Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Tentang Pengawasan Proyek

2.1.1 Pengertian Proyek

Pengawasan adalah segenap kegiatan untuk meyakinkan dan


menjamin bahwa tugas/ pekerjaan telah dilakukan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.Kebijaksanaan yang telah digariskan dan
perintah (aturan) yang diberikan (Siagian,2003:112).
Untuk menjamin agar semua pekerjaan yang telah diberikan
oleh pimpinan kepada bawahannya dapat berjalan sesuai menurut
rencana. Maka seorang pimpinan tersebut harus memiliki kemampuan
untuk memandu, menuntut, membimbing, memotivasi, mengemudikan
organisasi, menjali jaringan komunikasi yang baik, sumber pengawasan
yang baik, serta membawa pengikutnya kepada sasaran yang hendak
dituju sesuai ketentuan, waktu perencanaan (Kartono, 2002:81).
Menurut S.P. Siagian pengawasan adalah merupakan langkah
sekaligus salah satu fungsi organik manajemen yang sangat penting
dikatakan demikan karena melalui pengawasan diteliti apakah hal yang
tercantum dalam melaksanakan dengan baik atau tidak.
Kartini kartono (2002:153) memberi pengertian pengawasan
adalah pada umumnya parapengikut dapat bekerja sama dengan baik
kearah pencapaian sasaran dan tujuan umum organisasi pengawasan
untuk mengukur hasil pekerjaan dan menghindari penyimpangan –
penyimpangan jika perlu segera melakukan tindakan korektif terhadap
penyimpangan – penyimpangan tertsebut.
Siagian (2003:112) mengatakan pengawasan merupakan proses
pengamatan dari pelaksanaan seluruh organisasi untuk menjamin agar
semua pekerjaan yang sedang dilaksanakan berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengawasan melekat adalah
kegiatan mengamati, observasi menilai, mengarahkan pekerjaan,
wewenang yang diserahkan oleh atasan terhadap bawahannya sehingga
dapat diberikan sanksi terhadap bawahan secara struktural, yang
dilakukan secara kontiniu dan berkesinambungan.
Sedangkan indikator pengawasan yang akan dipergunakan
dalam pengukuran variabel ini adalah sebagai berikut :
a) Menentukan ukuran pelaksanaan. Artinya cara-cara untuk
mengukur pelaksanaan seperti kontiniuatau beberapa syarat
minimal melakukan pengawasan dalam suatu waktu seperti satu
kali seminggu atau beberapa kali sebulan bahkan mungkin
beberapa jam setiap hari.
b) Memberikan penilaian. Artinya memberi nilaikesetiap pekerjaan
yang diberikan kepada bawahan, apakah pekerjaannya beik atau
jelek..
c) Mengadakan korektif. Tindakan koreksi ini dimaksudkan
koreksi internal yaitu mengevaluasi berbagai metode
pengawasan yang ada seperti standar yang terlalu tinggi, dan
eksternal yaitu ,memberikan sanksi kepada bawahan (Kartono,
2002:153)

2.1.2 Maksud Dan Tujuan Pengawasan

Terwujudnya tujuan yang dikehendaki oleh organisasi


sebenarnya tidak lain merupakan tujuan dari pengawasan. Sebab setiap
kegiatan pada dasarnya selalu mempunyai tujuan tertentu. Oleh karena
itu pengawasan mutlak diperlukan dalam usaha pencapaian suatu
tujuan.
Menurut Situmorang dan Juhir (2001:22) maksud pengawasan
adalah untuk :
a) Mengetahui jalannya pekerjaan apakah lancar atau tidak
b) Memperbaiki kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh pegawai
dan mengadakan pencegahan agar tidak terulang kembali
kesalahan-kesalahan yang sama atau timbulnya kesalahan yang
baru.
c) Mengetahui apakah penggunaan budget yang telah ditetapkan
dalam refncana terarah kepada sasarannya dan sesuai dengan
yang telah direncanakan.
d) Mengetahui pelaksanaan kerja sesuai dengan program (fase
tingkat pelaksanaan) seperti yang telah ditentukan dalam
planning atau tidak.
e) Mengetahui hasil pekerjaan dibandingkan dengan yang telah
ditetapkan dalam planning , yaitu standar.
Rachman (dalam Situmorang dan Juhir, 2001:22) juga
mengemukakan tentang maksud pengawasan, yaitu :
a) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan sesuai dengan
rencana yang telah ditetapkan.
b) Untuk mengetahui apakah sesuatu telah berjalan sesuai dengan
instruksi serta prinsip-prinsip yang telah ditetapkan.
c) Untuk mengetahui apakah kelemahan-kelemahan serta
kesulitan-kesulitan dan kegagalan-kegagalannya, sehingga
dapat diadakan perubahan-perubahan untuk memperbaiki serta
mencegah pengulangan kegiatan-kegiatan yang salah.
d) Untuk mengetahui apakah segala sesuatu berjalan efisien dan
apakah dapat diadakan perbaikan-perbaikan lebih lanjut,
sehingga mendapat efisiensi yang lebih benar.

Dari kedua pendapat di atas dapat diatas dapat disimpulkan bahwa


maksud pengawasan adlaah untuk mengetahui pelaksanaan kerja, hasil
kerja, dan segala sesuatunya apakah sesuai dengan yang direncanakan
atau tidak, seta mengukur tingkat kesalahan yang terjadi sehinga mampu
diperbaiki ke arah yang lebih baik. Sementara berkaitan dengan tujuan
pengawasan, Maman Ukas (2004:337) mengemukakan :
a) Mensuplai pegawai-pegawai manajemen dengan
informasiinformasi yang tepat, teliti an lengkap tentang apa yang
akan dilaksanakan.
b) Memberi kesempatan kepada pegawai dalam meramalkan
rintangan-rintangan yang akan menggangu produktivitas kerja
secara teliti dan mengambil langkah-langkah yang tepat untuk
menghapuskan atau mengurangi gangguan-gangguan yang
terjadi.
c) Setelah kedua hal di atas telah dilaksanakan, kemudian para
pegawai dapat membawa kepada langkah terakhir dalam
mencapai produktivitas kerja yang maksimum dan pencapaian
yang memuaskan dari pada hasil-hasil yang diharapkan.
Situmorang dan Juhir (2001:26) mengemukakan bahwa secara
langsung tujuan pengawasan adalah untuk :
a) Menjamin ketetapan pelaksanaan sesuai dengan rfencana,
kebijaksanaan dan perintah.
b) Menertibkan koordinasi kegiatan-kegiatan
c) Mencegah pemborosan dan penyelewengan
d) Menjamin terwujudnya kepuasan masyarakat atas barang atau
jasa yang dihasilkan
e) Membina kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan
organisasi.

Sementara tujuan pengawasan menurut Soekarno (dalam


Safrudin, 2002:36) adalah: untuk mengetahui apakah sesuatu berjalan
sesuai dengan rencana yang digariskan, menegtahui apakah sesuatu
dilaksanakan sesuai dengan instruksi serta asas yang ditentukan,
mengetahui kesulitan - kesulitan dan kelemahan - kelemahan dalam
bekerja, mengetahui apakah sesuatu berjalan efisien atau tidak, dan
mencari jalan keluar jika ternyata dijumpai kesulitan - kesulitan,
kelemahan-kelemahan, atau kegagalan ke arah perbaikan.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat diketahui bahwa
pada pokoknya tujuan pengawasan adalah :
a) Membandingkan antara pelaksanaan dengan rencana serta
instruksi -instruksi yang telah di buat.
b) Untuk mengetahui ada tidaknya kesulitan – kesulitan,
kelemahan - kelemahan atau kegagalan - kegagalan serta
efisiensi dan efektivitas kerja.

2.1.3 Jenis – Jenis Pengawasan


Jenis-jenis pengawasan menurut Siagian ada dua yakni pengawasan
langsung dan pengawasan tidak langsung :
1. Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan
pimpinan terhadap bawahannya, pengawasan ini biasanya dalam
bentuk inspeksi langsung.
2. Pengawasan tidak langsung adalah pengawasan yang dilakukan
oleh pimpinan terhadap bawahannya dari jauh berupa laporan
yang telah disampaikan oleh para baahannya, laporan ini dapat
berupa tertulis dan lisan ( Siagian:115 )

Jenis-jenis Pengawasan menurut Daly Erni (2008:23)


1. Pengawasan intern dan ekstern
a) Pengawasan intern. Pengawasan yang dilakukan oleh
orang dari badan/unit/instansi di dalam lingkungan unit
tersebut. Dilakukan dengan cara pengawasan atasan
langsung atau pengawasan melekat.
b) Pengawasan ekstern. Pengawsan yang dilakukan di luar
badan // instansi tersebut. UUD 1945 Pasal 23E. “ Untuk
memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab tentang
keuangan negara diadakan suatu Badan Pemeriksa
Keuangan yang bebas dan mandiri.
2. Pengawasan Preventive dan Refresif
a) Pengawasan Preventif : sebelum kegiatan dilaksanakan
b) Pengawasan Refresif : setelah kegiatan dilaksanakan
3. Pengawasan Aktif dan Pasif
a) Pengawasan aktif (dekat) Merupakan jenis pengawasan
yang dilaksanakan di tempat kegiatan yang bersangkutan
b) Pengawasan Pasif Melakukan penelitian dan pengujian
terhadap surat-surat pertanggungjawaban yang disertai
dengan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran.
4 Pengawasan kebenaran formil menurut hak dan kebenaran matril
mengenai maksud dan tujuan pengeluaran.
1. Pengawasan berdasarkan pemeriksaan kebenaran formil
menurut hak adalah pemeriksaan pengeluaran apakah
telah sesuai dengan peraturan, tidak kadarluarsa, dan hak
itu terbukti kebenarannya. Pengawasan kebenaran
materil mengenai maksud dan tujuan pengeluaran adalah
pemeriksaan terhadap pengeluaran apakah telah
memenuhi prinsip ekonomi yaitu pengeluaran tersebut
diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.

Nanang Fattah mengatakan pengawasan harus dipandang sebagai


suatu sistem informasi, karena kecepatan dan ketepatan korektif sebagai
hal akhir proses pengawasan bergantung pada macamnya informasi
yang diterima (Fattah, 2004:102). Dari beberapa pendapat diatas dapat
dikatakan bahwa pengawasan pimpinan mempunyai pengaruh yang
sangat besar terhadap pelaksanaan tugas, sebab suatu tujuan organisasi
tidak akan tercapai secara optimal apabila tidak dilakukan dengan
pengawasan kinerja para pegawai.

Nanang Fattah (2004:106) mengatakan ada beberapa kondisi yang


harus diperhatikan agar pengawasan ini dapat berfungsi efektif antara
lain :
 Pengawasn harus dikaitkan dengan tujuan.
 Standar yang masih dapat dicapai harus ditentukan, ada dua
tujuan pokok yaitu : untuk memotivasi dan untuk dijadikan
patokan guna membandingkan dengan prestasi, artinya jika
pengawasan ini efektif dan dapat memotivasi seluruh anggota
untuk mencapai prestasi tinggi.
 Pengawasan hendaknya disesuaikan dengan sifat dan kebutuhan
organisasi.
 Banyaknya pengawasan harus dibatasi, artinya jika pengawasan
terhadap bawahan terlampau sering, ada kecenderungan mereka
kehilangan otonomnya dan dapat dipersepsi pengawasan
penyelewengan.
 Sistem pengawasan harus dikemudi tanpa mengorbankan
otonom dan kehormatan pimpinan tetapi fleksibel, artinya
sistem pengawasan menunjukkan kapan, dan dimana tindakan
koreksi harus diambil.
 Pengawasan hendaknya mengacu pada tindakan perbaikan
artinya tidak hanya mengungkap penyimpangan dari standar
tetapi pada penyediaan perbaikan, menentukan tindakan
perbaikan.
 Pengawasan hendaknya mengacu pada prosedur pemecahan
masalah. Yaitu menemukan penyebab, membuat rancangan
pengulangan, melakukan perbaikan, mengecek hasil perbaikan,
mencegah masalah serupa.
2.2 Teori Manajemen Proyek

Menurut Kerzner dalam Soeharto (1999). Manajemen proyek adalah


merencanakan, mengorganisasi, mempimpin, dan mengendalikan sumber daya
perusahaan untuk mencapai sasaran jangka pendek yang telah ditentukan. Lebih
jauh, manajemen proyek menggunakan pendekatan sistem dan hirarki (arus
kegiatan) vertikal dan horizontal.
Sedangkan menurut Clelland (1997) berpendapat bahwa manajemen
proyek adalah Proyek merupakan kombinasi dari sumber daya manusia dan non
manusia secara bersama-sama dalam sebuah organisasi “sementara” untuk
mencapai tujuan tertentu.

Sehingga dari definisi tersebut terlihat bahwa konsep manajemen


proyek yaitu merencanakan, mengorganisasi, mempimpin, dan mengendalikan
sumber daya perusahaan yang berupa manusia dan material serta mempunyai
hierarki (arus kegiatan) horizontal disamping hierarki vertikal.

Menurut Soeharto (1999), Adapun tujuan dari proses manajemen


proyek adalah sebagai berikut :

a. Agar semua rangkaian kegiatan tersebut tepat waktu, dalam hal ini tidak
terjadi keterlambatan penyelesaian suatu proyek.
b. Biaya yang sesuai, maksudnya agar tidak ada biaya tambahan lagi di
luar dari perencanaan biaya yang telah direncanakan.
c. Kualitas sesuai dengan persyaratan
d. Proses kegiatan sesuai persyaratan.

Selain berbentuk bangunan, telah disebutkan bahwa tiap proyek


memiliki tujuan khusus, misalnya membangun rumah tinggal, jembatan, atau
instalasi pabrik. Di dalam proses mencapai tujuan tersebut, ada batasan yang
harus dipenuhi yaitu besar biaya (anggaran) yang harus dialokasikan, jadwal,
serta mutu yang harus dipenuhi. Ketiga hal tersebut merupakan parameter
penting bagi penyelenggara proyek yang sering diasosiasikan sebagai sasaran
proyek. Ketiga batasan di atas disebut tiga kendala (triple constraint)
(Soeharto, 1999).

Gambar 1.1 Sasaran proyek yang juga merupakan tiga kendala


(triple constraint) (Soeharto, 1999)

Menurut Siswanto (dikutip oleh Novitasari, 2014) dalam manajemen


proyek penentuan waktu penyelesaian kegiatan ini merupakan salah satu
kegiatan awal yang sangat penting dalam proses perencanaan karena
penentuan waktu tersebut akan menjadi dasar bagi perencana yang lain, yaitu:

a. Penyusunan jadwal (scheduling), anggaran (budgeting), kebutuhan


sumber daya manusia (manpower planning), dan sumber organisasi
yang lain.
b. Proses pengendalian (controling).

2.3 Network Planning

Network planning pada prinsipnya adalah hubungan ketergantungan


antara bagian - bagian pekerjaan (variabel) yang digambarkan / divisualisasikan
dalam diagram network (Badri, 1997 : 13). Dengan demikian diketahui bagian
- bagian pekerjaan mana yang harus didahulukan, bila perlu dilembur (tambah
biaya), pekerjaan mana yang menunggu selesainya pekerjaan yang lain,
pekerjaan mana yang tidak perlu tergesa - gesa sehingga alat dan tenaga dapat
digeser ke tempat lain demi efesiensi.
Sedangkan menurut Soetomo Kajatmo (1977: 26) adalah Network
planning merupakan sebuah alat manajemen yang memungkinkan dapat lebih
luas dan lengkapnya perencanaan dan pengawasan suatu proyek. Adapun
definisi proyek itu sendiri adalah suatu rangkaian kegiatan - kegiatan (aktivitas)
yang mempunyai saat permulaan dan yang harus dilaksanakan serta
diselesaikan untuk mendapatkan tujuan tertentu.
Pengertian lainnya yang dikemukakan oleh Tubagus Haedar Ali (1995:
38) yaitu network planning adalah salah satu model yang digunakan dalam
penyelenggaraan proyek yang produknya adalah informasi mengenai kegiatan
- kegiatan yang ada dalam network diagram proyek yang bersangkutan.
Sehingga network planning merupakan gambaran kejadian - kejadian
dan kegiatan yang diharapkan akan terjadi dan dibuat secara kronologis serta
dengan kaitan yang logis dan berhubungan antara sebuah kejadian atau kegiatan
dengan yang lainnya. Dengan adanya network, manajemen dapat menyusun
perencanaan penyelesaian proyek dengan waktu dan biaya yang paling efisien.

2.4 Biaya dan Waktu Dalam Proyek

2.4.1 Biaya Total Proyek

Secara umum biaya proyek konstruksi dibagi menjadi dua


kelompok, yaitu biaya langsung dan biaya tidak langsung.
a. Biaya langsung adalah biaya untuk segala sesuatu yang akan
menjadi komponen permanen hasil akhir proyek, yang meliputi:
1. Biaya bahan / material.
2. Biaya upah kerja.
3. Biaya alat.
4. Biaya subkontraktor dan lain-lain.
b. Biaya tidak langsung adalah segala sesuatu yang tidak
merupakan komponen hasil akhir proyek, tetapi dibutuhkan
dalam rangka proses pembangunan yang biasanya terjadi diluar
proyek dan sering disebut dengan biaya tetap (fix cost).
Walaupun sifatnya tetap, tetapi harus dilakukan pengendalian
agar tidak melewati anggarannya, yang meliputi :
1. Gaji staf / pegawai tetap tim manajemen.
2. Biaya konsultan (perencana dan pengawas).
3. Fasilitas sementara dilokasi proyek.
4. Peralatan konstruksi.
5. Pajak, pungutan, asuransi dan perizinan.
6. Overhead.
7. Biaya tak terduga.
8. Laba.
Jadi biaya total proyek adalah biaya langsung ditambah biaya
tidak langsung. Keduanya berubah sesuai dengan waktu dan kemajuan
proyek. Meskipun tidak dapat diperhitungkan dengan rumus tertentu,
tetapi pada umumnya makin lama proyek berjalan maka makin tinggi
komulatif biaya tidak langsung yang diperlukan. Sedangkan biaya
optimal didapat dengan mencari total biaya proyek yang terkendali.

2.4.2 Lintas Kritis

Menurut Pamungkas & Hidayat (2011) lintasan kritis adalah


lintasan sepanjang diagram jaring yang mempunyai waktu terpanjang
(durasi proyek) atau tidak mempunyai float (waktu jeda). Jalur kritis
terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama
sampai pada kegiatan terakhir proyek.
Menurut Badri (1997 dalam Dannyanti, 2010) manfaat yang
diperoleh jika mengetahui lintasan kritis adalah sebagai berikut :
1. Penundaan pekerjaan pada lintasan kritis menyebabkan seluruh
pekerjaan proyek tertunda penyelesaiannya.
2. Proyek dapat dipercepat penyelesaiannya, bila pekerjaan-
pekerjaan yang ada pada lintasan kritis dapat dipercepat,
3. Pengawasan atau kontrol dapat dikontrol melalui penyelesaian
jalur kritis yang tepat dalam penyelesaiannya dan kemungkinan
di trade off (pertukaran waktu dengan biaya yang efisien) dan
crash program (diselesaikan dengan waktu yang optimal
dipercepat dengan biaya yang bertambah pula) atau dipersingkat
waktunya dengan tambahan biaya lembur.
4. Time slack atau kelonggaran waktu terdapat pada pekerjaan
yang tidak melalui lintasan kritis. Ini memungkinkan bagi
manajer/pimpro untuk memindahkan tenaga kerja, alat, dan
biaya ke pekerjaan-pekerjaan di lintasan kritis agar efektif dan
efisien.

2.4.3 Metode Pertukaran Waktu Dan Biaya ( Time Cost Trade off )
Di dalam perencanaan suatu proyek disamping variabel waktu
dan sumber daya, variabel biaya (cost) mempunyai peranan yang sangat
penting. Biaya (cost) merupakan salah satu aspek penting dalam
manjemen, dimana biaya yang timbul harus dikendalikan seminim
mungkin. Pengendalian biaya harus memperhatikan faktor waktu,
karena terdapat hubungan yang erat antara waktu penyelesaian proyek
dengan biaya - biaya proyek yang bersangkutan.
Sering terjadi suatu proyek harus diselesaikan lebih cepat
daripada waktu normalnya. Dalam hal ini pimpinan proyek dihadapkan
kepada masalah bagaimana mempercepat penyelesaian proyek dengan
biaya minimum. Oleh karena itu perlu dipelajari terlebih dahulu
hubungan antara waktu dan biaya. Analisis mengenai pertukaran waktu
dan biaya disebut dengan Time Cost Trade Off ( Pertukaran Waktu dan
Biaya). Di dalam analisa time cost trade off ini dengan berubahnya
waktu penyelesaian proyek maka berubah pula biaya yang akan
dikeluarkan. Apabila waktu pelaksanaan dipercepat maka biaya
langsung proyek akan bertambah dan biaya tidak langsung proyek akan
berkurang.
Ada beberapa macam cara yang dapat digunakan untuk
melaksanakan percepatan penyeleseian waktu proyek. Cara-cara
tersebut antara lain :
a. Penambahan jumlah jam kerja (kerja lembur).
Kerja lembur (working time) dapat dilakukan dengan
menambah jam kerja perhari, tanpa menambah pekerja.
Penambahan ini bertujuan untuk memperbesar produksi selama
satu hari sehingga penyelesaian suatu aktivitas pekerjaan akan
lebih cepat. Yang perlu diperhatikan di dalam penambahan jam
kerja adalah lamanya waktu bekerja seseorang dalam satu hari.
Jika seseorang terlalu lama bekerja selama satu hari, maka
produktivitas orang tersebut akan menurun karena terlalu lelah.
b. Penambahan tenaga kerja
Penambahan tenaga kerja dimaksudkan sebagai
penambahan jumlah pekerja dalam satu unit pekerja untuk
melaksanakan suatu aktivitas tertentu tanpa menambahkan jam
kerja. Dalam penambahan jumlah tenaga kerja yang perlu
diperhatikan adalah ruang kerja yang tersedia apakah terlalu
sesak atau cukup lapang, karena penambahan tenaga kerja pada
suatu aktivitas tidak boleh mengganggu pemakaian tenaga kerja
untuk aktivitas yang lain yang sedang berjalan pada saat yang
sama. Selain itu, harus diimbangi pengawasan karena ruang
kerja yang sesak dan pengawasan yang kurang akan
menurunkan produktivitas pekerja.
c. Pergantian atau penambahan peralatan
Penambahan peralatan dimaksudkan untuk menambah
produktivitas. Namun perlu diperhatikan adanya penambahan
biaya langsung untuk mobilitas dan demobilitas alat tersebut.
Durasi proyek dapat dipercepat dengan pergantian peralatan
yang mempunyai produktivitas yang lebih tinggi. Juga perlu
diperhatikan luas lahan untuk menyediakan tempat bagi
peralatan tersebut dan pengaruhnya terhadap produktivitas
tenaga kerja.
d. Pemilihan sumber daya manusia yang berkualitas
Sumber daya manusia yang berkualitas adalah tenaga kerja yang
mempunyai produktivitas yang tinggi dengan hasil yang baik.
Dengan mempekerjakan tenaga kerja yang berkualitas, maka
aktivitas akan lebih cepat diselesaikan.
e. Penggunaan metode konstruksi yang efektif
Metode konstruksi berkaitan erat dengan sistem kerja
dan tingkat penguasaan pelaksana terhadap metode tersebut
serta ketersedian sumber daya yang dibutuhkan. Cara - cara
tersebut dapat dilaksanakan secara terpisah maupun kombinasi,
misalnya kombinasi penambahan jam kerja sekaligus
penambahan jumlah tenaga kerja, biasa disebut giliran (shift),
dimana unit pekerja untuk pagi sampai sore berbeda dengan unit
pekerja untuk sore sampai malam.
2.4.4 Produktifitas Kerja
Produktivitas didefinisikan sebagai rasio antara output dan
input, atau dapat dikatakan sebagai rasio antara hasil produksi dengan
total sumber daya yang digunakan. Didalam proyek konstruksi, rasio
dari produktivitas adalah nilai yang diukur selama proses kontruksi;
yang dapat dipisahkan menjadi biaya tenaga kerja, biaya material,
metode, dan alat. Kesuksesan dari suatu proyek konstruksi salah satunya
tergantung pada efektifitas pengelolaan sumber daya, dan pekerja
adalah salah satu sumber daya yang tidak mudah untuk dikelola. Upah
yang diberikan sangat tergantung pada kecakapan masing-masing
pekerja dikarenakan setiap pekerja memiliki karakter masing - masing
yang berbeda-beda satu sama lainnya.

2.4.5 Pelaksanaan Penambahan Jam Kerja ( Lembur )


Salah satu strategi untuk mempercepat waktu penyelesaian
proyek adalah dengan menambah jam kerja (lembur) para pekerja.
Penambahan dari jam kerja (lembur) ini sangat sering dilakukan
dikarenakan dapat memberdayakan sumber daya yang sudah ada
dilapangan dan cukup dengan mengefisienkan tambahan biaya yang
akan dikeluarkan oleh kontraktor. Biasanya waktu kerja normal pekerja
adalah 7 jam (dimulai pukul 08.00 dan selesai pukul 16.00 dengan satu
jam istirahat), kemudian jam lembur dilakukan setelah jam kerja normal
selesai.
Penambahan jam kerja (lembur) bisa dilakukan dengan
melakukan penambahan 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 4 jam sesuai dengan
waktu penambahan yang diinginkan. Semakin besar penambahan jam
lembur dapat menimbulkan penurunan produktivitas. Semakin besar
penambahan jam lembur dapat menimbulkan penurunan produktivitas,
indikasi dari penurunan produktivitas pekerja terhadap penambahan
jam kerja (lembur).
Dari uraian di atas dapat ditulis sebagai berikut ini:
 Produktivitas harian …… ( 2.3.5.1 )
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
=
𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
 Produktivitas tiap jam ……. ( 2.3.5.2 )
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
=
𝑗𝑎𝑚 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑝𝑒𝑟 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛
 Produktivitas harian sesudah crash …….. ( 2.3.5.3 )
( Jam kerja perhari × Produktivitas tiap jam ) + (a × b ×
Produktivitas tiap jam )
Dengan :
a = lama penambahan jam kerja (lembur),
b = koefisien penurunan produktivitas akibat penambahan jam
kerja (lembur).
 Crash duration = ……….. ( 2.3.5.4 )
𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒
=
𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑓𝑖𝑡𝑎𝑠 ℎ𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛 𝑠𝑢𝑑𝑎ℎ 𝑐𝑟𝑎𝑠ℎ

2.4.6 Pelaksanaan Penambahan Tenaga Kerja


Dalam penambahan jumlah tenaga kerja yang perlu diperhatikan
adalah ruang kerja yang tersedi apakah terlalu sesak atau cukup lapang,
karena penambahan tenaga kerja pada suatu aktivitas tidak boleh
mengganggu pemakaian tenaga kerja untuk aktivitas yang lain yang
sedang berjalan pada saat yang sama. Selain itu, harus diimbangi
pengawasan karena ruang kerja yang sesak dan pengawasan yang
kurang akan menurunkan produktivitas pekerja.
Perhitungan untuk penambahan tenaga kerja dirumuskan sebagai
berikut :
 Jumlah Tenaga Kerja Normal ……. ( 2.3.6.5 )
( 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑒𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 )
=
𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑛𝑜𝑟𝑚𝑎𝑙
 Jumlah Tenaga Kerja Dipercepat ……. ( 2.3.6.6 )
( 𝑘𝑜𝑒𝑓𝑒𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑡𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝑘𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑥 𝑣𝑜𝑙𝑢𝑚𝑒 )
= 𝑑𝑢𝑟𝑎𝑠𝑖 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑐𝑒𝑝𝑎𝑡

Dari rumus diatas maka akan diketahui jumlah pekerja normal dan
jumlah penambahan tenaga kerja akibat percepatan durasi proyek.

2.4.7 Biaya Tambahan Pekerja ( Crash Cost )


Penambahan waktu kerja akan menambah besar biaya untuk tenaga
kerja dari biaya normal tenaga kerja. Berdasarkan Keputusan Menteri
Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor KEP.
102/MEN/VI/2004 pasal diperhitungkan bahwa upah penambahan kerja
bervariasi. Pada penambahan waktu kerja satu jam pertama, pekerja
mendapatkan tambahan upah 1,5 kali upah perjam waktu normal dan
pada penambahan jam kerja berikutnya maka pekerja akan mendapatkan
2 kali upah perjam waktu normal.
Perhitungan untuk biaya tambahan pekerja dapat dirumuskan sebagai
berikut ini :
 Normal ongkos pekerja perhari …………… ( 2.3.7.7 )
Produktivitas harian × Harga satuan upah pekerja
 Normal ongkos pekerja perjam …………… ( 2.3.7.8 )
Produktivitas perjam × Harga satuan upah pekerja
 Biaya lembur pekerja …………… ( 2.3.7.9 )
= 1,5 × upah perjam normal untuk penambahan jam kerja (lembur)
pertama+ 2 × n × upah perjam normal untuk penambahan jam kerja
(lembur) berikutnya.
Dengan: n = jumlah penambahan jam kerja (lembur)

 Crash cost pekerja perhari …………… ( 2.3.7.10 )


(Jam kerja perhari × Normal cost pekerja) + (n × Biaya lembur
perjam)
 Cost slope …………… ( 2.3.7.11 )
Crash Cost – Normal Cost Durasi Normal – Durasi Crash

2.4.8 Hubungan Antara Biaya dan Waktu


Biaya total proyek sama dengan penjumlahan dari biaya
langsung dan biaya tidak langsung. Biaya total proyek sangat
bergantung dari waktu penyelesaian proyek. Hubungan antara biaya
dengan waktu dapat dilihat pada Gambar 2.3.5.2 Titik A pada gambar
menunjukkan kondisi normal, sedangkan titik B menunjukkan kondisi
dipercepat. Garis yang menghubungkan antar titik tersebut disebut
dengan kurva waktu biaya. Gambar 2.3.5.2 memperlihatkan bahwa
semakin besar penambahan jumlah jam kerja (lembur) maka akan
semakin cepat waktu penyelesain proyek, akan tetapi sebagai
konsekuesinya maka terjadi biaya tambahan yang harus dikeluarkan
akan semakin besar. Gambar 2.3.5.3. menunjukkan hubungan biaya
langsung, biaya tak langsung dan biaya total dalam suatu grafik dan
terlihat bahwa biaya optimum didapat dengan mencari total biaya
proyek yang terkecil.
Gambar 1.2 Grafik Hubungan waktu dengan Biaya normal dan di
percepat untuk suatu Kegiatan ( sumber : soerharto, 1997. )

Gambar 1.2 Grafik Hubungan waktu dan Biaya total, Biaya Langsung
dan Biaya tidak langsung ( sumber : soerharto, 1997. )

2.4.9 Biaya Denda


Keterlambatan penyelesaian proyek akan menyebabkan
kontraktor terkena sanksi berupa denda yang telah disepakati dalam
dokumen kontrak. Besarnya biaya denda umumnya dihitung sebagai
berikut:
Total denda = total waktu akibat keterlambatan × denda perhari akibat
keterlambatan
Dengan:
Denda perhari akibat keterlambatan sebesar 1 permil dari nilai kontrak.

2.4.10 Program Microsoft Project


Program Microsoft Project adalah sebuah aplikasi program
pengolah lembar kerja untuk manajemen suatu proyek, pencarian data,
serta pembuatan grafik. Kegiatan manajemen berupa suatu proses
kegiatan yang akan mengubah input menjadi output sesuai tujuannya.
Input mencakup unsur-unsur manusia, material, mata uang, mesin/alat
dan kegiatan-kegiatan. Seterusnya diproses menjadi suatu hasil yang
maksimal untuk mendapatkan informasi yang di inginkan sebagai
pertimbangan untuk pengambilan keputusan. Dalam proses diperlukan
perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian.
Beberapa jenis metode manajemen proyek yang di kenal saat ini,
antara lain, PERT ( Program Evaluation Review Technique) dan
GANTT CHART. Microsoft Project adalah penggabungan dari
ketiganya. Microsoft project juga merupakan sistem perencanaan yang
dapat membantu dalam menyusun penjadwalan (scheduling) suatu
proyek atau rangkaian pekerjaan. Microsoft project juga membantu
melakukan pencatatan dan pemantauan terhadap pengguna sumber daya
(resource), baik yang berupa sumber daya manusia maupun yang
berupa peralatan.
Tujuan penjadwalan dalam Microsoft Project adalah :
 Mengetahui durasi kerja proyek
 Membuat durasi optimum
 Mengendalikan jadwal yang dibuat
 Mengalokasikan sumber daya (Resources) yang digunakan.
Komponen yang di butuhkan pada jadwal adalah :
 Kegiatan (rincian tugas, tugas utama)
 Durasi kerja untuk tiap kegiatan
 Hubungan kerja tiap kegiatan
 Resources (tenaga kerja pekerja dan bahan).

Yang dikerjakan oleh Microsoft Project antara lain :


 Mencatat kebutuhan tenaga kerja pada setiap sektor
 Mencatat jam kerja para pegawai, jam lembur
 Menghitung pengeluaran sehubungan dengan ongkos tenaga
kerja, memasukkan biaya tetap, menghitung total biaya proyek
 Membantu mengontrol pengguna tenaga kerja pada beberapa
pekerjaan untuk menghindari overallocation (kelebihan beban
pada penggunaan tenaga kerja).

Program Microsoft project memiliki beberapa macam tampilan


layar, namun sebagai default setiap kali membuka file baru, yang akan
ditampilkan adalah Gantt Chart View. Tampilan Gantt Chart View
dapat dilihat pada Gambar 3.4.

Gambar. 2.4 Tampilan Layar Grantt Chart View


a) Task adalah salah satu bentuk lembar kerja dalam Microsoft
Project yang berisi rincian pekerjaan sebuah proyek.
b) Duration merupakan jangka waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan suatu pekerjaan.
c) Start merupakan nilai tanggal dimulainya suatu pekerjaan sesuai
perencanaan jadwal proyek.
d) Dalam Microsoft Project tanggal akhir pekerjaan disebut finish,
yang akan diisi secara otomatis dari perhitungan tanggal mulai
(start) ditambah lama pekerjaan (duration).
e) Predecessor merupakan hubungan keterkaitan antara satu
pekerjaan dengan pekerjaan lain. Dalam Microsoft Project
mengenal 4 macam hubungan antar pekerjaan, yaitu :
 FS (Finish to Start) Suatu pekerjaan baru boleh dimulai
(B) jika pekerjaan yang lain (A) selesai.

Gambar. 2.5 FS ( Finish To Star )

 FF (Finish to Finish) Suatu pekerjaan (A) harus selesai


bersamaan dengan selesainya pekerjaan lain (B).

Gambar. 2.6 FF ( Finish To Finish )


 SS (Start to Start) Suatu pekerjaan (A) harus dimulai
bersamaan dengan pekerjaan lain (B).

Gambar. 2.7 SS ( Star To Star )

 SF (Start to Finish) Suatu pekerjaan (B) baru boleh


diakhiri jika pekerjaan lain (A) dimulai.
Gambar. 2.8 SF ( Star To Finish )

f) Resources Sumber daya, baik sumber daya manusia maupun


material dalam Microsoft Project disebut dengan resources.
g) Baseline adalah suatu rencana baik jadwal maupun biaya yang
telah disetujui dan ditetapkan.
h) Gantt Chart merupakan salah satu bentuk tampilan dari
Microsoft Project yang berupa batang-batang horisontal yang
menggambarkan masing-masing pekerjaan beserta durasinya.
i) Tracking adalah mengisikan data yang terdapat di lapangan pada
perencanaan yang telah dibuat.

Anda mungkin juga menyukai