Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

PENGAWASAN KEUANGAN DAN HARTA KEKAYAAN NEGARA

Pengampu: Bayu Dwiwiddy Jatmiko, S.H., M.Hum

Nama: Zainab Az Zahro

NIM: 201910110311497

Kelas A

PRODI ILMU HUKUM

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

2020/2021

SEMESTER GENAP
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Instrumen Pemerintah Hukum
Administrasi Negara ini dengan baik.

Adapun tujuan dari penulisan malakah ini adalah untuk memenugi tugas. Selain dari pada itu,
makalah ini juga disusun dengan tujuan menambah wawasan tentang Hukum Administrasi
Negara khususnya pada Pengawasan Keuangan dan Harta Kekayaan Negara itu sendiri baik
bagi penulis maupun pembaca.

Saya menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih ditulis masih belum sempurna. Oleh
karenanya, kritik dan saran yang membangun harapannya dapat menyempurnakan malakah
ini.

Batu, 02 Maret 2021

Zainab Az Zahro
Pengawasan Keuangan dan Kekayaan Negara

A. Pengertian Pengawasan dan Ruang lingkup Pengawasan

Dalam dunia hukum, setiap proses ke-administrasi an selalu perlu pengawas, agar dapat
berjalan sesuai dengan aturan. Atau juga tujuan lain adalah agar terhindar dari sebuah
penyimpangan. Inilah posisi seberapa penting dari adanya pengawasan. Pengawasan sendiri
memiliki arti yang banyak dari berbagai pendapat/ ahli. Berikut beberapa pendapat
pengawasan menurut para ahli;

1. Sondang P Siagianyang: Suatu proses pengamatan daripada pelaksanaan seluruh


kegiatan organisasi untuk menjamin agar semua pekerjaanyang sedang dilakukan
berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya1
2. Sujamto: Segala usaha atau kegiatan untuk mengetahui dan menilai kenyataan yang
sebenarnya mengenai pelaksanaan tugasatau kegiatan, apakah sesuai dengan
semestinya atau tidak.2
3. Terry: merupakan serangkaian proses untuk mencapai tujuan suatu organisasi,
termasuk negara sebagai organisasi kekuasaan terbesar seyogyanya menjalankan
fungsi-fungsi manajemen yang terdiri dari: perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), memberi dorongan (actuating), dan pengawasan (controlling)” (Terry,
2007:15).3 Terry berpendapat juga bahwa, pengawasan sebagai upaya kontrol
birokrasi ataupun organisasi harus dilaksanakan dengan baik, karena: “Apabila tidak
dilaksanakan, cepat atau lambat akan mengakibatkan mati/hancurnya suatu organisasi
atau birokrasi itu sendiri” (Terry, 2007:137).4
4. Mc. Farland kemudian dikutip oleh Handayaningrat yakni: “Control is the process by
which an executive gets the performance of his subordinate to correspond as closely
as posible to chosen plans, orders, objectives, or policies. (Pengawasan ialah suatu
proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang
dilakukan oleh bawahannya sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau
kebijaksanaan yang telah ditentukan)” (Manullang, 2005:143).5

1
Siagian, Sondang. P.Administrasi Pembangunan. (Jakarta: Gunung Agung: Jakarta, 2000), h.135 dalam BAB III
Tinjauan Pustaka diakses dari http://repository.uin-suska.ac.id/20597/8/10.%20BAB%20III.pdf, hal 23
2
Sujamto.Otonomi Daerah Yang Nyata dan Bertanggung Jawab, (Jakarta: Sinar Grafika, 1990), h.17., Ibid
3
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1831/5/141801063_file%205.pdf, hal 10
4
Ibid
5
Ibid, hal 11
5. M. Manullang: Suatu proses untuk dapat menetapkan pekerjaan apa yang telah
dilaksanakan, menilainya dan juga mengoreksinya dan bila perlu dengan sebuah
maksud agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana yang semula.
6. Henry Fayol: Pengawasan terdiri dari pengujian apakah seluruh sesuatu telah
berlangsung sesuai dengan rencana yang sudah ditentukan dengan instruksi yang
sudah digariskan.
7. Soekarno K: Suatu proses yang menentukan mengenai apa yang harus dikerjakan,
supaya apa yang harus dikerjakan, supaya apa yang diselenggarakan dapat sejalan
sesuai dengan rencana.6
8. Schermerhorn dalam Ernie dan Saefullah (2005: 317): Merupakan sebagai proses
dalam menetapkan ukuran kinerja dalam pengambilan tindakan yang dapat
mendukung pencapaian hasil yang diharapkan sesuai dengan ukuran yang telah
ditetapkan tersebut.
9. Mathis dan Jackson (2006: 303): Sebagai proses pemantauan kinerja karyawan
berdasarkan standar untuk mengukur kinerja, memastikan kualitas atas penilaian
kinerja dan pengambilan informasi yang dapat dijadikan umpan balik pencapaian
hasil yang dikomunikasikan ke para karyawan.7

Dari berbagai pengertian diatas dapat dismpulkan bahwa pengawasan adalah sebagai suatu
pemantauan atas sebuah kinerja baik itu dari sebuah Lembaga yang mengatir terkait
ketatanegaraan. Pengawasan sendiri memiliki ruang lingkup, ini bertujuan untuk membatasi
kajian daripada pengawasan itu sendiri.

Terkait ruang lingkup dalam pengawasan, penulis mengambil pendapat Suwatno dalam
bukunya yang berjudul Asas-Asas Manajemen Sumber Daya Manusia bahwa ruang lingkup
tersebut ialah sebagai berikut;

1. Fase Awal: Difase ini menjelaskan bahwa pengawasan dilakukan untuk mencegah
dan juga membatasi sekecil mungkin agar tidak terjadi sebuah kesalahan yang tidak
diinginkan.
2. Pengawasan tengah berjalan: Dalam fase ini menjelaskan bahwa pengawasan
dilakukan guna memantau kegiatan yang sedang berlangsung yang mana harapannya

6
https://www.pelajaran.co.id/2018/11/pengertian-tujuan-manfaat-fungsi-dan-jenis-pengawasan-menurut-
para-ahli.html
7
BAB II Tinjauan Pustaka http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/30985/Chapter%2011.pdf?
sequence=4, hal 1
terdapat follow up untuk menghindari sebuah penyimpangan karena telah dilakukan
koreksi.
3. Pengawasan Akhir: Dalam fase ini menjelaskan bahwa pengawasan dilakukan untuk
dapat memberikan masukan pada organisasi bagi tindakan-tindakan perencanaan yang
akan berulang dimasa yang akan data. (Suwatno, 2002:283).8

Kemudian ada pendapat lain terkait ruang lingkup pengawasan, seperti pendapat Teguh Pudjo
Muljono dalam bukunya yang berjudul Manajemen Perkreditan Bagi Bank Komersil yakni
sebagai berikut;

1. Pengawasan dalam arti sempit: yakni berupa pengawasan administrative yang


dilakukan untuk mengetahui kebenaran data-data administratif
2. Pengawasan dalam arti luas: yakni berupa pengendalian dalam suatu organisasi atau
perusahaan yang berguna untuk mengontrol. Dengan kata lain ialah manajemen
control dalam bidang sebagai berikut;
a. Financial (Keuangan): Merupakan pengujian daam tahap sebuah kewajaran dan
kecermatan untuk mengevaluasi kelayakan internal kontrol yang ditetapkan
apakah telah memadai
b. Operational (Operasional): Merupakan sebuah kegiatan penilaian yang sistematis
dan berorientasi untuk masa yang akan datang atas segala kegiatan yang ada
dalam organisasi, dengan sebuah tujuan yakni guna mengadakan perbaikan
rencana kerja organisasi maupun pencapaian tujuan itu sendiri.
c. Management/ Policy: Merupakan suatu penilaian yang dilaksanakan secara
sistematis, independent dan berorientasi ke masa yang akan datang atas semua
kegiatan yang dilaksanakan oleh manajemen, melalui perbaikan-perbaikan dari
pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen. (Muljono, 2001:461).9

B. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)

BPK atau singkatan dari Badan Pemeriksa Keuangan merupakan salah satu lembaga tinggi
negara yang telah ditetapkan dalam UUDNRI 1945. Disebutkan dalam Pasal 23 ayat (5)
UUD 1945 disebutkan bahwa untuk memeriksa tanggungjawab tentang keuangan negara
diadakan suatu Badan Pemeriksa Keuangan, yang peraturanya ditetapkan dengan undang-
undang. Mengingat pada ayat tersebut, maka pada tanggal 1 januari 1947 berdasarkan
8
http://articontohnya.blogspot.com/2013/02/ruang-lingkup-pengawasan.html
9
https://text-id.123dok.com/document/ozl98wooz-ruang-lingkup-pengawasan-pengertian-pengawasan.html
penetapan Pemerintah No 11/UM tanggal 28 Desember 1946 berdirilah sebuah Lembaga
yang dikenal dengan BPK dan pada tanggal tersebutlah diperingati sebagai hari jadi Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK).
Kemudian,, berdasarkan catatan sejarah, BPK mengalami sebuah lika-liku perubahan baik itu
terkait tugas, kewajiban, maupun susunan dan tata tertib. Kemudian terkait Tugas,
Kewajiban, susunan dan tata kerja BPK pertama kali tetapkan ketika masa revolusi fisik
( 1947-1950), kemudian berlanjut ketika masa reformarsi (1998-sekarang). Kemudian terkait
UU tentang BPK terakhir ditetapkan dalam UU No 15 tahun 2006. Adapun sekarang, BPK
sedang menyempurnakan tugas dan fungsi pelaksanaan BPK sebagi tindak lanjut atas
Undang-Undang dimaksud.10
Perlu diketahui bahwa pengertian BPK secara yuridis yakni dalam UU RI No. 15 Tahun 2006
Pasal 1 ayat (1) adalah: “Badan Pemeriksa Keuangan yang selanjutnya disingkat BPK,
lembaga negara yang bertugas untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945”. Posisi sebuah BPK ada, adalah untuk mengatur keuangan negara. Keuangan
negara dalam ketatanegaraan juga memiliki posisi penting untuk penyelenggaraan
pemerintahan negara, selain itu juga memiliki manfaat yang sangat penting yakni
mewujudkan tujuan negara yang mana tujuan tersebut adalah untuk mencapai masyarakat
yang adil, makmur dan sejahtera. Dari sini dapat ditarik benang merah bahwa keuangan
membutuhkan pengelolaan dan tanggung jawab yang membutuhkan Lembaga untuk
melakukan hal tersebut. Dari sini BPK-lah yang dijadikan sebuah harapan. Harapannya juga
lembaga pemeriksa tersebut juga mampu berdiri dan berkerja secara bebas, mandiri, dan
profesional untuk menciptakan pemerintahan yang bersih dan bebas dari korupsi, kolusi, dan
nepotisme.
Adapun BPK dalam kaitannya dengan persoalan pengawasan terhadap kebijaksanaan negara
dan pelaksanaan hukum, maka kedudukan dan peranannya sangat penting. Karena itu dalam
konteks tertentu BPK juga kadang-kadang dapat disebut sebagai lembaga negara yang
mempunyai fungsi utama (main organ).11
Secara detail terkait tugas BPK sendiri ialah bebas dari pengaruh kekuasaan pemerintah.
Kemudian BPK dalam pekerjaannya terkait laporan-laporan memiliki kewajiban untuk

10
Warta BPK. Jakarta 2010 dalam BAB II Landasan Teori
http://repository.uma.ac.id/bitstream/123456789/1538/5/118400023_file5.pdf, hal 1
11
Jimly Asshiddiqie, Perkembangan dan Konsolidasi Lembaga Pasca Reformasi, Sekretariat Jenderal dan
Kepaniteraan Mahkamah Konstiusi, Jakarta, 2006, hlm. 114. Dalam
http://repository.unpas.ac.id/14680/3/11.%20BAB%20II.pdf, hal 41
diberitahukan kepada DPR. Dalam hal ini bukan artian BPK merupakan bawahan DPR,
karena BPK hanya memiliki kewajiban melaporakan, selainnya terkait kinerja BPK, maka
BPK bekerja secara mandiri. Hal yang sama dijumpai pula pada hubungan kerja antara
Algemeene Rekenkamer dengan Volksraad. BPK merupakan lembaga tinggi negara yang
berwenang untuk mengawasi semua kekayaan negara yang mencakup pemerintah pusat,
pemerintah daerah, BUMN, BUMD, dan lembaga negara lainnya. BPK berkedudukan di
Jakarta dan memiliki perwakilan di provinsi.
Lebih lanjut, terkait kewenangan BPK sendiri telah tersebut dalam UUD 1945 Pasal 23E,
yaitu untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan Negara. Selain itu
dalam Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, ditegaskan pula tugas dan wewenang BPK untuk
memeriksa tanggung jawab Pemerintah tentang Keuangan Negara, memeriksa semua
pelaksanaan APBN, dan berwenang untuk meminta keterangan berkenaan dengan tugas yang
diembannya.12

C. Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP)

BPKP atau singkatan dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan adalah salah satu
lembaga pengawas internal pemerintah yang memegang peranan penting dalam pengawasan.
Sejak Orde Baru (Orba), lembaga ini diberi wewenang yang besar untuk melakukan
pengawasan di Indonesia.13
Sesuai dengan Pasal 2 dan 3 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 192 Tahun 2014
Tentang Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP). BPKP mempunyai tugas
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pengawasan keuangan negara/daerah dan
pembangunan nasional.

Dalam melaksanakan tugasnya, BPKP menyelenggarakan fungsi14:

1. Perumusan kebijakan nasional pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan


negara/daerah dan pembangunan nasional meliputi kegiatan yang bersifat lintas
sektoral, kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri
Keuangan selaku Bendahara Umum Negara, dan kegiatan lain berdasarkan penugasan
dari Presiden;
12
Ibid
13
Suseno, Agung, Eksistensi BPKB Dalam Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (Bisnis & Birokrasi, Jurnal
Ilmu Administrasi dan Organisasi, Jan–Apr 2010, ISSN 0854-3844, Volume 17, Nomor 1), hal 1
14
http://www.bpkp.go.id/konten/1/tugas-dan-fungsi.bpkp
2. Pelaksanaan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya
terhadap perencanaan, pelaksanaan dan pertanggungjawaban akuntabilitas
penerimaan negara/daerah dan akuntabilitas pengeluaran keuangan negara/daerah
serta pembangunan nasional dan/atau kegiatan lain yang seluruh atau sebagian
keuangannya dibiayai oleh anggaran negara/daerah dan/atau subsidi termasuk badan
usaha dan badan lainnya yang didalamnya terdapat kepentingan keuangan atau
kepentingan lain dari Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah serta
akuntabilitas pembiayaan keuangan negara/ daerah;
3. Pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan pemanfaatan aset
negara/daerah;
4. Pemberian konsultansi terkait dengan manajemen risiko, pengendalian intern, dan tata
kelola terhadap instansi/badan usaha/badan lainnya dan program/ kebijakan
pemerintah yang strategis;
5. Pengawasan terhadap perencanaan dan pelaksanaan program dan/atau kegiatan yang
dapat menghambat kelancaran pembangunan, audit atas penyesuaian harga, audit
klaim, audit investigatif terhadap kasus-kasus penyimpangan yang berindikasi
merugikan keuangan negara/daerah, audit penghitungan kerugian keuangan
negara/daerah, pemberian keterangan ahli,dan upaya pencegahan korupsi;
6. Pengoordinasian dan sinergi penyelenggaraan pengawasan intern terhadap
akuntabilitas keuangan negara/daerah dan pembangunan nasional bersama-sama
dengan aparat pengawasan intern pemerintah lainnya;
7. Pelaksanaan reviu atas laporan keuangan dan laporan kinerja pemerintah pusat;
8. Pelaksanaan sosialisasi, pembimbingan, dan konsultansi penyelenggaraan sistem
pengendalian intern kepada instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan badan-
badan yang di dalamnya terdapat kepentingan keuangan atau kepentingan lain dari
Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah;
9. Pelaksanaan kegiatan pengawasan berdasarkan penugasan Pemerintah sesuai
peraturan perundang-undangan;
10. Pembinaan kapabilitas pengawasan intern pemerintah dan sertifikasi jabatan
fungsional auditor;
11. Pelaksanaan pendidikan, pelatihan, penelitian, dan pengembangan di bidang
pengawasan dan sistem pengendalian intern pemerintah;
12. Pembangunan dan pengembangan, serta pengolahan data dan informasi hasil
pengawasan atas penyelenggaraan akuntabilitas keuangan negara
Kementerian/Lembaga dan Pemerintah Daerah;
13. Pelaksanaan pengawasan intern terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi di BPKP; dan
14. Pembinaan dan pelayanan administrasi umum di bidang perencanaan umum,
ketatausahaan, organisasi dan tatalaksana, kepegawaian, keuangan, kearsipan, hukum,
kehumasan, persandian, perlengkapan dan rumah tangga.      

Kemudian terkait wewenang dari BPKP ialah sebagai berikut:

1. Penyusunan rencana nasional secara makro di bidangnya;


2. Perumusan kebijakan di bidangnya untuk mendukung pembangunan secara makro;
3. Penetapan sistem informasi di bidangnya;
4. Pembinaan dan pengawasan atas penyelenggaraan otonomi daerah yang meliputi
pemberian pedoman, bimbingan, pelatihan, arahan, dan supervisi di bidangnya;
5. Penetapan persyaratan akreditasi lembaga pendidikan dan sertifikasi tenaga
profesional/ahli serta persyaratan jabatan di bidangnya;
6. Kewenangan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
berlaku, yaitu:

a) Memasuki semua kantor, bengkel, gudang, bangunan, tempat-tempat


penimbunan, dan sebagainya;
b) Meneliti semua catatan, data elektronik, dokumen, buku perhitungan, surat-
surat bukti, notulen rapat panitia dan sejenisnya, hasil survei laporan-laporan
pengelolaan, dan surat-surat lainnya yang diperlukan dalam pengawasan;
c) Pengawasan kas, surat-surat berharga, gudang persediaan dan lainnya;
d) Peminta keterangan tentang tindak lanjut hasil pengawasan, baik hasil
pengawasan BPKP sendiri maupun hasil pengawasan Badan Pemeriksa
Keuangan, dan lembaga pengawasanlainnya.15

D. Hubungan BPK dengan BPKP 16

15
https://www.uraiantugas.com/2018/11/tugas-dan-fungsi-badan-pengawasan-keuangan-pembangunan.html
16
https://medium.com/mahasiswaonline/perbedaan-badan-pemeriksa-keuangan-bpk-dan-badan-
pengawasan-keuangan-dan-pembangunan-bpkp-38df7539c416
Terkait BPK dan BPKP adalah merupakan satu kesatuan, sehingga terkadang seringkali
masyarakat sulit membedakan khusunya masyarakat sering salah pada BPKP. Banyak yang
menyebut dibeberapa surat atau media massa ialah sebagai Badan Pemeriksa Keuangan dan
Pembangunan. Padahal antara memerksa dan mengawasi adalah dua hal yang jelas berbeda
meskipun mirip. Memeriksa lebih kepada penindakan/represif, sedangkan mengawasi lebih
kepada pencegahan/preventif.
Kesalahan selanjutnya ialah masyarakat belum memahami sifat dari kedua lembaga
pemerintahan ini. Kalau BPK sifatnya eksternal pemerintah, sedangkan BPKP sifatnya
internal pemerintah. Adapun dari kalangan masyarakat awam sendiri, memahami kata
“Pemerintah” banyak yang keliru. Di dalam peraturan dan undang-undang sudah jelas bahwa
yang dimaksud pemerintah hanyalah untuk lingkup eksekutif saja. Namun, secara umum,
bukan berarti masyarakat salah secara keseluruhan, tetapi memang dalam arti yang lebih luas
pemerintah/pemerintahan mengacu pada segala aktivitas badan-badan publik yang meliputi
kegiatan legislatif, eksekutif, dan yudikatif dalam usaha mencapai tujuan negara. Sedangkan
pemerintahan dalam arti sempit adalah segala kegiatan badan-badan publik yang hanya
meliputi kekuasaan eksekutif.
Adapun secara administratif, BPK sendiri adalah sebuah lembaga negara Republik Indonesia,
sama dan setingkat dengan lembaga negara lain seperti:
 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR-RI),
 Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR-RI),
 Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD-RI),
 Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia,
 Mahkamah Agung Republik Indonesia (MA-RI),
 Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia (MK-RI)
 Sedangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) merupakan
Lembaga Pemerintah Non Kementerian (LPNK) yang berada di bawah Presiden,
sama dan setingkat dengan LPNK lain seperti:
 Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas)
 Badan Pertanahan Nasional (BPN)
 Badan Pusat Statistik (BPS)
 Badan Narkotika Nasional (BNN)
 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)
 Badan Kepegawaian Negara (BKN)
 Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)

E. Pengawasan Aset dan keuangan negara dalam BUMN

Berdasarkan putusan Mahkamah Konstitusi, keuangan BUMN ditegaskan sebagai keuangan


negara sehingga BPK memiliki kewenangan untuk melakukan pemeriksaan atas pengelolaan
dan pertanggungjawaban keuangan tersebut. Namun, Mahkamah Konstitusi juga menyatakan
bahwa pemeriksaan keuangan negara pada BUMN tidak mengikuti mekanisme
pertanggungjawaban keuangan negara sebagaimana pada institusi publik lainnya melainkan
berdaarkan pada prinsip good corporate governance sebagaimana dimaksud dalam UU
Perseroan Terbatas. Prinsip yang dimaksud dalam hal ini adalah business judgement rule
yang melindungi direksi dalam pengambilan keputusan untuk kepentingan perseroan
meskipun keputusan itu berakibat timbulnya kerugian pada perseroan. Kemudian perlu
diketahui bahwa terkait prinsip BJR memiliki kaitan dengan BPK yakni harus diawasi
Lembaga tertentu salah satunya BPK untuk mengawasi BUMN khususnya ketika melakukan
pemeriksaan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara pada BUMN. Meskipun
demikian, secara legal formal akan terdapat kendala dalam pelaksanaannya apabila prinsip
tersebut diatur di satu UU namun tidak diatur dalam UU lain yang berkaitan. Akan tetap
menjadi persoalan apabila prinsip ini hanya diatur dalam UU Perseroan Terbatas.17

F. Pentingnya menjaga keamanan asset negara

Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik


Negara/Daerah mengamanatkan kepada Pengguna Barang melakukan pemantauan dan
penertiban terhadap penggunaan, pemanfaatan, pemindahtanganan, penatausahaan,
pemeliharaan, dan pengamanan Barang Milik Negara/Daerah yang di bawah penguasaannya.
Pelaksanaan pemantauan dan penertiban terhadap penggunaan pemanfatan, pemindahtangan
penatausahaan pemeliharaan dan pengamanan Barang Milik Negara/Daerah tersebut
diperlukan untuk mewujudkan tertib pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) yang
tercermin dalam tertib hukum, tertib administrasi, dan tertib fisik.

Sebagaimana kita ketahui BMN yang merupakan bagian dari aset negara memiliki jumlah
dan nilai yang sangat besar dimana sebagian besar berasal dari pembelian/pengadaan yang
dananya juga berasal dari masyarakat. Tentunya ini menjadi tanggung jawab pengguna
17
Kasim Helmi, Memikirkan Kembali Pengawasan Badan Usaha Milik Negara Berdasarkan Business Judgement
Rules (Jurnal Konstitusi, Volume 14, Nomor 2, Juni 2017), hal. 459 dalam
https://media.neliti.com/media/publications/196407-ID-memikirkan-kembali-pengawasan-badan-usah.pdf
barang/satker untuk dapat menggunakannya sesuai tugas pokok dan fungsi sekaligus menjaga
dan merawatnya yang terwujud dalam pengamanan dan pemeliharaan BMN . Namun
demikian, dalam tulisan ini hanya akan difokuskan terkait pengamanan BMN.

Dari berbagai media atau mungkin pernah kita alami, sebidang tanah yang tercatat sebagai
BMN diklaim oleh masyarakat sebagai milik mereka bahkan sampai berperkara di
pengadilan. Juga terjadi Rumah Negara yang ditempati oleh pihak ketiga atau pensiunan
Aparatur Sipil Negara yang seharusnya tidak berhak menempati bangunan tersebut. Contoh
di atas memberikan kesadaran pada kita tentang aspek pengamanan Barang Milik Negara
yang harus menjadi perhatian kita semua. Aspek pengamanan Barang Milik Negara paling
tidak terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Aspek Administratif.
Pengamanan aspek ini yaitu menatausahakan BMN dalam rangka mengamankan BMN dari
segi administrasinya. Disini letak pentingnya dokumen administrasi yaitu dokumen yang
diterbitkan pihak yang berwenang yang berkaitan dengan keberadaan BMN seperti sertifikat
tanah, akta jual beli, keputusan panitia pengadaan tanah, perjanjian sewa menyewa,
perjanjian pinjam pakai, izin mendirikan bangunan, Berita Acara Serah Terima, STNK,
BPKB dan dokumen lainnya. Pengamanan secara administratif meliputi:

a. Pembukuan

Kegiatan pendaftaran dan pencatatan BMN ke dalam daftar barang yang ada pada
Pengguna Barang/Pengelola Barang. Dalam pembukuan dilakukan pencatatan secara
tertib terkait transaksi perolehan, transaksi perubahan maupun transaksi penghapusan
yang kesemuanya berdasarkan dokumen sumber yang jelas. Selain melakukan pencatatan
juga mengarsipkan seluruh dokumen yang ada baik dokumen sumber, dokumen
kepemilikan maupun dokumen pendukung lainnya.

b. Inventarisasi

Kegiatan pendataan, pencatatan pada kertas kerja, dan pelaporan hasil pendataan BMN.
Kegiatan inventarisasi ini tercakup di dalamnya Saldo Awal (saldo akhir periode lalu,
koreksi saldo), Perolehan BMN (hibah, pembelian, penyelesaian pembangunan,
pelaksanaan perjanjian kontrak, pembatalan penghapusan, rampasan, reklasifikasi
masuk, transfer masuk), Perubahan BMN (pengurangan, pengembangan, perubahan
kondisi, revaluasi), Penghapusan BMN (penghapusan, transfer keluar, hibah,
reklasifikasi keluar).
c. Pelaporan

Kegiatan penyampaian data dan informasi yang dilakukan oleh unit pelaksana
penatausahaan BMN pada Pengguna Barang dan Pengelola Barang. Pelaporan bisa
dilakukan secara periodik maupun non periodik. Pelaporan harus dilakukan dengan benar
sesuai kondisi yang nyata di lapangan.

2. Aspek Fisik

Dilakukan untuk mencegah terjadinya penurunan fungsi barang, penurunan jumlah barang,
dan hilangnya barang. Terkait tanah misalnya masih ada tanah BMN yang diibiarkan begitu
saja sehingga terlihat seperti tanah terlantar. Ini sangat riskan sekali karena bisa dimanfaatkan
pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan atau mendirikan bangunan tanpa seizin
atau sepengetahuan pengguna barang. Untuk pengamanan secara fisik terhadap obyek tanah
dapat dilakukan dengan membangun tanda batas berupa pagar dan juga memasang papan
tanda kepemilikan yang ditulis secara jelas jenis hak atas tanah dan pengguna serta
ditambahkan tulisan Dilarang Masuk atau Memanfaatkan Tanah dengan ancaman pasal 167
(ayat 1) KUHP, pasal 389 KUHP dan pasal 551 KUHP. Begitu pula dengan pengamanan
bangunan, selain membangun tanda batas dan papan tanda kepemilikan juga dilakukan
pemasangan CCTV untuk kantor, penyediaan alat pemadam kebakaran yg memadai, tenaga
satpam dan metal detector. Selanjutnya, untuk kendaraan, perangkat keamanan kendaraan
tidak hanya satu jenis antara lain alarm dan kunci pengaman yang lain dipastikan ada dan
berfungsi dengan baik. Kemudian penyimpanan kendaraan dilakukan di lingkungan kantor
apabila disimpan ditempat lain pemakai kendaraan harus bertanggungjawab terhadap
keamanannya.

3. Aspek Hukum

Pengamanan dari aspek hukum dilakukan agar BMN terjaga/terlindungi dari potensi masalah
hukum seperti sengketa, gugatan, atau beralih kepemilikan kepada pihak lain secara tidak
sah. Hal ini dilakukan sebagai tindakan preventif dengan melengkapi bukti kepemilikan
BMN misalnya sertifikat Hak Pakai untuk tanah, IMB untuk bangunan, STNK dan/atau
BPKB untuk kendaraan. Selain itu upaya hukum melalui Tuntutan Ganti Rugi maupun upaya
hukum lain melalui litigasi maupun non litigasi dapat ditempuh misalnya terhadap tanah dan
atau bangunan yang disengketakan atau diambil alih pihak lain. Terkait pengamanan BMN
dari aspek hukum, pemerintah saat ini sedang gencar-gencarnya melakukan kegiatan
sertifikasi BMN berupa tanah dimana hal ini dilakukan terhadap obyek tanah BMN yang
memiliki bukti kepemilikan/alas hak berupa akta jual beli, Letter C, akta hibah, surat
pelepasan hak atau dokumen lain yang setara yang kemudian diterbitkan Sertifikat Hak Pakai
atas nama Pemerintah Republik Indonesia c.q. Kementerian/Lembaga. Sementara untuk tanah
yang tidak memiliki bukti kepemilikan di atas harus diupayakan untuk memperoleh dokumen
awal guna pengurusan bukti kepemilikan seperti riwayat tanah, melalui koordinasi dengan
Kepala Desa/Lurah, Camat atau pihak terkait lainnya.18

18
https://www.djkn.kemenkeu.go.id/artikel/baca/13043/Pengamanan-Barang-Milik-Negara-Dalam-Rangka-
Tertib-Administrasi-Tertib-Fisik-dan-Tertib-Hukum.html

Anda mungkin juga menyukai