Anda di halaman 1dari 56

MODUL III

HUKUM AGRARIA

PEMBENTUKAN UUPA &


PEMBANGUNAN HUKUM TANAH
NASIONAL

TIM PENGAMPU MATA KULIAH


PENANGGUNG JAWAB
PROF. DR. FARIDA PATITTINGI, S. H., M. HUM.

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020

Modul III Pembentukan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional i


KATA PENGANTAR

Perkenankanlah pada kesempatan ini, kami mengucapkan puji syukur yang


sedalam-dalamnya kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga
kami dapat menyelesaikan modul ini. Modul ini disusun sebagai panduan bagi
peserta mata kuliah Hukum Agraria untuk memahami hal-hal yang terkait dengan
pembentukan UUPA dan Pembangunan hukum tanah nasional. Penulis berharap
modul ini dapat memperkaya teori mahasiswa materi dasar berkaitan dengan
pertanahan di Indonesia. Itulah sebabnya, modul ini ditulis sedemikian rupa dan
lebih banyak menguraikan teori agar nantinya dalam dapat memudahkan peserta
mata kuliah memahami hukum tanah nasional.

Ucapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada Dekan Fakultas Hukum
beserta para Wakil Dekan, ketua dan sekretaris Departemen Hukum Keperdataan,
serta para dosen pengampu mata kuliah Hukum Agraria. Tanpa mereka yang telah
membuat program penulisan modul, tentu modul ini mungkin masih dalam draft.
Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada para kolega yang tidak dapat
disebutkan namanya satu persatu. Semoga modul ini dapat menjadi referensi dan
menambah wawasan mahasiswa dan pembaca.

Ttd,

Tim Penyusun

Modul III Pembentukan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional ii


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ............................................................................... ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS).......................................iv
MODUL III PEMBENTUKAN UUPA DAN PEMBANGUNAN HUKUM
TANAH NASIONAL.........................................................................................1
KEGIATAN BELAJAR: PEMBENTUKAN UUPA DAN
PEMBANGUNAN HUKUM TANAH NASIONAL............................................3
A. Deskripsi Singkat.......................................................................................3
B. Relevansi...................................................................................................3
C. Capaian Pembelajaran..............................................................................3
1. Uraian..................................................................................................3
2. Latihan...............................................................................................26
3. Rangkuman.......................................................................................26
4. Pustaka.............................................................................................26
D. Tugas dan Lembar Kerja.........................................................................26
E. Tes Formatif.............................................................................................27
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut..............................................................29
UNIVERSITAS HASANUDDIN
Kode
FAKULTAS HUKUM Dokumen
PRODI S1 ILMU HUKUM
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
MATA KULIAH (MK) KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan
HUKUM AGRARIA
211B1313 HUKUM KEPERDATAAN T=3 P=0 3 26 Juni 2020
OTORISASI Pengembang RPS Koordinator RMK Ketua PRODI

Wakil Dekan Bidang I Akademik, Riset & Inovasi


Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. An. Tim Pengampu
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Prof Dr Farida Patittingi, S. H., Dr. Winner Sitorus, S.H., LL.M.
M.Hum Dr. Maskun, S.H., LL.M
Capaian CPL-PRODI yang dibebankan pada MK
Pembelajaran (CP) CPL-S1 Memiliki integritas dan etika profesi hukum berdasarkan nilai-nilai Pancasila
CPL-KU1 Mampu berpikir secara kritis, logis dan sistematis
CPL-KU2 Mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan
CPL-KU3 Mampu bekerja secara individu dan kolektif
CPL-KK1 Mampu melakukan penelitian hukum untuk menyusun argumen hukum
CPL-KK2 Mampu melakukan mediasi dan negosiasi (non-litigasi)
CPL-KK3 Mampu memberikan saran dan penyelesaian masalah hukum
CPL-P4 Menguasai konsep teoritis mengenai hukum materiil
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK 1 Mampu mengemukakan sejarah, politik hukum yang mendasari keberlakuan, karakteristik produk hukum pertanahan berdasar era
keberlakuannya, tujuan pembentukandan konsep hukum agraria nasional serta perkembangannya UUPA. ( CPL- KU1, CPL-KU2, CPL-P4).
CPMK 2 Mampu melakukan penelusuran kasus-kasus pertanahan yang terjadi di masyarakat dan menghubungkan dengan prinsip-prinsip hukum
agraria nasional (CPL-S1, CPL-KU1, CPL-KU2, CPL–KK1).
CPMK 3 Mampu menerapkan konsep hukum agraria nasional dalam mencari solusi atas berbagai konflik dan sengketa agraria nasional (CPL-KU3,
CPL-KK1, CPL-KK2, CPL-KK3).
CPL  Sub-CPMK
CPL-1 - SubCPMK1 Mampu mengemukakan beberapa istilah, Pengertian Agraria, Hukum Agraria dan Ruang Lingkup Hukum Agraria :
Bumi, Air, Ruang angkasa dan sumber daya alam
- SubCPMK2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan karakter hukum agraria berdasarkan periodisasi berlakunya
hukum agraria, yang meliputi masa sebelum berlakunya UUPA dan setelah berlakunya UUPA.
- SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah Nasional
dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
CPL-2 - Sub.CPMK2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan karakter hukum agraria berdasarkan periodisasi berlakunya
hukum agraria, yang meliputi masa sebelum berlakunya UUPA dan setelah berlakunya UUPA.
- SubCPMK6-7Mahasiswa mampu mengelompokkan dan mengaplikasikan Hak-hak Penguasaan Atas Tanah sesuai dengan
pemasalahan hukum agraria dalam masyarakat.
- SubCPMK13 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, Program, kebijakan dan tujuan Land Reform, dan mengkorelasikan
dengan kebijakan Reforma Agraria saat ini .
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
CPL-3 - SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah Nasional
dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
- SubCPMK10 Mahasiswa mampu mengaitkan ketentuan hukum terkait dengan penyediaan tanah dan mampu memecahkan
permasalahan hukum dalam pelaksanaan penyediaan tanah di masyarakat.
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
- SubCPMK12 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, landasan dan tujuan pembangunan rumah susun, dan mampu
menentukan hak atas tanah yang dapat didirikan rumah susun, pemilikan rumah susun, Pembebanan HSMRS dan Kedudukan
Perhimpunan, Peghuni.
- SubCPMK13 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, Program, kebijakan dan tujuan Land Reform, dan mengkorelasikan
dengan kebijakan Reforma Agraria saat ini .
- SubCPMK14 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian; dasar hukum dan asas-asas tanah sebagai jaminan kredit , perjanjian
jaminan dan menerapkannya dalam praktik pembebanan hak tanggungan.
CPL-4 - SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah Nasional
dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
- SubCPMK4 Mahasiswa mampu menguraikan faktor-faktor perlunya pembentukan UUPA dan tahapan-tahapan penyusunan
UUPA.
- SubCPMK15 Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai kasus pertanahan yang terjadi di Indonesia dan menganalisis tahapan
Penyelesaian Sengketa Agraria
CPL-5 - SubCPMK 9 Mahasiswa mampu mengemukakan makna tujuan dan berbagai jenis sistem publikasi dalam pendaftaran tanah
serta menyimpulkan peranan Kepala Desa dan PPAT dalam Pendaftaran Tanah untuk memberikan kepastian hukum.
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.

Modul III Pembentukan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional v


CPL-6 - SubCPMK 9 Mahasiswa mampu mengemukakan makna tujuan dan berbagai jenis sistem publikasi dalam pendaftaran tanah
serta menyimpulkan peranan Kepala Desa dan PPAT dalam Pendaftaran Tanah untuk memberikan kepastian hukum.
- SubCPMK11. Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
CPL-7 - SubCPMK6-7Mahasiswa mampu mengelompokkan dan mengaplikasikan Hak-hak Penguasaan Atas Tanah sesuai dengan
pemasalahan hukum agraria dalam masyarakat.
- SubCPMK 10 Mahasiswa mampu mengaitkan ketentuan hukum terkait dengan penyediaan tanah dan mampu memecahkan
permasalahan hukum dalam pelaksanaan penyediaan tanah di masyarakat.
- SubCPMK12 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, landasan dan tujuan pembangunan rumah susun, dan mampu
menentukan hak atas tanah yang dapat didirikan rumah susun, pemilikan rumah susun, Pembebanan HSMRS dan Kedudukan
Perhimpunan, Penghuni.
- SubCPMK14 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian; dasar hukum dan asas-asas tanah sebagai jaminan kredit , perjanjian
jaminan dan menerapkannya dalam praktik pembebanan hak tanggungan.
- SubCPMK15 Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai kasus pertanahan yang terjadi di Indonesia dan menganalisis tahapan
Penyelesaian Sengketa Agraria
CPL-8 - SubCMK 2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan karakter hukum agraria berdasarkan periodisasi berlakunya
hukum agraria, yang meliputi masa sebelum berlakunya UUPA dan setelah berlakunya UUPA.
- SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah Nasional
dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
- SubCPMK4 Mahasiswa mampu menguraikan faktor-faktor perlunya pembentukan UUPA dan tahapan-tahapan penyusunan
UUPA.
- SubCPMK12 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, landasan dan tujuan pembangunan rumah susun, dan mampu
menentukan hak atas tanah yang dapat didirikan rumah susun, pemilikan rumah susun, Pembebanan HSMRS dan Kedudukan
Perhimpunan, Peghuni.
- SubCPMK13 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, Program, kebijakan dan tujuan Land Reform, dan mengkorelasikan
dengan kebijakan Reforma Agraria saat ini .
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
- SubCPMK14 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian; dasar hukum dan asas-asas tanah sebagai jaminan kredit , perjanjian
jaminan dan menerapkannya dalam praktik pembebanan hak tanggungan
Deskripsi Singkat Mata kuliah ini mempelajari istilah dan pengertian hukum agraria, aspek-aspek hukum agraria, baik dari segi hukum positif maupun dari kasus-kasus
MK yang terjadi di masyarakat, sejarah dualisme hukum agraria (hukum tanah Barat dan hukum tanah adat) pada masa kolonial, sejarah terbentuknya
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), asas-asas yang mendasari pelaksanaan UUPA, hak menguasai negara perbedaannya dengan Domein Verklaring,
hak ulayat, politik hukum agraria dan perkembangan politik hukum agraria, hak-hak atas tanah menurut UUPA meliputi: konsepsi hukum tanah
nasional,
pemilikan, peralihan dan pendaftarannya, land reform, perkembangannya dan land use, penataan pemanfaatan tanah untuk berbagai
penggunaan,penyediaan dan pengadaan tanah, Hak Milik Satuan Rumah Susun (HSMRS), Lembaga Jaminan Hak atas Tanah ( Hak Tanggungan) dan
Sengketa serta konflik Pertanahan nasional.
Bahan Kajian / 1. Pengertian Agraria dan Ruang Lingkup Hukum Agraria.
Materi 2. Periodisasi Perkembangan Hukum Agraria.
Pembelajaran 3. Pembentukan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional.
4. Sejarah Penyusunan UUPA.
5. Prinsip-prinsip Dasar Hukum Agraria dalam Hukum Agraria Nasional.
6. Hak-Hak Penguasaan Atas Tanah.
7. Pendaftaran Tanah.
8. Penyediaan dan Pengadaan Tanah.
9. Perumahan & Permukiman.
10. Land Reform dan Kebijakan Reforrma Agraria.
11. Hak Milik Satuan Rumah Susun.
12. Tanah Sebagai Jaminan: Hak Tanggungan dan R. Lingkup serta eksekusi Hak Tanggungan.
13. Penyelesaian Sengketa Agraria
Pustaka Utama :
1. Buku Ajar Hukum Agraria, Fakultas Hukum Unhas, UnhasPress.
2. Adrian Sutedi, 2012, Peralihan Hak Atas Tanah, cetakan kedua, PT. Sinar Grafika, Jakarta.
3., 2010, Hukum Rumah Susun Dan Apartemen, PT. Sinar Grafika, Jakarta.
4. Abrar Saleng. 2013, Kapita Selekta Hukum Sumber Daya Alam, Membumi Publishing, Makassar.
5. Arie Sukanti Hutagalung. 2008. Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan. Rajawali Pers, Jakarta.
6. Aslan Noor, 2006. Konsep Hak Milik atas Tanah Bagi Bangsa Indonesia, Penerbit: Mandar Maju, Bandung.
7. Boedi Harsono, 2003 Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta.
8. Elza Syarief, 2014, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, PT. Gramedia (KPG), Jakarta.
9. Farida Patittingi. 2009. Pengaturan Penguasaan Tanah Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Penerbit Lanarka,
10--------------------, 2012, Dimensi Hukum Pulau-Pulau Kecil di Indonesia (Studi Atas Penguasaan dan Pemilikan Tanah)., Penerbit
Rangkang Education, Yogyakarta.
11. Maria SW Sumardjono,2018, Regulasi Pertanahan dan Semangat Keadilan Agraria, Jakarta
12. -----------------------------, Nurhasan Ismail, Isharyanto,2008, Mediasi Sengketa Tanah, Potensi Penerapan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (ADR) di Bidang Pertanahan, PT. Kompas Media Indonesia, Jakarta
13----------------------------, 2015, Dinamika Pengaturan Pengadaan Tanah di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
14., 2020. Agenda Yang Belum Selesai: Refleksi atas Berbagai Kebijakan Pertanahan, Fakultas Hukum UGM,
Yogyakarta (Ebook).
15. Mochtar Kusumaatmadja. 1986. Bunga Rampai Hukum Laut. Bina Cipta, Bandung.
16. Muhammad Ilham Arisaputra, 2015. Reforma Agraria Di Indonesia. PT. Sinar Grafika. Jakarta.
17. Sudirman Saad. 2003. Politik Hukum Perikanan Indonesia. Lembaga Sentral Pembiayaan Masyarakat.
18.......................2009. Hak Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan. PT.LKIS Printing Cemerlang, Yogyakarta.
19. Sri Susyanti Nur. 2010. Hak Guna Laut dalam Usaha Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan.Pustaka Pena
20. Urip Santoso. 2017. Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan, dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun. Kencana. Jakarta.
21, 2014, Hukum Perumahan, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta.
22, 2010. Pendaftaran dan peralihan Hak Atas Tanah. Kencana Premedia Group. Jakarta.
23. Bernhard Limbong, 2014, Politik Pertanahan, PT. Dharma Karsa Utama, Jakarta.
Pendukung :
1. Arie Wahyono, dkk. 2000. Hak Ulayat Laut di Kawasan Timur Indonesia. Media Pressindo, Yogyakarta.
2. Baharuddin Lopa. 1982. Hukum Laut, Pelayaran dan Perniagaan. Alumni, Bandung.
3. Bushar. 1988. Asas-Asas Hukum Adat Sebagai Pengantar. Pradya Paramitha, Jakarta.
4. C.B. Macpherson. 1989. Pemikiran Dasar tentang Hak Milik, terjemahan
5. Christy dan A. Scott, 1986. Sifat dari Sumber Daya Alam Milik Bersama (Ekonomi Perikanan: Dari Teori)
6. Dahuri, J.Ginting dan Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
7. Firial Marahuddin. 1986. Ekonomi Perikanan. Gramedia, Jakarta.
8. E. Likadja. 1988. Hukum Laut dan Undang-Undang Perikanan. Ghalia Indonesia, Jakarta.
9. Irma Devita, 2011. Hukum Jaminan Perbankan, Mizan Media Utama, Bandung.
10. N. Khublall. 1991. Law Of Real Property and Conveyaancing. Second Edition, Published By Longman Singapore Publisher (Pte) Ltd.
Singapore.
11. Maria SW Sumardjono, 2011. Pengaturan Sumber Daya Alam Di Indonesia (antara yang tersurat dan tersirat)” Kajian Kritis Undang-
Undang Terkait Penataan Ruang dan Sumber Daya Alam, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
12. Salim HS, 2014. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. rajagrafindo Persada, Jakarta.
13. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980. Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan,
Badan Pembinaan Hukum Nasional Dep. Kehakiman, Jakarta.
14. Peter Batt, 2001. Land Law. Fourth Edition. Law Book Co. NSW. Australia.
15. P.J. Fitzgerald. 1966. Salmond On Jurisprudence. London: Sweet & Maxwell.
16. Rustiadi dkk, 2011, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Cresspent Press Pustaka Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
17. Hadi Sabari Yunus, 2006, Megapolitan (Konsep, Problematika dan Prospek), Pustaka Pelajar, Jakarta.
18. Sri Susyanti Nur, 2010. Bank Tanah Alternatif Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Kota Berlanjutan. As. Publishing. Jakarta.
19. Victor P.H. Nikijuluw. 2002. Rezim Pengelolaan Sumber Daya Perikanan. Pustaka Cidesindo, Jakarta.
20. Video Bedah Buku Bedah Buku berjudul “Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat” karya Dr. Julius Sembiring,
S.H., MPA (Kepala PPPM STPN), https://youtu.be/c3Y7RXRU3y8
21. Video Webminar Fak. Hukum – Kementerian Pertanian “ Menjaga Kedaulatan Pangan”, https://www.youtube.com/watch?v=bql-
SnM0ePo
22. Video webminar Kanal KPK: Penataan Ulang regulasi Sumber Daya Alam Di Indonesia Seri I, Kanal KPK,
https://www.youtube.com/watch?v=qzhTwm5Qc3U.
23. http://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/view/483/96 Persoalan Struktur dalam Politik Penegakan Hukum Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup
24. http://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/view/479, Vol. 5 No.2-2 (2019): INTEGRITAS Volume 05 No. 2-2 Tahun 2019,
Harmonisasi Regulasi dan Perbaikan Tata Kelola Sumber Daya Alam Di Indonesia, Maria SW Sumardjono dkk
Dosen Pengampu 1. Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M. Hum.
2. Prof. Dr. Abrar Saleng, S.H., M.H.
3. Prof. Dr. Suriyaman M. Pide, S.H., M.H.
4. Prof. Dr. Anwar Borahima, S.H., M.H.
5. Dr. Susyanti Nur, S.H., M.H.
6. Dr. Sudirman Saad, S.H., M.H.
7. Dr. Kahar Lahae, S.H., M.H.
8. Dr. Marwah, S.H., M.H.
9. Dr. Muh. Ilham Arisaputra, S.H., M.Kn.
10. Dr. Muh. Aswan, S.H., M.Kn.
11. Ismail Alrip, S.H., M.Kn.
12. Amaliyah, S.H., M.H.
13. Fitri Pratiwi Rasyid, S.H., M.H.
14. A. Suci Wahyuni S.H., M.Kn.
Matakuliah syarat Tidak ada
Bentuk Pembelajaran,
Sub-CPMK Metode Pembelajaran, Bobot
Pekan Penilaian Materi Pembelajaran
(Kemampuan akhir tiap Penugasan Mahasiswa, Penilaian
Ke- [ Estimasi Waktu] [ Pustaka ]
tahapan belajar) (%)
Indikator Kriteria & Bentuk Luring (Offline) Daring (Online)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1  Ketepatan Bentuk: Bentuk Pembelajaran BP: 5%
- Menguasai Konsep menguraikan Tes/ Lisan atau (BP): Kuliah Tatap Maya 1. Kontrak
Integritas Akademik istilah hukum tertulis (review 1x3x50’ Menit Perkuliahan
secara umum dan agraria, ruang pertemuan) TM: (1x 3x 50”) menit 2. Peraturan
konsep plagiarism Akademik
lingkup hukum
secara khusus, Kriteria: Metode: Belajar Mandiri 3. Gambaran
agraria yang - 5= Menjawab - Tatap Muka (BM) Perkuliahan dalam
dalam hal jenis
meliputi bumi, air, semua soal - Diskusi Interaktif (1x 3 x 60”) menit 1 semester
plagiarisme,
ruang angkasa dan dengan tepat dan 4. Penjelasan RPS
konsekuensi
pelanggaran (sanksi) kekayaan alam sesuai substansi SIKOLA UNHAS dan tujuan
dan upaya yang terkandung - 4= Menjawab Mahasiswa pembelajaran
di dalamnya semua soal tetapi mempelajari bahan mata kuliah.
pencegahannya
tidak menyeluruh ajar melalui alur 5. Manajemen Kelas
(sitasi/bibliografi)
dalam pembelajaran 6. Penelusuran Buku
- Mahasiswa mampu
menjelaskan. Pertemuan I dan Referensi
mengemukakan
- 3= menjawab lainnya.
beberapa soal tetapi
istilah/pengertian kurang tepat. PT (Penugasan Pengertian Agraria
hukum agraria dan - 1= menjawab Terstruktur): dan R. Lingkup Hukum
ruang lingkup soal tidak tepat. 1x3x 60’ Menit Agraria:
hukum agraria Membuat Resume 1. Pengertian
dari bahan Bacaan Agraria, Hukum
terkait Materi Agraria
Pertemuan I. 2. Ruang Lingkup
Hukum Agraria :
Bumi, Air, Ruang
angkasa dan
sumber daya alam
Pustaka:
- Buku Ajar Hal 1-11
- Boedi Harsono Bab
I hal 4-14

2 Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk: Bentuk Pembelajaran BP: Periodisasi 5%


mengidentifikasi dan mengidentifikasi Tes/ Lisan atau (BP): Kuliah Tatap Maya Perkembangan
membedakan karakter karakter hukum tertulis (review Hukum Agraria di
hukum agraria agraria sesuai pertemuan) TM: (1x 3x 50”) menit Indonesia, berlakunya
berdasarkan periodisasi periodisasi Belajar Mandiri (sebelum adanya
berlakunya hukum Kriteria: Metode: (BM) UUPA):
berlakunya
agraria, yang meliputi - 5= Menjawab - Tatap Muka (1x 3 x 60”) menit - Hukum Adat,
masa sebelum berlakunya semua soal - Diskusi Interaktif SIKOLA UNHAS - Masa Kerajaaan dan
 Kemampuan
UUPA dan setelah dengan tepat Mahasiswa - Masa Penjajahan
berlakunya UUPA. mengemukakan mempelajari bahan
dan sesuai (Inggris, Hindia
pendapat secara substansi ajar melalui alur
lisan atau tulisan Belanda, Jepang)
- 4= Menjawab pembelajaran
tentang sejarah - Setelah
semua soal Pertemuan 2
dan tetapi tidak Kemerdekaan,
perkembangan menyeluruh - Lahirnya UUPA
hukum agraria dalam PT (Penugasan
menjelaskan. Terstruktur): Pustaka:
- 3= menjawab 1x3x60’ - Buku Ajar Bab. 2
soal tetapi Mahasiswa Boedi Harsono
kurang tepat. membaca berbagai hal.32-68;
referensi baik buku - Arie Soekanti
maupun artikel
Hutagalung
kemudian membuat
ulasan tentang - Aslan Noor
karakteristik Hukum - Elza Syarie, hal.91-
dan produk hukum 161
yang ada pada era
Hukum Adat, Zaman
Kerajaan, Hindia
Belanda.
3 Mahasiswa mampu - Kehadiran Bentuk : BP: Kuliah Pembentukan UUPA 5%
mengaitkan fungsi dan - Keaktifan dalam Bentuk Test : - Kuliah (1 x 3x 60”) menit dan Pembangunan
tujuan UUPA, hubungan diskusi Lisan - Tatap Maya Hukum Tanah
fungsional UUPA sebagai - Ketepatan dalam - Diskusi Nasional
Hukum Tanah Nasional menjelaskan Kriteria : (1 x 3 x 50”)menit a. Fungsi UUPA
interaktif
dengan Hukum Tanah fungsi dan tujuan - 5= menjawab 5 Metode: b. Tujuan UUPA
Adat, Konsepsi Hukum UUPA dan soal benar - Tatap Muka
BM: c. Hubungan
Tanah Barat, Feodal, dan korelasinya - 4= menjawab 4 - Ceramah
1x3x60’ Menit Fungsional UUPA
Hukum Tanah Nasional. dengan politik soal benar - diskusi interaktif
SIKOLA  dengan Hk Adat
hukum agraria - 3= menjawab 3 Mahasiswa d. Konsepsi Hukum
nasional soal benar mempelajari bahan Tanah (Tanah
- Ketepatan dan - 2= menjawab 2 ajar, referensi yang
soal benar Barat, Tanah
ketuntasan diberi melalui alur
dalam - 1=menjawab 1 Feodal, Tanah
pembelajaran Nasional)
menjelaskan soal benar Pertemuan 3
hubungan
fungsional PT  Pustaka :
konsepsi hukum 1x3x60 - Buku Ajar Bab. 3
agraria pada Mahasiswa diminta
setiap masanya membaca Konstitusi, Boedi Harsono
peraturan Hal. 162-217
perundang-
- Maria SW
undangan dan UUPA.
Sumardjono
Kemudian membuat
analisis yang “Regulasi
mengaitkan Pertanahan…..”
Ketentuan- - Elza Syarief Hal.
ketentuan Pasal-
91-161
Pasal dalam UUPA
yang menunjukkan
keterkaitan konsep
hukum tanah adat
dgn hukum agraria
nasional,
mengemukakan
perbandingan
konsep ketentuan-
ketentuan hukum
tanah barat dengan
hukum tanah
nasional dan
menyertakan daftar
pustaka.
Mahasiswa mampu - Kehadiran Bentuk Test: Bentuk: BP: Kuliah Sejarah Penyusunan
4 menguraikan faktor-faktor - Keaktifan dalam Tulis - Tatap Muka 1x3x50’ Menit UUPA 5%
perlunya pembentukan diskusi (1 x3 x 50”)menit a. Penyusunan Hk
UUPA dan tahapan- - Ketepatan dan Kriteria: MP: Agraria Nasional
tahapan penyusunan ketuntasan dalam - 5= menjawab 5 - Tatap Muka b. Tahapan
UUPA. mengemukakan soal benar Metode: - Diskusi Penyusunan UUPA :
urgensi - 4= menjawab 4 - ceramah Interaktif/ 1. Panitia Agraria
pembentukan soal benar - Diskusi small grup Yogya;
UUPA dan Politik - 3= menjawab 3 interaktif/ small discussion 2. Panitia Agraria
Hukum Agraria soal benar Group Jakarta;
Nasional. - 2= menjawab 2 discussion, BM: 3. Panitia Agraria
- Ketepatan dan soal benar (1 x 3 x 60”) menit Soewahjo;
Discovery
ketuntasan - 1=menjawab 1 Sikola 4. Rancangan
learning
menguraikan soal benar Mahasiswa Soenarjo;
sejarah mempelari bahan 5. Rancangan
penyusunan ajar, materi , artikel Sadjarwo;
rancangan UUPA maupun link yang 6. Peraturan dan
diberikan pada alur Keputusan yang
pembelajaran dicabut.
Pertemuan ke-4
Pustaka:
PT: - Boedi Harsono Hal.
1x3x60’ Menit 125-133;
Membaca tentang - Benhard Limbong
Penjelasan, Landasan - Elza Syarief Hal.91-
filosofis, sosiologis 161
dan yuridis dalam
penyusunan UUPA.
Tugas dibuat dalam
bentuk Uraian.

5 Mahasiswa mampu - Kehadiran BP: BP : Prinsip-prinsip Dasar 5%


menelaah prinsip-prinsip Kuliah Kuliah ( 1x3x50’) Hukum Agraria
dasar hukum agraria - keaktifan Bentuk Test: (1x 3 x 50”) menit Menit Nasional yang
Nasional dalam kasus - Kejelasan dan Tulis MP: terdapat dalam
konkrit - Tatap Maya ketentuan-ketentuan
ketuntasan
Kriteria: Metode : - Interactive yang diatur di dalam
mahasiswa dalam
- 5= menjawab 5 - Tatap Muka Learning UUPA)
menegaskan dan soal benar - Interactive Learning BM
mengemukakan - 4= menjawab 4 (Cooperative / ( 1 x 3 x 60”) menit Pustaka:
tentang prinsip- soal benar Colaborative learning ) Sikola - UUPA;
prinsip dasar - 3= menjawab 3 Mahasiswa - Buku Ajar Bab. 5
hukum agraria soal benar mempelajari bahan Boedi Harsono;
dalam UUPA Pasal - 2= menjawab 2 ajar pada alur - Arie Soekanti
1-15 UUPA. soal benar pembelajaran Hutagalung;
- 1=menjawab 1 Pertemuan 5 - Farida Patittingi
- Ketepatan dalam soal benar Dan mengikuti Link Pengaturan
menganalisis isu Video Webminar Penguasaan Tanah
hukum pertanahan https://www.youtub
Elza Syarief
dan keterkaitannya e.com/watch?v=qzh
- Ebook Maria SW
dengan Twm5Qc3U
Sumardjono.
implementasi Penataan Ulang
prinsip hukum regulasi Sumber
agraria nasional. Daya Alam Di
Indonesia Seri I,
Kanal KPK

Penugasan
Terstruktur:
•Membuat analisis
tentang prinsip-
prinsip dasar UUPA
dengan realita
masalah pertanahan
yang sering terjadi
saat inI. Tugas dibuat
min. 3 halaman
dengan
menyertakan,
kuitpan, dasar
hukumnya dan
daftar referensi.

6-7 Mahasiswa mampu Kejelasan dalam Bentuk Test: BP: BP: Hak-hak Penguasaan 10%
mengelompokkan dan mengemukakan Tulis Kuliah (1x3x50’) Menit Kuliah ( 1x3x50 Atas Tanah
mengaplikasikan Hak-hak hirarki hak Menit) a. Hak-Hak
Penguasaan Atas Tanah penguasaan atas Kriteria: Metode: Penguasaan
sesuai dengan tanah dalam hukum - 5= menjawab 5 - Ceramah
pemasalahan hukum soal benar - Collaborative BM b. Hierarki Hak-hak
agraria nasional.
agraria dalam masyarakat. - 4= menjawab 4 Learning (1x 3x 60”) Menit Penguasaan
Ketepatan dalam soal benar SikolaMahasiswa
c. Hak-hak atas tanah
membandingkan - 3= menjawab 3 mempelajari bahan
yang bersifat Tetap
sehingga jelaslah soal benar ajar, materi,
- 2= menjawab 2 referensi dan link (pasal 16 UUPA)
perbedaan hak-hak
soal benar yang diberikan pada Hak-hak atas Tanh
penguasaan atas
- 1=menjawab 1 alur Bagian II :
tanah dan jenis-
soal benar Video : d. Lanjutan hak-hak
jenis hak atas tanah
Bedah Buku atas tanah
Ketepatan dan berjudul “Dinamika
bersifat tetap.
kesesuaian Pengaturan dan
e. Hak-hak atas
Permasalahan Tanah
membandingkan tanah yang
Ulayat” karya Dr.
hak-hak atas tanah bersifat
Julius Sembiring,
yang bersifat tetap sementara.
dan hak atas tanah S.H., MPA (Kepala f. Hak-hak
yang bersifat PPPM STPN) penguasaan
sementara https://youtu.be/c3Y wilayah pesisir
7RXRU3y8 Pustaka:
Ketepatan dan PT: - UUPA & Peraturan
kejelasan Perbandingan Hak Pelaksanaannya.
memaknai Milik, Hak Guna
kedudukan hak Usaha, Hak Guna - Buku Ajar Bab 6 Hal.
ulayat dan hak Bangunan, Hak 94-163
komunal Pakai, Hak
Pengelolaan. - Boedi Harsono hal.
masyarakat adat
Mahasiswa 23-25 & hal. 262-
atas tanah
mengerjakan tugas 282; hal.283-362;
Kejelasan dalam dengan
menggunakan media - Aslan Noor” Konsep
mengemukakan
karton guna Hak Milik”
mengenai tanah
negara bebas dan pembuatan - Farida Patittingi;
perbandingan hak
tanah hak
atas tanah yg satu
dgn yang lainnya.

8 UJIAN TENGAH SEMESTER 15%

Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk : Bentuk: Pendaftaran Tanah 5%


9 mengemukakan makna menjelaskan BM a. Dasar hukum,
tujuan dan berbagai jenis tentang sistem Bentuk Test: - Tatap Muka (1 x 3 x 60”) menit b. Pengertian,
sistem publikasi dalam publikasi Tulis (1 x 3 x 50”) menit Sikola  c. Asas dan Tujuan,
pendaftaran tanah serta Metode : Mahasiswa d. Objek,
menyimpulkan peranan  Ketepatan dalam Kriteria: - Ceramah mempelajari bahan e. Sistem Pendaftaran
Kepala Desa dan PPAT menjabarkan - 5= menjawab 5 - Small Group ajar dan materi dan Publikasi PT
dalam Pendaftaran Tanah tujuan publikasi soal benar melalui alur f. Kegiatan
Discussion
untuk memberikan dalam dengan tepat, pembelajaran Pendaftaran tanah
kepastian hukum. pendaftaran sesuai substansi pertemuan ke-XII. g. Peran Kepala Desa
Tugas Diskusi Kelompok:
tanah dan tuntas PT dan PPAT
 Ketepatan dalam - 4= menjawab 4  Peserta Mata kuliah Peserta mata Kuliah H. Sertifikasi tanah
menjelaskan soal benar, tidak dibagi dalam yang telah terbagi gratis (LMPDP, Prona,
kedudukan dan tuntas beberapa kelompok dalam kelompok, SMS, Larasati, PTSL)
peran kementrian - 3= menjawab 3 diskusi. menentukan topik
ATR, Kepala Desa, soal benar  Setiap kelompok permasalahan terkait Pustaka:
PPAT dalam - 2= menjawab 2 akan membahas kasus-kasus - Boedi Harsono,
Pendaftaran soal benar pertanahan yang - Adrian Sutedi
materi yang berbeda
Tanah. - 1=menjawab 1 bersumber dari ‘Peralihan hak atas
satu sama lain terkait
soal benar tahapan pendaftaran Tanah” hal. 112-
 Ketepatan dalam Pendaftaran Tanah. tanah seperti : 179.
memberikan - Kasus sertifikat
interpretasi  Pada tahap - Urip Santoso
selanjutnya palsu
tentang sistem “Pendaftaran &
dilakukan presentasi - Kasus sertifikat
pendaftaran Peralihan HAT.
kelompok. ganda
tanah stetsel
negatif - Kasus
 Pada tahap pembuktian
bertendensi
positif yang selanjutnya diskusi kepemilikan hak
berlaku dalam kelompok setiap atas tanah
hukum agraria kelompok akan - Kasus
nasional mengajukan pembatalan
pertanyaan kepada pemberian hak
ketepatan dan sejumlah kelompok atas tanah.
kejelasan dalam yang ada dan - Kasus pemberian
menganalisis sebaliknya. hak atas tanah
program-program
atas tanah adat.
pemerintah
menyelenggarakan
Kemudian tiap
pendaftaran tanah kelompok membuat
(pendaftaran tanah Analisis tentang
sistematis, PTSL dan kasus terkait
sebagainya) dengan dikaitkan dengan
pengaturan dasar hukum dalam
ketentuan Pendaftaran Tanah.
pendaftaran tanah
dan tujuan
pendaftaran tanah.

10 Mahasiswa mampu  Kehadiran Bentuk : Bentuk Penyediaan Tanah 5%


mengaitkan ketentuan  Keaktifan dalam Bentuk Tes: - Tatap Muka BM dan Pengadaan Tanah
hukum terkait dengan diskusi -Tes Lisan/ Tertulis ( 1 x3x 60”)menit a. Fungsi Tanah
penyediaan tanah dan Review tentang Mid (1x3x50”) menit Sikola
 Ketepatan dan b. Tatacara Perolehan
mampu memecahkan Test Metode: Mahasiswa
ketuntasan dalam Tanah
permasalahan hukum - Ceramah mempelajari bahan
mengemukakan c. Permohonan Hak
dalam pelaksanaan - Tugas kelompok - Pembelajaran ajar materi
bentuk penyediaan interaktif Atas Tanah
penyediaan tanah di pertemuan minggu d. Tatacara
masyarakat. tanah untuk Kriteria: ke IX pada menu alur
pembangunan - 5= menjawab 5 Materi yang dibahas Pembatalan Hak
pembelajaran
 Ketepatan dalam soal benar, untuk tiap kelompok: Atas Tanah
mengidentifikasi tepat dan 1. Membuat analisis PT  e. Tatacara
hambatan- tuntas tentang Pasal 6 UUPA Mahasiswa pemberian izin
hambatan dalam - 4= menjawab 4 tentang Fungsi Sosial membuat Resume peralihan Hak Atas
soal benar atas Tanah dengan tentang Tanah
penyediaan tanah
- 3= menjawab 3 penyediaan Tanah 1. Tata cara f. Tatacara
untuk
soal benar (Pengadaan Tanah perolehan hak atas perpanjangan
pembangunan yang
- 2= menjawab 2 jangka waktu Uang
menjadi untuk kepentingan tanah melalui:
soal benar
permasalahan pembangunan pemberian hak Pemasukan
- 1=menjawab 1
hukum di bidang soal benar (umum)). atas tanah negara, g. Pemindahan Hak
pertanahan pemberia n HGB h. Pelepasan hak
2. Membuat resume
 Ketepatan dan dan HGU, proses i. Pencabutan Hak
tentang dasar hukum,
ketuntasan pemindahan hak Atas Tanah
tata cara perolehan
mengetahui atas tanah melalui Pengadaan tanah:
hak atas tanah untuk
menguraikan tata : perbuatan 1. Pengertian, dasar
perolehan Hak milik hukum;
cara perolehan hak hukum dan
yang status tanah 2. asas-asas hukum
atas tanah peristiwa hukum,
berasal dari tanah pengadaan Tanah;
 Ketepatan dalam negara dan adat. 2. Membuat resume 3. Tugas dan peran
menguraikan tentang Panitia Pengadaan
3. Membuat resume
perbedaan pengertian Hak Tanah.
tentang perolehan hak
Pengelolaan
permohonan hak, atas tanah subjek hak atas 4. Tahapan Kegiatan
pembatalan hak, berdasarkan dasar tanah dan Pengadaan Tanah.
penetapan hak, hukum tentang tanah- sebutkan dasar 5. Kriteria dan makna
pemindahan hak, tanah konversi? hukum yang kepentingan
pelepasan hak mengatur tentang Umum.
4. Membuat resume
Hak Pengelolan? 6. Bentuk ganti rugi.
 Ketepatan dalam tentang perolehan hak
menjabarkan atas tanah objek tanah Jelaskan secara
Pustaka :
mekanisme tata negara untuk tanah singkat tentang
- UUPA
cara pemberian izin HGB dgn subjek pencabutan hak atas
tanah dan - UU Pengadaan
peralihan hak atas hukum Badan
perbedaannya Tanah, Perpres;
tanah, tata cara Hukum? Dan HGU
dengan pelepasan - Buku Ajar Bab 11
perpanjangan beserta dasar hukum?
hak? Hal 272-313
jangka waktu
5. Membuat Resume - Maria SW
 Kemampuan tentang Pencabutan “Dinamika
mekorelasikan Hak dan Pelepasan Pengaturan
pencabutan hak Hak dalam perolehan Pengadaan Tanah.”
atas tanah dengan hak atas tanah
permasalahan berdasarkan tujuan
tanah telantar dan penggunaan tanah?
kewajiban pemilik
6. Membuat resume
tanah untuk
tentang tata cara
memanfaatkan
perolehan hak atas
tanahnya
tanah melalui
peralihan hak atas
tanah melalui
perbuatan hukum dan
peristiwa hukum.

7. Membuat resume
tentang proses
pembatalan hak atas
tanah dilengkapi
dengan dasar hukum
dan contoh kasus?

11 Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk Pembelajaran BP: Kuliaah Perumahan dan 5%
mengemukakan prinsip- mengemukakan Lisan/ Tertulis (BP): 1x3x50’ Menit Permukiman
prinsip, dasar hukum prinsip-prinsip Kuliah 1. Pengertian
terkait penyelenggaran dan dasar hukum Kuis, Review 1x3x50’ Menit MP: Perumahan &
perumahan dan penyelenggaraa Pertemuan -Tatap Maya Permukiman
permukiman serta Interactive Learning 2. Dasar Hukum
perumahan dan
mengkorelasikan dengan Metode Pembelajaran: 3. Penyediaan Hak
permukiman
penyelenggaran Kriteria: - Tatap Muka Belajar Mandiri atas Tanah untuk
perumahan dan  Ketepatan dan - 5= menjawab 5 - Diskusi 1x3x60’ Menit
perumahan dan
pemukiman saat in kelogisan soal benar interaktive  Aplikasi Sikola
permukima
argument dalam - 4= menjawab 4 - Interactive dalam alur
soal benar 4. Pihak-pihak
mengkorelasikan Learning pembelajaran
- 3= menjawab 3 sebagai
dasar hukum, sesuai pertemuan
soal benar penyelenggara
prinsip hukum 11
- 2= menjawab 2 perumahan
penyelenggaraan Penugasan
soal benar 5. Jenis-jenis
perumahan dan Terstruktur (PT):
- 1=menjawab 1 permukiman
1x3x60’ Menit
permukiman soal benar 6. Mekanisme
Mahasiswa diminta
dengan isu pembelian rumah
untuk membuat
hukum dalam daftar peraturan dari
masyarakat perundang- penyelenggara.
terkait hal undangan yang
tersebut. terkait dan Pustaka:
mengatur tentang - UU No. 1 Tahun
Penyelenggaraan 2011 tentang
Perumahan dan perumahan dan
Permukiman, Permukiman.
kemudian - Urip Santosa,
menentukan Hukum Perumahan.
prinsip/ asas dan
tujuan
penyelenggaraan
perumahan dan
permukiman
kemudian
memberikan
argumentasi hukum.
12 Mahasiswa mampu  Kehadiran Bentuk Test: Bentuk : BP: Hak Milik Satuan 5%
mengemukakan  Kedisiplinan Tulis - Tatap Muka Kuliah (1x3x50’ Rumah Susun
pengertian, landasan dan  Keaktifan dalam (1x 3 x 50”) menit Menit) a. Pengertian, Istilah
tujuan pembangunan diskusi MP: dan Dasar Hukum
rumah susun, dan mampu Kriteria: Metode : - Tatap Maya b. ruang lingkup
 Ketepatan
menentukan hak atas - 5= menjawab 5 - Ceramah - Diskusi Kelompok HMSRS (Bagian
menguraikan
tanah yang dapat didirikan soal benar - Diskusi bersama, Tanah
dasar hukum - 4= menjawab 4
rumah susun, pemilikan kelompok BM bersama, benda
rumah susun, Rumah Susun soal benar (1x3 x60”) menit
 Ketepatan bersama dan
Pembebanan HMSRS dan - 3= menjawab 3 Tugas Kelompok: Sikola 
menjelaskan pendaftaran)
Kedudukan Perhimpunan, soal benar Membaca UU No. 16 Mahasiswa
Peghuni. tentang - 2= menjawab 2 mempelajari bahan c. objek tanah HMSRS
Tahun 1985 dan UU No. d. Prosedur
pengertian soal benar 20 Tahun 2011 tentang ajar, materi, link dan
Rumah Susun, - 1=menjawab 1 referensi materi Penerbitan HMSRS
Rumah Susun Kemudian
dan soal benar lainnya yang e. Peralihan HMSR
membuat perbandingan
mengklasifikasika diantara kedua UU terdapat pada alur f. Hak dan Kewajiban
n jenis-jenis Rumah Susun tersebut, pembelajaran PemilikSatuan
rumah susun mengangkat satu topik pertemuan ke 11 Rumah Susun.
PT g. Pembebanan
 Ketepatan dalam perbedaan menjadi judul
untuk dipresentasikan 1x3x60’Menit HMSRS
menjabarkan
Membaca referensi h. Perhimpunan
pengaturan yang tentang
berbeda dalam Penghuni.
Perhimpunan
UU Sarusun 1985 Pustaka :
Penghuni dan
-Boedi Harsono
dan UU Sarusun Pemilik Rumah
hal.348-362
2011 Susun (PPPRS) dan
- Adrian Sutedi Hukum
 Ketepatan dalam Pemasaran serta Jual
Rumah Susun Dan
menyimpulkan Beli Rumah Susun.
Apartemen;
tujuan dari Membuat resume
adanya rumah dan berikan -Pustaka Pendukung:
susun argumentasi hukum Eman Ramelan
 Ketepatan dalam dari hasil bacaan, “Problematika Hukum
menentukan hak minimal referensi 2 hak Milik Atas Satuan
buku dan 2 artikel Rumah Susun”
atas tanah yang
ilmiah.
dapat didirikan
Rumah Susun
 Ketepatan dalam
mengemukaka
makna dan
contoh dari
bagian bersama,
benda bersama,
tanah bersama
serta tentang NPP
 Kejelasan dalam
mengemukakan
prosedur
penerbitan
HSMRS
 Ketepatan dalam
Menjelaskan
tentang bentuk,
tata cara
peralihan HSMRS
 Ketepatan dalam
mengemukakan
Hak dan
Kewajiban
Pemilik Sarusun
 Ketepatan dalam
mengidentifikasi
jenis
pembebanan atas
HSMRS
berdasarkan hak
atas tanah
bersama
 Kejelasan
mengemukakan
kedudukan
Perhimpunan
HMSRS
13 Mahasiswa mampu Bentuk: Bentuk : Landreform & 5%
mengemukakan pengertian,  Kehadiran - Tatap Muka BM Kebijakan
Program, kebijakan dan  Keaktifan dalam Bentuk Test: (1x3x60”) menit Reforma Agraria
tujuan Land Reform, dan Tulis (1x3x50”) menit Sikola  - Dasar Hukum
diskusi
mengkorelasikan dengan Metode: Mahasiswa - Istilah dan
 Ketepatan - Kuliah Interaktif
kebijakan Reforma Agraria Mengemukakan Kriteria: mempelajari bahan Pengertian
saat ini. - 5= menjawab 5 - Pembelajaran ajar melalui alur - Tujuan Landreform
dasar hukum yang Interaktif
soal benar pembelajaran & Program Land
mengatur tentang
- 4= menjawab 4 pertemuan 12. Reform
landreform soal benar Mahasiswa terbagi atas 2 PT - Reforma Agraria;
 Ketepatan dalam - 3= menjawab 3 kelompok dan masing- 1x3x60’ Menit dasar hukum
menyimpulkan soal benar masing kelompok Membuat Resume - Program reforma
tujuan - 2= menjawab 2 membuat bahan diskusi dari berbagai agraria
diadakannya soal benar presentasi terkait pustaka baik PU, dan - Subjek/ objek RA
land reform, - 1=menjawab 1 soal Landreform VS Reforma artikel dengan tema - Tanah Objek R.A.
politik hukum benar Reforma Agraria - Perbandingan
Agraria dengan berdasar
yang melandasi memberikan pelaksanaan
pada sub materi.
kebijakan argumentasi hukum, Landreform & R.A
tersebut. minimal 3 pustaka, 2 dengan negara lain
artikel dan sertakan Pustaka:
daftar pustaka
 Ketepatan dan - Boedi Harsono
ketuntasan dalam Hal. 364-413.
menyusun
- Muhammad
perbandingan
Ilham Arisaputra
Land Reform dan
“ Reforma
Reform Agraria;
Agraria”

Artikel yang diberikan


dosen
14 Mahasiswa mampu  Kehadiran Bentuk: Bentuk: Tanah Sebagai 5%
menjelaskan pengertian;  Keaktifan dalam - Tatap Muka Kuliah Jaminan Kredit
dasar hukum dan asas-asas diskusi Bentuk Test: (1x3x50’) Menit a.Hak Jaminan Atas
tanah sebagai jaminan Tulis (1x 3 x 50”)menit Tanah dalam UUPA
 Ketepatan dalam
kredit , perjanjian jaminan MP: b.Subjek dan Objek
menjelaskan Metode:
dan menerapkannya dalam Kriteria: - Tatap muka HT
tentang tanah - Ceramah
praktik pembebanan hak - 5= menjawab 5 - Pembelajaran c. Proses Pembebanan
sebagai objek - Pembelajaran
tanggungan serta soal benar interaktif Hak Tanggungan
eksekusinya. jaminan dan - 4= menjawab 4 kooperatif d.Beralih dan
kedudukan soal benar Pembelajaran BM hapusnya Hak
perjanjian - 3= menjawab 3 Kooperatif: (1x 3x 60”) menit Tanggungan
jaminan soal benar Dilakukan dengan Sikola  e.Eksekusi Hak
(assessor) - 2= menjawab 2 kelompok peserta mata Mahasiswa Tanggungan.
 Ketepatan dalam soal benar kuliah yang telah terbagi mempelajari bahan
menginterpretasi - 1=menjawab 1 6 kelompok dan masing- ajar dan materi dari Pustaka:
kan asas-asas soal benar masing kelompok akan alur pembelajaran. - Buku Ajar hal
hukum jaminan membahas tentang sub- PT: 320- 344
sub materi “Hak (1x3x60’) Menit
terkait tanah - Boedi Harsono
Tanggungan” Mahasiswa
sebagai jaminan hal 414-460;
membuat Analisis
yang merupakan
tentang Lembaga
ciri yang melekat - Pustaka
Jaminan Hak
pada hak jaminan Pendukung:
Tanggungan,
atas tanah ( ciri Memuat tentang: Salim HS
hak tanggungan) “Perkembangan
 Ketepatan dalam - Kedudukan Tanah Hukum Jaminan
menentukan sebagai benda tak di Indonesia”
subjek HT, objek bergerak
- Pustaka
hak atas tanah
- Perbedaan hipotik Pendukung:
yang dapat
dan hak Irma Devita “
dibebani hak
tanggungan Hukum Jaminan
tanggungan.
Perbankan”
 Kejelasan dalam - Asas-asas hak
mengemukakan tanggungan Pustaka Pendukung;
Pembebanan HT Sri Soedewi
- Peran PPAT dalam Masjchoen Sofwan
dengan APHT
pembuatan Akta “Hukum Jaminan di
maupun
didahului SKMHT. - Syarat Objek Hak Indonesia Pokok-
 Ketepatan dan Pokok Hukum
Tanggungan
Jaminan dan Jaminan
kejelasan analisis
- Subjek Hak Perorangan.”
kasus-kasus atau
isu hukum terkait Tanggungan
permasalahan (Pemberi dan
hak tanggungan penerima HT)
dan eksekusi HT. - Peralihan Hak
Tanggungan

Eksekusi Hak
Tanggungan
15 Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk : Bentuk: Penyelesaian 5%
mengidentifikasi berbagai mengidentifikasi Bentuk Test: - Kuliah BM Sengketa Pertanahan
kasus pertanahan yang dan Tulis (1x 3x 60”) Menit - Pengertian konflik
(1x 3 x 50”) menit Sikola 
terjadi di Indonesia dan menguraikan dan sengketa
Kriteria: Metode:
menganalisis tahapan kasus-kasus Mahasiswa pertanahan
5= menjawab 5 - Tatap Muka
pertanahan yang mempelajari bahan
Penyelesaian Sengketa - Problem Based - Tipologi sengketa/
soal benar ajar materi
Agraria terjadi di Learning
4= menjawab 4 pertemuan XV konflik petanahan di
soal benar melalui alur Indonesia.
pembelajaran
Indonesia, pada 3= menjawab 3 PT - Penyelesaian
khususnya. soal benar Membuat Review/ sengketa pertanahan
2= menjawab 2 Ulasan tentang litigasi dan
 Ketepatan dan soal benar sengketa pertanahan nontlitigasi
kejelasan dalam 1=menjawab 1 soal yang pernah terjadi
menganalisis benar di Indonesia
faktor-faktor kemudian dianalisis Pustaka:
hukum tahapan - Elza Syarief,
penyebab penyelesaian Menuntaskan
sengketa sengketa tersebut. Sengketa Tanah
agrarian dan Minimal 3 halaman Melalui Pengadilan
menyusun solusi Khusus
penyelesaian Pertanahan,
sengketa agraria.
Pustaka Pendukung:.
Maria S.W.
Sumardjono,Nurhasa
n Ismail Isharyanto, :
“Mediasi Sengketa
Tanah, Potensi
Penerapan Alternatif
Penyelesaian
Sengketa (ADR) di
Bidang Pertanahan”,
16 UJIAN AKHIR SEMESTER 15%
MODUL III
PEMBENTUKAN UUPA DAN PEMBANGUNAN HUKUM
TANAH NASIONAL
Modul ini merupakan modul pertemuan ketiga dalam mata
kuliah Hukum Agraria. Dalam modul ini, akan dipaparkan secara
detail mengenai Pembentukan UUPA dan Pembangunan Hukum
Tanah Nasional, mulai dari fungsi dan tujuan UUPA, Hubungan
Fungsional UUPA dengan Hukum Adat, dan Konsepsi Hukum tanah,
meliputi Tanah Barat, Tanah Feodal, Tanah Nasional.
Dalam mempelajari modul ini, peserta kuliah diharapkan
membaca tahapan demi tahapan terlebih dahulu agar mudah
memahami materi yang terdapat di dalamnya. Setelah itu, peserta
kuliah kemudian membaca keseluruhan materi yang disediakan dalam
modul ini. Untuk keperluan tersebut, peserta kuliah diharapkan
mengikuti langkah- langkah berikut dalam mempelajari modul ini.
Pada modul ini, peserta kuliah akan menyelesaikan satu kegiatan
belajar yaitu, kegiatan belajar untuk menjelaskan fungsi dan tujuan
UUPA serta korelasinya dengan politik hukum agraria nasional,
menjelaskan hubungan fungsional konsepsi hukum agraria nasional
pada setiap masanya. Untuk mendapatkan capaian pembelajaran yang
optimal, peserta kuliah diharapkan mengikuti tahapan berikut dalam
mempelajari modul ini.
a. Bacalah bagian uraian dari setiap kegiatan belajar. Tahapan ini
diperlukan agar peserta kuliah mendapat informasi atau akhir dari
setiap tahapan;
b. Setelah itu, peserta kuliah membaca kembali bagian uraian
dengan seksama agar dapat memahami penjelasan dengan baik;
c. Kerjakan latihan sesuai instruksi yang telah disediakan;

Modul III Pembentukan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional 1


d. Bacalah Rangkuman yang disediakan untuk memberikan
ringkasan tentang aspek-aspek penting dari setiap kegiatan belajar.
Namun, peserta kuliah juga diminta untuk membuat rangkuman
yang menurut peserta kuliah tersebut merupakan inti dari kegiatan
belajar dalam materi ini;
e. Kerjakan tes formatif yang disediakan untuk mengecek seberapa
baik peserta kuliah mencapai tujuan pembelajaran setiap kegiatan
belajar tanpa melihat rambu-rambu jawaban yang disediakan;
f. Bila peserta kuliah telah menjawab tes formatif dengan baik,
bandingkanlah jawaban anda dengan rambu-rambu jawaban yang
telah disediakan. Bila nilai peserta kuliah ternyata telah mencapai
tingkat penguasaan sama atau lebih besar dari 80% setelah
dihitung, peserta kuliah dipersilahkan ke kegiatan belajar
berikutnya.
KEGIATAN BELAJAR
PEMBENTUKAN UUPA DAN PEMBANGUNAN HUKUM
TANAH NASIONAL
A. Deskripsi Singkat
Pada kegiatan belajar ini, peserta kuliah akan
mempelajari mengenai Pembentukan UUPA dan Pembangunan
Hukum Tanah Nasional, mulai dari fungsi dan tujuan UUPA,
Hubungan Fungsional UUPA dengan Hukum Adat, dan
Konsepsi Hukum tanah, meliputi Tanah Barat, Tanah Feodal,
Tanah Nasional.
B. Relevansi
Materi dalam kegiatan belajar ini sangat penting
peranannya dalam memperdalam wawasan tentang hukum
agraria di Indonesia. Dengan mengetahui latar belakang
pembentukan UUPA dan pembentukan Hukum Tanah
Nasional yang terjadi dalam bidang hukum tanah di Indonesia,
akan membantu peserta kuliah lebih memahami arah
pertanahan di Indonesia. Pengembangan dan penerapan materi
dalam modul ini akan menjadi dasar pada matakuliah-
matakuliah lain pada jenjang semester yang lebih tinggi. Oleh
karena itu, peserta kuliah diharapkan dapat mempelajari
kegiatan belajar ini dengan baik sesuai dengan tahapan yang
disiapkan.
C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
A. Fungsi UUPA
1. Menghapuskan dualisme Hukum Tanah yang lama
dan menciptakan unifikasi serta kodifikasi Hukum
Agraria (tanah) nasional yang didasarkan pada
hukum (tanah) adat. Penghapusan dualisme Hukum
Tanah yang lama tersebut dilakukan dengan cara
sebagaimana yang tertuang di dalam diktum
"memutuskan" dari UUPA, yakni mencabut:
a. Seluruh Pasal 51 Indische Staatsregeling yang
di dalamnya termasuk juga ayat-ayat yang
merupakan Agrarische Wet (Stbl. 1870-55);
b. Semua Domein Verklaring dari Pemerintah
Hindia Belanda baik yang umum maupun yang
khusus;
c. Peraturan mengenai agrarische eigendom yang
dituangkan ke dalam Koninklijk Besluit Tanggal
16 April 1872 No. 29 (Stbl. 1872-117 jo. Stbl.
1873-38);
d. Buku kedua KUH Perdata sepanjang yang
mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya kecuali ketentuan-
ketentuan mengenai hipotik. Dalam hal ini
secara implisit ikut terhapus juga ketentuan-
ketentuan tentang larangan pengasingan tanah
(Crond Vervreemding Verbod Stbl. 1875-179).
2. Mengadakan unifikasi hak-hak atas tanah dan hak-
hak jaminan atas tanah melalui ketentuan-
ketentuan konversi (diktum ke-2 UUPA).
3. Meletakkan landasan hukum untuk pembangunan
hukum agraria (tanah) nasional, misalnya Pasal 17
UUPA mengenai landreform.
B. Tujuan UUPA
1. Menciptakan unifikasi Hukum Agraria, dengan
cara:
a. Menyatakan tidak berlaku lagi
(mencabut/menghapus) peraturan-peraturan
hukum tanah yang lama seperti tersebut di
atas.
b. Menyatakan berlakunya hukum tanah
nasional berdasarkan Hukum Tanah Adat
yang tidak tertulis sebagai bahan
penyusunan hukum tanah nasional.
2. Menciptakan unifikasi hak-hak penguasaan atas
tanah (hak-hak atas tanah dan hak-hak jaminan atas
tanah) melalui ketentuan konversi:
a. Tanah-tanah hak barat maupun tanah-tanah hak
Indonesia sebagai hubungan konkret,
dikonversikan (diubah) menjadi hak-hak atas
tanah menurut UUPA secara serentak dan demi
hukum (rechswege), terhitung mulai tanggal 24
September 1960.
b. Hak-Hak Jaminan Atas Tanah, yaitu hipotik
dan Credictverband (Pasal 1162 KUH-Perdata,
Pasal Stbl. 1908-542), diubah demi hukum
terhitung mulai tangggal 24 September 1960
menjadi hak tanggungan (Pasal 51 UUPA &
Pasal IV Ketentuan Konversi UUPA), selama
undang-undang mengenai hak tanggungan yang
disebutkan dalam Pasal 51 UUPA belum
terbentuk, maka yang berlaku ialah ketentuan-
ketentuan mengenai hipotik tersebut dalam
KUH-Perdata dan Credietverband tersebut
dalam Stbl. 1908-542 sebagai yang telah
diubah dengan Stbl. 1937-190 (Pasal 57
UUPA).
C. Hubungan Fungsional UUPA sebagai Hukum
Tanah Nasional dengan Hukum Tanah Adat
Arti kata 'Nasional" di sini; berarti secara dibuat
di Indonesia; dalam Bahasa Indonesia; dan berlaku di
seluruh wilayah Republik Indonesia. Secara materil.
Isinya merupakan perwujudan dari Pancasila; disusun
berdasarkan/dengan menggunakan bahan-bahan Hukum
Tanah Adat (Hukum Adat). Jadi apabila dilihat dari
segi materinya, maka hubungan fungsional tersebut
dapat kita jumpai pada pernyataan-pernyataan di dalam
UUPA, yaitu:
a. Konsiderans "Berpendapat", huruf "a", "bahwa
perlu adanya Hukum Agraria nasional Hukum Adat
tentang tanah".
b. Pasal 5, "bahwa Hukum Agraria yang berlaku atas
bumi, air dan ruang angkasa ialah Hukum Adat".
c. Penjelasan Umum III/1: "Bahwa Hukum Agraria
yang baru didasarkan pada ketentuan-ketentuan
Hukum Adat sebagai hukum yang asli, yang
disempurnakan dan disesuaikan dengan kepntingan
masyarakat dalam negara yang modern dan dalam
hubungannya dengan dunia Internasional, dan
seterusnya .....". Dalam penjelasan umum III/1
terdapat istilah hukum adat sebagai hukum yang
asli, hal mana ditekankan karena hukum adat
sebagai hukum yang tidak tertuliskan masih
dipengaruhi/dimasuki oleh unsur-unsur dari luar,
misalnya pengaruh hukum kolonial, swapraja dan
sebagainya.
Sampai sekarang masih ada orang yang
mempermasalahkan dan mempertanyakan hubungan
hukum adat dan UUPA itu, yakni bahwa hukum adat
yang manakah yang dimaksudkan oleh UUPA tersebut?
Ada beberapa pengertian tentang "Hukum Ada"
menurut para sarjana:
1. Van Vollenhoven:
Membedakan adanya "hukum adat golongan
pribumi" dan "hukum adat golongan timur asing"
2. Kusumadi Pudjoeswojo:
Menggunakan sebutan "Hukum Adat" sebagai
keseluruhan peraturan hukum yang tidak tertulis.
Hukum adat dalam pengertian ini bukan merupakan
lapangan hukum tersendiri di samping lapangan-
lapangan hukum yang ada.
Termasuk pengertian yang manakah hukum adat
yang dimaksudkan oleh UUPA itu? Pengertian Hukum
Adat menurut UUPA, bukanlah Hukum Adat menurut
pengertian kedua sarjana di atas.
Hukum Adat yang dimaksud UUPA adalah:
Secara formal: "…bagian dari hukum positif Indonesia
yang berlaku sebagai hukum yang hidup dalam bentuk
tidak tertulis di kalangan orang-orang Indonesia asli
yang mengandung çiri-ciri nasional, yaitu ...". Secara
materiil: “...sifat kemasyarakatan yang berasaskan
keseimbangan dan diliputi suasana keagamaan".
Dengan pengertian yang demikian, maka apa
yang disebut hukum adat tidak harus diartikan semata-
mata sebagai rangkaian norma-norma hukum saja, akan
tetapi meliputi juga:
1. Konsepsi (ajaran, teori);
2. Asas-Asas (yang merupakan perwujudan dari
konsepsi);
3. Lembaga-lembaga hukum;
4. Sistem (tata susunan yang teratur).
Konsepsi dan asas-asas hukum yang merupakan
perwujudan kesadaran hukum para warga masyarakat
dalam penerapannya ditentukan oleh suasana dan
keadaan masyarakat yang bersangkutan, serta nilai-nilai
yang dianut oleh para warganya. Walaupun konsepsi
dan asas-asasnya sama, akan tetapi norma-norma
hukum yang merupakan hasil penerapannya bisa
berbeda di suatu masyarakat dengan masyarakat
lainnya. Demikian pula perubahan-perubahan pada
suasana, keadaan dan nilai-nilai dalam masyarakat yang
sama dalam pertumbuhannya, dapat mengakibatkan
perubahan dalam norma-norma hukum yang berlaku,
sungguhpun konsepsi dan asas-asasnya tidak berubah.
Kemudian norma-norma tersebut disusun dalam suatu
sistem yang teratur, termasuk lembaga-lembaga
hukumnya.
Sebagai kesatuan pengertian yang meliputi
konsepsi, asas-asas, lembaga-lembaga hukum, sistem
dari norma-norma yang berlaku, maka hukum adat
merupakan perangkat hukum yang berbeda dengan
perangkat-perangkat hukum positif lainnya, dan
menjadikan hukum adat sebagai hukum yang khas di
Indonesia.
Jadi, kalau kita berbicara tentang hubungan
fungsional antara hukum tanah nasional dengan hukum
adat, intinya terletak pada 2 (dua) fungsi pokok hukum
(tanah) adat, yaitu:
a. Sebagai sumber utama bagi pembangunan hukum
tanah nasional (UUPA)
b. Sebagai pelengkap hukum tanah nasional yang
tertulis.
Hubungan fungsional ini dapat dilihat dari:
1. Konsiderans & Penjelasan UUPA, yang
menunjuk pada fungsi hukum adat sebagai sumber
utama bagi pembangunan hukum tanah nasional;
dan Pasal 5 UUPA yang menunjukkan fungsi
hukum adat sebagai sumber utama serta sekaligus
sebagai pelengkap bahan-bahan yang diperlukan
bagi hukum tanah nasional.
Untuk mengantar kita ke arah suatu pengertian
secara global, harap perhatikan skema penyusunan
UUPA yang didasarkan hukum adat sebagai
berikut:
Hukum Adat sebelum 24 September 1960

Konsepsi + Asas-Asas + Lembaga- Norma-norma (Lokal)


Lembaga Hukum

UUPA Pelengkap bagi Hukum Tanah


Berupa Norma-Norma Hukum Tanah Nasional
Nasional Catatan: Norma-norma
Hukum Tanah dibiarkan tetap berlaku sebagai hukum yan

Disusun dalam suatu sistem

Melalui pembangunan hukum tanah nasional,


berarti makin lengkapnya hukum tanah nasional maka
makin berkurangnya peranan norma-norma hukum
tanah adat sebagai pelengkap.
2. Bentuk Hukum Tanah Nasional
i. Tertulis;
ii. Tidak tertulis, untuk mengisi kekosongan
hukum sebagai pelengkap, yaitu:
 Hukum tanah adat yang audah di saneer
(Pasal 5 UUPA)
 Hukum kebiasaan lainnya yang timbul dari
kebijaksanaan dalam pelaksanaan hukum
tanah yang baru (UUPA); berupa -
Yurisprudensi dan doktrin.
Pengertian fungsi kedua dari Hukum Adat
sebagai pelengkap hukum tanah nasional dapat kita
ketahui dari pernyataan UUPA, bahwa norma-norma
hukum tanah adat setempat dapat dipergunakan sebgai
pelengkap hukum tanah positif. Lalu dipertanyakan,
norma-norma hukum yang mana? Tentunya norma-
norma hukum tanah adat yang masih berlaku pada saat
diperlukan sebagai pelengkap untuk menyelesaikan
masalah. Lebih lanjut dipermasalahkan lagi, apakah
norma-norma hukum adat itu bisa langsung dijadikan
pelengkap? kadang-kadang tidak bisa begitu saja
langsung dipakai, oleh karenanya berlakunya hukum
tanah adat masih diperlukan syarat: "… sepanjang tidak
bertentangan dengan kepentingan nasional dan
negara, ..." (Pasal 5 UUPA).
Oleh karena itu, apabila suatu masalah telah
diatur oleh UUPA dalam bentuk hukum tertulis (hukum
positif), maka norma-norma hukum adat itu tidak
berlaku lagi. Sebagai contoh:
- Sebelum berlakunya UUPA (24 September 1960)
dikenal adanya hak usaha bagi hasil. Kemudian
menjelang berlakunya UUPA keluar suatu
peraturan, yakni Undang-Undang No. 2/1960
tentang Perjanjian Bagi Hasil (UUPBH);
- Hak gadai atas tanah pertanian, semula diatur oleh
hukum tanah adat yang tidak tertulis, kemudian
khusus untuk tanah pertanian itu dibuat UU. No.
56/Prp/1960 (Pasal 7) yang terkenal dengan UU
Landreform dan mulai berlaku terhitung 1 Januari
1961.
Selain norma-norma Hukum Adat setempat
sebagaimana yang telah kami uraikan di atas, dalam
melengkapi hukum tanah ini sangat penting peranan
dari:
1. Yurisprudensi, misalnya Keputusan Mahkamah
Agung No. 123/K/Sip/1970 yang menegaskan
antara lain:
a. Pengertian jual beli tanah sekarang;
b. Prosedur serta pelaksanaan, jual beli tanah
dan seterusnya.
2. Doktrin, yaitu pendapat atau tafsiran para ahli,
misalnya penerapan asas pemisahan horisontal
yang kita jumpai dalam sistem hukum adat.
dimana orang bisa memiliki tanah tanpa
memiliki bangunan/tatanan yang ada di atasnya;
begitupun sebaliknya orang bisa memiliki
bangunan/tanaman tanpa memiliki tanah di atas
mana bangunan/tanaman tersebut berada.
D. Konsepsi Hukum Tanah
Sebelum UUPA berlaku, kita mengenal adanya
hukum tanah adat yang menggunakan konsepsi hukum
adat; dan ada pula hukum barat yang menggunakan
konsepsi Hukum Tanah Barat.
Sebelum kita membicarakan konsepsi hukum
tanah nasional, terlebih dahulu kita meninjau
bagaimana wujud konsepsi hukum tanah barat sebagai
perbandingan.
1. Konsepsi Hukum Tanah Barat
Konsepsi hukum tanah barat bertitik tolak
dari konsepsi yang liberal individualistis bahwa
tanah (bumi) ini diciptakan oleh Tuhan dan
diperuntukkan bagi kesejahteraan umat manusia.
Pada mulanya tanah-tanah di muka bumi
merupakan tanah-tanah yang belum ada pemiliknya
("Res Nullius"). Oleh karena itu, sebagai res nullius
tanah diduduki (Occupatie) dan dimanfaatkan oleh
siapa saja yang memerlukannya. Dengan
menduduki atau menguasai tanah tersebut jadilah ia
selaku pemiliknya dan menjelma suatu hubungan
hukum yang disebut "hak Eigendom".
Hak Eigendom menurut konsepsi liberal
individualistis Barat adalah hak yang tetinggi.
Dikatakan sebagai hak yang tertinggi karena hak
eigendom ini mancul atas dasar suatu anggapan
bahwa setiap individu selaku pribadi bebas
memiliki dan melakukan apa saja yang ia
kehendaki. Puncak dari kebebasan individu itu
tercermin perwujudannya dalam hak eigendom
yang kemudian dikenal dengan sebutan sebagai
"hak asasi" seperti yang tertera di dalam Deklarnal
Sedunia tentang hak-hak Asasi Manusia oleh
Perserikatan Bangan-Bangaa pada tahun 1948. jadi,
aumber hak ataa tanah menurut konsepsi hukum
tanah barat pada hakikatnya inlah hak asasi, Hak
asasi manusia inilah merupakan sumber dari segala
hak-hak perorangan atas tanah.
Dalam perkembangan selanjutnya, penerapan
konsep yang mendewakan kebebasan individu
tersebut telah membawa akibat timbulnya konflik-
konflik sosial yang tak terelakkan, misalnya saja
konfik-konflik yang terjadi antara kelompok-
kelompok pendatang berkulit putih dengan
penduduk asli benua Amerika dan Australia, Untuk
mengendalikan keadaan karena adanya konflik-
konflik tersebut maka perlu diadakan penerbitan,
yakni campur tangan dari penguasa berupa
penguasann tanah-tanah yang masih kosong dan
dijadikan milik negara. Dengan demikinn lahirlah
apa yang dinamakan tanah domein negara.
Jadi, sesuai dengan konsepsi hukum tanah
barat semua tanah dapat dibagi ke dalam 2 (dua)
kelompok, yaitu: tanah-tanah hak eigendom dan
tanah-tanah domein negara. Dari dua kelompok
tanah hak tersebut dapat dibebani/diberikan hak-
hak lainnya, yakni hak-hak yang derivatif atau
sekunder. Bagaimana caranya orang mendapatkan
tanah dengan hak eigendom? Menurut Pasal 584
BW, hak eigendom dapat diperoleh dengan cara-
cara: okupasi; daluwarsa; pewarisan; dan
pemisahan hak.
Dengan demikian sebagaimana yang
digambarkan skema di atas, bahwa melalui
pemindahan hak/jual beli dapat diperoleh hak
eigendom dari pihak yang mempunyai hak
eigendomnya atau dari tanah domein negara.
Sedangkan untuk mendapatkan hak-hak yang
sekunder (hak opstal, hak erfpacht, sewa dan
gebruik dari tanah hak eigendom atau tanah
domein negara ialah melalui perjanjian.
2. Konsepsi Hukum Tanah Feodal
Selain konsepsi hukum tanah barat yang
liberal individualistis dalam hukum tanah barat
dikenal pula konsepsi hukum tanah feodal,
misalnya yang berlaku di Inggris dan
negeri-negeri jajahannya. Demikian juga
pernah kita jumpai di Indonesia (sebelum
UUPA) pada tanah-tanah
Swapraja yang tunduk pada hukum tanah swapraja.
Menurut konsepsi feodal, semua tanah adalah
hak milik raja; sedangkan rakyat hanya dapat
diberikan hak pakai atau hak sewa saja. Hak pakai
ini bisa turun temurun yang hampir sama dengan
hak milik, tetapi tidak dapat disebut Hak milik,
karena sewaktu-waktu dapat dicabut apabila raja
menghendakinya. Hak-hak tersebut di Inggris atau
Singapura biasanya dikenal dengan istilah: "estate
in fee simple" (=hak pakai), dan "lease hold estate"
(=hak sewa). Kalau di Indonesia kita mengenalnya
dengan sitilah "hak anggaduh" dan sebagainya.
3. Konsepsi Hukum Tanah Nasional
Dalam Konsiderans/Berpendapat UUPA,
bahwa Hukum Tanah Nasional berdasarkan atas
Hukum Adat. Dengan demikian, maka Hukum
Adat merupakan sumber utama dalam
pembangunan Hukum Tanah Nasional. Ini berarti,
bahwa pembangunan Hukum Tanah Nasional
berlandaskan pada konsepsi Hukum Adat, yaitu:
Komunalistik religius, yang memungkinkan
penguasaan tanah secara individual, dengan hak-
hak yang bersifat pribadi sekaligus mengandung
unsur kebersamaan. Sifat komunalistik religius
tersebut ditunjukkan oleh Pasal 1 ayat (2), yang
menyatakan, bahwa: Seluruh bumi, air dan ruang
angkasa, termasuk kekayaan alam yang terkandung
di dalam wilayah Republik Indonesia, sebagai
karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air
dan ruang angkasa Bangsa Indonesia dan
merupakan kekayaan nasional.
Pernyataan mengenai Hukum Adat sebagai
dasar dari Hukum Tanah Nasional dapat dijumpai
dari beberapa ketentuan dalam UUPA, yaitu:
a. Penjelasan Umum angka III (1);
b. Pasal 5;
c. Penjelasan Pasal 5;
d. Penjelasan Pasal 16;
e. Pasal 56;
f. Secara tidak langsung juga dalam Pasal 58.
Pertanyaan yang timbul kemudian adalah
Hukum Adat yang dimaksudkan di sini adalah
Hukum Adat dalam pengertian yang mana?
Berdasarkan kesimpulan Seminar Hukum Adat dan
Pembangunan Hukum Nasional yang
diselenggarakan oleh Lembaga Pembinaan Hukum
Nasional, Departemen Kehakiman, di Yogyakarta
Tahun 1975, bahwa yang dimaksudkan oleh UUPA
dengan Hukum Adat, adalah: hukum aslinya
golongan rakyat pribumi, yang merupakan hukum
yang hidup dalam bentuk tidak tertulis dan
mengandumg-unsur-unsur nasional yang asli,
yaitu sifat kemasyarakatan dan kekeluargaan,
yang berasaskan keseimbangan serta diliputi oleh
suasana keagamaan.
Dengan demikian, maka konsepsi liberal
individualistis dan konsepsi feodal pada masa
pemerintahan kolonial Belanda dan pemerintahan
Swapraja, jelas tidak cocok dengan struktur
masyarakat dan nilai-nilai yang berlaku di alam
Indonesia merdeka. Dalam alam demokrasi di
mana kedaulatan ada di tangan rakyat, tujuan
bangsa kita membentuk pemeritahan Negara
Republik Indonesia seperti yang tertera pada
pembukaan UUD 1945 alenia ke-4 yakni untuk:
Memajukan kesejahteraan umum; Mencerdaskan
kehidupan bangsa; dan Ikut melaksanakan
ketertiban dunia.
Dalam rangka memajukan kesejahteraan
umum tersebut, maka Pasal 33 ayat (3) UUD 1945
menegaskan, bahwa: Bumi dan air dan kekayaan
alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh
negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
Berdasarkan apa yang telah dirumuskan
dalam UUD 1945 sebagai pencerminan kehendak
dari segenap Bangsa Indonesia, maka lebih lanjut
oleh UUPA dalam Pasal 1 dinyatakan bahwa
semua tanah yang ada di seluruh wilayah Republik
Indonesia adalah "Hak Bangsa Indonesia". Kata
"adalah" di sini berarti "kepunyaan". Dikatakan
sebagai hak Bangsa Indonesia, tiada lain adalah
hak yang berakar dari “hak ulayat" berdasarkan
hukum adat yang diangkat pada tingkat paling atas;
dan hak ulayat inilah yang dipakai oleh UUPA
sebagai konsepsi bagi hukum tanah nasional
Indonesia.
Dalam sistem hukum adat, hak ulayat
merupakan hak tertinggi dalam masyarakat hukum
adat atas seluruh lingkungan tanah yang berada di
wilayah masyarakat hukumnya. Penggunaan tanah
oleh warga masyarakat hukum adat yang dilandasi
berbagai hak penguasaan atas tanah selalu
besumber pada hak bersama yang disebut hak
ulayat itu. Pengangkatan hak ulayat pada tingkat
paling atas sehingga menjadi hak Bangsa Indonesia
mempunyai pengertian bahwa seluruh tanah di
wilayah Republik Indonesia adalah kepunyaan
Bangsa Indonesia. Namun perlu diingat bahwa
hubungan kepunyaan dengan tanah di seluruh
Indonesia itu tidaklah sama dengan hubungan
pemilikan, karena tetap masih diakuinya hak milik
perorangan atas tanah yang bersumber pada hak
bersama (Pasal 4 UUPA). Sebagai perwujudan dari
sifat kemasyarakatan hak-hak perorangan atas
tanah tersebut, maka dirumuskan sifat itu di dalam
Pasal 6 UUPA bahwa semua hak atas tanah
mempunyai fungsi sosial.
Dari manakah berasalnya tanah-tanah
tersebut? berasal dari Tuhan. Jadi, sumbernya
adalah karunia Tuhan Yang Maha Esa, (Pasal 1
ayat 2 UUPA).
Hubungan antara Bangsa Indonesia dengan
tanahnya adalah hubungan yang bersifat abadi, dan
pada tingkatan tertinggi dikuasakan
pelaksanaannya kepada negara, sebagai oraganisasi
kekuasaan seluruh rakyat, (Pasal 1 ayat 3 jo. Pasal
2 ayat 1 UUPA). Pengalaman sejarah telah
membuktikan bahwa sekalipun 350 tahun kita
dijajah Belanda, ternyata hubungan antara Bangsa
Indonesia dengan tanahnya tidak pernah terputus
dan tidak pernah diserahkan kepada siapapun. Juga
tidak pernah diserahkan kepada negara, karena
negara hanyalah merupakan organisasi kekuasaan
seluruh bangsa atasu wadah dari Bangsa Indonesia
untuk
melaksanakaih apa yang menjadi kehendak Bangsa
Indonesia itu sendiri. Jadi, negara hanya
mempunyai hak menguasai dan bukan memiliki
tanah. Hak menguasai dari negara ini adalah tugas
kewenangan yang dilimpahkan oleh Bangsa
Indonesia kepada negara sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat untuk melakukan
wewenang sebagaimana diatur dalam Pasal 2 ayat
(2) UUPA:
a. Mengatur dan menyelenggarakan peruntukan,
penggunaan, persediaan dan pemeliharaan
bumi, air dan ruang angkasa tersebut;
b. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan
hukum antara orang-orang dengan bumi, air
dan ruang angkasa.
c. Menentukan dan mengatur hubungan-hubungan
hukum antara orang-orang dan perbuatan-
perbuatan hukum yang mengenai bumi, air dan
ruang angkasa.
Dari semua yang telah diuraikan di atas serta
ketentuan-ketentuan Pasal 1, Pasal 2 dan Pasal 4
UUPA, jelaslah bahwa Hukum Tanah Nasional kita
mempergunakan konsepsi dan sistem hukum adat;
hal mana dapat dilihat dalam kerangka sebagai
berikut:
SUBYEK = Bangsa Indonesia
Sumber: Karunia Tuhan YME
(Pasal. 1 ayat (2))
HAK
BANGSA Bentuk: Semua tanah di
HAK wilayah RI = kepunyaan
MENGUASAI seluruh bangsa Indonesia
(Pasal 1 ayat (1))
NEGARA Ps. 1
UUPA Sifat: Hubungan yang abadi
(Pasal 1 ayat (3))
Ps. 33 ayat (3) UUD Tanah di
1945 Memiliki 2 unsur:
Wilayah
RI 1. Unsur kepunyaan
(perdata)
“Negara”
sebagai badan 2. Unsur tugas
Pemerintah Pusat kewenangan publik,
Presiden dan Para Menteri yaitu: mengatur;
EKSKLU merencanakan; dan
memelihara.
Khusus di Bidang
Pertanahan: Kepala
Daerah Tk. I (Prov.):
Gubernur/KDM cq.

Daerah Tk. II (Kab/Kodya.): Bupati/KDM


atauModul III cq.
Walikota Pembentukan UUPA
Kepala Kantor dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional
Pertanahan 21
Kerangka tersebut memperlihatkan suatu
sistem bagaimna timbulnya hak Bangsa Indonesia
dan hak menguasai negara atas tanah di seluruh
wilayaj Republik Indonesia, serta hubungannya
dengan yang lain.

Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya


bahwa hak Bangsa Indonesia atas tanah di seluruh
wilayah Indonesia ini meliputi insur kepunyaan;
dan unsur tugas kewenangan.
Pengertian "Unsur Kepunyaan"
Sama halnya dengan hak ulayat masyarakat
hukum adat; unsur kepunyaan yang terkandung di
dalam hak bahsa Indonesia ini berarti bahwa
seluruh tanah di Indonesia adalah kepunyaan
bersama dari selurih rakyat Indonesia. Hak Bangsa
Indonesia teesebut adalah hak yang tertinggi. Pada
hak bangsa itulah bersumber hak-hak penguasaan
atas tanah uang disediakan bagi perorangan, yakni:
a. Secara langsung, berupa hak-hak atas tanah
yang primer;
b. Secara tidak langsung berupa:
- hak-hak atas tanah yang sekunder, dan
- hak jaminan atas tanah
Unsur kepunyaan yang terkandung di dalam hak
bangsa termasuk bidang hukum perdata.

Modul III Pembentukan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional 22


Pengertian "Unsur Tugas kewenangan"
Juga seperti halnya tanah ulayat masyarakat
hukum adat; tanah Bangsa Indonesia itupun harus
dikelola dengan baik:
a. Diatur, melalui peraturan perundang-undangan
tentang penguasaan dan penggunaannya;
b. Direncanakan peruntukan serta
penggunaannya, meliputi:
- Perencanaan umum oleh
pemerintah pusat (Pasal 14 ayat 1
UUPA)
- Perencanaan khusus peruntukan
dan penggunaan tanah
dilimpahkan kepada pemerintah
daerah (Pasal 14 ayat 2 UUPA).
Di sini Pemerintah daerah tidak
berwenang membuat peraturan
tentang tanah, wewenangnya
hanya terbatas pada pembuatan
planologi kota (rencana tata guna
tanah) sesuai dengan keadaan
daerahnya.
Ini merupakan unsur tugas kewenangan yang
kedua dari hak bangsa yang termasuk bidang
hukum publik; dan dalam pelaksanaannya tugas
kewenangan tersebut oleh Bangsa Indonesia
dilimpahkan kepada negara sebagai organisasi
kekuasaan seluruh rakyat Indonesia.
Jelas kiranya dari ketentuan dalam Pasal 2
UUPA, bahwa pelimpahan tugas kewenangan
kepada negara itu terbatas pada unsur yang bersifat
hukum publik dan tidak meliputi unsur kepunyaan
yang bersifat perdata. Tanah di wilayah Republik
Indonesia adalah tanah kepunyaan Bangsa
Indonesia tanah kepunyaan bersama rakyat
Republik Indonesia, para warga Negara Indonesia
dan bukan kepunyaan negara. Bahwa negara
memberikan tanah kepada rakyat yang memerlukan
dengan berbagai hak atas tanah yang disediakan
dalam hukum tanah kita, bukan dalam
kedudukannya sebagai yang mempunyai tanah,
melainkan sebagai petugas Bangsa Indonesia,
sebagai badan penguasa yang diberi kewenangan
untuk berbuat demikian.
Hak-hak atas tanah yang primer adalah hak-
hak yang langsung bersumber pada hak Bangsa
Indonesia yang diberikan oleh negara melalui
permohonan hak. Dengan demikian keadaan
seluruh tanah di Indonesia dapat digambarkan
sebagai berikut:
Hak Bangsa Indonesia

Hak Menguasai

Tanah
Negara

Tanah Hak

Selanjutnya perlu dijelaskan bahwa yang


dimaksud dengan tanah negara adalah tanah-tanah
yang dikuasai negara sedangkan yang dimaksud
dengan tanah hak adalah semua tanah-tanah yang
sudah dikuasai oleh seseorang dengan sesuatu hak.
Jadi, di dalam sistem dan konsepsi hukum
tanah di Indonesia tidak dikenal "Res Nullius"
seperti dalam Hukum Tanah Barat. Misalnya dalam
BW Pasal 520 dikatakan bahwa bilamana yang
tidak ada pemiliknya, harus ditempatkan di bawah
pengampuan balai harta peninggalan dan menjadi
tanah domein Negara. Di Negara Indonesia apabila
hak atas tanah hapus maka tanah itu kembali
menjadi tanah hak bangsa atau tanah yang dikuasai
langsung oleh negara.
2. Latihan
Dalam latihan ini, peserta kuliah diharapkan menjawab
kedua soal berikut ini. Setelah menjawab, peserta kuliah
diharapkan dapat menelusuri jawabannya pada bagian
uraian.
Soal Pertama. Jelaskan fungsi dan tujuan UUPA!
Soal Kedua. Jelaskan secara singkat hubungan UUPA
sebagai Hukum Tanah Nasional dengan Hukum Adat!
Hasil pekerjaan dapat didiskusikan dengan peserta lainnya.
Tentu saja, kolaborasi membahas jawaban dilakukan
setelah semua peserta kuliah telah menyelesaikan jawaban
kedua soal secara mandiri.
3. Rangkuman
Tujuan UUPA antar lain, yaitu sebagai berikut :
menghapuskan dualisme Hukum Tanah yang lama dan
menciptakan unifikasi serta kodifikasi Hukum Agraria
(tanah) nasional, serta meletakkan landasan hukum untuk
pembangunan hukum agraria (tanah) nasional.
4. Pustaka
Aminuddin Salle, dkk. 2011. Bahan Ajar Hukum Agraria.
Makassar: ASPublishing.
D. Tugas dan Lembar Kerja
Pada tugas ini, peserta kuliah diharapkan membaca konstitusi,
peraturan perundang-undangan dan UUPA. Kemudian
membuat analisis yang mengaitkan ketentuan-ketentuan
pengaturan pasal-pasal dalam UUPA yang menunjukkan
keterkaitan konsep hukum tanah adat dengan hukum agraria
nasional. Setelah itu, peserta kuliah juga diharapkan
mengemukakan perbandingan konsep ketentuan-ketentuan
hukum tanah barat dengan hukum tanah nasional dan
menyertakan daftar pustaka. Tugas ini dikerjakan secara
individu dan akan dibahas pada pertemuan selanjutnya, baik
pertemuan di kelas maupun via daring.
E. Tes Formatif
1. Berikut tujuan UUPA, kecuali………..
a. Meletakkan dasar-dasar untuk memberikan kepastian
hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat
seluruhnya
b. Meletakkan dasar-dasar untuk mengadakan kesatuan
dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan
c. Meletakkan dasar-dasar bagi penyusunan Hukum
Agraria Nasional yang akan merupakan alat untuk
membawakan kemakmuran, kebahagiaan dan keadilan
bagi negara dan rakyat terutama rakyat tani dalam
rangka menuju rakyat adil dan makmur
d. Meletakkan hak milik atas tanah
2. Menghapuskan dualisme Hukum Tanah yang lama dan
menciptakan unifikasi serta kodifikasi Hukum Agraria
(tanah) nasional yang didasarkan pada hukum (tanah) adat,
merupakan……..
a. Manfaat hukum agraria
b. Fungsi hukum agraria
c. Asas hukum agraria
d. Prinsip hukum agraria
3. Yang dimaksud dengan agraria adalah bumi, air, dan
kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, bahkan
sampai batas-batas tertentu termasuk juga ruang angkasa,
sesuai dengan……….
a. UU No. 8 Tahun 1960
b. UUD NRI 1945 Pasal 33 ayat (3)
c. UU No. 5 Tahun 1960
d. Pasal 56-Pasal 58 UUPA
4. Perlu adanya hukum agrarian nasional, yang berdasarkan
atas hukum adat tentang tanah ”Hukum Agraria yang
berlaku atas bumi, air dan angkasa adalah Hukum Adat.”
Dimana kalimat tersebut dapat ditemukan dalam UUPA?
a. Pada ketentuan akhir dari UUPA
b. Pada ketentuan penjelasan dari UUPA
c. Pada ketentuan konsideran UUPA
d. Pada Pasal 1 ayat (1) UUPA
5. Konsep Hukum agraria atau Hukum Tanah Nasional :
sebagaimana dalam Pasal 1 ayat (2) UUPA : Seluruh bumi,
air, dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang
terkandung di dalamnya dalam wilayah Republik Indonesia
sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa adalah bumi, air
dan ruang angkasa Indonesia dan merupakan kekayaan
nasional. Bermakna bahwa Hukum Tanah Nasional adalah
bersifat :
a. Komunalistik
b. Harmoni individual dan sosial
c. Individualistik
d. Nasionalistik
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Apabila peserta kuliah telah menjawab tes formatif dengan
baik, bandingkanlah jawaban anda tersebut dengan rambu-
rambu jawaban yang disediakan. Jika hasil perhitungan
menunjukkan anda telah mencapai tingkat penguasaan sama
atau lebih besar dari 80%, maka peserta kuliah dipersilahkan
untuk meneruskan ke kegiatan belajar selanjutnya.
Untuk mengetahui persentase penguasaan materi pada
kegiatan belajar ini, anda dapat menghitung menggunakan
rumus berikut:

Anda mungkin juga menyukai