PEMBAHASAN
Pengawasan ( Controlling ) dapat diartikan secara negatif, positif, dan dalam arti
luas. Dalam arti negatif pengawasan dapat diartikan sebagai tindakan mencari-cari
kesalahan kemudian memberikan sanksi, dan melakukan larangan-larangan. Dalam arti
positif pengawasan ialah tindakan-tindakan agar organisasi atau perusahaan berjalan
terarah, tidak terjadi kesalahan-kesalahan, penyimpangan atau kebocoran di segala bidang.
Sedangkan dalam arti luas, pengawasan adalah aktifitas controller untuk melakukan
pengamatan, penelitian dan penilaian dari pelaksanaan seluruh kegiatan organisasi atau
perusahaan yang sedang atau telah berjalan untuk mencapain tujuan yang telah ditetapkan.
1
c. C. G. R. Terry: Pengawasan dapat dirumuskan sebagai proses penentuan apa yang
harus dicapai yaitu, standar apa yang sedang dijalankan yaitu pelaksanaan, menilai
pelaksanaan dan bila perlu melakukan perbaikan-perbaikan, sehingga pelaksanaan
sesuai dengan rencana yaitu selaras dengan standar.
2
rencana perusahaan disebabkan terjadi berbagai perubahan dilingkungan yang dihadapi
perusahaan.
2) Meminimumkan Kegagalan, maksudnya adalah ketika perusahaan melakukan kegiatan
produksi, misalnya perusahaan berharap agar kegagalan seminimal mungkin.oleh
karena itu perusahaaan perlu menjalankan fungsi pengawasan agar kegagalan-
kegagalan tersebut dapat diminimumkan.
3) Meminimumkan Biaya, maksudnya adalah ketika perusahaan mengalami kegagalan
maka akan ada pemborosan yang tidak memberikan keuntungan bagi perusahaan.maka
untuk meminimumkan biaya sangat diperlukan adalah pengawasan.
4) Antisipasi Kompleksitas Organisasi, maksudnya adalah agar perusahaan dapat
mengantispasi berbagai kegiatan organisasi yang kompleks.kompleksitas tersebut mulai
dari pengelolaan terhadap produk, tenaga kerja hingga berbagai prosedur yang terkait
denganmanajemen organisasi.
Sesuai dengan pengertian pengawasan dalam arti luas, maka pengawasan bertujuan :
3. Mencegah penyimpangan
Dalam kenyataannya pengawasan tidak hanya dilakukan bagi para pekerja di
perusahaan, namun mencakup hampir semua bidang dalam perusahaan. Secara singkat
pengawasan dapat dilakukan pada bidang :
2.2.1 Produksi
3
2.2.2 Pemasaran
Tugas bagian ini dimulai saat produk akan dikirim ke pasar atau konsumen.
Oleh karena itu biasanya pengawasan berawal dari sini, tetapi adakalanya bagi
perusahaan yang cukup besar sebelumnya sudah dimulai dengan riset dan
mengumpulkan informasi dari pasar.
2.2.3 Keuangan
Bidang ini harus ditangani dengan cepat, tepat, dan akurat. Pengolahan dan
pengawasan yang kurang teliti akan berakibat terjerumusnya perusahaan di dalam
masalah keuangan yang bertujuan agar perusahaan dapat menekan biaya-biaya yang
digunakan.
2.2.4 Personalia
Bidang ini merupakan factor penting yang akan ikut menentukan tercapainya
tujuan suatu organisasi sehingga perlu mendapatkan perhatian yang serius. Tugas
dari bidang ini adalah mengatur, membina, menggerakkan, mengarahkan, serta
mengembangkan pegawai agar mampu menyelesaikan tugas-tugasnya secara efektif
dan efisien guna menunjang tercapainya tujuan perusahaan atau organisasi.
2.2.5 Administrasi (Perkantoran)
Esensi kontrol terletak pada pengawasan langkah-langkah yang ada dikaitkan dengan
hasil yang diinginkan yang ditentukan di dalam proses perencanaan. Elemen-elemen
esensial dalam tiap sistem kontrol adalah :
2. Alat pengukur untuk kegiatan yang sedang berjalan (bila mungkin secara kuantitatif).
4
4. Beberapa sarana koreksi atas kegiatan yang sudah berjalan seperti untuk mencapai
hasil yang diinginkan.
Elemen pertama dari suatu sistem melibatkan jawaban atas pertanyaan: kira-kira
hasilnya akan bagaimana? Elemen ini menuntut perhatian akan masa yang akan datang atas
apa yang diinginkan dan apa yang diharapkan. Usaha untuk meramalkan kejadian yang akan
datang merupakan dasar untuk menafsirkan kejadian yang aktual sedang berjalan. Ramalan
yang lemah sekalipun, merupakan kerangka kerja untuk lebih baik memahami pengalaman.
Kriteria yang ditentukan sebelumnya dapat diterapkan dengan bebas. Tujuannya bisa dinilai
oleh orang lain, baik atau tidak baik.
Suatu sistem kontrol yang berfaedah tidak dinilai dari baiknya tujuan. dia hanya
menyajikan sarana yang mengarahkan aktifitas ke suatu tujuan aktual. Kriteria yang di
tentukan sebelumnya harus dinyatakan secara eksplisit. Maka dari itu, pernyataan
kuantitatif lebih diutamakan. Dalam manajemen produksi, unit-unit fisik, seperti angkutan
per-ton, jarak, unit-unit per jam, kerja mesin, atau berat limbah per-unit keluaran atau out
put, dapat memberikan tolok ukur yang sederhana dan langsung untuk operasi. Dalam
manajemen financial, nilai uang atau dollar berlaku sebagai pernyataan khusus untuk
norma-norma. Seringkali para manajer financial menggunakan keberhasilan yang lalu
sebagai tolok ukur kasar untuk mengontrol operasi yang berjalan, contohnya, laporan 12
bulan yang lalu. Asumsinya adalah bahwa prestasi yang lalu tidak terlalu jelek dan bahwa
apabila dapat disamakan atau dilewati, maka perusahaan tidak akan mundur. Para manajer
pemasaran sebaliknya seringkali menggunakan data- data industry sebagai tolok ukur yang
dapat digunakan oleh perusahaan untuk membandingkan hasil-hasil penjualannya sendiri.
Mereka juga mengembangkan yang didasarkan pada potensi pasar untuk digunakan sebagai
tujuan yang ditentukan sebelumnya.
Elemen kedua dalam sistem kontrol ialah pengukuran prestasi aktual. Langkah ini
pada umumnya menuntut perhatian khusus dan pengeluaran, karena pencatatan dan
laporan-laporan haruslah disusun untuk menyampaikan informasi dalam bentuk yang cocok
untuk sistem kontrol. Pengukuran-pengukuran prestasi aktual harus dalam unit sama
dengan yang ditentukan kriteria sebelumnya. Pelaporan prestasi aktual yang benar
menaikkan nilai sistem kontrol. Perbaikan- perbaikan dalam pemprosesan data yang baru ini
meningkatkan kecepatan pelaporan data-data tersebut.
5
Elemen ketiga sistem kontrol melibatkan studi pertautan. Teknik tersebut seperti
ratio, kecenderungan, ekuasi matematis, dan peta-peta membantu mengartikan
pengukuran-pengukuran prestasi aktual dengan menunjukan hubungan antara pengalaman
aktual atas kriteria yang ditetapkan terdahulu. Gunanya pembandingan prestasi yang lalu
dengan prestasi yang sudah direncanakan ialah tidak hanya untuk mengetahui apabila ada
kesalahan tetapi juga untuk memungkinkan manajer meramalkan problem di masa datang.
Suatu sistem kontrol yang baik akan memberikan informasi secepatnya sehingga hambatan-
hambatan dapat dicegah.
Elemen keempat suatu sistem kontrol ialah tahap membuat koreksi. Elemen keempat
ini melibatkan suatu keputusan untuk tidak melakukan kegiatan apapun apabila prestasi
“tidak terkontrol”.
Dua tipe dasar kekeliruan yang menghinggapi manajer dalam mengambil tindakan
korektif ialah :
Suatu sistem kontrol yang baik harus memberikan beberapa dasar yang membantu
manajer mengestimasikan resiko-resikonya sehubungan dengan tipe-tipe kekeliruan di atas.
Sudah barang tentu, tes akhir suatu sistem kontrol ialah tindakan korektifnya jatuh pada
waktu yang tepat.
2.4 FUNGSI PENGAWASAN
6
3. Mengambil tindakan untuk memperbaiki prestasi yang tidak sesuai dengan standar.
Pengawasan ini adalah untuk memastikan bahwa output yang dihasilkan
sesuai dengan standar dengan kata lain sebagai pengukur hasil dari suatu kegiatan
yang telah diselesaikan.
7
3. Pengukuran pelaksanaan kegiatan nyata
2.5 PRINSIP-PRINSIP KONTROL
Beberapa ide dasar tertentu sangat berguna dalam pengembangan sistem kontrol.
Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari :
Kontrol terbaik hanya bisa diperoleh apabila titik-titik kritis, titik kunci, dan
titik batas dapat diidentifisir dan perhatian khusus diarahkan pada penyesuaian titik-
titik tersebut. Usaha mengontrol semua titik cenderung akan menambah usaha sia-
sia saja dan mengurangi perhatian atas problem-problem penting. Kontrol yang baik
tidak berarti kontrol yang maksimum, karena kontrol itu mahal.
Umpan balik adalah proses penyesuaian kegiatan yang akan datang atas
dasar informasi prestasi. Manajemen banyak menggunakan prinsip umpan balik di
bidang-bidang yang pada permulaan nampaknya tidak berhubungan.
8
2.5.5 Kontrol Diri (Self Control)
Ada beberapa macam pengawasan ditinjau dari beberapa segi antara lain:
1. Pengawasan keuangan
2. Pengawasan kepegawaian
3. Pengawasan pemasarann
4. Pengawasan produksi
5. Pengawasan kualitas
9
6. Pengawasan persediaan
a. Internal control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan yang
ada dalam organisasi atau perusahaan itu sendiri.
b. External control, yaitu pengawasan yang dilakukan oleh aparat pengawasan dari
luar organisasi atau perusahaan.
d. Indirect Control, yaitu pengawasan yang dilakukan bukan oleh atasan langsung,
misalnya pengawasan oleh kepala biro, atau kepala bagian ( pengawasan tidak
langsung).
2.6.4 Menurut Waktu
Selain macam pengawasan di atas, ada beberapa jenis dari pengawasan, diantaranya :
a) Pengawasan Kemudi (Steering Control) atau disebut pula pengawasan umpan maju
(feed forward control), pengawasan ini dirancang untuk mendeteksi adanya
penyimpangan dari tujuan yang telah ditetapkan dan memperbolehkan mengambil
tindakan koreksi sebelum kegiatan selesai dikerjakan.
b) Pengawasan Skrening (Screening Control), bisa disebut pengawasan ya atau tidak (yes or
no control). Tipe pengawasan ini merupakan proses yang terlebih dahulu menyetujui
aspek tertentu dari sebuah prosedur, atau syarat tertentu harus dipenuhi dulu sebelum
kegiatan dilanjutkan. Disini segi keamanan merupakan faktor kunci dan bahkan dapat
memberikan keamanan ekstra kepada manajer.
10
c) Pengawasan Purnakarya (Post Action Control) atau disebut pengawasan umpan balik
(Feed Back Control), jenis pengawasan ini mengukur hasil-hasil dari suatu kegiatan yang
telah diselesaikan.
Dalam hal ini, terdapat beberapa alasan akan pentingnya pengawasan di dalam setiap
organisasi :
Pada umumnya organisasi saat ini cenderung bercorak desentralisasi, maka kegiatan
perusahaan menjadi terpisah-pisah secara geografis, lebih luas dan kompleks. Demikian
juga jika banyak dipakai penyalur dalam penjualan produk, maka untuk menjaga
kualitas dan profitabilitas, perlu system pengawasan yang lebih teliti.
Untuk mendeteksi adanya kesalahan yang mungkin diperbuat oleh pelaku organisasi,
maka digunakan fungsi pengawasan, semakin jarang pekerja melakukan kesalahan,
semakin sederhana manajemen melakukan fungsi pengawasan.
11
2.8 ASAS – ASAS PENGAWASAN
2. Asas efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and control). Pengawasan itu
efisien bila dapat menghindarkan deviasi dari perencanaan, sehingga tidak
menimbulkan hal-hal lain di luar dugaan.
4. Asas pengawasan terhadap masa depan (Principle of future control). Pengawasan yang
efektif harus ditujukan ke arah pencegahan penyimpangan perencanan yang akan
terjadi baik pada waktu sekarang maupun masa yang akan datang.
5. Asas pengawasan langsung (Principle of direct control). Teknik kontrol yang paling
efektif ialah mengusahakan adanya manajer yang berkualitas baik. Pengawasan itu
dilakukan manajer atas dasar bahwa manusia itu sering berbuat salah. Cara yang
paling tepat demi pelaksanaan yang sesuai dengan perencanaan ialah mengusahakan
agar petugas memiliki kualitas yang baik.
12
lingkup informasi yang dibutuhkan itu berbeda satu sama lain, tergantung tingkat dan
tugas manajer.
9. Asas standar (Principle of standard). Kontrol yang efektif dan efisien memerlukan
standar yang tepat, yang berguna sebagai tolok ukur pelaksanaan dan tujuan yang
akan dicapai.
13. Asas Peninjauan Kembali (Principle of review). Sistem kontrol harus ditinjau berkali-
kali, agar sistem yang digunakan berguna untuk mencapai tujuan.
14. Asas tindakan (Principle of action). Pengawasan dapat dilakukan apabila ada ukuran-
ukuran untuk mengoreksi penyimpangan-penyimpangan rencana, organisasi, staffing
dan directing.
2.9.1 Preventif Control
13
d. Menentukan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab.
2.9.2 Represive Control
2.9.4 Pengawasan berkala
2.9.5 Pengawasan mendadak
14
2.10 KARAKTERISTIK SISTEM PENGAWASAN YANG EFEKTIF
1) Akurat ; setiap data harus akurat, jika tidak mengakibatkan organisasi tidak tepat
dalam mengambil keputusan untuk mengoreksi suatu penyimpangan.
2) Tepat waktu ; informasi segera dikumpulkan, diarahkan dan dievaluasi jika hendak
diambil tindakan yang tepat pada waktunya untuk perbaikan.
6) Fleksibel ; sistem harus fleksibel agar organisasi lebih mudah bertindak untuk
mengatasi perubahan yang kurang menguntungkan atau memanfaatkan
kesempatan-kesempatan baru.
7) Dapat diterima oleh seluruh anggota organisasi ; idealnya jika sistem tersebut
dapat menghasilkan prestasi yang tinggi diantara para anggota organisasi dengan
membangkitkan perasaan bahwa mereka memiliki otonomi, tanggung jawab dan
kesempatan untuk mencapai tujuan.
8) Dapat diorganisasikan dengan arus pekerjaan organisasi. Hal ini disebabkan oleh:
1. Pengawasan harus mendukung sifat atau kebutuhan dari kegiatan. Untuk masing-
masing kegiatan cara pengawasannya pun berbeda – beda, antara organisasi kecil
dan besar juga berbeda.
15
2. Pengawasan harus segera melaporkan setiap ada penyimpangan, jika ada
penyimpangan yang terlambat diatasi maka hal itu akan menjadi parah dan
memperumit tindakan korektif yang akan dilakukan.
4. Pengawasan harus akurat dan obyektif. Agar pengawasan menjadi obyektif, maka
mutlak diperlukan suatu ukuran sebagi pedoman pelaksanaannya.
6. Pengawasan harus serasi dengan pola organisasi. Jika satu bagian membuat
kekeliruan, maka hal itu harus diatasi bersama- sama dengan kegiatan lain yang
merupakan satu kesatuan organisasi.
2) Mengukur prestasi kerja, hal ini merupakan proses yang berkesinambungan dan
berulang-ulang yang frekuensinya tergantung pada jenis aktiitasnya, sebaiknya
dilakukan dengan segera agar waktunya tidak terlalu panjang.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang telanh dirangkum dari bagian awal sampai akhir :
3. Elemen-elemen esensial dalam sistem kontrol adalah sebagai alat ukur, pembanding,
dan sarana koreksi kegiatan yang sedang berjalan untuk mencapai hasil yang
diinginkan.
5. Prinsip-prinsip kontrol terdiri dari titik Kontrol Strategis (Strategic Point Control),
Umpan Balik (Feedback), Kontrol yang Fleksibel (Flexible Control), Kesesuaian
Organisasi (Organizational Suitability), Kontrol Diri (SelfControl), Kontrol Langsung
(Direct Control), Faktor Manusia (Human Factor).
6. Menurut tinjauan dari beberapa segi, ada beberapa macam dan jenis pengawasan,
yaitu menurut ruang lingkupnya, obyek pengawasan, pihak yang mengawasi, dan
waktu.
17
8. Harold Kontz dan Cryil O Donnell menetapkan asas pengawasan menjadi beberapa
asas, diantaranya Asas tercapainya tujuan (Principle of assurance of objective), Asas
efisiensi dan pengawasan (Principle of efficiency and control), Asas tanggung jawab
pengawasan (Principle of control responsibility), Asas pengawasan terhadap masa
depan (Principle of future control), Asas pengawasan langsung (Principle of direct
control), Asas refleksi perencanaan (Principle of reflection of plans), Asas
penyesuaian dengan organisasi (Principle of organizational suitability), Asas
pengawasan individual (Princple of individuality of control), Asas standar (Principle of
standard),Asas pengawasan terhadap strategis (Principle of strategic point control),
Asas kekecualian (The exception principle), Asas pengawasan fleksibel (Principle of
flexibility of control), Asas peninjauan kembali (Principle of review), Asas tindakan
(Principle of action).
9. Sifat dan waktu pengawasan (control) dibedakan atas preventive control, represive
control, pengawasan yang dilakukan tengah proses penyimpangan terjadi,
pengendalian berkala, dan pengendalian mendadak.
10. Karakteristik pengawasan yang efektif yaitu, akurat, tepat waktu, obyektif dan
komprehensif, dipusatkan pada titik pengawasan strategis, ekonomis, fleksibel,
dapat diterima oleh seluruh anggota organisasi, dapat diorganisasikan dengan arus
pekerjaan organisasi.
18
3.2 Saran
Pengawasan dirasa sangat dibutuhkan dalam suatu organisasi. Karena jika tidak ada
pengawasan dalam suatu organisasi akan menimbulkan banyaknya kesalahan-kesalahan
yang terjadi baik yang berasal dari bawahan maupun lingkungan.
Pengawasan menjadi sangat dibutuhkan karena dapat membangun suatu
komunikasi yang baik antara pemimpin organisasi dengan anggota organisasi. Serta
pengawasan dapat memicu terjadinya tindak pengoreksian yang tepat dalam merumuskan
suatu masalah.
Pengawasan lebih baik dilakukan secara langsung oleh pemimpin organisasi.
Disebabkan perlu adanya hak dan wewenang ketegasan seorang pemimpin dalam suatu
organisasi. Pengawasan disarankan dilakukan secara rutin karena dapat merubah suatu
lingkungan organisasi dari yang baik menjadi lebih baik lagi.
19
DAFTAR PUSTAKA
Sule, Ernie Tisnawati, dkk. 2005. Pengantar Manajemen. Jakarta: Kencana Penada Media
Group
http:\\www.elearning.gunadarma.ac.id/.../bab7_dasar_dan_teknik_pengawasan\ (17 Mei
2013)
http://evynurhidayah.blogspot.com/2011/04/makalah-mpk-pengawasan-manajemen.html (
17 Mei 2013)
http://zahranmirzan.blogspot.com/2013/01/makalah-pengantar-manajemen-
controlling.html
http://thohamuhammad.blogspot.co.id/2014/09/makalah-manajemen-controlling.html
20