tersirat konsep yang harus
diajarkan dan karakteristik konsepnya. Jika konsep merujuk pada jenis konsep tentu diperlukan
strategi pengajaran spesifik sebaiknya siswa diberikan fakta-fakta konkrit kemudian sisiwa
dapat membantu inferensi dari interaksi fakta-fakta yang dikemukakan oleh guru.
2) Konsistensi/Keajegan
Materi pelajaran harus memiliki keajegan hal ini dikaitkan dengan prinsip bahwa materi yang
diajarkan sesuai dengan keluasan kompetensi dasarnya. Jika pada kompetensi dasar pada
pelajaran Aqidah Akhlak di MI kelas 1 tercantum kalimat "Memiliki perilaku adab belajar dan
bermain, memahami perilaku adab belajar dan bermain, menunjukkan adab belajar dan bermain
secara Islami." maka materi yang diajarkan harus meliputi pembahasan mengenai adan belajar
dan bermain secara Islami.
3) Kecukupan
Prinsip kecukupan berarti bahwa materi yang diajarkan tidak boleh terlalu dalam ataupun terlalu
sedikit. Materi ajar yang disampaikan harus cukup memadai untuk membantu siswa mencapai
kompetensi dasarnya.
4) A. Adanya wabah Covid-19 pada saat ini memberikan banyak pengaruh terhadap berbagai aktivitas
kehidupan masyarakat. Baik aktivitas sosial, perekonomian, kesehatan, dan lain sebagainya. Bahkan
Pendidikan tidak luput terkena dampaknya. Di dunia pendidikan, aktivitas belajar mengajar yang
sebelumnya biasa dilakukan secara tatap muka, sekarang harus dilakukan secara daring (online).
Meski demikian, wabah ini justru dirasa semakin mempercepat penerapan praktik Pendidikan Era
4.0, dengan bantuan perkembangan teknologi informasi yang semakin canggih pembelajaran daring
tidak lagi menjadi hambatan. Seperti yang diungkapkan oleh Prof. Dr. Gerhard Fortwengel guru
besar University of Applied Science and Arts, Hannover, Germany and Senior Experten Services
(SES) Germany, yang menyatakan bahwa wabah corona ini justru menjadi katalis hebat yang
memacu dunia pendidikan. Seperti mendorong lebih banyak pemanfaatan teknologi informasi
dalam aktivitas pembelajaran jarak jauh.
Tentunya perubahan gaya belajar ini memunculkan berbagai macam effort dan tantangan baru yang
harus dihadapi. Salah satunya pemilihan metode pembelajaran yang pas. Blended Learning
mungkin adalah salah satu metode yang patut dicoba dalam fase awal penerapan pembelajaran
daring. Blended Learning adalah sebuah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara
menggabungkan, mencampurkan, mengombinasikan sistem pendidikan konvensional dengan sistem
pendidikan berbasis digital.
Meskipun sering disamakan dengan sistem pembelajaran online penuh namun metode Blended
learning tidak semua aktivitas belajar mengajar dilakukan online. Metode Blended Learning adalah
bentuk penyempurnaan dari sistem e-learning, dimana dengan menggunakan metode ini,
pembelajaran dilakukan dengan dua arah.
Menurut Bhonk dan Graham (2006) dalam Rusman dkk (2012: 244) menyatakan bahwa “blended
learning is the combination of instruction from two historically separate models of teaching
and learning: Traditional learning systems and distributed learning systems. it emphasizes the
central role of computer-based technologies in blended learning”.
Blended Learning merupakan penggabungan dua model pembelajaran yang terpisah, pembelajaran
tradisional dengan pembelajaran yang berbasis teknologi komputer dengan penekanan yang
digunakan dalam pengertian di atas yaitu mengarah pada teknologi komputer saat ini, dan
teknologi komputer yang dimaksud disini adalah teknologi internet.
Pembelajaran dengan menggunakan Blended Learning dirasa lebih efektif, jika dibandingkan
dengan pembelajaran yang hanya menggunakan metode konvensional saja maupun sebaliknya.
Karena Blended Learning lebih menekankan kepada penggabungan metode konvensional (face-to-
face) dengan metode online, maka dari itu kesiapan keduanya adalah kunci utama keberhasilan dan
kelancaran jalannya pembelajaran daring. Solusi ini bisa anda dapatkan di eCampuz dengan Portal
eAkademik-nya yang mampu memanjakan dosen dalam hal mendesain sebuah perkuliahan daring.
Materi, tugas, link video, ebook dan lain-lain, bisa langsung diakses oleh mahasiswa yang
mengambil mata kuliah. Dosen tidak perlu double entry dengan registrasi mahasiswa satu persatu
ke dalam kelas dan membuat matakuliah lagi selain yang diampu di kelas (misal: ini yang terjadi di
platform Moodle).
B. Perkembangan tekonologi informasi dan komunikasi di Indonesia saat ini sudah semakin
berkembang. Teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan dalam pembelajaran, dan
mendapatkan informasi yang dibutuhkan dari mana saja, kapan saja, dan dari siapa saja. Dalam
dunia pendidikan perkembangan teknologi informasi mulai dirasa mempunyai dampak yang positif
karena dengan berkembangnya teknologi informasi dunia pendidikan mulai memperlihatkan
perubahan yang cukup signifikan. Seperti yang dikemukakan oleh Uno & Lamatenggo (2010 : 60)
bahwa “Teknologi dapat meningkatkan kualitas dan jangkauan apabila digunakan secara bijak
untuk pendidikan dan latihan”. Saat ini banyak sekali ragam teknologi pembelajaran yang
berkembang di masyarakat. Salah satu wadah yang dirasa paling berperan dalam dunia teknologi
informasi dan komunikasi di Indonesia saat ini adalah internet. Sumber belajar dan informasi dapat
diperoleh melalui kegiatan membaca buku, jurnal, tabloid, bulletin, maupun sumber belajar yang
disediakan melalui internet, televisi, video cassette, video compact disk (VOID) ataupun melalui
komputer. Oleh sebab itu sudah seharusnya teknologi pembelajaran dapat membuat kegiatan
pembelajaran menjadi lebih luas, tidak sekedar interaksi guru dan siswa didalam ruang kelas dan
waktu yang terbatas. Semua teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan saat ini
sudah seharusnya menjadi indikator keberhasilan pendidikan.
Terdapat enam indikator utama dalam penilaian pelaksanaan blended learning yaitu penilaian dalam
pelaksanaan Live Event (pembelajaran tatap muka), Self Paced Learning (pembelajaran mandiri
dengan media online dan offline), Performance Support Materials, Collaboration, Assesment dan
penilaian umum.

Anda mungkin juga menyukai