Anda di halaman 1dari 75

MODUL VIII

HUKUM AGRARIA

PENYEDIAAN TANAH DAN


PENGADAAN TANAH

TIM PENGAMPU MATA KULIAH


PENANGGUNG JAWAB
PROF. DR. FARIDA PATITTINGI, S. H., M. HUM.

DEPARTEMEN HUKUM KEPERDATAAN


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah i


Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah ii
KATA PENGANTAR

Perkenankanlah pada kesempatan ini, kami mengucapkan puji syukur yang sedalam-
dalamnya kepada Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan modul ini. Modul ini disusun sebagai panduan bagi peserta mata kuliah Hukum
Agraria untuk memahami hal-hal yang terkait dengan penyediaan tanah dan pengadaan tanah.
Penulis berharap modul ini dapat memperkaya pemahaman teori mahasiswa dibidang
pemanfaatan tanah. Itulah sebabnya, modul ini ditulis sedemikian rupa dan lebih banyak
menguraikan teori agar nantinya dapat memudahkan peserta mata kuliah dalam
mengimplementasikan ilmu pengetahuan kepada masyarakat.

Ucapan terima kasih tak lupa disampaikan kepada Dekan Fakultas Hukum beserta
jajarannya dan Ketua Departemen atas supportnya dalam penyelesaian pembuatan modul ini.
Terkhusus kepada para tim pengajar Hukum Agraria ang telah bersinergi dalam berkerjasama
menyusun modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi referensi dan menambah wawasan
mahasiswa dan pembaca.

Ttd,

Tim Penyusun

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah iii


DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) ..................................... iv
MODUL V PRINSIP-PRINSIP DASAR HUKUM AGRARIA NASIONAL
.............................................................................................................................. 1
KEGIATAN BELAJAR: PRINSIP-PRINSIP DASAR HUKUM AGRARIA
NASIONAL ......................................................................................................... 3
A. Deskripsi Singkat ........................................................................................ 3
B. Relevansi ...................................................................................................... 3
C. Capaian Pembelajaran ............................................................................... 3
1. Uraian .................................................................................................... 3
2. Latihan ................................................................................................... 35
3. Rangkuman ............................................................................................ 35
4. Pustaka ................................................................................................... 36
D. Tugas dan Lembar Kerja ........................................................................... 36
E. Tes Formatif ................................................................................................ 36
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut .............................................................. 38

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah iv


UNIVERSITAS HASANUDDIN,
Kode
FAKULTAS HUKUM, Dokumen
PRODI S1 ILMU HUKUM
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
MATA KULIAH (MK) KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl Penyusunan
HUKUM AGRARIA
211B1313 HUKUM KEPERDATAAN T=3 P=0 3 26 Juni 2020
OTORISASI Pengembang RPS Koordinator RMK Ketua PRODI

Wakil Dekan Bidang I Akademik, Riset & Inovasi


Prof. Dr. Hamzah Halim, S.H., M.H. An. Tim Pengampu
Penanggung Jawab Mata Kuliah
Prof Dr Farida Patittingi, S. H., Dr. Winner Sitorus, S.H., LL.M. Dr. Maskun, S.H., LL.M
M.Hum
Capaian CPL-PRODI yang dibebankan pada MK
Pembelajaran (CP) CPL-S1 Memiliki integritas dan etika profesi hukum berdasarkan nilai-nilai Pancasila
CPL-KU1 Mampu berpikir secara kritis, logis dan sistematis
CPL-KU2 Mampu berkomunikasi secara lisan dan tulisan
CPL-KU3 Mampu bekerja secara individu dan kolektif
CPL-KK1 Mampu melakukan penelitian hukum untuk menyusun argumen hukum
CPL-KK2 Mampu melakukan mediasi dan negosiasi (non-litigasi)
CPL-KK3 Mampu memberikan saran dan penyelesaian masalah hukum
CPL-P4 Menguasai konsep teoritis mengenai hukum materiil
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK 1 Mampu mengemukakan sejarah, politik hukum yang mendasari keberlakuan, karakteristik produk hukum pertanahan berdasar era
keberlakuannya, tujuan pembentukandan konsep hukum agraria nasional serta perkembangannya UUPA. ( CPL- KU1, CPL-KU2, CPL-P4).
CPMK 2 Mampu melakukan penelusuran kasus-kasus pertanahan yang terjadi di masyarakat dan menghubungkan dengan prinsip-prinsip hukum
agraria nasional (CPL-S1, CPL-KU1, CPL-KU2, CPL–KK1).
CPMK 3 Mampu menerapkan konsep hukum agraria nasional dalam mencari solusi atas berbagai konflik dan sengketa agraria nasional (CPL-KU3,
CPL-KK1, CPL-KK2, CPL-KK3).
CPL  Sub-CPMK
CPL-1 - SubCPMK1 Mampu mengemukakan beberapa istilah, Pengertian Agraria, Hukum Agraria dan Ruang Lingkup Hukum Agraria :
Bumi, Air, Ruang angkasa dan sumber daya alam
- SubCPMK2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan karakter hukum agraria berdasarkan periodisasi berlakunya
hukum agraria, yang meliputi masa sebelum berlakunya UUPA dan setelah berlakunya UUPA.
- SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah Nasional
dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
CPL-2 - Sub.CPMK2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan karakter hukum agraria berdasarkan periodisasi berlakunya
hukum agraria, yang meliputi masa sebelum berlakunya UUPA dan setelah berlakunya UUPA.
- SubCPMK6-7Mahasiswa mampu mengelompokkan dan mengaplikasikan Hak-hak Penguasaan Atas Tanah sesuai dengan
pemasalahan hukum agraria dalam masyarakat.
- SubCPMK13 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, Program, kebijakan dan tujuan Land Reform, dan mengkorelasikan
dengan kebijakan Reforma Agraria saat ini .
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
CPL-3 - SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah Nasional
dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
- SubCPMK10 Mahasiswa mampu mengaitkan ketentuan hukum terkait dengan penyediaan tanah dan mampu memecahkan
permasalahan hukum dalam pelaksanaan penyediaan tanah di masyarakat.
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
- SubCPMK12 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, landasan dan tujuan pembangunan rumah susun, dan mampu
menentukan hak atas tanah yang dapat didirikan rumah susun, pemilikan rumah susun, Pembebanan HSMRS dan Kedudukan
Perhimpunan, Peghuni.
- SubCPMK13 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, Program, kebijakan dan tujuan Land Reform, dan mengkorelasikan
dengan kebijakan Reforma Agraria saat ini .
- SubCPMK14 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian; dasar hukum dan asas-asas tanah sebagai jaminan kredit , perjanjian
jaminan dan menerapkannya dalam praktik pembebanan hak tanggungan.
CPL-4 - SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah Nasional
dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
- SubCPMK4 Mahasiswa mampu menguraikan faktor-faktor perlunya pembentukan UUPA dan tahapan-tahapan penyusunan UUPA.
- SubCPMK15 Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai kasus pertanahan yang terjadi di Indonesia dan menganalisis tahapan
Penyelesaian Sengketa Agraria
CPL-5 - SubCPMK 9 Mahasiswa mampu mengemukakan makna tujuan dan berbagai jenis sistem publikasi dalam pendaftaran tanah serta
menyimpulkan peranan Kepala Desa dan PPAT dalam Pendaftaran Tanah untuk memberikan kepastian hukum.
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah v


CPL-6 - SubCPMK 9 Mahasiswa mampu mengemukakan makna tujuan dan berbagai jenis sistem publikasi dalam pendaftaran tanah serta
menyimpulkan peranan Kepala Desa dan PPAT dalam Pendaftaran Tanah untuk memberikan kepastian hukum.
- SubCPMK11. Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
CPL-7 - SubCPMK6-7Mahasiswa mampu mengelompokkan dan mengaplikasikan Hak-hak Penguasaan Atas Tanah sesuai dengan
pemasalahan hukum agraria dalam masyarakat.
- SubCPMK 10 Mahasiswa mampu mengaitkan ketentuan hukum terkait dengan penyediaan tanah dan mampu memecahkan
permasalahan hukum dalam pelaksanaan penyediaan tanah di masyarakat.
- SubCPMK12 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, landasan dan tujuan pembangunan rumah susun, dan mampu
menentukan hak atas tanah yang dapat didirikan rumah susun, pemilikan rumah susun, Pembebanan HSMRS dan Kedudukan
Perhimpunan, Penghuni.
- SubCPMK14 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian; dasar hukum dan asas-asas tanah sebagai jaminan kredit , perjanjian
jaminan dan menerapkannya dalam praktik pembebanan hak tanggungan.
- SubCPMK15 Mahasiswa mampu mengidentifikasi berbagai kasus pertanahan yang terjadi di Indonesia dan menganalisis tahapan
Penyelesaian Sengketa Agraria
CPL-8 - SubCMK 2 Mahasiswa mampu mengidentifikasi dan membedakan karakter hukum agraria berdasarkan periodisasi berlakunya
hukum agraria, yang meliputi masa sebelum berlakunya UUPA dan setelah berlakunya UUPA.
- SubCPMK3 Mahasiswa mampu mengaitkan fungsi dan tujuan UUPA, hubungan fungsional UUPA sebagai Hukum Tanah Nasional
dengan Hukum Tanah Adat, Konsepsi Hukum Tanah Barat, Feodal, dan Hukum Tanah Nasional.
- SubCPMK4 Mahasiswa mampu menguraikan faktor-faktor perlunya pembentukan UUPA dan tahapan-tahapan penyusunan
UUPA.
- SubCPMK12 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, landasan dan tujuan pembangunan rumah susun, dan mampu
menentukan hak atas tanah yang dapat didirikan rumah susun, pemilikan rumah susun, Pembebanan HSMRS dan Kedudukan
Perhimpunan, Peghuni.
- SubCPMK13 Mahasiswa mampu mengemukakan pengertian, Program, kebijakan dan tujuan Land Reform, dan mengkorelasikan
dengan kebijakan Reforma Agraria saat ini .
- SubCPMK11 Mahasiswa mampu mengemukakan prinsip-prinsip, dasar hukum terkait penyelenggaran perumahan dan
permukiman serta mengkorelasikan dengan penyelenggaran perumahan dan pemukiman saat ini.
- SubCPMK14 Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian; dasar hukum dan asas-asas tanah sebagai jaminan kredit , perjanjian
jaminan dan menerapkannya dalam praktik pembebanan hak tanggungan
Deskripsi Singkat Mata kuliah ini mempelajari istilah dan pengertian hukum agraria, aspek-aspek hukum agraria, baik dari segi hukum positif maupun dari kasus-kasus
MK yang terjadi di masyarakat, sejarah dualisme hukum agraria (hukum tanah Barat dan hukum tanah adat) pada masa kolonial, sejarah terbentuknya
Undang-Undang Pokok Agraria (UUPA), asas-asas yang mendasari pelaksanaan UUPA, hak menguasai negara perbedaannya dengan Domein Verklaring,
hak ulayat, politik hukum agraria dan perkembangan politik hukum agraria, hak-hak atas tanah menurut UUPA meliputi: konsepsi hukum tanah nasional,
pemilikan, peralihan dan pendaftarannya, land reform, perkembangannya dan land use, penataan pemanfaatan tanah untuk berbagai

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah vi


penggunaan,penyediaan dan pengadaan tanah, Hak Milik Satuan Rumah Susun (HSMRS), Lembaga Jaminan Hak atas Tanah ( Hak Tanggungan) dan
Sengketa serta konflik Pertanahan nasional.
Bahan Kajian / 1. Pengertian Agraria dan Ruang Lingkup Hukum Agraria.
Materi 2. Periodisasi Perkembangan Hukum Agraria.
Pembelajaran 3. Pembentukan UUPA dan Pembangunan Hukum Tanah Nasional.
4. Sejarah Penyusunan UUPA.
5. Prinsip-prinsip Dasar Hukum Agraria dalam Hukum Agraria Nasional.
6. Hak-Hak Penguasaan Atas Tanah.
7. Pendaftaran Tanah.
8. Penyediaan dan Pengadaan Tanah.
9. Perumahan & Permukiman.
10. Land Reform dan Kebijakan Reforrma Agraria.
11. Hak Milik Satuan Rumah Susun.
12. Tanah Sebagai Jaminan: Hak Tanggungan dan R. Lingkup serta eksekusi Hak Tanggungan.
13. Penyelesaian Sengketa Agraria
Pustaka Utama :
1. Buku Ajar Hukum Agraria, Fakultas Hukum Unhas, UnhasPress.
2. Adrian Sutedi, 2012, Peralihan Hak Atas Tanah, cetakan kedua, PT. Sinar Grafika, Jakarta.
3. ----------------, 2010, Hukum Rumah Susun Dan Apartemen, PT. Sinar Grafika, Jakarta.
4. Abrar Saleng. 2013, Kapita Selekta Hukum Sumber Daya Alam, Membumi Publishing, Makassar.
5. Arie Sukanti Hutagalung. 2008. Kewenangan Pemerintah di Bidang Pertanahan. Rajawali Pers, Jakarta.
6. Aslan Noor, 2006. Konsep Hak Milik atas Tanah Bagi Bangsa Indonesia, Penerbit: Mandar Maju, Bandung.
7. Boedi Harsono, 2003 Hukum Agraria Indonesia, Sejarah Pembentukan UUPA, Isi dan Pelaksanaannya, Jakarta.
8. Elza Syarief, 2014, Menuntaskan Sengketa Tanah Melalui Pengadilan Khusus Pertanahan, PT. Gramedia (KPG), Jakarta.
9. Farida Patittingi. 2009. Pengaturan Penguasaan Tanah Pulau-Pulau Kecil di Indonesia. Penerbit Lanarka,
10. -------------------, 2012, Dimensi Hukum Pulau-Pulau Kecil di Indonesia (Studi Atas Penguasaan dan Pemilikan Tanah)., Penerbit
Rangkang Education, Yogyakarta.
11. Maria SW Sumardjono,2018, Regulasi Pertanahan dan Semangat Keadilan Agraria, Jakarta
12. -----------------------------, Nurhasan Ismail, Isharyanto,2008, Mediasi Sengketa Tanah, Potensi Penerapan Alternatif Penyelesaian
Sengketa (ADR) di Bidang Pertanahan, PT. Kompas Media Indonesia, Jakarta
13. ---------------------------, 2015, Dinamika Pengaturan Pengadaan Tanah di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
14. -------------------------, 2020. Agenda Yang Belum Selesai: Refleksi atas Berbagai Kebijakan Pertanahan, Fakultas Hukum UGM,
Yogyakarta (Ebook).
15. Mochtar Kusumaatmadja. 1986. Bunga Rampai Hukum Laut. Bina Cipta, Bandung.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah vii


16. Muhammad Ilham Arisaputra, 2015. Reforma Agraria Di Indonesia. PT. Sinar Grafika. Jakarta.
17. Sudirman Saad. 2003. Politik Hukum Perikanan Indonesia. Lembaga Sentral Pembiayaan Masyarakat.
18. __________. 2009. Hak Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan. PT.LKIS Printing Cemerlang, Yogyakarta.
19. Sri Susyanti Nur. 2010. Hak Guna Laut dalam Usaha Pemeliharaan dan Penangkapan Ikan.Pustaka Pena
20. Urip Santoso. 2017. Hak Atas Tanah, Hak Pengelolaan, dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun. Kencana. Jakarta.
21. -----------------, 2014, Hukum Perumahan, Kencana Prenadamedia Group, Jakarta.
22. -----------------, 2010. Pendaftaran dan peralihan Hak Atas Tanah. Kencana Premedia Group. Jakarta.
23. Bernhard Limbong, 2014, Politik Pertanahan, PT. Dharma Karsa Utama, Jakarta.
Pendukung :
1. Arie Wahyono, dkk. 2000. Hak Ulayat Laut di Kawasan Timur Indonesia. Media Pressindo, Yogyakarta.
2. Baharuddin Lopa. 1982. Hukum Laut, Pelayaran dan Perniagaan. Alumni, Bandung.
3. Bushar. 1988. Asas-Asas Hukum Adat Sebagai Pengantar. Pradya Paramitha, Jakarta.
4. C.B. Macpherson. 1989. Pemikiran Dasar tentang Hak Milik, terjemahan
5. Christy dan A. Scott, 1986. Sifat dari Sumber Daya Alam Milik Bersama (Ekonomi Perikanan: Dari Teori)
6. Dahuri, J.Ginting dan Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu
7. Firial Marahuddin. 1986. Ekonomi Perikanan. Gramedia, Jakarta.
8. E. Likadja. 1988. Hukum Laut dan Undang-Undang Perikanan. Ghalia Indonesia, Jakarta.
9. Irma Devita, 2011. Hukum Jaminan Perbankan, Mizan Media Utama, Bandung.
10. N. Khublall. 1991. Law Of Real Property and Conveyaancing. Second Edition, Published By Longman Singapore Publisher (Pte) Ltd.
Singapore.
11. Maria SW Sumardjono, 2011. Pengaturan Sumber Daya Alam Di Indonesia (antara yang tersurat dan tersirat)” Kajian Kritis Undang-
Undang Terkait Penataan Ruang dan Sumber Daya Alam, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta
12. Salim HS, 2014. Perkembangan Hukum Jaminan di Indonesia, PT. rajagrafindo Persada, Jakarta.
13. Sri Soedewi Masjchoen Sofwan, 1980. Hukum Jaminan di Indonesia Pokok-Pokok Hukum Jaminan dan Jaminan Perorangan,
Badan Pembinaan Hukum Nasional Dep. Kehakiman, Jakarta.
14. Peter Batt, 2001. Land Law. Fourth Edition. Law Book Co. NSW. Australia.
15. P.J. Fitzgerald. 1966. Salmond On Jurisprudence. London: Sweet & Maxwell.
16. Rustiadi dkk, 2011, Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Cresspent Press Pustaka Yayasan Obor Indonesia, Jakarta
17. Hadi Sabari Yunus, 2006, Megapolitan (Konsep, Problematika dan Prospek), Pustaka Pelajar, Jakarta.
18. Sri Susyanti Nur, 2010. Bank Tanah Alternatif Penyediaan Tanah Untuk Pembangunan Kota Berlanjutan. As. Publishing. Jakarta.
19.
20. Victor P.H. Nikijuluw. 2002. Rezim Pengelolaan Sumber Daya Perikanan. Pustaka Cidesindo, Jakarta.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah viii


21. Video Bedah Buku Bedah Buku berjudul “Dinamika Pengaturan dan Permasalahan Tanah Ulayat” karya Dr. Julius Sembiring, S.H.,
MPA (Kepala PPPM STPN), https://youtu.be/c3Y7RXRU3y8
22. Video Webminar Fak. Hukum – Kementerian Pertanian “ Menjaga Kedaulatan Pangan”, https://www.youtube.com/watch?v=bql-
SnM0ePo
23. Video webminar Kanal KPK: Penataan Ulang regulasi Sumber Daya Alam Di Indonesia Seri I, Kanal KPK,
https://www.youtube.com/watch?v=qzhTwm5Qc3U.
24. http://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/view/483/96 Persoalan Struktur dalam Politik Penegakan Hukum Sumber Daya
Alam dan Lingkungan Hidup
25. http://jurnal.kpk.go.id/index.php/integritas/article/view/479, Vol. 5 No.2-2 (2019): INTEGRITAS Volume 05 No. 2-2 Tahun 2019,
Harmonisasi Regulasi dan Perbaikan Tata Kelola Sumber Daya Alam Di Indonesia, Maria SW Sumardjono dkk
Dosen Pengampu 1. Prof. Dr. Farida Patittingi, S.H., M. Hum.
2. Prof. Dr. Abrar Saleng, S.H., M.H.
3. Prof. Dr. Suriyaman M. Pide, S.H., M.H.
4. Prof. Dr. Anwar Borahima, S.H., M.H.
5. Dr. Susyanti Nur, S.H., M.H.
6. Dr. Sudirman Saad, S.H., M.H.
7. Dr. Kahar Lahae, S.H., M.H.
8. Dr. Marwah, S.H., M.H.
9. Dr. Muh. Ilham Arisaputra, S.H., M.Kn.
10. Dr. Muh. Aswan, S.H., M.Kn.
11. Ismail Alrip, S.H., M.Kn.
12. Amaliyah, S.H., M.H.
13. Fitri Pratiwi Rasyid, S.H., M.H.
14. A. Suci Wahyuni S.H., M.Kn.
Matakuliah syarat Tidak ada

Bentuk Pembelajaran,
Sub-CPMK Metode Pembelajaran, Bobot
Pekan Penilaian Materi Pembelajaran
(Kemampuan akhir tiap Penugasan Mahasiswa, Penilaian
Ke- [ Estimasi Waktu] [ Pustaka ]
tahapan belajar) (%)
Indikator Kriteria & Bentuk Luring (Offline) Daring (Online)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah ix


1 Mahasiswa mampu  Ketepatan Bentuk: Bentuk Pembelajaran BP: Pendahuluan 5%
mengemukakan beberapa menguraikan Tes/ Lisan atau (BP): Kuliah Tatap Maya 1. Penjelasan RPS
istilah/pengertian hukum istilah hukum tertulis (review 1x3x50’ Menit dan tujuan
agraria dan ruang lingkup agraria, ruang pertemuan) TM: (1x 3x 50”) menit pembelajaran
hukum agraria lingkup hukum mata kuliah.
agraria yang Kriteria: Metode: Belajar Mandiri 2. Penjelasan
meliputi bumi, air, - 5= Menjawab - Tatap Muka (BM) Kontrak Kuliah &
ruang angkasa dan semua soal - Diskusi Interaktif (1x 3 x 60”) menit Manajemen Kelas
kekayaan alam dengan tepat dan 3. Penelusuran Buku
yang terkandung sesuai substansi SIKOLA UNHAS dan Referensi
di dalamnya - 4= Menjawab Mahasiswa lainnya.
semua soal tetapi mempelajari bahan
tidak menyeluruh ajar melalui alur Pengertian Agraria
dalam pembelajaran dan R. Lingkup Hukum
menjelaskan. Pertemuan I Agraria:
- 3= menjawab 1. Pengertian
soal tetapi Agraria, Hukum
kurang tepat. PT (Penugasan Agraria
- 1= menjawab Terstruktur): 2. Ruang Lingkup
soal tidak tepat. 1x3x 60’ Menit Hukum Agraria :
Membuat Resume Bumi, Air, Ruang
dari bahan Bacaan angkasa dan
terkait Materi sumber daya alam
Pertemuan I. Pustaka:
- Buku Ajar Hal 1-11
- Boedi Harsono Bab
I hal 4-14

2 Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk: Bentuk Pembelajaran BP: Periodisasi 5%


mengidentifikasi dan mengidentifikasi Tes/ Lisan atau (BP): Kuliah Tatap Maya Perkembangan
membedakan karakter karakter hukum tertulis (review Hukum Agraria di
hukum agraria berdasarkan agraria sesuai pertemuan) TM: (1x 3x 50”) menit Indonesia, berlakunya
periodisasi berlakunya periodisasi Belajar Mandiri (sebelum adanya
hukum agraria, yang berlakunya Kriteria: Metode: (BM) UUPA):

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah x


meliputi masa sebelum - 5= Menjawab - Tatap Muka (1x 3 x 60”) menit - Hukum Adat,
berlakunya UUPA dan  Kemampuan semua soal - Diskusi Interaktif SIKOLA UNHAS - Masa Kerajaaan dan
setelah berlakunya UUPA. mengemukakan dengan tepat Mahasiswa - Masa Penjajahan
pendapat secara dan sesuai mempelajari bahan (Inggris, Hindia
lisan atau tulisan substansi ajar melalui alur Belanda, Jepang)
tentang sejarah - 4= Menjawab pembelajaran - Setelah
dan semua soal Pertemuan 2 Kemerdekaan,
perkembangan tetapi tidak - Lahirnya UUPA
hukum agraria menyeluruh
dalam PT (Penugasan Pustaka:
menjelaskan. Terstruktur): - Buku Ajar Bab. 2
- 3= menjawab 1x3x60’ Boedi Harsono
soal tetapi Mahasiswa hal.32-68;
kurang tepat. membaca berbagai - Arie Soekanti
referensi baik buku Hutagalung
maupun artikel - Aslan Noor
kemudian membuat - Elza Syarie, hal.91-
ulasan tentang 161
karakteristik Hukum
dan produk hukum
yang ada pada era
Hukum Adat, Zaman
Kerajaan, Hindia
Belanda.

3 Mahasiswa mampu - Kehadiran Bentuk : BP: Kuliah Pembentukan UUPA 5%


mengaitkan fungsi dan - Keaktifan dalam Bentuk Test : - Kuliah (1 x 3x 60”) menit dan Pembangunan
tujuan UUPA, hubungan diskusi Lisan - Tatap Maya Hukum Tanah
fungsional UUPA sebagai - Ketepatan dalam (1 x 3 x 50”)menit - Diskusi Nasional
Hukum Tanah Nasional menjelaskan Kriteria : Metode: interaktif a. Fungsi UUPA
dengan Hukum Tanah fungsi dan tujuan - 5= menjawab 5 - Tatap Muka b. Tujuan UUPA
Adat, Konsepsi Hukum UUPA dan soal benar - Ceramah BM: c. Hubungan
Tanah Barat, Feodal, dan korelasinya - 4= menjawab 4 - diskusi interaktif 1x3x60’ Menit Fungsional UUPA
Hukum Tanah Nasional. dengan politik soal benar SIKOLA  dengan Hk Adat

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xi


hukum agraria - 3= menjawab 3 Mahasiswa d. Konsepsi Hukum
nasional soal benar mempelajari bahan Tanah (Tanah
- Ketepatan dan - 2= menjawab 2 ajar, referensi yang Barat, Tanah
ketuntasan soal benar diberi melalui alur Feodal, Tanah
dalam - 1=menjawab 1 pembelajaran Nasional)
menjelaskan soal benar Pertemuan 3
hubungan Pustaka :
fungsional PT  - Buku Ajar Bab. 3
konsepsi hukum 1x3x60 Boedi Harsono Hal.
agraria pada Mahasiswa diminta 162-217
setiap masanya membaca Konstitusi, - Maria SW
peraturan Sumardjono
perundang- “Regulasi
undangan dan UUPA. Pertanahan…..”
Kemudian membuat - Elza Syarief Hal.
analisis yang 91-161
mengaitkan
Ketentuan-
ketentuan Pasal-
Pasal dalam UUPA
yang menunjukkan
keterkaitan konsep
hukum tanah adat
dgn hukum agraria
nasional,
mengemukakan
perbandingan
konsep ketentuan-
ketentuan hukum
tanah barat dengan
hukum tanah
nasional dan
menyertakan daftar
pustaka.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xii


Mahasiswa mampu - Kehadiran Bentuk: BP: Kuliah Sejarah Penyusunan
4 menguraikan faktor-faktor - Keaktifan dalam - Tatap Muka 1x3x50’ Menit UUPA 5%
perlunya pembentukan diskusi Bentuk Test: (1 x3 x 50”)menit a. Penyusunan Hk
UUPA dan tahapan- - Ketepatan dan Tulis MP: Agraria Nasional
tahapan penyusunan ketuntasan dalam - Tatap Muka b. Tahapan
UUPA. mengemukakan Kriteria: Metode: - Diskusi Penyusunan UUPA :
urgensi - 5= menjawab 5 - ceramah Interaktif/ 1. Panitia Agraria
pembentukan soal benar - Diskusi small grup Yogya;
UUPA dan Politik - 4= menjawab 4 interaktif/ small discussion 2. Panitia Agraria
Hukum Agraria soal benar Group Jakarta;
Nasional. - 3= menjawab 3 discussion, BM: 3. Panitia Agraria
- Ketepatan dan soal benar Discovery (1 x 3 x 60”) menit Soewahjo;
ketuntasan - 2= menjawab 2 learning Sikola 4. Rancangan
menguraikan soal benar Mahasiswa Soenarjo;
sejarah - 1=menjawab 1 mempelari bahan 5. Rancangan
penyusunan soal benar ajar, materi , artikel Sadjarwo;
rancangan UUPA maupun link yang 6. Peraturan dan
diberikan pada alur Keputusan yang
pembelajaran dicabut.
Pertemuan ke-4
Pustaka:
PT: - Boedi Harsono Hal.
1x3x60’ Menit 125-133;
Membaca tentang - Benhard Limbong
Penjelasan, Landasan - Elza Syarief Hal.91-
filosofis, sosiologis 161
dan yuridis dalam
penyusunan UUPA.
Tugas dibuat dalam
bentuk Uraian.

5 Mahasiswa mampu - Kehadiran BP: BP : Prinsip-prinsip Dasar 5%


menelaah prinsip-prinsip - keaktifan Kuliah Kuliah ( 1x3x50’) Hukum Agraria
dasar hukum agraria Bentuk Test: (1x 3 x 50”) menit Menit Nasional yang

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xiii


Nasional dalam kasus - Kejelasan dan Tulis MP: terdapat dalam
konkrit ketuntasan - Tatap Maya ketentuan-ketentuan
mahasiswa dalam Kriteria: Metode : - Interactive yang diatur di dalam
menegaskan dan - 5= menjawab 5 - Tatap Muka Learning UUPA)
mengemukakan soal benar - Interactive Learning BM
tentang prinsip- - 4= menjawab 4 (Cooperative / ( 1 x 3 x 60”) menit Pustaka:
prinsip dasar soal benar Colaborative learning ) Sikola - UUPA;
hukum agraria - 3= menjawab 3 Mahasiswa - Buku Ajar Bab. 5
dalam UUPA Pasal soal benar mempelajari bahan Boedi Harsono;
1-15 UUPA. - 2= menjawab 2 ajar pada alur - Arie Soekanti
soal benar pembelajaran Hutagalung;
- 1=menjawab 1 Pertemuan 5 - Farida Patittingi
soal benar Dan mengikuti Link Pengaturan
Video Webminar Penguasaan Tanah
https://www.youtub Elza Syarief
e.com/watch?v=qzh - Ebook Maria SW
Twm5Qc3U Sumardjono.
Penataan Ulang
regulasi Sumber
Daya Alam Di
Indonesia Seri I,
Kanal KPK

Penugasan
Terstruktur:
•Membuat analisis
tentang prinsip-
prinsip dasar UUPA
dengan realita
masalah pertanahan
yang sering terjadi
saat inI. Tugas dibuat
min. 3 halaman
dengan

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xiv


menyertakan,
kuitpan, dasar
hukumnya dan
daftar referensi.

6-7 Mahasiswa mampu Kejelasan dalam Bentuk Test: BP: BP: Hak-hak Penguasaan 10%
mengelompokkan dan mengemukakan Tulis Kuliah (1x3x50’) Menit Kuliah ( 1x3x50 Atas Tanah
mengaplikasikan Hak-hak hirarki hak Menit) a. Hak-Hak
Penguasaan Atas Tanah penguasaan atas Kriteria: Metode: Penguasaan
sesuai dengan tanah dalam hukum - 5= menjawab 5 - Ceramah b. Hierarki Hak-hak
pemasalahan hukum agraria nasional. soal benar - Collaborative BM Penguasaan
agraria dalam masyarakat. Ketepatan dalam - 4= menjawab 4 Learning (1x 3x 60”) Menit c. Hak-hak atas tanah
membandingkan soal benar SikolaMahasiswa yang bersifat Tetap
sehingga jelaslah - 3= menjawab 3 mempelajari bahan (pasal 16 UUPA)
perbedaan hak-hak soal benar ajar, materi, Hak-hak atas Tanh
penguasaan atas - 2= menjawab 2 referensi dan link Bagian II :
tanah dan jenis- soal benar yang diberikan pada d. Lanjutan hak-hak
jenis hak atas tanah - 1=menjawab 1 alur atas tanah
Ketepatan dan soal benar Video : bersifat tetap.
kesesuaian Bedah Buku e. Hak-hak atas
membandingkan berjudul “Dinamika tanah yang
hak-hak atas tanah Pengaturan dan bersifat
yang bersifat tetap Permasalahan Tanah sementara.
dan hak atas tanah Ulayat” karya Dr. f. Hak-hak
yang bersifat Julius Sembiring, penguasaan
sementara S.H., MPA (Kepala wilayah pesisir
Ketepatan dan PPPM STPN) Pustaka:
kejelasan https://youtu.be/c3Y - UUPA & Peraturan
memaknai 7RXRU3y8 Pelaksanaannya.
kedudukan hak PT: - Buku Ajar Bab 6 Hal.
ulayat dan hak Perbandingan Hak 94-163
komunal Milik, Hak Guna - Boedi Harsono hal.
masyarakat adat Usaha, Hak Guna 23-25 & hal. 262-
atas tanah Bangunan, Hak 282; hal.283-362;
Pakai, Hak

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xv


Kejelasan dalam Pengelolaan. - Aslan Noor” Konsep
mengemukakan Mahasiswa Hak Milik”
mengenai tanah mengerjakan tugas - Farida Patittingi;
negara bebas dan dengan 1. h
tanah hak menggunakan media
karton guna
pembuatan
perbandingan hak
atas tanah yg satu
dgn yang lainnya.

8 UJIAN TENGAH SEMESTER 15%

Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk : Bentuk: Pendaftaran Tanah 5%


9 mengemukakan makna menjelaskan - Tatap Muka BM a. Dasar hukum,
tujuan dan berbagai jenis tentang sistem Bentuk Test: (1 x 3 x 50”) menit (1 x 3 x 60”) menit b. Pengertian,
sistem publikasi dalam publikasi Tulis Metode : Sikola  c. Asas dan Tujuan,
pendaftaran tanah serta  Ketepatan dalam - Ceramah Mahasiswa d. Objek,
menyimpulkan peranan menjabarkan Kriteria: - Small Group mempelajari bahan e. Sistem Pendaftaran
Kepala Desa dan PPAT tujuan publikasi - 5= menjawab 5 Discussion ajar dan materi dan Publikasi PT
dalam Pendaftaran Tanah dalam soal benar melalui alur f. Kegiatan
untuk memberikan pendaftaran dengan tepat, Tugas Diskusi Kelompok: pembelajaran Pendaftaran tanah
kepastian hukum. tanah sesuai substansi  Peserta Mata kuliah pertemuan ke-XII. g. Peran Kepala Desa
 Ketepatan dalam dan tuntas dibagi dalam PT dan PPAT
menjelaskan - 4= menjawab 4 beberapa kelompok Peserta mata Kuliah H. Sertifikasi tanah
kedudukan dan soal benar, tidak diskusi. yang telah terbagi gratis (LMPDP, Prona,
peran kementrian tuntas  Setiap kelompok dalam kelompok, SMS, Larasati, PTSL)
ATR, Kepala Desa, - 3= menjawab 3 akan membahas menentukan topik
PPAT dalam soal benar materi yang berbeda permasalahan terkait Pustaka:
Pendaftaran - 2= menjawab 2 satu sama lain terkait kasus-kasus - Boedi Harsono,
Tanah. soal benar Pendaftaran Tanah. pertanahan yang - Adrian Sutedi
 Ketepatan dalam - 1=menjawab 1  Pada tahap bersumber dari ‘Peralihan hak atas
memberikan soal benar selanjutnya tahapan pendaftaran Tanah” hal. 112-
interpretasi tanah seperti : 179.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xvi


tentang sistem dilakukan presentasi - Kasus sertifikat - Urip Santoso
pendaftaran kelompok. palsu “Pendaftaran &
tanah stetsel  Pada tahap - Kasus sertifikat Peralihan HAT.
negatif selanjutnya diskusi ganda
bertendensi kelompok setiap - Kasus
positif yang kelompok akan pembuktian
berlaku dalam mengajukan kepemilikan hak
hukum agraria pertanyaan kepada atas tanah
nasional sejumlah kelompok - Kasus
ketepatan dan yang ada dan pembatalan
kejelasan dalam sebaliknya. pemberian hak
menganalisis atas tanah.
program-program - Kasus pemberian
pemerintah hak atas tanah
menyelenggarakan atas tanah adat.
pendaftaran tanah
(pendaftaran tanah Kemudian tiap
sistematis, PTSL dan kelompok membuat
sebagainya) dengan Analisis tentang
pengaturan kasus terkait
ketentuan dikaitkan dengan
pendaftaran tanah dasar hukum dalam
dan tujuan Pendaftaran Tanah.
pendaftaran tanah.
10 Mahasiswa mampu  Kehadiran Bentuk : Bentuk Penyediaan Tanah 5%
mengaitkan ketentuan  Keaktifan dalam Bentuk Tes: - Tatap Muka BM dan Pengadaan Tanah
hukum terkait dengan diskusi -Tes Lisan/ Tertulis (1x3x50”) menit ( 1 x3x 60”)menit a. Fungsi Tanah
penyediaan tanah dan  Ketepatan dan Review tentang Mid Metode: Sikola b. Tatacara Perolehan
mampu memecahkan ketuntasan dalam Test - Ceramah Mahasiswa Tanah
permasalahan hukum mengemukakan - Pembelajaran mempelajari bahan c. Permohonan Hak
dalam pelaksanaan bentuk penyediaan - Tugas kelompok interaktif ajar materi Atas Tanah
penyediaan tanah di tanah untuk Kriteria: pertemuan minggu d. Tatacara
masyarakat. pembangunan - 5= menjawab 5 Materi yang dibahas ke IX pada menu alur Pembatalan Hak
 Ketepatan dalam soal benar, untuk tiap kelompok: pembelajaran Atas Tanah
mengidentifikasi

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xvii


hambatan- tepat dan 1. Membuat analisis PT  e. Tatacara
hambatan dalam tuntas tentang Pasal 6 UUPA Mahasiswa pemberian izin
penyediaan tanah - 4= menjawab 4 tentang Fungsi Sosial membuat Resume peralihan Hak Atas
untuk soal benar atas Tanah dengan tentang Tanah
pembangunan yang - 3= menjawab 3 penyediaan Tanah 1. Tata cara f. Tatacara
menjadi soal benar (Pengadaan Tanah perolehan hak atas perpanjangan
permasalahan - 2= menjawab 2 untuk kepentingan tanah melalui: jangka waktu Uang
hukum di bidang soal benar pembangunan pemberian hak Pemasukan
pertanahan - 1=menjawab 1 (umum)). atas tanah negara, g. Pemindahan Hak
 Ketepatan dan soal benar 2. Membuat resume pemberia n HGB h. Pelepasan hak
ketuntasan tentang dasar hukum, dan HGU, proses i. Pencabutan Hak
mengetahui tata cara perolehan pemindahan hak Atas Tanah
menguraikan tata hak atas tanah untuk atas tanah melalui Pengadaan tanah:
cara perolehan hak perolehan Hak milik : perbuatan 1. Pengertian, dasar
atas tanah yang status tanah hukum dan hukum;
 Ketepatan dalam berasal dari tanah peristiwa hukum, 2. asas-asas hukum
menguraikan negara dan adat. 2. Membuat resume pengadaan Tanah;
perbedaan 3. Membuat resume tentang 3. Tugas dan peran
permohonan hak, tentang perolehan hak pengertian Hak Panitia Pengadaan
pembatalan hak, atas tanah Pengelolaan Tanah.
penetapan hak, berdasarkan dasar subjek hak atas 4. Tahapan Kegiatan
pemindahan hak, hukum tentang tanah- tanah dan Pengadaan Tanah.
pelepasan hak tanah konversi? sebutkan dasar 5. Kriteria dan makna
 Ketepatan dalam 4. Membuat resume hukum yang kepentingan
menjabarkan tentang perolehan hak mengatur tentang Umum.
mekanisme tata atas tanah objek tanah Hak Pengelolan? 6. Bentuk ganti rugi.
cara pemberian izin negara untuk tanah Jelaskan secara
peralihan hak atas HGB dgn subjek singkat tentang Pustaka :
tanah, tata cara hukum Badan pencabutan hak atas - UUPA
perpanjangan Hukum? Dan HGU tanah dan - UU Pengadaan
jangka waktu beserta dasar hukum? perbedaannya Tanah, Perpres;
 Kemampuan 5. Membuat Resume dengan pelepasan - Buku Ajar Bab 11
mekorelasikan tentang Pencabutan hak? Hal 272-313
pencabutan hak Hak dan Pelepasan - Maria SW
atas tanah dengan Hak dalam perolehan “Dinamika

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xviii


permasalahan hak atas tanah Pengaturan
tanah telantar dan berdasarkan tujuan Pengadaan Tanah.”
kewajiban pemilik penggunaan tanah?
tanah untuk 6. Membuat resume
memanfaatkan tentang tata cara
tanahnya perolehan hak atas
tanah melalui
peralihan hak atas
tanah melalui
perbuatan hukum dan
peristiwa hukum.
7. Membuat resume
tentang proses
pembatalan hak atas
tanah dilengkapi
dengan dasar hukum
dan contoh kasus?

11 Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk Pembelajaran BP: Kuliaah Perumahan dan 5%
mengemukakan prinsip- mengemukakan Lisan/ Tertulis (BP): 1x3x50’ Menit Permukiman
prinsip, dasar hukum prinsip-prinsip Kuliah 1. Pengertian
terkait penyelenggaran dan dasar hukum Kuis, Review 1x3x50’ Menit MP: Perumahan &
perumahan dan penyelenggaraa Pertemuan -Tatap Maya Permukiman
permukiman serta perumahan dan Interactive Learning 2. Dasar Hukum
mengkorelasikan dengan permukiman Metode Pembelajaran: 3. Penyediaan Hak
penyelenggaran  Ketepatan dan Kriteria: - Tatap Muka Belajar Mandiri atas Tanah untuk
perumahan dan kelogisan - 5= menjawab 5 - Diskusi 1x3x60’ Menit perumahan dan
pemukiman saat in argument dalam soal benar interaktive  Aplikasi Sikola permukima
mengkorelasikan - 4= menjawab 4 - Interactive dalam alur 4. Pihak-pihak
dasar hukum, soal benar Learning pembelajaran sebagai
prinsip hukum - 3= menjawab 3 sesuai pertemuan penyelenggara
penyelenggaraan soal benar 11 perumahan
perumahan dan - 2= menjawab 2 Penugasan 5. Jenis-jenis
permukiman soal benar Terstruktur (PT): permukiman
dengan isu 1x3x60’ Menit

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xix


hukum dalam - 1=menjawab 1 Mahasiswa diminta 6. Mekanisme
masyarakat soal benar untuk membuat pembelian rumah
terkait hal daftar peraturan dari
tersebut. perundang- penyelenggara.
undangan yang
terkait dan Pustaka:
mengatur tentang - UU No. 1 Tahun
Penyelenggaraan 2011 tentang
Perumahan dan perumahan dan
Permukiman, Permukiman.
kemudian - Urip Santosa,
menentukan Hukum Perumahan.
prinsip/ asas dan
tujuan
penyelenggaraan
perumahan dan
permukiman
kemudian
memberikan
argumentasi hukum
.
12 Mahasiswa mampu  Kehadiran Bentuk Test: Bentuk : BP: Hak Milik Satuan 5%
mengemukakan  Kedisiplinan Tulis - Tatap Muka Kuliah (1x3x50’ Rumah Susun
pengertian, landasan dan  Keaktifan dalam (1x 3 x 50”) menit Menit) a. Pengertian, Istilah
tujuan pembangunan diskusi MP: dan Dasar Hukum
rumah susun, dan mampu  Ketepatan Kriteria: Metode : - Tatap Maya b. ruang lingkup
menentukan hak atas menguraikan - 5= menjawab 5 - Ceramah - Diskusi Kelompok HMSRS (Bagian
tanah yang dapat didirikan dasar hukum soal benar - Diskusi bersama, Tanah
rumah susun, pemilikan Rumah Susun - 4= menjawab 4 kelompok BM bersama, benda
rumah susun, Pembebanan  Ketepatan soal benar (1x3 x60”) menit bersama dan
HMSRS dan Kedudukan menjelaskan - 3= menjawab 3 Tugas Kelompok: Sikola  pendaftaran)
Perhimpunan, Peghuni. tentang soal benar Membaca UU No. 16 Mahasiswa c. objek tanah HMSRS
pengertian - 2= menjawab 2 Tahun 1985 dan UU No. mempelajari bahan d. Prosedur
Rumah Susun, soal benar 20 Tahun 2011 tentang ajar, materi, link dan Penerbitan HMSRS
dan Rumah Susun Kemudian referensi materi e. Peralihan HMSR

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xx


mengklasifikasika - 1=menjawab 1 membuat perbandingan lainnya yang f. Hak dan Kewajiban
n jenis-jenis soal benar diantara kedua UU terdapat pada alur PemilikSatuan
rumah susun Rumah Susun tersebut, pembelajaran Rumah Susun.
 Ketepatan dalam mengangkat satu topik pertemuan ke 11 g. Pembebanan
menjabarkan perbedaan menjadi judul PT HMSRS
pengaturan yang untuk dipresentasikan 1x3x60’Menit h. Perhimpunan
berbeda dalam Membaca referensi Penghuni.
UU Sarusun 1985 tentang Pustaka :
dan UU Sarusun Perhimpunan -Boedi Harsono
2011 Penghuni dan hal.348-362
 Ketepatan dalam Pemilik Rumah - Adrian Sutedi Hukum
menyimpulkan Susun (PPPRS) dan Rumah Susun Dan
tujuan dari Pemasaran serta Jual Apartemen;
adanya rumah Beli Rumah Susun.
susun Membuat resume -Pustaka Pendukung:
 Ketepatan dalam dan berikan Eman Ramelan
menentukan hak argumentasi hukum “Problematika Hukum
atas tanah yang dari hasil bacaan, hak Milik Atas Satuan
dapat didirikan minimal referensi 2 Rumah Susun”
Rumah Susun buku dan 2 artikel
 Ketepatan dalam ilmiah.
mengemukaka
makna dan
contoh dari
bagian bersama,
benda bersama,
tanah bersama
serta tentang NPP
 Kejelasan dalam
mengemukakan
prosedur
penerbitan
HSMRS
 Ketepatan dalam
Menjelaskan

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xxi


tentang bentuk,
tata cara
peralihan HSMRS
 Ketepatan dalam
mengemukakan
Hak dan
Kewajiban
Pemilik Sarusun
 Ketepatan dalam
mengidentifikasi
jenis
pembebanan atas
HSMRS
berdasarkan hak
atas tanah
bersama
 Kejelasan
mengemukakan
kedudukan
Perhimpunan
HMSRS
13 Mahasiswa mampu Bentuk: Bentuk : Landreform & 5%
mengemukakan pengertian,  Kehadiran - Tatap Muka BM Kebijakan Reforma
Program, kebijakan dan  Keaktifan dalam Bentuk Test: (1x3x50”) menit (1x3x60”) menit Agraria
tujuan Land Reform, dan diskusi Tulis Metode : Sikola  - Dasar Hukum
mengkorelasikan dengan  Ketepatan - Kuliah Interaktif Mahasiswa - Istilah dan
kebijakan Reforma Agraria Mengemukakan Kriteria: - Pembelajaran mempelajari bahan Pengertian
saat ini. dasar hukum yang - 5= menjawab 5 Interaktif ajar melalui alur - Tujuan Landreform
mengatur tentang soal benar pembelajaran & Program Land
landreform - 4= menjawab 4 Mahasiswa terbagi atas 2 pertemuan 12. Reform
 Ketepatan dalam soal benar kelompok dan masing- PT - Reforma Agraria;
menyimpulkan - 3= menjawab 3 masing kelompok 1x3x60’ Menit dasar hukum
tujuan soal benar membuat bahan diskusi Membuat Resume - Program reforma
diadakannya land - 2= menjawab 2 presentasi terkait dari berbagai agraria
reform, politik soal benar Landreform VS Reforma pustaka baik PU, dan - Subjek/ objek RA

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xxii


hukum yang - 1=menjawab 1 soal Agraria dengan berdasar artikel dengan tema - Tanah Objek R.A.
melandasi benar pada sub materi. Reforma Agraria - Perbandingan
kebijakan memberikan pelaksanaan
tersebut. argumentasi hukum, Landreform & R.A
 Ketepatan dan minimal 3 pustaka, 2 dengan negara lain
ketuntasan dalam artikel dan sertakan Pustaka:
menyusun daftar pustaka - Boedi Harsono Hal.
perbandingan 364-413.
Land Reform dan - Muhammad Ilham
Reform Agraria; Arisaputra “
Reforma Agraria”
Artikel yang diberikan
dosen
14 Mahasiswa mampu  Kehadiran Bentuk: Bentuk: Tanah Sebagai 5%
menjelaskan pengertian;  Keaktifan dalam - Tatap Muka Kuliah Jaminan Kredit
dasar hukum dan asas-asas diskusi Bentuk Test: (1x 3 x 50”)menit (1x3x50’) Menit a. Hak Jaminan Atas
tanah sebagai jaminan  Ketepatan dalam Tulis Tanah dalam UUPA
kredit , perjanjian jaminan menjelaskan Metode: MP: b. Subjek dan Objek
dan menerapkannya dalam tentang tanah Kriteria: - Ceramah - Tatap muka HT
praktik pembebanan hak sebagai objek - 5= menjawab 5 - Pembelajaran - Pembelajaran c. Proses Pembebanan
tanggungan serta jaminan dan soal benar kooperatif interaktif Hak Tanggungan
eksekusinya. kedudukan - 4= menjawab 4 Pembelajaran d. Beralih dan
perjanjian soal benar Kooperatif: BM hapusnya Hak
jaminan - 3= menjawab 3 Dilakukan dengan (1x 3x 60”) menit Tanggungan
(assessor) soal benar kelompok peserta mata Sikola  e. Eksekusi Hak
 Ketepatan dalam - 2= menjawab 2 kuliah yang telah terbagi Mahasiswa Tanggungan.
menginterpretasi soal benar 6 kelompok dan masing- mempelajari bahan
kan asas-asas - 1=menjawab 1 masing kelompok akan ajar dan materi dari Pustaka:
hukum jaminan soal benar membahas tentang sub- alur pembelajaran. - Buku Ajar hal 320-
terkait tanah sub materi “Hak PT: 344
sebagai jaminan Tanggungan” (1x3x60’) Menit - Boedi Harsono hal
yang merupakan Mahasiswa 414-460;
ciri yang melekat membuat Analisis - Pustaka
pada hak jaminan tentang Lembaga Pendukung: Salim
Jaminan Hak HS

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xxiii


atas tanah ( ciri Tanggungan, “Perkembangan
hak tanggungan) Memuat tentang: Hukum Jaminan di
 Ketepatan dalam - Kedudukan Tanah Indonesia”
menentukan sebagai benda tak - Pustaka
subjek HT, objek bergerak Pendukung: Irma
hak atas tanah - Perbedaan hipotik Devita “ Hukum
yang dapat dan hak Jaminan
dibebani hak tanggungan Perbankan”
tanggungan. - Asas-asas hak Pustaka Pendukung;
 Kejelasan dalam tanggungan Sri Soedewi Masjchoen
mengemukakan - Peran PPAT dalam Sofwan “Hukum
Pembebanan HT pembuatan Akta Jaminan di Indonesia
dengan APHT - Syarat Objek Hak Pokok-Pokok Hukum
maupun Tanggungan Jaminan dan Jaminan
didahului SKMHT. - Subjek Hak Perorangan.”
 Ketepatan dan Tanggungan
kejelasan analisis (Pemberi dan
kasus-kasus atau penerima HT)
isu hukum terkait - Peralihan Hak
permasalahan Tanggungan
hak tanggungan Eksekusi Hak
dan eksekusi HT. Tanggungan
15 Mahasiswa mampu  Ketepatan dalam Bentuk : Bentuk: Penyelesaian 5%
mengidentifikasi berbagai mengidentifikasi Bentuk Test: - Kuliah BM Sengketa Pertanahan
kasus pertanahan yang dan Tulis (1x 3 x 50”) menit (1x 3x 60”) Menit - Pengertian konflik
terjadi di Indonesia dan menguraikan Metode: Sikola  dan sengketa
kasus-kasus Kriteria: - Tatap Muka Mahasiswa pertanahan
menganalisis tahapan
pertanahan yang 5= menjawab 5 - Problem Based mempelajari bahan - Tipologi sengketa/
Penyelesaian Sengketa
terjadi di soal benar Learning ajar materi konflik petanahan di
Agraria Indonesia, pada 4= menjawab 4 Indonesia.
pertemuan XV
khususnya. soal benar melalui alur - Penyelesaian
 Ketepatan dan 3= menjawab 3 pembelajaran sengketa pertanahan
kejelasan dalam soal benar PT litigasi dan
menganalisis 2= menjawab 2 Membuat Review/ nontlitigasi
faktor-faktor soal benar Ulasan tentang

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xxiv


hukum 1=menjawab 1 soal sengketa pertanahan Pustaka:
penyebab benar yang pernah terjadi - Elza Syarief,
sengketa di Indonesia Menuntaskan
agrarian dan kemudian dianalisis Sengketa Tanah
menyusun solusi tahapan Melalui Pengadilan
penyelesaian penyelesaian Khusus Pertanahan,
sengketa agraria. sengketa tersebut. Pustaka Pendukung:.
Minimal 3 halaman Maria S.W.
Sumardjono,Nurhasan
Ismail Isharyanto, :
“Mediasi Sengketa
Tanah, Potensi
Penerapan Alternatif
Penyelesaian
Sengketa (ADR) di
Bidang Pertanahan”,
16 UJIAN AKHIR SEMESTER 15%

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah xxv


MODUL VIII
PENYEDIAAN TANAH DAN PENGADAAN TANAH

Modul ini akan mengantar peserta kuliah memeroleh mengenai


penyediaan tanah dan pengadaan tanah. Dalam modul ini, akan
disajikan fungsi tanah, tata cara perolehan tanah, permohonan hak
atas tanah, tata cara pembatalan hak atas tanah, tata cara pemberian
izin peralihan hak atas tanah, tata cara perpanjangan jangka waktu
uang pemasukan, pemindahan hak, pelepasan hak, pencabutan hak
atas tanah, pengertian dan dasar hukum pengadaan tanah, asas-asas
hukum pengadaan tanah, tugas dan peran peanitia pengadaan tanah,
tahapan kegiatan pengadaan tanah, kriteria dan makna kepentingan
umum, dan bentuk ganti rugi. Dalam mempelajari modul ini, peserta
kuliah diharapkan membaca tahap demi tahap materi yang disajikan.
Pada modul ini, peserta kuliah akan menyelesaikan dua kegiatan
belajar, yaitu kegiatan belajar untuk mendalami teori dan kegiatan
belajar untuk mengimplementasikannya dalam kehidupan
bermasyarakat. Untuk mendapatkan capaian pembelajaran yang
optimal, peserta kuliah diharapkan mengikuti tahapan berikut dalam
mempelajari modul ini, antara lain:

1. Bacalah bagian uraian dari setiap Kegiatan Belajar. Tahapan ini


diperlukan agar peserta kuliah mendapat informasi dari setiap
tahapan.
2. Setelah itu, peserta kuliah membaca kembali bagian uraian
sambil mempraktikkan setiap langkah.
3. Kerjakanlah latihan sesuai instruksi yang telah disediakan.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 1


4. Bacalah Rangkuman yang disediakan untuk memberikan
ringkasan tentang aspek-aspek esensial dari setiap Kegiatan
Belajar. Namun Anda juga diminta untuk membuat rangkuman
yang menurut Anda merupakan inti dari kegiatan belajar
tersebut.
5. Kerjakan Tes Formatif yang disediakan untuk mengecek
seberapa jauh Anda mencapai tujuan pembelajaran setiap
kegiatan belajar tanpa melihat rambu-rambu jawaban yang
disediakan.
6. Bila Anda merasa telah menjawab Tes Formatif dengan baik,
bandingkanlah jawaban Anda tersebut dengan rambu-rambu
jawaban yang disediakan. Bila nilai Anda ternyata telah
mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar dari 80%
setelah dihitung, Anda dipersilakan meneruskan ke kegiatan
belajar berikutnya.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 2


KEGIATAN BELAJAR
PENYEDIAAN TANAH DAN PENGADAAN TANAH

A. Deskripsi Singkat
Pada kegiatan belajar ini, peserta kuliah akan mempelajari
mengenai fungsi tanah, tata cara perolehan tanah, permohonan
hak atas tanah, tata cara pembatalan hak atas tanah, tata cara
pemberian izin peralihan hak atas tanah, tata cara perpanjangan
jangka waktu uang pemasukan, pemindahan hak, pelepasan hak,
pencabutan hak atas tanah, pengertian dan dasar hukum
pengadaan tanah, asas-asas hukum pengadaan tanah, tugas dan
peran peanitia pengadaan tanah, tahapan kegiatan pengadaan
tanah, kriteria dan makna kepentingan umum, dan bentuk ganti
rugi. Diharapkan peserta kuliah mengaitkan ketentuan hukum
terkait dengan penyediaan tanah dan pengadaan tanah serta
mampu memecahkan permasalahan hukum dalam pelaksanaan
penyediaan tanah di masyarakat.

B. Relevansi
Materi dalam kegiatan belajar ini berkaitan dengan
penerapan teori atau materi yang telah disajikan sebelumnya.
Materi dalam kegiatan belajar ini sangat penting peranannya
dalam berbagai pengetahuan dan keterampilan dibidang
pertanahan.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 3


Secara spesifik, materi mengenai penyediaan tanah dan
pengadaan tanah memiliki relevansi dalam mata kuliah ini.
Untuk itu, peserta kuliah diharapkan dapat mempelajari
kegiatan belajar ini dengan baik sesuai tahapan yang telah
disiapkan. Pengetahuan dan pemahaman materi ini sangat
dibutuhkan dalam proses penerapannya.
C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
1.1 PENYEDIAAN TANAH
1.1.1 Fungsi Tanah

FUNGSI TANAH

A B
Sebagai Sebagai faktor
wadah produksi
(di kota) (di desa)

Hak-hak primer: Hak-hak primer:


a. Hak Milik a. Hak milik (untuk sawah
b. Hak Guna Bangunan (untuk atau kebun)
Kantor pertanahan b. Hak Guna Usaha
Kbupaten/Kota, tempat (untuk perkebunan
usaha pabrik atau industry) peternakan dan
jadi HGB untuk memenuhi perikanan
kebutuhan masyarakat c. Hak Pakai
modern, tapi dasarnya Hak-hak sekunder:
tetap dari hukum tanah a. Hak Sewa
adat b. Hak Pakai
c. Hak pakai dan Hak c. Hak Usaha Bagi Hasil
Pengelolaan (khusus untuk d. Hak Gadai dan Hak
instansi pemerintah)Modul VIII Penyediaan TanahMenumpang
dan Pengadaan Tanah 4
Hak-hak sekunder:
a. Hak Sewa
b. Hak Pakai
Hak-hak atas tanah yang diatur dalam hukum tanah
nasional diperuntukkan bagi keperluan perorangan, keperluan
perusahaan, dan keperluan khusus. Adapun penjelasannya akan
dijabarkan sebagai berikut:
a. Keperluan Perorangan
Hak-hak atas tanah yang diberikan kepada perorangan adalah
hak milik. Kalau tanah itu untuk pertanian ada pembatasan
luasnya menurut pasal 17 UUPA, yang peraturan
pelaksanaannya UU No. 56/Prp/1960 tentang Penetapan
Luas Tanah Pertanian. Pembatasan luas maximun untuk
pertanian berbeda-beda setiap daerah, tergantung pada luas
wilayah dan jumlah penduduk. Luas maksimum Untuk
daerah Jawa ditetapkan Sawah, maximal 5 hektar; Tanah
kering, maximal 6 hektar. Sedangkan untuk tanah perumahan
belum ada pembatasnya (pasal 12 UU. No. 56/ Prp/1960).
b. Keperluan Perusahaan
Ditentukan hal sebaliknya, yaitu untuk keperluan usaha itu
tidak diberikan hak milik, tetapi hak-hak lain:
1. Hak guna usaha, 35 tahun dapat diperpanjang 25 tahun,
dapat diperbaharui haknya;
2. Hak guna bangunan, 30 tahun dapat diperpanjang 20
tahun, diperbaharui haknya;

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 5


3. Hak pakai, jangka waktu 25 tahun, dapat diperpanjang
20 tahun, dapat diperbaharui; atau jangka waktunya
tidak dibatasi, dapat dipergunakan selama diperlukan.
4. Hak pengelolaan.
c. Keperluan Khusus
Hak-hak atas tanah untuk keperluan khusus ada bermacam-
macam, antara lain:
a. Untuk instansi pemerintah, misalnya Departemen,
jawatan dan instansi-instansi lainnya di kota atau
membangun kantor kepala desa di desa, dengan hak
pakai. Hak pakai ini dimaksudkan untuk keperluan
membangun kantor bagi kegiatan sehari-hari. Adapun
untuk proyek-proyek, hak yang disediakan adalah hak
pengelolaan (pasal 3 PMDN No. 5 tahun 1974) misalnya
untuk proyek lapangan terbang. Baik hak pakai maupun
hak pengelolaan, jangka waktunya tidak terbatas dalam
arti selama diperlukan.
b. Untuk perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh
negara, misalnya Perum/Persero, Perjan, Perusahaan
Daerah, juga diberikan hak pengelolaan (umpamanya
bagi industrial estate, bonded werehouse). Sedangkan
untuk perusahaan perkebunan negara tidaklah dengan
pengelolaan, tetapi hak guna usaha.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 6


c. Untuk kegiatan keagamaan, hak yang disediakan adalah
hak pakai (pasal 49 ayat 2 UUPA) dan jangka waktunya
pun tidak terbatas.
d. Untuk perwakilan negara asing, misalnya untuk
kedutaan dan/atau rumah diberi hak pakai secara cuma-
cuma, jangka waktunya pun tidak terbatas (= selama
diperlukan).
Tanah hak milik yang dapat diwakafkan adalah tanah
milik yang bebas dari cacat-cacatnya, artinya tidak dalam
sengketa, tidak dibebani hak lain dan sebagainya. Hak milik
yang diwakafkan ini dinamakan tanah wakaf. Untuk memahami
masalah wakaf ini serta pengaturannya dapat kita temukan
dalam pasal 49 ayat 3 UUPA dan PP 28 Tahun 1977. Bagi
keperluan badan keagamaan sebetulnya hak yang paling tepat
adalah hak pakai dengan kemungkinan untuk memperoleh tanah
dengan hak milik yang disebut wakaf.
1.1.2 Tata Cara Perolehan Tanah
Tata cara memperoleh tanah ini adalah prosedur yang
harus ditempuh dengan tujuan untuk menimbulkan suatu
hubungan hukum yang legal antara subyek tertentu dengan
tanah tertentu. Sebagaimana telah kita ketahui bahwa secara
garis besar menurut hukum tanah nasional dikenal 3 macam
status tanah, yaitu:
1. Tanah yang langsung dikuasai oleh negara .

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 7


2. Tanah hak, yaitu tanah yang dipunyai oleh perorangan atau
badan hukum, artinya sudah terdapat hubungan yang
konkret antara subyek tertentu dengan tanahnya.
3. Tanah ulayat, yaitu tanah dalam penguasaan suatu
masyarakat hukum adat.
Hal yang menjadi permasalahan ialah bagaimana caranya
seorang subyek hukum untuk memperoleh hak atas tanah yang
sesuai dengan peruntukkan penggunaan dan syaratnya. Dalam
garis besarnya secara khusus, tata cara untuk memperoleh tanah
menurut hukum tanah nasional adalalah sebagai berikut :
1. Acara permohonan dan pemberian hak atas tanah negara,
jika tanah yang diperlukan berstatus tanah negara;
2. Acara pemindahan hak, jika :
a. Tanah yang diperlukan berstatus tanah hak;
b. Pihak yang memerlukan tanah boleh memiliki yang
sudah ada;
c. Pemilik bersedia menyerahkan tanahnya.
3. Acara pelepasan hak, jika ;
a. Tanah yang diperlukan berstatus tanah hak ulayat suatu
masyarakat hukum adat;
b. Pihak yang memerlukan tanah tidak boleh memiliki
hak yang sudah ada:
c. pemilik bersedia melepaskan haknya.
4. Acara pencabutan hak, jika ;

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 8


a. Tanah yang diperlukan berstatus tanah hak;
b. Pemilik tanah tidak bersedia melepaskan haknya;
c. Tanah tersebut diperlukan bagi pelaksanaan
pembangunan untuk kepentingan umum,
1.1.3 Permohonan Hak Atas Tanah
Jika status dari tanah yang ingin diperolehnya adalah
tanah negara, satu-satunya cara untuk memperoleh hak atas
tanah tersebut, yakni melalui permohonan hak, melalui tata cara
yang telah diatur dalam peraturan perundang-undangan, seperti
pejabat yang berwenang untuk memberikan keputusan
pemberian hak atas tanah yang dimohonkan, tata cara
permohonan hak atas tanah, penetapan uang pemasukan kepada
negara, dan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan. Hak-
hak yang dapat diperoleh atas tanah yang dikuasai negara ada 5
macam (hak-hak primer), yaitu Hak Milik; Hak Guna
Bangunan; Hak Guna Usaha; Hak Pakai; dan Hak Pengelolaan.
Berdasarkan Pasal 2 Peraturan Menteri Negara Agraria
Kepala BPN Nomor 9 Tahun 1999 tentang Tata Cara Pemberian
dan Pembatalan Hak Atas Tanah Negara dan Hak Pengelolaan
(disingkat PMNA/Ka BPN No. 9 Tahun 1999), bahwa
pemberian hak meliputi Hak Milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna
Bangunan, Hak Pakai atas tanah Negara dan Hak Pengelolaan.
Pemberian dan pembatalan hak Milik, Hak Guna Usaha,
Hak Guna Bangunan, Hak Pakai dan Hak Pengelolaan

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 9


dilakukan oleh Menteri. Pasal 4 disebutkan bahwa, sebelum
mengajukan permohonan hak, pemohon harus menguasai tanah
yang dimohon dibuktikan dengan data yuridis dan data fisik
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan yang
berlaku.
1.1.4 Tata Cara Pembatalan Hak Atas Tanah
Hak atas tanah yang telah diberikan kepada pemohon
dapat dibatalkan. Menurut Pasal 104 dan Pasal 105 PMNA/Ka
BPN No. 9 Tahun 1999, bahwa pembatalan hak atas tanah
meliputi pembatalan keputusan pemberian hak, sertifikat hak
atas tanah dan keputusan pemberian hak dalam rangka
pengaturan penguasaan tanah. Pembatalan hak atas tanah
diterbitkan karena:
(1) Terdapat cacad hukum administratif.
Permohonan pembatalan hak dapat diajukan langsung
kepada Menteri atau Pejabat yang ditunjuk atau melalui
Kepala Kantor Pertanahan (Pasal 106 PMNA/Ka BPN No.
9 Tahun 1999).
(2) Pembatalan Hak Atas Tanah karena Cacad Hukum
Administratif yang Diterbitkan karena Permohonan.
Permohonan pembatalan hak atas tanah diajukan secara
tertulis, dengan memuat: 188 BAB 6; Hak-Hak
Penguasaan Atas Tanah. Permohonan pembatalan dilampiri

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 10


persyaratan sebagimana dimaksud dalam Pasal 109
PMNA/Ka BPN No. 9 Tahun 1999.
(3) Pembatalan Hak Atas Tanah Karena Cacad Hukum
Administratif yang Diterbitkan Tanpa Permohonan.
Pembatalan hak atas tanah yang dilakukan oleh Pejabat
yang berwenang dilaksanakan apabila diketahui adanya
cacad hukum administratif dalam proses penerbitan
keputusan pemberian hak atau sertifikatnya tanpa adanya
permohonan. Dalam hal kewenangan pembatalannya
merupakan kewenangan Menteri, hasil penelitian yang
disertai pendapat dan pertimbangan tersebut disampaikan
kepada Menteri.
Setelah hasil penelitian yang disertai pendapat dan
pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 ayat
(2) yang disertai pendapat dan pertimbangan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 121 ayat (3). Keputusan pembatalan
hak atau keputusan penolakan pembatalan hak disampaikan
kepada pemohon melalui surat tercatat atau dengan cara
lain yang menjamin sampainya keputusan tersebut kepada
yang berhak (Pasal 108 s/d 121 PMNA/Ka BPN No. 9
Tahun 1999).
(4) Pembatalan Hak Atas Tanah karena Melaksanakan Putusan
Pengadilan yang Telah Memperoleh Kekuatan Hukum
Tetap.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 11


Keputusan pembatalan hak atas tanah karena melaksanakan
putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan
hukum, tetap diterbitkan atas permohonan yang
berkepentingan.
Permohonan pembatalan hak karena melaksanakan putusan
pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap
dapat diajukan langsung kepada Menteri atau Kepala
Kantor Wilayah atau melalui Kepala Kantor Pertahanan.
Satu permohonan pembatalan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) hanya untuk satu atau beberapa hak atas tanah
tertentu yang letaknya dalam satu Kabupaten/Kota.
Permohonan pembatalan memuat ketentuan sebagaimana
diatur dalam Pasal 126 PMNA/Ka BPN No. 9 Tahun 1999.
Keputusan pembatalan hak alas tanah atau keputusan tidak
melaksanakan putusan pengadilan yang telah memperoleh
kekuatan hukum tetap disampaikan kepada pemohon
melalui surat tercatat atau dengan cara lain yang menjamin
sampainya keputusan tersebut kepada yang berhak (Pasal
133 PMNA/Ka BPN No. 9 Tahun 1999).

1.1.5 Tata Cara Pemberian Izin Peralihan Hak Atas Tanah


Izin peralihan hak atas tanah diperlukan hanya untuk
peralihan hak milik yang dipunyai oleh badan hukum
keagamaan, badan hukum sosial dan badan hukum lain yang
ditunjuk oleh Pemerintah, hak Guna Usaha, Hak Pakai tanah

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 12


pertanian di atas tanah Negara dan hak-hak Jain yang di dalam
sertifikatnya dicatat memerlukan izin.
Permohonan izin peralihan hak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 136 ayat (1) PMNA/Ka BPN No. 9 Tahun 1999,
diajukan kepada Pejabat yang menerbitkan keputusan
pemberian haknya. Izin peralihan hak atas tanah atau penolakan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 140 ayat (2) disampaikan
kepada pemohon melalui surat tercatat atau dengan cara lain
yang menjamin sampainya keputusan tersebut kepada yang
berhak.
1.1.6 Tata Cara Perpanjangan Jangka Waktu Uang
Pemasukan
Dalam hal penerima keputusan pemberian hak atas tanah
merasa keberatan atas jangka waktu pembayaran uang
pemasukan Negara yang bersangkutan dapat mengajukan
permohonan jangan jangka waktu pembayaran. Permohonan
perpanjangan jangka waktu pembayaran, diajukan sebelum
jangka waktu pembayaran uang pemasukan tersebut berakhir.
Keputusan perpanjangan Jangka waktu pembayaran uang
pemasukan atau keputusan penolakan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 148 ayat (2) PMNA/Ka BPN No. 9 Tahun 1999,
disampaikan kepada pemohon melalui surat tercatat atau dengan
cara lain yang en sampainya keputusan tersebut kepada yang
berhak.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 13


1.1.7 Pemindahan Hak
Pemindahan hak dilaksanakan apabila pihak yang
memerlukan tanah memenuhi persyaratan sebagai pemegang
hak atas tanah yang tersedia dan pemegang hak atas tanah
tersebut bersedia untuk memindahkan haknya. Pemindahan hak
adalah perbuatan a untuk memindahkan hak atas tanah kepada
pihak lain.
Tanah-tanah hak yang dapat dipindahkan adalah: Hak
milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak Pakai
atas tanah negara (=hak pakai yang primer). Bentuk- bentuk
pemidahan hak, sebagai berikut:
1. Jual beli
Pemindahan hak terjadi pada saat itu juga secara langsung
dari penjual kepada pembeli. Bersifat tunai, yaitu
pemindahan hak atas tanah dan pembayarannya secara
serentak terjadi bersamaan sebagaimana konsepsi hukum
adat.
2. Tukar menukar
Hak atas tanah tertentu ditukar dengan hak atas tanah lain
yang senilai.
3. Hibah Pemindahan
Hak terjadi seketika dan langsung sebagai penyisihan
sebagian dari harta kekayaan seseorang yang diberikan

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 14


secara cuma-cuma semasa ia hidup kepada orang yang
biasanya mempunyai hubungan kekerabatan.
4. Hibah wasiat
Pemindahan hak tidak terjadi secara langsung menurut
kehendak terakhir dari si pemberi wasiat tetapi dengan
syarat sesudah ia mati baru terjadi pemindahan haknya.
Itupun tidaklah sedemikian mudah dan masih diperlukan
perbuatan hukum yang lain dimana pelaksanaannya harus
melalui pelaksanaan wasiat kepada si penerima hibah
wasiat tersebut. Selain itu syarat-syarat subyek hak pun
harus dipenuhi. Jika subyek selaku calon penerima hak
tidak memenuhi syarat-syarat subyek hak atas tanah yang
akan dipindahkan kepadanya sebagaimana telah ditentukan
dalam UUPA tentu saja akan dapat dibatalkan secara
hukum.
Berpindahnya Hak Milik atas tanah karena
dialihkan/pemindahan hak harus dibuktikan dengan akta yang
dibuat oleh dan di hadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT) kecuali lelang dibuktikan dengan Berita Acara Lelang
yang dibuat oleh pejabat dari kantor lelang. Berpindahnya Hak
Milik atas tanah ini harus didaftarkan ke Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota setempat untuk dicatat dalam Buku Tanah dan
dilakukan perubahan nama dalam sertifikat dari pemilik tanah
yang lama kepada pemilik tanah yang baru.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 15


Prosedur pemindahan Hak Milik atas tanah karena jual
beli, tukar menukar, hibah, penyertaan (pemasukan) dalam
modal perusahaan diatur dalam Pasal 37 sampai dengan Pasal
go PP No. 24 Tahun 1997 jo. Pasal 97 sampai dengan Pasal 40
PP No. 24 Tahun 1997 jo. Pasal 107 sampai dengan Pasal 110
Peraturan Menteri Negara.
1.1.8 Pelepasan Hak
Pelepasan hak atas tanah adalah suatu perbuatan hukum
berupa melaksanakan hubungan hukum yang semula terdapat
antara pemegang hak dan tanahnya melalui musyawarah untuk
mencapai kata sepakat dengan cara memberikan ganti rugi
kepada pemegang haknya, hingga tanah yang bersangkutan
berubah statusnya menjadi tanah negara,
Pelepasan hak atas tanah dilakukan bilamana subyek yang
memerlukan tanah tidak memenuhi syarat untuk menjadi
pemegang hak atas tanah yang diperlukan sehingga tidak dapat
diperoleh dengan jual beli dan pemegang hak atas tanah
bersedia untuk melepaskan hak atas tanahnya.
Dasar hukum pelepasan hak atas tanah diatur dalam Pasal
27, 34 dan 4o UUPA dan tata caranya pelaksanaannya diatur
dalam Peraturan Presiden No. 65 Tahun 2006 jo. Perpres No. 36
Tahun 2005 tentang Pengadaan Tanah bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum, dan UU No.2 Tahun

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 16


2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk
Kepentingan Umum.
1.1.9 Pencabutan Hak Atas Tanah
a. Pengertian
Pencabutan hak atas tanah, yaitu pengambilan tanah
kepunyaan pihak lain oleh Pemerintah secara paksa untuk
keperluan penyelenggaraan kepentingan umum dengan
pemberian ganti rugi yang layak kepada yang empunya
tanah. Pencabutan hak merupakan perbuatan hukum
sepihak yang dilakukan oleh pemerintah.
b. Pengaturan
1. Pasal 18 UUPA
2. UU No. 20/1961 tentang Pencabutan Hak atas Tanah
dan Benda-benda yang ada di atasnya
c. Syarat-Syarat Melaksanakan Pencabutan Hak
1. Tanah diperlukan benar-benar untuk kepentingan
umum;
2. Merupakan upaya terakhir untuk menguasai tanah yang
diperlukan dan hanya digunakan dalam keadaan
memaksa;
3. Harus ada ganti rugi yang layak;
4. Harus dilaksanakan berdasarkan keputusan presiden;
5. Besar ganti rugi yang tidak memuaskan harus banding
ke pengadilan tinggi.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 17


d. Jaminan Bagi Pemegang Hak
1. Jaminan pemberian ganti rugi yang layak dan bila tidak
memuaskan dapat banding ke pengadilan tinggi;
2. Jaminan ganti rugi harus dilakukan secara tunai dan
dibayarkan langsung kepada yang berhak;
3. Jaminan penampungan bagi mereka yang perlu pindah;
4. Yang berhak atas ganti rugi kerugian bukan hanya
mereka yang haknya dicabut, tetapi jika ada orang-
orang yang menggarap tanah atau menempati rumah
yang bersangkutan;
Jika tanah yang dicabut haknya itu kemudian tidak
dipergunakan sesuai dengan rencana peruntukkannya, maka
mereka yang semula berhak atas tanahnya diber prioritas untuk
mendapatkannya kembali

1.2 PENGADAAN TANAH


1.2.1 Pengertian dan Dasar Hukum
Menurut Sumardjono pengertian pengadaan tanah, yaitu
merupakan perbuatan pemerintah untuk memperoleh tanah
untuk berbagai kegiatan pembangunan, khususnya bagi
kepentingan umum. Menurut Salindeho bahwa penyediaan dan
pengadaan tanah dimaksudkan untuk menyediakan atau
mengadakan tanah untuk kepentingan atau keperluan
pemerintah, dalam rangka pembangunan proyek atau

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 18


pembangunan sesuatu sesuai program pemerintah yang telah
ditetapkan.
Selain menurut pendapat para ahli tersebut, terdapat
berbagai macam pengertian pengadaan tanah yang diatur dalam
peraturan perundang-undangan. Istilah “pengadaan tanah”
secara yuridis pertama kali dikenal sejak keluarnya Keputusan
Presiden (Keppres) No.55 Tahun 1993 tentang Pengadaan
Tanah bagi Pelaksanaan Pembangunan untuk Kepentingan
Umum. Pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk
mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti kerugian
kepada yang berhak atas tanah tersebut. Dalam Peraturan
Presiden No. 36 Tahun 2005 sebagai penganti Keppres di atas,
disebutkan bahwa pengadaan tanah adalah setiap kegiatan untuk
mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada
yang melepaskan atau menyerahkan tanah. Kemudian Perpres
No. 65 Tahun 2006 mengubah lagi pengertian pengadaan tanah
adalah setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara
memberi ganti rugi kepada yang melepaskan atau menyerahkan
tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan
dengan tanah.
Perubahan terakhir tentang Pengadaan Tanah ditegaskan
kembali dalam Pasal 1 angka 2 UU No. 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan
Umum yang menyatakan bahwa pengadaan tanah adalah

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 19


kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti
kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak. Pihak
yang berhak adalah pihak yang menguasai atau memiliki obyek
pengadaan tanah. Obyek Pengadaan Tanah adalah tanah, ruang
atas tanah dan bawah tanah, bangunan dan tanaman, benda yang
berkaitan dengan tanah, atau lainnya yang dapat dinilai.
Pengertian Pengadaan tanah selanjutnya dijabarkan dalam
Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum
dan Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5
Tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan
Tanah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa, pengadaan
tanah adalah kegiatan pelepasan hak atas tanah untuk
kepentingan umum dengan memberikan ganti-rugi yang layak
kepada Pihak yang Berhak.
1.2.2 Asas-Asas Hukum Pengadaan Tanah
Dalam Pasal 2 UU No 2 Tahun 2012 Pengadaan Tanah
untuk kepentingan umum ddiatur beberapa asas yang bertujuan
untuk menyediakan tanah untuk pembangunan demi
meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan bangsa dan
negara agar tetap terjamin bagi kepentingan hukum yang
berhak. Demi melaksanakan pengadaan tanah tersebut harus
didasarkan pada asas-asas sebagai berikut:

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 20


a. Asas kemanusian adalah pengadaan tanah harus
memberikan perlindungan serta penghormatan terhadap
hak asasi manusia, harkat, dan martabat setiap warga negara
dan penduduk Indonesia secara proporsional.
b. Asas keadilan adalah memberikan jaminan penggantian
yang layak kepada pihak yang berhak dalam proses
pengadaan tanah sehingga mendapatkan kesempatan untuk
dapat melangsungkan kehidupan yang lebih baik.
c. Asas kemanfaatan merupakan suatu pengadaan tanah dapat
memberi kemanfaatan yang bercakupan luas untuk
kepentingan seluruh lapisan masyarakat di suatu negara.
d. Asas kepastian adalah memberikan kepastian hukum
tersedianya tanah dalam proses pengadaan tanah untuk
pembangunan dan memberikan jaminan kepada pihak yang
berhak untuk mendapatkan ganti kerugian yang layak.
e. Asas keterbukaan adalah bahwa pengadaan tanah untuk
pembangunan dilakasanakan dengan memberikan akses
kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang
berkaitan dengan Pengadaan Tanah.
f. Asas kesepakatan adalah bahwa proses pengadaan tanah
dilakukan musyawarah para pihak tanpa unsur paksaan
untuk mendapatkan kesepakatan bersama.
g. Asas keikutsertaan ialah penyelenggaraan pengadaan tanah
melalui keikutsertaan masyarakat, baik langsung ataupun

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 21


tak langsung, dimulai proses merencanakan hingga
kegiatan pembangunan.
h. Asas kesejahteraan merupakan pengadaan tanah bagi
pembangunan yang memberi nilai lebih untuk
keberlangsungan hidup pihak yang memiliki hak serta
masyarakat luas.
i. Asas keberlanjutan ialah aktivitas pembangunan yang
berlangsung secara berkelanjutan, guna mendapatkan
tujuan yang diinginkan.
j. Asas keselarasan merupakan bentuk pengadaan tanah guna
pembangunan agar seimbang serta sejalan pada
kepentingan masyarakat serta negaranya.
1.2.3 Tugas dan Peran Panitia Pengadaan Tanah
Tim Persiapan Pengadaan Tanah, diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 71 Tahun 2012. Hal-hal penting dalam Tim
Persiapan Pengadaan Tanah tersebut diuraikan sebagai berikut :
a. Pengertian
Pasal 1 Ayat (9) Perpres Nomor 71 Tahun 2012 menegaskan :
Tim persiapan Pengadaan Tanah adalah tim yang dibentuk oleh
gubernur untuk membantu gubernur dalam melaksanakan
pemberitahuan rencana pembangunan, pendataan awal lokasi
rencana pembangunan dan konsultasi publik rencana
pembangunan.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 22


b. Susunan Keanggotaan Susunan Keanggotaan Pelaksanaan
pengadaan tanah paling kurang terdiri dari :
1. Pejabat yang membidangi urusan Pengadaan Tanah di
lingkungan Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional.
2. Kepala Kantor Pertanahan setempat pada lokasi pengadaan
tanah.
3. Pejabat satuan kerja perangkat daerah provinsi yang
membidangi urusan pertanahan.
4. Camat setempat pada lokasi Pengadaan Tanah.
5. Lurah/Kepala Desa atau nama lain pada lokasi Pengadaan
Tanah.
Panitia Pengadaan Tanah berdasarkan Peraturan Kepala
BPN No.3 Tahun 2007 memiliki tugas sebagai berikut:
a. Memberikan penjelasan atau penyuluhn kepada masyarakat
b. Mengadakan inventarisasi atas bidang tanah, bangunan,
tanaman dan benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah,
yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan
c. Mengadakan penelitian mengenai status hukum bidang tanah
yang haknya akan dilepaskan atau diserahkan dan dokumen
yang mendukungnya.
d. Mengumumkan hasil penelitian dan inventarisasi
e. Menerima hasil penilaian harga tanah, dan/atau bangunan,
dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah, dari
Lembaga atau Tim Penilai Harga Tanah dan Ppejabat yang

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 23


bertanggung jawab menilai bangunan dan/atau tanaman
dan/atau benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.
f. Mengadakan musyawarah dengan para pemilik dan instansi
pemerintah yang memerlukan tanah dalam rangka
menetapkan bentuk dan atau besarnya ganti rugi.
g. Menetapkan besarnya ganti rugi atas tanah yang haknya akan
dilepaskan atau diserahkan
h. Menyaksikan pelaksanaan penyerahan ganti rugi kepada para
pemilik
i. Membuat berita acara pelepasan atau penyerahan hak.
j. Mengadministrasikan dan mendokumentasikan semua
berkas pengadaan tanah dan menyerahkan kepada instansi
pemerintah yang memerlukan tanah dan Kantor Pertanahan
Kabupaten/ Kota.
k. Menyampaikan permasalahan disertai pertimbangan
penyelesaian pengadaan tanah kepada Bupati/Walikota atau
Gubernur untuk wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta
apabila musyawarah tidak tercapai kesepakatan untuk
pengambilan keputusan.
1.2.4 Tahapan Kegiatan Pengadaan Tanah
Dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang
Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum memuat mengenai prosedur Pengadaan Tanah yang
tertuang dalam pasal 14, yaitu:

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 24


1. Perencanaan
Instansi pemerintah yang memerlukan tanah membuat
perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum
menyusun proposal rencana pembangunan, yang
menguraikan:
a. maksud dan tujuan pembangunan
b. kesesuaian dengan rencana tata ruang wilayah dan
Rencana pembangunan nasional dan daerah
c. letak tanah
d. luasan tanah yang dibutuhkan
e. gambaran umum status tanah
f. perkiraan waktu pelaksanaan pengadaan tanah
g. perkiraan jangka waktu pelaksanaan pembangunan
h. perkiraan nilai tanah
i. rencana penganggaran
2. Persiapan Pengadaan Tanah
Berdasarkan proposal instansi pemerintah yang memerlukan
tanah bersama pemerintah provinsi berdasarkan dokumen
perencanaan pengadaan tanah sebagaimana yang dimaksud
dalam pasal 15 melaksanakan :
a. Pemberitahuan rencana pembangunan
b. Pendataan awal lokasi rencana pembangunan
c. Konsultasi public rencana pembangunan
3. Pelaksanaan Pengadaan Tanah

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 25


Berdasarkan penetapan lokasi pembangunan untuk
kepentingan umum, Instansi yang memerlukan tanah
mengajukan pelasanaan Pengadaan Tanah kepada lembaga
pertanahan. Pelaksanaan pengadaan tanah meliputi :
a. Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilik,
penggunaan,
b. dan pemanfaatan tanah
c. Penilaian Ganti Kerugian
d. Musyawarah penetapan Ganti Kerugian
e. Pemberian ganti kerugian
f. Pelepasan tanah Instansi
4. Penyerahan Hasil Pengadaan Tanah
Lembaga pertanahan menyerahkan hasil Pengadaan Tanah
kepada Instansi yang memerlukan tanah setelah :
a. Pemberian Ganti Kerugian kepada Pihak yang Berhak
dan Pelepasan Hak
b. Pemberian Ganti Kerugian telah dititipkan di pengadilan
negeri. Instansi yang memerlukan tanah dapat mulai
melaksanakan kegiatan pembangunan setelah dilakukan
serah terima hasil pengadaan tanah.
4.1.1 Kriteria dan Makna Kepentingan Umum
Negara didirikan demi kepentingan umum, dan hukum
adalah sarana utama untuk merealisasikan tujuan itu. Salah satu
isu pokok yang sering dipermasalahkan dimasa lalu adalah

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 26


mengenai definisi kepentingan umum, Definisi kepentingan
umum dikemukakan oleh Huybers (1982:286) adalah
kepentingan masyarakat sebagai keseluruhan yang memiliki
ciri-ciri tertentu, antara lain menyangkut semua sarana publik
bagi berjalannya kehidupan yang beradab.
Selanjutnya pada Pasal 18 UUPA diatur bahwa untuk
kepentingan umum, termasuk keventingan bangsa dan negara
serta kepentungan bersama dari rakyat, hak- hak atas tanah
dapat dicabut, dengan memberi ganti kerugian yang layak dan
menurut cara yang diatur dengan undang-undang.
Kegiatan perolehan tanah oleh pemerintah untuk
melaksanakan pembangunan ditujukan kepada pemenuhan
kepentingan umum. Pembebasan tanah untuk kepentingan
umum diselenggarakan untuk mencapai sebesar- besarnya
kemakmuran rakyat. Menurut Sumardjono, kepentingan umum
dapat dijabarkan melalui dua cara. Pertama, berupa pedoman
umum yang menyebutkan bahwa pengadaan tanah dilakukan
berdasarkan alasan kepentingan umum melalui berbagai istilah.
Karena berupa pedoman, hal ini dapat mendorong eksekutif
secara bebas menyatakan suatu proyek memenuhi syarat
kepentingan umum. Kedua, penjabaran kepentingan umum
dalam daftar kegiatan. Dalam praktik kedua cara itu sering
ditempuh secara bersamaan.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 27


Menurut Mudakir Iskandar Kepentingan umum adalah
suatu kepentingan yang menyangkut semua lapisan masyarakat
tanpa pandang golongan, suku, agama, ras, status sosial dan
sebagainya. Berarti apa yang dikatakan kepentingan umum ini
menyangkut hajat hidup orang banyak bahkan termasuk hajat
orang yang telah meninggal atau dengan kata lain hajat semua
orang, dikatakan demikian karena orang yang meninggalpun

masih memerlukan tempat pemakaman dan sarana lainnya.32


Sedangkan Menurut Salihendo Kepentingan umum adalah
termasuk kepentingan bangsa dan negara serta kepentingan
bersama dari rakyat, dengan memperhatikan segi-segi sosial,
politik, psikologi dan hankamnas atas dasar asas- asas
pembangunan nasional dengan mengindahkan ketahanan
nasionl serta wawasan nusantara.
Dalam rangka pengadaan tanah, penegasan tentang
kepentingan umum yang menjadi dasar pengadaan tanah perlu
ditentukan secara tegas karena pengadaan tanah itu bertujuan
untuk pembangunan kepentingan umum, maka harus ada
kriteria yang pasti tentang arti atau katagori dari kepentingan
umum itu sendiri. Arti kepentingan umum secara luas adalah
kepentingan Negara yang termasuk didalamnya kepentingan
pribadi maupun kepentingan golongan, atau dengan kata lain
kepentingan umum merupakan kepentingan yang menyangkut
sebagian besar masyarakat. Kepentingan umum menurut

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 28


doktrin yuridis, arti kepentingan umum dilihat dari yuridis
normatif yaitu sebagaimana ditegaskan lebih lanjut pada Pasal 1
angka 6 UU No.2 Tahun 2012 dan Peraturan Presiden No 71
Tahun 2012 Pasal 1 angka 6 yaitu Kepentingan Umum adalah
kepentingan bangsa, Negara dan masyarakat yang harus
diwujudkan oleh pemerintah dan digunakan sebesar-besarnya
untuk kemakmuran rakyat. UU tersebut juga mengubah
pengertian dan ruang lingkup kepentingan umum,
pembangunan kepentingan umum meliputi 18 (delapan belas)
kegiatan. Kriteria kepentingan umum ditentukan : (1)
diselenggarakan oleh Pemerintah dan (2) tanahnya selanjutnya
dimiliki Pemerintah atau Pemerintah Daerah.
Melihat kepada beberapa kali perubahan pengertian,
kriteria, dan kegiatan pembangunan kepentingan umum tersebut
diatas, dapat disimpulkan bahwa pengertian kepentingan umum
menjadi isu sentral dalam pengadaan tanah.
Arti dari kepentingan umum, harus mencakup
kepentingan sebagian besar masyarakat, dan sebetulnya arti
sebagian besar masyarakat itu sendiri termasuk kepentingan
para korban pembebasan tanah, sehingga dua kepentingan
yaitukepentingan antara pengguna tanah dalam hal ini
pemerintah dan kepentingan korban pembebasan tanah dalam
hal ini pemilik tanah yang terkena pembebasan.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 29


Ada tiga prinsip yang dapat ditarik kesimpulan bahwa
suatu kegiatan benar-benar untuk kepentingan umum, yaitu:
1. Kegiatan tersebut benar-benar dimiliki oleh pemerintah
Kalimat ini mengandung batasan bahwa kegiatan
kepentingan umum tidak dapat dimiliki perorangan
ataupun swasta. Dengan kata lain, swasta dan perorangan
tidak dapat memiliki jenis-jenis kegiatan kepentingan
umum.
2. Kegiatan pembangunan terkait dilakukan oleh pemerintah
Kalimat ini memberikan batasan bahwa proses
pelaksanaan dan pengelolaan suatu kegiatan untuk
kepentingan umum hanya dapat diperankan oleh
pemerintah. Karena maksud pada kalimat tersebut belum
jelas maka timbul pertanyaan: bagaimana kalau
pelaksaaan dan pengelolaan kegiatan untuk kepentingan
umum tersebut ditenderkan pada pihak swasta, karena
dalam prakteknya banyak kegiatan untuk kepentingan
umum namun pengelola kegiatannya adalah pihak swasta.
3. Tidak mencari keuntungan
Kalimat ini membatasi tentang fungsi suatu kegiatan
untuk kepentingan umum sehingga benar-benar berbeda
dengan kepentingan swasta yang bertujuan untuk mencari
keuntungan sehingga terkualifikasi bahwa kegiatan untuk

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 30


kepentingan umum sama sekali tidak boleh mencari
keuntungan.
Pasal 10 UU No. 2 Tahun 2012 menyebutkan Tanah untuk
Kepentingan Umum yang digunakan untuk pembangunan
meliputi :
a. Pertahanan dan keamanan nasional
b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun
kereta api, dan fasilitas operasi kereta api
c. waduk, bendungan, irigasi, saluran air minum, saluran
pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan
lainnya
d. pelabuhan, bandar udara dan terminal
e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi
f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi
tenaga listrik
g. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah
h. tempat pembuangan dan pengolahan sampah
i. rumah sakit Pemerintah/ Pemerintah Daerah
j. fasilitas keselamatan umum
k. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah
Daerah
l. fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau
public
m. cagar alam dan cagar budaya

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 31


n. kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/ desa
o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan atau
konsolidasi tanah, serta
a. perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah
dengan status sewa
p. prasana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah
Daerah.
4.1.2 Bentuk Ganti Rugi
Definisi ganti rugi menurut Keppres No. 55 Tahun 1993
yang dimaksud dengan ganti rugi, yaitu proses penggantian atas
nilai tanah beserta bangunan, tanaman dan/atau benda lainnya
yang bersangkutan atas tanah sebagai dampak terlepasnya atau
diserahkan hak atas tanah. Bentuk ganti rugi menurut Keputusan
Presiden No. 55 Tahun 1993 bisa berupa:
1. Uang
2. Tanah
3. Pemukiman kembali (relokasi)
4. Gabungan dari dua atau lebih
5. Bentuk lain yang disepakati bersama.
Sedangkan bentuk ganti kerugian dalam pasal 12 dalam
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 1993,
yaitu:
1. Hak atas Tanah
2. Bangunan

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 32


3. Tanaman
4. Benda-benda lain yang berkaitan dengan tanah.
Perpres No. 36 Tahun 2005 yang mana dinyatakan dalam
Pasal 1 ayat (12), antara lain ganti kerugian merupakan
penggantian pada kerugian yang memiliki sifat fisik ataupun
non fisik dari suatu konsekuensi dari pengadaan tanah pada
yang memiliki tanah, bangunan, tanaman serta benda lain yang
terkait dengan tanah yang bisa memberi keberlangsungan
kehidupan yang lebih baik dari taraf hidup sosial ekonomi
sebelumnya yang terimbas proyek pengadaan tanah. Sedang
bentuk ganti kerugian lain antara lain:
1. Uang dan/atau
2. Tanah pengganti dan/atau
3. Relokasi
4. Penyertaan modal (saham)
Bentuk ganti kerugian ini semuanya berdasarkan
kesepakatan para pihak dengan Panitia Pengadaan Tanah (P2T),
baik ganti rugi satu macam atau terdiri dari beberapa macam.
Seperti salah satunya adalah penyertaan modal/saham. Para
pemilik tanah sebelumnya dapat ikut serta menjadi pemilik
modal sebagai aktifitas yang terkait dengan tanah yang telah
dibebaskan tersebut, sehingga kegunaan tanah tersebut ada
unsur komersial atau bisnis. Namun apabila jika kegunaan tanah
tersebut hanya untuk kepentingan umum dan tak terdapat unsur

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 33


komersial dengan demikian para pemilik tanah sebelumnya tak
dapat memaksakan diri pada pemerintah guna diterima menjadi
bagian dari pemilik modal.
Permasalahan bisa timbul bila pengunaan tanah hasil
pembebasan digunakan untuk kepentingan bisnis, sedangkan
bentuk usaha dari perusahaan belum go public/Tbk yang
nantinya bakal menghadapi banyak kesulitan didalam menerima
pemilik tanah sebelumnya sebagai pemilik saham didalam
perusahaan. Karena tidak sembarangan orang dapat
menanamkan modalnya pada suatu perusahaan, dan hanya
orang tertentu yang bisa menjadi penanam modal yaitu sesuai
denagan peraturan dasar yang ada dalam perusahaan itu sendiri.
Dalam Perpres Nomor 65 Tahun 2006 tidak memberikan
definisi ganti rugi, dikarenakan Perpres ini merupakan
penyempurnaan dari Perpres Nomor 36 Tahun 2005, sedangkan
bentuk ganti kerugian menurut Peraturan Presiden Nomor 65
Tahun 2006:
1. Uang dan/atau
2. Tanah pengganti dan/atau
3. Pemukiman kembali dan/atau
4. Gabungan
Arti ganti rugi menurut UU Nomor 2 Tahun 2012 Pasal 1
angka 10 bahwa ganti kerugian adalah penggantian yang layak

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 34


dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan
tanah. Sedangkan bentuk ganti ruginya berupa:
1. Uang
2. Tanah pengganti
3. Pemukiman kembali
4. Kepemilikan saham atau
5. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.
Jenis yang dapat diberikan ganti rugi, antara lain:
1. Tanah
2. Ruang atas tanah dan baewah tanah
3. Bangunan
4. Tanaman
5. Benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau
6. Kerugian lain yang dapat dinilai. (Pasal 33 UU no 2 Tahun
2014)
Arti ganti rugi menurut Perpres Nomor 71 Tahun 2012
Pasal 1 angka 10, yaitu ganti kerugian dalah penggantian yang
layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses
pengadaan tanah. Sedangkan bentuk ganti rugi berupa:
1. Uang
2. Tanah pengganti
3. Pemukiman kembali
4. Kepemilikan saham
5. Bentuk lain yang disetujui oleh kedua belah pihak.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 35


Ganti rugi dapat terpisah didalam setiap unsur atau
penggabungan beberapa unsur yang diserahkan berdasarkan
nilai komulatif ganti rugi yang besarannya sama dengan nilai
yang ditentukan oleh Penilai (appraisal). Bentuk dan jenis ganti
rugi lain yang disetujui bersama dapat dilakukan sesuai dengan
ketentuan diatas, kemudian guna menetapkan jenis ganti
kerugian yang akan ditentukan sepenuhnya diberikan atas
persetujuan bersama-sama antara panitia pengadaan tanah
bersama para pemilik tanah. Bentuk ganti kerugian di wilayah
perkotaan yang kebanyakan akan lebih dominan berbentuk
uang, karena pada umumnya pemilik tanah mencari yang
simple.
Kalau pemberian ganti kerugian dalam bentuk relokasi
atau tanah pengganti, maka akibatnya setiap pengadaan tanah,
maka panitia pengadaan tanah wajib menyiapkan dua lokasi,
satu lokasi sebagai lahan rencana untuk membangun guna
kepentingan umum, yang satu lokasi lagi sebagai tanah
pengganti untuk para pemilik tanah yang terimbas pengadaan
tanah. Jenis penggantian relokasi ini, untuk di daerah perkotaan
akan menjadi masalah tambahan, karena tanah pengganti itu
sendiri mengalami kesulitan. Hampir bisa dipastikan bagi
masyarakat perkotaan yang semula tinggal di dalam perkotaan,
karena lahannya dimanfaatkan untuk kepentingan umum, dan
kalau relokasinya di luar kota atau dipindahkan ke daerah yang

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 36


nan jauh dari perkotaan, pasti akan menghadapi masalah baru.
Untuk penggantian terhadap bangunan, tanaman dan benda-
benda yang terkait dengan tanah, akan ditentukan oleh instansi
terkait masing-masing. Penentuan oleh instansi terkait ini bisa
berupa standar harga, mutu, volume benda dan lainnya. Untuk
tingkat provinsi instansi berkompeten dalam memberikan
standar tanaman adalah Dinas Pertanian untuk tanaman,
sedangkan untuk bangunan adalah Dinas/Kantor yang berkaitan
dengan bangunan atau unit lain yang mempunyai kompetensi
dengan bangunan. Sedangkan yang berwenang yang
memberikan standarisasi terhadap benda-benda lainnya adalah
unit kerja yang berwenang sesuai dengan tugas pokok dan
fungsinya.
Mengenai harga umum setempat menurut Pasal 1 ayat 4
PDMN No. 15/1975 adalah harga dasar yang ditetapkan secara
berkala oleh suatu panitia sebagai dimaksud dalam PDMN
No.15/1975 untuk suatu daerah menurut jenis penggunaanya.
Dalam PDMN No.1/1975 tentang pedoman mengenai
penetapan uang pemasukan, uang wajib tahunan dan biaya
administrasi yang bersangkutan dengan pemberian hak-hak atas
tanah yang ditentukan bahwa; penentuan harga dasar ditetapkan
untuk tiap daerah kabupaten oleh suatu panitia yang diketahui
Bupati, dengan anggota-anggota yang terdiri atas pejabat-
pejabat dari kantor Agraria Wilayah Kabupaten/Kotamadya,

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 37


Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten/Kotamadya (kalau
mengenai tanah-tanah pertanian). Harga dasar tersebut harus
ditinjau kembali selambat-lambatnya setiap tahun untuk
disesuaikan dengan perkembangan harga tanah, di daerah
kabupaten/kotamadya yang bersangkutan.
Tanah yang terkena pengadaan tanah, haruslah diberi
ganti kerugian dengan mempertimbangkan usaha pekerjaan
yang ia tekuni selama ini. Apabila tidak dipertimbangkan maka
tidak akan meningkatkan kesejahteraan malah akan
memperburuk seperti kemiskinan. Sehimgga pemberian ganti
rugi tidak hanya saja berupa fisik seperti tanah tetapi juga secara
non fisik berupa kehilangan penghasilan, hilangnya akses
layanan publik. Schenk saat berbicara tentang pencabutan hak
tanah mengatakan bahwa pemberian ganti rugi harus diberikan
sepenuhnya, sebagai berikut:
1. Setiap kerugian akibat langsung dari pencabutan hak yang
harus diganti sepenuhnya;
2. Apabila kerugian disebabkan sisa tidak dicabut maka
haknya berkurang;
3. Apabila kerugian tidak bisa menggunakan benda tersebut,
atau kehilangan penghasilan;
4. Kerugian karena harus mencari tempat usaha lain sebagai
pengganti.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 38


Pelepasan hak berdasarkan Undang-Undang Nomor 2
Tahun 2012 Pasal 1 Ayat 9 adalah kegiatan pemutusan
hubungan hukum dari pihak yang berhak kepada negara melalui
Lembaga Pertanahan. Jika dibandingkan dengan Perpres No. 36
Tahun 2005 Pasal 1 angka 6 pelepasan hak adalah kegiatan
pemutusan hubungan hukum dengan pemegang hak atas tanah
dengan tanah yang dimilikinya dengan memberikan ganti
kerugian dengan jalur musyawarah.
Pihak yang menyerahkan tanah, bangunan, tanaman dan
benda-benda lain dalam Pasal 1 angka 7 Peraturan Presiden
Nomor 36 Tahun 2005, yaitu:
1. Perseorangan
2. Badan Hukum
3. Lembaga, unit usaha yang mempunyai hak penguasaan
atas tanah atau bangunan serta tanaman yang ada di atas
tanah

2. Latihan
Dalam latihan ini, peserta kuliah diharapkan menjawab
keempat soal berikut ini. Setelah menjawab, peserta kuliah
diharapkan dapat menelusuri jawabannya pada bagian
uraian.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 39


1) Jelaskan secara singkat tatacara/prosedur perubahan
Hak Milik menjadi Hak Guna Bangunan atau Hak
Pakai dan Hak Guna Bangunan menjadi Hak Pakai.
2) Uraikan secara singkat perbedaan tata cara
pemindahan hak, pelepasan hak dan pencabutan hak
atas tanah
3) Ganti kerugian dalam pengadaan tanah dapat
ditentukan bentuk dan besarnya, berdasarkan
kesepatan. Jelaskan bentuk-bentuk ganti kerugian
dimaksud.
4) Dalam hal proses musyawarah tidak menemui
kesepakatan, upaya apakah yang dapat dilakukan
oleh pemilik tanah untuk melindungi haknya.
Hasil pekerjaan dapat didiskusikan dengan peserta lainnya.
Tentu saja, kolaborasi membahas jawaban dilakukan setelah
semua peserta kuliah telah menyelesaikan jawaban kedua
soal secara mandiri.
3. Rangkuman
- Fungsi tanah sebagai wadah di daerah perkotaan dan
sebagai faktor produksi di desa.
- Hak-hak atas tanah yang diatur dalam hukum tanah
nasional diperuntukkan bagi keperluan perorangan,
keperluan perusahaan, dan keperluan khusus.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 40


- Tata cara memperoleh tanah ini adalah prosedur yang
harus ditempuh dengan tujuan untuk menimbulkan suatu
hubungan hukum yang legal antara subyek tertentu
dengan tanah tertentu.
- Secara garis besar menurut hukum tanah nasional dikenal
3 macam status tanah, yaitu tanah yang langsung dikuasai
negara, tanah hak, dan tanah ulayat.
- Hak-hak yang dapat diperoleh atas tanah yang dikuasai
negara ada 5 macam (hak-hak primer), yaitu Hak Milik,
Hak Guna Bangunan, Hak Guna Usaha, Hak Pakai, dan
Hak Pengelolaan.
- Sebelum mengajukan permohonan hak, pemohon harus
menguasai tanah yang dimohon dibuktikan dengan data
yuridis dan data fisik sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan yang berlaku.
- Hak atas tanah yang telah diberikan kepada pemohon
dapat dibatalkan. Menurut Pasal 104 dan Pasal 105
PMNA/Ka BPN No. 9 Tahun 1999, bahwa pembatalan
hak atas tanah meliputi pembatalan keputusan pemberian
hak, sertifikat hak atas tanah dan keputusan pemberian
hak dalam rangka pengaturan penguasaan tanah.
- Izin peralihan hak atas tanah diperlukan hanya untuk
peralihan hak milik yang dipunyai oleh badan hukum
keagamaan, badan hukum sosial dan badan hukum lain

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 41


yang ditunjuk oleh Pemerintah, hak Guna Usaha, Hak
Pakai tanah pertanian di atas tanah Negara dan hak-hak
Jain yang di dalam sertifikatnya dicatat memerlukan izin.
- Dalam hal penerima keputusan pemberian hak atas tanah
merasa keberatan atas jangka waktu pembayaran uang
pemasukan Negara yang bersangkutan dapat mengajukan
permohonan jangan jangka waktu pembayaran.
Permohonan perpanjangan jangka waktu pembayaran,
diajukan sebelum jangka waktu pembayaran uang
pemasukan tersebut berakhir.
- Pemindahan hak dilaksanakan apabila pihak yang
memerlukan tanah memenuhi persyaratan sebagai
pemegang hak atas tanah yang tersedia dan pemegang
hak atas tanah tersebut bersedia untuk memindahkan
haknya.
- Tanah-tanah hak yang dapat dipindahkan adalah: Hak
milik, Hak Guna Usaha, Hak Guna Bangunan, dan Hak
Pakai atas tanah negara (hak pakai yang primer). Bentuk-
bentuk pemidahan hak, antara lain jual beli, tukar
menukar, hibah pemindahan, dan hibah wasiat.
- Pelepasan hak atas tanah adalah suatu perbuatan hukum
berupa melaksanakan hubungan hukum yang semula
terdapat antara pemegang hak dan tanahnya melalui
musyawarah untuk mencapai kata sepakat dengan cara

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 42


memberikan ganti rugi kepada pemegang haknya, hingga
tanah yang bersangkutan berubah statusnya menjadi
tanah negara.
- Pencabutan hak yaitu pengambilan tanah kepunyaan
pihak lain oleh pemerintah secara paksa untuk keperluan
penyelenggaraan kepentingan umum dengan pemberian
ganti rugi yang layak kepada yang empunya tanah.
Pencabutan hak adalah perbuatan hukum sepihak yang
dilakukan oleh pemerintah.
- Pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah
dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil
kepada pihak yang berhak. Dasar hukum diatur dalam
Undang-undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan
Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum.
- Dalam Pasal 36 UU No.2 Tahun 2012 bentuk ganti rugi
berupa uang, tanah pengganti, permukiman kembali,
kepemilikan saham, atau bentuk lain yang disetujui oleh
kedua belah pihak.

4. Pustaka
Aminuddin Salle, dkk. 2011. Bahan Ajar Hukum Agraria.
ASPublishing. Makassar.

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 43


Eman. 2012. Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan
Pembangunan untuk Kepentingan Umum. Fakultas Hukum
Airlangga.

D. Tugas dan Lembar Kerja


Pada tugas ini, peserta kuliah diharapkan membuat
resume dari beberapa sumber referensi dengan 3 (tiga topik),
yaitu:
1. Tata cara perolehan hak atas tanah melalui : pemberian hak
atas tanah negara, pemberian HGB dan HGU, proses
pemindahan hak atas tanah melalui : perbuatan hukum dan
peristiwa hukum,
2. Pengertian Hak Pengelolaan, subjek hak atas tanah, dan
sebutkan dasar hukum yang mengatur tentang Hak
Pengelolan.
3. Pencabutan hak atas tanah dan perbedaannya dengan
pelepasan hak.
Tugas ini dikerjakan secara individu dan akan dibahas
pada pertemuan selanjutnya, baik pertemuan di kelas maupun
via daring.
E. Tes Formatif
Jawablah soal di bawah ini dengan tepat!

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 44


1. Dalam tata cara memperoleh tanah yang diperlukan, pada
aspek lokasinya, siapakah yang berwenang menentukan
lokasi proyek ?
a. Pemerintah Daerah
b. Pihak yang bersangkutan
c. Badan Pertanahan
2. Keterangan mengenai tanah yang meliputi data yirudus dan
data fisik, dapat berupa surat kapling atas tanah yang
bersangkutan.
a. Benar
b. Salah
3. Yang merupakan tugas Kepala Kantor Pertanahan dalam
Tata Cara Pemberian Hak Milik adalah :
a. Cek lokasi serta data diri atas tanah yang dimohonkan
dan pemohon
b. Memberikan surat sementara kepemilikan selama
proses permohonan
c. Hanya memberikan tanda tangan persetujuan
4. Pemohon Perpanjangan Jangka Waktu dan Pembaharuan
Hak Guna Bangunan, dapat mengajukan permohonan,
selambat-lambatnya (1) satu tahun setelah berakhirnya
jangka waktu hak tersebut.
a. Benar
b. Salah

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 45


5. Pejabat yang berwenang dapat melakukan pembatalan
Hak Atas Tanah berdasar kewenangan Kepala Kantor
wilahay dikarenakan Cacad Hukum Administratif, tanpa
adanya permohonan.
a. Benar
b. Salah
6. Ketentuan pencabutan hak pembebasan/pengadaan tanah
yang disertai dengan pencabutan hak atas tanah dan
benda-benda yang ada di atasnya didasarkan atas
pengertian :
a. Hak Eigendom
b. Hak Komunalistik
c. Hak Objektif
7. Yang termasuk ke dalam definisi kepentingan umum
dalam pengadaan tanah guna pelaksanaan pembangunan
untuk kepentingan umum adalah :
a. Kepentingan pembangunan badan usaha negara
b. Kepentingan bersama dari keluarga besar
c. Kepentingan mensejahterakan daerah tertentu
8. Pengadaan tanah bagi pelaksanaan pembangunan untuk
kepentingan umum, dilakukan melalui musyawarah
dalam rangka memperoleh kesepakatan. Yang manakah
dari jawaban di bawah ini yang tidak termasuk :
a. Mengkoordinasikan proses pelaksanaan

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 46


b. Pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum
di lokasi tersebut
c. Bentuk dan besarnya ganti kerugian
9. Apabila pemilik Hak Atas Tanah menolak ganti kerugian,
maka jalan keluar lain yang dapat ditempuh
Bupati/Walikota setempat atau Gubernur atau Menteri
Dalam Negeri yaitu dengan melakukan pencabutan Hak
Atas Tanah.
a. Benar
b. Salah
10 Apakah itu konsinyasi dalam pangadaan tanah dan
pencabutan hak atas tanah beserta benda-benda yang ada
di atasnya ?
a. Pencarian pemegang Hak Milik Tanah yang hilang
b. Menegosiasikan harga ganti kerugian antar pihak
berkepentingan
c. Pengalihan hak ganti kerugian tanah tak bertuan
kepada Pengadilan Negeri Setempat

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut


Apabila peserta kuliah telah menjawab tes formatif
dengan baik, bandingkanlah jawaban anda tersebut dengan
rambu-rambu jawaban yang disediakan. Jika hasil perhitungan
menunjukkan anda telah mencapai tingkat penguasaan sama

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 47


atau lebih besar dari 80%, maka peserta kuliah dipersilahkan
untuk meneruskan ke kegiatan belajar selanjutnya. Untuk
mengetahui persentase penguasaan materi pada kegiatan
belajar ini, anda dapat menghitung menggunakan rumus
berikut:

Jumlah jawaban yang benar


------------------------------------- x 100% = ……. %
Jumlah soal

Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 48


Modul VIII Penyediaan Tanah dan Pengadaan Tanah 49

Anda mungkin juga menyukai