XI
HUKUM ADMINISTRASI
PENGAWASAN PEMERINTAH
PROGRAM STUDI SARJANA ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Modul XI ini
tentang Pengawasan Pemerintah. Penulisan modul ini dimaksudkan untuk menjadi salah satu
sumber bahan ajar pada matakuliah Hukum Administrasi.
Penulisan modul ajar diharapkan dapat membantu dalam meningkatkan proses
pembelajaran pada matakuliah Hukum Administrasi, sehingga modul ini dapat memberikan
manfaat bagi dosen dan mahasiswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Tim Penulis
menyampaikan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu.
Pada kesempatan ini pula Tim Penulis memohon maaf apabila terdapat
kekurangan/kekeliruan dalam modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi referensi dan
berguna dalam meningkatkan kualitas pembelajaran dan bagi proses pembelajaran. Terima
kasih.
Penulis
PRAKATA ............................................................................................................................ ii
KEGIATAN BELAJAR I
PENGERTIAN PENGAWASAN, PENGAWASAN EKSTERN DAN INTERN
KEGIATAN BELAJAR I
PENGAWASAN PREVENTIF DAN RESPRESIF
Sasaran pembelajaran dalam pembahasan yang tertuang dalam Modul XI ini adalah
peserta mata kuliah mampu menganalisis mengenai pengawasan pemerintah. Modul XI ini
disajikan dalam duakegiatan belajar. Kegiatan belajar 1 membahas mengenai pengertian
pengawasan, pengawasan ekstern dan intern, dan kegitan belajar 2 membahas mengenai
pengawasan preventif dan represif. Agar peserta kuliah mampu mempelajari modul ini dengan
baik, peserta kuliah diharapkan membaca langkah-langkah sebagai berikut:
a. Bacalah semua uraian dari setiap kegiatan belajar. Tahapan ini diperlukan agar peserta
kuliah mendapat informasi dari setiap tahapan;
b. Buatlah catatan tersendiri mengenai poin-poin penting dalam Uraian sehingga
memudahkan Anda untuk belajar;
c. Kerjakanlah tugas sesuai instruksi yang telah disediakan;
d. Bacalah rangkuman yang disediakan untuk memberikan ringkasan tentang aspek-aspek
esensial dari setiap kegiatan belajar;
e. Kerjakan tes formatif yang disediakan untuk mengecek seberapa jauh Anda mencapai
tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar. Tes formatif tersebut akan dikerjakan pada
Sikola;
f. Apabila hasil tes Anda telah mencapai persentase kelulusan yang telah ditetapkan maka
anda bisa melanjutkan pada kegiatan belajar selanjutnya. Namun apabila Anda belum
mencapai nilai persentase kelulusan, maka Anda disilahkan untuk mengulangi tes formatif.
A. Deskripsi Singkat
Ruang lingkup materi pembelajaran pada pertemuan ini yaitu mengenai pengawasan
yang dilakukan oleh pemerintah, baik pengawasan ekstern maupun pengawasan intern.
Sasaran pemebelajaran yaitu mahasiswa diharapkan mampu membedakan bentuk
pengawasan yang dapat dilakukan pemerintah.
B. Relevansi
Sebaiknya sebelum mahasiswa mempelajari modul pada kegiatan belajar ini maka
mahasiswa sudah memahami terlebih dahulu mengenai pengertian Hukum Administrasi
Negara, pemerintah, dan kewenangan pemerintah, tindakan pemerintah, diskresi, instrumen
pemerintahan, AUPB, dan penyalahgunaan wewenang.
C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
PENGAWASAN
1
SF Marbun, Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Cetakan Ketiga, UII Press,
Yogyakarta, 2004. Hlm. 261
2
Ibid., hlm. 261-262
3
Ibid., hlm. 262
Modul XI Hukum Administrasi 2
masih dikenal cara lain seperti dianut negara Belanda, disamping pengawasan
tradisional yang disebut ombudsman di Swedia. Dengan demikian perkembangan
serta pemecahan tentang pengawasan serta perlindungan hukum bagi warga
masyarakat dimasing-masing negara akhirnya menunjukkan perbedaan baik dalam
bentuk maupun sistemnya.4
Seperti diketahui bahwa dalam suatu negaradengan type negara liberal, suatu
staatsonthouding dipertahankan penuh, yakni suatu pemisahan antara negara
dengan masyarakat. Di dalam negara yang demikian, tugas pemerintah tidaklah luas
oleh karena pemerintah suatu negara hanya bertugas membuat dan mempertahankan
hukum atau dengan lain kata hanya menjaga keamanan dalam arti sempit, karena
itu negara semacam ini disebut negara hukum klasik (klassieke rechtstaat) atau
negara penjaga malam (nachtwakerstaat). Pemerintah dalam bertindak harus
berdasarkan undang-undang yang berlaku (wetmatig). Sebaliknya negara hukum
modern modern (rechtstaat) yang mengutamakan kepentingan seluruh rakyat yang
di Eropa Barat diperkembangkan dengan nama welfare state (negara kesejahteraan).
Oleh karena mengutamakan kepentingan seluruh rakyat, maka tugas pemerintah
sangat luas, karena bertugas menjaga keamanan dalam arti kata seluas-luasnya
yakni keamanan sosial di segala lapisan masyarakat. Staatsonthouding telah diganti
dengan staatsbemoeienis, yang berarti pemisahan antara negara dengan masyarakat
ditinggalkan. Pemerintah terpaksa (karena mengutamakan kepentingan seluruh
rakyat) turut serta secara aktif dalam pergaulan sosial, sehingga kesejahteraan sosial
bagi semua orang tetap terpelihara. Pemerintah welfare state diberi tugas
menyelenggarakan kepentingan umum atau servis publik.5
Hal ini berarti bahwa administrasi negara diserahi apa yang disebut Lemaire
sebagai bestuurszorg atau penyelenggaraan kesejahteraan umum. Tugas
bestuurszorg ini membawa konsekuensi khusus bagi administrasi negara. Agar
dapat menjalankan tugas penyelenggaraan kesejahteraan umum, maka administrasi
negara memerlukan kemerdekaan atau kebebasan bertindak yang disebut Freies
ermessen atau pourer discretionaire. Namun kebebasan ini dapat
dipertanggungjawabkan baik secara moral maupun secara hukum. Untuk mencegah
4
Ibid., hlm. 262-263
5
Ibid., hlm. 263
Modul XI Hukum Administrasi 3
agar kebebasan tersebut tidak menjurus ke arah kesewenang-wenangan yang disebut
detournement de pouvoir ataupun ultra vires, maka diperlukan suatu sistem
pengawasan dalam penyelenggaraan pemerintahan guna memberikan perlindungan
baik bagi warga masyarakat maupun bagi sikap tindak administrasi negara itu
sendiri.6
Di samping itu masih terdapat cara pengawasan yang lain, misalnya dari
instansi pemerintah sendiri, terutama terhadap yang dinamakan vrij bestuur yang
merupakan beleid pemerintah, karena dalam hal ini hakim tidak berwenang untuk
melakukan pengawasan. Demikian juga masih terdapat cara pengawasan yang lain,
misalnya pengawasan intern, pengawasan dari DPR, BPK. Pengawasan oleh badan
pengawas itupun dalam kenyataannya terdapat perbedaan antara negara yang satu
dengan negara yang lain.9
6
Ibid., hlm. 263-264
7
Ibid., hlm. 264
8
Ibid.
9
Ibid.
10
Ibid., hlm. 265-266
11
Ibid., hlm. 266
12
Ibid.
13
Ibid., hlm. 266-267
14
Ibid., hlm. 267
Modul XI Hukum Administrasi 6
1) Segala tindakan pemerintah (negara) harus berdasarkan atas hukum;
Dalam menjalankan tugas servis publik administrasi negara tiba pada suatu
konsekuensi khusus, yaitu memerlukan power discretionaire untuk dapat bertindak
atas inisiatif sendiri. Dalam hal ini administrasi negara harus dapat
dipertanggungjawabkannya, yang berarti bahwa administrasi negara tidak
bertindak sewenang-wenang ataupun melampaui batas wewenangnya (ultravires).
Semua campur tangan administrasi negara tersebut diberi bentuk hukum agar tidak
simpang siur dan tidak menimbulkan keragu-raguan pada semua pihak yang
bersangkutan, dan bilamana timbul konflik, penyelesaiannya lebih mudah. Hal ini
disebabkan bahwa dengan kekuasaan bertindak dari administrasi negara itu,
kadang-kadang dapat merugikan masyarakat itu sendiri.15
Oleh karena sendi-sendi negara hukum tetap harus dipertahankan, maka agar
pada satu sisi tindakan administrasi negara dalam menyelenggarakan pemerintahan
tidak keluar dari jalur negara hukum dan pada sisi yang lain warga
negara/masyarakat tetap dijamin perlindungan hak-hak asasinya, perlulah
dilakukan pengawasan.16
15
Ibid.
16
Ibid.
17
Ibid., hlm. 267-268
Pengawasan Intern
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan
yang ada di dalam lingkungan unit organisasi yang bersangkutan. Pengawasan
dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau
pengawasan melekat (built in control). Pengawasan jenis ini dilakukan oleh unit
pengawas intern organisasi yang diawasi di mana tugasnya adalah membantu
fungsi pengawasan pimpinan organisasi serta membantu menyusun laporan
pelaksanaan kegiatan organisasi. Pengawasan ini lazimnya dilakukan instansi
pemerintahan dengan membentuk suatu organisasi khusus yang menangani secara
menyeluruh pengawasan terhadap pelaksanaan anggaran negara. Konsep
pengawasan ini dibutuhkan dengan maksud agar penyimpangan pelaksanaan
anggaran lebih cepat diatasi oleh unit intern yang dekat dengan organisasi
tersebut.19
Pengawasan Intern: adalah pengawasan yang dilakukan oleh satu badan yang
secara organisatori/structural masih termasuk dalam lingkungan pemerintahan
sendiri. Biasanya pengawasan ini dilakukan oleh pejabat atasan terhadap
buwahannya secara hirarkis. Instruksi Presiden No. 15 Tahun 1983, Pasal 2 ayat
(1) menyebutkan bahwa pengawasan terdiri:20
Pengawasan pada butir a lebih lanjut diatur dalam Bab II yang berjudul
Pengawasan Atasan Langsung, sedangkan pengawasan yang dimaksud dalam butir
b diatur dalam Bab III yang berjudul Pengawasan fungsional. Mengenai
18
Safri Nugraha, Hukum Administrasi Negara, Cetakan Pertama, Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2005, hlm. 390-391.
19
Ibid, hlm. 392
20
SF Marbun, Op,Cit., hlm. 268
Modul XI Hukum Administrasi 9
Pengawasan Atasan Langsung (Bab II Pasal 3 Inpres No. 15 Tahun 1983) berbunyi
sebagai berikut:21
21
Ibid., hlm. 269-270
Pengawasan Ekstern
22
Ibid., hlm. 270
23
Ibid.
24
Ibid., hlm. 270-271
Modul XI Hukum Administrasi 11
Pengawasan ekstern : adalah pengawasan yang dilakukan oleh
organ/lembaga secara organisatoris/structural berada di luar pemerintah (dalam arti
eksekutif).25
2. Rangkuman
25
Ibid., hlm. 271
26
Ibid.
Modul XI Hukum Administrasi 12
dengan cara pengawasan atasan langsung atau pengawasan melekat (built in
control). Pengawasan ekstern : adalah pengawasan yang dilakukan oleh
organ/lembaga secara organisatoris/structural berada di luarPemerintah (dalam arti
eksekutif).
3. Pustaka
A. Deskripsi Singkat
Ruang lingkup materi pembelajaran pada pertemuan ini yaitu mengenai pengawasan
preventif dan pengawasan represif. Sasaran pemebelajaran yaitu mahasiswa diharapkan
mampu membedakan bentuk pengawasan preventif dan represif yang dapat dilakukan
pemerintah.
B. Relevansi
Sebaiknya sebelum mahasiswa mempelajari modul pada kegiatan belajar ini maka
mahasiswa sudah memahami terlebih dahulu mengenai pengertian Hukum Administrasi
Negara, pemerintah, dan kewenangan pemerintah, tindakan pemerintah, diskresi, instrumen
pemerintahan, AUPB, penyalahgunaan wewenang, dan pengertian pengawasan (termasuk
penagwasan ekstern dan intern).
C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
PENGAWASAN
Pengawasan Preventif
Pengawasan preventif:
27
Safri Nugraha, Hukum Administrasi Negara, Cetakan Pertama, Badan Penerbit Fakultas Hukum
Universitas Indonesia, 2005, hlm. 393-394
28
SF Marbun, Dimensi-dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Cetakan Ketiga, UII Press,
Yogyakarta, 2004. Hlm. 271
29
Ibid., hlm. 271-272
Modul XI Hukum Administrasi 15
c. Memberikan beban kepada rakyat, misalnya pajak atau retribusi
Daerah;
Pengawasan Represif
Pengawasan represif:
30
Safri Nugraha, Op.Cit., hlm. 394
31
SF Marbun, Op.Cit., hlm 272-273
Modul XI Hukum Administrasi 16
dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih
tinggi tingkatannya
32
Ibid., hlm. 273
33
Ibid.
34
Ibid.
35
Ibid.
Modul XI Hukum Administrasi 17
menyelenggarakan pemerintahan itu termasuk sebagai perbuatan yang disebut
onrechtmatige overheidsdaad.36
Satu hal yang diterima sebagai suatu asas umum, bahwa pengawasan atas
bijaksana tidaknya suatu tindakan pemerintah (dvomayigheidscontrole) tidak dapat
diserahkan kepada hakim, tetapi tetap di tangan administrasi negara sendiri. Dengan
kata lain dalam hal beleid pemerintah, hakim tidak dapat mengadakan penilaian,
karena hal itu akan mendudukkan hakim pada kursi eksekutif.37
Perbedaan itu pada prinsipnya berkaitan dengan unsur utama dari negara
hukum, bahwa tindakan pemerintahan itu haruslah berdasarkan hukum yang berlaku.
Dalam praktek di berbagai negara timbul pertanyaan kaidah hukum apakah yang
harus diterapkan di dalam menilai tindakan pemerintah/administrasi negara dalam
menyelenggarakan pemerintahan. Apakah hukum perdata yang berlaku bagi setiap
orang ataukah hukum administrasi yang bersifat Otonom. Sedangkan perbedaan
dalam sistem, karena ada negara yang menganut duality of jurisdiction dan ada pula
yang menganut sistem unity of jurisdiction, di samping negara-negara yang
menganut sistem yang berbeda dari keduanya. Kesemuanya berkaitan dengan
36
Ibid., hlm 273-274
37
Ibid., hlm. 274
38
Ibid.
39
Ibid.
Modul XI Hukum Administrasi 18
pertanyaan kepada organ manakah diberi wewenang penilaian dan pemeriksaan
tersebut. Ada yang memberikan wewenangnya kepada organ peradilan umum
dengan menetapkan hukum perdata, ada negara yang memberikan wewenangnya
kepada organ peradilan khusus yang disebut peradilan administrasi negara,
disamping organ organ lainnya.40
2. Rangkuman
3. Pustaka
40
Ibid., hlm. 274-275