Anda di halaman 1dari 53

MODUL XIII

HUKUM AGRARIA

TANAH SEBAGAI JAMINAN


KREDIT

TIM PENYUSUN

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit i


KATA PENGANTAR

Perkenankanlah pada kesempatan ini, kami mengucapkan puji syukur yang sedalam-
dalamnya kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan modul ini. Modul ini disusun sebagai panduan bagi peserta mata kuliah Hukum
Agraria. Penulis berharap modul ini dapat menambah khasanah dalam memahami tatanan
Hukum Agraria nasional terutama aspek hukum Tanah sebagai Jaminan Kredit dalam Lembaga
Hak Tanggungan.
Ucapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada Dekan Fakultas Hukum beserta para
Pembantu Dekan, ketua dan sekretaris Departemen Hukum Keperdataan serta para dosen
pengampu mata kuliah Hukum Agraria. Tanpa mereka yang telah membuat program penulisan
modul, tentu modul ini mungkin masih dalam draft. Ucapan terima kasih juga disampaikan
kepada para kolega yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu. Semoga modul ini dapat
menjadi referensi dan menambah wawasan mahasiswa dan pembaca.

Ttd,

Tim Penyusun

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit ii


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) ..................................... iv
MODUL XIII TANAH SEBAGAI JAMINAN KREDIT .............................. 1
KEGIATAN BELAJAR XIV: TANAH SEBAGAI JAMINAN KREDIT ... 2
A. Deskripsi Singkat .......................................................................................... 2
B. Relevansi ...................................................................................................... 2
C. Capaian Pembelajaran .................................................................................. 2
1. Uraian .................................................................................................... 2
2. Latihan ................................................................................................... 24
3. Rangkuman ............................................................................................ 24
4. Pustaka ................................................................................................... 25
D. Tugas dan Lembar Kerja .............................................................................. 26
E. Tes Formatif ................................................................................................. 26
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .................................................................. 27

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit iii


UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS HUKUM Kode
PRODI S1 ILMU HUKUM Dokumen
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
MATA KULIAH (MK) KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl
Penyusunan
HUKUM AGRARIA
211B1313 HUKUM KEPERDATAAN T=3 P=0 3 26 Juni 2020
OTORISASI Pengembang RPS Koordinator RMK Ketua PRODI

Wakil Dekan Bidang I Akademik, Riset & Inovasi


Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. Tim Pengampu Mata Kuliah Dr. Winner Sitorus, S.H., LL.M.
Dr. Maskun, S.H., LL.M
Capaian CPL-PRODI yang dibebankan pada MK
Pembelajaran (CP) CPL-S1 Memiliki integritas dan etika profesi hukum berdasarkan nilai-nilai Pancasila
CPL-KU1 Mampu berpikir secara kritis, logis dan sistematis
CPL-KU2 Mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan
CPL-KU3 Mampu bekerja secara individu dan kolektif
CPL-KK1 Mampu melakukan penelitian hukum untuk menyusun argumen hukum
CPL-KK2 Mampu melakukan mediasi dan negosiasi (non-litigasi)
CPL-KK3 Mampu memberikan saran dan penyelesaian masalah hukum
CPL-P4 Menguasai konsep teoritis mengenai hukum materiil
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK 1 Mampu mengemukakan sejarah, politik hukum yang mendasari keberlakuan, karakteristik produk hukum pertanahan berdasar era
keberlakuannya, tujuan pembentukandan konsep hukum agraria nasional serta perkembangannya UUPA. ( CPL- KU1, CPL-KU2, CPL-
P4).
CPMK 2 Mampu melakukan penelusuran kasus-kasus pertanahan yang terjadi di masyarakat dan menghubungkan dengan prinsip-prinsip
hukum agraria nasional (CPL-S1, CPL-KU1, CPL-KU2, CPL–KK1).
CPMK 3 Mampu menerapkan konsep hukum agraria nasional dalam mencari solusi atas berbagai konflik dan sengketa agraria nasional (CPL-
KU3, CPL-KK1, CPL-KK2, CPL-KK3).
CPL  Sub-CPMK
CPL-1 - SubCPMK1 Mampu mengemukakan beberapa istilah, Pengertian Agraria, Hukum Agraria dan Ruang Lingkup Hukum Agraria :
Bumi, Air, Ruang angkasa dan sumber daya alam

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit i


- SubCPMK2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan karakter hukum agraria berdasarkan periodisasi
berlakunya hukum agraria, yang meliputi masa sebelum berlakunya UUPA dan setelah berlakunya UUPA.
- SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah
Nasional dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
CPL-2 - Sub.CPMK2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan karakter hukum agraria berdasarkan periodisasi
berlakunya hukum agraria, yang meliputi masa sebelum berlakunya UUPA dan setelah berlakunya UUPA.
- SubCPMK6-7Mahasiswa mampu mengelompokkan dan mengaplikasikan Hak-hak Penguasaan Atas Tanah sesuai dengan
pemasalahan hukum agraria dalam masyarakat.
- SubCPMK13 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, Program, kebijakan dan tujuan Land Reform, dan
mengkorelasikan dengan kebijakan Reforma Agraria saat ini .
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
CPL-3 - SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah
Nasional dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
- SubCPMK10 Mahasiswa mampu mengaitkan ketentuan hukum terkait dengan penyediaan tanah dan mampu memecahkan
permasalahan hukum dalam pelaksanaan penyediaan tanah di masyarakat.
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
- SubCPMK12 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, landasan dan tujuan pembangunan rumah susun, dan mampu
menentukan hak atas tanah yang dapat didirikan rumah susun, pemilikan rumah susun, Pembebanan HSMRS dan Kedudukan
Perhimpunan, Peghuni.
- SubCPMK13 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, Program, kebijakan dan tujuan Land Reform, dan
mengkorelasikan dengan kebijakan Reforma Agraria saat ini .
- SubCPMK14 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian; dasar hukum dan asas-asas tanah sebagai jaminan kredit ,
perjanjian jaminan dan menerapkannya dalam praktik pembebanan hak tanggungan.
CPL-4 - SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah
Nasional dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
- SubCPMK4 Mahasiswa mampu menguraikan faktor-faktor perlunya pembentukan UUPA dan tahapan-tahapan penyusunan
UUPA.
- SubCPMK15 Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai kasus pertanahan yang terjadi di Indonesia dan menganalisis
tahapan Penyelesaian Sengketa Agraria
CPL-5 - SubCPMK 9 Mahasiswa mampu mengemukakan makna tujuan dan berbagai jenis sistem publikasi dalam pendaftaran tanah
serta menyimpulkan peranan Kepala Desa dan PPAT dalam Pendaftaran Tanah untuk memberikan kepastian hukum.
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit ii


CPL-6 - SubCPMK 9 Mahasiswa mampu mengemukakan makna tujuan dan berbagai jenis sistem publikasi dalam pendaftaran tanah
serta menyimpulkan peranan Kepala Desa dan PPAT dalam Pendaftaran Tanah untuk memberikan kepastian hukum.
- SubCPMK11. Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
CPL-7 - SubCPMK6-7Mahasiswa mampu mengelompokkan dan mengaplikasikan Hak-hak Penguasaan Atas Tanah sesuai dengan
pemasalahan hukum agraria dalam masyarakat.
- SubCPMK 10 Mahasiswa mampu mengaitkan ketentuan hukum terkait dengan penyediaan tanah dan mampu memecahkan
permasalahan hukum dalam pelaksanaan penyediaan tanah di masyarakat.
- SubCPMK12 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, landasan dan tujuan pembangunan rumah susun, dan mampu
menentukan hak atas tanah yang dapat didirikan rumah susun, pemilikan rumah susun, Pembebanan HSMRS dan Kedudukan
Perhimpunan, Penghuni.
- SubCPMK14 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian; dasar hukum dan asas-asas tanah sebagai jaminan kredit , perjanjian
jaminan dan menerapkannya dalam praktik pembebanan hak tanggungan.
- SubCPMK15 Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai kasus pertanahan yang terjadi di Indonesia dan menganalisis
tahapan Penyelesaian Sengketa Agraria
CPL-8 - SubCMK 2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan karakter hukum agraria berdasarkan periodisasi
berlakunya hukum agraria, yang meliputi masa sebelum berlakunya UUPA dan setelah berlakunya UUPA.
- SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah
Nasional dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
- SubCPMK4 Mahasiswa mampu menguraikan faktor-faktor perlunya pembentukan UUPA dan tahapan-tahapan penyusunan
UUPA.
- SubCPMK12 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, landasan dan tujuan pembangunan rumah susun, dan mampu
menentukan hak atas tanah yang dapat didirikan rumah susun, pemilikan rumah susun, Pembebanan HSMRS dan Kedudukan
Perhimpunan, Peghuni.
- SubCPMK13 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, Program, kebijakan dan tujuan Land Reform, dan
mengkorelasikan dengan kebijakan Reforma Agraria saat ini .
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
- SubCPMK14 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian; dasar hukum dan asas-asas tanah sebagai jaminan kredit ,
perjanjian jaminan dan menerapkannya dalam praktik pembebanan hak tanggungan
Deskripsi Singkat Mata kuliah ini mempelajari istilah dan pengertian hukum agraria, aspek-aspek hukum agraria, baik dari segi hukum positif maupun dari kasus-kasus
MK yang terjadi di masyarakat, sejarah dualisme hukum agraria (hukum tanah Barat dan hukum tanah adat) pada masa kolonial, sejarah terbentuknya
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), asas-asas yang mendasari pelaksanaan UUPA, hak menguasai negara perbedaannya dengan Domein
Verklaring, hak ulayat, politik hukum agraria dan perkembangan politik hukum agraria, hak-hak atas tanah menurut UUPA meliputi: konsepsi hukum
tanah nasional, pemilikan, peralihan dan pendaftarannya, land reform, perkembangannya dan land use, penataan pemanfaatan tanah untuk berbagai

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit iii


penggunaan,penyediaan dan pengadaan tanah, Hak Milik Satuan Rumah Susun (HSMRS), Lembaga Jaminan Hak atas Tanah ( Hak Tanggungan) dan
Sengketa serta konflik Pertanahan nasional.
Bahan Kajian / 1. Pengertian Agraria dan Ruang Lingkup Hukum Agraria.
Materi 2. Periodisasi Perkembangan Hukum Agraria.
Pembelajaran 3. Pembentukan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional.
4. Sejarah Penyusunan UUPA.
5. Prinsip-prinsip Dasar Hukum Agraria dalam Hukum Agraria Nasional.
6. Hak-Hak Penguasaan Atas Tanah.
7. Pendaftaran Tanah.
8. Penyediaan dan Pengadaan Tanah.
9. Perumahan & Permukiman.
10. Land Reform dan Kebijakan Reforrma Agraria.
11. Hak Milik Satuan Rumah Susun.
12. Tanah Sebagai Jaminan: Hak Tanggungan dan R. Lingkup serta eksekusi Hak Tanggungan.
13. Penyelesaian Sengketa Agraria
Pustaka Utama :
1. Buku Ajar Hukum Agraria, Fakultas Hukum Unhas, UnhasPress.
2. Adrian Sutedi, 2012, Peralihan Hak Atas Tanah, cetakan kedua, PT. Sinar Grafika, Jakarta.
3. ----------------, 2010, Hukum Rumah Susun Dan Apartemen, PT. Sinar Grafika, Jakarta.
4. Abrar Saleng. 2013, Kapita Selekta Hukum Sumber Daya Alam, Membumi Publishing, Makassar.
5. Arie Sukanti Hutagalung. 2008. Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan. Rajawali Pers, Jakarta.
6. Aslan Noor, 2006. Konsep Hak Milik atas Tanah Bagi Bangsa Indonesia, Penerbit: Mandar Maju, Bandung.
7. Boedi Harsono, 2008, Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta.
8. Elza Syarief, 2014, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, PT. Gramedia (KPG), Jakarta.
9. Farida Patittingi. 2009. Pengaturan Penguasaan Tanah Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Penerbit Lanarka,
10. -------------------, 2012, Dimensi Hukum Pulau-Pulau Kecil di Indonesia (Studi Atas Penguasaan dan Pemilikan Tanah)., Penerbit Rangkang
Education, Yogyakarta.
11. Maria SW Sumardjono,2018, Regulasi Pertanahan dan Semangat Keadilan Agraria, Jakarta
12. -----------------------------, Nurhasan Ismail, Isharyanto,2008, Mediasi Sengketa Tanah, Potensi Penerapan Alternatif Penyelesaian Sengketa (ADR)
di Bidang Pertanahan, PT. Kompas Media Indonesia, Jakarta
13. ---------------------------, 2015, Dinamika Pengaturan Pengadaan Tanah di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
14. -------------------------, 2020. Agenda Yang Belum Selesai: Refleksi atas Berbagai Kebijakan Pertanahan, Fakultas Hukum UGM, Yogyakarta
(Ebook).

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit iv


15. Mochtar Kusumaatmadja. 1986. Bunga Rampai Hukum Laut. Bina Cipta, Bandung.
16. Muhammad Ilham Arisaputra, 2015. Reforma Agraria Di Indonesia. PT. Sinar Grafika. Jakarta.
17. Sudirman Saad. 2003. Politik Hukum Perikanan Indonesia. Lembaga Sentral Pembiayaan Masyarakat.
18. __________. 2009. Hak Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan. PT.LKIS Printing Cemerlang, Yogyakarta.
19. Sri Susyanti Nur. 2010. Hak Guna Laut dalam Usaha Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan.Pustaka Pena
20. Urip Santoso. 2017. Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan, dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun. Kencana. Jakarta.
21. -----------------, 2014, Hukum Perumahan, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta.
22. -----------------, 2010. Pendaftaran dan peralihan Hak Atas Tanah. Kencana Premedia Group. Jakarta.
23. Bernhard Limbong, 2014, Politik Pertanahan, PT. Dharma Karsa Utama, Jakarta.
Pendukung :
1. Arie Wahyono, dkk. 2000. Hak Ulayat Laut di Kawasan Timur Indonesia. Media Pressindo, Yogyakarta.
2. Baharuddin Lopa. 1982. Hukum Laut, Pelayaran dan Perniagaan. Alumni, Bandung.
3. Bushar. 1988. Asas-Asas Hukum Adat Sebagai Pengantar. Pradya Paramitha, Jakarta.
4. C.B. Macpherson. 1989. Pemikiran Dasar tentang Hak Milik, terjemahan
5. Christy dan A. Scott, 1986. Sifat dari Sumber Daya Alam Milik Bersama (Ekonomi Perikanan: Dari Teori)
6. Dahuri, J.Ginting dan Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
7. Firial Marahuddin. 1986. Ekonomi Perikanan. Gramedia, Jakarta.
8. E. Likadja. 1988. Hukum Laut dan Undang-Undang Perikanan. Ghalia Indonesia, Jakarta.
9. Irma Devita, 2011. Hukum Jaminan Perbankan, Mizan Media Utama, Bandung.
10. N. Khublall. 1991. Law Of Real Property and Conveyaancing. Second Edition, Published By Longman Singapore Publisher (Pte) Ltd.
Singapore.
11. Maria SW Sumardjono, 2011. Pengaturan Sumber Daya Alam Di Indonesia (antara yang tersurat dan tersirat)” Kajian Kritis Undang-Undang
Terkait Penataan Ruang dan Sumber Daya Alam, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
12. Salim HS, 2014. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. rajagrafindo Persada, Jakarta.
13. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980. Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Badan
Pembinaan Hukum Nasional Dep. Kehakiman, Jakarta.
14. Peter Batt, 2001. Land Law. Fourth Edition. Law Book Co. NSW. Australia.
15. P.J. Fitzgerald. 1966. Salmond On Jurisprudence. London: Sweet & Maxwell.
16. Rustiadi dkk, 2011, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Cresspent Press Pustaka Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
17. Hadi Sabari Yunus, 2006, Megapolitan (Konsep, Problematika dan Prospek), Pustaka Pelajar, Jakarta.
18. Sri Susyanti Nur, 2010. Bank Tanah Alternatif Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Kota Berlanjutan. As. Publishing. Jakarta.
19. Victor P.H. Nikijuluw. 2002. Rezim Pengelolaan Sumber Daya Perikanan. Pustaka Cidesindo, Jakarta.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit v


20. Video Bedah Buku Bedah Buku berjudul “Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat” karya Dr. Julius Sembiring, S.H., MPA
(Kepala PPPM STPN), https://youtu.be/c3Y7RXRU3y8
21. Video Webminar Fak. Hukum – Kementerian Pertanian “ Menjaga Kedaulatan Pangan”, https://www.youtube.com/watch?v=bql-SnM0ePo
22. Video webminar Kanal KPK: Penataan Ulang regulasi Sumber Daya Alam Di Indonesia Seri I, Kanal KPK,
https://www.youtube.com/watch?v=qzhTwm5Qc3U.
23. http://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/view/483/96 Persoalan Struktur dalam Politik Penegakan Hukum Sumber Daya Alam
dan Lingkungan Hidup
24. http://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/view/479, Vol. 5 No.2-2 (2019): INTEGRITAS Volume 05 No. 2-2 Tahun 2019,
Harmonisasi Regulasi dan Perbaikan Tata Kelola Sumber Daya Alam Di Indonesia, Maria SW Sumardjono dkk
Dosen Pengampu 1. Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M.Hum.
2. Prof. Dr. Abrar Saleng, S.H., M.H.
3. Prof. Dr. Suriyaman M. Pide, S.H., M.H.
4. Prof. Dr. Anwar Borahima, S.H., M.H.
5. Dr. Susyanti Nur, S.H., M.H.
6. Dr. Sudirman Saad, S.H., M.H.
7. Dr. Kahar Lahae, S.H., M.H.
8. Dr. Muh. Ilham Arisaputra, S.H., M.Kn.
9. Dr. Muh. Aswan, S.H., M.Kn.
10. Ismail Alrip, S.H., M.Kn.
11. Amaliyah, S.H., M.H.
12. Fitri Pratiwi Rasyid, S.H., M.H.
13. A. Suci Wahyuni S.H., M.Kn.
Matakuliah syarat Tidak ada
Bentuk Pembelajaran,
Metode Pembelajaran, Bobot
Sub-CPMK Penilaian
Pekan Penugasan Mahasiswa, Materi Pembelajaran Penila
(Kemampuan akhir tiap
Ke- [ Estimasi Waktu] [ Pustaka ] ian
tahapan belajar)
Indikator Kriteria & Bentuk Luring (Offline) Daring (Online) (%)

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)


1 Mahasiswa mampu  Ketepatan Bentuk: Bentuk Pembelajaran BP: Pendahuluan 5%
mengemukakan beberapa menguraikan Tes/ Lisan atau (BP): Kuliah Tatap Maya 1. Penjelasan RPS
istilah/pengertian hukum istilah hukum tertulis (review 1x3x50’ Menit dan tujuan
agraria, ruang pertemuan) TM: (1x 3x 50”) menit

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit vi


agraria dan ruang lingkup lingkup hukum pembelajaran
hukum agraria agraria yang Kriteria: Metode: Belajar Mandiri mata kuliah.
meliputi bumi, air, - 5= Menjawab - Tatap Muka (BM) 2. Penjelasan
ruang angkasa dan semua soal - Diskusi Interaktif (1x 3 x 60”) menit Kontrak Kuliah &
kekayaan alam dengan tepat dan Manajemen Kelas
yang terkandung sesuai substansi SIKOLA UNHAS 3. Penelusuran Buku
- 4= Menjawab Mahasiswa dan Referensi
di dalamnya
semua soal tetapi mempelajari bahan lainnya.
tidak menyeluruh ajar melalui alur
dalam pembelajaran Pengertian Agraria
menjelaskan. Pertemuan I dan R. Lingkup Hukum
- 3= menjawab Agraria:
soal tetapi 1. Pengertian
kurang tepat. PT (Penugasan Agraria, Hukum
- 1= menjawab Terstruktur): Agraria
soal tidak tepat. 1x3x 60’ Menit 2. Ruang Lingkup
Membuat Resume Hukum Agraria :
dari bahan Bacaan Bumi, Air, Ruang
terkait Materi angkasa dan
Pertemuan I. sumber daya alam
Pustaka:
- Buku Ajar Hal 1-11
- Boedi Harsono Bab
I hal 4-14

2 Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk: Bentuk Pembelajaran BP: Periodisasi 5%


mengidentifikasi dan mengidentifikasi Tes/ Lisan atau (BP): Kuliah Tatap Maya Perkembangan
membedakan karakter karakter hukum tertulis (review Hukum Agraria di
hukum agraria agraria sesuai pertemuan) TM: (1x 3x 50”) menit Indonesia, berlakunya
berdasarkan periodisasi periodisasi Belajar Mandiri (sebelum adanya
berlakunya hukum Kriteria: Metode: (BM) UUPA):
berlakunya
agraria, yang meliputi - 5= Menjawab - Tatap Muka (1x 3 x 60”) menit - Hukum Adat,
masa sebelum berlakunya semua soal - Diskusi Interaktif SIKOLA UNHAS - Masa Kerajaaan dan
dengan tepat

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit vii


UUPA dan setelah  Kemampuan dan sesuai Mahasiswa - Masa Penjajahan
berlakunya UUPA. mengemukakan substansi mempelajari bahan (Inggris, Hindia
pendapat secara - 4= Menjawab ajar melalui alur Belanda, Jepang)
lisan atau tulisan semua soal pembelajaran - Setelah
tentang sejarah tetapi tidak Pertemuan 2 Kemerdekaan,
menyeluruh - Lahirnya UUPA
dan
dalam
perkembangan
menjelaskan. PT (Penugasan
hukum agraria Pustaka:
- 3= menjawab Terstruktur):
- Buku Ajar Bab. 2
soal tetapi 1x3x60’
Boedi Harsono
kurang tepat. Mahasiswa
membaca berbagai hal.32-68;
referensi baik buku - Arie Soekanti
maupun artikel Hutagalung
kemudian membuat - Aslan Noor
ulasan tentang - Elza Syarie, hal.91-
karakteristik Hukum 161
dan produk hukum
yang ada pada era
Hukum Adat, Zaman
Kerajaan, Hindia
Belanda.

3 Mahasiswa mampu - Kehadiran Bentuk : BP: Kuliah Pembentukan UUPA 5%


mengaitkan fungsi dan - Keaktifan dalam Bentuk Test : - Kuliah (1 x 3x 60”) menit dan Pembangunan
tujuan UUPA, hubungan diskusi Lisan - Tatap Maya Hukum Tanah
fungsional UUPA sebagai - Diskusi Nasional
- Ketepatan dalam (1 x 3 x 50”)menit
Hukum Tanah Nasional Kriteria : interaktif a. Fungsi UUPA
dengan Hukum Tanah menjelaskan - 5= menjawab 5 Metode: b. Tujuan UUPA
Adat, Konsepsi Hukum fungsi dan tujuan soal benar - Tatap Muka
BM: c. Hubungan
Tanah Barat, Feodal, dan UUPA dan - 4= menjawab 4 - Ceramah
1x3x60’ Menit Fungsional UUPA
Hukum Tanah Nasional. korelasinya soal benar - diskusi interaktif
SIKOLA  dengan Hk Adat
dengan politik - 3= menjawab 3 Mahasiswa d. Konsepsi Hukum
soal benar mempelajari bahan Tanah (Tanah

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit viii


hukum agraria - 2= menjawab 2 ajar, referensi yang Barat, Tanah
nasional soal benar diberi melalui alur Feodal, Tanah
- Ketepatan dan - 1=menjawab 1 pembelajaran Nasional)
soal benar Pertemuan 3
ketuntasan
dalam PT  Pustaka :
menjelaskan 1x3x60 - Buku Ajar Bab. 3
hubungan Mahasiswa diminta
Boedi Harsono
fungsional membaca Konstitusi,
peraturan Hal. 162-217
konsepsi hukum
agraria pada perundang- - Maria SW
undangan dan UUPA. Sumardjono
setiap masanya
Kemudian membuat
“Regulasi
analisis yang
Pertanahan…..”
mengaitkan
Ketentuan- - Elza Syarief Hal.
ketentuan Pasal- 91-161
Pasal dalam UUPA
yang menunjukkan
keterkaitan konsep
hukum tanah adat
dgn hukum agraria
nasional,
mengemukakan
perbandingan
konsep ketentuan-
ketentuan hukum
tanah barat dengan
hukum tanah
nasional dan
menyertakan daftar
pustaka.
Mahasiswa mampu - Kehadiran Bentuk: BP: Kuliah Sejarah Penyusunan
4 menguraikan faktor-faktor - Tatap Muka 1x3x50’ Menit UUPA 5%
perlunya pembentukan Bentuk Test: (1 x3 x 50”)menit

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit ix


UUPA dan tahapan- - Keaktifan dalam Tulis MP: a. Penyusunan Hk
tahapan penyusunan diskusi - Tatap Muka Agraria Nasional
UUPA. - Ketepatan dan Kriteria: Metode: - Diskusi b. Tahapan
- 5= menjawab 5 - ceramah Interaktif/ Penyusunan UUPA :
ketuntasan dalam
soal benar - Diskusi small grup 1. Panitia Agraria
mengemukakan - 4= menjawab 4 discussion Yogya;
interaktif/ small
urgensi soal benar 2. Panitia Agraria
Group
pembentukan - 3= menjawab 3 BM: Jakarta;
discussion,
UUPA dan Politik soal benar Discovery (1 x 3 x 60”) menit 3. Panitia Agraria
Hukum Agraria - 2= menjawab 2 Sikola Soewahjo;
learning
Nasional. soal benar Mahasiswa 4. Rancangan
- 1=menjawab 1 mempelari bahan Soenarjo;
- Ketepatan dan
soal benar ajar, materi , artikel 5. Rancangan
ketuntasan maupun link yang Sadjarwo;
menguraikan diberikan pada alur 6. Peraturan dan
sejarah pembelajaran Keputusan yang
penyusunan Pertemuan ke-4 dicabut.
rancangan UUPA
PT: Pustaka:
1x3x60’ Menit - Boedi Harsono Hal.
Membaca tentang 125-133;
Penjelasan, Landasan - Benhard Limbong
filosofis, sosiologis - Elza Syarief Hal.91-
dan yuridis dalam 161
penyusunan UUPA.
Tugas dibuat dalam
bentuk Uraian.

5 Mahasiswa mampu - Kehadiran BP: BP : Prinsip-prinsip Dasar 5%


menelaah prinsip-prinsip Kuliah Kuliah ( 1x3x50’) Hukum Agraria
dasar hukum agraria - keaktifan Bentuk Test: (1x 3 x 50”) menit Menit Nasional yang
Nasional dalam kasus - Kejelasan dan Tulis MP: terdapat dalam
konkrit - Tatap Maya ketentuan-ketentuan
ketuntasan
Kriteria: Metode :

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit x


mahasiswa dalam - 5= menjawab 5 - Tatap Muka - Interactive yang diatur di dalam
menegaskan dan soal benar - Interactive Learning Learning UUPA)
mengemukakan - 4= menjawab 4 (Cooperative / BM
tentang prinsip- soal benar Colaborative learning ) ( 1 x 3 x 60”) menit Pustaka:
prinsip dasar - 3= menjawab 3 Sikola - UUPA;
hukum agraria soal benar Mahasiswa - Buku Ajar Bab. 5
- 2= menjawab 2 mempelajari bahan Boedi Harsono;
dalam UUPA Pasal
soal benar ajar pada alur
1-15 UUPA. - Arie Soekanti
- 1=menjawab 1 pembelajaran
soal benar Pertemuan 5 Hutagalung;
- Ketepatan dalam
Dan mengikuti Link - Farida Patittingi
menganalisis isu
Video Webminar Pengaturan
hukum pertanahan
https://www.youtub Penguasaan Tanah
dan keterkaitannya
e.com/watch?v=qzh Elza Syarief
dengan
Twm5Qc3U - Ebook Maria SW
implementasi Penataan Ulang
prinsip hukum Sumardjono.
regulasi Sumber
agraria nasional. Daya Alam Di
Indonesia Seri I,
Kanal KPK

Penugasan
Terstruktur:
•Membuat analisis
tentang prinsip-
prinsip dasar UUPA
dengan realita
masalah pertanahan
yang sering terjadi
saat inI. Tugas dibuat
min. 3 halaman
dengan
menyertakan,
kuitpan, dasar

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xi


hukumnya dan
daftar referensi.

6-7 Mahasiswa mampu Kejelasan dalam Bentuk Test: BP: BP: Hak-hak Penguasaan 10%
mengelompokkan dan mengemukakan Tulis Kuliah (1x3x50’) Menit Kuliah ( 1x3x50 Atas Tanah
mengaplikasikan Hak-hak hirarki hak Menit) a. Hak-Hak
Penguasaan Atas Tanah penguasaan atas Kriteria: Metode: Penguasaan
sesuai dengan tanah dalam hukum - 5= menjawab 5 - Ceramah
pemasalahan hukum soal benar - Collaborative BM b. Hierarki Hak-hak
agraria nasional. Penguasaan
agraria dalam masyarakat. - 4= menjawab 4 Learning (1x 3x 60”) Menit
Ketepatan dalam soal benar SikolaMahasiswa
c. Hak-hak atas tanah
membandingkan - 3= menjawab 3 mempelajari bahan
yang bersifat Tetap
sehingga jelaslah soal benar ajar, materi,
- 2= menjawab 2 referensi dan link (pasal 16 UUPA)
perbedaan hak-hak
soal benar yang diberikan pada Hak-hak atas Tanh
penguasaan atas
- 1=menjawab 1 alur Bagian II :
tanah dan jenis-
soal benar Video : d. Lanjutan hak-hak
jenis hak atas tanah Bedah Buku
atas tanah
Ketepatan dan berjudul “Dinamika
bersifat tetap.
Pengaturan dan
kesesuaian e. Hak-hak atas
Permasalahan Tanah
membandingkan tanah yang
Ulayat” karya Dr.
hak-hak atas tanah Julius Sembiring, bersifat
yang bersifat tetap S.H., MPA (Kepala sementara.
dan hak atas tanah PPPM STPN) f. Hak-hak
yang bersifat https://youtu.be/c3Y penguasaan
sementara 7RXRU3y8 wilayah pesisir
PT: Pustaka:
Ketepatan dan Perbandingan Hak - UUPA & Peraturan
kejelasan Milik, Hak Guna Pelaksanaannya.
memaknai Usaha, Hak Guna
kedudukan hak Bangunan, Hak - Buku Ajar Bab 6
ulayat dan hak Pakai, Hak Hal. 94-163
komunal Pengelolaan.
Mahasiswa

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xii


masyarakat adat mengerjakan tugas - Boedi Harsono hal.
atas tanah dengan 23-25 & hal. 262-
menggunakan media 282; hal.283-362;
Kejelasan dalam karton guna
mengemukakan pembuatan - Aslan Noor” Konsep
mengenai tanah perbandingan hak Hak Milik”
negara bebas dan atas tanah yg satu
- Farida Patittingi;
tanah hak dgn yang lainnya.
1. h

8 UJIAN TENGAH SEMESTER 15%

Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk : Bentuk: Pendaftaran Tanah 5%


9 mengemukakan makna menjelaskan BM a. Dasar hukum,
tujuan dan berbagai jenis tentang sistem Bentuk Test: - Tatap Muka (1 x 3 x 60”) menit b. Pengertian,
sistem publikasi dalam publikasi Tulis (1 x 3 x 50”) menit Sikola  c. Asas dan Tujuan,
pendaftaran tanah serta Metode : Mahasiswa d. Objek,
menyimpulkan peranan  Ketepatan dalam Kriteria: - Ceramah mempelajari bahan e. Sistem Pendaftaran
Kepala Desa dan PPAT menjabarkan - 5= menjawab 5 - Small Group ajar dan materi dan Publikasi PT
dalam Pendaftaran Tanah tujuan publikasi soal benar Discussion melalui alur f. Kegiatan
untuk memberikan dalam dengan tepat, pembelajaran Pendaftaran tanah
kepastian hukum. pendaftaran sesuai substansi Tugas Diskusi Kelompok: pertemuan ke-XII. g. Peran Kepala Desa
tanah dan tuntas PT dan PPAT
 Peserta Mata kuliah
 Ketepatan dalam - 4= menjawab 4 dibagi dalam Peserta mata Kuliah H. Sertifikasi tanah
menjelaskan soal benar, tidak beberapa kelompok yang telah terbagi gratis (LMPDP, Prona,
kedudukan dan tuntas diskusi. dalam kelompok, SMS, Larasati, PTSL)
peran kementrian - 3= menjawab 3  Setiap kelompok
menentukan topik
ATR, Kepala Desa, soal benar permasalahan terkait Pustaka:
akan membahas
PPAT dalam - 2= menjawab 2 kasus-kasus - Boedi Harsono,
soal benar materi yang berbeda pertanahan yang - Adrian Sutedi
Pendaftaran satu sama lain terkait bersumber dari
Tanah. - 1=menjawab 1 ‘Peralihan hak atas
soal benar Pendaftaran Tanah. tahapan pendaftaran Tanah” hal. 112-
 Ketepatan dalam tanah seperti : 179.
 Pada tahap
memberikan - Kasus sertifikat
selanjutnya
interpretasi palsu

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xiii


tentang sistem dilakukan presentasi - Kasus sertifikat - Urip Santoso
pendaftaran kelompok. ganda “Pendaftaran &
tanah stetsel - Kasus Peralihan HAT.
negatif  Pada tahap
pembuktian
bertendensi selanjutnya diskusi
kepemilikan hak
positif yang kelompok setiap
atas tanah
berlaku dalam kelompok akan
- Kasus
hukum agraria mengajukan
pembatalan
nasional pertanyaan kepada
pemberian hak
ketepatan dan sejumlah kelompok
atas tanah.
kejelasan dalam yang ada dan
- Kasus pemberian
menganalisis sebaliknya.
hak atas tanah
program-program atas tanah adat.
pemerintah
menyelenggarakan Kemudian tiap
pendaftaran tanah kelompok membuat
(pendaftaran tanah Analisis tentang
sistematis, PTSL dan kasus terkait
sebagainya) dengan dikaitkan dengan
pengaturan dasar hukum dalam
Pendaftaran Tanah.
ketentuan
pendaftaran tanah
dan tujuan
pendaftaran tanah.

10 Mahasiswa mampu  Kehadiran Bentuk : Bentuk Penyediaan Tanah 5%


mengaitkan ketentuan  Keaktifan dalam Bentuk Tes: - Tatap Muka BM dan Pengadaan Tanah
hukum terkait dengan diskusi -Tes Lisan/ Tertulis ( 1 x3x 60”)menit a. Fungsi Tanah
penyediaan tanah dan Review tentang Mid (1x3x50”) menit Sikola
 Ketepatan dan b. Tatacara Perolehan
mampu memecahkan Test Metode: Mahasiswa
ketuntasan dalam Tanah
permasalahan hukum - Ceramah mempelajari bahan
mengemukakan c. Permohonan Hak
dalam pelaksanaan - Tugas kelompok - Pembelajaran ajar materi
bentuk penyediaan interaktif Atas Tanah
pertemuan minggu
Kriteria:

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xiv


penyediaan tanah di tanah untuk - 5= menjawab 5 Materi yang dibahas ke IX pada menu alur d. Tatacara
masyarakat. pembangunan soal benar, untuk tiap kelompok: pembelajaran Pembatalan Hak
 Ketepatan dalam tepat dan 1. Membuat analisis Atas Tanah
mengidentifikasi tuntas tentang Pasal 6 UUPA PT  e. Tatacara
hambatan- - 4= menjawab 4 tentang Fungsi Sosial Mahasiswa pemberian izin
soal benar atas Tanah dengan membuat Resume peralihan Hak Atas
hambatan dalam
- 3= menjawab 3 penyediaan Tanah tentang
penyediaan tanah Tanah
soal benar (Pengadaan Tanah 1. Tata cara
untuk f. Tatacara
- 2= menjawab 2 perolehan hak atas
pembangunan yang untuk kepentingan perpanjangan
soal benar tanah melalui:
menjadi pembangunan jangka waktu Uang
- 1=menjawab 1 pemberian hak
permasalahan soal benar (umum)). Pemasukan
atas tanah negara,
hukum di bidang g. Pemindahan Hak
2. Membuat resume pemberia n HGB
pertanahan h. Pelepasan hak
tentang dasar hukum, dan HGU, proses
 Ketepatan dan i. Pencabutan Hak
tata cara perolehan pemindahan hak
ketuntasan Atas Tanah
hak atas tanah untuk atas tanah melalui
mengetahui Pengadaan tanah:
perolehan Hak milik : perbuatan
menguraikan tata 1. Pengertian, dasar
yang status tanah hukum dan
cara perolehan hak hukum;
berasal dari tanah peristiwa hukum,
atas tanah 2. asas-asas hukum
negara dan adat.
2. Membuat resume pengadaan Tanah;
 Ketepatan dalam 3. Membuat resume tentang 3. Tugas dan peran
menguraikan tentang perolehan hak pengertian Hak Panitia Pengadaan
perbedaan atas tanah Pengelolaan Tanah.
permohonan hak, berdasarkan dasar subjek hak atas 4. Tahapan Kegiatan
pembatalan hak, hukum tentang tanah- tanah dan Pengadaan Tanah.
penetapan hak, tanah konversi? sebutkan dasar 5. Kriteria dan makna
pemindahan hak, hukum yang kepentingan
pelepasan hak 4. Membuat resume
mengatur tentang Umum.
tentang perolehan hak
 Ketepatan dalam Hak Pengelolan? 6. Bentuk ganti rugi.
atas tanah objek tanah
menjabarkan negara untuk tanah Jelaskan secara
mekanisme tata Pustaka :
HGB dgn subjek singkat tentang
cara pemberian izin - UUPA
hukum Badan pencabutan hak atas

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xv


peralihan hak atas Hukum? Dan HGU tanah dan - UU Pengadaan
tanah, tata cara beserta dasar hukum? perbedaannya Tanah, Perpres;
perpanjangan dengan pelepasan - Buku Ajar Bab 11
5. Membuat Resume hak?
jangka waktu Hal 272-313
tentang Pencabutan
- Maria SW
 Kemampuan Hak dan Pelepasan
“Dinamika
mekorelasikan Hak dalam perolehan
Pengaturan
pencabutan hak hak atas tanah
Pengadaan Tanah.”
atas tanah dengan berdasarkan tujuan
permasalahan penggunaan tanah?
tanah telantar dan
6. Membuat resume
kewajiban pemilik
tentang tata cara
tanah untuk
perolehan hak atas
memanfaatkan
tanah melalui
tanahnya
peralihan hak atas
tanah melalui
perbuatan hukum dan
peristiwa hukum.

7. Membuat resume
tentang proses
pembatalan hak atas
tanah dilengkapi
dengan dasar hukum
dan contoh kasus?

11 Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk Pembelajaran BP: Kuliah Perumahan dan 5%
mengemukakan prinsip- mengemukakan Lisan/ Tertulis (BP): 1x3x50’ Menit Permukiman
prinsip, dasar hukum prinsip-prinsip Kuliah 1. Pengertian
terkait penyelenggaran dan dasar hukum Kuis, Review 1x3x50’ Menit MP: Perumahan &
perumahan dan penyelenggaraa Pertemuan -Tatap Maya Permukiman
permukiman serta Interactive Learning 2. Dasar Hukum

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xvi


mengkorelasikan dengan perumahan dan Metode Pembelajaran: 3. Penyediaan Hak
penyelenggaran permukiman Kriteria: - Tatap Muka Belajar Mandiri atas Tanah untuk
perumahan dan - 5= menjawab 5 - Diskusi 1x3x60’ Menit perumahan dan
pemukiman saat in  Ketepatan dan soal benar interaktive  Aplikasi Sikola permukima
kelogisan - 4= menjawab 4 - Interactive dalam alur 4. Pihak-pihak
argument dalam soal benar Learning pembelajaran sebagai
mengkorelasikan - 3= menjawab 3 sesuai pertemuan penyelenggara
dasar hukum, soal benar 11 perumahan
prinsip hukum - 2= menjawab 2 Penugasan
soal benar 5. Jenis-jenis
penyelenggaraan Terstruktur (PT):
- 1=menjawab 1 permukiman
perumahan dan 1x3x60’ Menit
soal benar 6. Mekanisme
permukiman Mahasiswa diminta
pembelian rumah
dengan isu untuk membuat
dari
hukum dalam daftar peraturan
perundang- penyelenggara.
masyarakat
terkait hal undangan yang
terkait dan Pustaka:
tersebut. - UU No. 1 Tahun
mengatur tentang
Penyelenggaraan 2011 tentang
Perumahan dan perumahan dan
Permukiman, Permukiman.
kemudian - Urip Santosa,
menentukan Hukum Perumahan.
prinsip/ asas dan
tujuan
penyelenggaraan
perumahan dan
permukiman
kemudian
memberikan
argumentasi hukum
.
12 Mahasiswa mampu  Kehadiran Bentuk Test: Bentuk : BP: Hak Milik Satuan 5%
mengemukakan  Kedisiplinan Tulis - Tatap Muka Rumah Susun

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xvii


pengertian, landasan dan  Keaktifan dalam (1x 3 x 50”) menit Kuliah (1x3x50’ a. Pengertian, Istilah
tujuan pembangunan diskusi Menit) dan Dasar Hukum
rumah susun, dan mampu  Ketepatan Kriteria: Metode : MP: b. ruang lingkup
menentukan hak atas menguraikan - 5= menjawab 5 - Ceramah - Tatap Maya HMSRS (Bagian
tanah yang dapat didirikan dasar hukum soal benar - Diskusi - Diskusi Kelompok bersama, Tanah
rumah susun, pemilikan - 4= menjawab 4 kelompok bersama, benda
Rumah Susun
rumah susun, soal benar BM
 Ketepatan bersama dan
Pembebanan HMSRS dan - 3= menjawab 3 Tugas Kelompok: (1x3 x60”) menit
menjelaskan pendaftaran)
Kedudukan Perhimpunan, soal benar Membaca UU No. 16 Sikola 
Peghuni. tentang - 2= menjawab 2 Mahasiswa c. objek tanah HMSRS
Tahun 1985 dan UU No.
pengertian soal benar mempelajari bahan d. Prosedur
20 Tahun 2011 tentang
Rumah Susun, - 1=menjawab 1 ajar, materi, link dan Penerbitan HMSRS
Rumah Susun Kemudian
dan soal benar membuat perbandingan referensi materi e. Peralihan HMSR
mengklasifikasika diantara kedua UU lainnya yang f. Hak dan Kewajiban
n jenis-jenis Rumah Susun tersebut, terdapat pada alur PemilikSatuan
rumah susun mengangkat satu topik pembelajaran Rumah Susun.
 Ketepatan dalam perbedaan menjadi judul pertemuan ke 11 g. Pembebanan
untuk dipresentasikan PT HMSRS
menjabarkan
1x3x60’Menit h. Perhimpunan
pengaturan yang
Membaca referensi
berbeda dalam Penghuni.
tentang
UU Sarusun 1985 Pustaka :
Perhimpunan
dan UU Sarusun -Boedi Harsono
Penghuni dan
2011 hal.348-362
Pemilik Rumah
- Adrian Sutedi Hukum
 Ketepatan dalam Susun (PPPRS) dan
Rumah Susun Dan
menyimpulkan Pemasaran serta Jual
Apartemen;
tujuan dari Beli Rumah Susun.
adanya rumah Membuat resume
-Pustaka Pendukung:
susun dan berikan
Eman Ramelan
 Ketepatan dalam argumentasi hukum
“Problematika Hukum
dari hasil bacaan,
menentukan hak hak Milik Atas Satuan
minimal referensi 2
atas tanah yang Rumah Susun”
buku dan 2 artikel
dapat didirikan ilmiah.
Rumah Susun

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xviii


 Ketepatan dalam
mengemukaka
makna dan
contoh dari
bagian bersama,
benda bersama,
tanah bersama
serta tentang NPP
 Kejelasan dalam
mengemukakan
prosedur
penerbitan
HSMRS
 Ketepatan dalam
Menjelaskan
tentang bentuk,
tata cara
peralihan HSMRS
 Ketepatan dalam
mengemukakan
Hak dan
Kewajiban
Pemilik Sarusun
 Ketepatan dalam
mengidentifikasi
jenis
pembebanan atas
HSMRS
berdasarkan hak
atas tanah
bersama

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xix


 Kejelasan
mengemukakan
kedudukan
Perhimpunan
HMSRS
13 Mahasiswa mampu Bentuk: Bentuk : Landreform & 5%
mengemukakan pengertian,  Kehadiran - Tatap Muka BM Kebijakan Reforma
Program, kebijakan dan  Keaktifan dalam Bentuk Test: (1x3x60”) menit Agraria
tujuan Land Reform, dan Tulis (1x3x50”) menit Sikola  - Dasar Hukum
diskusi
mengkorelasikan dengan Metode : Mahasiswa - Istilah dan
 Ketepatan - Kuliah Interaktif
kebijakan Reforma Agraria Kriteria: mempelajari bahan Pengertian
Mengemukakan - Pembelajaran
saat ini. - 5= menjawab 5 ajar melalui alur - Tujuan Landreform
dasar hukum yang Interaktif
soal benar pembelajaran & Program
mengatur tentang - 4= menjawab 4 pertemuan 12. Landreform
landreform soal benar Mahasiswa terbagi atas 2 PT - Reforma Agraria;
 Ketepatan dalam - 3= menjawab 3 kelompok dan masing- 1x3x60’ Menit dasar hukum
menyimpulkan soal benar masing kelompok Membuat Resume - Program reforma
tujuan - 2= menjawab 2 membuat bahan diskusi dari berbagai agraria
diadakannya land soal benar presentasi terkait pustaka baik PU, dan - Subjek/ objek RA
reform, politik - 1=menjawab 1 soal Landreform VS Reforma artikel dengan tema - Tanah Objek R.A.
hukum yang benar Reforma Agraria - Perbandingan
Agraria dengan berdasar
melandasi memberikan pelaksanaan
pada sub materi.
kebijakan argumentasi hukum, Landreform & R.A
minimal 3 pustaka, 2 dengan negara lain
tersebut.
artikel dan sertakan Pustaka:
 Ketepatan dan
daftar Pustaka - Boedi Harsono Hal.
ketuntasan dalam
364-413.
menyusun
perbandingan - Muhammad Ilham
Land Reform dan Arisaputra “
Reform Agraria; Reforma Agraria”

Artikel yang diberikan


dosen

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xx


14 Mahasiswa mampu  Kehadiran Bentuk: Bentuk: Tanah Sebagai 5%
menjelaskan pengertian;  Keaktifan dalam - Tatap Muka Kuliah Jaminan Kredit
dasar hukum dan asas-asas diskusi Bentuk Test: (1x3x50’) Menit a. Hak Jaminan Atas
tanah sebagai jaminan Tulis (1x 3 x 50”)menit Tanah dalam UUPA
 Ketepatan dalam
kredit , perjanjian jaminan MP: b. Subjek dan Objek
menjelaskan Metode:
dan menerapkannya dalam Kriteria: - Tatap muka HT
tentang tanah - Ceramah
praktik pembebanan hak - 5= menjawab 5 - Pembelajaran c. Proses Pembebanan
tanggungan serta sebagai objek soal benar - Pembelajaran interaktif Hak Tanggungan
eksekusinya. jaminan dan - 4= menjawab 4 kooperatif d. Beralih dan
kedudukan soal benar Pembelajaran BM hapusnya Hak
perjanjian - 3= menjawab 3 Kooperatif: (1x 3x 60”) menit Tanggungan
jaminan soal benar Dilakukan dengan Sikola  e. Eksekusi Hak
(assessor) - 2= menjawab 2 kelompok peserta mata Mahasiswa Tanggungan.
 Ketepatan dalam soal benar kuliah yang telah terbagi mempelajari bahan
menginterpretasi - 1=menjawab 1 6 kelompok dan masing- ajar dan materi dari Pustaka:
kan asas-asas soal benar masing kelompok akan alur pembelajaran. - Buku Ajar hal 320-
membahas tentang sub- PT: 344
hukum jaminan
sub materi “Hak (1x3x60’) Menit
terkait tanah - Boedi Harsono hal
Tanggungan” Mahasiswa
sebagai jaminan 414-460;
membuat Analisis
yang merupakan tentang Lembaga
ciri yang melekat - Pustaka
Jaminan Hak
pada hak jaminan Pendukung: Salim
Tanggungan,
atas tanah ( ciri Memuat tentang: HS
hak tanggungan) - Kedudukan Tanah “Perkembangan
 Ketepatan dalam sebagai benda tak Hukum Jaminan di
menentukan bergerak Indonesia”
subjek HT, objek - Pustaka
- Perbedaan hipotik
hak atas tanah Pendukung: Irma
dan hak
yang dapat Devita “ Hukum
tanggungan
dibebani hak Jaminan
tanggungan. - Asas-asas hak Perbankan”
 Kejelasan dalam tanggungan
mengemukakan

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xxi


Pembebanan HT - Peran PPAT dalam Pustaka Pendukung;
dengan APHT pembuatan Akta Sri Soedewi Masjchoen
maupun Sofwan “Hukum
- Syarat Objek Hak Jaminan di Indonesia
didahului SKMHT.
Tanggungan Pokok-Pokok Hukum
 Ketepatan dan
Jaminan dan Jaminan
kejelasan analisis - Subjek Hak
Perorangan.”
kasus-kasus atau Tanggungan
isu hukum terkait (Pemberi dan
permasalahan penerima HT)
hak tanggungan
- Peralihan Hak
dan eksekusi HT.
Tanggungan

Eksekusi Hak
Tanggungan
15 Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk : Bentuk: Penyelesaian 5%
mengidentifikasi berbagai mengidentifikasi Bentuk Test: - Kuliah BM Sengketa Pertanahan
kasus pertanahan yang dan Tulis (1x 3x 60”) Menit - Pengertian konflik
terjadi di Indonesia dan (1x 3 x 50”) menit Sikola  dan sengketa
menguraikan Metode:
menganalisis tahapan kasus-kasus Kriteria: Mahasiswa pertanahan
Penyelesaian Sengketa 5= menjawab 5 - Tatap Muka mempelajari bahan
pertanahan yang - Problem Based - Tipologi sengketa/
Agraria soal benar ajar materi
terjadi di Learning konflik petanahan di
4= menjawab 4 pertemuan XV
Indonesia, pada soal benar melalui alur Indonesia.
khususnya. 3= menjawab 3 pembelajaran
soal benar PT - Penyelesaian
 Ketepatan dan sengketa pertanahan
2= menjawab 2 Membuat Review/
kejelasan dalam litigasi dan
soal benar Ulasan tentang
menganalisis nontlitigasi
1=menjawab 1 soal sengketa pertanahan
faktor-faktor benar yang pernah terjadi
hukum di Indonesia
penyebab Pustaka:
kemudian dianalisis
sengketa - Elza Syarief,
tahapan
agrarian dan Menuntaskan
Sengketa Tanah

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xxii


menyusun solusi penyelesaian Melalui Pengadilan
penyelesaian sengketa tersebut. Khusus Pertanahan,
sengketa agraria. Minimal 3 halaman
Pustaka Pendukung:.
Maria S.W.
Sumardjono,Nurhasan
Ismail Isharyanto, :
“Mediasi Sengketa
Tanah, Potensi
Penerapan Alternatif
Penyelesaian
Sengketa (ADR) di
Bidang Pertanahan”,
16 UJIAN AKHIR SEMESTER 15%

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit xxiii


MODUL XIII
TANAH SEBAGAI JAMINAN KREDIT

Modul ini merupakan modul pertemuan kempatbelas dalam mata kuliah Hukum Agraria.
Dalam modul ini, akan dipaparkan secara detail mengenai Tanah Sebagai Jaminan Kredit,
pengertian; dasar hukum dan asas-asas tanah sebagai jaminan kredit, perjanjian jaminan dan
menerapkannya dalam praktik pembebanan hak tanggungan serta eksekusinya Dalam
mempelajari modul ini, peserta kuliah diharapkan membaca tahapan demi tahapan terlebih
dahulu agar mudah memahami materi yang terdapat di dalamnya. Setelah itu, peserta kuliah
kemudian membaca keseluruhan materi yang disediakan dalam modul ini. Untuk keperluan
tersebut, peserta kuliah diharapkan mengikuti langkah-langkah berikut dalam mempelajari
modul ini.
Pada modul ini, peserta kuliah akan menyelesaikan satu kegiatan belajar yaitu, kegiatan
belajar untuk menjelaskan pengertian; dasar hukum dan asas-asas tanah sebagai jaminan kredit,
perjanjian jaminan dan menerapkannya dalam praktik pembebanan hak tanggungan serta
eksekusinya. Untuk mendapatkan capaian pembelajaran yang optimal, peserta kuliah
diharapkan mengikuti tahapan berikut dalam mempelajari modul ini.
a. Bacalah bagian uraian dari setiap kegiatan belajar. Tahapan ini diperlukan agar peserta
kuliah mendapat informasi atau akhir dari setiap tahapan;
b. Setelah itu, peserta kuliah membaca kembali bagian uraian dengan seksama agar dapat
memahami penjelasan dengan baik;
c. Kerjakan latihan sesuai instruksi yang telah disediakan;
d. Bacalah Rangkuman yang disediakan untuk memberikan ringkasan tentang aspek-aspek
penting dari setiap kegiatan belajar. Namun, peserta kuliah juga diminta untuk membuat
rangkuman yang menurut peserta kuliah tersebut merupakan inti dari kegiatan belajar dalam
materi ini;
e. Kerjakan tes formatif yang disediakan untuk mengecek seberapa baik peserta kuliah
mencapai tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar tanpa melihat rambu-rambu jawaban
yang disediakan;
f. Bila peserta kuliah telah menjawab tes formatif dengan baik, bandingkanlah jawaban anda
dengan rambu-rambu jawaban yang telah disediakan. Bila nilai peserta kuliah ternyata telah
mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar dari 80% setelah dihitung, peserta kuliah
dipersilahkan ke kegiatan belajar berikutnya.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit i


KEGIATAN BELAJAR
TANAH SEBAGAI JAMINAN KREDIT
A. Deskripsi Singkat
Materi ini adalah materi pertemuan ke-14, pembelajaran kali ini akan membahas
tentang Tanah Sebagai Jaminan Kredit. Berkaitan dengan tanah sebagai jaminan hutang
maka kelembagaan jaminan adalah Hak Tanggungan. Materi ini terdiri atas beberap
sub materi, yakni Hak Jaminan Atas Tanah dalam UUPA, Subjek dan Objek HT,
Proses Pembebanan Hak Tanggungan, Beralih dan hapusnya Hak Tanggungan dan
Eksekusi Hak Tanggungan.

B. Relevansi
Tanah sebagai aset kekayaan yang bernilai ekonomis menjadikan tanah sebagai
objek jaminan yang memberikan jaminan yang kuat bagi si kreditor. Mengingat nilai
jual tanah terus meningkat setiap waktu. Hak Tanggungan merupakan amanah dari
ketentuan UUPA sebagai lembaga jaminan bagi hak-hak atas tanah. Untuk peserta
mata kuliah hukum agraria sangat penting untuk memahami dan menguasai konsep
Hak Tanggungan.

C. Capaian Pembelajaran

1. Uraian
Sebelum lahirnya Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan,
maka pengaturan terkait jaminan dengan objek hak atas tanah bersandar pada aturan
credietverband dan Hypoteek dalam Buku II BW. Pengertian Hak Tanggungan dalam UU
Hak Tanggungan, sebagai berikut: “Hak Tanggungan atas tanah beserta benda-benda
yang berkaitan dengan tanah, yang selanjutnya disebut Hak Tanggungan, adalah hak
jaminan yang dibebankan pada hak atas tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-
Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut
atau tidak berikut benda-benda lain yang merupakan satu kesatuan dengan tanah itu,
untuk pelunasan utang tertentu, yang memberikan kedudukan yang diutamakan kepada
Kreditur tertentu terhadap Kreditur-Kreditur lain.”
Hak Tanggungan merupakan lembaga jaminan kebendaan dengan objek benda
sebagai jaminan adalah Tanah berikut atau tidak berikut dengan benda-benda lain yang

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 2


berada atau berdiri diatas tanah tersebut. Dari pengertian tersebut, maka unsur dari Hak
Tanggungan, yakni:1
1. Adanya jaminan;
2. Objeknya, yaitu hak atas tanah;
3. Tujuannya, yaitu untuk pelunasan utang; dan
4. Memberikan kedudukan diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-
kreditor lainnya.
Hak tanggungan merupakan lembaga jaminan yang lahir karena perjanjian yang dibuat
para pihak yang didahului dengan adanya perjanjian pokok, yaitu perjanjian hutang
piutang atau sering disebut perjanjian pinjam meminjam uang. Konskuensi tersebut
meletakkan perjanjian jaminan sebagai perjanjian yang mengikut atau hadir setelah adanya
perjanjian pokok atau yang lazim disebut assesoir.2
Dikemukakan pula oleh Boedi Harsono, bahwa pengertian Hak Tanggungan
adalah sebagai lembaga jaminan atas tanah untuk melayani perkreditan modern, yang tidak
dikenal dalam hukum adat.3 Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
Hak Tanggungan merupakan kategori jaminan kebendaan yang memiliki beberapa
karakteristik yang membedakannya dengan lembaga jaminan lainnya.
Hak Tanggungan diatur secara khusus dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1996
tentang Hak Tanggungan. Kehadiran UU Hak Tanggungan ini merupakan penantian
panjang dari pelaksanaan ketentuan Pasal 51 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (Selanjutnya disebut UUPA) yang mengatur tentang
lembaga jaminan Hak tanggungan atas hak atas tanah.
“Hak tanggungan yang dapat dibebankan pada hak milik, hak guna usaha dan hak
guna bangunan tersebut dalam Pasal 25, Pasal 33, dan pasal 39 diatur dalam
Undang-undang.”

1
Salim, HS, 2016, Teknik Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), Rajawali Pers: Jakarta, hlm.
312.
2
Henny Tanuwidjaja, 2012, Pranata Hukum Jaminan Utang dan Sejarah Lembaga Hukum Notariat, Refika
Aditama: Jakarta, hlm. 16
3
Boedi Harsono, 1999, Hukum Agraria Indonesia Sejarah pembentukan UU Pokok Agraria, Djambatan: Jakarta,
hlm. 206.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 3


Selanjutnya terkait Hak Tanggungan juga diatur dalam beberapa peraturan
perundang-undangan, yaitu dalam Pasal 23 Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah. Ketentuan ini mengatur pendaftaran pemberian Hak
Tanggungan dibuktikan dengan akta pemberian hak tanggungan. Kemudian pada pasal 44
PP Pendaftaran Tanah yang mengatur tentang pembebanan hak tanggungan atas objek ha
katas tanah yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan hanya dapat didaftar jika
dibuktikan dengan akta yang dibuat oleh PPAT yang berwenang menurut ketentuan.
Selanjutnya juga diatur dalam beberapa Peraturan Menteri Agraria/ Kepala Badan
Pertanahan Nasional, seperti Peraturan Menteri Negara Agraria/ Kepala Badan pertanahan
Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang ketentuan Pelaksanaan Peraturan pemerintah No.
24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah dan perubahannya Peraturan Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2012 mengatur tentang format dan struktur Akta
PPAT dalam peralihan dan pembebanan hak atas tanah sering disebut Perkaban No. 8
Tahun 2012.
a) Subjek dan Objek HT
Subjek hak tanggungan diatur dalam Pasal 8 dan Pasal 9 UU Hak Tanggungan. Subjek
Hak tanggungan, yakni:
1. Pemberi Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang
mempunyai kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum terhadap obyek Hak
Tanggungan yang bersangkutan. Kewenangan untuk melakukan perbuatan hukum
terhadap obyek Hak Tanggungan harus ada pada pemberi Hak Tanggungan pada saat
pendaftaran Hak Tanggungan dilakukan. Pemberi hak tanggungan sering pula disebut
sebagai pihak yang berutang atau debitor.
2. Pemegang Hak Tanggungan adalah orang perseorangan atau badan hukum yang
berkedudukan sebagai pihak yang berpiutang. Pemegang hak tanggungan juga pada
prakteknya disebut sebagai kreditor., yaitu pihak yang berkedudukan sebagai pihak
berpiutang, dalam hal ini pemegang hak tanggungan dapat saja, bank, lembaga
keuangan non bank, badan hukum lainnya.
Objek hak tanggungan, sebagaimana diatur dalam UU Hak Tanggungan adalah hak atas
tanah sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, berikut atau tidak berikut benda-benda lain yang
merupakan satu kesatuan dengan tanah itu. Pada Pasal 4 UU Hak Tanggungan ditunjuk
secara khusus bahwa objek hak tanggungan adalah Hak atas tanah Hak Milik, Hak Guna
Usaha, Hak Guna Bangunan, Hak Pakai atas tanah negara yang menurut ketentuan wajib

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 4


didaftarkan dan menurut sifatnya dapat dipindahtangankan, Hak Pakai atas tanah Hak Milik
serta Hak Milik satuan rumah susun. Untuk dapat dibebani hak jaminan atas tanah, maka
objek Hak Tanggungan harus memenuhi empat (4) syarat, yaitu: 4
1) Dapat dinilai dengan uang, karena utang yang dijamin berupa uang. Maksudnya adalah
jika debitur cidera janji maka objek Hak Tanggungan itu dapat dijual dengan cara
lelang.
2) Mempunyai sifat dapat dipindahkan, karena apabila debitur cidera janji, maka benda
yang dijadikan jaminan akan dijual. Sehingga apabila diperlukan dapat segera
direalisasikan untuk membayar utang yang dijamin pelunasannya.
3) Termasuk hak yang didaftar menurut peraturan pendaftaran tanah yang berlaku, karena
harus dipenuhi syarat publisitas maksudnya adalah adanya kewajiban untuk
mendaftarkan objek Hak Tanggungan dalam daftar umum, dalam hal ini adalah Kantor
Pertanahan. Unsur ini berkaitan dengan kedudukan diutamakan atau preferen yang
diberikan kepada Kreditur lainnya. Untuk itu harus ada catatan mengenai Hak
Tanggungan tersebut pada buku tanah dan sertifikat hak atas tanah yang dibebaninya,
sehingga setiap orang dapat mengetahuinya.
4) Memerlukan penunjukan khusus oleh Undang-Undang.
Merujuk pada ketentuan Pasal 4 ayat (4) dan ayat (5), maka objek jaminan Hak
tanggungan, dapat meliputi:
- Hak atas tanah yang terpisah dengan benda-benda diatasnya
- Hak atas tanah yang merupakan satu kesatuan atau berikut dengan bangunan,
tanaman dan hasil karya baik yang ada maupun akan ada.
Lebih lanjut dalam ketentuan tersebut mengatur tentang kemungkinan adanya
perbedaan antara subjek pemegang hak atas tanah dan subjek pemilik dari bangunan,
benda-benda, hasil karya dan tanaman yang ada di atas tanah. Jika terjadi perbedaan
demikian maka dimungkinkan pembebanan benda-benda tersebut dengan persetujuan
pemilik benda-benda tersebut atau pihak yang dikuasakan untuk itu. Hal tersebut
dinyatakan dengan akta otentik.5 Hal ini selaras dengan prinsip atau asas pemisahan
horizontal yang dianut hukum agrarian nasional. Asas tersebut memberi makna bahwa
benda-benda yang merupakan satu kesatuan dengan tanah bukan merupakan bagian dari

4
Rachmadi Usman, Pasal-Pasal Tentang Hak Tanggungan, Bandung: Alumni, 1999, hlm.75.

5
Lihat pasal 4 ayat (5) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 5


tanah yang bersangkutan. Oleh karena itu setiap perbuatan hukum mengenai hak-hak atas
tanah, tidak serta merta meliputi benda-benda di atas tanah tersebut. Tetapi keberlakuan
asas ini menurut Boedi Harsono tidaklah mutlak. Sehingga sesuai Pasal 4 UU Hak
Tanggungan dimungkinkan hak atas tanah berikut benda-benda yang ada di atas tanah.
Dengan syarat bahwa mengenai objek jaminan HT, harus dimuat secara jelas dan tegas
dalam akta pemberian hak tanggungan.6
Karakteristik dan ciri khas dari Hak tanggungan dapat kita lihat asa-asas hukum yang
prinsipil melekat pada hak tanggungan. Beberapa ciri khas dan merupakan prinsip dari
hak tanggungan yang diatur dalam ketentuan UU Hak Tanggungan, yaitu:7
1) Asas Droit De Preference
Asas droit de preference memberi arti bahwa hak tanggungan memberikan kedudukan
yang diutamakan kepada pemegangnya untuk mendapatkan pelunasan utang debitor
terhadap hasil penjualan benda-benda yang menjadi objek hak tanggungan. Misalnya
benda jaminan debitor di jual melalui lelang, maka pemegang hak tanggungan (kreditor)
memiliki hak untuk didahulukan mengambil pelunasan hutangnya dari hasil penjualan
tersebut. Asas ini dapat kita lihat pengaturannya pada ketentuan Pasal 1 ayat (1) UU Hak
Tanggungan dan angka 4 penjelasan UU Hak tanggungan “memberikan kedudukan yang
diutamakan kepada kreditor tertentu terhadap kreditor-kreditor lain” makudnya bahwa
jika debitor cidera janji, kreditor pemegang hak tanggungan berhak menjual melalui
pelelangan umum tanah yang dijadikan jaminan sesuai ketentuan, dengan hak mendahulu
daripada kreditor-kreditor lainnya. Hak mendahului ini tidak mengindahkan preferensi
piutang-piutang negara menurut peraturan perundang-undangan.8 Kedudukan yang
diutamakan ini memberikan tingkatan prioritas bagi pemegang hak tanggungan
(preferensi). Kreditor pemegang hak tanggungan (jaminan kebendaan) disebut sebagai
kreditor preferen.9
2) Asas Droit De Suite

6
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah pembentukan Isi dan Pelaksanaannya. Jilid I Hukum Tanah
Nasional, Djambatan: Jakarta, 2008, hlm. 425.
7
Op. Cit, Henny Tanuwidjaja, hlm. 17.
8
Ibid, hlm. 18.
9
Herry Shietra, 2016, Praktik Hukum Jaminan kebendaan, PT. Citra Aditya Bakti: Bandung, hlm. 42.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 6


Asas ini dikonsepkan bahwa hak tanggungan tetap mengikuti benda atau objek yang
dijamin dalam tangan siapapun bend aitu berada. Keistimewaan ini disebutkan dalam Pasal
7 UUHT, yang mengatur:
“ hak tanggungan tetap mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek tersebut berada”
kemudian dijelaskan dalam bagian penjelasan UUHT, bahwa “keistimewaan itu
merupakan sifat khas dari jaminan khusus bagi kepentingan pihak kreditor atau pemegang
Hak tanggungan. Walaupun objek hak tanggungan sudah berpindahtangan dan menjadi
milik pihak lain, kreditor masih tetap dapat menggunakan haknya melakukan eksekusi,
jika debitor cedera janji.”
Dikemukakan pula oleh Salim HS, bahwa konstruksi droit de suite adalah bahwa
pemegang hak tanggungan mempunyai kedudukan yang penting. Oleh karena ia dapat
melakukan eksekusi terhadap objek jaminan walaupun objek jaminan tersebut telah
dialihkan kepada lainnya. Dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada debitor atas
kelalaian dan wanprestasinya serta dinyatakan wanprestasi, bahwa debitor tidak
memenuhi prestasinya, walaupun sudah diingatkan, dilakukan teguran, pemberitahuan
tertulis dan somasi berturut-turut sebanyak tiga kali.10
3) Asas tak dapat dibagi-bagi, kecuali diperjanjikan lain.
Asas ini mengatur bahwa Hak Tanggungan membebani secara utuh obyek Hak
Tanggungan dan setiap bagian daripadanya. Telah dilunasinya sebagian dari utang yang
dijamin tidak berarti terbebasnya sebagian obyek Hak Tanggungan dari beban Hak
Tanggungan, melainkan Hak Tanggungan itu tetap membebani seluruh obyek Hak
Tanggungan untuk sisa utang yang belum dilunasi. Misalnya pula jika hutang debitor
dilakukan pembayaran secara angsuran atau cicilan, maka selama belum dilakukan
pembayaran sejumlah hutang Hak Tanggungan akan tetap membebani secara
keseluruhan.11
4) Asas Spesialitas dan Publisitas.
Asas spesialitas, mengatur tentang kewajiban pencantuman identitas para pihak
subyek hak tanggungan secara jelas, antara lain nama, domisili para pihak. Termasuk pula
pencantuman uraian secara jelas dan spesifik mengenai objek hak atas tanah yang dijadikan

10
Op. Cit, Salim HS., hlm. 316-317.
11
Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia Sejarah pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria Isi dan
Pelaksanaannya, Djambatan: Jakarta, 2008, hlm. 417.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 7


jaminan hak tanggungan. Juga penyebutan yang tentang jumlah hutang yan dijamin serta
jumlah nilai tanggungannya.
Dalam asas spesialitas ini, perlu diperhatikan pencantuman nilai hutang dan nilai
tanggungan. Nilai tanggungan pada hakikatnya menurut Boedi Harsono, yakni
kesepakatan sampai sejumlah berapa pagu atau batas jumlah piutang yang dijamin dengan
hak tanggungan. Jumlah nilai hutang dapat lebih kecil maupun lebih besar dari nilai
tanggungan yang disepakati. Hanya saja untuk nilai yang lebih besar dari nilai tanggungan,
nilai yang akan ditanggung oleh hak tanggungan sebatas nilai tanggungan yang termuat
dalam akta pemberian hak tanggungan.
Sedangkan asas publisitas memberi makna, bahwa setiap pemberian hak tanggungan
diwajibkan dilakukan pendaftaran pada kantor Badan Pertanahan nasional wilayah objek
hak atas tanah yang menjadi jaminan. Publisitas tersebut agar memudahkan diketahui oleh
khalayak umum, pihak ketiga mengenai pembebanan hak tanggungan, termasuk jumlah
hutang, pemiliki piutang atau kreditor. Kemudian setelah didaftarkan akan dicatatkan pula
pada buku tanah hak tanggungan. Dan kepada pemegang hak akan diberikan Salinan
catatan tersebut pada sertifikat Hak Tanggungan. Pendaftran ini pula yang akan
menentukan lahirnya hak tanggungan tersebut.
5) Asas mudah dan pasti pelaksanaan eksekusi. 12
Asas ini menjelaskan tentang kewenangan kreditor selaku pemegang hak tanggungan
untuk melakukan penjualan gterhadap objek hak tanggungan, karena debitur telah
wanprestasi walaupun telah ditegur beberapa kali oleh kreditor sebagai pemegang hak
tanggungan. Eksekusi hak tanggungan dinyatakan dalam ketentuan Pasal 20 UUHT.
Mudah dalam arti, pelaksanaan eksekusi sangat gampang karena tidak memerlukan
birokrasi yang Panjang. Pasti dalam arti bahwa objek hak tanggungan yang akan dilelang
sudah jelas dan sudah ditentukan, baik mengenai luasnya maupun batas -batasnya.
Kepastian ini telah dimuat dalam Akta Pemberian Hak Tanggungan dan Sertifikat Hak
Tanggungan.13
Sutan Remy Sjahdeini menyebutkan asas-asas hak tanggungan yang tersebar dalam
berbagai pasal Undang-Undang Hak Tanggungan, yaitu:14

12
Penjelasan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.
13
Lihat pasal 20 UU Hak Tanggungan dan penjelasannya.
14

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 8


1) Hak Tanggungan memberikan kedudukan yang diutamakan bagi kreditur pemegang
hak tanggungan;
2) Hak Tanggungan tidak dapat dibagi-bagi;
3) Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan pada hak atas tanah yang telah ada;Hak
Tanggungan dapat dibebankan selain atas tanahnya juga berikut dengan benda-benda
yang berkaitan dengan tanah tersebut;
4) Hak Tanggungan dapat dibebankan juga atas benda-benda yang berkaitan dengan
tanah yang baru aka nada di kemudian hari;
5) Hak tanggungan bersifat accesoir;
6) Hak Tanggungan dapat dijadikan jaminan untuk hutang yang baru akan ada.
7) Hak Tanggungan dapat menjamin lebih dari satu hutang;
8) Hak Tanggungan mengikuti objeknya dalam tangan siapapun objek hak tanggungan
itu berada;
9) Di atas Hak Tanggungan tidak dapat dilakukan sita oleh pengadilan;
10) Hak Tanggungan hanya dapat dibebankan atas tanah tertentu (asas spesialitas);
11) Hak Tanggungan wajib didaftarkan (asas publisitas);
12) Hak Tanggungan dapat diberikan dengan disertai janji-janji tertentu;
13) Objek Hak Tanggungan tidak boleh diperjanjikan untuk dimiliki sendiri oleh
pemegang hak tanggungan bila debitur cidera janji;
14) Pelaksanaan eksekusi hak tanggungan mudah dan pasti.
Ditentukan dalam UU Hak Tanggungan, pelaksanaan eksekusi dilakukan manakala
debitor dinyatakan wanprestasi atau cedera janji. Pelaksanaan eksekusi Hak tanggungan dalam
Pasal 6 Juncto Pasal 20 UU Hak Tanggungan, yaitu:
1) Menjual atas kekuasaan sendiri (Pemegang HT pertama) melalui pelelangan
umum guna mengambil pelunasan dari hasil penjualan tersebut.
2) Menggunakan titel Eksekutorial yang tercantum dalam Sertifikat Hak
Tanggungan.
Penjualan di bawah tangan atas dasar kesepakatan antara pemberi dan pemgang HT,
dengan maksud untuk mempercepat proses jual beli dan diperoleh harga tertinggi dari
penjualan tersebut. Dengan syarat pelaksanaan jual beli dilakukan minimal 1 (satu) bulan
sejak adanya pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan dan diumumkan dalam
minimal 2 (dua) surat kabar/ media massa setempat (letak obyek Hak Tanggungan) serta
tidak ada pihak yang kemudian menyatakan keberatan.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 9


b) Proses Pembebanan Hak Tanggungan

Tata cara pemberian hak tanggungan sebagaimana diatur dalam Pasal 10 Undang-
Undang Hak Tanggungan, bahwa:
1. Pemberian hak tanggungan didahului dengan janji untuk memberikan hak
tanggungan sebagai jaminan pelunasan utang tertentu, yang dituangkan di dalam
dan merupakan bagian tak terpisahkan dari perjanjian utang piutang yang
bersangkutan atau perjanjian lainnya yang menimbulkan utang tersebut.
2. Pemberian hak tanggungan dilakukan dengan pembuatan akta pemberian hak
tanggungan oleh PPAT sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.
3. Apabila objek hak tanggungan berupa ha katas tanah yang berasal dari konversi hak
lama yang telah memenuhi syarat untuk didaftarkan akan tetapi pendaftarannya
belum dilakukan, pemberian hak tanggungan dilakukan bersamaan dengan
permohonan pendaftaran hak atas tanah yang bersangkutan.
Pemberian Hak Tanggungan diwajibkan untuk dibuat dan dihadapan Pejabat Pembuat
Akta Tanah dalam suatu akta autentik, yaitu Akta Pemberian Hak Tanggungan. Akta
tersebut dalam Bahasa Inggris disebut granting deed mortgage, dan dalam bahasa Belanda
disebut van akte mortgage yang berarti akta untuk menyerahkan hak atas tanah untuk
menjadi jaminan oleh bank.15 Sejalan dengan ketentuan tersebut maka pemberian Hak
tanggungan wajib dengan akta autentik dan selanjutnya dibuat oleh PPAT. Pemenuhan
syarat spesialitas bahwa dalam akta APHT wajib disebut secara jelas mengenai nama,
identitas, domisili kreditor dan pemberi hak tanggungan, wajib disebut secara jelas dan
pasti piutangnya yang mana yang dijamin dan jumlahnya atau nilai tanggungannya. Juga
tentang uraian yang jelas dan pasti mengenai benda – benda yang ditunjuk menjadi objek
hak tanggungan ( lihat Pasal 11 UU Hak Tanggungan).
Akta sebagaimana diatur dalam Pasal 1868 KUH Perdata merupakan alat bukti.
Dikemukakan oleh Salim HS bahwa akta pemberian merupakan proses atau cara
memberikan. Konsep pemberian disini adalah penyerahan sesuatu untuk digunakan. Ia pun
mengemukakan pengertia akta pemberian hak tanggungan, yaitu
“akta yang dibuat di muka dan di hadapan PPAT, yang di dalamnya memuat dan mengatur
hak dan kewajiban antara pemberi hak tanggungan dengan penerima hak tanggungan, di

15
Op. Cit.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 10


mana pemberi hak tanggungan menyerahkan hak atas tanahnya kepada penerima hak
tanggungan untuk menguasainya secara yuridis, untuk pelunasan utang, apabila pemberi
hak tanggungan wanprestasi”
Berdasar pengertian tersebut, dapat diketahui unsur-unsur akta pemberian hak
tanggungan, meliputi:16
3. Adanya akta;
4. Adanya subjek;
5. Adanya objek; dan
6. Adanya tujuan.
Tujuan dari adanya akta pemberian hak tanggungan (selanjutnya disebut APHT),
memberikan hak kepada penerima hak tanggungan atau kreditor untuk dapat melakukan
pelelangan sesuai ketentuan Pasal 20 UUHT terhadap objek hak tanggungan Ketika
debitor (pemberi hak tanggungan) wanprestasi dalam memenuhi kewajiban hutangnya.
Terkait bentuk dari akta pemberian hak tanggungan diatur dalam Dalam Pasal 17 UU
Hak Tanggungan yang menyatakan bahwa, bentuk dan isi buku-tanah Hak Tanggungan,
dan hal-hal lain yang berkaitan dengan tata cara pemberian dan pendaftaran Hak
Tanggungan ditetapkan dan diselenggarakan berdasarkan Peraturan Pemerintah. Pasal
tersebut merupakan penjabaran dari Pasal 19 UUPA yang kemudian dijabarkan dalam
Peraturan pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang pendaftaran Tanah, yang mengatur
bahwa “Untuk keperluan pendaftaran pemberian hak tanggungan dibuktikan dengan akta
pemberian hak tanggungan.”17 Selanjutnya secara khusus dan spesifik diatur bentuk dan
isi akta pemberian hak tanggungan dalam Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
RI No. 8 Tahun 2012 tentang perubahan Peraturan kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan pemerintah No. 24 Tahun
1997 tentang Pendaftaran Tanah ( Perkaban 8/2012).
Dalam akta pemberian hak tanggungan memuat, antara lain:
1. Nama dan identitas pemegang dan pemberi Hak Tanggungan:
2. Domisili pihak-pihak dan apabila di antara para pihak tersebut yang berdomisili di
luar Indonesia, baginya harus pula dicantumkan suatu domisili pilihan di Indonesia,
dan dalam hal domisili pilihan itu tidak dicantumkan, kantor PPAT tempat

16
Op. Cit, Salim HS, hlm. 313-314.
17
Lihat Pasal 23 huruf e Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 11


pembuatan Akta Pemberian Hak Tanggungan dianggap sebagai domisili yang
dipilih;
3. Penunjukan secara jelas utang atau utang-utang yang dijamin;
4. Nilai tanggungan;
5. Uraian yang jelas mengenai obyek Hak Tanggungan;
6. Janji- janji dalam pemberian hak tanggungan.
Janji-janji yang dapat dimuat (bersifat fakultatif) dalam akta pemberian hak
tanggungan sebagaimana dimaksud pasal 11 UU Hak Tanggungan, meliputi:
1. Janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk menyewakan
obyek Hak Tanggungan dan/atau menentukan atau mengubah jangka waktu sewa
dan/atau menerima uang sewa di muka, kecuali dengan persetujuan tertulis lebih
dahulu dari pemegang Hak Tanggungan;
2. Janji yang membatasi kewenangan pemberi Hak Tanggungan untuk mengubah
bentuk atau tata susunan obyek Hak Tanggungan, kecuali dengan persetujuan
tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak Tanggungan;
3. Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk
mengelola obyek Hak Tanggungan berdasarkan penetapan Ketua Pengadilan
Negeri yang daerah hukumnya meliputi letak obyek Hak Tanggungan apabila
debitor sungguh-sungguh cidera janji;
4. Janji yang memberikan kewenangan kepada pemegang Hak Tanggungan untuk
menyelamatkan obyek Hak Tanggungan, jika hal itu diperlukan untuk pelaksanaan
eksekusi atau untuk mencegah menjadi hapusnya atau dibatalkannya hak yang
menjadi obyek Hak Tanggungan karena tidak dipenuhi atau dilanggarnya ketentuan
undang-undang;
5. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan pertama mempunyai hak untuk menjual
atas kekuasaan sendiri obyek Hak Tanggungan apabila debitor cidera janji;
6. Janji yang diberikan oleh pemegang Hak Tanggungan pertama bahwa obyek Hak
Tanggungan tidak akan dibersihkan dari Hak Tanggungan;
7. Janji bahwa pemberi Hak Tanggungan tidak akan melepaskan haknya atas obyek
Hak Tanggungan tanpa persetujuan tertulis lebih dahulu dari pemegang Hak
Tanggungan;
8. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruh atau sebagian
dari ganti rugi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan piutangnya

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 12


apabila obyek Hak Tanggungan dilepaskan haknya oleh pemberi Hak Tanggungan
atau dicabut haknya untuk kepentingan umum;
9. Janji bahwa pemegang Hak Tanggungan akan memperoleh seluruh atau sebagian
dari uang asuransi yang diterima pemberi Hak Tanggungan untuk pelunasan
piutangnya, jika obyek Hak Tanggungan diasuransikan;
10. Janji bahwa pemberi Hak Tanggungan akan mengosongkan obyek Hak
Tanggungan pada waktu eksekusi Hak Tanggungan.
11. Apabila diperjanjikan lain, sertipikat hak atas tanah yang telah dibubuhi catatan
pembebanan Hak Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (3)
dikembalikan kepada pemegang hak atas tanah yang bersangkutan.
Tata cara pemberian hak tanggungan, diatur pada Pasal 10 hingga Pasal 15 UUHT:
Prosedur pemberian hak tanggungan dapat dilakukan dengan dua acara, yakni dengan
cara langsung atau melalui mekanisme penggunaan Surat Kuasa Membebankan Hak
Tanggungan. Pembebanan Hak tanggungan, meliputi 2 tahapan yakni, tahap pemberiannya
yang dilakukan di hadapan PPAT dan tahap pendaftarannya yang dilaksanakan oleh Kepala
BPN kantor wilayah. Sebelum dilakukannya pemberian melalui APHT, maka terlebih dulu
dilakukan serangkaian kewajiban PPAT untuk melihat kesesuaian sertifikat hak milik atas
tanah atau hak milik satuan rumah susun dengan daftar yang terdapat pada kantor pertanahan.
Selanjutnya pemberian Hak tanggungan didahului dengan janji akan memberikan hak
tanggungan sebagai pelunasan kredit yang diperjanjikan. Janji ini biasanya akan dimasukkan
dan tak terpisah dengan perjanjian hutang piutang antara debitor dan kreditor. Dengan kata
lain janji tersebut diharuskan untuk dinyatakan dalam bentuk tertulis.
Kemudian Langkah selanjutnya membuat akta pemberian hak tanggungan (APHT) di
kantor PPAT sesuai wilayah jabatan dan wewenang PPAT tersebut, dan dibuat sebagaimana
struktur, bentuk akta PPAT pada Perkaban No. 8/2012. Sehingga dapat dismpulkan bahwa
dalam pemberian APHT harus dibuat dengan akta otentik. Terkait akta PPAT dalam
peralihan hak atas tanah, telah diatur dalam Peraturan Pemerintah No. 37 tahun 1998 tentang
PPAT Jo perubahannya. PPAT sebagai pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta
pemindahan hak atas tanah. Tugas khusus PPAT merupakan bentuk tugas pelaksanaan
Sebagian kegiatan pendaftaran tanah. Secara umum tugas PPAT memberikan pelayanan bagi
masyarakat terkait perbuatan hukum guna pemindahan hak atas tanah. Dan juga sebagai
bagian pelaksanan Sebagian sistem pendaftaran tanah.
Akta pemberian hak tanggungan yang dibuat oleh PPAT, terdiri atas 2 (dua) lembar
akta asli (in originali) dari akta pemindahan hak. Dan satu akta disimpan oleh PPAT.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 13


Kemudian akta asli keduanya akan di diberikan kepada kantor pertanahan terkait guna
pendaftaran hak tanggungan. 18. Pembuatan akta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 37 ayat
(1) dihadiri oleh para pihak yang melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan dan
disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 (dua) orang saksi yang memenuhi syarat untuk
bertindak sebagai saksi dalam perbuatan hukum itu. Ketentuan yang wajib menjadi
perhatian PPAT adalah tanah yang hendak dijadikan jaminan hak tanggungan merupakan
tanah dalam proses sengketa.
Terkait dengan asas publisitas dalam hak tanggungan, maka eksistensi hak tanggungan
ditentukan dengan pendaftarannya. Dengan didahului dengan pembuatan akta pemberian
hak tanggungan (APHT) oleh pejabat pembuat akta tanah (PPAT). Pengaturan tentang
pendaftaran hak tanggungan ini diatur pada Pasal 13 UU Hak Tanggungan:
“Pemberian Hak Tanggungan wajib didaftarkan pada Kantor Pertanahan. (2)
Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja setelah penandatanganan Akta Pemberian Hak
Tanggungan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2), PPAT wajib mengirimkan
Akta Pemberian Hak Tanggungan yang bersangkutan dan warkah lain yang diperlukan
kepada Kantor Pertanahan.
Setelah PPAT menyampaikan APHT dan dokumen lainnya kepada kantor Badan
Pertanahan Nasional wilayah objek HT dan dinyatakan lengkap, maka kantor Badan
Pertanahan akan membuatkan buku-tanah Hak Tanggungan dan mencatatnya dalam buku-
tanah hak atas tanah yang menjadi obyek Hak Tanggungan serta menyalin catatan tersebut pada
sertipikat hak tas tanah yang bersangkutan. Tanggal buku-tanah Hak Tanggungan adalah
tanggal hari ketujuh setelah penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi
pendaftarannya dan jika hari ketujuh itu jatuh pada hari libur, buku-tanah yang bersangkutan
diberi bertanggal hari kerja berikutnya. Menetapkan satu tanggal yang pasti sebagai tanggal
buku-tanah itu, yaitu tanggal hari ketujuh dihitung dari hari dipenuhinya persyaratan berupa
surat-surat untuk pendaftaran secara lengkap. Hak Tanggungan lahir pada hari tanggal buku-
tanah hak tanggungan.

Secara sistematis pendaftaran hak tanggungan, sebagai berikut:19


- Pendaftaran dilakukan di kantor badan pertanahan

18
Op. Cit, Boedi Harsono, hlm. 434.
19
Op. Cit, Salim HS, Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, hlm. 178-184.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 14


- Hak tanggungan wajib mengirimkan akta pendaftaran hak atanggungan dan warkah
lainnya kepada kantor pertanahan serta berkas yang diperlukan, berkas-berkas atau
dokumen lain yang dipersyaratkan untuk pendaftaran hak tanggungan, meliputi:
a. Surat pengantar dari PPAT yang dibuat rangkap 2 (dua) dan memuat daftar
jenis surat yang disampaikan.
b. Surat permohonan pendaftaran hak tanggungan dari penerima hak
tanggungan.
c. Fotokopi identitas pemberi dan penerima hak tanggungan.
d. Sertifikat asli hak atas tanah atau hak milik satuan rumah susun yang menjadi
objek hak tanggungan.
e. Lembar kedua akta APHT.
f. Salinan akta pemberian hak tanggungan yang sudah diparaf oleh PPAT yang
bersangkutan untuk disahkan sebagai Salinan oleh Kepala Kantor Pertanahan
untuk pembuatan sertifikat hak tanggungan.
g. Bukti pelunasan biaya pendaftaran hak tanggungan.
- Kantor pertanahan membuatkan buku tanah hak tanggungan dan mencatatnya
dalam buku tanah hak atas tanah yang menjadi objek hak tanggungan serta
menyalin catatan tersebut pada sertifikat hak atas tanah yang bersangkutan.
- Tanggal buku tanah hak tanggungan adalah tanggal hari ketujuh setelah
penerimaan secara lengkap surat-surat yang diperlukan bagi pendaftarannya. Jika
hari ketujuh jatuh pada hari libur, maka buku tanah yang bersangkutan diberi
tanggal hari kerja berikutnya.
Terkait kelengkapan surat dokumen guna pendaftaran hak tanggungan dinyatakan
lengkap untuk dapat diproses pembuatan buku tanah hak tanggungannya. Jika
surat-surat atau dokumen tersebeut belum lengkap, maka pendaftaran hak
tanggungan dinyatakan:
a. Secara tertulis yang ditujukan kepada pemohon selambat-lambatnya 7
(tujuh) hari kerja setelah tanggal diterimanya warkah yang dilampirkan pada
surat pengantar dari PPAT dengan menyatakan alasan dan kekurangannya.
b. Pernyataan tertulis mengenai ketidaklengkapan surat/ dokumen tersebut di
atas ditandatangani oleh Kepala Seksi Pengukuran dan Pendaftaran Tanah
atas nama Kepala Kantor Pertanahan Setempat.
- Hak tanggungan lahir pada tanggal buku tanah hak tanggungan dibuatkan (Pasal
13 UU Hak Tanggungan).

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 15


- Kantor pertanahan menerbitkan Sertifikat Hak Tanggungan (SHT), yang memuat
irah-irah “Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa”. Sertifikat ini
memiliki kekuatan eksekutorial yang sama dengan putusan pengadilan.
Guna memperoleh kepastian kedudukan yang diutamakan bagi kreditor selaku
pemegang hak tanggungan, maka ditentukan bahwa Akta Pemberian Hak Tanggungan
(APHT) beserta dokumen lainnya yang diperlukan guna pendaftaran, wajib dikirimkan
oleh PPAT kepada Kantor Badan Pertanahan setempat selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari
kerja setelah penandatanganan APHT. Penetapan batas waktu ini berkaitan dengan
menentukan pula kepastian akan lahirnya hak tanggungan. Tanggal buku tanah hak
tanggungan adalah tanggal hari ketujuh setelah penerimaan surat-surat yang diperlukan
bagi pendaftaran tersebut secara lengkap oleh Kantor Pertanahan setempat dan jika hari
ketujuh itu jatuh pada hari libur, maka di buku tanah yang bersangkutan akan diberi tanggal
hari kerja berikutnya.20
Batas waktu demikian ditentukan dengan maksud menjamin hak-hak kedudukan
kreditor terlindungi dalam hal memiliki keutamaan dibandingkan kreditor-kreditor lainnya.
Tanggal lahirnya hak tanggungan juga berkaitan dengan kedudukan peringkat pemegang
hak tanggungan. Oleh karena UU Hak Tanggungan juga memungkinkan suatu objek hak
atas tanah dibebani lebih dari satu hak tanggungan, sehingga terdapat kedudukan Peringkat
Hak Tanggungan Pertama, peringkat kedua hak tanggungan dan seterusnya.

c) Beralih dan hapusnya Hak Tanggungan

Hak tanggungan dapat dialihkan kepada pihak lain. Peralihan hak tanggungan ini diatur
dalam Pasal 16 sampai dengan Pasal 17 UU Hak Tanggungan, yaitu dilakukan dengan cara
cessi, subrogasi, pewarisan dan sebab-sebab lainnya. Cessi adalah perbuatan hukum
mengalihkan piutang oleh kreditu pemegang hak tanggungan kepada pihak lainnya. Cessi
harus dilakukan melalui bukti tulisan berupa akta autentik atau akta di bawah tangan
sehingga tidak diperkenankan dengan cara lisan. Subrogasi adalah penggantian kreditur
oleh pihak ketiga yang melunasi hutang debitur. Ada du acara terjadinya subrogasi, yaitu
perjanjian kontraktual dan undang-undang. Subrogasi kontraktual dilakukan dengan cara
kreditur menerima pembayaran baik untuk sebagian maupun untuk seluruhnya dari pihak
ketiga dan serta merta mengalihkan hak dan tuntutan yang dimilikinya terhadap orang

20
Penjelasan bagian 7, UU No. 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 16


ketiga tersebut. Selanjutnya subrogasi kontraktual dilakukan pihak ketiga untuk membantu
debitur, yakni debitur meminjamkan uang dari pihak ketiga yang dipergunakan untuk
membayar hutang dan sekaligus menempatkan pihak ketiga tadi menggantikan kedudukan
semula terhadap diri debitur. Agar subrogasi dianggap sah, maka harus diikuti dengan tata
cara : peminjaman uang dilakukan dengan akta autentik, didalam akta atau perjanjian
tersebut dimuat secara jelas jumlah pinjaman dan maksud untuk melunasi hutang debitur
dan tanda pelunasan berisi pernyataan, bahwa uang pembayaran utang yang diserahkan
kepada kreditur adalah uang yang berasal dari pihak ketiga. Sedangkan subrogasi karena
undang-undang karena adanya pembayaran yang dilakukan pihak ketiga untuk
kepentingannya sendiri. Misalnya seorang kreditur melunasi hutang kepada kreditur lain
yang sifat hutangnya mendahului.
Akibat adanya subrogasi adalah beralihnya hak tuntutan dari kreditur kepada pihak
ketiga (lihat Pasal 1400 BW). Sedangkan yang dimaksud sebab-sebab lain adalah hal-hal
lain selain yang disebutkan dalam ayat ini, misalnya dalam hal terjadi penggabungan atau
peleburan perusahaan sehingga menyebabkan beralihnya piutang dari perusahaan semual
kepada perusahaan baru.
Satu obyek hak tanggungan dapat dibebani oleh lebih dari satu hak tanggungan, yang
masing-masing menjamin pelunasan piutang tertentu. Tiap hak tanggungan diberi apa yang
disebut peringkat yang berbeda (peringkat pertama, kedua, peringkat ketiga
danseterusnya). Peringkat ini ditetapkan berdasarkan pada tanggal pembuatan uku tanah
hak tanggungannya atau tanggal pembuatan atau pemberian nomor Akta Pemberiannya
(lihat Pasal 5 UU Hak Tanggungan). Dalam hal terdapat lebih satu hak tanggungan atas
satu obyek HT diberikan pada tanggal yang sama, peringkat HT tersebut ditentukan oleh
nomor-nomor urut akta pemberiannya. Karena dibebankan atas satu obyek Hak
Tanggungan pada tanggal yang sama, maka pembebanan Hak tanggungan tersebut hanya
dilakukan pada satu orang PPAT yang sama.
Sebaliknya satu hak tanggungan dapat dibebankan atas lebih dari satu obyek. Obyek
yang dibebani terdiri dari lebih dari satu bidang hak atas tanah atau pada satu bidang hak
tanggungan diadakan pemisahan menjadi dua satuan baru atau lebih. Ataupun
pembangunan suatu proyek perumahan yang meliputi banyak bidang tanh berikut rumah
yang ada di atasnya dijadikan jaminan kredit dengan dibebani satu hak tanggungan. Hak
tanggungan itu secara utuh membebani seluruh bidang tanah . jika kredit tersebut dilunasi
secara angsuran, Hak tanggungan yang bersangkutan tetap membebani seluruh obyek
untuk sisa utang yang belum dilunasi. Inilah makna sifat HT yang dalam pasal 2 ayat (1)

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 17


di atas dinyatakan tidak dapat dibagi-bagi. Tetapi keadaan demikin dapat disimpangi
berdasarkan Padal 2 ayat 2 dengan terlebih dahulu diperjanjikan dalam akta pemberian hak
tanggungan (APHT), bahwa pelunasan hutang yang dijamin dapat dilakukan dengan cara
angsuran yang besarnya sama dengan nilai masing-masing obyek yang merupakan bagian
obyek hak tanggungan. Dengan dilakukan pembayaran atas angsuran tersebut maka bagian
obyek yang dibebankan tersebut (pada bidang tertentu)akan terbebas dari hak tanggungan
yang semula membebaninya. Selanjutnya hak tanggungan akan membebani sisa obyek hak
tanggungan untuk menjamin pelunasan sisa hutang yang belum dilunasi. Penghapusan roya
pada bagian bidang yang telah dilunasi disebut roya partial. Untuk berlakunya roya partial
maka dalam APHT terlebih dahulu dimuat clausula roya partial.
Hapusnya Hak Tanggungan
Hapusnya hak tanggungan diatur pada Pasal 18 sampai dengan Pasal 19 UU Hak
Tanggungan. Yang dimaksud hapusnya hak tanggungan adalah tidak berlakunya lagi hak
tanggungan. Ada empat sebab hapusnya hak tanggungan, yaitu:
1. Hapusnya utang yang dijamin dengan hak tanggungan;
2. Dilepaskan hak tanggungan oleh pemegang hak tanggungan;
3. Pembersihan hak tanggungan berdasarkan penetapan peringkat oleh Ketua
Pengadilan Negeri;
4. Hapusnya hak atas tanah yang dibebani hak tanggungan.
Roya hak tangungan diatur dalam Pasal 22 UU Hak Tanggungan. Roya adalah pencoretan
hak tanggungan pada buku hak atas tanah dan sertifikatnya. Apabila hak tanggungan
hapus, maka Kantor Pertanahan melakukan roya (pencoretan) catatan hak tanggungan pada
buku tanah hak atas tanah dan sertifikatnya. Sertifikat hak tanggungan dinyatakan tidak
berlaku oleh kantor pertanahan.
d) Eksekusi Hak Tanggungan.

Ditentukan dalam UU Hak Tanggungan, pelaksanaan eksekusi dilakukan manakala


debitor dinyatakan wanprestasi atau cedera janji. Pelaksanaan eksekusi Hak tanggungan
dalam Pasal 6 Juncto Pasal 20 UU Hak Tanggungan, yaitu:
1. Menjual atas kekuasaan sendiri (Pemegang HT pertama) melalui pelelangan umum
guna mengambil pelunasan dari hasil penjualan tersebut. Hak ini smerupakan
perwujudan dari kedudukan diutamakan pemegang hak tanggungan dalam hal
terdapat pula lebih dari satu pemegang hak tanggungan. Hak ini didasarkan pada
janji dalam APHT apabila debitur cedera janji, pemegang hak tanggungan berhak

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 18


untuk menjual objek hak tanggungan melalui pelelangan umum tanpa memerlukan
persetujuan lagi oleh pemberi hak tanggungan dan selanjutnya. Dan selanjutnya
mengambil pelunasan atas piutangnya dari hasil penjualan. Dan jika terdapat sisa
hasil penjualan setelah dibayarkan hutang tersebut, maka sisa tersebut merupakan
hak pemberi hak tanggungan (lihat penjelasan Pasal 6 UU Hak Tanggungan).
2. Menggunakan titel Eksekutorial yang tercantum dalam Sertifikat Hak
Tanggungan. Sebagaimana dimaksud pasal 14 ayat (2) irah-irah kepala putusan,
yang dicantumkan pada sertifikat hak tanggungan dimaksudkan untuk menegaskan
adanya kekuatan eksekutorial pada sertifikat HT, sehingga bila debitur cedera
janji, maka siap untuk dieksekusi seperti halnya pelaksanaan putusan pengadilan
yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap, melalui tata cara dan menggunakan
lembaga parate eksekusi sesuai dengan ketentuan hukum acara perdata.
3. Eksekusi di bawah tangan,merupakan penjualan objek hak tanggungan yang
dilakukan oleh pemberi hak tanggungan berdasarkan kesepakatan dengan
pemegang hak tanggungan jika dengan car aini diperoleh harga tertinggi.
Penjualan di bawah tangan atas dasar kesepakatan antara pemberi dan pemgang HT,
dengan maksud untuk mempercepat proses jual beli dan diperoleh harga tertinggi dari
penjualan tersebut. Dengan syarat pelaksanaan jual beli dilakukan minimal 1 (satu) bulan
sejak adanya pemberitahuan kepada pihak yang berkepentingan dan diumumkan dalam
minimal 2 (dua) surat kabar/ media massa setempat (letak obyek Hak Tanggungan) serta
tidak ada pihak yang kemudian menyatakan keberatan.

PENDAFTARAN HAK TANGGUNGAN ELEKTRONIK.


Kehadiran pelayanan hak tanggungan secara elektronik merupakan bagian dari respon
pemerintah terhadap kebutuhan masyarakat. Peningkatan pelayanan hak tanggungan yang
memenuhi asas keterbukaan, ketepatan waktu, kecepatan, kemudahan dan keterjangkauan
dalam rangka pelayanan publik, serta untuk menyesuaikan perkembangan hukum,
teknologi dan kebutuhan masyarakat, maka perlu memanfaatkan teknologi informasi agar
prosedur pelayanan hak tanggungan dapat terintegrasi secara elektronik sehingga menjadi
lebih efektif dan efisien.21 Sebagai sistem yang menunjang terwujudnya kemudahan
berusaha dan investasi. Mengingat hak tanggungan merupakan lembaga jaminan hak atas
tanah yang sering digunakan para pelaku usaha dalam mengajukan pinjaman modal kerja

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 19


maupun investasi. sehingga kehadiran HT-el, dapat memberikan kejelasan, ketepatan dan
kecepatan dalam proses administrasi dan kepastian hukumnya yang memiliki batas waktu
pendaftaran hak tanggungan. Selama ini metode konvensional dinilai banyak pihak telah
banyak menghabiskan biaya dan waktu dalam prosesnya baik itu saat pendaftaran maupun
saat penghapusan atau roya HT. Pelayanan Hak Tanggungan Terintegrasi Secara
Elektronik adalah serangkaian proses pelayanan hak tanggungan dalam rangka
pemeliharaan data pendaftaran tanah yang diselenggarakan melalui sistem elektronik yang
terintegrasi. Dengan adanya sistem HT-el, maka sepenuhnya pelayanan terkait Hak
Tanggungan dilakukan melalui Sistem Elektronik. Selaku penyelenggara sistem HT-el
adalah Kementrian Agraria dan Tata Ruang dan penyelenggara lain, seperti Kantor
Pertanahan sebagai pelaksana, Kreditor dan PPAt serta pengguna lain yang ditentukan oleh
kementerian. Sehingga agar dapat menggunakan layanan HT-el memerlukan registrasi atau
pendaftaran selaku pengguna terdaftar pada sistem HT-el.
Jenis pelayanan yang dalam Sistem HT-el, yaitu pendaftaran Hak Tanggungan,
peralihan Hak Tanggungan, perubahan nama Kreditor, penghapusan Hak Tanggungan dan
perbaikan data.
Pengguna layanan Hak Tanggungan Elektronik.
Sistem hak tanggungan elektronik (selanjutnya disebut HT-el), sebagaimana
pelayanan hak tanggungan metode konvensional, maka para pihak sebagai subjek Hak
Tanggungan dan PPAT terkait pembuatan APHT menjadi pengguna layanan HT-el. Sistem
HT-el sebelumnya diatur dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan
Pertanahan Republik Indonesia No. 9 Tahun 2019 tentang Pelayanan Hak Tanggungan
Terintegrasi Secara Elektronik kemudian pada tanggal 08 April 2020 dinyatakan tidak
berlaku dengan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Republik Indonesia No. 5 Tahun 2020 tentang Pelayanan Hak Tanggungan Terintegrasi
Secara Elektronik (selanjutnya disebut PERMEN HT-el), sebagai pengguna layanan HT-el
adalah pihak-pihak yang telah terdaftar selaku pengguna terdaftar.
Pengguna layanan sebagaimana diatur dalam Pasal 7 PERMEN HT-el, meliputi
kreditor, yakni perorangan ataupun badan hukum, Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) dan
pihak lain yang telah ditetapkan oleh Kementrian. Pengguna tersebut kemudian akan
melakukan registrasi guna menjadi pengguna terdaftar, dengan memenuhi syarat sebagai
berikut:
1. Melakukan pendaftaran pada aplikasi elektronik mitra kerja PPAT, mitra kerja jasa
keuangan dan bagi perorangan pada aplikasi sentuh tanahku.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 20


2. Mempunya domisili elektronik;
3. Surat Keterangan Terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan;
4. Pernyataan pemenuhan persyaratan dan kriteria serta persetujuan ketentuan sebagai
Pengguna Terdaftar; dan
5. Membuat Surat Pernyataan mengenai pertanggungjawaban keabsahan dan
kebenaran data Dokumen Elektronik yang diajukan.
6. Syarat lainnya yang ditentukan oleh Kementerian.
Dijelaskan dalam Buku Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pelayanan Hak Tanggungan
Elektronik, bahwa PPAT yang dapat menggunakan Sistem HT-el adalah PPAT yang sudah
terdaftar di Aplikasi Mitra Kerja PPAT pada mitra.atrbpn.go.id dan sudah melakukan validasi
data serta telah diverifikasi oleh Kantor Pertanahan.
Kemudian dilanjutkan dengan pengguna terdaftar mengajukan permohonan layanan
Hak Tanggungan secara elektronik melalui Sistem HT-el yang disediakan oleh Kementerian
dengan melampirkan surat permohonan. Persyaratan permohonan tersebut dibuat dalam
bentuk Dokumen Elektronik. Persyaratan berupa Sertipikat Hak Atas Tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun harus atas nama debitor, dan asli dokumen persyaratan
permohonan wajib disimpan oleh pemohon.
Pelaksanaan Pendaftaran Hak Tanggungan oleh PPAT dan Kreditur.
Untuk menggunakan pelayanan pendaftaran Hak Tanggungan Elektronik (HT-el),
setelah pihak berkepentingan menjadi pengguna terdaftar, maka pengguna terdaftar akan
melakukan pendaftaran pada aplikasi sistem elektronik pelaksana HT-el, yaitu aplikasi mitra
kerja PPAT, Mitra kerja jasa keuangan dan Layanan Sentuh Tanahku. Setelah mendapat akun
yang telah diaktivasi dan diverifikasi oleh kantor Badan Pertanahan, maka kreditor
mengajukan permohonan Pelayanan HT-el melalui Sistem HT-el yang disediakan oleh
Kementerian. Jika permohonan Pelayanan HT-el berupa pendaftaran Hak Tanggungan atau
peralihan Hak Tanggungan, dokumen kelengkapan persyaratan disampaikan oleh PPAT.
Sedangkan untuk permohonan Pelayanan HT-el berupa perubahan nama Kreditor,
penghapusan Hak Tanggungan, atau perbaikan data, dokumen kelengkapan persyaratan
22
disampaikan oleh Kreditor. Mekanisme penggunaan layanan HT-el sebagaimana diatur
dalam PERMEN HT-el, yaitu:

22
Pasal 9 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2020
tentang Pelayanan Hak Tanggungan Terintegrasi Secara Elektronik.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 21


1) Kreditor mengajukan permohonan Pelayanan HT-el melalui Sistem HT-el yang
disediakan oleh Kementerian. Dalam hal permohonan Pelayanan HT-el berupa
pendaftaran Hak Tanggungan atau peralihan Hak Tanggungan, dokumen
kelengkapan persyaratan disampaikan oleh PPAT. Dalam hal permohonan
Pelayanan HT-el sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa perubahan nama
Kreditor, penghapusan Hak Tanggungan, atau perbaikan data, dokumen
kelengkapan persyaratan disampaikan oleh Kreditor.
2) Persyaratan permohonan Pelayanan HT-el sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan dan disampaikan dalam bentuk Dokumen Elektronik.
3) PPAT menyampaikan akta dan dokumen kelengkapan persyaratan melalui sistem
elektronik mitra kerja yang terintegrasi dengan Sistem HT-el. Penyampaian
dokumen dilengkapi dengan Surat Pernyataan mengenai pertanggungjawaban
keabsahan dan kebenaran data Dokumen Elektronik yang diajukan. Seluruh
dokumen kelengkapan persyaratan wajib disimpan oleh PPAT. Format Surat
Pernyataan sebagaimana tercantum dalam Lampiran I PERMEN HT-el.
4) Permohonan Pelayanan HT-el yang telah diterima oleh Sistem HT-el diberikan tanda
bukti pendaftaran permohonan yang diterbitkan oleh sistem. Pelayanan HT-el
dikenakan biaya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai
Penerimaan Negara Bukan Pajak yang berlaku pada Kementerian.
5) Permohonan diproses setelah data permohonan dan biaya terkonfirmasi oleh Sistem
HT-el. Jika pembayaran biaya tidak terkonfirmasi oleh Sistem HT-el, Kreditor dapat
melakukan konfirmasi secara langsung ke Kantor Pertanahan atau Layanan
Pengaduan.
6) Sebelum hasil Pelayanan HT-el diterbitkan, Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat
yang ditunjuk harus memeriksa kesesuaian dokumen persyaratan dan konsep
Sertipikat HT-el. Pemeriksaan tersebut dilakukan melalui sistem HT-el. Jika dari
hasil pemeriksaan ternyata terdapat berkas yang tidak lengkap atau tidak sesuai,
maka hal tersebut dapat diberitahukan kepada Kreditor dan/atau PPAT untuk segera
melengkapi berkas.
7) Dokumen persyaratan dilengkapi paling lama hari ke 5 (lima) sejak permohonan
pelayanan diterima oleh Sistem HT-el.
8) Dalam hal jangka waktu berakhir dan Kreditor dan/atau PPAT tidak melengkapi
berkas, maka permohonan dinyatakan batal. Dalam hal dokumen persyaratan telah

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 22


sesuai, Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk memberikan
persetujuan atas unggahan dokumen persyaratan dan konsep Sertipikat HT-el.
7. Hasil Pelayanan HT-el berupa Dokumen Elektronik yang diterbitkan oleh Sistem HT-
el, meliputi:
a. Sertipikat HT-el;
b. Catatan Hak Tanggungan pada buku tanah hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun; dan
c. Catatan Hak Tanggungan pada Sertipikat Hak Atas Tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun. Pencatatan Hak Tanggungan pada buku tanah
hak atas.
8. Pencatatan Hak Tanggungan pada buku tanah hak atas tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun dilakukan pada Buku Tanah Elektronik oleh Kepala Kantor
Pertanahan atau pejabat yang diberi kewenangan.
9. Hasil Pelayanan HT-el disampaikan kepada Kreditor melalui Sistem HT-el dan/atau
melalui Domisili Elektronik. Hasil Pelayanan HT-el kemudian disahkan dengan
Tanda Tangan Elektronik oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang diberi
kewenangan, untuk menjaga keutuhan dan keautentikan Dokumen Elektronik.
10. Penerbitan Sertipikat HT-el dilakukan pada hari ke-7 (tujuh) setelah permohonan
Pelayanan HT-el terkonfirmasi Sistem HT-el. Bentuk Sertipikat HT-el dan catatan
pembebanan HT-el dibuat sesuai dengan format.
Pelayanan pendaftaran Hak Tanggungan peringkat kedua dan selanjutnya, akan
diterbitkan Sertipikat HT-el baru dengan nomor yang baru. Pelayanan peralihan Hak
Tanggungan, perubahan nama Kreditor, penghapusan Hak Tanggungan sebagian (roya
parsial), atau perbaikan data, diterbitkan Sertipikat HT-el baru dengan nomor yang sama
dengan sertipikat sebelumnya, yang berisikan data perubahan terakhir. Pelayanan
penghapusan Hak Tanggungan keseluruhan (roya penuh), Sertipikat HT-el sebelumnya
diberikan tanda khusus yang menyatakan bahwa sertipikat tidak berlaku.
Terkait keabsahan dokumen guna pelayanan HT-el, termasuk dokumen persyaratan
yang dikirim melalui dokumen elektronik berdasar pada ketentuan Pasal 20 ayat (3) bahwa
kebenaran materiil dokumen yang menjadi dasar hasil Pelayanan HT-el bukan merupakan
tanggung jawab Kantor Pertanahan. Jika kemudian diketahui dari dokumen tersebut terdapat
yang dinyatakan palsu dan digunakan sebagai dasar penerbitan Sertipikat HT-el, maka
pegawai Kantor Pertanahan tidak dapat dikenai pertanggungjawaban secara hukum.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 23


Dokumen yang dinyatakan palsu sepenuhnya menjadi tanggung jawab pengirim dokumen
baik pidana maupun perdata.
Tugas dan Peran Kantor Pertanahan dalam Hak Tanggungan Elektronik.
Kantor Pertanahan selaku penyelenggara dan pelaksana pelayanan Hak Tanggungan
Elektronik. Kantor pertanahan selaku Pelaksana Sistem HT-el diatur dalam Pasal 5 ayat (3)
Permen HT-el merupakan komponen Penyelenggara Sistem HT-el yang berwenang
memeriksa dan mengesahkan hasil Pelayanan HT-el. Untuk menyelenggarakan pelayanan
HT-el, maka Kantor Pertanahan melakukan persiapan pelaksanaan Pelayanan HT-el,
meliputi: validasi data, pendaftaran akun, pendaftaran dan Tanda Tangan Elektronik.
Validasi data dilakukan terhadap seluruh data tekstual dan data spasial bidang tanah.
Validasi dapat dilaksanakan secara bertahap pada saat pengecekan sertipikat hak atas tanah.
Buku Tanah hak atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang telah divalidasi
akan diberikan tanda atau cap telah selesai divalidasi dan pencatatan pemeliharaan data
pendaftaran tanah selanjutnya dilakukan pada buku tanah elektronik.23
Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk harus memeriksa kesesuaian
dokumen persyaratan dan konsep Sertipikat HT-el sebelum diterbitkan hasil Pelayanan HT-
el dalam sistem HT-el, jika Kepala Kantor tidak melakukan pemeriksaan terhadap dokumen
persyaratan sampai pada hari ke-7 (tujuh) maka, pada hari berikut sistem HT-el akan
menerbitkan hasil pemeriksaan yang menyatakan persetujuan dan pengesahan. Diatur dalam
Pasal 14 PERMEN HT-el, bahwa Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk
bertanggung jawab secara administratif atas hasil Pelayanan HT-el.
Kewenangan lainnya bagi pelaksana pelayanan HT-el, yakni kewenangan Kepala
Kantor Pertanahan untuk menolak Pelayanan HT-el, dikarenakan: 24
1) Terdapat sita dan/atau blokir dalam jangka waktu proses Pelayanan HT-el;
2) Terdapat alasan lain berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pada petunjuk teknis pelaksanaan HT-el, dinyatakan tentang penolakan pelayanan HT-
el dikarenakan: sita/blokir pada buku tanah objek hak tanggungan dalam jangka waktu
proses Pelayanan HT-el; atau alasan lain penolakan, sesuai ketentuan Pasal 45 Peraturan

23
Pasal 28 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pelayanan Hak Tanggungan Terintegrasi Secara Elektronik.
24
Pasal 24 Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pelayanan Hak Tanggungan Terintegrasi Secara Elektronik.

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 24


Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah; atau hari libur paling sedikit
4 hari dalam jangka waktu proses pelayanan pada saat pembuatan Surat Perintah Setor.
Selain itu Permohonan Pelayanan HT-el dapat dibatalkan apabila: terdapat keadaan
tertentu (force majeure) yang menyebabkan Sistem HT-el terganggu sehingga
mengakibatkan hasil layanan Hak Tanggungan tidak dapat diterbitkan dan Permohonan
Pelayanan HT-el ditolak dan tidak memenuhi syarat untuk diproses lebih lanjut.
Permohonan Pelayanan HT-el dinyatakan batal jika terjadi, antara lain:
1. Server mengalami blackout atau tidak berfungsi;
2. Servis yang disediakan oleh instansi lain tidak berjalan; atau
3. Jaringan komunikasi ke server terputus. yang dinyatakan oleh Penyelenggara Pelayanan
HT-el.
Jika terjadi penolakan permohonan pelayanan HT-el, maka pihak Kantor Pertanahan
akan memberitahukan kepada kreditor melalui Sistem HT-el, atau melalui domisili
elektronik dan/atau media elektronik lainnya.
2. Latihan
Peserta mata kuliah setalah membaca dan memahami modul Tanah sebagai Jaminan
Kredit, maka selanjutnya kemukakan makna dari:
1. Kemukakan makna asas droit de suite, dan droit de preference dalam lembagan
jaminan Hak Tanggungan.
2. Kemukakan Makna Asas Spesialitas dan Asas Publisitas dalam Lembaga Hak
Tanggungan.
3. Kemukakan tentang janji-janji yang dibolehkan termuat dalam akta pemberian
hak tanggungan dan janji-janji yang dilarang untuk dimuat dalam APHT.
4. Kemukakan lahirnya hak tanggungan dikaitkan dengan salah satu asas-asas
dalam lembaga jaminan Hak Tanggungan.
5. Kemukakan tentang Eksekusi Hak Tanggungan.
3. Rangkuman

Hak Tanggungan merupakan lembaga jaminan kebendaan dengan objek benda sebagai
jaminan adalah Tanah berikut atau tidak berikut dengan benda-benda lain yang berada atau
berdiri diatas tanah tersebut. Dari pengertian tersebut, maka unsur dari Hak Tanggungan.
Hak tanggungan merupakan lembaga jaminan yang lahir karena perjanjian yang dibuat
para pihak yang didahului dengan adanya perjanjian pokok, yaitu perjanjian hutang
piutang. Beberapa ciri khas dan merupakan prinsip dari hak tanggungan yang diatur dalam
ketentuan UU Hak Tanggungan, yaitu: asas Droit De Preference, asas Droit De Suite, Asas

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 25


tak dapat dibagi-bagi, asas spesialitas dan publisitas serta asas mudah dan pasti
pelaksanaan eksekusinya. Kedudukan yang diutamkan juga dapat diketahui oleh eksekusi
dari hak tanggungan. Di Pasal 20 diatur tentang eksekusi hak tanggungan, yaitu penjualan
langsung di muka umum, eksekusi dengan titel eksekutorial dan eksekusi melalui
penjualan di bawah tangan guna mendapatkan harga tertinggi berdasar kesepakatan dan
oersetujuan dari kedua pihak. Saat ini pendaftaran pelayanan hak tanggungan dilakukan
berdasarkan sistem terintegrasi secara elektronik sebagaimana diatur dalam ketentuan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pelayanan Hak Tanggungan Terintegrasi Secara
Elektronik.
4. Pustaka

1) Boedi Harsono, 1999, Hukum Agraria Indonesia Sejarah pembentukan UU Pokok


Agraria, Djambatan: Jakarta.
2) Henny Tanuwidjaja, 2012, Pranata Hukum Jaminan Utang dan Sejarah Lembaga
Hukum Notariat, Refika Aditama: Jakarta.
3) Salim, HS, 2016, Teknik Pembuatan Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT),
Rajawali Pers: Jakarta.
4) Salim HS, 2014. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. rajagrafindo
Persada, Jakarta.
5) Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980. Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok
Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan, Badan Pembinaan Hukum Nasional
Dep. Kehakiman, Jakarta.
6) Rachmadi Usman, Pasal-Pasal Tentang Hak Tanggungan, Bandung: Alumni, 1999.
7) Undang-Undang No. 4 Tahun 1996 Tentang Hak Tanggungan
8) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2020 tentang Pelayanan Hak Tanggungan
Terintegrasi Secara Elektronik.
9) Peraturan Menteri Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional No. 8 Tahun 2012
D. Tugas dan Lembar Kerja

Peserta mata kuliah Hukum Agraria, mengerjakan telaah Lembaga Jaminan Hak
Tanggungan, Memuat tentang:
- Kedudukan Tanah sebagai benda tak bergerak
- Perbedaan hipotik dan hak tanggungan
- Asas-asas hak tanggungan
- Peran PPAT dalam pembuatan Akta
- Penggunaan SKMHT dan APHT
- Peralihan Hak Tanggungan

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 26


- Eksekusi Hak Tanggungan
E. Tes Formatif
Pilihlah Benar/ Salah dari pernyataan berikut:

1. Hak Tanggungan adalah Lembaga jaminan hak atas tanah sebagaimana diatur dalam
ketentuan Pasal 53 Undang-Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar
Pokok-Pokok Agraria. ( Benar/ Salah).
2. Kedudukan Lembaga jaminan hak atas tanah sebelum adanya UU No. 4 Tahun 1996,
berdasarkan pada ketentuan Hipotik pada Burgelijk Wetboek. (Benar/ Salah).
3. Hak tanggungan merupakan lembaga jaminan yang lahir karena perjanjian yang
dibuat para pihak yang didahului dengan adanya perjanjian pokok, yaitu perjanjian
hutang piutang. Perjanjian Pokok tersbut merupakan akta notaril. (Benar/Salah)
4. Asas pemisahan horizontal dalam hukum agrarian nasional juga diberlakukan pada
pengikatan objek hak tanggungan. Dalam artian bahwa objek hak tanggungan hanya
dilekatkan pada hak atas tanah berikut atau tdak berikut benda-benda di atas tanah.
(Benar/ Salah).
5. Pendaftaran Akta pemberian hak tanggungan, merupakan pemenuhan asas publisitas
dalam pembebanan hak tanggungan, guna memberikan kepastian akan lahirnya hak
tanggungan. Lahirnya hak tanggungan dapat diketahui melalui tanggal pembubuhan
dalam buku tanah dan sertifikat hak tanggungan oleh Kantor Pertanahan setempat.
(Benar/ salah)

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Bila Anda merasa telah menjawab tes formatif dengan baik, bandingkanlah jawaban
Anda tersebut dengan rambu-rambu jawaban yang disediakan. Jika hasil perhitungan
menunjukkan anda telah mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar dari 80%,
Anda dipersilakan untuk meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya.
Untuk mengetahui persentase penguasaan materi pada kegaitan belajar ini, anda cukup
menghitung menggunakan rumus berikut:
Jumlah jawaban yang benar
------------------------------------- x 100% = …… %
Jumlah soal

Modul 13 Tanah sebagai Jaminan Kredit 27

Anda mungkin juga menyukai