Anda di halaman 1dari 9

TUGAS MATA KULIAH AKK

MEKANISME PENGAWASAN DI PEMERINTAH DAERAH

Dosen:
Dr. Misnaniarti, S.KM., M.KM.

Nama Kelompok:
1. Rini Oktariza 10012681822003
2. Wahyu Indah Dewi Aurora 10012681822018
3. Rusdiana 10012681822024
4. Citrasari 10012681822027
5. Zubaidah 10012681822030
6. Eichi Septiani 10012611822007

PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN 2018
PENGAWASAN DI PEMERINTAH DAERAH (PEMDA)

PENDAHULUAN
Dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah, prinsip-
prinsip pemberian otonomi daerah antara lain memberikan penekanan pada aspek demokrasi,
keadilan, pemerataan, dan partisipasi masyarakat serta memperhatikan potensi, kekhususan
dan keanekaragaman daerah dalam kerangka Oleh sebab itu, secara implisit pembinaan dan
pengawasan terhadap pemerintahan daerah merupakan bagian integral dari sistem
penyelenggaraan pemerintahangara Kesatuan Republik Indonesia.
Pengawasan sebagai salah satu fungsi organik manajemen merupakan proses kegiatan
untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan, sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan
telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, instruksi dan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku.
Pengawasan pada dasarnya diarahkan sepenuhnya untuk menghindari adanya
kemungkinan penyelewengan atau penyimpangan atas tujuan yang akan dicapai. melalui
pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan
untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Bahkan, melalui
pengawasan tercipta suatu aktivitas yang berkaitan erat dengan penentuan atau evaluasi
mengenai sejauhmana pelaksanaan kerja sudah dilaksanakan. Pengawasan juga dapat
mendeteksi sejauhmana kebijakan pimpinan dijalankan dan sampai sejauhmana
penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan kerja tersebut.

LANDASAN HUKUM
Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah merupakan amanat dari
ketentuan Bab XII, Pasal 218 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 yang menyatakan
bahwa :
1. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah dilaksanakan oleh
Pemerintah meliputi :
a. Pengawasan atas pelaksanaan urusan pemerintah di daerah.
b. Pengawasan terhadap peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.
2. Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan oleh aparat
pengawas intern Pemerintah sesuai peraturan perundangundangan
Ketentuan Pasal 218 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 dijabarkan lebih lanjut
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman
Pembinaan dan Pengawasan, Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah. Dalam rangka
pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah perlu
adanya pedoman pengawasan, seperti yang dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2009 tentang Pedoman Tata Cara Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.

RUANG LINGKUP PENGAWASAN


Pengawasan bertujuan menunjukkan atau menemukan kelemahan-kelemahan agar
dapat diperbaiki dan mencegah berulangnya kelemahan-kelemahan itu. Pengawasan
beroperasi terhadap segala hal, baik terhadap benda, manusia, perbuatan, maupun hal-hal
lainnya. Pengawasan manajemen perusahaan untuk memaksa agar kejadian-kejadian sesuai
dengan rencana. Jadi pengawasan hubungannya erat sekali dengan perencanaan, dapat
dikatakan bahwa “perencanaan dan pengawasan adalah kedua sisi dari sebuah mata uang”
artinya rencana tanpa pengawasan akan menimbulkan penyimpangan-penyimpangan dengan
tanpa ada alat untuk mencegahnya.
Ruang lingkup pengawasan, yaitu
1. Pengawasan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah meliputi :
a. Administrasi umum pemerintahan dan
b. Urusan pemerintah
2. Pengawasan sebagairnana dirnaksud pada huruf a dilakukan terhadap:
a. Kebijakan daerah
b. Kelernbagaan
c. Pegawai daerah
d. Keuangan daerah dan
e. Barang daerah
3. Pengamanan sebagairnana dimaksud pada huruf b dilakukan terhadap:
a. Urusan wajib
b. Urusan pilihan
c. Dana dekonsentrasi
d. Tugas pembantuan dan
e. Kebijakan pinjaman hibah luar negeri
KONSEP DASAR PENGAWASAN
Pengawasan sebagai salah satu fungsi organik manajemen merupakan proses kegiatan
untuk memastikan dan menjamin bahwa tujuan, sasaran serta tugas-tugas organisasi akan dan
telah terlaksana dengan baik sesuai dengan rencana, kebijaksanaan, instruksi dan ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan dan yang berlaku.
Hakikat pengawasan adalah untuk mencegah sedini mungkin terjadinya
penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan dan kegagalan dalam
pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-tugas organisasi.
Menurut Mardiasmo (2002 : 213) keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tidak
terlepas dari dukungan tiga aspek berikut yaitu
1. Pengawasan
Pengawasan mengacu pada tindakan atau kegiatan yang dilakukan oleh pihak di
luar eksekutif (yaitu masyarakat dan DPRD) untuk mengawasi kinerja
pemerintahan.
2. Pengendalian
Pengendalian (control) adalah mekanisme yang dilakukan eksekutif (pemerintah
daerah) untuk menjamin dilaksanakannya sistem dan kebijakan manajemen
sehingga tujuan organisasi dapat tercapai.
Pengendalian dilakukan terutama pada tahap menengah (operasional) yaitu level
pengendalian manajemen (management control) dan pengendalian tugas (task
control),
3. Pemeriksaan
Pemeriksaan (audit) merupakan kegiatan yang dilakukan oleh pihak yang memiliki
independensi dan memiliki kompetensi profesional untuk memeriksa apakah hasil kinerja
pemerintah daerah telah sesuai dengan standar atau kinerja yang ada. Pemeriksaan dilakukan
pada tahap akhir.
Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan memberikan implikasi
terhadap pelaksanaan rencana akan baik jika pengawasan dilakukan secara baik, dan tujuan
baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah proses pengawasan dilakukan.
Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan baik buruknya pelaksanaan suatu
rencana. Proses pengawasan terdiri dari beberapa tindakan (langkah pokok) tertentu yang
bersifat fundamental bagi semua pengawasan manajerial, langkah-langkah pokok ini menurut
George R Terry meliputi:
1. Menetapkan Standar Pengawasan
Standar Pengawasan adalah suatu standar (tolok ukur) yang merupakan patokan bagi
pengawas dalam menilai apakah obyek atau pekerjaan yang diawasi berjalan dengan
semestinya atau tidak. Standar pengawasan mengandung 3 (tiga) aspek, yaitu:
a) Rencana yang telah ditetapkan, mencakup kualitas dan kuantitas hasil pekerjaan
yang hendak dicapai, sasaran-sasaran fungsional yang dikehendaki, faktor waktu
penyelesaian pekerjaan.
b) Ketentuan serta kebijaksanaan yang berlaku, mencakup ketentuan tentang tata
kerja, ketentuan tentang prosedur kerja (tata cara kerja), peraturan per UU-an yang
berkaitan dengan pekerjaan, kebijaksanaan resmi yang berlaku, dll.
c) Prinsip-prinsip daya guna dan hasil guna dalam melaksanakan
pekerjaanmencakup aspek rencana dan ketentuan serta kebijaksanaan telah
terpenuhi, pekerjaan belum dapat dikatakan berjalan sesuai semestinya apabila
efisien dan efektivitasnya diabaikan, artinya kehemetan dalam penggunaan dana,
tenaga, material dan waktu.
2. Mengukur Pelaksanaan Pekerjaan
Penilaian atau pengukuran terhadap pekerjaan yang sudah/senyatanya dikerjakan
dapat dilakukan melalui antara lain:
a) Laporan (lisan dan tertulis)
b) Buku catatan harian tentang itu, Bagan
c) Jadwal atau grafik produksi/hasil
d) Insfeksi atau pengawasan langsung; Pertemuan/konferensi dengan petugas-
petugas yang bersangkutan; Suvei yang dilakukan oleh tenaga staf atau
melalui penggunaan alat teknik.
3. Membandingkan Standar Pengawasan dengan Hasil Pelaksanaan Pekerjaan
Aktifitas tersebut di atas merupakan kegiatan yang dilakukan pembandingan antara
hasil pengukuran dengan standar. Maksudnya, untuk mengetahui apakah diantaranya
terdapat perbedaan dan jika ada, maka seberapa besarnya perbedaan tersebut
kemudian untuk menentukan perbedaan itu perlu diperbaiki atau tidak.
4. Tindakan Koreksi (Corrective Action)
Apabila diketahui adanya perbedaan, sebab-sebabnya perbedaan, dan letak sumber
perbedaan, maka langkah terakhir adalah mengusahakan dan melaksanakan tindakan
perbaikannya. Dari kegiatan tersebut di atas ada perbaikan yang mudah dilakukan,
tetapi ada juga yang tidak mungkin untuk diperbaiki dalam waktu rencana yang telah
ditentukan. Untuk solusinya maka perbaikan dilaksanakan pada periode berikutnya
dengan cara penyusunan rencana/ standar baru, disamping membereskan factor lain
yang menyangkut penyimpangan tersebut, antara lain:
 Reorganisasi
Peringatan bagi pelaksana yang bersangkutan, dsb.
Secara garis besar lembaga pengawasan terbagi menjadi pengawasan eksternal dan
pengawasan internal Pemerintah. Pengawasan eksternal dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa
Keuangan, sedangkan pengawasan internal dilaksanakan oleh Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) yang terdiri dari Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan
(BPKP), Inspektorat Jenderal Departemen, Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah Non
Departemen, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota (Warta Pengawasan, 2009
: 8).

LEMBAGA PENGAWAS DI PEMERINTAH DAERAH


Lembaga pengawas di Pemerintah Daerah adalah Aparat Pengawasan Internal
Pemerintah (APIP) . APIP harus melaksanakan tugas dan fungsi pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan daerah harus dilaksanakan sesuai dengan perannya. Dengan
asas tersebut , dapat diketahui masih banyak penyimpangan dan penyalahgunaan wewenang
dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang menyebabkan kerugian negara dan daerah.
Fungsi pengawasan yang dilakukan Aparat Pengawasan Internal Pemerintah (APIP)
merupakan salah satu pilar yang sangat penting untuk mewujudkan good governance karena
terjadi proses check dan recheck dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah
Lembaga APIP terdiri dari ;
1. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP)
2. Inspektorat Jenderal Departemen
3. Unit Pengawasan Lembaga Pemerintah Non
4. Departemen, Inspektorat Provinsi dan Inspektorat Kabupaten/Kota

MEKANISME PENGAWASAN DI PEMERINTAH DAERAH


Inspektorat mempunyai tugas melaksanakan pengawasan fungsional terhadap
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah serta
Usaha Daerah lainnya. Disamping itu Inspektorat mempunyai fungsi yaitu :
a. Perumusan kebijakan teknis di bidang pengawasan fungsional;
b. Pelaksanaan pengawasan terhadap penyelenggaraan Pemerintahan Daerah oleh
Perangkat Daerah dan pengelolaan Badan Usaha Milik Daerah dan Usaha Daerah
lainnya,
c. Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat Daerah dan
Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya;
d. Pelaksanaan pengusutan dan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan atau
penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan temuan hasil pemeriksaan maupun
pengaduan atau informasi dari berbagai pihak;
e. Pelaksanaan pemeriksaan, pengujian dan penilaian atas kinerja Perangkat Daerah dan
Badan Usaha Milik Daerah serta Usaha Daerah lainnya;
f. Pelaksanaan pengusutan dan penyelidikan terhadap dugaan penyimpangan atau
penyalahgunaan wewenang baik berdasarkan temuan hasil pemeriksaan maupun
pengaduan atau informasi dari berbagai pihak;
g. Pelaksanaan tindakan awal sebagai pengamanan diri terhadap dugaan penyimpangan
yang dapat merugikan daerah;

Pelaksanaan fasilitasi dalam penyelenggaraan otonomi daerah melalui pemberian


konsultasi;
a. Pelaksanaan koordinasi tindak lanjut hasil pemeriksaan. Aparat Pengawasan
Fungsional Pemerintah (APFP);
b. Pelaksanaan pelayanan informasi pengawasan kepada semua pihak;
c. Pelaksanaan koordinasi dan kerja sama dengan pihak yang berkompeten
dalam rangka menunjang kelancaran tugas pengawasan;
d. Pelaporan hasil pengawasan disampaikan kepada Gubernur dengan tembusan
kepadaDPRD;
e. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diperintahkan oleh Gubernur;

Aparat Pengawas Intern Pemerintah adalah lnspektorat Jenderal Departemen, Unit


Pengawasan Lembaga Pemerintah Non Departemen, lnspektorat Provinsi, dan lnspektorat
Kabupaten/Kota. lnspektorat Jenderal Departemen dan Unit Pengawasan Lembaga
Pemerintah Non Departemen melakukan pengawasan terhadap :
a. Pelaksanaan dekonsentrasi dan tugas pembantuan
b. Pinjaman dan hibah luar negeri dan
c. Pelaksanaan pembinaan penyelenggaraan Pemerintah Daerah sesuai dengan fungsi
dan kewenangannya

Aparat pengawas intern pemerintah melakukan pengawasan sesuai dengan fungsi dan
kewenangannya melalui :
a. Pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan kepala daerah.
b. Pemeriksaan berkala atau sewaktu - waktu dari unit/ satuan kerja
c. Pengujian terhadap laporan berkala dan I atau sewaktu -waktu dari unit/ satuan kerja
d. Pengusutan atas kebenaran laporan mengenai adanya indikasi terjadinya
penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme
e. Penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program dan kegiatan
f. Monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan
pemerintahan desa.

Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah dilakukan dengan


rnekanisrne sebagai berikut :
1. Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah disampaikan kepada Pemerintah
paling lama 7 (tujuh) hari sejak ditetapkan.
2. Pemerintah melakukan pengawasan terhadap Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala
Daerah.
3. Pelaksanaan pangawasan dilakukan oleh Menteri.
4. Peraturan Daerah yang bertentangan dangan kepentingan umum dan/atau peraturan
perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan dengan Peraturan Presiden
berdasarkan usulan Menteri.
5. Peraturan Kepala Daerah yang bertentangan dengan kepentlngan umum, Peraturan
Daerah dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi dapat dibatalkan dengan
Peraturan Menteri.
6. Peraturan presiden tentang pembatalan Peraturan Daerah ditetapkan paling lambat 80
(delapan puluh) hari sejak Peraturan Daerah diterima oleh Pernerintah.
7. Peraturan Menteri tentang pembatalan Peraturan Kepala Daerah ditetapkan paling
lambat 60 (enarn puluh) hari setelah Peraturan Kepala Daerah diterirna oleh Menteri.
8. Rancangan Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah,
Peraturan, Kepala Daerah tentang penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah, pajak daerah, retribusi dan rencana tata ruang disarnpaikan, paling lama 3
(tiga) hari setelah disetujui bersama antara Kepala Daerah dengan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah.
9. Menteri rnelakukan evaluasi rancangan peraturan daerah provinsi dan rancangan
peraturan Gubemur tantang anggaran pendapatan dan belanja daerah, pajak daerah,
retribusi daerah dan tata ruang daerah.
10. Gubernur rnelakukan evaluasi rancangan peraturan daerah kabupaten/kota dan
rancangan peraturan. Bupati/ Walikota tentang anggaran pendapatan dan belanja
daerah, pajak daerah, retribusi daerah dan tata ruang daerah. Evaluasi rancangan
peraturan daerah dan rancangan peraturan kepala daerah dilakukan paling lambat
15 (lima belas) hari kerja setelah diterima rancangan dirnaksud.

DAFTAR PUSTAKA

UUDNRI 1945
UU No. 32Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.
UU No. 8 Tahun 2005 Tentang Penetapan Perpu No. 3 Tahun2005.
Peraturan Pemerintah No. 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 23 Tahun 2007 Tentang Pedoman Tata Cara
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Diamantia, A 2010. Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah Untuk
Mewujudkan Pemerintah Daerah Yang Efektif dan Efisien. MMH, Jilid 39 No.1
Tampanguma F. 2011. Pengawasan Inspektorat dalam Penyelenggaraan Pemerintah di
Kabupaten Minahasa Selatan.

Anda mungkin juga menyukai