Anda di halaman 1dari 5

NAMA :MHEI INDRASARI

KELAS: D
NIM:S1A122149

1) Pengertian Pengawasan dan pentingnya dalam administrasi

Kata “Pengawasan” berasal dari kata “awas” berarti “penjagaan”. Istilah pengawasan dikenal
dalam ilmu manajemen dengan ilmu administrasi, yaitu sebagai salah satu unsur dalam
kegiatan pengelolaan.

Pengawasan dalam administrasi negara dimaksudkan untuk mengetahui apakah tujuan


negara itu tercapai atau tidak. Leonad D. White menyebutkan bahwa maksud pengawasan itu
adalah:

1. Untuk menjamin bahwa kekuasaan itu digunakan untuk tujuan yang diperintah dan
mendapat dukungan serta persetujuan dari rakyat.

2. Untuk memproteksi hak-hak asasi manusia (human rights, mensenrechten, droit de


l'home) yang telah dijamin undang-undang dari pada tindakan penyalahgunaan kekuasaan
(abuse of power).

Jika membahas tentang pengawasan maka tidak terlepas dari apa yang diawasi dan siapa
yang menjadi pengawas dari objek pengawasan tersebut. Objek pengawasan ini banyak
macamnya, tergantung dari program atau kegiatan yang dilaksanakan. Secara garis besar
objek pengawasan dapat dikelompokkan menjadi 4, yakni: a) Kuantitas dan kualitas program,
yakni barang atau jasa yang dihasilkan oleh kegiatan atau program tersebut. b) Biaya
program, dengan menggunakan 3 macam standar, yakni modal yang dipakai, pendapatan
yang diperoleh, dan harga program. c) Pelaksanaan program, yaitu pengawasan terhadap
waktu pelaksanaan, tempat pelaksanaan, dan proses pelaksanaan, apakah sesuai dengan
yang telah ditetapkan dalam perencanaan. d) Hal-ihwal yang bersifat khusus, yaitu
pengawasan yang ditujukan kepada hal-hal khusus yang ditetapkan oleh pimpinan atau
manajer.

2.
Pengawasan mengacu pada suatu bentuk monitoring yang dilakukan oleh pihak di
luar eksekutif (dalam hal ini DPRD dan masyarakat); pengendalian merupakan inte
rnal control yang berada di bawah kendali eksekutif (pemerintah daerah) untuk m
enjamin bahwa strategi dijalankan secara baik, sehingga tujuan organisasi dapat
...30 Okt 2019
3.
Jenis-Jenis Pengawasan
• Pengawasan Internal “Intern”, merupakan pengawasan yang dilakukan oleh orang ataupun badan
yang ada terdapat di dalam lingkungan unit organisasi/lembaga yang bersangkutan.
• Pengawasan Eksternal “Ekstern”, merupakan pengawasan atau pemeriksaan yang dilakukan oleh
unit pengawasan yang ada di luar unit organisasi/lembaga yang diawasi.
• Pengawasan Preventif Dan Represif, pengawasan preventif ialah lebih dimaksudkan sebagai
suatu pengawasan yang dilakukan pada kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga
dapat mencegah terjadinya kegiatan yang menyimpang, misalnya pengawasan tersebut dilakukan
oleh pemerintah untuk menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan pelaksanaan keuangan
negara yang akan membebankan/merugikan negara. Sedangkan pengawasan represif ialah suatu
pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan
atau dilakukan. Misalnya pengawasan represif dilakukan pada akhir tahun anggaran yang dimana
anggaran yang telah ditentukan lalu disampaikan laporannya.
• Pengawasan Aktif Dan Pasif. Pengawasan aktif “dekat” adalah pengawasan yang dilaksanakan
sebagai bagian bentuk pengawasan yang dilakukan di tempat kegiatan yang bersangkutan.
Sedangkan pengawasan pasif “jauh” adalah suatu pengawasan yang dilakukan misalnya melalui
“penelitian serta pengujian terhadap surat-surat atau laporan-laporan pertanggung jawaban yag
disertai dengan berbagai bukti penerimaan maupun bukti pengeluaran.
• Pengawasan Kebenaran Formil. Pengawasan kebenaran formil adalah pengawasan menurut hak
dan pemeriksaan kebenaran materiil mengenai maksud serta tujuan pengeluaran.

Prinsip-Prinsip Pengawasan

Dalam pelaksanaan pengawasan, diperlukan prinsip-prinsip sebagai


pedoman dalam menjalankan kegiatan tersebut. Herujito (2001: 242)
menyatakan bahwa ada tujuh prinsip-prinsip pengawasan, yaitu dapat
dijelaskan sebagai berikut:

1. Mencerminkan sifat dari apa yang diawasi.


2. Dapat diketahui dengan segera penyimpangan yang terjadi.
3. Luwes.
4. Mencerminkan pola organisasi.
5. Ekonomis.
6. Dapat mudah dipahami.
7. Dapat segera diadakan perbaikan.
Simbolon (2004:69) menyatakan bahwa hal ini prinsip pengawasan dapat
diuraikan sebagai berikut :

1. Pengawasan berorientasi kepada tujuan organisasi.


2. Pengawasan harus objektif, jujur dan mendahulukan kepentingan umum
daripada kepentingan pribadi.
3. Pengawasan harus berorientasi kepada kebenaran menurut peraturan-
peraturan yang berlaku (wetmatigheid), berorientasi terhadap kebenaran atas
prosedur yang telah ditetapkan (rechmatigheid) dan berorientasi terhadap
tujuan (manfaat) dalam pelaksanaan pekerjaan (doelmatigheid).
4. Pengawasan harus menjamin daya dan hasil guna pekerjaan.
5. Pengawasan harus berdasarkan atas standar yang objektif, teliti (accurate)
dan tepat.
6. Pengawasan harus bersifat terus menerus (continue).
7. Hasil pengawasan harus dapat memberikan umpan balik (feed back) terhadap perbaikan dan
penyempurnaan dan kebijaksanaan waktu yang akan datang.

5.

Norma Pengawasan meliputi :

a. norma umum;

b. b. norma pelaksanaan; dan

c. norma pelaporan.

BAB II

NORMA PENGAWASAN

Pasal 2

Pasal 3

(1) Norma Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf a meliputi:

a. pemeriksaan;

b. evaluasi; dan
c. monitoring.

(2) Pemeriksaan, evaluasi dan monitoring sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi:

a. rancangan kebijakan daerah, dan kebijakan daerah;

b. tugas dan fungsi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), DPRD;

c. pelaksanaan program dan kegiatan daerah;

d. pengelolaan sumber daya daerah; dan

e. kebijakan lainnya.

Pasal 4

Pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf b meliputi :

Norma

a. perencanaan pengawasan;

b. bimbingan dan pengawasan terhadap tim pengawas;

c. bukti pengawasan yang cukup, kompeten, relevan dan catatan lainnya;

d. identifikasi permasalahan di daerah; dan

. ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan, kehematan, efisiensi dan


efektifitas.

pasal 5

(1) Norma Pelaporan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 huruf c bentuk tertulis
dengan

memenuhi standar pelaporan.

(2) Laporan pengawasan disampaikan kepada pejabat yang berwenang paling lambat
15 (limabelas) hari kerja setelah melaksanakan tugas.

Anda mungkin juga menyukai