Anda di halaman 1dari 16

SISTEM INFORMASI PERENCANAAN

“PENGAWASAN PENYELENGGARAAN PENATAAN RUANG”

JURUSAN SIPIL

PRODI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

ROBI DAHRIANSYAH – D1091131003

NABELA – D1091131014

MEITY WULANDARI – D1091131019

TIARA RINALVA MADHIANTI – D1091131025

ARIO FITRIADI – D1091131027

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS TANJUNGPURA

TAHUN AJARAN 2016/2017


A. PENDAHULUAN
Pengawasan penataan ruang adalah upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat
diwujudkan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan penataan ruang
diselenggarakan untuk menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan penataan ruang, menjamin
terlaksananya penegakan hukum bidang penataan ruang, meningkatkan kualitas penyelenggaraan
penataan ruang. Pengawasan penataan ruang terdiri atas kegiatan pemantauan, evaluasi, dan
pelaporan. Pemantauan merupakan kegiatan pengamatan terhadap penyelenggaraan penataan
ruang secara langsung, tidak langsung, dan/atau melalui laporan masyarakat. Evaluasi merupakan
kegiatan penilaian terhadap tingkat pencapaian penyelenggaraan penataan ruang secara terukur
dan objektif. Pelaporan merupakan kegiatan penyampaian hasil evaluasi, (Peraturan Pemerintah
No. 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang).
Bentuk dan tata cara pengawasan meliputi pengawasan teknis dan pengawasan khusus.
Pengawasan teknis penataan ruang merupakan pengawasan terhadap keseluruhan proses
penyelenggaraan penataan ruang yang dilakukan secara berkala. Pengawasan khusus penataan
ruang merupakan pengawasan terhadap permasalahan khusus dalam penyelenggaraan penataan
ruang yang dilaksanakan sesuai kebutuhan.
Pengawasan teknis penataan ruang meliputi kegiatan:
a. mengawasi masukan, prosedur, dan keluaran, dalam aspek pengaturan penataan ruang,
pembinaan penataan ruang, dan pelaksanaan penataan ruang
b. mengawasi fungsi dan manfaat keluaran
c. mengawasi ketersediaan dan pemenuhan standar pelayanan minimal bidang penataan
ruang.
Pengawasan khusus sebagaimana meliputi kegiatan:
a. memeriksa data dan informasi permasalahan khusus dalam penyelenggaraan penataan
ruang dan
b. melakukan kajian teknis terhadap permasalahan khusus dalam penyelenggaraan penataan
ruang.
Salah satu upaya untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang dalam kegiatan pembangunan
adalah melalui pengawasan/pengendalian pemanfaatan ruang. Pengawasan/pengendalian
pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi, perizinan, pemberian insentif
dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Program pemerintah yang direncanakan untuk
mendukung pelaksanaan pengawasan/pengendalian pemanfaatan ruang salah satunya dengan
membentuk dan memberdayakan Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS).
Menurut Earl P. Strong Controlling is the process of regulating the various factors in
an enterprise according to the requirement of it’s plans (Pengawasan adalah proses pengaturan
berbagai faktor dalam suatu perusahaan, agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana).
Menurut Harold Koontz Controlling is the measurement and correction of the performance of
subordinates in order to make sure that enterprise objectives and the plants devised to attain
then are accomplished (Pengawasan adalah pengukuran dan perbaikan terhadap pelaksanaan
kerja bawahan, agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan-tujuan
perusahaan-perusahaan dapat terselenggara).
Menurut G.R. Terry Controlling can be defined as the process determining what is to be
accomplished, that is the standard; what is being accomplished, that is the performance
evaluating the performance, and if necessary applying corrective measure to that performance
takes plase according to plans, that is, in comformity with the standard (Pengawasan dapat
dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standar, apa yang sedang
dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-
perbaikan, sehingga pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standar). Dari
pmaparan diatas maka pengawasan dapat juga diartikan sebagai satu proses untuk menetapkan,
pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya dan bila perlu mengoreksinya, dengan
maksud supaya pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula.

B. PEMBAHASAN
Pengawasan adalah suatu upaya yang sistematik untuk menetapkan kinerja standar pada
perencanaan untuk merancang sistem umpan balik informasi, untuk membandingkan kinerja
aktual dengan standar yang telah ditentukan, untuk menetapkan apakah telah terjadi suatu
penyimpangan tersebut, serta untuk mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan untuk
menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan atau pemerintahan telah digunakan seefektif
dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan perusahaan atau pemerintahan. Dari beberapa
pendapat tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengawasan merupakan hal penting
dalam menjalankan suatu perencanaan. Dengan adanya pengawasan maka perencanaan yang
diharapkan oleh manajemen dapat terpenuhi dan berjalan dengan baik.
1. Tujuan Pengawasan
Tujuan pengawasan adalah mengusahakan agar apa yang direncanakan menjadi
kenyataan. Untuk dapat benar-benar merealisasi tujuan utama tersebut, maka pengawasan pada
taraf pertama bertujuan agar pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang telah
dikeluarkan, dan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan serta kesulitan-kesulitan yang
dihadapi dalam pelaksana rencana berdasarkan penemuan-penemuan tersebut dapat dimabil
tindakan untuk memperbaikinya, baik pada waktu itu ataupun waktu-waktu yang akan datang.
Dengan pengawasan diharapkan juga agar pelaksanaan rencana memanfaatkan semua unsur
manajemen (6M) secara efektif (berhasil guna) dan efisien (berdaya guna). H. Emerson
memberikan definisi tentang effectiveness dan efficience sebagai berikut “Effectives is
measuring in term of attaining pescribed goal or objectives”. Efektifitas adalah pengukuran
dalam arti tercapainya sasaran atau tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. The ratio of input
to output, benefit to cost (performance to the use of resources), as that which maximizes result
which limited resources. In orders words, it was the realition between what is accomplished and
what might be accomplished. Effisien adalah perbandingan yang terbaik antara input (masukan)
dan output (hasil), antara keuntungan dengan biaya (antara hasil pelaksanaan dengan sumber-
sumber yang dipergunakan), seperti halnya juga hasil optimal yang dicapai dengan penggunaan
sumber yang terbatas. Dengan kata lain hubungan antara apa yang telah diselesaikan dengan apa
yang harus diselesaikan.

2. Asas – Asas Pengawasan


Harold Koontz dan Cyril O’Donnel menetapkan asas pengawasan sebagai berikut:
Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), pengawasan harus
ditujukan kearah tercapainya tujuan, yaitu dengan mengadakan perbaikan (koreks) untuk
menghindari penyimpangan-penyimpangan/deviasi dari perencanaan.
Asas efisiensi pengawasan (principle of efficiency of control). Pengawasan itu efisien
bila dapat menghindari deviasi-deviasi dari perencanaan, sehingga tidak menimbulkan
hal-hal lain yang diluar dugaan.
Asas tanggung jawab pengawasan (principle of control responsibility). Pengawasan
hanya dapat dilaksanakan apabila manager bertanggung jawab penuh terhadap
pelaksanaan rencana.
Asas pengawasan terhadap masa depan (principle of future control). Pengawasan yang
efektif harus ditujukan kearah pencegahan penyimpangan perencanaan yang akan terjadi
baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
Asas pengawasan langsung (principle of direct control). Teknik kontrol yang paling
efektif ialah mengusahakan adanya manager bawahan yang berkualitas baik. Pengawasan
itu dilakukan oleh manager atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah .Cara yang
paling tepat untuk menjamin adanya pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan ialah
mengusahakan sedapat mungkin para petugas memiliki kualitas yang baik.
Asas refleks perencanaan (principle of replection of plane). Pengawasan harus disusun
dengan baik, sehingga dapat mencerminkan karakter dan susunan perencanaan.
Asas penyesuaian dengan organisasi (principle of organizational suitability). Pengawasan
harus dilakukan sesuai dengan struktur organisasi. Manager dan bawahannya merupakan
sarana untuk melaksanakan rencana. Dengan demikian pengawasan yang efektif harus
disesuaikan dengan besarnya wewenang manager, sehingga mencerminkan struktur
organisasi.
Asas pengawasan individual (principle of individuality of control). Pengawasan harus
sesuai dengan kebutuhan manager. Teknik kontrol harus ditunjukan terhadap kebutuhan-
kebutuhan akan informasi setiap manager. Ruang lingkup informasi yang dibutuhkan itu
berbeda satu sama lain, tergantung pada tingkat dan tugas manager.
Asas standar (principle of standard). Control yang efektif dan efisien memerlukan standar
yang tepat, yang akan dipergunakan sebagai tolak ukur pelaksanaan dan tujuan yang
tercapai.
efektif dan efisien Asas pengawasan terhadap strategis (principle of strategic point
control). Pengawasan yang memerlukan adanya perhatian yang ditujukan terhadap faktor-
faktor yang strategis dalam perusahaan.
Asas pengecualian (the exception principle). Efisien dalam control membutuhkan adanya
perhatian yang ditujukan terhadapfaktor kekecualian. Kekecualian ini dapat terjadi dalam
keadaan tertentu ketika situasi berubah/atau tidak sama.
Asas pengawasan fleksibel (principle of flexibility of control). Pengawasan harus luwes
untuk menghindarkan kegagalan pelaksanaan rencana.
Asas peninjauan kembali (principle of review). Sistem kontrol harus ditinjau berkali-kali
agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
Asas tindakan (principle of action). Pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran-
ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing dan
directing.

3. Jenis – Jenis Pengawasan


Berdasarkan bagian yang akan diawasi pengawasan dibedakan atas :
Pengawasan produksi (Production control). Yaitu pengawasan yang difokuskan untuk
mengetahui kualitas dan kuantitas produksi yang dihasilkan, apakah sesuai dengan target
yang telah ditetapkan..Pengawasan keuangan (Financial control). Pengawasan ini
ditujukan kepada hal-hal yang menyangkut keuangan, tentang pemasukan dan
pengeluaran, biaya-biaya perusahaan termasuk pengendalian anggaran.
Pengawasan pegawai (Personal control). Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang
ada hubungannya dengan kegiatan pegawai, apakah pegawai bekerja sesuai dengan
perintah, rencana, tata kerja, absensi pegawai dan lain-lain.
Pengawasan waktu (Time control). Pengawasan ini ditujukan kepada penggunaan waktu,
artinya apakah waktu untuk mengerjakan suatu pekerjaan sesuai atau tidak dengan
rencana.
Pengawasan kebijaksanaan (Policy control). Pengawasan ini ditujukan untuk mengetahui
dan menilai apakah kebijaksanaan organisasi telah dilaksanakan sesuai dengan yang
digariskan.
Pengawasan teknis (Technical control). Pengawasan ini ditujukan kepada hal-hal yang
bersifat fisik, yang berhubungan dengan tindakan dan teknis pelaksanaan.
Pengawasan penjualan (Sales control). Pengendalian ini ditujukan untuk mengetahui
apakah produksi yang dihasilkan terjual sesuai rencana yang ditentukan.

4. Sifat dan Waktu Pengewasan


Sifat dan waktu pengawasan dibedakan atas :
a. Preventive control : Pengawasan yang dilakukan sebelum kegiatan dikerjakan dengan
maksud supaya tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan. Hal ini bisa dilakukan dengan
menggunakan beberapa cara yaitu :
Membuat peraturan-peraturan yang berhubungan dengan tata cara suatu kegiatan
atau dibuat tata tertib.
Membuat pedoman kerja.
Menetapkan sanksi-sanksi terhadap pembuat kesalahan.
Menentukan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab.
Mengorganisasikan segala macam kegiatan.
Menentukan sistem koordinasi dan pelaporan dan pemeriksaan.
b. Represif control : Pengawasan yang dilakukan setelah terjadi penyimpangan/kesalahan
dalam pelaksanaan kegiatan, dengan maksud agar tidak terjadi pengulangan kesalahan,
sehingga sasaran yang akan direncanakan dapat tercapai. Hal ini bisa dilakukan dengan
cara-cara berikut :
Membandingkan antara hasil-hasil kegiatan dengan rencana yang telah
ditentukan.
Mencari penyebab-penyebab terjadinya penyimpangan, kemudian mencari jalan
keluarnya.
Memberikan penilaian terhadap hasil kegiatan, termasuk kegiatan para
penanggung jawab.
Melaksanakan sanksi yang telah ditentukan terhadap pembuat kesalahan.
Menilai kembali prosedur-prosedur yang telah ditentukan.
Mengecek laporan-laporan yang dibuat oleh para petugas pelaksana.
c. Pengawasan yang dilakukan ditengah proses penyimpangan terjadi
d. Pengawasan berkala ialah pengawasan yang dilakukan secara berkala sebulan sekali atau
satu kuartal sekali atau satu tahun sekali.
e. Pengawasan mendadak ialah pengawasan dilakukan secara mendadak.

5. Proses Pengawasan (Controlling Process)


Dalam melaksanakan tugas tertentu selalu ada tahap-tahap pelaksanaannya, walaupun
tugas itu sederhana. Demikian halnya dalam pengawasan (Controlling) ada lima tahap/langkah
yang perlu diperhatikan :
Tahap 1 : Penetapan Standar
Tahap pertama dalam pengawasan adalah penetapan standar pelaksanaan. Standar mengandung
arti sebagai suatu alasan engukuran yang dapat digunakan sebagai “Patokan” untuk penilaian
hasil-hasil. Tujuan, sasaran, quota, dan target pelaksanaan dapat digunakan sebagai standar.
Bentuk standar yang lebih khusus antara lain target penjualan, anggaran, bagian pasar, margin
keuntungan, keselamatan kerja dan sasaran produksi.
Tiga bentuk standar yang umum adalah :
a. Standar-standar fisik, mungkin meliputi kuantitas barang atau jasa, jumlah langganan,
ataukualitas produk.
b. Standar-standar moneter, yang ditunjukan dalam rupiah dan mencakup biaya tenaga kerja,
biaya penjualan, laba kotor, pendapatan penjualan dan sejenisnya.
c. Standar-standar waktu, meliputi kecepatan produksi atau batas waktu pekerjaan yang harus
diselesaikan.
Setiap tipe standar tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk-bentuk hasil yang dapat dihitung.
Ini memungkinkan manager untuk mengkomunikasikan pelaksanaan kerja yang diharapkan
kepada para bawahan secara lebih jelas dan tahapan-tahapan lain dalam proses perencanaan
dapat ditangani dengan lebih efektif. Standar harus ditetapkan secara akurat dan diterima mereka
yang bersangkutan.
Standar-standar yang tidak dapat dihitung juga memainkan peranan penting dalam proses
pengawasan. Walaupun pengawasan dengan standar kwalitatif lebih sulit dicapai, tetapi hal ini
tetap penting untuk mencoba mengawasinya. Misal, standar kesehatan personalia, promosi
karyawan yang terbaik, sikap kerja sama, berpakaian yang pantas dalam bekerja, dan sebagianya.
Tahap 2 : Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Penetapan standar adalah sia-sia bila tidak disertai berbagai cara untuk mengukur pelaksanaan
kegiatan nyata. Oleh karena itu, tahap kedua dalam pengawasan adalah : menentukan
pengukuran pelaksanaan kegiatan secara tepat misalnya berapa kali pelaksanaan seharusnya
diukur – setiap jam, harian, mingguan, bulanan. Dalam bentuk apa pengukuran akan dilakukan –
laporan tertulis, inspeksi visual melalui telepon, siapa yang akan terlibat – manager, staff
departemen. Pengukuran ini sebaiknya mudah dilaksanakan dan tidak mahal, serta dapat
diterangkan kepada para karyawan.
Tahap 3 : Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan
Seteleh frekuensi pengukuran dan sistem monitoring ditentukan, pengukuran pelaksanaan
dilakukan berulang-ulang dan terus menerus. Ada berbagai cara untuk melaksanakan pengukuran
yaitu:
a. Pengamatan (observasi)
b. Laporan-laporan baik lisan dan tertulis
c. Metoda-metoda otomatis
d. Inspeksi, pengujian (test) atau dengan pengambilan sample.
Banyak perusahaan sekarang mempergunakan pemeriksa intern (internal Auditor) sebagai
pelaksana pengukuran.
Tahap 4 : Perbandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan
Tahap kritis dari proses pengawasan adalah perbandingan pelaksanaan nyata dengan pelaksanaan
yang direncanakan atau standar yang telah ditetapkan. Walaupun tahap ini paling mudah
dilakukan, tetapi kompleksitas dapat terjadi pada saat menginterprestasikan adanya
penyimpangan (deviasi).
Penyimpangan-penyimpangan harus dianalisa untuk menentukan mengapa standar tidak dapat
dicapai, dan apabila penyebab-penyebab penyimpangan-penyimpangan diketahui, maka harus
diambil tindakan perbaikan.
Tahap 5 : Pengambilan Tindakan Koreksi Bila Diperlukan
Bila hasil analisa menunjukan perlunya tindakan koreksi, tindakan ini harus diambil. Tindakan
koreksi dapat diambil dalam berbagai bentuk. Standar mungkin diubah, pelaksanaan diperbaiki,
atau keduanya dilakukan bersamaan. Ada beberapa tindakan koreksi :
a. Mengubah standar mula-mula (barangkali terlalu tinggi atau rendah).
b. Mengubah pengukuran pelaksanaan atau infeksi terlalu sering frekwensinya atau kurang
atau bahkan mengganti sistem pengukuran itu sendiri.
c. Mengubah cara dalam menganalisa dan menginterprestasikan penyimpangan-
penyimpangan.

6. Pemanfataan Teknologi Informasi Pengawasan


Kemajuan teknologi informasi yang pesat serta potensi pemanfaatannya secara luas,
membuka peluang bagi pengaksesan, pengelolaan, dan pendayagunaan informasi dalam volume
yang besar secara cepat dan akurat. Pemerintahan Daerah adalah penyelenggaraan urusan
pemerintahan oleh Pemerintah Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah menurut asas
otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas luasnya dalam sistem dan prinsip
Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pembinaan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah dan/atau Gubernur selaku Wakil Pemerintah di
daerah untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah. Pengawasan atas
penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan untuk menjamin
agar Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan rencana dan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Pengawasan pelaksanaan urusan pemerintahan di
daerah meliputi pembinaan atas pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi,
kabupaten/kota dan pemerintahan desa dan pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah provinsi,
kabupaten/kota, dan pemerintahan desa.

Aparat Pengawas Intern Pemerintah (APIP) melakukan pengawasan sesuai dengan fungsi
dan kewenangannya melalui pemeriksaan dalam rangka berakhirnya masa jabatan kepala daerah,
pemeriksaan berkala atau sewaktu-waktu maupun pemeriksaan terpadu, pengujian terhadap
laporan berkala dan/atau sewaktu-waktu dari unit/satuan kerja, pengusutan atas kebenaran
laporan mengenai adanya indikasi terjadinya penyimpangan, korupsi, kolusi dan nepotisme,
penilaian atas manfaat dan keberhasilan kebijakan, pelaksanaan program dan kegiatan, dan
monitoring dan evaluasi pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah dan pemerintahan
desa. Pengawasan pelaksanaan urusan Pemerintahan di daerah berpedoman pada norma :

a. obyektif, profesional, independen dan tidak mencari-cari kesalahan;


b. terus menerus untuk memperoleh hasil yang berkesinambungan;
c. efektif untuk menjamin adanya tindakan koreksi yang cepat dan tepat;
d. mendidik dan dinamis.

Dari beberapa ketentuan tersebut untuk dapat lebih meningkatkan kinerja pengawasan dalam hal
penerapan pengawasan yang berorientasi teknologi IT dan dalam upaya pengaksesan yang lebih
cepat dan akurat diperlukan sebuah sistem aplikasi pengawasan yang dapat mengakomodir
kondisi tersebut. Salah satu contoh sistem informasi tersebut adalah SIMWAS (Sistem Informasi
Pengawasan).

Konsep pengembangan Sistem Informasi Manajemen Pengawasan (SIMWAS) pada Unit


Kerja Pengawas Daerah yang memiliki tugas pokok Pengawasan ditentukan oleh :

a. Tugas Pokok dan Fungsi (TUPOKSI) dari Unit Kerja Pengawas Daerah.
b. Jenis informasi sumber daya yang dimiliki oleh Unit Kerja Pengawas Daerah.
c. Jenis layanan yang diberikan oleh Unit Kerja Pengawas Daerah.
Hal ini menentukan struktur data dan proses yang menjadi dasar penyusunan rencana SIMWAS
di setiap unit kerja pengawasan. Jenis layanan yang diberikan dan jenis informasi yang
dibutuhkan menentukan pola dan prioritas pengembangan SIMWAS suatu Instansi. Pola tersebut
menyangkut hubungan Government to Government (G2G). Dalam pengembangan SIMWAS,
perlu diperhatikan dan disiapkan aspek kepemimpinan (e-leadership), aspek kesadaran akan
manfaat SIMWAS (awareness building), aspek sumber daya manusia, serta peraturan
perundangan yang mendukung (applied regulation). Seluruh aspek tersebut berperan dalam
menentukan desain arsitektur sistem informasi yang akan dibangun. Berikut adalah pemaparan
konsep SIMWAS yaitu :

a. Konsep Pengembangan Infrastruktur SIMWAS


Pengembangan SIMWAS di Organisasi Pengawasan, dilandasi oleh 4 infrastruktur
utama, meliputi :
Suprastruktur SIMWAS yang memuat antara lain kepemimpinan manajemen (e-
leadership), sumberdaya manusia (human resources) dan peraturan yang terkait
dengan pengembangan SIMWAS (regulation).
Infrastruktur jaringan yang memuat antara lain protokol komunikasi, topologi,
teknologi dan keamanan.
Infrastruktur informasi yang memuat antara lain struktur data, format data,
metoda berbagi data (data sharing), dan sistem pengamanannya.
Infrastruktur aplikasi yang memuat aplikasi pengawasan.
b. Konsep Pengintegrasian Sistem Informasi
Pengintegrasian sistem informasi pada hasil kerja dan kinerja dari masing-masing aparat
pengawas/auditor menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai tahap pematangan,
pemantapan dan pemanfaatan sebagai langkah lebih lanjut dalam penerapan aplikasi
SIMWAS. Strategi pengintegrasian sistem informasi merupakan salah satu upaya
peningkatan kualitas Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan Laporan Hasil Tindak Lanjut
(TLHP) sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan kewenangan dari Organisasi Pengawasan
daerah.
7. Aplikasi Sistem Informasi Pengawasan
a. Analisis Sistem

Pelaksanaan analisis sistem dilakukan dengan beberapa tahapan antara lain :

1. Analisis laporan yang dihasilkan sistem saat ini. Dalam tahap ini analis sistem
mempelajari output laporan yang dihasilkan dalam organisasi pengawasan saat sebelum
penerapan sistem, meliputi :
Program Kerja Pengawasan Tahunan (PKPT)
Program Kerja Pemeriksaan (PKP)
Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)
Pokok-pokok Hasil Pemeriksaann (P2HP)
Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)
Laporan Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan (TLHP)
2. Menganalisis alur proses kerja pengawasan. Dalam tahap ini analisis sistem akan
mempelajari alur proses kerja pengawasan meliputi :
Ruang lingkup pengawasan
Sasaran pemeriksaan
SKPD yang diperiksa
Jadwal pelaksanaan pemeriksaan
Jumlah tanaga pemeriksa yang dibutuhkan
Anggaran yang dibutuhkan.
Laporan hasil pemeriksaan yang diterbitkan.
b. Analisis Sumber Daya

Tahapan yang dilakukan dalam menganalisis sumberdaya untuk penerapan aplikasi SIMWAS
pada Unit Kerja Pengawas Daerah meliputi :

1. Survei Pendahuluan
Pekerjaan ini dilaksanakan untuk menghasilkan informasi yang sebanyak mungkin agar
sistem yang dibangun dapat sesuai dengan kehendak user (pemakai) dalam hal ini Unit
Kerja Pengawas Daerah. Pekerjaan ini dilaksanakan oleh 2 orang analis sistem dengan
waktu 10 hari kerja.
2. Analisis Sistem
Hasil survei pendahuluan tersebut selanjutnya akan digunakan untuk menganalisis sistem,
yaitu menghasilkan analisis terhadap sistem yang ada, gambaran sistem yang dibuat,
pembiayaan sumber daya yang dipakai serta manfaat ayang diperoleh Unit Kerja
Pengawas Daerah dalam menerapkan Aplikasi SIMWAS tersebut. Waktu kerja adalah 10
hari dengan 1 orang analis sistem.
3. Desain Sistem
Pada taham ini dibangun rancangan secara garis besar dan rinci mengenai kerja
operasional komputer terhadap sistem yang dibangun tersebut. Kegiatan ini dilaksanakan
oleh 1 orang analis sistem dalam waktu 10 hari kerja.
4. Pembuatan Jaringan
Pembuatan jaringan dikerjakan oleh teknisi jaringan komputer menurut spesifikasi yang
diberikan oleh sistem analis. Kegiatan ini dilaksanakan dalam waktu 10 hari dan
dilaksanakan oleh 1 orang teknisi jaringan komputer.
5. Pembuatan Program
Pembuatan program dikerjakan oleh programer menurut spesifikasi yang diberikan oleh
sistem analis. Kegiatan ini dilaksanakan dalam waktu 30 hari dan dilaksanakan oleh 2
orang programer
6. Tes Jaringan
Setiap jaringan (network) akan dites dengan menggunakan data bayangan yang diberikan
oleh sistem analis. Kegiatan ini dilaksanakan oleh teknisi jaringan komputer.
7. Tes Program
Setiap jaringan (network) akan dites dengan menggunakan data bayangan yang diberikan
oleh sistem analis. Kegiatan ini dilaksanakan oleh programer.
8. Tes sistem
Setelah kegiatan pembuatan program selesai, maka dilakukan tes sistem. Kegiatan ini
dilaksanakan 10 hari oleh sistem analis, programer dan teknisi.
9. Pelatihan dan Transformasi Sistem
Kegiatan pelatihan dan transformasi sistem ditujukan kepada tenaga outsorcing dan
tenaga pemelihara sistem dari pegawai Unit Kerja Pengawas Daerah, Kegiatan ini
dilaksanakan selama 30 hari kerja.
10. Implementasi Sistem
Pengimplementasian aplikasi SIMWAS menggunakan tehnik pararel run, yaitu
menjalankan sistem lama dan baru secara bersamaan pada satu kondisi dimana aplikasi
SIMWAS dapat berjalan tanpa kesalahan sama sekali kegatan ini akan diawasi oleh
sistem analis selama 1 bulan.
11. penyerahan sistem
Kegiatan ini merupakan tahap akhir dari pembangunan sistem, yaitu menyerahkan sistem
kepada pemakai (user) dalam hal ini Unit Kerja Pengawas Daerah dan sekaligus
mengimplementasikan secara penuh.

Perbedaan sistem informasi pengawasan masa lalu dengan sistem informasi pengawasan
saat ini adalah pengawasan pada masa lalu masih belum menggunakan sistem informasi,
sedangkan pengawasan saat ini sudah menggunakan sistem informasi yaitu teknologi informasi
dalam membangun Sistem Informasi Pengawasan Daerah (SIMWAS). Berikut adalah contoh
implementasi sistem informasi pengawasan :
Gambar 1.1 Implementasi Sistem Informasi SIMWAS Daerah

Sumber : Google.com

C. PENUTUP
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan bahwa pengawasan penataan ruang adalah
upaya agar penyelenggaraan penataan ruang dapat diwujudkan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Salah satu upaya untuk menjaga konsistensi pemanfaatan ruang
dalam kegiatan pembangunan adalah melalui pengawasan/pengendalian pemanfaatan ruang.
Pengawasan/pengendalian pemanfaatan ruang dilakukan melalui penetapan peraturan zonasi,
perizinan, pemberian insentif dan disinsentif, serta pengenaan sanksi. Terdapat lima tahapan
dalam pengawasan yaitu tahap penetapan standar, tahap penentuan pengukuran pelaksanaan
kegiatan, tahap pengukuran pelaksanaan kegiatan, tahap perbandingan pelaksanaan dengan
standar dan analisa penyimpangan, dan tahap pengambilan tindakan koreksi bila diperlukan.
Pemanfaatan teknologi informasi dalam membangun Sistem Informasi Pengawasan Daerah
(SIMWASDA) untuk mewujudkan tercapainya tujuan penyelenggaraan otonomi daerah.
Pengawasan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah adalah proses kegiatan yang ditujukan
untuk menjamin agar Pemerintahan Daerah berjalan secara efisien dan efektif sesuai dengan
rencana dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

D. REKOMENDASI
Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu penyelenggaraan penataan ruang,
karena jika tidak ada pengawasan dalam suatu penyelenggaraan penataan ruang akan
menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan yang terjadi tidak sesuai dengan peraturan.
Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena untuk menjamin tercapainya tujuan
penyelenggaraan penataan ruang, menjamin terlaksananya penegakan hukum bidang penataan
ruang, meningkatkan kualitas penyelenggaraan penataan ruang. Serta pengawasan dapat memicu
terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam merumuskan suatu masalah.

DAFTAR PUSTAKA
Ruyatnasih, Yaya. 2010. Controlling pengawasan pengendalian

http://y-share-it.blogspot.co.id/2010/01/controlling pengawasanpengendalian.html. Diunduh


pada tanggal 6 Oktober 2016

Simwasda. 2008. Membangun sistem informasi pengawasan

http://simwasdaerah.blogspot.co.id/2008/12/membangun-sistem-informasi-pengawasan.html.
Diunduh pada tanggal 10 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai