Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN ANALISIS TATA KELOLA PEMERINTAHAN DI

PERGURUAN TINGGI
Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengetahuan Budaya Anti
Korupsi

DOSEN PEMBIMBING:
Desmaniarti Z., SKp.,Msi
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 3
CHYTIA NURHALIZAH (P17320121410)

DIMAS HALIM NURSANJAYA (P17320121413)

NURJAMAL (P17320121434)

PUTRI ARIYANI NURFADILAH (P17320121435)

RATIH RAHMAWATI (P17320121438)

RISMA MUTHIA GHANIA D. (P17320121440)

SALSABILA KHAERUNNISA (P17320121441)

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES BANDUNG


JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN
2021-2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allat SWT, atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehigga
kami dapat menyelesaikan laporan ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga
senantiasa tercurahkan kepada baginda Nabi kita Muhammad SAW, yang kami nantikan
Syafa’atnya di akhir kelak nanti. Tidak lupa saya ucapkan terimakasih kepada Ibu
Desmaniarti.Z,SKp. Msi selaku dosen pembimbing, dan terimakasih juga kepada berbagai
pihak yang telah berkontribusi hingga selesainya laporan ini.
Kami menyadari bahwa penulisan laporan ini masih jauh dari kata sempurna, masih banyak
kekurangan dalam penyusunan laporan ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman
kami. Namun demikian, kami telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan
yang dimiliki sehingga dapat menyelesaikannya. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik
dan saran yang membangun dari pembaca demi menyempurnakan laporan ini.
Kami selaku penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca dan
Allah senantiasa meridhai segala urusan kami. Aamiin yarabbal’alamin.

Bandung, 11 April 2022

Penulis
Daftar Isi
KATA PENGANTAR...........................................................................................................................1
BAB 1....................................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.................................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................................5
1.3 Tujuan..........................................................................................................................................5
BAB 2....................................................................................................................................................6
TINJAUAN TEORI...............................................................................................................................6
BAB 3....................................................................................................................................................9
HASIL ANALISIS................................................................................................................................9
BAB 4..................................................................................................................................................10
KESIMPULAN DAN SARAN...........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Perguruan tinggi sebagai institusi pendidikan tertinggi di negara manapun harus


memberikan pelayanan terbaik kepada masyarakat dalam memperoleh pendidikan. Perguruan
tinggi sebagai institusi pendidikan tertinggi memberikan pelayanan pendidikan berdasarkan
amanat akademik pemerintah, yaitu dapat memberikan pelayanan pendidikan yang bermutu
dengan tata kelola yang baik, karena perguruan tinggi berperan penting dalam kemajuan
negara (Anik Puji Rahayu, 2019:58 ).
Prinsip Good Governance di perguruan tinggi sedikit berbeda dengan perusahaan.
Lembaga ini memiliki bagian khusus yang berkaitan dengan nilai-nilai luhur, baik dari segi
nilai akademik maupun sosial. Tata kelola di perguruan tinggi dapat dilihat sebagai
mekanisme untuk mengarahkan dan mengontrol kegiatan perguruan tinggi sesuai dengan
harapan pemangku kepentingan. Tata Kelola perguruan tinggi menjadi tolak ukur bagi sebuah
universitas karena dapat mencerminkan keberhasilan sebuah universitas yang dapat
menghasilkan lulusan berkualitas yang siap bersaing di dunia global. Dalam upaya
mewujudkan Good University Governance, sebuah universitas atau perguruan tinggi tentunya
harus memiliki tenaga pengajar dengan kualifikasi dan kompetensi yang unggul, serta
efisiensi dan produktivitas pengajaran yang tinggi.
Untuk mewujudkan tata kelola yang baik, diperlukan reformasi di berbagai sektor
antara lain reformasi institusi, reformasi manajemen dan reformasi birokrasi. Reformasi
manajemen adalah kegiatan mereformasi sistem manajemen keuangan dan menerapkan
praktik-praktik manajemen strategis. Reformasi birokrasi yang meliputi usaha pembenahan di
bidang kepemimpinan dan kelembagaan organisasi. Di antara reformasi tersebut, reformasi
manajemen merupakan bagian yang paling signifikan pengaruhnya dalam mewujudkan tata
kelola yang baik (good governance). Hal ini dikarenakan dengan reformasi manajemen akan
tercipta peningkatan akuntabilitas dan kinerja lembaga.
Good University Governance di Indonesia pada dasarnya adalah manajemen kampus
yang memiliki program, struktur organisasi, proses bisnis, dan kegiatan akademik untuk
mencapai tujuan universitas. Untuk mencapai tujuan tersebut diterapkan prinsip dasar konsep
Good Governance, yang dianut dalam konsep pengenalan Good Corporate Governance ke
dalam sistem proses manajemen yang digunakan di perguruan tinggi melalui berbagai
penyesuaian berbasis nilai untuk dipertahankan dalam penyelenggaraan perguruan tinggi
secara khusus dan pendidikan secara umum. Ada lima prinsip tata kelola perguruan tinggi
yang baik, yaitu: transparansi; akuntabilitas; Kewajiban; Kemerdekaan; dan keadilan
(Muhammad Tahajuddin, 2016:43)
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Good Governance?
2. Apa saja prinsip-prinsip untuk menerapkan Good Governance?
3. Apa definisi reformasi dan fungsinya?
4. Apa yang dimaksud sistem pengendalian internal pemerintah?
1.3 Tujuan
1. Memahami definisi dari Good Governance
2. Mengetahui prinsip-prinsip untuk menerapkan Good Governance
3. Mengetahui definisi dan tujuan dari reformasi dalam Good Governance
4. Mengetahui tentang sistem penedalian internal pemerintah

BAB II
TINJAUAN TEORI
1. Definisi Good Governance
Good governance merupakan tata kelola dalam suatu pemerintahan yang meliputi
penggunaan wewenang dalam hal ekonomi, politik, serta administrasi dalam hal pengelolaan
suatu negara pada semua tingkat.
Krina (2003) menyatakan bahwa tata pemerintahan mencakup seluruh mekanisme,
proses, dan lembaga-lembaga dimana warga dan kelompok masyarakat mengutarakan
kepentingan mereka, menggunakan hak hukum, memenuhi kewajiban dan menjembatani
perbedaan-perbedaan diantara mereka.
Ulum dan Sofyani (2016 : 34) mengungkapkan bahwa good governance meliputi
seluruh aspek kehidupan berupa hukum, politik, ekonomi dan sosial. Good governance juga
sangat berhubungan erat dengan penyelenggaraan kekuasaan negara, baik eksekutif, legislatif
dan yudikatif.
Ahli atau lembaga menyatakan persepsinya mengenai prinsip-prinsip good
governance antara lain: UNDP (1997) yaitu partisipasi masyarakat, tegaknya supremasi
hukum, transparansi, peduli pada stakeholder, berorientasi pada konsensus, kesetaraan,
efektivitas dan efisiensi, akuntabilitas, visi strategis. Sedangkan Peraturan Pemerintah Nomor
101 Tahun 2000 prinsip-prinsip kepemerintahan yang baik antara lain: profesionalitas,
akuntabilitas, transparansi, pelayanan prima, demokrasi dan partisipasi, efisiensi dan
efektifitas, supremasi hukum dan dapat diterima oleh seluruh masyarakat.
Penelitian ini menganut prinsip Good Governance berdasarkan persepsi Komite Nasional
Kebijakan Governance (2006) sebagai berikut:
1) Transparancy (Keterbukaan Informasi)
Prinsip transparansi merupakan keterbukaan atau kemudahan akses informasi meliputi
program, kinerja, serta keuangan oleh pihakpihak yang berkepentingan secara jelas, benar
dan mudah dipahami.
Menurut Peraturan Pemerintah No 48 tahun 2008 prinsip transparansi dilakukan
dengan memenuhi asas kepatutan dan tata kelola yang baik oleh pemerintah, pemerintah
daerah, penyelenggara pendidikan yang didirikan masyarakat, dan satuan pendidikan
sehingga: dapat diaudit atas dasar standar audit yang berlaku, dan menghasilkan opini audit
wajar tanpa perkecualian; dan dapat dipertanggungjawabkan secara transparan kepada
pemangku kepentingan pendidikan.
2) Accountability (Akuntabilitas)
Akuntabilitas merupakan prinsip yang menjamin terciptanya pertanggungjawaban
secara terbuka oleh pelaksana kepada pihak yang terkena dampak kebijakan atas setiap
kegiatan penyelenggaraan pemerintah.
Minarti (2011: 225) menjelaskan bahwa akuntabilitas merupakan penilaian atas
kondisi seseorang oleh orang lain mengenai performa dalam menyelesaikan tugas untuk
mencapai tujuan yang menjadi tanggung jawabnya. Akuntabilitas di dalam menajemen
pembiayaan pendidikan di sekolah berarti penggunaan uang sekolah dapat
dipertanggungjawabkan sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan
3) Responsibility (Pertanggungjawaban)
Responsibility (pertanggungjawaban), yaitu kesesuaian (kepatuhan) di dalam
pengelolaan suatu organisasi atau lembaga terhadap prinsip korporasi yang sehat serta
peraturan perundangan yang berlaku.
4) Independency (Kemandirian)
Independency (kemandirian) merupakan suatu kondisi dimana perusahaan dikelola
secara rofessional tanpa ada benturan kepentingan, pengaruh, serta tekanan dari pihak
manajemen yang tidak sesuai dengan kebijakan, peraturan, perundangan-undangan yang
berlaku dan prinsipprinsip korporasi yang sehat.
5) Fairness (Kesetaraan dan Kewajaran)
Fairness (kesetaraan dan kewajaran), yaitu perlakuan yang adil dan setara berdasarkan
perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku didalam memenuhi hak-hak pihak-pihak
berkepentingan.
Prinsip keadilan menurut Peraturan Pemerintah No. 48 Tahun 2008 merupakan
pemberian akses pelayanan pendidikan yang seluas-luasnya dan merata kepada peserta atau
calon peserta didik, tanpa membedakan latar belakang suku, ras, agama, jenis kelamin, serta
kemampuan atau status sosial-ekonomi. Pada bagian pendanaan pendidikan sebagaimana
dimaksud pada Peraturan Pemerintah No 48 tahun 2008, besarnya pendanaan pendidikan dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat disesuaikan dengan kemampuan
masing-masing.
2. Reformasi
Untuk mewujudkan good governance, pemerintah perlu melakukan reformasi di
berbagai sektor antara lain reformasi institusi pemerintahan, reformasi manajemen sektor
publik dan reformasi birokrasi.
a. Reformasi Institusi Pemerintahan
Reformasi institusi pemerintahan ditandai dengan diberlakukannya Undang-Undang
Nomor 22 Tahun 1999 juncto Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi
Daerah yang kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan
Keuangan antara Pusat dan Daerah serta berbagai peraturan pemerintah yang berkaitan
dengan institusi sektor publik.
b. Reformasi Manajemen Sektor Publik
Reformasi manajemen sektor publik dengan mereformasi sistem manajemen
keuangan pemerintah dan menerapkan praktik-praktik manajemen strategis.
c. Reformasi Birokrasi
Reformasi birokrasi yang meliputi usaha pembenahan di bidang kepemimpinan,
kelembagaan organisasi pemerintah, manajemen SDM pegawai, sistem dan prosedur
pelayanan publik. Di antara reformasi tersebut, reformasi manajemen sektor publik
merupakan bagian yang paling signifikan pengaruhnya dalam mewujudkan kepemerintahan
yang baik (good governance). Hal ini dikarenakan dengan reformasi manajemen sector publik
akan tercipta peningkatan akuntabilitas publik dan kinerja Lembaga-lembaga sektor publik.
3. Sistem Pengendalian Internal Pemerintah
Menurut PP 60/2008, Bab I Pasal 1 Sistem Pengendalian Internal (SPI) adalah proses
yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan
dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui:
 Kegiatan yang efektif dan efisien
 Keandalan pelaporan keuangan
 Pengamanan aset negara, dan
 Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
BAB III
HASIL ANALISIS
Penerapan good governance pada perguruan tinggi dengan menggunakan beberapa
prinsip, yaitu: transparansi (transparancy), kemandirian (independence), akuntabilitas
(accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kesetaraan dan kewajaran (fairness).
Untuk memberikan gambaran penerapan tata kelola di perguruan tinggi, dapat dikemukakan
hal-hal sebagai berikut:
1. Transparansi (Transparency)
Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan menunjukan bahwa
transparansi Unesa yaitu sebagai berikut:
a. Unesa telah menyediakan informasi secara tepat waktu, memadai, jelas, akurat
dan dapat diperbandingkan serta mudah diakses oleh pemangku kepentingan
sesuai dengan haknya.
b. Prinsip keterbukaan yang dianut oleh Unesa tidak mengurangi kewajiban
untuk memenuhi ketentuan kerahasiaan universitas sesuai dengan peraturan
perundang-undangan, rahasia jabatan, dan hak-hak pribadi.
c. Kebijakan Unesa telah tertulis dan secara proporsional dikomunikasikan
kepada pemangku kepentingan.
Hal ini sesuai dengan Organisation for Economic Cooperation and Development
(OECD) (2009: 89) yaitu Perguruan tinggi bertanggung jawab atas kewajiban keterbukaan
informasi serta menyediakan informasi bagi stakeholders sehingga posisi dan pengelolaan
perguruan tinggi dapat mencerminkan kondisi riil dan harapan terhadap perguruan tinggi di
masa yang akan datang.
Pendapat peneliti mengenai pelaksanaan transparansi di Unesa adalah
Transparansi, proses pengambilan keputusan antara lain melalui pengembangan infrastruktur
informasi berupa intranet, knowledge management, yang merupakan sarana karyawan dalam
menyampaikan berbagai informasi berupa tulisan, ide-ide, atau gagasan. Transparansi kepada
mitra kerja dapat menerapkan aplikasi e-procurement dan e-tender (e-auction) dan
implementasi modul pemasok manajemen dalam proses pengadaan barang dan jasa.
Transparansi penilaian kinerja pegawai dengan menggunakan kompetensi assessment tools,
melalui assessment online penilaian dilakukan secara langsung yang melibatkan pegawai
yang bersangkutan, atasan langsung, rekan sekerja dan bawahan serta dokumen nilai kinerja
individu.
2. Kemandirian (Independency)
Beberapa temuan mengenai kemandirian yaitu sebagai berikut: Masing-
masing unit kerja di Unesa telah menghindari terjadinya dominasi oleh pihak
manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan
kepentingan dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan keputusan
dapat dilakukan secara obyektif. Masing-masing unit kerja di Unesa telah
melaksanakan fungsi dan tugasnya sesuai dengan anggaran dasar dan peraturan
perundang-undangan, tidak saling mendominasi dan atau melempar tanggung jawab
antara satu dengan yang lain sehingga terwujud sistem pengendalian internal yang
efektif.
Hal ini sesuai dengan Organisation for Economic Cooperation and
Development(OECD) (2009: 124) yaitu perguruan tinggi berkaitan dengan aspek
kemandirian, rektor dan senat memiliki pendapat yang independen dalam setiap
keputusan yang diambil. Sedangkan penerapan kemandirian di bidang SDM dapat
dilakukan dalam penunjukan pejabat di tingkat tertentu. Kandidat yang terpilih (short
listed candidates) ditentukan melalui job tender, sidang jabatan dan assessment tools
melalui assessment center, dengan memperhatikan hasil nilai kinerja individu,
assessment online dan assessment center.
Pendapat peneliti mengenai pelaksanaan kemandirian di Unesa adalah rektor
dan senat memiliki pendapat yang independen dalam setiap keputusan yang diambil.
Sedangkan penerapan kemandirian di bidang SDM dapat dilakukan dalam
penunjukan pejabat di tingkat tertentu.
3. Akuntabilitas (Accountability)
Dengan demikian ada beberapa temuan dalam implementasi akuntabilitas diantaranya
sebagai berikut:
a. Unesa telah menetapkan rincian tugas dan tanggung jawab masing-masing unit
organisasidan semua karyawan secara jelas dan selaras dengan visi, misi,
indikator kinerja utama.
b. Unesa meyakini bahwa semua organisasi universitas dan semua dosen dan
karyawan mempunyai kompetensi sesuai dengan tugas, tanggung jawab, dan
perannya dalam pelaksanaan good governance.
c. Unesa telah memastikan adanya sistem pengendalian internal yang efektif dalam
pengelolaan universitas baik dari segi akademik (Pusat Penjaminan Mutu/PPM)
maupun keuangan (Satuan Pengawasan Internal/SPI).
d. Unesa memiliki ukuran kinerja untuk semua jajaran yang konsisten dengan nilai-
nilai universitas, indikator kinerja utama universitas, serta memiliki sistem
penghargaan dan sanksi (reward and punishment system).
e. Dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya, dosen dan karyawan harus
berpegang pada peraturan akademik yang telah disepakati.
Hal ini sesuai dengan Organisation for Economic Cooperation and
Development(OECD) (2009: 166) yaitu perguruan tinggi berkaitan dengan
akuntabilitas Untuk menjunjung tinggi akuntabilitas, diperlukan kejelasan fungsi,
pelaksanaan dan pertanggungjawaban semua unit dalam organisasi, sehingga
pengelolaan lembaga terlaksana secara efektif.
Pendapat peneliti mengenai pelaksanaan akuntabilitas di Unesa adalah aspek
akuntabilitas dalam penyampaian laporan keuangan sidang senat merupakan sarana
rektor untuk mempertanggungjawabkan laporan keuangan tahunan lembaga,
sementara itu penyampaian laporan keuangan tahunan dan tengah tahunan kepada
publik dilaksanakan melalui media massa (media cetak) yang memiliki jangkauan
luas. Selanjutnya aspek akuntabilitas dalam SDM Berkaitan dengan upaya
meningkatkan kinerja SDM, diterapkan sistem reward dan punishmentkepada
karyawan yang dikaitkan dengan kebijakan kompensasi yang berlaku di internal
perguruan tinggi.
4. Pertanggungjawaban (Responsibility)
Aspek pertanggungjawaban dalam penyampaian laporan keuangan sidang senat
merupakan sarana rektor untuk mempertanggungjawabkan laporan keuangan tahunan
dan laporan tersebut telah disetujui oleh senat. Selain itu, laporan-laporan rektor
kepada senat mengenai rencana anggaran tahunan periode berjalan serta pembahasan
rutin antara rektor dan senat mengenai evaluasi performasi keuangan triwulanan dan
tahunan. Ini merupakan bentuk-bentuk penerapan good governance. Sementara itu,
penyampaian laporan keuangan tahunan dan tengah tahunan kepada publik
dilaksanakan melalui media massa (media cetak) yang memiliki jangkauan luas.
Tahun 2015 Unesa telah meraih status WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) yang artinya
penggunaan keuangan Unesa tidak berpotensi adanya korupsi. Ini merupakan
apresiasi yang sangat luat biasa dalam hal pertanggungjawaban yang sebelumnya
menyandang status WDP (Wajar Dengan Pengecualian).
Tidak terdapat kendala pertanggungjawaban yang berarti dalam implementasi tata
kelola layanan publik untuk mewujudkan good governance yang dialami oleh senat,
rektor dan pembantu rektor, kepala biro, dekan dan pembantu dekan, pejabat
struktural, dosen, pimpinan unit, karyawan Unesa.
Hal ini sesuai dengan Organisation for Economic Cooperation and
Development (OECD) (2009: 210) universitas harus mengutamakan kesesuaian di
dalam pengelolaan perguruan tingginya menurut peraturan perundang-undangan yang
berlaku dan prinsip-prinsip institusi yang sehat dan berkualitas.
Pendapat peneliti mengenai pelaksanaan pertanggungjawaban di Unesa yaitu
perguruan tinggi berkaitan dengan akuntabilitas pertanggungjawaban dalam SDM
berkaitan dengan upaya meningkatkan kinerja SDM, diterapkan sistem reward dan
punishment kepada dosen dan karyawan yang dikaitkan dengan kebijakan kompensasi
yang berlaku di internal Unesa. Unesa telah mematuhi peraturan perundang-undangan
serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat
pengakuan sebagai perguruan tinggi yang berkualitas. Unesa telahberpegang pada
prinsip kehati-hatian dan memastikan kepatuhan terhadap peraturan perundang-
undangan, anggaran dasar dan peraturan universitas. Unesa telah melaksanakan
tanggung jawab sosial dengan antara lain peduli terhadap masyarakat dan kelestarian
lingkungan terutama di sekitar kampus dengan membuat perencanaan dan
pelaksanaaan kampus yang ramah lingkungan atau eco campus, dan menjadi juara 1
piala Wali Kota Surabaya sebagai eco campus 2015.
5. Kesetaraan dan Kewajaran (Fairness )
Dalam hal menjamin kewajaran harga dalam proses pengadaan barang dan
jasa, Unesamenyediakan layanan lelang elektronik untuk penjualan dan pengadaan
barang antar perusahaan atau organisasi yang bernama e-auction sebagai pondasi awal
terbentuknya e-procurement. Sesuai Kepres No10/2012 mengenai Pengadaan Barang
dan Jasa, prinsip-prinsip dalam procurement adalah efisien, efektif, terbuka dan
bersaing, transparan, adil serta akuntabel. Melalui e-auction menciptakan transparansi,
akuntabilitas dan efisiensi pelaksanaan lelang. Dalam melaksanakan kegiatannya,
Unesa senantiasa memperhatikan kepentingan pemangku kepentingan berdasarkan
asas kesetaraan dan kewajaran.
Tidak terdapat kendala kesetaraan dan kewajaran yang berarti dalam
implementasi tata kelola layanan publik untuk mewujudkan good governance yang
dialami oleh senat, rektor dan pembantu rektor, kepala biro, dekan dan pembantu
dekan, pejabat struktural, dosen, pimpinan unit, karyawan Unesa.
Hal ini sesuai dengan Organisation for Economic Cooperation and Development
(OECD) (2009: 230) mengenai kesetaraan dan kewajaran untuk memenuhi aspek kesetaraan
dan kewajaran dalam penyampaian informasi, perguruan tinggi dapat menerapkan equal
treatmentkepada seluruh civitas akademika. Dalam menjamin kewajaran harga dalam proses
pengadaan barang dan jasa, perguruan tinggi menyediakan layanan lelang elektronik untuk
penjualan dan pengadaan barang antar perusahaan atau organisasi yang bernama e-auction
sebagai pondasi awal terbentuknya e-procurement.
Pendapat peneliti mengenai pelaksanaan kesetaraan dan kewajaran di Unesa yaitu
Unesatelah memberikan kesempatan kepada pemangku kepentingan untuk memberikan
masukan dan menyampaikan pendapat bagi kepentingan universitas serta membuka akses
terhadap informasi sesuai dengan prinsip transparansi dalam lingkup kedudukan masing-
masing. Unesa telahmemberikan perlakuan yang setara dan wajar kepada pemangku
kepentingan sesuai dengan manfaat dan kontribusi yang diberikan kepada universitas. Unesa
memberikan kesempatan yang sama dalam penerimaan dosen dan karyawan, berkarir dan
melaksanakan tugasnya secara profesional tanpa membedakan suku, agama, ras, jender, dan
kondisi fisik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Good governance merupakan tata kelola dalam suatu pemerintahan yang meliputi
penggunaan wewenang dalam hal ekonomi, politik, serta administrasi dalam hal pengelolaan
suatu negara pada semua tingkat.
Good Governance berdasarkan persepsi Komite Nasional Kebijakan Governance (2006)
sebagai berikut: Transparancy (Keterbukaan Informasi), Accountability (Akuntabilitas),
Responsibility (Pertanggungjawaban), Independency (Kemandirian), Fairness (Kesetaraan
dan Kewajaran).
Untuk mewujudkan good governance, pemerintah perlu melakukan reformasi di berbagai
sektor antara lain reformasi institusi pemerintahan, reformasi manajemen sektor publik dan
reformasi birokrasi.
Menurut PP 60/2008, Bab I Pasal 1 Sistem Pengendalian Internal (SPI) adalah proses yang
integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai.

B. Saran
Diharapkan pada perguruan tinggi agar dapat menerapkan prinsip-prinsip good governance di
universitas agar terwujud tata pemerintahan yang baik sesuai dengan apa yang diharapkan.\
Mahasiswa diharapkan mampu berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan di universitas ini,
artinya diharapkan keaktifan dari pihak mahasiswa agar tercipta keseimbangan antara
pemerintah dan mahasiswa, sehingga tewujud tata pemerintahan yang baik
DAFTAR PUSTAKA
DARMADI, D. H., & Pd, M. (2019). Pengantar pendidikan era globalisasi: Konsep dasar, teori, strategi
dan implementasi dalam pendidikan globalisasi. An1mage.

Susilowati, W. H. (2012). Tata Kelola Lembaga Penegak Hukum Tindak Pidana Korupsi Di
Indonesia. Research Report-Humanities and Social Science, 2.

Herry Susilowati, W. M. Tata Kelola Lembaga Penegak Hukum Tindak Pidana Korupsi Di
Indonesia. Research Reports in the Humanities and Social Sciences, 2, 163518.

Irawan, B., & Armadani, D. A. (2021). REFORMASI BIROKRASI PEMERINTAH DAERAH MENUJU
GOOD GOVERNANCE. The Indonesian Journal of Public Administration (IJPA), 7(1), 1-17.

Anda mungkin juga menyukai