Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN TENTANG FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK

Ditujukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Farmakologi yang diampu oleh
Bapak Achmad Husni, SKM, M.Kep

Disusun oleh:

Siti Ayu Nur’Afifah ( P17320121444 )

Sarjana Terapan Keperawatan dan Profesi Ners

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN BANDUNG

2022
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Obat adalah setiap zat kimia yang dapat mempengaruhi proses hidup. Jadi, farmakologi
merupakan ilmu yang sangat luas cakupannya. Untuk tenaga medis, tujuannya adalah
supaya bisa menggunakan obat untuk maksud pencegahan, diagnosis, dan pengobatan
penyakit. Selain itu, supaya lebih dimengerti bahwa penggunaan obat dapat
mengakibatkan berbagai gejala penyakit. Farmakologi mencakup pengetahuan tentang
sejarah, sumber, sifat kimia dan fisik, komposisi, efek fisiologi dan biokimia,
mekanisme kerja, absorpsi, distribusi, biotransformasi, ekskresi dan penggunaan obat.
Seiring berkembangnya pengetahuan, beberapa bidang ilmu tersebut telah berkembang
menjadi ilmu tersendiri .
Cabang farmakologi diantaranya farmakognosi adalah cabang ilmu farmakologi yang
memepelajari sifat-sifat tumbuhan dan bahan lain yang merupakan sumber obat.
Farmasi adalah ilmu yang mempelajari cara membuat, memformulasikan, menyimpan,
dan menyediakan obat. farmakologi klinik adalah cabang farmakologi yang
mempelajari efek obat pada manusia. farmakoterapi cabang ilmu yang berhubungan
dengan penggunaan obat dalam pencegahan dan pengobatan penyakit, toksikologi
adalah ilmu yang mempelajari keracunan zat kimia, termasuk obat, zat yang digunakan
dalam rumah tangga, pestisida dan lain-lain serta farmakokinetik adalah aspek
farmakologi yang mencakup nasib obat dalam tubuh yaitu absorpsi, distribusi,
metabolisme, dan ekskresinya dan farmakodinamik yang mempelajari efek obat
terhadap fisiologi dan biokimia berbagai oran tubuh serta mekanisme kerjanya.

B. Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui mengenai farmakokinetik dan farmakodinamik.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat.
b. Untuk mengetahui efek obat terhadap fisiologi dan biokimia seluler dan
mekanisme kerja obat.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Farmakokinetik
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat. Empat
proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi, distribusi, metabolisme (atau
biotransformasi), dan ekskresi (atau eliminasi). Empat proses yang termasuk di
dalamnya adalah sebagai berikut:
1. Absorpsi
Absorpsi adalah pergerakan partikel-partikel obat dari saluran gastrointestinal ke
dalam cairan tubuh melalui absorpsi pasif, absorpsi aktif, atau pinositosis. Absorpsi
pasif umumnya terjadi melalui difusi (pergerakan dari konsentrasi tinggi ke
konsentrasi rendah). Dengan proses difusi, obat tidak memerlukan energi untuk
menembus membran. Absorpsi aktif membutuhkan karier (pembawa) untuk
bergerak melawan perbedaan konsentrasi. Sebuah enzim atau protein dapat
membawa obat-obat menembus membran. Pinositosis berarti membawa obat
menembus membran dengan proses menelan. Absorpsi obat dipengaruhi oleh aliran
darah, rasa nyeri, stres, kelaparan, makanan, dan pH.
2. Distribusi
Distribusi adalah proses di mana obat menjadi berada dalam cairan tubuh dan
jaringan tubuh. Distribusi obat dipengaruhi oleh aliran darah, afinitas (kekuatan
penggabungan) terhadap jaringan, dan efek pengikatan dengan protein.
3. Metabolisme atau Biotransformasi
Metabolisme/biotransformasi obat adalah proses tubuh merubah komposisi obat
sehingga menjadi lebih larut air untuk dapat dibuang keluar tubuh. Obat dapat
dimetabolisme melalui beberapa cara:
• Menjadi metabolit inaktif kemudian diekskresikan;
• Menjadi metabolit aktif, memiliki kerja farmakologi tersendiri dan bisa
dimetabolisme lanjutan.

Beberapa obat diberikan dalam bentuk tidak aktif kemudian setelah dimetabolisme
baru menjadi aktif (prodrugs). Metabolisme obat terutama terjadi di hati, yakni di
membran endoplasmic reticulum (mikrosom) dan di cytosol. Tempat metabolisme
yang lain (ekstrahepatik) adalah : dinding usus, ginjal, paru, darah, otak, dan kulit,
juga di lumen kolon (oleh flora usus).

Tujuan metabolisme obat adalah mengubah obat yang nonpolar (larut lemak)
menjadi polar (larut air) agar dapat diekskresi melalui ginjal atau empedu. Dengan
perubahan ini obat aktif umunya diubah menjadi inaktif, tapi sebagian
berubah menjadi lebih aktif, kurang aktif, atau menjadi toksik. Faktor-faktor yang
mempengaruhi metabolisme adalah kondisi khusus, pengaruh gen, pengaruh
lingkungan dan usia.

4. Ekskresi atau Eliminasi


Rute utama dari eliminasi obat adalah melalui ginjal, rute-rute lain meliputi
empedu, feses, paru-paru, saliva, keringat, dan air susu ibu. Obat bebas, yang tidak
berikatan, yang larut dalam air, dan obat-obat yang tidak diubah, difiltrasi oleh
ginjal. Obat-obat yang berikatan dengan protein tidak dapat difiltrasi oleh ginjal.
Sekali obat dilepaskan ikatannya dengan protein, maka obat menjadi bebas dan
akhirnya akan diekskresikan melalui urin. Faktor lain yang memengaruhi ekskresi
obat adalah pH urin, yang bervariasi dari 4,5 sampai 8.

B. Farmakodinamik
Farmakodinamik mempelajari efek obat terhadap fisiologi dan biokimia selular dan
mekanisme kerja obat. Respons obat dapat menyebabkan efek fisiologis primer atau
sekunder atau kedua-duanya. Efek primer adalah efek yang diinginkan, dan efek
sekunder mungkin diinginkan atau tidak diinginkan. Salah satu contoh dari obat dengan
efek primer dan sekunder adalah difenhidramin (Benadryl), suatu antihistamin.
1. Mekanisme kerja obat
Kebanyakan obat menimbulkan efek melalui interaksi dengan reseptornya pada sel
organism. Interaksi obat dengan reseptornya dapat menimbulkan perubahan dan
biokimiawi yang merupakan respon khas dari obat tersebut. Obat yang efeknya
menyerupai senyawa endogen di sebut agonis, obat yang tidak mempunyai aktifitas
intrinsic sehingga menimbulkan efek dengan menghambat kerja suatu agonis
disebut antagonis.
2. Reseptor obat
Protein merupakan reseptor obat yang paling penting. Asam nukleat juga dapat
merupakan reseptor obat yang penting, misalnya untuk sitotastik. Ikatan obat-
reseptor dapat berupa ikatan ion, hydrogen, hidrofobik, vanderwalls, atau kovalen.

a. Reseptor obat
Makromolekul seluler tempat obat terikat untuk menimbulkan efeknya.
b. Reseptor fisiologis
Protein seluler yang secara normal berfungsi sebagai reseptor bagi ligand
endogen: hormon neurotransmitter, autakoid (histamin, serotonin).

Jenis reseptor, yaitu:

1) Agonist (Ligand)-gated Channel,


2) G-Protein Coupled Receptor,
3) Intraceluller Receptor,
4) Kinase-linked Receptor.
3. Antagonisme farmakodinamik
1) Antagonisme fisiologik
Antagonisme pada sistem fisiologik yang sama tetapi pada reseptor yang
berlainan.
2) Antagonisme pada reseptor
Obat yang menduduki reseptor yang sama tetapi tidak mampu menimbulkan
efek farmakologi secara intrinsik.
4. Interaksi obat dengan reseptor
Ikatan antara obat dengan resptor biasanya terdiri dari berbagai ikatan lemah (ikatan
ion, hydrogen, hidrofilik, van der Waals), mirip ikatan antara subtract dengan
enzim, jarang terjadi ikatan kovalen.
5. Kerja obat yang tidak dipengaruhi reseptor
a) Efek non spesifik & gangguan pada membran
• Berdasakan sifat osmotik, contoh: MgSO4, manitol,
• Berdasarkan sifat asam basa, contoh : Antacid-as lambung, Na Bikarbonat-
urin basa,
• Kerusakan Non-spesifik, contoh : antiseptik, desinfektan,
• gangguan Fs Membran, contoh : anestetik umum volatil larut dlm membran
jar otak.
b) Interaksi
• Chelating agent,
• Ex : dimerkaprol utk mengikat logam berat keluar mll urin, CaNa2EDTA
mengikat Pb2+ mjd inaktif.
c) Korporasi dalam Makromolekul
• Obat yang analog dengan Purin-Pirimidin dapat berinkorporasi dalam asam
nukleat akan menganggu fungsinya antimetabolit.
Contoh : etionin, 6-Merkaptopurin
2EDTA mengikat Pb2+ mjd inaktif
BAB III

PENUTUP

A. kesimpulan
Farmakokinetik adalah proses pergerakan obat untuk mencapai kerja obat. Empat
proses yang termasuk di dalamnya adalah: absorpsi, distribusi, metabolisme (atau
biotransformasi), dan ekskresi (atau eliminasi). Farmakodinamik mempelajari efek
obat terhadap fisiologi dan biokimia selular dan mekanisme kerja obat. Respons
obat dapat menyebabkan efek fisiologis primer atau sekunder atau kedua-duanya.
Efek primer adalah efek yang diinginkan, dan efek sekunder mungkin diinginkan
atau tidak diinginkan. Salah satu contoh dari obat dengan efek primer dan sekunder
adalah difenhidramin (Benadryl), suatu antihistamin.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wpcontent/uploads/2017/11/FARMAKOLOGI-
RMIK_FINAL_SC_26_10_2017.pdf

Anda mungkin juga menyukai