Anda di halaman 1dari 14

RESUME AUDIT SEKTOR PUBLIK

MATERI KE- 2

Kelompok 2 :

1. Amda Rizky Qodar Yani (C1C018006)


2. Cantika (180462201002)
3. Charles Fernando (C1C018026)
4. Ivan Krisna Aji (1810631030100)

Dosen Pengampu :

 Dr. Sri Rahayu, S.E., M.S.A., A.k.


Sistem dan Lembaga Pengawasan dan Pemeriksaan Sektor Publik Di
Indonesia

Definisi Pengawasan

Pengawasan atau control yakni merupakan salah satu fungsi penting dari
manajemen dengan tujuan untuk memastikan bahwa kegiatan dapat berjalan
sesuai direncanakan. Secara umum pengendalian atau pengawasan dapat
dibedakan menjadi tiga kategori yaitu :

1) Pengendalian preventif yaitu jenis pengendalian yang dilakukan sebelum


kegiatan dijalankan.terkait dengan hal ini adalah penetapan pengendalian
internal oleh manajemen.
2) Pengendalian proses atau aktivitas, yakni untuk menjamin bahwa kegiatan
berjalan sesuai dengan yang direncanakan. Contoh dari pengawasan ini
adalah pengawasan manajemen, pengawasan atasan langsung dan
penyeliaan.
3) Pengendalian hasil adalah kegiatan yang bersifat represif pada dasarnya
dilakukan setelah kegiatan berlangsung. Tujuannya adalah untuk
menentukan apakah kegiatan yang telah dilakukan sesuai dengan
standard/kriteria yang telah ditetapkan.

(Sumber : Murwanto, Rahmadi, dkk. 2011. Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar
Bagi Pembangunan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Jakarta: Dapartemen
Keuangan RI)

Tujuan Pengawasan

1) Menjamin ketepatan pelaksanaan,


2) Kebijaksanaan dan perintah menerbitkan kordinasi kegitan,
3) Mencegah pemborosan dan penyimpangan,
4) Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat.

Jenis Pengawasan
1. Berdasarkan lembaga
 Pengawasan Atasan Langsung
 Pengawasan Fugsional yaitu pengawasan yang dilakukan oleh
aparat yang diadakan khusus untuk membantu pimpinan dalam
menjalankan fungsi pengawasan di lingkungan organisasi
 Pengawasan Politis (DPR/DPRD).
 Pengawasan BPK.
 Pengawasan dan pemeriksaan lainnya.
2. Berdasarkan waktu
 Pengawasan Prefentif adalah pengawasan atas jalannya pemerintah
daerah, pengawasan sebelum pelaksanaan dan bersifat berencana.
 Pengawasan Represif adalah pengawasan yang dilakukan setelah
pelaksanaan
3. Berdasarkan jarak
 Pengawasan Langsung,
 Pengawasan Tidak Langsung
4. Berdasarkan ruang
 Pengawasan internal,
 Pengawasan eksternal.

(Sumber : Ridla, Kemal A. 2013. Sistem Pengawasan Di Indonesia. Jakarta:


Universitas Indonesia. www.academia.edu.com (Diakses pada Jam 13.36 WIB,
hari Sabtu, Tanggal 06 Februari 2021)

Sistem Pengendalian Intern Sektor Publik

Sistem Pengendalian Intern (SPI) adalah proses yang integral pada


tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan
seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan
organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-
undangan.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) dijelaskan bahwa SPIP adalah Sistem
Pengendalian Intern yang diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan
pemerintah pusat dan pemerintah daerah.

Unsur SPIP yang telah diterapkan di berbagai Negara dalam


pemerintahannya yakni:

1. Lingkungan pengendalian yakni menekankan bahwa Pimpinan Instansi


Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara
keseluruhan lingkungan organisasi, sehingga dapat menimbulkan perilaku
positif dan mendukung pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
Lingkungan pengendalian dapat diwujudkan melalui:
o Penegakan integritas dan nilaietika;
o Komitmen terhadapkompetensi;
o Kepemimpinan yang kondusif;
o Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
o Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
o Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
sumber daya manusia;
o Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintahyang efektif;
o Hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
2. Penilaian resiko yaitu kegiatan penilaian atas kemungkinan kejadian yang
mengancam pencapaian tujuan dan sasaran Instansi Pemerintah. Unsur ini
memberikan penekanan bahwa pengendalian intern harus memberikan
penilaianatasrisikoyang dihadapi unit organisasi baik dari luar maupun
dari dalam. Penilian ini bisa dilakukan dengan cara mengidentifikasi dan
menganalisisi resiko.
3. Kegiatan pengendalian yaitu tindakan yang diperlukan untuk mengatasi
risiko serta penetapan dan pelaksanaan kebijakan dan prosedur untuk
memastikan bahwa tindakan mengatasi risiko telah dilaksanakan secara
efektif. Unsur ini menekankan bahwa Pimpinan Instansi Pemerintah wajib
menyelenggarakan kegiatan pengendalian sesuai dengan ukuran,
kompleksitas, dan sifat dari tugas dan fungsi Instansi Pemerintah yang
bersangkutan. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah :
a) Review atas kinerja Instansi Pemerintah yang bersangkutan;
b) Pembinaan sumber daya manusia/Pegawai Pemerintahan;
c) Pengendalian atas pengelolaan sisteminformasi;
d) Pengendalian fisik atas aset;
e) Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
f) Pemisahan fungsi;
g) Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
h) Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian;
i) Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
j) Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
k) Dokumentasi yang baik atas Sistem Pengendalian Intern serta
transaksi dan kejadian penting.
4. Informasi dan komunikasi. Informasi adalah data yang telah diolah yang
dapat digunakan untuk pengambilan keputusan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Sedangkan
komunikasi adalah proses penyampaian pesan atau informasi dengan
menggunakan symbol atau lambang tertentu baik secara langsung maupun
tidak langsung untuk mendapatkan umpan balik. Agar terlaksana dengan
baik, ada beberapa cara yakni :
 Menyediakan dan memanfaatkan berbagai bentuk dan sarana
komunikasi;
 Mengelola, mengembangkan, dan memperbarui sistem informasi
secara terus menerus.
5. Pemantauan. Pemantauan pengendalian intern pada dasarnya adalah untuk
memastikan apakah sistem pengendalian intern pada suatu instansi
pemerintah telah berjalan sebagaimana yang diharapkan dan apakah
perbaikan-perbaikan yang perlu dilakukan telah dilaksanakan sesuai
dengan perkembangan. Unsur ini mencakup penilaian desain dan operasi
pengendalian serta pelaksanaan tindakan perbaikan yangdiperlukan. agar
kegiatan pemantauan menjadi lebih efektif, seluruh pegawai perlu
mengerti misi organisasi, tujuan, tingkat toleransi risiko dan tanggung
jawab rnasing-masing.

Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan


pengendalian intern yang berfungsi melakukan penilaian independen atas
pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah. Lingkup pengaturan
pengawasan intern ini mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi sumber
daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan lain sebagainya.

(Sumber : Nasution, Dito Aditia Darma, dkk. 2019. Audit Sektor Publik: Mahir
dalam Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia )

Lembaga Pengawasan Sektor Publik

Dalam negara Indonesia terdapat beberapa lembaga yang bertanggung


jawab secara fungsional atas pengawasan terhadap pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara. Pada tingkatan tertinggi terdapat Badan Pemeriksa
Keuangan (BPK), Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan
Inspektorat Jenderal yang berada di setiap departemen, serta Badan Pengawas
Daerah untuk lingkup pengawasan di daerah.

BPK melaksanakan pemeriksaan atas pengelolaan dan tanggung jawab


keuangan negara. Pemeriksaan tersebut meliputi seluruh unsur keuangan negara
yaitu:

1. hak negara untuk memungut pajak, mengeluarkan dan mengedarkan uang


dan melakukan pinjaman;
2. kewajiban negara untuk menyelenggarakan tugas layanan umum
pemerintahan negara dan membayar tagihan pihak ketiga;
3. penerimaan negara;
4. pengeluaran negara;
5. penerimaan daerah;
6. pengeluaran daerah;
7. kekayaan negara/kekayaan daerah yang dikelola sendiri atau oleh pihak
lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
dapat dinilai dengan uang, termasuk kekayaan yang dipisahkan pada
perusahaan negara/perusahaan daerah.
8. kekayaan pihak lain yang dikuasai oleh pemerintah dalam rangka
penyelenggaraan tugas pemerintah dan/atau kepentingan umum;
9. kekayaan pihak lain yang diperoleh dengan menggunakan fasilitas yang
diberikan pemerintah.

Dalam melaksanakan audit, BPK dapat memanfaatkan hasil pemeriksaan


aparat pengawasan intern pemerintah. Selain itu, BPK dapat menggunakan
pemeriksa dan/atau tenaga ahli dari luar yang bekerja untuk dan atas nama BPK.

BPKP mempunyai tugas untuk melakukan evaluasi efisiensi dan efektivitas


operasi berbagai program pemerintah dan BUMN. Salah satu contohnya adalah
evaluasi pelaksanaan komputerisasi di dalam suatu unit pemerintahan. Dalam hal
ini para auditor dapat meninjau dan menganalisis segala aspek sistem
komputerisasi tersebut, tetapi penekanan utamanya adalah pada penilaian terhadap
kekayaan peralatan, efeisiensi operasi, kecukupan dan kegunaan keluaran, serta
hal-hal lainnya guna melihat kemungkinan perolehan pelayanan yang sama
dengan biaya yang lebih rendah. Disamping itu terdapat juga audit ketaatan
terhadap UU Perpajakan juga dilakukan oleh auditor pemerintah di kantor-kantor
Pelayanan/Pemeriksaan Pajak; demikian juga audit yang dilakukan oleh auditor
Komisi Pemberantasan Korupsi, untuk tujuan (investigatif) tertentu.

Pengawasan oleh DPR RI

Dalam UUD 1945 pasal 20A disebutkan bahwa DPR memiliki fungsi
legislasi, fungsi anggaran dan fungsi pengawasan. Selanjutnya dijelaskan dalam
UU nomor 22 tahun 2003 pasal 26 ayat 1 tugas dan wewenang DPR adalah:

1. Membentuk UU yang dibahas dengan Presiden untuk mendapat


persetujuan bersama;
2. Membahas dan memberikan persetujuan peraturan pemerintah pengganti
UU;
3. Menerima dan membahas usulan rancangan UU yang diajukan DPD yang
berkaitan dengan bidang tertentu dan mengikutsertakannya dalam
pembahasan;
4. Memperhatikan pertimbangan DPD atas rancangan undang-undang APBN
dan rancangan undang-undang yang berkaitan dengan pajak, pendidikan,
dan agama;
5. Menetapkan APBN bersama presiden dengan memperhatikan
pertimbangan DPD;
6. Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan undang-undang, APBN,
dan kebijakan pemerintah;
7. Membahas dan menindaklanjuti hasil pengawasan yang diajukan oleh
DPD terhadap pelaksanaan undang-undang menenai pelaksanaan otonomi
daerah, pembentukan, pemekaran dan penggabungan daerah, hubungan
pusat dan daerah, sumber daya alam dan sumber daya ekonomi lain,
pelaksaaan APBN, pajak, pendidikan, dan agama;
8. Komisi VIII: Bidang agama, sosial, dan pemberdayaan perempuan;
9. Komisi IX: Bidang kependudukan, kesehatan, tenaga kerja, dan
10. transmigasi;
11. Komisi X: Bidang pendidikan, pemuda, olahraga, pariwisata, kesenian,
12. dan kebudayaan;
13. Komisi XI: Bidang keuangan, perencanaan pembangunan nasional,
14. perbankan, dan lembaga keuangan bukan bank.

Di bidang perundang-undangan tugas komisi adalah mengadakan persiapan


pembahasan, dan penyempurnaan rancangan undang-undang yang termasuk
dalam ruang lingkup tugasnya. Di bidang anggaran tugas komisi adalah:

1. Mengadakan pembicaraan pendahuluan mengenai RAPBN yang termasuk


tugasnya bersama dengan pemerintah;
2. Mengadakan pembahasan dan mengajukan usul penyempurnaan RAPBN
yang termasuk tugasnya bersama dengan pemerintah;
3. Mengadakan pembahasan laporan keuangan negara dan pelaksanaan
APBN termasuk pemeriksaan BPK yang terkait dengan lingkup tugasnya;
4. Menyampaikan hasil pembicaraan pendahuluan, sebagaimana
pembicaraan yang telah dilakukan.

Di bidang pengawasan komisi DPR bertugas melakukan pengawasan terhadap


pelaksanaan undang-undang (termasuk APBN) serta peraturan pelaksanaanya,
membahas dan menindaklanjuti hasil pemeriksaan BPK, dan menampung dan
menindaklanjuti aspirasi dan pengaduan masyarakat termasuk surat masuk.

Pengawasan Masyarakat

UUD 1945 pasal 1 ayat 2 menyatakan bahwa kedaulatan berada di tangan rakyat
dan dilaksanakan menurut undang-undang. Artinya setiap penyelenggara negara
wajib menjalankan tugas dan fungsinya berdasarkan aspirasi rakyat. Landasan
yang memuat pengawasan masyarakat dalam rangka mewujudkan negara yang
bersih dan bebas dari kolusi, korupsi, dan nepotisme adalah:

1. Tap MPR No. XI/MPR/1998 tanggal 13 November 1998 tentang


Penyelenggaraan Negara Yang Bersih dan Bebas KKN.
2. Tap MPR No. IV/MPR/1999 tanggal 19 Oktober 1999 tentang GBHN
Tahun 1999-2004.
3. UU No. 28 tahun 1999 19 Mei 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
Yang Bersih Dan Bebas Dari KKN.
4. PP No. 68 tahun 1999 tanggal 14 Juli tentang Tatacara Pelaksanaan Peran
Serta Masyarakat Dalam Penyelenggaraan Negara.
5. Keppres RI No. 42 tahun 2002 tentang Pedoman Pelaksanaan APBN serta
penjelasannya.

Pelaksanaan pengawasan masyarakat dilakukan dalam bentuk:

1. Hak mencari, memperoleh dan memberikan informasi mengenai


penyelenggaraan negara.
2. Hak untuk memperoleh pelayanan yang sama dan adil dari penyelenggara
pemerintah.
3. Hak menyampaikan saran dan pendapat secara bertanggungjawab terhadap
kebijakan penyelenggara negara.
4. Hak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan hakhak
tersebut diatas.

Selanjutnya dalam pasal 72 Keppres RI No. 42 tahun 2002 dinyatakan bahwa


Inspektur Jenderal Departemen/Pimpinan Unit Pengawasan Lembaga, Kepala
BPKP, Unit Pengawasan Daerah/Desa wajib menindaklanjuti pengaduan
masyarakat mengenai pelaksanaan APBN.

(Sumber : Murwanto, Rahmadi, dkk. 2011. Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar
Bagi Pembangunan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Jakarta: Dapartemen
Keuangan RI)

Definisi Pemeriksaan

Menurut Mulyadi (2002 ; 40) , definisi pemeriksaan adalah : “Suatu proses


sistematik untuk memperoleh dan mengvaluassi bukti secara objektif mengenai
pernyataan tentang kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat
kesesuain antara pernyataan tersebut dengan criteria yang telah ditetapkan, serta
penyampaian hasil-hasilnya kepada pemakai yang berkepentingan”.

Pemeriksaan dilakukan dalam rangka pengendalian suatu kegiatan yang


dijalankan oleh suatu unit usaha tertentu. Oleh karena itu, pemeriksaan merupakan
bagian dari pengawasan sedangkan pengawasan merupakan bagian dari
pengendalian. Suatu pengawasan akan menghasilkan temuan-temuan yang
memerlukan tindak lanjut. Apabila keseluruhan tindak lanjut itu dilakksanakan,
maka keseluruhan pekerjaan tersebut merupakan pengendalian. Akan tetapi
bilamana tindak lanjut tidak dilaksanakan maka tetap dinamakan pengawasan.

Jenis Pemeriksaan

Alvin A. Arens, Raandel J. Elder dan Mark S. Beasley (2003 ;13-15) dalam
bukunya “Auditing And Assurance Services” membedakan jenis pemeriksaan
sebagai berikut :

1. Operational Audits (Pemeriksaan Operasional)


Pemeriksaan opersaional adalah salah satu jenis pemeriksaan yang
dilakukan terhadap prosedur, metode, dan operasi kegiatan suatu entitas
untuk menilai efektivitas dan efesiensi kegiatan entitas tersebut. Pada akhir
pemeriksaan operasional diajukan saran-saran / rekomendasi yang
ditujukan kepada pihak manajemen peruasahaan. Tujuannya untuk
memperbaiki jalannya operasi perusahaan tersebut. Ruang lingkup
pemeriksaan operasional tidak terbatas pada masalah-masalah akuntansi
saja, melainkan dapat meliputi evaluasi terhadap struktur organisasi,
metode produksi, pemasaran hasil produksi, dan bidang lainnya yang
menjadi keahlian pemeriksaan.
2. Compliance Audits ( Pemeriksaan Ketaatan)
Pemeriksaan ketaatan adalah suatu proses pemerikasaan atas ketaatan
perusahaan yang berssangkutan terhadap pelaksanaan peraturan, prosedur,
kontrak yang ditetapkan oleh pihak berwenang, baik pemerintah maupun
manajemen perusahan itu sendiri. Hasil pemeriksaan ketaatan semuanya
dilaporkan kepada pimpinan perusahaan.
3. Financial Statement Audits (Pemeriksaan Laporan Keuangan)
Pemeriksaan laporan keuangan adalah proses pemeriksaan yang
dilakkukan atas laporan suatu organisasi atau perusahaan dengan tujuan
untuk memberikan pendapat atas kewajaran penyajian laporan keuangan
tersebut dimana criteria yang berlaku adalah Standar Akuntansi Keuangan
(SAK) untuk Indonesia atau secara internasional dikenal sebagai Generally
Accepted Acounting Principles (GAAP).

Lembaga Pemeriksaan Sektor Publik

Lembaga pemeriksaan adalah suatu badan/lembaga negara yang mempunyai


wewenang mengelola dan bertanggung jawab terhadap keuangan negara.

Di negara kita, ada dua lembaga yang memberikan jasa sebagai “auditor
eksternal” atau “auditor independen”, yaitu “Kantor Akuntan Publik” atau “KAP”
dan “Badan Pemeriksa Keuangan” atau “BPK” (STAN, 2007):
1. Kantor Akuntan Publik (KAP) yang memiliki izin yang masih berlaku dari
Kementerian Keuangan, yang anggotanya tergabung dalam Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Lembaga ini biasanya melakukan audit terhadap
laporan keuangan perusahaan komersial dan institusi/lembaga non
pemerintah berdasarkan perintah stakeholder, biasanya oleh Komisaris
selaku wakil dari pemegang saham, yang dituangkan dalam satu perikatan
(SPK/ Kontrak).
2. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah lembaga negara yang bebas dan
mandiri dalam memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Republik
Indonesia Tahun 1945 dan Undang-Undang Republik Indonesia No. 15
Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksa Keuangan.

(Sumber : Nasution, Dito Aditia Darma, dkk. 2019. Audit Sektor Publik:
Mahir dalam Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara. Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia )

Pemeriksaan oleh BPK

Berdasarkan UUD 1945 pasal 23 pasal 23E ayat 1 dinyatakan bahwa untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang keuangan negara diadakan
suatu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri. Dalam UUD tersebut
juga disebutkan bahwa hasil pemeriksaan keuangan negara diserahkan kepada
DPR, DPD dan DPRD sesuai dengan kewenanganya. Peraturan baru yang
mengatur BPK adalah UU nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan
dan Tanggung Jawab Keuangan Negara. UU ini memberikan tanggung jawab
pemeriksaan keuangan negara kepada BPK, yang meliputi pemeriksaan atas
pengelolaan dan pemeriksaan atas tanggung jawab keuangan. Jenis pemeriksaan
yang dapat dilaksanakan oleh BPK adalah (Pasal 4 UU No. 15/2004):

1. Pemeriksaan keuangan, yaitu pemeriksaan atas laporan keuangan.


2. Pemeriksaan kinerja, yaitu pemeriksaan atas pengelolaan keuangan
negara yang terdiri atas pemeriksaan aspek ekonomi dan efisiensi serta
pemeriksaan aspek efektivitas.
3. Pemeriksaan dengan tujuan tertentu.

Dalam melaksanakan tugas BPK mempunyai fungsi:

1. Fungsi Operasional yaitu melaksanakan pemeriksaan dan tanggung jawab


keuangan negara dan pelaksanaan APBN. Fungsi ini dilaksanakan oleh
AUDITAMA Keuangan Negara.
2. Fungsi Yudikatif yaitu melakukan peradilan komtabel dalam hal tuntutan
perbendaharaan. Fungsi ini dilaksanakan oleh IRUTAMA WANINSUS.
3. Fungsi Rekomendasi yaitu memberi saran/pertimbangan pada pemerintah
berhubungan dengan keuangan negara. Fungsi ini dilaksanakan oleh
IRUTAMA RENALEV.

Menurut tujuannya pemeriksaan BPK bertujuan untuk:

1. Pemeriksaan atas penguasaan dan pengurusan keuangan;


2. Pemeriksaan atas ketaatan pada peraturan perundangan yang berlaku;
3. Pemeriksaan atas penghematan dan efisiensi dalam penggunaan keuangan
negara;
4. Pemeriksaan atas efektivitas pencapaian tujuan.

Dalam melaksanakan pemeriksaan BPK memperhatikan laporan apparat


pengawasan intern pemerintah. Laporan hasil pemeriksan BPK atas pelaksanaan
APBN pada unit organisasi departemen/Lembaga pemerintah non departemen
diserahkan kepada menteri/kepala Lembaga yang bersangkutan setelah
pemeriksaan selesai dilakukan. Setelah melalui pemeriksaan yang disebut
pemutakhiran data antara Menteri dan anggota BPK, laporan yang mencakup
seluruh LHP BPK dalam semester tertentu kemudian dihimpun dalam buku hasil
pemeriksaan semesteran badan (HAPSEM). HAPSEM atas departemen/Lembaga
diserahkan kepada DPR RI dan penyampaiannya dilakukan dalam rapat paripurna
DPR RI.

(Sumber : Murwanto, Rahmadi, dkk. 2011. Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar
Bagi Pembangunan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Jakarta: Dapartemen
Keuangan RI)
DAFTAR PUSTAKA

Ridla, Kemal A. 2013. Sistem Pengawasan Di Indonesia. Jakarta: Universitas


Indonesia. www.academia.edu.com (Diakses pada Jam 13.36 WIB,
hari Sabtu, Tanggal 06 Februari 2021)

Murwanto, Rahmadi, dkk. 2011. Audit Sektor Publik: Suatu Pengantar Bagi
Pembangunan Akuntabilitas Instansi Pemerintah. Jakarta:
Dapartemen Keuangan RI

Nasution, Dito Aditia Darma, dkk. 2019. Audit Sektor Publik: Mahir dalam
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.
Ponorogo : Uwais Inspirasi Indonesia

Anda mungkin juga menyukai