Proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan
dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui
kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset Negara, dan
ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2008, pelaksanaan Sistem Pengendalian Intern mengacu kepada lima
unsur berikut.
1. Lingkungan Pengendalian
Lingkungan pengendalian merupakan kondisi yang memengaruhi efektivitas pengendalian
intern. Lingkungan pengendalian menekankan bahwa pimpinan instansi pemerintah dan seluruh
jajarannya wajib untuk menciptakan serta memelihara lingkungan kerja organisasi yang positif
serta kondusif. Lingkungan pengendalian yang positif dan kondusif ini dapat diciptakan melalui
berikut.
a. Penegakan integritas dan nilai etika. Dapat diwujudkan salah satunya dengan
memberlakukan tindakan disiplin yang tepat untuk tindak penyimpangan kebijakan dan
prosedur atau pelanggaran aturan perilaku.
b. Komitmen terhadap kompetensi. Dapat diwujudkan salah satunya dengan penyelenggaraan
pelatihan dan pembimbingan untuk membantu mempertahankan dan meningkatkan
kompetensi pekerjaannya.
c. Kepemimpinan yang kondusif. Dapat diwujudkan salah satunya dengan sering melakukan
komunikasi dengan staf pada tingkatan yang lebih rendah.
d. Pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan. Dapat diwujudkan salah
satunya dengan memberikan penjelasan tentang wewenang dan tanggung jawab yang wajib
dilaksanakan.
e. Pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat. Pegawai yang diberikan
wewenang dan tanggung jawab harus memahami bahwa pelaksanaan wewenang dan
tanggung jawab terkait dengan penerapan SPIP.
f. Penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya
manusia. Dapat diwujudkan salah satunya dengan penetapan kebijakan dan prosedur sejak
penerimaan SDM sampai dengan pemberhentiannya.
g. Perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif. Harus memberikan
keyakinan yang memadai atas ketaatan, efisiensi, efektivitas pencapaian tujuan
penyelenggaraan masing-masing tugas dan fungsi dalam organisasi.
h. Hubungan kerja yang baik dengan instansi pemerintah terkait. Hubungan kerja yang baik
dapat diwujudkan dengan cara saling uji antar Instansi.
2. Penilaian Risiko
Penilaian atas risiko merupakan kegiatan penilaian atas kemungkinan u terjadinya kejadian-
kejadian yang dapat mengancam pencapaian tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan.
Penilaian risiko dilakukan atas risiko yang dihadapi oleh organisasi baik dari luar organisasi
maupun dari dalam organisasi. Penilaian risiko dilaksanakan dengan dua cara, yaitu
mengidentifikasi risiko dan analisis risiko. Identifikasi risiko dapat dilaksanakan menilai faktor
yang dapat meningkatkan risiko dengan menggunakan metode yang sesuai dengan tujuan dari
instansi. Sedangkan, untuk analisis risiko dilaksanakan dengan menentukan dampak atas risiko
yang telah diidentifikasi. Berikutnya, dalam analisis risiko, pimpinan perlu menerapkan pula
prinsip kehati-hatian dalam menentukan besarnya tingkat risiko yang dapat diterima. Namun,
sebelum melakukan penilaian risiko, penetapan tujuan dan target perlu dilakukan. Penetapan
tujuan memuat pernyataan yang spesifik, terukur, realistis, dapat dicapai serta ada penetapan
waktu yang jelas. Tujuan yang telah ditetapkan perlu juga untuk dikomunikasikan kepada
seluruh jajaran.
3. Kegiatan Pengendalian
Kegiatan pengendalian dilaksanakan dengan maksud untuk merespons risiko yang dimiliki dan
memastikan bahwa respons tersebut efektif. Dengan kata lain, kegiatan pengendalian adalah
tindakan-tindakan yang dijalankan untuk mengatasi risiko serta penetapan kebijakan dan
prosedur yang memastikan bahwa tindakan untuk mengatasi setiap risiko telah dijalankan.
Kegiatan pengendalian yang dilaksanakan harus memenuhi beberapa karakteristik berikut ini.
a. Kegiatan pengendalian diutamakan pada kegiatan pokok instansi.
b. Kegiatan pengendalian harus selaras dengan penilaian risiko yang telah dilakukan
sebelumnya.
c. Kegiatan pengendalian harus sesuai dengan sifat organisasi.
d. Kebijakan dan prosedur yang dibentuk dalam kegiatan pengendalian diwujudkan dalam
bentuk tertulis.
e. Prosedur yang telah ditetapkan, wajib untuk dilaksanakan.
f. Pelaksanaan kegiatan pengendalian kemudian perlu dievaluasi secara teratur.
Kelima komponen dalam Sistem Pengendalian Intern Pemerintah in! saling terkait antara satu
dengan yang lainnya. Oleh karena itu, dalam penerapannya, seluruh komponen harus menjadi
perhatian agar dapat memberikan kinerja yang maksimal untuk perubahan organisasi ke arah
yang lebih baik.
Sumber :
Utami, Intiyas. 2020. Audit Manajemen. Edisi 3. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka