Anda di halaman 1dari 81

MODUL I

PENGERTIAN DAN SUMBER-SUMBER HUKUM


ACARA PERDATA

TIM PENYUSUN

DEPARTEMEN HUKUM ACARA


FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS HASANUDDIN
TAHUN 2020

i
PRAKATA

Perkenankanlah pada kesempatan ini, kami mengucapkan Puji Syukur


Kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat
menyelesaikan modul ini. Modul ini disusun sebagai panduan bagi peserta Mata
Kuliah Hukum Acara Perdata dan Praktik Peradilan Perdata untuk memahami hal-hal
yang terkait dengan teori dan tahapan-tahapan dalam praktik peradilan perdata
secara komprehensif. Kami berharap modul ini dapat memperkaya hasanah ilmu
pengetahuan peserta kuliah dalam penerapan hukum acara perdata di masyarakat.

Ucapan terima kasih kepada Pimpinan Fakultas Hukum Unhas, Pimpinan


Departemen yang telah mensupport dalam penyusunan modul sebagai bahan ajar
perkuliahan. Terkhusus kepada Tim Pengampu Mata Kuliah Hukum Acara Perdata
dan Praktik Peradilan Perdata disampaikan terima kasih atas kerjasamanya dalam
merampungkan penyusunan modul ini.

Kami menyadari bahwa dalam modul ini masih terdapat banyak kekurangan
sehingga kami senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun
dalam penyempurnaan modul ini. Semoga modul ini dapat menjadi referensi dan
menambah wawasan mahasiswa dan para pembaca.

Ttd,

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman
PRAKATA .............................................................................................. ii
DAFTAR ISI ........................................................................................... iii
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) ................................ iv
MODUL I PENGERTIAN DAN SUMBER-SUMBER HUKUM ACARA
PERDATA ............................................................................................... 1
KEGIATAN BELAJAR : PENGERTIAN DAN SUMBER-SUMBER
HUKUM ACARA PERDATA ................................................................... 2
A. Deskripsi Singkat .............................................................................. 2
B. Relevansi .......................................................................................... 2
C. Capaian Pembelajaran ..................................................................... 2
1. Uraian ......................................................................................... 2
2. Latihan ....................................................................................... 16
3. Rangkuman ................................................................................ 17
4. Pustaka ...................................................................................... 20
D. Tugas dan Lembar Kerja .................................................................. 20
E. Tes Formatif ..................................................................................... 21
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut ........................................................ 23

iii
UNIVERSITAS HASANUDDIN,
FAKULTAS HUKUM, Kode
PRODI S1 ILMU HUKUM Dokumen
RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
MATA KULIAH (MK) KODE Rumpun MK BOBOT (sks) SEMESTER Tgl
Penyusunan
HUKUM ACARA PERDATA 320B1174 Hukum Acara T=3 P=1 5 27 Juni 2020
DAN PRAKTIK PERADILAN PERDATA
OTORISASI, Pengembang RPS Koordinator RMK Ketua PRODI
Departemen Hukum Acara.

Dosen Pengampu Mata Kuliah Prof. Dr. Musakkir, S.H., M.H Dr. Maskun S.H., LL.M.
Capaian CPL-PRODI yang dibebankan pada MK
Pembelajaran (CP) CPL1 (S1) Memiliki integritas dan etika profesi hukum berdasarkan nilai-nilai Pancasila
CPL2 (P3) Memiliki pemahaman hukum formil
CPL3 (KU1) Mampu berpikir logis, kritik, dan sistematis
CPL4 (KU3) Mampu bekerjasama secara individu dan kelompok
CPL5 (KK1) Mampu melakukan penelitian hukum untuk mengkonstruksi argumentasi hukum
CPL6 (KK3) Mampu memberikan saran dan solusi atau penyelesaian hukum yang baik
Capaian Pembelajaran Mata Kuliah (CPMK)
CPMK Mampu mengemukakan konsep, melakukan penelusuran, identifikasi, argumentasi hukum, dan praktek hukum acara
perdata dengan mengkorelasikan hukum perdata materil sehingga menghasilkan saran dan solusi atau penyelesaian hukum
yang baik.
CPL Þ Sub-CPMK
CPL-1 - Pembukaan matakuliah, mengetahui dan memahami materi pembelajaran serta menyepakati kontrak perkuliahan.
- SubCPMK1 Mampu mengemukakan pengertian dan istilah-istilah hukum acara perdata, hukum perdata formil dan ruang
lingkup hukum acara perdata.

iv
- SubCPMK8 Mampu mendeskripsikan dan menjelaskan Overview Proses Beracara dalam Perkara Perdata juga
Kompetensi absolut dan relatif.
- SubCPMK23 & 24 mampu menginterpretasikan “upaya hukum” dan mampu menjelaskan tentang upaya hukum
terhadap putusan.
CPL-2 - SubCPMK1 Mampu mengemukakan pengertian dan istilah-istilah hukum acara perdata, hukum perdata formil dan ruang
lingkup hukum acara perdata.
- SubCPMK1 Mampu menjabarkan sumber-sumber hukum acara perdata.
- SubCPMK2&3 Mampu menelusuri dan mengemukakan asas-asas hukum yang berlaku dalam Hukum Acara Perdata.
- SubCPMK4 Mampu menentukan dan menjelaskan Pihak-pihak dalam Acara Perdata; Hak Menguji Tidak Dikenal,
Peninjauan Kembali, Tugas Hakim Perdata Dalam Lingkungan Peradilan Umum dan Pejabat-pejabat Pada Pengadilan;
Intervensi.
- SubCPMK8 Mampu mendeskripsikan dan menjelaskan Overview Proses Beracara dalam Perkara Perdata juga
Kompetensi absolut dan relatif.
- SubCPMK9 Mahasiswa mampu menjelaskan tentang Pencabutan dan tata cara Perubahan Gugatan serta Putusan
Verstek dan Putusan Gugur.
- SubCPMK 17 mampu mengemukakan prinsip pembuktian dan alat bukti dalam perkara perdata (alat bukti tertulis).
- SubCPMK18 mampu menjelaskan tentang prinsip hukum pembuktian: Pembuktian dengan Saksi, Persangkaan dan
Pengakuan.
- SubCPMK19 mampu untuk menjelaskan tentang proses, prinsip hukum pembuktian dengan sumpah, pemeriksaan
setempat (descente) dan keterangan ahli (axpertice).
- SubCPMK20 mampu menjelaskan pengertian putusan dan kekuatan dari putusan hakim dalam perkara perdata.
- SubCPMK21 mampu mengemukakan tentang anatomi putusan, unsur-unsur pembentuk putusan hakim dan jenis-jenis
putusan dalam perkara perdata.
- SubCPMK22 mampu untuk mendefinisikan Putusan dan pelaksanaannya, Hakekat Pelaksanaan Putusan, Jenis-jenis
Pelaksanaan Putusan, Syarat-syarat dan Pelaksanaan Eksekusi serta Hambatan-hambatan dalam Eksekus
- SubCPMK23 mampu untuk mengemukakan Pelaksanaan putusan dan tindakan hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan putusan tersebut serta mampu memberikan solusi hukum atas hambatan pelaksnaan kasus putusan
pengadilan.

v
- SubCPMK24 & 25 mampu menginterpretasikan “upaya hukum” dan mampu menjelaskan tentang upaya hukum
terhadap putusan.
- SubCPMK26 mampu untuk mengemukakan tentang pengertian surat kuasa , sifat dan karakteristik surat kuasa, jenis-
jenis surat kuasa, syarat-syarat pemberian kuasa, hak dan kewajiban pemberi, penerima kuasa serta berakhirnya kuasa
CPL-3 - SubCPMK5&6 Mampu mengemukakan, dasar timbulnya gugatan, syarat-syarat gugatan, tata cara pengajuan, gugatan,
kompetensi absolut dan relatif, jenis-jenis tuntutan dan menerangkan makna dan tujuan dari upaya Intervensi termasuk
pihak yang terlibat dalam intervensi.
- SubCPMK7 Mampu mengemukakan dan melakukan telaah terkait: Tuntutan hak; Pihak-pihak dalam perkara; dan
Penggabungan tuntutan.
- SubCPMK20 mampu menjelaskan pengertian putusan dan kekuatan dari putusan hakim dalam perkara perdata.
- SubCPMK21 mampu mengemukakan tentang anatomi putusan, unsur-unsur pembentuk putusan hakim dan jenis-jenis
putusan dalam perkara perdata.
- SubCPMK22 mampu untuk mendefinisikan Putusan dan pelaksanaannya, Hakekat Pelaksanaan Putusan, Jenis-jenis
Pelaksanaan Putusan, Syarat-syarat dan Pelaksanaan Eksekusi serta Hambatan-hambatan dalam Eksekusi.
- SubCPMK23 mampu untuk mengemukakan Pelaksanaan putusan dan tindakan hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan putusan tersebut serta mampu memberikan solusi hukum atas hambatan pelaksanaan kasus putusan
pengadilan.
- SubCPMK24 & 25 mampu menginterpretasikan “upaya hukum” dan mampu menjelaskan tentang upaya hukum
terhadap putusan.
- SubCPMK26 mampu untuk mengemukakan tentang pengertian surat kuasa , sifat dan karakteristik surat kuasa, jenis-
jenis surat kuasa, syarat-syarat pemberian kuasa, hak dan kewajiban pemberi, penerima kuasa serta berakhirnya kuasa
- Mampu menguraikan makna upaya-upaya menjamin hak dari para pihak dalam peradilan perdata (Sita Jaminan).
CPL-4 - SubCPMK 14-15 Mampu menjelaskan tahapan pembuktian, tata cara pengajuan alat bukti dan prinsip hukum dalam
pembuktian perkara perdata: mengenai alat bukti, beban pembuktian dan nilai pembuktian.
- SubCPMK 12 Mampu mengemukakan pengertian penyitaan, tahapan/prosedur penyitaan, jenis-jenis penyitaan, barang
atau benda yang dapat di sita dan akibat hukum (konsekuensi juridisnya)
- SubCPMK19 Mahasiswa mampu untuk menjelaskan tentang proses, prinsip hukum pembuktian dengan sumpah,
pemeriksaan setempat (descente) dan keterangan ahli (axpertice)

vi
- SubCPMK27 Mampu mempraktikkan pembuatan Gugatan dan Pemeriksaan Perkara dengan Barang Sitaan dan juga
Gugatan Konvensi dan Rekonvensi di Laboratorium Moot Court.
CPL- 5 - SubCPMK7 Mampu mengemukakan dan melakukan telaah terkait: Tuntutan hak; Pihak-pihak dalam perkara; dan
Penggabungan tuntutan.
- SubCPMK9 Mampu menjelaskan tahapan, tata cara Pencabutan dan Perubahan Gugatan serta Putusan Verstek dan
Putusan Gugur
- SubCPMK10 Mampu menentukan dan menjelaskan Tahap-Tahap Pemeriksaan Perkara.
- SubCPMK 11 mampu memahami dan menjelaskan Gugatan Konvensi dan Gugatan Rekonvensi.
- SubCPMK 17 mampu mengemukakan prinsip pembuktian dan alat bukti dalam perkara perdata (alat bukti tertulis)
- SubCPMK18 mampu menjelaskan tentang prinsip hukum pembuktian: Pembuktian dengan Saksi, Persangkaan dan
Pengakuan
- SubCPMK20 mampu menjelaskan pengertian putusan dan kekuatan dari putusan hakim dalam perkara perdata.
CPL- 6 - SubCPMK13 Mampu menyusun dan mencontohkan bagaimana Jawaban, Eksepsi, Replik, dan Duplik juga Gugatan
Rekonvensi
- Sub CPMK14-15 Mampu menjelaskan tahapan pembuktian, tata cara pengajuan alat bukti dan prinsip hukum dalam
pembuktian perkara perdata: mengenai alat bukti, beban pembuktian dan nilai pembuktian.
- SubCPMK 17 mampu mengemukakan prinsip pembuktian dan alat bukti dalam perkara perdata (alat bukti tertulis)
- SubCPMK18 mampu menjelaskan tentang prinsip hukum pembuktian: Pembuktian dengan Saksi, Persangkaan dan
Pengakuan
- SubCPMK22 mampu untuk mengemukakan Pelaksanaan putusan dan tindakan hukum yang berkaitan dengan
pelaksanaan putusan tersebut serta mampu memberikan solusi hukum atas hambatan pelaksanaan kasus putusan
pengadilan.
- SubCPMK27 mampu mempraktikkan Pembuatan Gugatan dan Pemeriksaan Perkara dengan Barang Sitaan dan juga
Gugatan Konvensi dan Rekonvensi di Laboratorium Moot Court.
- SubCPMK28 Mampu mempraktikkan Jawaban Eksepsi, Replik, Duplik atas Gugatan di Laboratorium Moot Court.
- SubCPMK29 Mampu mempraktikkan tahapan beracara pada tahap Pembuktian Bagian I sampai IV di Laboratorium Moot
Court (pengajuan alat bukti, tatacara dan prosedurnya).

vii
- SubCPMK 30 & 31 Mampu mempraktikkan tahapan beracara pada tahap Putusan di Laboratorium Moot Court
(penyusunan dan pembacaan putusan)
Deskripsi Singkat Matakuliah ini membahas tentang pengertian, sumber hukum acara perdata, jenis dan susunan badan peradilan di Indonesia, kompetensi
MK pengadilan, asas-asas hukum acara perdata, penuntutan hak, tata cara berperkara di pengadilan, upaya hukum, dan pelaksanaan
putusan. Selain itu, mata kuliah ini juga memberikan gambaran bagaimana cara menyusun gugatan, jawaban, replik, duplik, dan putusan
melalui praktek peradilan perdata dalam Moot Court (Laboratorium Hukum).
Bahan Kajian / 1. Pengantar dan Ruang lingkup Materi Hukum Acara Perdata; Pengertian Hukum Acara, Hukum Perdata Formal dan Hukum Acara
Materi Perdata; dan Sumber-sumber Hukum Acara Perdata;
Pembelajaran 2. Asas-asas Hukum Acara Perdata;
3. Pihak-pihak dalam Acara Perdata; Hak Menguji Tidak Dikenal, Peninjauan Kembali, Tugas Hakim Perdata Dalam Lingkungan
Peradilan Umum dan Pejabat-pejabat Pada Pengadilan;
4. Timbulnya Gugatan, Syarat-syarat Gugatan, dan Tata Cara Pengajuan Gugatan; Kompetensi absolut dan kompetensi relatif;
5. Jenis-Jenis Tuntutan dan Intervensi;
6. Tuntutan hak, pihak-pihak dalam perkara, penggabungan tuntutan;
7. Overview Proses Beracara dalam Perkara Perdata;
8. Pencabutan dan Perubahan Gugatan; Putusan Verstek dan Putusan Gugur;
9. Tahap-Tahap Pemeriksaan Perkara;
10. Gugatan Konvensi dan Gugatan Rekonvensi;
11. Penyitaan, Tata Cara Penyitaan, Jenis-jenis Penyitaan, Barang atau benda yang dapat disita dan konsekuensi juridisnya;
12. Jawaban, Eksepsi, Replik, Duplik;
13. Ujian Tengah Semester
14. Pembuktian Bagian I : Yang Harus Diketahui Hakim, Yang dimaksudkan dengan membuktikan, tujuan pembuktian, hukum
pembuktian positif, apa yang harus dibuktikan, siapa yang harus membuktikan, penilaian pembuktian, beban pembuktian, dan
teori beban pembuktian.
15. Pembuktian Bagian II (Alat Bukti Tertulis);
16. Pembuktian Bagian III : Pembuktian dengan Saksi, Persangkaan, dan Pengakuan;
17. Pembuktian Bagian IV : Sumpah, Pemeriksaan Setempat (descente), dan Keterangan Ahli (Axpertice);

viii
18. Putusan: Definisi Putusan, Kekuatan Putusan (mengikat, pembuktian, dan eksekutorial); Susunan dan Isi Putusan (kepala putusan,
identitas para pihak, perimbangan, amar); serta Jenis-Jenis Putusan;
19. Pelaksanaan Putusan: Hakekat Pelaksanaan Putusan, Jenis-jenis Pelaksanaan Putusan, Syarat-syarat dan Pelaksanaan Eksekusi,
Hambatan-hambatan dalam Eksekusi, Apa Saja yang Dapat Dilaksanakan?, Apa Saja yang Dapat Disita, Perlawanan Terhadap Sita
Eksekutorial, Penyanderaan, dan Penjualan;
20. Upaya Hukum: Perlawanan (verzet), Banding, Prorogari, Kasasi, Peninjauan kembali, dan Perlawanan Pihak Ketiga;
21. Surat Kuasa: Pengertian, Sifat Perjanjian Kuasa, Berakhirnya Kuasa, Kesepakatan Kuasa Mutlak, Jenis-jenis Kuasa, Kuasa Menurut
Hukum, dan Bentuk Kuasa di pengadilan.
22. Praktik Pembuatan Gugatan dan Pemeriksaan Perkara dengan Barang Sitaan dan juga Gugatan Konvensi dan Rekonvensi di
Laboratorium Moot Court;
23. Praktik Jawaban Eksepsi, Replik, Duplik atas Gugatan di Laboratorium Moot Court;
24. Praktik Pembuktian Bagian I sampai IV di Laboratorium Moot Court;
25. Praktik Putusan di Laboratorium Moot Court;
26. Ujian Akhir Semester.
Pustaka Utama :
1. Buku Ajar Hukum Acara Perdata, 2014, Penyusun Tim Pengajar Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin. (PU-1)
2. Achmad Ali, Wiwie Heryani, 2015, Asas-Asas Hukum Pembuktian Perdata, Jakarta: Prenadamedia Group. (PU-2)
3. Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Acara Perdata, Bandung: PT.Citra Aditya Bakti. (PU-3)
4. M. Yahya Harahap, 2017, Hukum Acara Perdata tentang Gugatan, Persidangan, Penyitaan, Pembuktian dan Putusan
Pengadilan, Jakarta: Sinar Grafika. (PU-4)
5. Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 2005, Hukum Perdata Dalam Teori dan Praktek, Mandar Maju: Bandung.
(PU-5)
6. Riduan Syahrani, 2004, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. (PU-6)
7. Sudikno Mertokusumo, 1999, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty. (PU-7)
8. Subekti, 1977, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Bina Cipta. (PU-8)
9. HIR dan Rbg.
Pendukung :
1. Badriyah Harun, 2010, Tata Cara Menghadapi Gugatan, Pustaka Yustisia:Yogyakarta. (PP-1)

ix
2. Bambang Sugeng, A.S dan Sujayadi, 2011, Hukum Acara Perdata & Dokumen Litigasi Perkara Perdata, Jakarta: Kencana Prenada
Media Grup. (PP-2)
3. Darwan Prinst, 2002, Strategi Meyusun dan Menangani Gugatan Perdata, Citra Aditya Bakti, Bandung:Citra Aditya Bakti. (PP-3)
4. Djamanat Samosir, 2012, Hukum Acara Perdata, Tahap-Tahap Penyelesaian Perkara, Bandung:Nuansa Aulia. (PP-4)
5. Efa Laela Fakhriah, 2009, Bukti Elektronik dalam Pembuktian Perdata, Alumni. (PP-5)
6. M. Yahya Harahap, 2008, Kekuasaan Mahkamah Agung; Pemeriksaan Kasasi dan Peninjauan Kembali Perkara Perdata,
Jakarta:Sinar Grafika. (PP-6)
7. R. Soeroso, 1994, Praktik Hukum Acara Perdata : Tata Cara dan Proses Persidangan, Jakarta:Sinar Grafika. (PP-7)
8. --------------, 2014, Hukum acara Perdata Lengkap dan Praktis, Jakarta:Sinar Grafika. (PP-8)
9. R. Soepomo, 1994, Hukum Acara Perdata di Pengadilan Negeri, Pradnya Parmita. (PP-9)
10. Jurnal dan Yurisprudensi. (PP-10)
Dosen Pengampu 1. Prof. Dr. Musakkir, S.H., M.H.
2. Prof. Dr. A. Suriyaman Mustari Pide, S.H., M.H.
3. Prof. Dr. Soekarno Aburaera, S.H., M.H.
4. Dr. Muh. Basri, S.H., M.H.
5. Dr. Hasbir, S.H., M.H.
6. Dr. H. Mustafa Bola, S.H., M.H.
7. Dr. Ratnawati, S.H., M.H.
8. Dr. A. Tenri Famauri, SH., M.H.
9. Achmad., S.H., M.H.
10. Dr. Muh. Ilham Arisaputra, S.H., M.H.
11. Dr. Aswan, S.H., M.H.
12. Ismail Alrip, S.H., M.Kn.
13. Amaliyah, S.H., M.H.
14. Fitri Pratiwi Rasyid, S.H., M.H.
15. A. Kurniawati, S.H., M.H.
16. A. Suci Wahyuni, S.H., M.Kn.
Matakuliah syarat Hukum Perdata

x
Bentuk Pembelajaran,
Sub-CPMK Metode Pembelajaran,
Penilaian Materi Bobot
Pertemuan (Kemampuan Penugasan Mahasiswa,
Pembelajaran Penilaian
Ke- akhir tiap [ Estimasi Waktu]
[ Pustaka ] (%)
tahapan belajar) Indikator Kriteria & Bentuk Luring Daring (Online)
(Offline)
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8)
1. - Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Pertemuan I 2%
dapat menjelaskan Kuis Kuliah 2x 4x 50’ (menit) 1. Pengantar,
mengemukaka pengertian, ruang (Lisan/ Tulisan) 2x 4x 50’ Manajemen
n pengantar lingkup dan (menit) Kelas & Kontrak
dan ruang istilah-istilah Kriteria: MP: Perkuliahan,
lingkup materi dalam hukum 2= jika Metode - Tatap Maya Ruang lingkup
hukum acara perdata formil mengemukakan Perkuliahan: - Diskusi Materi Hukum
perdata; dan hukum acara pengertian hukum • Tatap interaktif. Acara Perdata
- Mahasiswa perdata; acara perdata dengan Muka 2. Pengertian
dapat - Ketepatan dalan tepat, mengemukakan • Ceramah Belajar Mandiri: a. Hukum
menjelaskan menjabarkan sumber-sumber 2x4x 60’ (menit) Perdata
pengertian sumber-sumber hukum acara perdata è Mahasiswa Formal
a. Hukum hukum acara dengan tepat. mengunduh bahan b. Hukum Acara
Perdata perdata yang 1= Jika materi, bahan ajar Perdata
Formal menjadi pedoman mengemukakan pada Aplikasi 3. Sumber-sumber
b. Hukum pelaksanaan jawaban tetapi tidak SIKOLA Unhas pada Hukum Acara
Acara hukum acara di tuntas dan kurang laur pembelajaran Perdata
Perdata peradilan perdata. tepat Pertemuan 1 .
- Mahasiswa
Pustaka:
dapat
Penugasan Terstruktur 1. PU-2 (Achmad
menjelaskan
(PT): Ali, Wiwie

xi
sumber- 2x4x 60’ (menit) Heryani), Hal. 1-
sumber è Mahasiswa memilih 14.
Hukum Acara salah satu 2. PU-3 (Abdulkadir
Perdata pendapat pakar Muhammad),
yang paling tepat Hal. 15-18.
menjelaskan 3. PU-5 (Retno
pengertian Hukum Wulan Sutantio
Acara Perdata & Iskandar O),
dengan menuliskan Hal. 1-9.
argumentasinya. 4. PU-6 (Riduan
Tugas ini dapat Syahrani), Hal. 1-
didiskusikan 13.
bersama dengan 5. PU-7 (Sudikno
peserta kuliah yang Mertokusumo),
lain dengan catatan Hal. 1-10.
bahwa peserta 6. PU-8 (Subekti
kuliah telah (1977: 8)
menyelesaikan
tugasnya secara
mandiri.
2-3 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk tes: BP : BP: Asas-asas Hukum 3%
mampu mengidentifikasi Tes/ Non Tes Kuliah Kuliah Acara Perdata:
menelusuri dan asas-asas hukum 4x 4x 50’ 4x 4x 50’ (menit) a. Hakim Bersifat
mengemukakan acara perdata; Jika ada Tes dlam Menunggu;
asas-asas hukum - Ketepatan dan bentuk: Metode MP: b. Hakim Pasif;
yang berlaku ketuntasan dalam Kuis (Lisan),Tertulis Perkuliahan: Tatap Maya c. Sifat Terbukanya
dalam Hukum mengemukakan • Tatap Persidang.
asas hukum acara Muka Belajar Mandiri:

xii
perdata pada Membuat review • Interactive 4x4x 60’(menit) d. Mendengar
pertemuan ke-2 ini. tentang 2 asas hukum Learning è Mahasiswa Kedua Belah
- Kemampuan acara perdata yang Methode mengunduh bahan Pihak
memberikan merupakan materi materi, bahan ajar e. Putusan Harus
argumentasi hukum pertemuan ini pada Aplikasi Disertai Alasan-
terhadap isu hukum kemudian kemukakan SIKOLA Unhas, alur alasan
praktek peradilan argumentasi hukum pembelajaran f. Beracara
perdata dengan mahasiswa. Pertemuan 2 & Dikenakan Biaya
mengaitkan dengan selanjutnya untuk g. Tidak ada
asas hukum acara Kriteria penilaian: pertemuan 3. Keharusan
perdata yang 3= mengemukakan Mewakilkan
dikemukakan. argumentasi hukum h. Bebas Dari
Penugasan Terstruktur
terkait 2 asas hukum Campur Tangan;
(PT)
acara perdata secara
4x4x 60’ (menit)
tepat dan mampu Lanjutan Asas-Asas
è Mahasiswa memilih
memberikan contoh Hukum Acara
salah satu asas
terkait asas hukum ( Perdata:
hukum acara
baik itu isu hukum i. Badan Peradilan
perdata dengan
atau masalah hukum) Negara
memberikan
2= mengemukakan 1 j. Asas
contoh kasus. Kasus
asas hukum acara Obyektivitas
dapat dalam
perdata dan k. Lingkungan
bentuk ilustrasi.
argumentasi hukum Peradilan
Tugas ini dapat
l. M.A. Puncak
didiskusikan
Peradilan
bersama dengan
m. Pemeriksaan
peserta kuliah yang
Dalam Dua
lain dengan catatan
Tingkat;
bahwa peserta

xiii
kuliah telah n. Demi Keadilan
menyelesaikan Berdasarkan Ke
tugasnya secara Tuhanan Yang
mandiri. Maha Esa.
o. Susunan
Persidangan:
Majelis.
p. Asas Sederhana,
Cepat dan Biaya
Ringan’

Pustaka :
1. PU-2 (Achmad
Ali, Wiwie
Heryani), Hal.61-
67.
2. PU-6 (Riduan
Syahrani), Hal.
19-24.
3. PU-7 (Sudikno
Mertokusumo),
Hal. 10-27
4 1. Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Pihak-pihak dalam 2%
mampu ketuntasan dalam Kuis ( Lisan atau Kuliah 2x 4x 50’ Hukum Acara
menentukan menjelaskan pihak- Tertulis) 2x 4x 50’ Perdata
pihak-pihak pihak dalam MP: 1. Hak Menguji
dalam hukum praktek peradilan Metode Tatap Maya Tidak Dikenal
acara perdata perdata; Perkuliahan:

xiv
2. Mahasiswa - Ketepatan dalam Kriteria Penilaian: • Tatap Belajar Mandiri: 2. Peninjauan
dapat menerangkan 2= menjawab soal Muka 2x4x 60’ Kembali
menjelaskan: terkait: dengan tepat, • Diskusi è Mahasiswa 3. Tugas Hakim
• Hak kewenangan, tugas, sesuaidan tuntas; Interaktif mengunduh bahan Perdata Dalam
Menguji kedudukan, hak dan 1= menjawab hanya • Interactive materi, bahan ajar Lingkungan
Tidak kewajiban sebagian dan kurang Learning: pada Aplikasi Peradilan Umum
Dikenal organisasi dalam tepat. Small Grup SIKOLA Unhas, alur 4. Pejabat-pejabat
• Peninjaua lembaga peradilan Discussion pembelajaran Pada Pengadilan
n Kembali perdata (Ketua Pertemuan 4.
• Tugas Pengadilan, Hakim,
Hakim Panitera) Pustaka :
Penugasan Terstruktur
Perdata 1. PU-5 (Retno
(PT)
Dalam Wulan Sutantio
2x4x 60’
Lingkunga & Iskandar O),
è Mahasiswa diminta
n Hal.18-21.
untuk membuat
Peradilan 2. PU-7 (Sudikno
skema Lembaga
Umum Mertokusumo),
peradilan yang
• Pejabat- Hal. 28-37.
menunjukkan
pejabat struktur lembaga
Pada peradilan perdata,
Pengadila dengan bagan yang
n jelas , interaktif,
mudah dipahami
dengan
menambahkan teks
untuk
menerangkan
kesimpulan tentang

xv
bagan susunan
lembaga peradilan
dan organisasi
peradilan perdata.
5-6 Mahasisawa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: BP : BP: Timbulnya Gugatan, 3%
mengemukakan, mengemukakan Kuis, review Kuliah Kuliah Syarat-syarat
dasar timbulnya tahapan (dalam bentuk lisan 4x 4x 50’ 4x 4x 50’ Gugatan, Tata Cara
gugatan, syarat- “intervensi” dan maupun tulisan). Pengajuan Gugatan,
syarat gugatan, tujuannya serta MP: Kompetensi Absolut
tata cara pihak terlibat. Kriteria Penilaian: Metode - Tatap Maya dan Relatif
pengajuan, - Ketepatan dalam 3= menjawab seluruh Perkuliahan: - Diskusi interaktif
gugatan, mengemukakan soal dengan tepat dan • Tatap Lanjutan :
kompetensi dan menentukan tuntas, Muka Belajar Mandiri: Jenis-Jenis Tuntutan
absolut dan sebab timbulnya 2= menjawab soal • Ceramah 4x4x 60’ dan Intervensi
relatif, jenis-jenis gugatan. sebahagian dengan • Diskusi è Mahasiswa
tuntutan dan - Ketepatan tepat. Interaktif mengunduh bahan
menerangkan mengemukakan 1= menjawab soal materi, bahan ajar Pustaka:
makna dan tujuan syarat-syarat kurang tepat. pada Aplikasi 1. PU-4 (M Yahya
dari upaya pengajuan gugatan. SIKOLA Unhas, alur Harahap),
Intervensi - Ketepatan dalam pembelajaran Hal.29-30,
termasuk pihak mengemukakan Pertemuan 5 dan Hal.48-53,
yang terlibat tata cara pengajuan selanjutnya untuk Hal.146-160,
dalam intervensi gugatan; pertemuan 6. Hal.185-189.
- Ketepatan dalam 2. PU-5 (Retno
memklasifikasikan Wulan Sutantio
Penugasan Terstruktur
jenis-jenis tuntutan. & Iskandar O),
(PT)
- Ketepatan dalam Hal.10, Hal.15-
4x4x 60’
mengemukakan 17, Hal.50-57.

xvi
dan menentukan è Mahasiswa mencari 3. PU-7 (Sudikno
upaya hukum yang 1 contoh gugatan, Mertokusumo),
dapat dilakukan kemudian Hal.38-52,
para pihak untuk menganalisis Hal.59-62,
menjamin hak. gugatan tersebut Hal.77-79.
sebagaimana teori- 4. PP-2 (Bambang
teori yang telah Sugeng A.S &
dipelajari dalam Sujayadi),
modul. Tugas ini Hal.23-30.
dikerjakan secara 5. PP-4 (Djamanat
mandiri oleh Samosir), Hal.41-
masing-masing 118, Hal.155-
peserta dan akan 156.
dibahas pada
pertemuan dikelas
maupun via daring.
7 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes; BP : BP: Kuliah 1. Tuntutan Hak; 2%
mampu menjabarkan yang Kuis, review Kuliah 2x 4x 50’ 2. Pihak-pihak
mengemukakan dimaksud dengan pertemuan (Lisan atau 2x 4x 50’ dalam Perkara;
dan melakukan tuntutan hak tulisan) MP: 3. Penggabungan
telaah terkait : (disertai contoh); Tatap Maya Tuntutan;
a. Tuntutan hak; - Ketepatan Kriteria penilaian: Metode
b. Pihak-pihak menunjukkan Perkuliahan: Belajar Mandiri:
dalam perkara; kedudukan para 2= menjawab dengan • Tatap 2x4x 60’ Pustaka:
c. Penggabungan pihak dalam tepat dan sesuai Muka è Mahasiswa 1. PU-4 (M Yahya
tuntutan perkara perdata; substansi ssoal yang • Interactive mengunduh bahan Harahap),
- Ketepatan dalam diberi. Learning materi, bahan ajar Hal.108-145.
menganalisis faktor- pada Aplikasi

xvii
faktor yang dapat 1= menjawab soal SIKOLA Unhas, alur 2. PU-5 (Retno
“penggabungan kurang tepat dan tidak pembelajaran Wulan Sutantio
gugatan” tuntas. Pertemuan 7. & Iskandar O),
Hal. 18-21,
Hal.54-57.
Penugasan Terstruktur
3. PU-7 (Sudikno
(PT)
Mertokusumo),
2x4x60’ (menit)
Hal.38-61.
membuat contoh
4. PP-4 (Djamanat
kasus ataupun
Samosir),
berdasarkan kasus
Hal.147-150.
kongkrit berdasar
putusan peradilan
perdata, menetapkan
tuntutan-tuntutan
para pihak, lalu
membuat pula suatu
tuntutan yang berisi
tentang permohonan
hak dan yang berisi
gugatan
Tugas dapat
dikerjakan secara
individual, maupun
berdiskusi bersama
teman. File tugas
diunggah dalam Ms
Word (format file:
NamaNIM_TugasMod

xviii
ul7, diunggah dalam
alur pembelajaran
SIKOLA Unhas.
8 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Overview Proses 2%
mampu kesesuaian dalam Kuis, review, (Lisan/ Kuliah 2x 4x 50’ Beracara dalam
mendeskripsikan mengemukakan Tulisan) 2x 4x 50’ Perkara Perdata;
dan proses beracara MP:
mengemukakan dalam perkara Tatap Maya Pustaka:
Overview Proses perdata. Kriteria penilaian: Metode 1. PU-5 (Retno
Beracara dalam - Ketuntasan dalam 2 = mampu menjawab Perkuliahan: Belajar Mandiri: Wulan Sutantio
Perkara Perdata menunjukkan dengan tepat sesuai • Tatap 2x4x 60’ & Iskandar O),
perbedaan soal, substansi dan Muka. è Mahasiswa Hal.11.
kompetensi absolut keteraturan dalam • Interactive mengunduh bahan 2. PU-7 (Sudikno
dan kompetensi menguraikan learning materi, bahan ajar Mertokusumo),
relatif dengan jawaban. (Small pada Aplikasi Hal 62-67.
disertai contoh 1= mampu menjawab Group SIKOLA Unhas, alur
kasus, analogi soal tetapi masih Discussion) pembelajaran
kasus. minim substansi dan Pertemuan 8.
analisis Penugasan Terstruktur
(PT)
2x4x60’ (menit)
è Mahasiswa akan
dibagi secara
berkelompok dan
membuat poster
yang
menggambarkan
overview dalam

xix
beracara perkara
perdata dari tahap
awal sampai akhir.
Tugas yang
dikerjakan tersebut
akan dibahas pada
pertemuan di kelas
ataupun via daring.
9 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes; BP : BP: Kuliah 1. Pencabutan dan 3%
mampu kesesuaian dalam Kuis, Review Kuliah 2x 4x 60’ Perubahan
menjelaskan mengemukakan pertemuan ( Lisan, Gugatan;
tentang argumentasi tertulis) 2x 4x 50’ MP:
Pencabutan dan tentang Metode - Tatap Maya
tata cara pencabutan dan Kriteria Penilaian: Perkuliahan: - Interactive Learning 2. Putusan Verstek
Perubahan perubahan gugatan 3= menjawab soal • Tatap dan Putusan
Gugatan serta (syarat dan dengan, tepat sesuai Muka Belajar Mandiri: Gugur.
Putusan Verstek prosedur) substansi dan • Interactive 2x4x 60’
dan Putusan - Ketuntasan dan menyeluruh, Learning è Mahasiswa
Gugur dan kejelasan 2= menjawab soal mengunduh bahan Pustaka:
menafsirkan cukup tepat tapi tidak materi, bahan ajar 1. PU-1 (Buku Ajar
putusan verstek da menyeluruh, pada Aplikasi Hukum Acara
putusan gugur 1= menjawab soal SIKOLA Unhas, alur Perdata), Hal.
tetapi kurang tepat. pembelajaran 11, Hal.29.
Pertemuan 9. 2. PU-3 (Abdulkadir
Muhammad),
Hal. 37, Hal. 85.
Penugasan Terstruktur
3. PU-4 (M Yahya
(PT):
Harahap),
2x4x 60”

xx
è Pada tugas ini Hal.29, Hal.81-
mahasiwa atau 107, Hal.442-
peserta mata 480.
kuliah diharapkan 4. PU-7 (Sudikno
dapat membuat Mertokusumo),
surat pencabutan Hal.80-86.
gugatan dan 5. PP-5 (Efa LAela
perubahan Fakhriah), Hal.
gugatan , serta 159.
membuat resume 6. PP-7
tentang putusan (R.Soeroso,1994)
gugur dan putusan , Hal 37.
verstek. 7. PP-9
è Tugas ini akan (R.Soepomo),
dikerjakan secara Hal.37, Hal.48.
mandiri oleh
masing-masing
peserta mata
kuliah dan akan
dibahs pada
pertemuan di kelas
ataupun via daring.
10 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Tahap-Tahap 2%
mengemukaka menguraikan alur Kuis, Review Kuliah 2x 4x 60’ Pemeriksaan
n dan (frame work) Pertemuan ( Lisan 2x 4x 50’ Perkara.
menetapkan tahapan atau tertulis) MP:
alur Tahap- pemeriksaan Metode - Tatap Maya
Tahap Perkara. Perkuliahan: - Interactive Learning

xxi
Pemeriksaan - Kemampuan dalam • Tatap
Perkara mengemukakan Muka Belajar Mandiri: Pustaka:
tahapan-tahapan Kriteria penilaian: • Interactive 2x4x 60’ 1. PU-4 (M Yahya
dalam pemeriksaan 2= menjawab soal Learning è Mahasiswa Harahap),
perkara dengan, tepat sesuai (Case mengunduh bahan Hal.265-281.
substansi dan Study, materi, bahan ajar 2. PU-5 (Retno
menyeluruh, Problem pada Aplikasi Wulan Sutantio
1,5= menjawab soal analysed) SIKOLA Unhas, alur & Iskandar O),
cukup tepat tapi tidak pembelajaran Hal.95-96.
menyeluruh, Pertemuan 10. 3. PU-7 (Sudikno
1= menjawab soal Mertokusumo),
tetapi kurang tepat. Hal.77-79,
Penugasan Terstruktur
Hal.102-104.
(PT)
4. PP-2 (Bambang
è Pada tugas
Sugeng A.S &
ini mahasiswa
Sujayadi),
peserta mata
Hal.45-53.
kuliah diminta
5. PP-4 (Djamanat
untuk membuat
Samosir),
resume tentang
Hal.157-158.
tahapan-
tahapan
pemeriksaan
pada
persidangan
perdata.
Setelah itu
mahasiswa
peserta mata

xxii
kuliah
membuat akta
perdamaian
dalam proses
perkara
perdata. Tugas
ini dikerjakan
secara
berkelompok
dimana 1 (satu)
kelompok
terdiri dari 4
(empat) orang.
Tugas akan
dibahas pada
pertemuan di
kelas atau
secara daring

11 Mahasiswa dapat - Ketepatan dalam Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Gugatan Konvensi 2%
memahami dan menguraikan alur Kuis, Review Kuliah 2x 4x 60’ dan Gugatan
menjelaskan (frame work): Pertemuan ( Lisan 2x 4x 50’ Rekonvensi
Gugatan Konvensi - Gugatan konvensi atau tertulis) MP:
dan Gugatan - Gugatan - Tatap Maya Pustaka:
Rekonvensi rekonvensi; Metode - Interactive Learning 1. PU-4 (M Yahya
Perkuliahan: Harahap),
• Tatap Belajar Mandiri: Hal.537-565.
Kriteria penilaian: Muka 2x4x 60’

xxiii
2= menjawab soal • Interactive Mahasiswa 2. PU-7 (Sudikno
dengan, tepat sesuai Learning mengunduh bahan Mertokusumo),
substansi dan (Case materi, bahan ajar Hal. Hal.98-102.
menyeluruh, Study, pada Aplikasi SIKOLA 3. PP-2 (Bambang
1,5= menjawab soal Problem Unhas, alur Sugeng A.S &
cukup tepat tapi tidak analysed) pembelajaran Sujayadi),,
menyeluruh, Pertemuan 11. Hal.57-61.
1= menjawab soal
tetapi kurang tepat. Penugasan Terstruktur
(PT)
è Mahasiswa
membuat masing-
masing satu surat
gugatan konvensi
dan surat gugatan
rekonvensi dengan
memperhatikan
teori-teori baik
secara umum
maupun secara
khusus tentang
surat gugatan.
Memperhatikan
unsur identitas
para pihak, posita,
dan petitum dalam
surat gugatan
tersebut. Tugas ini

xxiv
merupakan tugas
perorangan, yang
kemudian akan
dibahas bersama di
dalam kelas.
12 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Penyitaan, Tata Cara 2%
mampu mengemukakan Kuis, Review Kuliah 2x 4x 60’ Penyitaan, Jenis-
mengemukaka pengertian Pertemuan ( Lisan 2x 4x 50’ jenis Penyitaan;
n pengertian penyitaan. atau tertulis) Barang atau benda
penyitaan, - Ketepatan dan Metode MP: yang dapat disita
tahapan / kesesuaian dalam Perkuliahan: - Tatap Maya dan Konsekuensi
prosedur membedakan dan • Tatap - Interactive juridisnya
penyitaan, mengklasifikasikan Muka Learning
jenis-jenis jenis-jenis • Interact
penyitaan, penyitaan, Kriteria penilaian: ive Belajar Mandiri: Pustaka:
barang atau - Ketepatan dalam 2= menjawab soal Learnin 2x4x 60’ 1. PU-4 (M Yahya
benda yang menerangkan dengan, tepat sesuai g (Case è Mahasiswa Harahap),
dapat di barang (benda) substansi dan Study, mengunduh bahan Hal.337-441.
sitadan akibat yang dapat disita menyeluruh, Proble materi, bahan ajar 2. PU-5 (Retno
hukum - Ketepatan dan 1,5= menjawab soal m pada Aplikasi Wulan Sutantio
(konsekuensi kejelasan dalam cukup tepat tapi tidak analyse SIKOLA Unhas, alur & Iskandar O),
juridisnya). memberikan menyeluruh, d) pembelajaran Hal.97-108.
argumentasi 1= menjawab soal Pertemuan 12. 3. PU-7 (Sudikno
tentang tetapi kurang tepat. Mertokusumo),
konsekuensi juridis Hal.67-76.
Penugasan Terstruktur
terjadinya 4. PP-2 (Bambang
(PT)
penyitaan. Sugeng A.S &
è Mahasiswa mencari
satu surat gugatan

xxv
yang di dalamnya Sujayadi),
terdapat suatu Hal.77-82.
permohonan 5. PP-4 (Djamanat
penyitaan. Samosir),
1.Menganalisis Hal.126-142.
permohonan sita
(beslag) tersbut
berdasarkan teori
yang ada tentang
sita. 2.Menjelaskan
macam sita yang
diajukan dalam
surat gugatan
tersebut dan
berikan
pendapat/penilaian
apa sesuai atau
tidak dengan teori
yang ada. Tugas ini
merupakan tugas
perorangan yang
kemudian akan
dibahas bersama di
dalam kelas.
13 Mahasiswa - ketepatan, Bentuk Tes: BP : BP: Jawaban: Eksepsi, 2%
mampu kejelasan dan Kuis, Review Kuliah Kuliah Sangkalan, Replik,
menyusun kesesuaian dalam Pertemuan (Lisan atau 2x 4x 50’ 2x 4x 50’ dan Duplik;
dan penyusunan tertulis).

xxvi
mencontohka jawaban gugatan, Metode MP:
n bagaimana ekspesi, replik, dan Perkuliahan: -Tatap Maya
Jawaban duplik. • Tatap -Interactive Learning
Pustaka:
berupa Muka
1. PU-1 (Buku Ajar
Eksepsi, • Interact Belajar Mandiri:
Hukum Acara
Sangkalan Kriteria penilaian: ive 2x4x 50’
Perdata), Hal.
Replik, dan 2= menjawab soal Learnin Mahasiswa
11, Hal.29.
Duplik. dengan, tepat sesuai g mengunduh bahan
2. PU-3 (Abdulkadir
substansi dan materi, bahan ajar
Muhammad),
menyeluruh, pada Aplikasi
Hal. 37, Hal. 85.
1,5= menjawab soal SIKOLA Unhas, alur
3. PU-4 (M Yahya
cukup tepat tapi tidak pembelajaran
Harahap),
menyeluruh, Pertemuan 13.
Hal.481-536.
1= menjawab soal
4. PU-7 (Sudikno
tetapi kurang tepat.
Penugasan Terstruktur Mertokusumo),
(PT) Hal.95-97,
è Mahasiswa Hal.102-104.
diharapkan 5. PP-5 (Efa Laela
membuat jawaban Fakhriah), Hal.
yang langsung 159.
menggabungkan 6. PP-7 (R.Soeroso),
eksepsi dan Hal.41.
sangkalan. Tugas ini 7. PP-9
dapat didiskusikan (R.Soepomo),
bersama dengan Hal 37, Hal. 48.
peserta kuliah yang
lain dengan catatan
bahwa peserta

xxvii
kuliah telah
menyelesaikan
tugasnya secara
mandiri.
14 - 15 - Mampu - Ketepatan dan Bentuk Tes: BP : BP: Kuliah Pembuktian Bagian I 3%
menjelaskan kesesuaian dalam Kuis, Review Kuliah 2x 4x 50’ a. Yang Harus
tahapan mengemukakan Pertemuan (Lisan atau 2x 4x 50’ Diketahui Hakim;
pembuktian, makna prinsip tertulis) MP: b. Yang
tata cara hukum pembuktian Metode Tatap Maya dimaksudkan
pengajuan alat perkara perdata: Perkuliahan: dengan
bukti dan - Hukum Pembuktian • Tatap Belajar Mandiri: membuktikan
prinsip hukum Positif; Muka 2x4x 60’ c. Tujuan
dalam - Apa yang Harus • Interact è Mahasiswa Pembuktian
pembuktian Dibuktikan; Kriteria penilaian: ive membaca bahan d. Hukum
perkara - Siapa yang Harus 3= menjawab soal Learnin bacaan yang diberi Pembuktian
perdata: Membuktikan dengan, tepat sesuai g dan dapat diunduh Positif;
mengenai alat - Penilaian substansi dan pada alur e. Apa yang Harus
bukti, beban Pembuktian; menyeluruh, pembelajaran Dibuktikan;
pembuktian - Beban Alat Bukti; 2= menjawab soal SIKOLA Pertemuan f. Siapa yang Harus
dan nilai - Kemampuan dalam cukup tepat tapi tidak 15. Membuktikan
pembuktian. mengkategorikan menyeluruh,
alat bukti dengan 1= menjawab soal Pertemuan ke-15
• Mahasisw beban pembuktian tetapi kurang tepat. g. Penilaian
Penugasan Terstruktur
a dapat dan penilaian Pembuktian
(PT)
memaham pembuktian. h. Beban
è Peserta mata kuliah
i Pembuktian
diminta untuk
Pembuktia i. Teori Beban
membuat makalah
n Bagian I Pembuktian

xxviii
• Mahasisw yang menguraikan
a mampu mengenai:
menjelask 1. Hakikat dan
an urgensi
Pustaka:
tahapan pembuktian
1. PU-2 (Achmad
pembuktia 2. Kedudukan
Ali, Wiwie
n, tata surat dalam
Heryani), Hal.15-
cara sistem
60, Hal.99-116.
pengajuan pembuktian
2. PU-3 (Abdulkadir
alat bukti 3. Sistem
Muhammad),
dan pembuktian
2012, Hal. 125-
prinsip terbalik
158.
hukum 4. Sifat dan nilai
3. PU-4 (M Yahya
dalam dari setiap alat
Harahap),
pembuktia bukti
Hal.566-627.
n perkara Tugas ini dikerjakan
4. PU-7 (Sudikno
perdata: secara mandiri oleh
Mertokusumo),
• Yang masing-masing peserta
Hal.105-118.
Harus mata kuliah dan akan
5. PP-2 (Bambang
Diketahui dibahas pada
Sugeng A.S &
Hakim pertemuan di kelas
Sujayadi), hal.
• Membukti ataupun via daring.
65-76.
kan 6. PP-3 (Darwan
• Apakah Prints), Hal. 176-
Yang 197.
Dimaksudk 7. PP-8
an dengan (R.Soepomo),
Hal. 95-133.

xxix
Membukti
kan?
• Apakah
Tujuan
Daripada
Pembuktia
n
• Hukum
Pembuktia
n Positif;
• Apa yang
Harus
Dibuktikan
;
• Siapa yang
Harus
Membukti
kan
• Penilaian
Pembuktia
n
• Beban Alat
Bukti

16 UJIAN TENGAH SEMSETER 10 %

xxx
17 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah Pembuktian Bagian 3%
mampu menentukan Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 60’ II (Alat Bukti
mengemukakan konsep pembuktian Pertemuan (Lisan atau (BP): Tertulis)
prinsip dalam perkara tertulis) MP:
pembuktian dan perdata dan Kuliah d. Tatap Maya Pustaka:
alat bukti dalam mengkorelasikan e. Interactive 1. PU-2 (Achmad
perkara perdata dengan keutamaan 2x 4x 50’ learning Ali, Wiwie
(alat bukti alat bukti tertulis. Heryani), Hal.90-
tertulis) Metode 92.
Kriteria penilaian: Perkuliahan: Belajar Mandiri: 2. PU-4 (M Yahya
3= menjawab soal 2x4x 60’ Harahap),
dengan, tepat sesuai • Tatap è Mahasiswa Hal.633-700.
substansi dan Muka membaca bahan 3. PU-5 (Retno
menyeluruh, • Interac bacaan yang diberi Wulan Sutantio
2= menjawab soal tive dan dapat diunduh & Iskandar O),
cukup tepat tapi tidak Learnin pada alur Hal.63-69.
menyeluruh, g pembelajaran 4. PU-7 (Sudikno
1= menjawab soal SIKOLA Pertemuan Mertokusumo),
tetapi kurang tepat. ke 17 Hal.120-134.

Penugasan Terstruktur
(PT)
è Mahasiswa mencari
putusan pengadilan
yang menggunakan
alat bukti tertulis
(akta otentik dan
surat dibawah

xxxi
tangan) di dalam
proses
pembuktiannya.
Setelah
mendapatkan
putusan yang
dimaksud, peserta
mata kuliah diminta
untuk membuat
suatu analisa
mengenai
pertimbangan
hukum hakim
dalam memutus
perkara tersebut
berdasarkan alat
bukti tertulis itu.
Tugas ini dikerjakan
secara
berkelompok oleh
peserta mata kuliah
dimana dalam 1
(satu) kelompok
ditentukan terdiri
atas 3 atau 4 orang.
Tugas yang
dikerjakan tersebut
akan dibahas pada

xxxii
pertemuan dikelas
ataupun via daring.
18 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah Pembuktian Bagian 3%
mampu kesesuaian Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ III
menjelaskan mengemukakan Pertemuan ( Lisan (BP): Kuliah a. Pembuktian
tentang prinsip tentang prinsip atau tertulis) 2x 4x 50’ MP: dengan Saksi
hukum pembuktian dengan Tatap Maya b. Persangkaan
pembuktian: kesaksian, Metode c. Pengakuan
a. Pembuktian persangkaan dan Perkuliahan: Belajar Mandiri:
dengan Saksi pengakuan 2x4x 60’
b. Persangkaan berdasarkan • Tatap è Mahasiswa mencari Pustaka:
c. Pengakuan sumber hukum Kriteria penilaian: Muka membaca bahan 1. PU-2 (Achmad
acara perdata dan 3= menjawab soal • Interact bacaan yang diberi Ali, Wiwie
asas-asas hukum dengan, tepat sesuai ive dan dapat diunduh Heryani), Hal.92-
acara perdata substansi dan Learnin pada alur 95.
menyeluruh, g. pembelajaran 2. PU-4 (M Yahya
2= menjawab soal SIKOLA Pertemuan Harahap), Hal.
cukup tepat tapi tidak ke 18 701-831.
menyeluruh, 3. PU-5 (Retno
1= menjawab soal Penugasan Terstruktur Wulan Sutantio
tetapi kurang tepat. (PT) & Iskandar O),
Hal.70-84.
è Mahasiswa diminta 4. PU-7 (Sudikno
untuk mencari Mertokusumo),
putusan pengadilan Hal.135-154.
yang menggunakan
saksi dan
persangkaan atau

xxxiii
pengakuan di dalam
proses
pembuktiannya.
Setelah
mendapatkan
putusan yang
dimaksud, peserta
mata kuliah diminta
untuk membuat
suatu analisa
mengenai
pertimbangan
hukum hakim
dalam memutus
perkara tersebut
berdasarkan alat
bukti saksi dan
persangkaan atau
pengakuan.
Tugas ini dikerjakan
secara
berkelompok oleh
peserta mata kuliah
dimana dalam 1
(satu) kelompok
ditentukan terdiri
atas 3 atau 4 orang.
Tugas yang

xxxiv
dikerjakan tersebut
akan dibahas pada
pertemuan dikelas
ataupun via daring.
19 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah Pembuktian Bagian 3%
mampu untuk kesesuaian Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ IV
menjelaskan mengemukakan Pertemuan ( Lisan (BP): 1. Sumpah;
tentang proses, tentang prinsip atau tertulis) Kuliah MP: 2. Pemeriksaan
prinsip hukum pembuktian 2x 4x 50’ Tatap Maya Setempat
pembuktian dengan: (Descente);
dengan sumpah, - Sumpah, Metode Belajar Mandiri: 3. Keterangan
pemeriksaan - acara pemeriksaan Kriteria penilaian: Perkuliahan: 2x4x 60’ Ahli
setempat setempat 3= menjawab soal è Mahasiswa (Axpertice).
(descente) dan (descente) dan dengan, tepat sesuai • Tatap Muka membaca bahan
keterangan ahli - keterangan ahli substansi dan • Interactive bacaan yang diberi
(axpertice) menyeluruh, Learning dan dapat diunduh Pustaka:
2= menjawab soal (Small pada alur 4. PU-2
cukup tepat tapi tidak Group pembelajaran (Achmad Ali,
menyeluruh, Discussion/ SIKOLA Pertemuan Wiwie
1= menjawab soal Contextual 19. Heryani),
tetapi kurang tepat. Learning) Hal.96-98.
5. PU-3
(Abdulkadir
Penugasan Terstruktur
Muhammad)
(PT)
, Hal. 137-
2x4x60
143.
è Mahasiswa mencari
6. PU-4 (M
satu yurisprudensi
Yahya
yang telah

xxxv
memutus perkara Harahap),
berdasarkan Hal. 832-887.
sumpah pemutus, 7. PU-6 (Riduan
sumpah pelengkap, Syahrani),
dan sumpah Hal. 90-124.
penaksiran. 8. PU-7
Tugas ini dapat (Sudikno
didiskusikan Mertokusum
bersama dengan o), Hal.155-
peserta kuliah yang 164.
lain dengan catatan
bahwa peserta
kuliah telah
menyelesaikan
tugasnya secara
mandiri. Tugas ini
juga dapat dibahas
pada pertemuan di
dalam kelas.

20 Mahasiswa - Kejelasan makna Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah Putusan 3%


mampu putusan hakim Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ a. Definisi Putusan
menjelaskan - Ketepatan dalam Pertemuan ( Lisan (BP): b. Kekuatan
pengertian mengemukakan atau tertulis) Kuliah MP: Putusan:
putusan dan dan menunjukkan 2x 4x 50’ Tatap Maya 1. Kekuatan
kekuatan dari kekuatan suatu Mengikat
putusan hakim putusan hakim Metode Belajar Mandiri: 2. Kekuatan
yakni, kekuatan Kriteria penilaian: Perkuliahan: 2x4x 60’ Pembuktian

xxxvi
dalam perkara mengikat, kekuatan 3= menjawab soal è Mahasiswa 3. Kekuatan
perdata. pembuktian dan dengan, tepat sesuai • Tatap Muka membaca bahan Eksekutorial
kekuatan substansi dan • Interactive bacaan yang diberi
eksekutorial. menyeluruh, Learning dan dapat diunduh Pustaka:
2= menjawab soal (Small pada alur 1. PU-3 (Abdulkadir
cukup tepat tapi tidak Group pembelajaran Muhammad),
menyeluruh, Discussion/ SIKOLA Pertemuan Hal. 157-163.
1= menjawab soal Contextual ke 20. 2. PU-4 (M Yahya
tetapi kurang tepat. Learning) Harahap), Hal.
Penugasan Terstruktur 888-897.
(PT) 3. PU-7 (Sudikno
è Pada tugas I, Mertokusumo),
peserta kuliah Hal 174-183.
diminta untuk
mencari satu (1)
putusan kasus
perdata.
Kemudian
peserta kuliah
menganalisis
jenis kekuatan
apa yang
terdapat dalam
putusan kasus
tersebut. Tugas
ini dikerjakan
secara mandiri
oleh masing-

xxxvii
masing peserta
dan akan
dibahas pada
pertemuan
dikelas maupun
via daring.
è Pada tugas II,
peserta kuliah
diminta untuk
mencari satu (1)
putusan kasus
berupa putusan
Condemnatoir .
Kemudian
peserta kuliah
menganalisis
putusan kasus
yang telah
didapatkannya
tersebut. Tugas
ini dikerjakan
secara mandiri
oleh masing-
masing peserta
dan akan
dibahas pada
pertemuan

xxxviii
dikelas maupun
via daring.

21 Mahasiswa - Kemampuan Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah c. Susunan dan Isi 3%
mampu mahasiswa dalam Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ Putusan
mengemukakan mengemukakan Pertemuan ( Lisan (BP): 1. Kepala Putusan;
tentang anatomi anatomi putusan atau tertulis) MP: 2. Identitas Para
putusan, unsur- hakim Kuliah Tatap Maya Pihak;
unsur pembentuk - Kemampuan dalam 3. Pertimbangan;
putusan hakim menganalogikan 2x 4x 50’ Belajar Mandiri: 4. Amar
dan jenis-jenis unsur-unsur Kriteria penilaian: 2x4x 60’
putusan dalam pembentuk putusan 3= menjawab soal Metode è Mahasiswa d. Jenis-Jenis
perkara perdata hakim. dengan, tepat sesuai Perkuliahan: membaca bahan Putusan
- Ketepatan dalam substansi dan bacaan yang diberi
membedakan jenis- menyeluruh, • Tatap dan dapat diunduh
jenis putusan hakim 2= menjawab soal Muka pada alur Pustaka:
dalam perkara cukup tepat tapi tidak • Interact pembelajaran 1. PU-4 (M Yahya
perdata menyeluruh, ive SIKOLA Pertemuan Harahap), Hal.
- Kemampuan dalam 1= menjawab soal Learnin ke 21. 898-911.
menganalisis tetapi kurang tepat. g 2. PU-5 (Retno
kesesuaian Penugasan Terstruktur Wulan Sutantio
putusan-putusan (PT) & Iskandar O),
hakim dengan 2x4x 60’ Hal.109-118.
konsep putusan 3. PU-7 (Sudikno
yang telah è Mahasiswa diminta Mertokusumo),
dikuliahkan (sesuai untuk mencari 1 Hal.184-194.
sumber hukum dan contoh putusan 4. PP-2 (Bambang
kemudian Sugeng A.S &

xxxix
asas-asas hukum membertikan Sujayadi),
acara perdata) keterangan pada Hal.83-88.
putusan tersebut 5. PP-4 (Djamanat
berdasarkan Samosir),
sistematika susunan Hal.269-301.
da nisi yang harus
ada dalam sebuah
putusan dan
menuliskan jenis
putusan yang dikaji.
22 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk P: Kuliah Pelaksanaan 3%
mampu untuk mengemukakan Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ Putusan:
mendefinisikan hakikat putusa Pertemuan ( Lisan (BP): a. Hakekat
Putusan dan hakim dalam atau tertulis) MP: Pelaksanaan
pelaksanaannya, perkara perdata. Kuliah Tatap Maya Putusan;
Hakekat - Kejelasan dalam b. Jenis-jenis
Pelaksanaan menguraikan 2x 4x 50’ Belajar Mandiri: Pelaksanaan
Putusan, Jenis- hakikat Kriteria penilaian: 2x4x 60’ Putusan;
jenis Pelaksanaan pelaksanaan 3= menjawab soal Metode è Mahasiswa c. Syarat-syarat dan
Putusan, Syarat- putusan. dengan, tepat sesuai Perkuliahan: membaca bahan Pelaksanaan
syarat dan - Ketepatan dalam substansi dan bacaan yang diberi Eksekusi;
Pelaksanaan menguraikan menyeluruh, • Tatap dan dapat diunduh d. Hambatan-
Eksekusi serta syarat-syarat 2= menjawab soal Muka; pada alur hambatan dalam
Hambatan- pelaksanaan cukup tepat tapi tidak • Interact pembelajaran Eksekusi
hambatan dalam putusan. menyeluruh, ive SIKOLA Pertemuan
Eksekusi - Ketepatan dalam 1= menjawab soal Learnin 25
membedakan tetapi kurang tepat. g
jenis-jenis

xl
pelaksanaan Penugasan Terstruktur PUSTAKA:
putusan. (PT): 1. PU-3 (Abdulkadir
- Ketepatan dalam Pada tugas ini, Muhammad),
mengkorelasikan peserta mata kuliah Hal.160-180,
prinsip hukum diminta untuk Hal.214-234.
pelaksanaan mencari 1 (satu) 2. PU-5 (Retno
putusan dengan kasus yang di Wulan Sutantio
hambatan yang dalamnya terdapat & Iskandar O),
menjadi masalah pelaksanaan eksekusi. Hal.119-141.
hukum di Uraikanlah kronologis 3. PU-6 (Riduan
masyarakat dalam kasus tersebut SYahrani),
pelaksanaan kemudian analisis Hal.125-178.
putusan kategori pelaksanaan 4. PU-7 (Sudikno
(ekseskusi putusan apa, Mertokusumo),
putusan) bagaimana Hal. 209-220.
- Ketepatan pelaksanaan 5. PU-8 (Subekti),
menentukan faktor- eksekusinya, dan hal- Hal.124-129.
faktor yang menjadi hal apa yang menjadi 6. PP-6 (M Yahya
hambatan eksekusi hambatan atau Harahap, 2008),
putusan kendala dalam BAB 14.
pengadilan. melakukan eksekusi.
Dalam konteks ini,
peserta mata kuliah
diminta untuk
menunjukkan
pemahaman dari
materi yang telah
dijelaskan di atas.

xli
Tugas ini dikerjakan
secara berkelompok
oleh peserta mata
kuliah dimana dalam
1 (satu) kelompok
ditentukan terdiri
atas 5 orang. Tugas
yang dikerjakan
tersebut akan dibahas
pada pertemuan
dikelas ataupun via
daring.

23 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah e. Apa Saja yang 3%
mampu untuk mengemukakan Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ Dapat
mengemukakan prinsip pelaksanaan Pertemuan ( Lisan (BP): Dilaksanakan?
Pelaksanaan putusan. atau tertulis) Kuliah MP: f. Apa Saja yang
putusan dan - Kejelasan dalam 2x 4x 50’ Tatap Maya Dapat Disita
tindakan hukum menjabarkan hasil g. Perlawanan
yang berkaitan penelusuran studi Metode Belajar Mandiri: Terhadap Sita
dengan kasus, menjadi Kriteria penilaian: 3= Perkuliahan: 2x4x 60’ Eksekutorial
pelaksanaan permasalahan menjawab soal è Mahasiswa h. Penyanderaan
putusan tersebut hukum terkait dengan, tepat sesuai • Tatap membaca bahan i. Penjualan
serta mampu pelaksanaan substansi dan Muka; bacaan yang diberi
memberikan putusan pengadilan menyeluruh, Interactive dan dapat diunduh Pustaka:
solusi hukum atas dalam perkara Learning pada alur 1. PU-5 (Retno
hambatan perdata. pembelajaran Wulan Sutantio

xlii
pelaksanaan 2= menjawab soal SIKOLA Pertemuan & Iskandar O),
kasus putusan cukup tepat tapi tidak 25. Hal.174-192.
pengadilan menyeluruh, 2. PU-7 (Sudikno
1= menjawab soal Mertokusumo),
Penugasan Terstruktur
tetapi kurang tepat. Hal.219-224.
(PT):
3. PP-6 (M Yahya
Pada tugas ini, peserta
Harahap, 2008),
mata kuliah diminta
BAB 8.
untuk mencari 1
contoh pelaksanaan
putusan sita
eksekutorial. Setelah
mendapatkan putusan
yang dimaksud,
peserta mata kuliah
diminta untuk
membuat suatu analisa
mengenai mekanisme
pelaksanaan sita dan
bentuk perlawanan
yang dapat dilakukan
terhadap sita tersebut.
Dalam konteks ini,
peserta mata kuliah
diminta untuk
menunjukkan:
1. Ketepatan
dalam mengemukakan

xliii
prinsip pelaksanan
putusan.
2. Kejelasan dalam
menjabarkan hasil
penelusuran
pelaksanaan putusan
terkait sita
eksekutorial.
Tugas ini dikerjakan
secara berkelompok
oleh peserta mata
kuliah dimana dalam 1
(satu) kelompok
ditentukan terdiri atas
4 orang. Tugas yang
dikerjakan tersebut
akan dibahas pada
pertemuan dikelas
ataupun via daring
24-25 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk P: Kuliah Upaya Hukum 3%
mampu menjelaskan Kuis, Review Perkuliahan 4x 4x 50’ Terhadap putusan
menginterpretasik tentang upaya Pertemuan ( Lisan (BP): MP: 1. Perlawanan
an “upaya hukum terhadap atau tertulis) Kuliah Tatap Maya (verzet)
hukum” dan putusan; 4x 4x 50’ 2. Banding
mampu - Kejelasan dan Belajar Mandiri: 3. Prorogari
menjelaskan kesesuaian dalam Metode 4x4x 60’ 4. Kasasi
tentang upaya menentukan Kriteria penilaian: Perkuliahan: è Mahasiswa
penggunaan bentuk membaca bahan

xliv
hukum terhadap upaya hukum/ 3= menjawab soal • Tatap bacaan yang diberi Lanjutan Upaya
putusan perlawanan dengan, tepat sesuai Muka dan dapat diunduh Hukum terhadap
terhadap putusan. substansi dan • Interact pada alur putusan
menyeluruh, ive pembelajaran 5. Peninjauan
2= menjawab soal learnin SIKOLA Pertemuan kembali
cukup tepat tapi tidak g 23 danpertemuan 6. Perlawanan
menyeluruh, 24. Pihak Ketiga
1= menjawab soal
tetapi kurang tepat. Pustaka:
Penugasan Terstruktur
1. PU-5 (Retno
(PT):
Wulan Sutantio
è Pada tugas I,
& Iskandar O),
peserta kuliah
Hal.142-173.
diminta untuk
2. PU-7 (Sudikno
mencari satu (1)
Mertokusumo),
putusan kasus
Hal.195-208.
berupa putusan
3. PP-2 (Bambang
perlawanan
Sugeng A.S &
(Verzet).
Sujayadi),
Kemudian
Hal.89.
peserta kuliah
4. PP-4 (Djamanat
menganalisis
Samosir),
masing-masing
Hal.302-324.
mengenai
putusan-
putusan kasus
yang telah
didapatkannya
tersebut. Tugas

xlv
ini dikerjakan
secara mandiri
oleh masing-
masing peserta
dan akan
dibahas pada
pertemuan
dikelas maupun
via daring
è Pada tugas II,
peserta kuliah
diminta untuk
menganalisis
putusan
peninjauan
kembali pada
kasus posisi
sebagaimana
telah diuraikan
pada
penjelasan di
atas. Tugas ini
dikerjakan
secara mandiri
oleh masing-
masing peserta
dan akan
dibahas pada

xlvi
pertemuan
dikelas maupun
via daring

26 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk BP: Kuliah Surat Kuasa 3%
mampu untuk mengemukakan Kuis, Review Perkuliahan 2x 4x 50’ 1. Pengertian Surat
mengemukakan pengertian, sifat Pertemuan ( Lisan (BP): Kuasa secara
tentang dan karakterisktik atau tertulis) Kuliah MP: Umum
pengertian surat surat kuasa, 2x 4x 50’ Tatap Maya 2. Sifat Perjanjian
kuasa , sifat dan - Ketepatan dan Kuasa:
karakteristik surat kesesuaian dalam Metode Belajar Mandiri: a. Penerima
kuasa, jenis-jenis membedakan jenis- Kriteria penilaian: Perkuliahan: 2x4x 60’ Kuasa
surat kuasa, jenis surat kuasa, 3= menjawab soal è Mahasiswa sebagai
syarat-syarat - Ketepatan dan dengan, tepat sesuai • Tatap membaca bahan Wakil
pemberian kuasa, kesesuaian dalam substansi dan Muka bacaan yang diberi Pemberi
hak dan mengemukakan menyeluruh, Interactive dan dapat diunduh Kuasa
kewajiban syarat-syarat 2= menjawab soal Learning pada alur b. Pemberian
pemberi, pemberian kuasa, cukup tepat tapi tidak pembelajaran Kuasa
penerima kuasa - Ketepatan dan menyeluruh, SIKOLA Pertemuan Bersifat
serta berakhirnya kesesuaian dalam 1= menjawab soal ke 22. Konsensual
kuasa mengemukakan hak tetapi kurang tepat. c. Berkarakter
dan kewajiban Penugasan Terstruktur Garansi-
pihak dalam surat (PT) Kontrak
kuasa. 2x4x 60’ 3. Berakhirnya
- Ketepatan dan Kuasa
kesesuaian dalam Mahasiswa diminta a. Pemberi
mengemukakan untuk membuat Kuasa
bentuk kuasa rekonstruksi menarik

xlvii
menurut hukum pemberian kuasa secara
(undang-undang), berdasarkan salah satu sepihak
kuasa-kuasa di jenis jenis surat kuasa b. Salah satu
depan sidang yang telah dibahas, pihak
pengadilan. kemudian membuat meninggal
- Ketepatan dalam surat kuasa. c. Penerima
mengemukakan Kuasa
dasar hukum dan melepas
argumentasi kuasa
tentang 4. Kesepakatan
berakhirnya Kuasa Mutlak
pemberian kuasa. 5. Jenis-jenis
Kuasa:
a. Kuasa Umum
b. Kuasa
Khusus
c. Kuasa
Istimewa
d. Kuasa
Perantara
6. Kuasa Menurut
Hukum
(Pemberian
Kuasa tanpa
surat kuasa)
a. Orang tua
terhadap
anak yang

xlviii
belum
dewasa
b. Wali
terhadap
anak di
bawah
perwalian
c. Kurator atas
kurandus
d. BHP sebagai
Kurator
Kepailitan
e. Direksi atau
Pengurus
Badan
Hukum
f. Direksi
Perusahaan
Perseroan
g. Pimpinan
Perwakilan
Perusahaan
Asing
h. Pimpinan
Cabang
Perusahaan
Domestik

xlix
7. Bentuk Kuasa di
Depan
Pengadilan
a. Kuasa secara
lisan
b. Kuasa yang
ditunjuk
dalam surat
gugatan
c. Surat Kuasa
Khusus:
1). Syarat
dan
Formulasi
Surat kuasa
Khusus
2). Bentuk
Formil Surat
kuasa Khusus

Pustaka:
1. PU-4 (M Yahya
Harahap), Hal. 1-
28.
2. PU-3 (Abdulkadir
Muhammad),
Hal. 78-88.

l
3. PU-5 (Retno
Wulan Sutantio
& Iskandar O),
Hal.210-224.
4. PU-6 (Riduan
SYahrani), Hal.
207-213.
5. HIR dan Rbg.
27 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk Bentuk Perkuliahan Praktik Pembuatan 3%
mampu kejelasan gugatan Kuis, Review Perkuliahan (BP): Gugatan dan
mempraktikkan yang dibuat dan Pertemuan ( Lisan (BP): Praktek Peradilan Pemeriksaan
Pembuatan memenuhi anatomi atau tertulis) Praktek 2x 170’ (menit) Perkara dengan
Gugatan dan gugatan, unsur- Peradilan Barang Sitaan dan
Pemeriksaan unsur gugata dan 2x 170’ juga Gugatan
Perkara dengan substansi yang jelas (menit) Konvensi dan
Barang Sitaan dan terkait isi gugatan. Kriteria penilaian: Rekonvensi di
juga Gugatan - Ketepatan dalam 3= menjawab soal Laboratorium Moot
Konvensi dan mensimulasikan dengan, tepat sesuai Court
Rekonvensi di pemeriksaan substansi dan
Laboratorium perkara. menyeluruh, Pustaka:
Moot Court - Ketepatan dalam 2= menjawab soal 1. PU-3 (Abdulkadir
penyusunan dan cukup tepat tapi tidak Muhammad),
simulasi pemasukan menyeluruh, Hal.37-40,
gugatan konvensi 1= menjawab soal Hal.60-62,
dan rekonvesi tetapi kurang tepat. Hal.112-106.
2. PU-4 (M Yahya
Harahap),
Hal.29-30,

li
Hal.48-53,
Hal.146-160,
Hal.185-189,
Hal.337-441,
Hal.537-565,
3. PU-5 (Retno
Wulan Sutantio
& Iskandar O),
Hal.10, Hal.15-
17, Hal.50-57,
Hal.97-108,
Hal.227.
4. PU-7 (Sudikno
Mertokusumo),
Hal.38-52,
Hal.59-62,
Hal.67-76,
Hal.77-82,
Hal.98-102.
5. PP-2 (Bambang
Sugeng A.S &
Sujayadi),
Hal.23-30,
Hal.57-61,
Hal.77-82.
6. PP-4 (Djamanat
Samosir), Hal.41-
118, Hal.126-

lii
142, Hal.155-
156.
28 Mahasiswa - Ketepatan dalam Bentuk Tes: Bentuk Bentuk Perkuliahan Praktik Jawaban, 3%
mampu menyusun dan Kuis, Review Perkuliahan (BP): Eksepsi, Bantahan,
mempraktikkan membuat jawaban Pertemuan (Lisan atau (BP): Praktek Peradilan Replik, Duplik di
Jawaban, Eksepsi, Eksepsi, Replik, tertulis) Praktek 2x 170’ (menit) Laboratorium Moot
Bantahan, Replik, Duplik atas Peradilan Court
Duplik di gugatan. 2x170’ menit
Laboratorium - Ketepatan dan Kriteria penilaian: Pustaka:
Moot Court kejelasan dalam 3= menjawab soal 1. PU-1 (Bahan Ajar
mensimulasikan dengan, tepat sesuai Hukum Acara
tahap peradilan substansi dan Perdata), Hal.
tersebut. menyeluruh, 11, Hal.29.
2= menjawab soal 2. PU-3 (Abdulkadir
cukup tepat tapi tidak Muhammad),
menyeluruh, Hal. 37, Hal. 85,
1= menjawab soal Hal.108-112.
tetapi kurang tepat. 3. PU-4 (M Yahya
Harahap),
Hal.481-536.
4. PU-5 (Retno
Wulan Sutantio
& Iskandar O),
Hal.229-230.
5. PU-7 (Sudikno
Mertokusumo),
, Hal.95-97,
Hal.102-104.

liii
6. PP-5 (Efa Laela
Fakhriah), Hal.
159.
7. PP-7 (R.Soeroso),
Hal.41.
8. PP-9
(R.Soepomo),
Hal 37, Hal. 48.
29 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk Bentuk Perkuliahan Praktik Pembuktian 3%
mampu kejelasan dalam Kuis, Review Perkuliahan (BP): Bagian I dan II di
mempraktikkan mensimulasikan Pertemuan ( Lisan (BP): Laboratorium Moot
tahapan beracara tahapan beracara atau tertulis) Praktek Peradilan Court
pada tahap “pembuktian” Praktek 2x 170’ (menit)
Pembuktian bagian I dan II. Peradilan Pustaka:
Bagian I dan II di Kriteria penilaian: 2 x 170’ 1. PU-2 (Achmad
Laboratorium 3= menjawab soal (menit) Ali, Wiwie
Moot Court dengan, tepat sesuai Heryani), Hal.15-
substansi dan 60, Hal.90-92,
menyeluruh, Hal.99-116.
2= menjawab soal 2. PU-3 (Abdulkadir
cukup tepat tapi tidak Muhammad),
menyeluruh, 2012, Hal. 125-
1= menjawab soal 158.
tetapi kurang tepat. 3. PU-4 (M Yahya
Harahap),
Hal.566-627,
Hal.633-700.

liv
4. PU-5 (Retno
Wulan Sutantio
& Iskandar O),
Hal.63-69.
5. PU-7 (Sudikno
Mertokusumo),
Hal. 105-134.
6. PP-2 (Bambang
Sugeng A.S &
Sujayadi), Hal.
65-76.
7. PP-3 (Darwan
Prinst), Hal. 176-
197.
8. PP-8 (R.Soeroso,
2014), Hal. 95-
133.
30 Mahasiswa Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk Bentuk Perkuliahan Praktik Pembuktian 3%
mampu kejelasan dalam Kuis, Review Perkuliahan (BP): Bagian III dan IV di
mempraktikkan mensimulasikan Pertemuan ( Lisan (BP): Praktek Peradilan Laboratorium Moot
tahapan beracara tahapan beracara atau tertulis) 2 x 170’ (menit) Court
pada tahap “pembuktian” bagian Praktek
Pembuktian III & IV. Kriteria penilaian: Peradilan Pustaka:
Bagian III dan IV di 3= menjawab soal 2 x 170’ 1. PU-2
Laboratorium dengan, tepat sesuai (menit) (Achmad Ali,
Moot Court substansi dan Wiwie
menyeluruh, Heryani),

lv
2= menjawab soal Hal.92-98,
cukup tepat tapi tidak Hal. 117-122,
menyeluruh, 2. PU-3
1= menjawab soal (Abdulkadir
tetapi kurang tepat. Muhammad)
, Hal. 137-
143, Hal.
156-159.
3. PU-4 (M
Yahya
Harahap),
Hal.633-887.
4. PU-5 (Retno
Wulan
Sutantio &
Iskandar O),
Hal.70-94.
5. PU-6 (Riduan
Syahrani),
Hal.120-124.
6. PU-7
(Sudikno
Mertokusum
o), Hal.135-
164.

lvi
31 Mahasiswa - Ketepatan dan Bentuk Tes: Bentuk Bentuk Perkuliahan Praktik Putusan di 3%
mampu kejelasan dalam Kuis, Review Perkuliahan (BP): Laboratorium
mempraktikkan menyusun/ Pertemuan ( Lisan (BP): Praktek Peradilan Hukum
tahapan beracara membuat putusan atau tertulis) Praktek 2 x 170’ (menit)
pada tahap sesuai anatomi Peradilan Pustaka:
Praktik Putusan di putusan. 2 x 170’ 1. PU-3 (Abdulkadir
Laboratorium - Kejelasan dalam (menit) Muhammad),
Hukum mensimulasikan Kriteria penilaian: Hal.157-173,
beracara pada 3= menjawab soal Hal.160-180,
tahap putusan dengan, tepat sesuai Hal.214-234.
substansi dan 2. PU-4 (M Yahya
menyeluruh, Harahap),
2= menjawab soal Hal.888-998.
cukup tepat tapi tidak 3. PU-5 (Retno
menyeluruh, Wulan Sutantio
1= menjawab soal & Iskandar O),
tetapi kurang tepat. Hal. 109-141,
Hal.174-192.
4. PU-6 (Riduan
SYahrani), Hal.
125-178.
5. PU-7 (Sudikno
Mertokusumo),
Hal.174-183,
Hal.184-194, Hal.
165-224.
6. PU-8 (Subekti),
Hal.124-129.

lvii
7. PP-2 (Bambang
Sugeng A.S &
Sujayadi),
Hal.83-88.
8. PP-4 (Djamanat
Samosir),
Hal.269-301.
9. PP-6 (M Yahya
Harahap, 2008),
BAB 8, BAB 14.

32 Ujian Akhir Semester 20%

lviii
MODUL I
PENGERTIAN DAN SUMBER-SUMBER HUKUM ACARA PERDATA

Modul ini akan mengantar peserta kuliah memperoleh pengetahuan


tentang pengertian hukum perdata materiil, hukum perdata formal, hukum formal
perdata, dan hukum acara perdata, serta sumber-sumber hukum acara perdata.
Peserta mata kuliah diharapkan membaca tahap demi tahap materi yang
disajikan dalam modul ini karena untuk pertemuan selanjutnya memiliki
keterkaitan. Pada modul ini, peserta kuliah akan menyelesaikan dua kegiatan
belajar, yaitu kegiatan belajar untuk mendalami teori dan kemampuan untuk
mengemukakan serta menjelaskan pengertian, ruang lingkup, dan sumber-
sumber hukum acara perdata. Untuk mendapatkan capaian pembelajaran yang
optimal, peserta kuliah diharapkan mengikuti tahapan berikut:
1. Bacalah bagian uraian dari setiap Kegiatan Belajar. Tahapan ini diperlukan
agar peserta kuliah mendapat informasi dari setiap tahapan.
2. Setelah itu, peserta kuliah membaca kembali bagian uraian sambil
mempraktekkan sendiri setiap langkah-langkahnya.
3. Kerjakanlah latihan sesuai instruksi yang telah disediakan.
4. Bacalah rangkuman yang disediakan untuk memberikan ringkasan tentang
aspek-aspek esensial dari setiap Kegiatan Belajar. Namun Anda juga diminta
untuk membuat rangkuman yang menurut Anda merupakan inti dari kegiatan
belajar tersebut.
5. Kerjakan Tes Formatif yang disediakan untuk mengecek seberapa jauh Anda
mencapai tujuan pembelajaran setiap kegiatan belajar tanpa melihat rambu-
rambu jawaban yang disediakan.
6. Bila Anda merasa telah menjawab Tes Formatif dengan baik, bandingkanlah
jawaban Anda tersebut dengan rambu-rambu jawaban yang disediakan. Bila
nilai Anda ternyata telah mencapai tingkat penguasaan sama atau lebih besar
dari 80% setelah dihitung, Anda dipersilakan meneruskan ke kegiatan belajar
berikutnya.

1
KEGIATAN BELAJAR
PENGERTIAN DAN SUMBER-SUMBER HUKUM ACARA PERDATA

A. Deskripsi Singkat
Pada kegiatan belajar ini, peserta mata kuliah akan mempelajari
pengertian hukum perdata materiil, hukum perdata formal, hukum formal perdata,
dan hukum acara perdata, serta sumber-sumber hukum acara perdata.
B. Relevansi
Materi dalam kegiatan belajar ini ini berkaitan dengan berbagai pendapat
tentang pengertian hukum perdata materiil atau hukum materiil perdata, hukum
perdata formal atau hukum formal perdata, dan hukum acara perdata, serta
sumber-sumber hukum acara perdata di dalam perkembangan ilmu hukum.
Pemahaman pengertian hukum perdata materiil, hukum perdata formal, hukum
formal perdata, dan hukum acara perdata, ini menjadi penting untuk dapat
memberikan pemahaman tentang hukum acara perdata. Pemahaman tentang
hukum acara perdata tidak cukup tanpa memahami berbagai sumber hukum,
khususnya sumber hukum acara perdata.
Oleh karena itu, di dalam praktik peradilan perdata, harus senantiasa
memperhatikan sumber-sumber hukum acara perdata, sebagai dasar di dalam
menyelesaikan perkara perdata melalui lembaga peradilan, juga untuk
menghindari berbagai kemungkinan atau konsekuensi yang menyebabkan suatu
putusan hakim yang seharusnya menyelesaiakan masalah, tetapi sebaliknya
justeru menimbulkan ekor perkara baru.
C. Capaian Pembelajaran
1. Uraian
Hal yang paling utama harus dipahami dalam mempelajari ilmu hukum
adalah hukum sebagai suatu sistem, karena dari fokus inilah munculnya
berbagai masalah, berbagai bidang hukum. Hukum sebagai suatu sistem
berarti hukum itu harus dilihat, harus diterima, dan harus diterapkan sebagai
suatu keseluruhan yang terdiri dari bagian-bagian yang saling kait mengait
satu sama lain. Menurut Sudikno Mertokusumo (Achmad Ali, 2012: 1),

2
bahwa sistem adalah satu kesatuan, suatu kebulatan di mana setiap problem
baru mendapatkan jawabannya atau penyelesaiannya.
Sehubungan dengan hukum sebagai suatu sistem maka sistem
hukum itu sendiri memiliki unsur-unsurnya yang secara garis besarnya
terbagi atas (Achmad Ali, 2012: 2):
1. Lembaga legislatif,
2. Lembaga peradilan
3. Kebiasaan.
Jadi, lembaga peradilan adalah salah satu unsur dari sistem hukum.
Peradilan merupakan salah satu pelaksanaan hukum dalam hal ada tuntutan
hak yang konkrit melalui pengadilan. Tuntutan hak yang konkret itu
sehubungan dengan asas Hakim pasif yang didasarkan pada asas Wo kein
Klager ist, ist kein Richter” (di mana tidak ada tuntutan atau penutut, maka
tidak ada Hakim) (Achmad Ali, 2012: 2).
Setiap masalah hukum tidak bisa kita lepaskan dari sistem hukum itu
secara keseluruhan, sehingga setiap juris atau sarjana hukum harus
senantiasa mengingat hukum sebagai suatu sistem. Hal ini dapat dilihat
misalnya seorang petugas hukum tidak boleh membuat statement ataupun
aturan dalam bentuk ataupun isi yang bertentangan dengan konstitusi,
sekalipun statementnya atau aturannya itu tidak berada dalam bidang hukum
publik. Di dalam bidang hukum peradilan, tidak mungkin Putusan Pengadilan
Negeri dapat membatalkan Putusan Mahkamah Agung.
Setiap sistem hukum selalu mengenal pembagian, hanya pembagian
itu selalu dilihat dari berbagai sudut pandang pembagian yang konvensional
yang paling banyak diterima orang sementara ini adalah:
a. Hukum publik,
b. Hukum privat.
Sehubungan dengan tempat hukum acara perdata itu sendiri pada
umumnya para ahli hukum memasukkan di bidang hukum privat. Meskipun
di dalam kenyataannya, memang ada beberapa ahli hukum, substansi atau
isinya yang memasukkan hukum acara perdata sebagai bagian hukum
publik, dengan alasan bahwa ditinjau dari segi lembaga pengelolaannya,

3
serta aparat termasuk hakim, maka hukum acara perdata termasuk hukum
administrasi negara dalam hal ini hukum publik.
Menurut Achmad Ali (2012: 3) hukum acara perdata sebagai bagian
dari hukum privat tidaklah secara konsekuen. Hanya saja jika pembagian
hukum atas publik dan privat masih mau dipertahankan, maka letaknya
hukum acara perdata dimaksudkan untuk mempertahankan hukum perdata
atau privat material. Akan tetapi, seandainya kita kita mau keluar dari
pembagian hukum publik dan privat, maka lebih cenderung menempatkan
hukum acara perdata dalam bidang hukum peradilan. Untuk membuat suatu
bidang hukum baru yang disebut hukum peradilan yang mencakup hukum
acara perdata hukum acara pidana dan hukum acara lainnya. Sebab
menurut pandangan beliau pembagian atas publik dan privat dewasa ini sulit
untuk dipertahankan mengingat batasan antara kepentingan umum dan
kepentingan perorangan sudah sulit dipisahkan secara tegas. Apalagi
dengan munculnya bidang-bidang hukum baru seperti hukum lingkungan
hidup, hukum angkasa, dan sebagainya.
Oleh karena itu, berikut ini akan dijelaskan berbagai pengertian hukum
yang terkait dengan hukum materiil dan hukum formal dalam lapangan
hukum perdata.
a. Pengertian Hukum Perdata Materiil atau Hukum Materiil Perdata
Hukum materiil merupakan pedoman bagi warga masyarakat
tentang bagaimana orang selayaknya atau seharusnya berbuat atau tidak
berbuat di dalam masyarakat, yang tertuang baik di dalam hukum yang
tertulis atau peraturan perundang-undangan maupun dalam hukum yang
tidak tertulis. Jadi, hukum materiil merupakan pedoman atau kaidah
yang pada hakikatnya bertujuan untuk melindungi kepentingan setiap
orang.
Hukum bukanlah semata-mata sekadar sebagai pedoman untuk
dibaca, dilihat, atau diketahui saja, melainkan untuk dilaksanakan atau
ditaati. Pertanyaannya adalah siapakah yang melaksanakan hukum?
Pada dasar semua orang atau setiap orang melaksanakan hukum. Jadi,
pelaksanaan hukum bukanlah dimonopoli oleh orang-orang tertentu saja,

4
seperti sarjana hukum, pejabat, atau penegak hukum saja, tetapi setiap
orang-orang di dalam pergaulannya atau di dalam interaksinya di dalam
masyarakat.
Masyarakat merupakan kumpulan manusia yang hidup bersama
untuk waktu yang relatif lama dan memiliki kesadaran, bahwa mereka
merupakan satu kesatuan yang terikat pada satu sistem kehidupan
bersama, di mana di dalamnya terdapat berbagai kaidah yang bertujuan
untuk mengatur bagaimana warganya bertingkah laku. Di dalam
masyarakat manapun terdapat berbagai kepentingan di antara warganya.
Kepentingan tersebut ada yang saling bersesuaian satu sama lain, tetapi
ada juga yang saling bertentangan satu sama lain. Dalam hal dua atau
lebih kepentingan yang bertentangan bertemu maka terjadilah dan
kepentingan. Inilah yang yang dalam istilah hukum atau yuridis dinamakan
sengketa
Kepentingan warga masyarakat paling tidak dapat kita bedakan ke
dalam (Achmad Ali, 1997: 1-2):
a. Kepentingan yang bersifat publik, dimana kepentingan seluruh atau
sebagian besar warga masyarakat sebagai satu kesatuan terlibat di
dalamnya.
b. Kepentingan yang bersifat privat, dimana yang menonjol hanyalah
kepentingan perorangan.
Jadi, hukum perdata materiil adalah hukum yang yang mengatur
bagaimana seharusnya orang berbuat atau tidak berbuat dalam lapangan
keperdataan. Dengan perkataan lain, hukum yang mengatur kepentingan
perorangan terkait hak dan kewajibannya sebagai subjek hukum. Jadi,
hukum perdata materiil merupakan pedoman atau kaidah yang pada
hakikatnya bertujuan untuk melindungi kepentingan setiap orang sebagai
subjek hukum.
Pelaksanaan hukum materiil, khususnya hukum perdata materiil,
dapat berlangsung secara diam-diam di antara para pihak yang
bersangkutan tanpa melalui pejabat atau institusi penegakan hukum. Akan
tetapi, sering terjadi hukum perdata materiil ini dilanggar, sehingga ada

5
pihak yang dirugikan dan terjadilah gangguan keseimbangan kepentingan
di dalam masyarakat. Dalam hal ini, hukum materiil perdata yang telah
dilanggar itu yang harus dipertahankan atau ditegakkan.
b. Pengertian Hukum Perdata Formal atau Hukum Formal Perdata
Di dalam berbagai literatur tentang hukum acara perdata, tidak
ditemukan pengertian tentang hukum perdata formal atau hukum formal
perdata. Pada umumnya hukum perdata formal atau hukum formal
perdata itu diidentikkan dengan hukum acara perdata. Di dalam
kenyataannya hukum formal perdata atau hukum perdata formal itu
berbeda dengan hukum acara perdata. Oleh karena, hukum perdata
formal atau hukum formal perdata adalah ketentuan hukum yang
mengatur bagaimana cara menegakkan atau mempertahankan
pelaksanaan hukum perdata materiil, baik melalui jalur pengadilan atau
litigasi, maupun melalui jalur non litigasi atau diluar pengadilan, seperti
mediasi, konsiliasi, arbitrase. Sedangkan hukum acara perdata adalah
ketentuan hukum yang mengatur bagaimana cara menegakkan hukum
perdata materiil melalui jalur litigasi atau pengadilan, sebagaimana akan
dijelaskan pada bagian uraian selanjutnya.
Jadi, menurut penulis bahwa hukum perdata formal atau hukum
formal perdata adalah ketentuan-ketentuan hukum yang mengatur
bagaimana cara mempertahankan hak atau kewajiban keperdataan baik
melalui jalur pengadilan, maupun di luar pengadilan. Dalam hal ini, hukum
acara perdata termasuk dalam bagian hukum perdata formal, tetapi tidak
semua ketentuan hukum perdata formal merupakan bagian dari hukum
acara perdata. Jadi, dalam hal ini ini kita dapat membedakan antara
hukum perdata formal dengan hukum acara perdata, di mana hukum
perdata formal merupakan ketentuan tentang peneyelesaian perkara
perdata yang bersifat makro, sedangkan hukum acara perdata adalah
ketentuan tentang penyelesaian perkara perdata yang bersifat mikro.
c. Pengertian Hukum Acara Perdata
Salah satu pembagian hukum secara ortodoks adalah pembedaan
antara dua bidang hukum (Achmad Ali, 2012: 6):

6
1. Substantive law,
2. Procedural law.
Pembagian seperti ini ditemukan di dalam sistem hukum Anglo
saxon atau common law di Amerika Inggris dan negara-negara
Commonwealth-nya. Hukum acara perdata menurut pembagian di atas,
termasuk dalam bidang prosedural law atau hukum proses. Adapun
hukum perdata materiil dan hukum dagang termasuk dalam bidang
substantiive law atau hukum materiil.
Menurut Wirjono Prodjodikoro (Achmad Ali, 2012: 6), acara perdata
adalah rangkaian peraturan-peraturan yang membuat cara bagaimana
orang harus bertindak terhadap dan dimuka pengadilan, dan cara
bagaimana pengadilan itu harus bertindak, satu sama lain untuk
melaksanakan berjalannya peraturan hukum perdata.
Selanjutnya menurut Sudikno Mertokusumo (1993: 2), hukum
acara perdata adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana
caranya menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan
Hakim. Dengan perkataan lain, hukum acara perdata adalah peraturan
hukum yang menentukan Bagaimana caranya menjamin pelaksanaan
hukum perdata materiil. Lebih konkrit lagi dapat dikatakan bahwa hukum
acara perdata mengatur tentang bagaimana caranya mengajukan
tuntutan hak memeriksa serta memutusnya dan pelaksanaan dari
putusannya. Tuntutan hak dalam hal ini tidak lain adalah tindakan yang
bertujuan untuk mencegah eigenrichting atau tindakan menghakimi
sendiri. Tindakan menghakimi sendiri merupakan tindakan untuk
melaksanakan hak menurut kehendaknya sendiri yang bersifat sewenang-
wenang tanpa persetujuan dari pihak lain yang berkepentingan, sehingga
akan menimbulkan kerugian. Oleh karena itu, tindakan menghakimi
sendiri ini tidak dibenarkan dalam hal kita hendak memperjuangkan atau
melaksanakan hak kita.
Hukum acara perdata juga disebut hukum perdata formil yaitu
kesemuanya kaidah hukum yang menentukan dan mengatur cara
bagaimana melaksanakan hak-hak dan kewajiban-kewajiban perdata

7
sebagaimana yang diatur dalam hukum perdata materiil (Retnowulan
Sutanto & Iskandar Oeripkartawinata, 1995: 1).
Selanjutnya menurut R. Soepomo (1974: 12) dalam bukunya
Hukum acara Perdata Pengadilan Negeri, meskipun tidak memberikan
batasan tetapi dengan menghubungkan tugas Hakim menjelaskan bahwa
dalam peradilan perdata tugas Hakim ialah mempertahankan tata hukum
perdata atau bergelijke rechts orde, menetapkan apa yang ditentukan oleh
hukum dalam suatu perkara.
Hukum perdata materiil yang ingin ditegakkan atau dipertahankan
dengan hukum acara perdata tersebut, meliputi peraturan hukum yang
tertulis dalam bentuk peraturan perundang-undangan, dan hukum yang
tidak tertulis yang hidup di dalam masyarakat. Hukum perdata ini harus
ditaati oleh setiap orang agar tercipta ketertiban dan ketentraman dalam
masyarakat.
Apabila dalam pergaulan hukum di tengah-tengah masyarakat ada
yang melakukan pelanggaran terhadap norma atau kaidah hukum perdata
materiil tersebut, misalnya penjual tidak menyerahkan barang yang
dijualnya, maka hal itu jelas menimbulkan kerugian terhadap pihak lain.
Untuk memulihkan hak perdata pihak lain yang telah dirugikan ini maka
hukum perdata materiil yang telah dilanggar itu harus dipertahankan atau
ditegakkan yaitu dengan cara mempergunakan hukum acara perdata. Jadi
pihak lain yang berdatangan yang dirugikan karena pelanggaran terhadap
hukum perdata tersebut, tidak boleh memulihkan hak perdata yaitu
dengan cara main hakim sendiri tetapi harus berdasar pada ketentuan
yang termuat dalam hukum acara perdata.
Pelanggaran terhadap hukum perdata materiil itu akan
menimbulkan perkara perdata yakni perkara dalam ruang lingkup hukum
perdata. Bagaimana caranya menyelesaikan perkara perdata ini di dalam
negara yang berdasarkan hukum tidak boleh dengan cara main hakim
sendiri tetapi harus dengan cara yang diatur dalam hukum acara perdata.
Oleh karena itu, juga dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan
hukum acara perdata adalah peraturan hukum yang menentukan

8
Bagaimana caranya menyelesaikan perkara perdata melalui badan
peradilan.
Seluk beluk bagaimana caranya menyelesaikan perkara perdata
melalui badan peradilan semuanya diatur dalam hukum acara perdata.
Dengan adanya hukum acara perdata, masyarakat merasa ada kepastian
hukum bahwa setiap orang dapat mempertahankan hak keperdataannya
dengan sebaik-baiknya, dan setiap orang yang melakukan pelanggaran
terhadap hukum perdata materiil yang mengakibatkan kerugian terhadap
orang lain, dapat dituntut melalui pengadilan. Dengan hukum acara
perdata diharapkan tercipta ketertiban dan kepastian hukum perdata di
dalam masyarakat.
Menurut Subekti (1977: 8), tujuan suatu proses di muka pengadilan
adalah untuk mendapatkan penentuan bagaimanakah hukumnya dalam
suatu kasus, yaitu bagaimanakah hubungan hukum antara dua pihak yang
berperkara itu seharusnya, dan agar segala apa yang ditetapkan itu
direalisir, jika perlu dengan paksaan. Dengan demikian, maka hak-hak dan
kewajiban-kewajiban yang diberikan oleh hukum materiil baik yang berupa
hukum tertulis maupun yang tidak tertulis dapat diwujudkan lewat
pengadilan.
Mencapai apa yang menjadi tujuan dari hukum acara perdata
sebagaimana disebutkan di atas, maka pada umumnya peraturan-
peraturan hukum acara perdata itu bersifat memaksa, karena dianggap
menyelenggarakan kepentingan umum sehingga ketentuan hukum acara
perdata yang bersifat memaksa ini, tidak dapat dikesampingkan oleh
pihak-pihak yang berkepentingan dan pihak-pihak yang berkepentingan
mau atau tidak mau harus tunduk dan menaatinya. Meskipun demikian,
ada juga bagian dari ketentuan hukum acara perdata yang bersifat
pelengkap karena dianggap mengatur penyelenggaraan kepentingan
khusus dari yang bersangkutan, sehingga ketentuan hukum acara perdata
yang bersifat pelengkap ini dapat dikesampingkan atau disimpangi oleh
pihak-pihak yang berkepentingan. Misalnya mengenai alat-alat yang
dipakai dalam pembuktian suatu perkara pihak-pihak yang

9
berkepentingan dapat mengadakan perjanjian yang menetapkan bagi
mereka hanya dapat mempergunakan satu macam alat bukti, misalnya
tulisan sedangkan pembuktian dengan alat bukti lain tidak diperkenankan.
Menurut Subekti (Riduan Syahrani, 2004: 4), perjanjian yang
mengatur tentang pembuktian yang berlaku bagi orang-orang yang
mengadakan perjanjian tersebut dinamakan perjanjian pembuktian yang
menurut Hakim memang dibolehkan dalam batas-batas tertentu.
Perkataan “acara” disini berarti proses penyelesaian perkara lewat
hakim atau pengadilan. Proses penyelesaian perkara lewat hakim itu
bertujuan untuk memulihkan hak seseorangyang telah dirugikan atau
terganggu, mengembalikan suasana seperti dalam keadaan semula,
bahwa setiap orang harus mematuhi peraturan hukum perdata supaya
peraturan hukum perdata berjalan sebagaimana mestinya. Secara
teologis dapat dirumuskan bahwa hukum acara perdata adalah peraturan
hukum yang berfungsi untuk mempertahankan berlakunya hukum perdata
atau karena tujuannya memintakan keadilan lewat hakim. Hukum acara
perdata dirumuskan sebagai peraturan hukum yang mengatur proses
penyelesaian perkara perdata lewat hakim atau pengadilan sejak
diajukannya gugatan sampai dengan pelaksanaan putusan hakim
(Abdulkadir Muhammad, 1990: 16-17).
Berdasarkan berbagai pendapat di atas, maka dapat disimpulkan
bahwa hukum acara perdata adalah serangkaian aturan aturan hukum
bagi warga masyarakat yang ingin mempertahankan keperdataannya
dengan perantaraan Hakim di muka persidangan pengadilan, dalam
rangka melaksanakan aturan aturan hukum perdata materiil.
d. Sumber-sumber Hukum Acara Perdata
Sumber hukum acara perdata di Indonesia adalah sumber hukum
pada umumnya. Di Indonesia sumber-sumber hukum digolongkan dalam
dua jenis yaitu:
1. Sumber hukum dalam arti formal, yaitu:
a. Undang-undang,
b. Kebiasaan,

10
c. Traktat atau perjanjian internasional
d. Yurisprudensi
e. Doktrin
f. Hukum agama.
2. Sumber hukum dalam arti material, yaitu keyakinan hukum yang hidup
didalam masyarakat.
Selanjutnya akan dibahas sumber-sumber hukum acara perdata di
Indonesia secara sistematis seperti di atas.
1) Peraturan Perundang-undangan
Undang-undang yang merupakan sumber hukum acara
perdata di Indonesia adalah:
1. Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951 Tentang Tindakan-
tindakan sementara untuk menyelenggarakan kesatuan susunan
kekuasaan dan acara pengadilan pengadilan sipil.
2. Undang-Undang Darurat Nomor 11 Tahun 1955 Tentang
Perubahan Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun 1951
Tentang Tindakan-tindakan sementara untuk menyelenggarakan
kesatuan susunan kekuasaan dan pengadilan pengadilan sipil.
Yang dimaksud oleh Undang-Undang Darurat Nomor 1 Tahun
1951 tersebut tidak lain adalah HIR dan RBg.
3. HIR (Het herziene Indonesisch Reglement)atau Reglement
Indonesia yang diperbaharui yang berlaku untuk daerah Jawa dan
Madura, S. 1848 No. 16 dan S. 1941 No. 44 .
4. RBg (Rechtreglement Buitegewesten) atau reglement Daerah
Seberang, yang berlaku di luar Jawa dan Madura, S. 1927 No.
227.
5. Rv (Reglement op de Burgerlijke rechts vordering) Atau hukum
acara perdata untuk golongan Eropa, S. 1847 No. 52, S. 1849 No.
63. Ketentuan ini sudah tidak berlaku. Menurut Sudikno
Mertokusumo (1993: 7), di dalam praktik tetap merupakan sumber
hukum acara perdata. Timbullah pertanyaan, hukum acara
perdata yang manakah yang diberlakukan, Apabila seseorang

11
yang tunduk pada BW mengajukan gugat cerai? Di dalam praktek
ketentuan hukum acara dari Rv yang diterapkan, yang sudah
banyak tertuang di dalam yurisprudensi.
6. BW (Burgelijke Wetboek) atau Kitab Undang-Undang Hukum
Perdata, khusus buku IV tentang Pembuktian Dan Daluwarsa
7. Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan
Kehakiman.
8. Undang-Undang Nomor 29 Tahun 2009 Kentang Perubahan
Kedua Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986 Tentang Peradilan
Umum.
9. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama.
10. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2012 tentang Sistem Peradilan
Pidana Anak.
11. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1997 Tentang Peradilan Militer.
12. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1986 Tentang Peradilan Tata
Usaha Negara
13. Undang-Undang Nomor 46 Tahun 2009 2009 Tentang Pengadilan
Tindak Pidana Korupsi
14. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2002 Tentang Pengadilan
Pajak
15. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 Tentang Pengadilan Hak
Asasi Manusia.
16. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009. Tentang Perubahan
Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 Tentang
Mahkamah Agung.
17. Undang-undang No. 16 Tahun 2019 Tentang Perubahan atas
Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan.
18. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas
Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 Tentang Mahkamah
Konstitusi

12
19. Undang-Undang No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.
20. Kompilasi Hukum Islam. Kompilasi Hukum Islam terdiri atas tiga
buku, masing-masing Buku I: Tentang perkawinan terdiri atas 19
bab meliputi 170 pasal, Buku II: Tentang kewarisan, dan Buku III:
Tentang perwakafan, yang pengaturannya paling sedikit
dibandingkan dengan perkawinan dan kewarisan.
21. Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001 Tentang Mahkamah
Syari’ah.
22. Kepres Nomor 11 Tahun 2003 tentang Pembentukan Mahkamah
Syari’ah di Nangroe Aceh Darussalam dan Qanun Provinsi
Nanggroe Aceh Darussalam Nomor 10 Tahun 2002.
23. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 1999
Tentang Pembentukan Pengadilan Niaga Pada Pengadilan
Negeri Ujung Pandang, Pengadilan Negeri Medan, Pengadilan
Negeri Surabaya, Dan Pengadilan Negeri Semarang.
24. Peraturan Mahkamah Agung.
Peraturan Mahkamah Agung juga merupakan sumber hukum
acara perdata. Dasar hukum bagi Mahkamah Agung untuk
mengeluarkan Peraturan Mahkamah Agung ini termuat di dalam
Pasal 79 Undang-Undang Mahkamah Agung, yang menyatakan:
“Mahkamah Agung dapat mengatur lebih lanjut hal-hal yang
diperlukan bagi kelancaran penyelenggaraan peradilan apabila
terdapat hal-hal yang belum cukup diatur dalam undang-
undang ini”.

Dalam penjelasannya menyatakan:


“Apabila dalam jalannya peradilan terdapat kekurangan atau
kekosongan hukum dalam suatu hal Mahkamah Agung
berwenang membuat peraturan sebagai pelengkap untuk
mengisi kekurangan atau kekosongan tadi. Dengan undang-
undang ini Mahkamah Agung berwenang menentukan
pengaturan tentang cara penyelesaian suatu soal yang belum
atau tidak diatur dalam undang-undang ini. Dalam hal ini
peraturan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung dibedakan
dengan peraturan yang disusun oleh pembentuk undang-
undang. Penyelenggaraan peradilan yang dimaksudkan

13
undang-undang ini hanya merupakan bagian dari hukum acara
secara keseluruhan. Dengan demikian, Mahkamah Agung tidak
mencampuri dan melampaui pengaturan tentang hak dan
kewajiban warga negara pada umumnya dan tidak pula
mengatur sifat, alat pembuktian, serta penilaian, ataupun
pembagian beban pembuktian”.

2) Kebiasaan
Tentang adat kebiasaan, ada pakar hukum yang
memandangnya sebagai salah satu sumber hukum acara perdata di
Indonesia. Yang dimaksud adalah adat kebiasaan hakim yang tidak
tertulis dalam melakukan pemeriksaan. Tetapi pakar hukum yaitu
Sudikno Mertokusumo (1993: 8), tidak sependapat, jika adat
kebiasaan dijadikan salah satu sumber hukum acara perdata di
Indonesia, dengan alasan adat kebiasaan hakim yang tidak tertulis
dalam melakukan pemeriksaan, tidak akan menjamin kepastian
hukum.
Di dalam hukum pembuktian, terutama di dalam penerapan alat
bukti sumpah dalam suatu perkara perdata, terkait tata cara dalam
melaksanakan sumpah, biasanya hakim menyerahkan kepada
keinginan pihak yang akan mengangkat sumpah. Pihak yang dibebani
untuk bersumpah biasa menggunakan tata cara menurut kebiasaan
atau kepercayaannya.
3) Yurisprudensi
Setelah undang-undang, maka yurisprudensi yang paling
banyak menjadi sumber hukum acara perdata di Indonesia. Perlu
menjadi catatan penting bahwa, istilah yurisprudensi di dalam
berbagai literature, terutama literatur asing, maka kita akan
menemukan pengertian yurisprudensi yang berbeda antara sistem
hukum yang satu dengan sistem hukum yang lain. Di dalam literatur-
literatur asing yang berasal dari Eropa Kontinental, istilah
yurisprudensi adalah putusan hakim, sedangkan dalam literatur-
literatur asing yang berasal dari negara-negara Anglo Saxon istilah
yurisprudensi adalah ilmu hukum.

14
Di dalam pembahasan tentang sumber hukum ini, istilah
yurisprudensi yang digunakan adalah putusan hakim. Istilah
yurisprudensi di Indonesia mempunyai beberapa pengertian:
1. Yurisprudensi dapat berarti putusan lembaga pengadilan, baik
lembaga peradilan dalam pengertian pengadilan maupun
peradilan non pengadilan (sui generis).
2. Yurisprudensi juga berarti putusan putusan pengadilan yang
disusun secara sistematis dan diberi annotasi atau catatan-
catatan oleh pakar-pakar hukum yang mempunyai wibawa.
3. Yurisprudensi berarti pula ajaran hukum atau doktrin yang
diambil alih oleh hakim dalam putusannya dan
dipertahankannya.
4. Yurisprudensi tetap menunjukkan yurisprudensi yang tidak
berubah-ubah selama waktu yang panjang, contohnya Putusan
Hogeraad Tahun 1919 dalam perkara perbuatan melawan
hukum (Pasal 1365 BW).
Yang dapat menjadi yurisprudensi saat ini di Indonesia
meliputi:
1. Putusan Mahkamah Agung,
2. Putusan Pengadilan Tinggi yang tidak dikasasi
3. Putusan Pengadilan Negeri yang tidak dibanding.
4) Traktat atau Perjanjian Internasional
Traktat atau perjanjian internasional merupakan sumber hukum
acara perdata. Traktat adalah perjanjian antara satu negara dengan
negara lain. Contoh: Perjanjian Kerjasama di bidang peradilan antara
Negara Republik Indonesia dengan Kerajaan Thailand, dimana
terdapat kesepakatan dalam mengadakan kerjasama untuk
menyampaikan dokumen-dokumen pengadilan, dan memperoleh
bukti-bukti dalam hal perkara perkara hukum perdata dan dagang.
Warga negara kedua belah pihak akan mendapat keleluasaan
berperkara dan menghadap ke pengadilan di wilayah pihak yang
lainnya, dengan syarat-syarat yang sama, seperti warga negara pihak

15
lain. Masing-masing pihak menunjuk satu instansi yang berkewajiban
untuk mengirimkan dan menerima permohonan penyampaian
dokumen panggilan. Instansi tersebut untuk Republik Indonesia adalah
Direktorat Jenderal Pembinaan Badan Peradilan Umum Departemen
Hukum dan HAM, dan untuk Kerajaan Thailand adalah Office Judicial
Affairs of The Ministry of Justice.
5) Doktrin
Doktrin di Indonesia merupakan salah satu sumber hukum,
termasuk salah satu sumber hukum acara perdata, Meskipun
demikian, doktrin bukanlah hukum. Di Indonesia, doktrin bersumber
dari kalangan Universitas yakni dari pendapat para pakar atau ilmuwan
hukum. Berbeda halnya di negara Anglo Saxon, di mana doktrin pada
umumnya bersumber dari pendapat para hakim sendiri. Memang patut
diakui bahwa pandangan-pandangan para hakim Inggris dan USA
memiliki kualitas yang tinggi, seperti pandangan Justice Holmes
(Hakim Agung Amerika yang pendapatnya banyak diikuti oleh hakim di
Amerika dalam memutus perkara).
Kewibawaan doktrin karena didukung oleh para pengikutnya
serta sifat objektif dari ilmu pengetahuan itu sendiri menyebabkan
putusan hakim bernilai objektif juga (Sudikno Mertokusumo, 1993: 9).
6) Hukum Agama
Di Indonesia, banyak perkara-perkara tertentu yang
penyelesaiannya berdasarkan pada hukum agama. Misalnya dalam
perkara Pembagian warisan bagi warga negara yang muslim
Pembagian warisan nya didasarkan pada sumber hukum Islam, antara
lain Alquran, sunnah atau hadits.
2. Latihan
Dalam latihan ini, peserta kuliah diharapkan menjawab soal berikut
ini. Setelah menjawab, peserta kuliah diharapkan dapat menelusuri
jawabannya pada bagian uraian.
1. Uraikan pengertian hukum perdata materiil dan hukum perdata formal!
2. Uraikan pengertian hukum acara perdata, minimal menurut tiga pakar!

16
3. Uraikan perbedaan hukum perdata formal dengan hukum acara
perdata
4. Tuliskan sumber hukum acara perdata yang merupakan sumber hukum
formal!
5. Tuliskan minimal 6 sumber hukum acara perdata yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan!
6. Jelaskan apa yang termasuk sumber materiil yang merupakan sumber
hukum acara perdata!
7. Apakah Peraturan Mahkamah Agung merupakan sumber hukum acara
perdata!
8. Jelaskan jenis-jenis putusan hakim di Indonesia yang dimaksudkan
sebagai yurisprudensi!
3. Rangkuman
• Lembaga peradilan adalah salah satu unsur dari sistem hukum.
Peradilan merupakan salah satu pelaksanaan hukum dalam hal ada
tuntutan hak yang konkrit melalui pengadilan. Tuntutan hak yang
konkret itu sehubungan dengan asas Hakim pasif yang didasarkan
pada asas Wo kein Klager ist, ist kein Richter” (di mana tidak ada
tuntutan atau penutup, maka tidak ada Hakim).
• Sehubungan dengan tempat hukum acara perdata itu sendiri pada
umumnya para ahli hukum memasukkan di bidang hukum
privat. Meskipun di dalam kenyataannya, memang ada beberapa ahli
hukum, substansi atau isinya yang memasukkan hukum acara perdata
sebagai bagian hukum publik, dengan alasan bahwa ditinjau dari segi
lembaga pengelolaannya, serta aparat termasuk hakim, maka hukum
acara perdata termasuk hukum administrasi negara dalam hal ini
hukum publik.

• Kepentingan warga masyarakat paling tidak dapat kita bedakan ke


dalam:
a. Kepentingan yang bersifat publik, dimana kepentingan seluruh atau
sebagian besar warga masyarakat sebagai satu kesatuan terlibat di
dalamnya.

17
b. Kepentingan yang bersifat privat, dimana yang menonjol hanyalah
kepentingan perorangan.
• Hukum perdata materiil adalah hukum yang yang mengatur
bagaimana seharusnya orang berbuat atau tidak berbuat dalam
lapangan keperdataan. Hukum perdata materiil merupakan pedoman
atau kaidah yang pada hakikatnya bertujuan untuk melindungi
kepentingan setiap orang sebagai subjek hukum.
• Hukum perdata formal atau hukum formal perdata adalah ketentuan-
ketentuan hukum yang mengatur bagaimana cara mempertahankan
hak atau kewajiban keperdataan baik melalui jalur
pengadilan, maupun di luar pengadilan.
• Perbedaan antara hukum perdata formal dengan hukum acara
perdata, di mana hukum perdata formal merupakan ketentuan tentang
penyelesaian perkara perdata yang bersifat makro, sedangkan hukum
acara perdata adalah ketentuan tentang penyelesaian perkara
perdata yang bersifat mikro.
• Menurut Sudikno Mertokusumo (1993: 2), hukum acara perdata
adalah peraturan hukum yang mengatur bagaimana caranya
menjamin ditaatinya hukum perdata materiil dengan perantaraan
Hakim. Dengan perkataan lain, hukum acara perdata adalah
peraturan hukum yang menentukan Bagaimana caranya menjamin
pelaksanaan hukum perdata materiil. Lebih konkrit lagi dapat
dikatakan bahwa hukum acara perdata mengatur tentang bagaimana
caranya mengajukan tuntutan hak memeriksa serta memutusnya dan
pelaksanaan dari putusannya.
• Hukum acara perdata adalah serangkaian aturan aturan hukum bagi
warga masyarakat yang ingin mempertahankan keperdataannya
dengan perantaraan hakim di muka persidangan pengadilan, dalam
rangka menegakkan atau melaksanakan aturan-aturan hukum
perdata materiil.
• Sumber hukum dalam arti formal, yaitu:
a. Undang-undang,

18
b. Kebiasaan,
c. Traktat atau perjanjian internasional
d. Yurisprudensi
e. Doktrin
f. Hukum agama.
• Sumber hukum dalam arti material, yaitu keyakinan hukum yang hidup
didalam masyarakat.
• Di dalam hukum pembuktian, terutama di dalam penerapan alat bukti
sumpah dalam suatu perkara perdata, terkait tata cara dalam
melaksanakan sumpah, biasanya hakim menyerahkan kepada
keinginan pihak yang akan mengangkat sumpah. Pihak yang dibebani
untuk bersumpah biasa menggunakan tata cara menurut kebiasaan
atau kepercayaannya.
• Yurisprudensi yang digunakan adalah putusan hakim. Istilah
yurisprudensi di Indonesia mempunyai beberapa pengertian:
1. Yurisprudensi dapat berarti putusan lembaga pengadilan, baik
lembaga peradilan dalam pengertian pengadilan maupun peradilan
non pengadilan (sui generis).
2. Yurisprudensi juga berarti putusan putusan pengadilan yang
disusun secara sistematis dan diberi annotasi atau catatan-catatan
oleh pakar-pakar hukum yang mempunyai wibawa.
3. Yurisprudensi berarti pula ajaran hukum atau doktrin yang diambil
alih oleh hakim dalam putusannya dan dipertahankannya.
4. Yurisprudensi tetap menunjukkan yurisprudensi yang tidak
berubah-ubah selama waktu yang panjang, contohnya Putusan
Hogeraad Tahun 1919 dalam perkara perbuatan melawan hukum
(Pasal 1365 BW).
• Yang dapat menjadi yurisprudensi saat ini di Indonesia meliputi:
1. Putusan Mahkamah Agung,
2. Putusan Pengadilan Tinggi yang tidak dikasasi
3. Putusan Pengadilan Negeri yang tidak dibanding.

19
• Traktat atau perjanjian internasional merupakan sumber hukum acara
perdata. Traktat adalah perjanjian antara satu negara dengan negara
lain. Contoh: Perjanjian Kerjasama di bidang peradilan antara Negara
Republik Indonesia dengan Kerajaan Thailand.
• Doktrin di Indonesia merupakan salah satu sumber hukum, termasuk
salah satu sumber hukum acara perdata, Meskipun demikian, doktrin
bukanlah hukum.
• Di Indonesia, doktrin bersumber dari kalangan Universitas yakni dari
pendapat para pakar atau ilmuwan hukum. Kewibawaan doktrin
karena didukung oleh para pengikutnya serta sifat objektif dari ilmu
pengetahuan itu sendiri menyebabkan putusan hakim bernilai objektif
juga.
• Di Indonesia, banyak perkara-perkara tertentu yang penyelesaiannya
berdasarkan pada hukum agama. Misalnya dalam perkara Pembagian
warisan bagi warga negara yang muslim Pembagian warisan nya
didasarkan pada sumber hukum Islam, antara lain Alquran, sunnah
atau hadits.
4. Pustaka
1. Achmad Ali, Wiwie Heryani, 2015, Asas-Asas Hukum Pembuktian
Perdata, Jakarta: Prenadamedia Group. (PU-2)
2. Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Acara Perdata, Bandung:
PT.Citra Aditya Bakti. (PU-3)
3. Retno Wulan Sutantio dan Iskandar Oeripkartawinata, 2005, Hukum
Perdata Dalam Teori dan Praktek, Mandar Maju: Bandung. (PU-5)
4. Riduan Syahrani, 2004, Buku Materi Dasar Hukum Acara Perdata,
Bandung: PT. Citra Aditya Bakti. (PU-6)
5. Sudikno Mertokusumo, 1999, Hukum Acara Perdata Indonesia,
Yogyakarta: Liberty. (PU-7)
6. Subekti, 1977, Hukum Acara Perdata, Jakarta: Bina Cipta. (PU-8).
D. Tugas dan Lembar Kerja
Pada tugas ini peserta kuliah atau mahasiswa diharapkan dapat
mengerjakan tugas, yaitu peserta kuliah memilih salah satu pendapat pakar,

20
yang paling tepat menjelaskan pengertian Hukum Acara Perdata, dengan
menuliskan argumentasinya.
Tugas ini dapat didiskusikan bersama dengan peserta kuliah yang lain
dengan catatan bahwa peserta kuliah telah menyelesaikan tugasnya secara
mandiri. Tugas ini juga dapat dibahas pada pertemuan di dalam kelas.
E. Tes Formatif
Jawablah pertanyaan di bawah ini, dengan memilih salah satu
alternatif jawaban yang benar.
1. Tuntutan hak yang konkrit itu sehubungan dengan asas hakim pasif yang
didasarkan pada asas Wo kein Klager ist, ist kein Richter” (di mana tidak
ada tuntutan atau penutut, maka tidak ada Hakim).
a. B
b. S
2. Di dalam kenyataannya, ada beberapa ahli hukum, substansi atau isinya
yang memasukkan hukum acara perdata sebagai bagian hukum publik,
dengan alasan bahwa ditinjau dari segi lembaga pengelolaannya, serta
aparat termasuk hakim, maka hukum acara perdata termasuk hukum
administrasi negara dalam hal ini hukum publik.
a. B
b. S
3. Hukum perdata formal adalah hukum yang yang mengatur bagaimana
seharusnya orang berbuat atau tidak berbuat dalam lapangan
keperdataan. Hukum perdata materiil merupakan pedoman atau kaidah
yang pada hakikatnya bertujuan untuk melindungi kepentingan setiap
orang sebagai subjek hukum.
a. B
b. S
4. Hukum perdata perdata adalah ketentuan-ketentuan hukum yang
mengatur bagaimana cara mempertahankan hak atau kewajiban
keperdataan baik melalui jalur pengadilan, maupun di luar pengadilan.
a. B
b. S

21
5. Hukum perdata formal merupakan ketentuan tentang penyelesaian
perkara perdata yang bersifat makro, sedangkan hukum acara perdata
adalah ketentuan tentang penyelesaian perkara perdata yang bersifat
mikro.
a. B
b. S
6. Hukum acara perdata adalah serangkaian aturan aturan hukum bagi
warga masyarakat yang ingin mempertahankan keperdataannya dengan
perantaraan hakim di muka persidangan pengadilan, dalam rangka
menegakkan atau melaksanakan aturan-aturan hukum perdata materiil.
a. B
b. S
7. Sumber hukum acara perdata dalam arti formal, adalah Undang-undang,
Traktat atau perjanjian internasional, Yurisprudensi, dan Doktrin.
a. B
b. S
8. Yurisprudensi yang menjadi sumber hukum di Indonesia meliputi Putusan
Mahkamah Agung, dan Putusan Pengadilan Tinggi yang tidak dikasasi
a. B
b. S
9. Doktrin di Indonesia merupakan salah satu sumber hukum, termasuk
salah satu sumber hukum acara perdata, Meskipun demikian, doktrin
bukanlah hukum.
a. B
b. S
10. Peraturan Mahkamah Agung tidak termasuk dalam hirarki atau tata urutan
peraturan perundang-undangan di Indonesia. Oleh karena itu, Peraturan
Mahkamah Agung bukan merupakan sumber hukum acara perdata.
a. B
b. S

22
F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut
Apabila anda merasa telah menjawab tes formatif dengan baik,
maka bandingkanlah jawaban anda tersebut dengan jawaban yang telah
disediakan. Jika hasil perhitungan menunjukkan anda telah mencapai tingkat
penguasaan sama atau lebih besar dari 80%, Anda dipersilahkan untuk
meneruskan ke kegiatan belajar berikutnya.
Untuk mengetahui persentase penguasaan materi pada kegiatan
belajar 1 ini, anda cukup menghitung dengan menggunakan rumus sebagai
berikut:
Jumlah jawaban benar yang benar
------------------------------------------------------ x 100 = %
Jumlah soal

23

Anda mungkin juga menyukai