Anda di halaman 1dari 35

BUKU PANDUAN

MENGIKUTI PERSIDANGAN DI PENGADILAN NEGERI

UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA


FAKULTAS HUKUM
PUSAT PENDIDIKAN DAN LATIHAN
TA. 2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kehadirat Allah SWT


atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penyusunan buku
panduan mengikuti persidangan di pengadilan negeri
dapat diselesaikan dengan baik oleh Pusat Pendidikan dan
Latihan (Pusdiklat) Fakultas Hukum Univeristas Islam
Indonesia. Hambatan dan kendala di tengah berbagai
aktifitas, dan masalah yang dihadapi selama pengerjaan
buku panduan ini sampai dicetak dan nantinya dapat
didistribusikan kepada mahasiswa-mahasiswa Fakultas
Hukum Universitas Islam Indonesia (FH UII) yang
mengambil mata kuliah Praktik Peradilan Pidana dan
Praktik Peradilan Perdata, dapat dilalui dengan baik dan
lancar.
Buku panduan mengikuti persidangan di
pengadilan negeri ini sengaja dibuat dengan tujuan agar
dapat memberikan panduan dan tuntunan bagi mahasiswa
FH UII yang mengambil mata kuliah Praktik Peradilan
Pidana dan Praktik Peradilan Perdata agar mahasiswa
dapat mengikuti persidangan di pengadilan negeri yang
telah ditunjuk oleh Pusdiklat FH UII. Kegiatan mengikuti
persidangan di pengadilan negeri ini bersifat wajib bagi

1
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Praktik Peradilan
Pidana dan Praktik Peradilan Perdata, sebagai bagian dari
proses belajar mengajar di FH UII. Selain itu juga buku
panduan ini dapat mengarahkan mahasiswa dalam
mengikuti persidangan di pengadilan negeri setempat,
mengenai hal-hal apa saja yang harus diamati, dicermati,
diketahui dan dipahami serta dimengerti dalam proses
atau tahapan-tahapan beracara di pengadilan negeri atas
suatu kasus tertentu, baik untuk perkara perdata maupun
perkara pidana.
Buku panduan mengikuti persidangan di
pengadilan negeri ini juga bertujuan untuk memandu
mahasiswa yang mengambil mata kuliah Praktik Peradilan
Pidana dan Praktik Peradilan Perdata dalam mengisi dan
mencatat hal-hal yang terjadi di dalam proses setiap
tahapan beracara di pengadilan ke dalam buku laporan
kegiatan mengikuti persidangan di pengadilan negeri yang
nantinya akan dibagikan oleh Pusdiklat FH UII kepada
mahasiswa.
Untuk itu agar dalam pelaksanaan mengikuti
persidangan di pengadilan negeri ini dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan apa yang diharapkan, maka
diperlukan suatu panduan bagi mahasiswa yang
mengambil mata

2
kuliah Praktik Peradilan Pidana dan Praktik Peradilan
Perdata tersebut.
Dengan selesainya buku panduan ini dan nantinya
terdistribusikan kepada mahasiswa-mahasiswa yang
mengambil mata kuliah Praktik Peradilan Pidana dan
Praktik Peradilan Perdata, maka tim penyusun buku
panduan ini dalam kesempatan ini tidak lupa
mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan, sehingga dapat
diselesaikannya buku panduan ini dengan baik dan lancar.
Namun, tim penyusun buku panduan ini juga
menyadari sepenuhnya terhadap keterbatasan keterbatasan
dan kekurangan-kekurangan yang ada dalam penyusunan
buku panduan ini. Oleh karena itu, tim penyusun buku
panduan mengikuti persidangan di pengadilan negeri
sangat mengharap dan menghargai kritik dan saran serta
masukan dalam rangka penyempurnaan buku panduan
ini.
Terimakasih.
Yogyakarta, 27 September 2021

Tim Penyusun

3
Tim Penyusun:

Penanggungjawab : Eko Rial Nugroho, SH., MH.


Pengarah : Titie Rachmiati Poetri, SH.,M.H. Anggota : Randa
Japutra, S.H.; Ayu Widya Wati, S.H.; Indah Parmitasari, S.H., M.H.;
Rizky
Ramadhan Baried, S.H., M.H. ; Aditya
Maulana Syahputra, S.H.; David Iben
Jauhari, S.H.,M.H.; Banundhia Naharwati,
S.H.; Nasrullah Mazii,S.H; Yulia Rizki
Rahmawati, S.H.
4
BAB I
PENDAHULUAN

Dalam menghadapai era global yang ditandai


dengan pesatnya informasi teknologi seperti sekarang ini
menuntut adanya sumberdaya manusia yang handal
disegala bidang termasuk bidang hukum. Fakultas Hukum
Universitas Islam Indonesia (FH UII) melalui Pusat
Pendidikan dan Latihan (PUSDIKLAT), memiliki
tanggungjawab untuk membuat kebijakan penyusunan
dan pelaksanaan program kerja di bidang pendidikan
kemahiran hukum dan pelatihan hukum bagi mahasiswa
dan masyarakat, mengatur, mengelola dan
mengembangkan Mata Kuliah Wajib Keprodian dan Mata
Kuliah Kemahiran Hukum Pilihan (MKWK dan
MKKHP), melakukan kegiatan pengembangan
kurikulum, silabus dan rencana pembelajaran semester
(RPS) MKWK dan MKKHP, bertanggungjawab terhadap
perencanaan pengelolaan dan pengembangan Pusdiklat.
PUSDIKLAT FH UII diberikan amanat oleh FH
UII sebagai lembaga pendidikan dan pelatihan hukum

5
serta pengelola Mata Kuliah Wajib Keprodian dan Mata
Kuliah Kemahiran Hukum Pilihan (MKWK dan
MKKHP) memiliki peranan dalam memberikan
pendidikan dan keterampilan hukum bagi mahasiswa FH
UII khususnya dan masyarakat secara umum dalam
kerangka pendidikan dan pengembangan pengetahuan
hukum praktis. PUSDIKLAT FH UII dengan MKWK
dan MKKHP tersebut memberikan bekal ilmu-ilmu
hukum praktis kepada mahasiswa agar mereka terampil
dan mahir dalam bidang hukum. Selain itu juga tujuan
MKWP dan MKKHP diberikan kepada mahasiswa, untuk
mengembangkan minat profesi yang hendak ditekuni dan
dikembangkan oleh mahasiswa, sekaligus untuk
membekali mahasiswa memasuki pasar kerja yang siap
pakai, sehingga orientasi pelaksanaan MKWP dan
MKKHP adalah lebih ditekankan pada aspek penguasaan
teori dan penyelesaian masalah hukum yang bersifat
praktis (terapan) dan analisis kasus hukum.
A. Mata Kuliah Wajib Keprodian (MKWK)

Dalam rangka merealisasikan tujuan dan arah


pendidikan hukum tersebut, FH UII dalam hal ini
PUSDIKLAT, telah melaksanakan suatu kelompok mata
kuliah yaitu MKWK dan MKKHP, yang mengarahkan

6
pada penguatan penguasaan praktis (skill) agar output
(peserta didik) memiliki kompetensi yang sesuai dengan
program studinya. MKWK dan MKKHP wajib ditempuh
oleh setiap mahasiswa FH UII. Mata kuliah ini disarankan
untuk diambil pada semester 5 (lima) atau 6 (enam)
dengan melihat MKWK dan MKKHP wajib lainnya agar
tidak berbenturan dan telah memenuhi prasyarat-prasyarat
mata kuliah yang telah ditentukan.
MKWK dan MKKHP terdiri dari:
A. Mata Kuliah Wajib Keprodian
No. Mata Kuliah SK
S

1. Penyusunan Kontrak 2

2. Pembentukan Peraturan 2
Perundang undangan

3. Penelusuran Dokumen Hukum 2

4. Praktek Peradilan Pidana 2

5. Praktek Peradilan Perdata 2

6. Keadvokatan 2

7. Praktek Penyidikan dan Penuntutan 2

8. Pemagangan 2

7
B. Mata Kuliah Kemahiran Hukum Pilihan
No. Mata Kuliah SKS

1. Penyusunan Kontrak Bisnis 2


Internasional

2. Praktik Peradilan Hubungan Industrial 2

3. Praktik Peradilan Pajak 2

4. Pendaftaran dan Pengurusan Hak 2


Atas Tanah

5. Praktik Negosiasi dan Mediasi 2

6. Eksaminasi Publik 2

7. Pendaftaran dan Pengurusan Hak 2


Atas Kekayaan Intelektual

Untuk Mata Kuliah Wajib Keprodian wajib di


ambil oleh mahasiswa, sebanyak 8 (delapan) mata kuliah
sedangkan untuk Mata Kuliah Kemahiran Hukum Pilihan
mahasiswa hanya mengambil 1 (satu) mata kuliah dari 7
(tujuh) mata kuliah yang disediakan.
A. Mata Kuliah Praktik Peradilan Pidana dan
Praktik Peradilan Perdata dan Syarat
Pengambilannya

8
Salah satu MKWK tersebut adalah mata kuliah
Praktik Peradilan Pidana dan Praktik Peradilan Perdata, di
mana mata kuliah ini wajib diambil oleh setiap mahasiswa
dan dibuka setiap semester. Tujuan mata kuliah Praktik
Peradilan Pidana dan Praktik Peradilan Perdata tersebut
diantaranya agar mahasiswa mengerti dan memahami
proses beracara (tahap-tahap pemeriksaan perkara) baik
secara teori dan praktik persidangan di pengadilan negeri
setempat. Selain itu juga agar mahasiswa dapat
mempraktikkan proses beracara di pengadilan tersebut di
dalam praktek peradilan (semu).
Di dalam mata kuliah Praktik Peradilan Pidana
dan mata kuliah Praktik Peradilan Perdata ini mahasiswa
akan menerima materi seperti struktur organisasi dan
perangkat pengadilan dengan tugasnya masing-masing.
Selain itu juga mahasiswa diberikan materi tentang urut-
urutan (tahapan) pemeriksaan perkara di pengadilan baik
perkara pidana, perkara pra peradilan dan perkara
perdata, macam
macam putusan beserta pelaksanaa atas putusan
pengadilan tersebut dan lain-lain. Sehingga diharapkan
mahasiswa dapat benar-benar mengerti dan memahami
proses menyidangkan perkara di pengadilan dan pada
akhirnya mahasiswa dapat mempraktikkan proses

9
persidangan (praktek peradilan semu) pada kelasnya
masing-masing di ruang praktek peradilan (semu) yang
telah disediakan di FH UII, dengan kasus yang juga telah
disiapkan oleh dosen pengampu mata kuliah Praktik
Peradilan Pidana dan Praktik Peradilan Perdata masing
masing.
Mahasiswa yang akan mengambil mata kuliah Praktik
Peradilan Pidana dan mata kuliah Praktik Peradilan
Perdata ini tidak diwajibkan “mata kuliah pra syarat”.
Namun ada baiknya mahasiswa yang bersangkutan telah
lulus Hukum Acara Pidana dan lulus Hukum Acara
Perdata. Selain itu, sebaiknya mahasiswa yang
mengambil mata kuliah ini, untuk mata kuliah Praktik
Peradilan Pidana selain lulus Hukum Acara Pidana juga
mengambil bersamaan dengan mata kuliah Keadvokatan
dan Praktik Penyidikan dan Penuntutan sedangkan mata
kuliah Praktik Peradilan Perdata selain lulus mata kuliah
Hukum Acara Perdata juga mengambil bersamaan dengan
mata kuliah Keadvokatan. Hal ini dikarenakan di dalam
mata kuliah Praktik Peradilan Pidana dan mata kuliah
Praktik Peradilan Perdata, mahasiswa membuat berkas-
berkas yang dibutuhkan untuk keperluan persidangan,
diantaranya, untuk kasus

10
perdata, membuat berkas surat kuasa perdata, surat
gugatan, eksepsi, replik duplik, kesimpulan, putusan
perkara perdata, sedangkan untuk kasus pidana, membuat
surat kuasa pidana, membuat surat dakwaan, eksepsi,
surat tuntutan, pledooi, putusan perkara pidana.

11
BAB II
PEDOMAN PRAKTIK MENGIKUTI
PERSIDANGAN DI PENGADILAN
A. Perkuliahan dan Praktikum Mata Kuliah Praktik
Peradilan Pidana dan Praktik Peradilan Perdata Mata
Kuliah Praktik Peradilan Pidana dan Praktik
Peradilan Perdata, pada awalnya merupakan satu kesatuan
dalam mata kuliah Praktik Peradilan yang memiliki bobot
“3 sks” (21 kali pertemuan/tatap muka). Namun
kenyataannya, pelaksanaan perkuliahan mata kuliah
Praktik Peradilan ini oleh dosen dilakukan sampai 28 kali
pertemuan, sehingga setara dengan 4 sks (28 kali
pertemuan/tatap muka). Tetapi mengingat perlunya
keterfokusan pada setiap masing-masing materi yang
disidangkan yakni dalam persidangan kasus pidana, kasus
perdata maupun kasus pra peradilan yang menjadi satu
kesatuan dalam mata kuliah praktik peradilan, maka FH
UII mengambil “kebijakan” untuk “memisah” mata kuliah
Praktik Peradilan menjadi praktik peradilan pidana dan
praktik peradilan perdata dengan bobot sks masing
masing menjadi “2 sks” (14 kali pertemuan/tatap muka).
Namun dalam pelaksanaan perkuliahan mata kuliah

12
Praktik Peradilan Pidana dan Praktik Peradilan Perdata
ini, oleh dosen pengampu melakukan 21 kali pertemuan,
sehingga setara dengan 3 sks (21 kali pertemuan/tatap
muka).1
Pada kurikulum 2017, secara “resmi” mata kuliah
Praktik Peradilan Pidana dan mata kuliah Praktik
Peradilan Perdata yang mulanya menjadi satu kesatuan
dalam satu mata kuliah Praktik Peradilan, sekarang telah
resmi dipisah menjadi mata kuliah yang berdiri sendiri
yakni, mata kuliah Praktik Peradilan Pidana dan mata
kuliah Praktik Peradilan Perdata, masing-masing memiliki
bobot 2 sks (14 kali pertemuan/tatap muka) semu 3 sks
dengan pertemuan sebanyak 21 kali tatap muka dalam 1
semester.
Maka dengan adanya konsep praktikum ini, untuk mata
kuliah Praktik Peradilan Pidana dan mata kuliah Praktik
Peradilan Perdata, pelaksanaan perkuliahan reguler
adalah 14 kali pertemuan / tatap muka (sesuai dengan
jumlah sks yang diberikan, 2 sks = 14 kali pertemuan),
dengan perincian perkuliahan reguler

1
Penyelenggaraan perkuliahan (tatap muka) dalam satu
semester ditentukan berdasarkan SNPT (Standar Nasional Perguruan
Tinggi) dengan bobt 2 SKS jumlah tatap muka 14 kali, 3 SKS jumlah
tatap muka 21 kali, dan 4 SKS jumlah tatap muka 28 kali.
13
(penyampaian materi RPS) sebanyak 14 kali
pertemuan/tatap muka sampai dengan UTS berlangsung,
sedangkan untuk pasca UTS sejumlah “7” kali pertemuan
yang digunakan sebagai praktikum mata kuliah Praktik
Peradilan Pidana dan Praktik Peradilan Perdata dengan
melaksanakan Peradilan Semu.
B. Praktik Mengikuti Persidangan di Pengadilan
Negeri
“Praktik Mengikuti Persidangan” di pengadilan
negeri setempat wajib bagi mahasiswa yang mengambil
mata kuliah Praktik Peradilan Pidana dan Praktik
Peradilan Perdata dengan mengikuti proses persidangan di
pengadilan negeri tersebut. Masing-masing mahasiswa
yang bersangkutan diwajibkan mengikuti 5 (lima) kasus
perkara pidana yang terdiri dari kasus persidangan pidana
biasa, persidangan pidana khusus, dan persidangan pra
peradilan dan kasus perkara perdata 5 (lima) kasus yang
terdiri dari persidangan kasus perdata permohonan (bila
ada), persidangan wanprestasi dan Perbuatan Melawan
hukum (PMH).
Di dalam mengikuti persidangan di pengadilan negeri
tersebut, mahasiswa diharapkan dapat melihat secara
nyata proses pemeriksaan perkara baik perkara perdata

14
maupun perkara pidana dengan berbagai macam acara
persidangan untuk melakukan pencermatan-pencermatan
terhadap proses persidangan tersebut dan kemudian
memberikan kesimpulan berupa uraian atau catatan
kesesuaian antara hukum acara dan prakteknya. Selain itu
juga mahasiswa juga melakukan pencermatan
pencermatan pada setiap acara pemeriksaan persidangan
secara teknis, sehingga hasil-hasil pencermatan tersebut
dapat dipraktekkan pada praktek peradilan semu di Ruang
Praktek Peradilan di FH UII.
C. Pencermatan terhadap proses persidangan di
Pengadilan Negeri ;
Hal-hal yang perlu dicermati oleh mahasiswa yaitu :
I. PEMERIKSAAN PERKARA PERDATA 1.
Pemeriksaan Pendahuluan
1) Bagaimana ketua majelis hakim membuka
sidang pertama kali :
a) Dibuka dan terbuka untuk umum. atau,
b) Dibuka dan tertutup untuk umum
2) Bagaimana ketua majelis hakim menanyakan
identitas para pihak (Penggugat dan Tergugat)
termasuk apabila para pihak diwakili oleh

15
kuasa hukum dengan memeriksa surat kuasa
dan ijin advokatnya.
3) Bagaimana ketua majelis hakim
memerintahkan kepada para pihak untuk
upaya perdamaian terlebih dahulu dengan
menempuh mediasi.
a) Menanyakan kepada para pihak apakah
sudah menunjuk mediator yang dipilih;
b) Apabila para pihak belum memilih
mediator dan memilih mediator dari
pengadilan negeri setempat;
c) Penunjukkan hakim mediator dari
pengadilan negeri setempat oleh ketua
majelis.
4) Bagaimana ketua majelis hakim menunda
sidang untuk kepentingan mediasi para pihak,
dan memerintahkan untuk segera melaporkan
hasil mediasi tersebut pada sidang berikutnya
tanpa surat panggilan sidang.
2. Pemeriksaan Perkara
1) Bagaimana ketua majelis menanyakan hasil
mediasi para pihak kepada para pihak

16
2) Apabila upaya mediasi gagal, bagaimana ketua
majelis hakim melanjutkan sidang ke acara
berikutnya yaitu pembacaan surat gugatan.
a) Ketua majelis hakim menanyakan kepada
pihak Tergugat apakah sudah menerima
salinan surat gugatan atau belum;
b) Ketua majelis hakim menanyakan kepada
Penggugat apakah ada perubahan,
penambahan, pengurangan, pencabutan
surat gugatan.
c) Pembacaan surat gugatan oleh Pihak Penggugat
atau Kuasa Hukum Penggugat 3) Bagaimana ketua
majelis hakim menanyakan kepada pihak
Tergugat apakah sudah paham dan mengerti
dengan surat gugatan pihak Penggugat dan
apakah sudah siap dengan jawabannya. Apabila
sudah siap, Tergugat diperintahkan untuk
membacakan jawabannya. (sebelum
membacakan, Pihak Tergugat menyampaikan
salinan jawaban kepada Majelis Hakim dan Pihak
Penggugat);

17
4) Bagaimana ketua majelis hakim memberikan
kesempatan kepada Penggugat dan Tergugat
untuk jawab jinawab (Replik, Duplik);
5) Bagaimana ketua majelis hakim menunda
sidang untuk memberikan putusan sela
(apabila menyangkut masalah kompetensi
relatif, kompetensi absolut atau hal-hal lain
yang dimintakan Tergugat dalam
Jawabannya);
6) Ketua majelis hakim membacakan Putusan
Sela (menerima atau menolak jawaban
(eksepsi) dari Tergugat, misalnya pengadilan
negeri yang bersangkutan menolak eksepsi
Tergugat dan menyatakan pengadilan negeri
tersebut berwenang memeriksa dan mengadili
sengketa Penggugat dan Tergugat, maka
sidang dilanjutkan dengan pembuktian. Ketua
majelis hakim meminta para pihak untuk
menyiapkan alat bukti tertulis untuk
dihadirkan pada persidangan berikutnya;
7) Bagaimana ketua majelis hakim dan majelis
hakim memeriksa bukti-bukti tertulis dari para
pihak (Penggugat terlebih dahulu, kemudian

18
pihak Tergugat), dan memberikan kesempatan
kepada para pihak untuk saling menanggapi
bukti-bukti tertulis yang telah diajukan
tersebut;
8) Bagaimana ketua majelis hakim meminta para
pihak (Penggugat dan Tergugat) untuk
menghadirkan saksi-saksi, pada persidangan
berikutnya;
9) Bagaimana ketua majelis hakim meminta
kepada petugas pengadilan untuk
menghadirkan saksi-saksi yang telah
dihadirkan oleh para pihak, di mulai saksi dari
Pihak Penggugat untuk dihadirkan di
persidangan;
10) Bagaimana ketua majelis hakim bertanya
kepada saksi tentang :
a) Identitas saksi, nama, umur, pekerjaan,
alamat, pendidikan dan agama serta
menanyakan apakah saksi dalam keadaan
sehat;
b) Tentang adanya hubungan keluarga dan
hubungan perburuhan antara saksi dengan
Penggugat;

19
c) Apakah bersedia menjadi saksi;
d) Apakah saksi bersedia untuk disumpah
menurut agamanya;
e) Diingatkan supaya saksi memberikan
keterangan dengan jujur mengenai apa
yang dilihat, didengar dan diilhami sendiri,
karena sudah disumpah;
12) Bagaimana perintah Ketua majelis hakim
kepada petugas untuk menyumpah saksi
sesuai dengan agamanya. Hakim
membimbing saksi untuk mengucapkan
sumpah;
13) Bagaimana ketua majelis dan hakim anggota
mengajukan pertanyaan kepada Saksi; 14)
Bagaimana ketua majelis hakim memberikan
kesempatan kepada Pihak Penggugat untuk
memberikan pertanyaan kepada saksi, kemudian
dilanjutkan dengan memberikan kesempatan
kepada Pihak Tergugat;
15) Bagaimana Ketua majelis menunda sidang
untuk memberikan kesempatan membuat
Kesimpulan;

20
16) Bagaimana hakim ketua majelis menunda
sidang untuk memberikan kesempatan kepada
majelis hakim membuat putusan;
17) Pembacaan putusan sidang oleh majelis hakim
dan setelah itu nasehat hakim ketua kepada
para pihak mengenai hak-haknya untuk
menggunakan Upaya Hukum Banding,
apabila tidak menerima Putusan Hakim
Pengadilan Negeri.
II. PEMERIKSAAN PERKARA PIDANA Hal-
hal yang harus dicermati mahasiswa yaitu : 1.
Pemeriksaan Pendahuluan
1) Bagaimana ketua majelis hakim membuka
sidang pertama kali :
a) Dibuka dan terbuka untuk umum, atau,
b) Dibuka dan tertutup untuk umum
2) Bagaimana ketua majelis hakim
memerintahkan kepada Penuntut Umum (PU)
agar menghadirkan terdakwa ke dalam
persidangan; (PU meminta petugas pengadilan
menghadirkan Terdakwa kedalam
persidangan dalam keadaan bebas)
3) Bagaimana ketua majelis hakim menanyakan

21
Terdakwa :
a) Tentang identitas, nama lengkap, tempat
tanggal lahir/umur, jenis kelamin,
kebangsaan, tempat tinggal, agama, dan
pekerjaan
b) Apakah Terdakwa dalam keadaan sehat dan
siap untuk diperiksa,
c) Apakah Terdakwa didampingi oleh
Penasihat Hukum atau tidak;
d) Apakah yang duduk disebelah kanan
Terdakwa adalah Penasihat Hukumnya
atau bukan, jika benar maka kepada
Penasihat Hukum diminta untuk
menunjukkan surat kuasa dan surat ijin
advokat. (Surat ijin Advokat dikembalikan
kepada Penasihat Hukum sedangkan surat
kuasa disimpan majelis hakim);
4) Bagaimana ketua majelis hakim memberikan
nasehat agar Terdakwa memperhatikan segala
sesuatu yang didengar, dilihatnya dalam
persidangan (mengikuti jalannya sidang
dengan sungguh-sungguh) ;
5) Bagaimana ketua majelis hakim menanyakan

22
kepada Penuntut Umum (PU) apakah sudah
siap dengan surat dakwaan, apabila sudah PU
telah siap dipersilakan PU membacakan surat
dakwaan
6) (Setelah surat dakwaan dibacakan), bagaimana
ketua majelis hakim menanyakan kepada
Terdakwa tentang:
a) Apakah Terdakwa sudah mengerti apa yang
didakwakan ;
b) Apakah Terdakwa akan mengajukan
keberatan;
7) (Jika ada keberatan), bagaimana ketua majelis
hakim memberikan kesempatan kepada
Terdakwa/Penasihat Hukumnya menyusun
keberatan dalam waktu tertentu;
8) Bagaimana ketua majelis hakim meminta
Terdakwa atau Penasihat Hukum
membacakan keberatan;
9) (Setelah keberatan dibacakan), bagaimana
ketua majelis hakim menanyakan kepada PU,
apakah akan memberikan tanggapan atas
keberatan Eksepsi Terdakwa atau tidak;

23
10) Bagaimana ketua majelis hakim menunda
sidang untuk menyusun Putusan Sela
mengenai keberatan yang diajukan
Terdakwa/Penasihat Hukum;
11) Bagaimana ketua majelis hakim menyatakan
sidang pembacaan Putusan Sela (apabila
putusan sela menolak keberatan terdakwa atau
penasihat hukum) dan melanjutkan sidang
dengan pemeriksaan saksi-saksi (dimulai saksi
dari PU dihadirkan);
12) Bagaimana ketua majelis hakim menanyakan
PU apakah semua saksi sudah hadir ;
13) Bagaimana ketua majelis hakim
memerintahkan Terdakwa untuk duduk
disamping Penasihat Hukum ;
14) Bagaimana ketua majelis hakim
memerintahkan petugas untuk membawa saksi
ke ruang sidang.
15) Bagaimana ketua majelis hakim melakukan
pemeriksaan saksi dengan menanyakan
tentang :
a) identitas,
b) apakah bersedia disumpah,

24
c) memerintahkan saksi agar memberikan
keterangan yang benar, karena saksi telah
disumpah, jika memberikan keterangan
yang tidak benar dapat dituntut,
d) apakah saksi ada hubungan keluarga
dengan Terdakwa.
16) Bagaimana ketua majelis hakim
memerintahkan petugas untuk menyumpah
saksi sesuai dengan agamanya, Hakim
membimbing saksi untuk mengucapkan
sumpah ;
17) Bagaimana ketua majelis hakim
bertanya/meminta keterangan saksi (untuk
kesempatan pertama)
18) Bagaimana ketua majelis hakim menyilakan
kepada Majelis Hakim Anggota untuk
bertanya kepada saksi (kesempatan kedua),
dan selanjutnya memberikan kesempatan
kepada PU dan terakhir Penasihat Hukum
(jika saksi yang dihadirkan berasal dari saksi
PU); (begitu juga untuk pemeriksaan saksi
yang dihadirkan oleh pihak Penasihat Hukum,
di mana kesempatan pertama diberikan

25
kepada ketua majelis hakim dan atau majelis
hakim anggota, selanjutnya kesempatan
diberikan kepada Penasihat Hukum dan
terakhir kepada pihak PU)
19) (Jika pemeriksaan saksi selesai baik saksi
yang dihadirkan PU maupun Penasihat Hukum),
bagaimana ketua majelis hakim menanyakan
Terdakwa tentang keterangan yang diberikan oleh
Saksi (konfirmasi) ;
20) (Setelah semua saksi baik dari pihak PU
maupun Penasihat Hukum diperiksa),
bagaimana ketua majelis hakim melanjutkan
persidangan dengan acara pemeriksaan
Terdakwa, dengan mempersilakan Terdakwa
duduk ditempat kursi pemeriksaan, dan
kemudian dilanjutkan pemeriksaan Terdakwa
dimulai dari ketua majelis hakim, majelis
hakim anggota, PU dan Penasihat Hukum.
21) (Setelah pemeriksaan Terdakwa selesai
diperiksa), bagaimana ketua majelis hakim
menyatakan bahwa pemeriksaan saksi-saksi dan
Terdakwa selesai, kemudian memerintahkan
kepada PU untuk menyusun

26
Surat Tuntutannya;
22) Bagaimana ketua majelis hakim membuka
sidang dengan acara pembacaan Surat
Tuntutan oleh PU, dan selanjutnya
memerintahkan kepada PU untuk
membacakan Surat Tuntutan tersebut.
23) (setelah pembacaan surat tuntutan oleh PU),
bagaimana ketua majelis hakim menanyakan
kepada Terdakwa dan atau Penasihat Hukum
apakah akan mengajukan Nota Pembelaan;
Apabila Terdakwa dan atau Penasihat Hukum
akan mengajukan keberatan maka ketua
majelis hakim memberikan kesempatan waktu
Terdakwa dan atau Penasihat Hukum untuk
kepentingan menyusun pembelaan;
24) Bagaimana ketua majelis hakim membuka
sidang dengan acara pembacaan Nota
Pembelaan oleh Terdakwa dan atau Penasihat
Hukum, dan memerintahkan kepada
Terdakwa dan atau Penasihat Hukum untuk
membacakan Nota Pembelaan;
25) (Setelah pembacaan Nota Pembelaan), ketua
majelis hakim menanyakan kepada PU apakah

27
akan menyampaikan Replik terhadap Nota
Pembelaan Terdakwa/Penasihat Hukum.
Begitu juga dengan Terdakwa/Penasihat
Hukum, apakah Replik Terdakwa/Penasihat
Hukum akan ditanggapi dengan Duplik).
(Prinsipnya baik PU maupun
Terdakwa/Penasihat Hukum tetap berpegang
pada surat tuntutan dan nota pembelaannya) ;
26) Bagaimana ketua majelis hakim menyatakan
pemeriksaan perkara sudah selesai dan
menunda sidang guna meminta waktu untuk
membuat putusannya ;
27) Bagaimana ketua majelis hakim membuka
sidang dengan acara Pembacaan Putusan oleh
majelis hakim dan memberi nasehat kepada
Terdakwa supaya memperhatikan putusan
yang nanti akan dibacakan oleh majelis hakim
;
28) Bagaimana ketua majelis hakim
mendistribusikan pembacaan putusan dengan
majelis hakim lainnya
29) (Setelah pembacaan Putusan), bagaimana
ketua majelis hakim menyampaikan kepada :

28
a. Terdakwa / Penasihat Hukumnya mengenai
hak-haknya menerima atau menolak
putusan;
b. mempelajari putusan sebelum menyatakan
menerima atau menolak putusan dalam
waktu tertentu sesuai dengan undang
undang,
( Begitu juga dengan PU );
30) Bagaimana ketua majelis hakim menutup
persidangan dan menyatakan bahwa sidang
dinyatakan selesai dan ditutup.
Dari pencermatan terhadap proses
persidangan di pengadilan negeri tersebut,
bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui,
mengerti dan memahami tentang bagaimana
menyidangkan dan melakukan proses persidangan
suatu perkara (baik kasus perdata, pidana maupun
kasus pra peradilan), sesuai dengan tahapan
tahapannya yang didasarkan atas ketentuan hukum
acaranya masing-masing.
Selain itu juga, percermatan terhadap
proses persidangan di pengadilan negeri, bertujuan
agar mahasiswa, setelah mengetahui, mengerti dan

29
memahami bagaimana menyidangkan setiap
tahapan dan melakukan proses persidangan
tersebut, diharapkan mahasiswa dapat
mempraktekkan sendiri, bagaimana
menyidangkan dan melakukan proses persidangan
di ruang praktek peradilan (semu), sesuai dengan
kasus yang telah ditentukan atau dikoordinasikan
dengan dosen pengampu dan asisten laboratorium
kelasnya masing-masing.
III. Pencermatan persidangan (antara teori dan
praktik)
Mahasiswa yang mengikuti “kuliah praktik
lapangan” tersebut selain melakukan pencermatan
tentang bagaimana cara menyidangkan sebuah
proses perkara (baik perkara perdata, pidana
maupun perkara praperadilan) sesuai dengan
tahapan-tahapan persidangannya, juga diberikan
penugasan untuk menguraikan analisa dan
kesimpulan atas suatu proses persidangan perkara
(perdata, pidana dan praperadilan), serta sekaligus
memberikan catatan kesesuaian teori (hukum acara
perdata dan hukum acara pidana) dengan praktik
yang terjadi atas suatu perkara (perdata dan
pidana)

30
yang sedang diproses, di pengadilan negeri yang
menjadi tempat “kuliah praktik lapangan”. Hasil
“temuan” tersebut kemudian dituangkan ke dalam
catatan mahasiswa di “Buku Laporan Kegiatan
Mengikuti Persidangan Praktik Peradilan di
Masing-masing Pengadilan Negeri” berwarna
Hijau (Perdata) dan Coklat (Pidana) yang telah
disediakan oleh Pusdiklat FH UII. Di dalam
“Buku Laporan Kegiatan Persidangan Di
Pengadilan” sebagai hasil catatan mahasiswa
tersebut, tertera beberapa kolom yang nantinya
harus diisi oleh mahasiswa, yaitu :
1. Tanggal;
Berupa, kapan mahasiswa tersebut mengikuti
persidangan di pengadilan negeri yang telah
ditunjuk oleh Pusdiklat FH UII sebagai tempat
“kuliah praktik lapangan”.
2. Jenis Perkara;
Untuk jenis perkara, mahasiswa dapat
memberikan isian berupa :
Kasus Perdata :
1) Jenis Perkara : Perbuatan Melawan
Hukum/Wanprestasi/ Permohonan

31
2) Jenis Perkara : Gugat Cerai/ Cerai Talak
Kasus Pidana :
1) Jenis Perkara : Pembunuhan
2) Jenis Perkara : Penganiayaan
3) Jenis Perkara : Praperadilan
3. Nomor Register;
Untuk nomor register merupakan nomor
perkara yang saat itu disidangkan oleh majelis
hakim ( dilihat apakah kasus perdata, kasus
pidana atau kasus praperadilan)
misalnya :
Kasus Perdata :
1) Register perkara Nomor
926/Pdt.G/2013/PN.YK.
2) Register perkara Nomor Nomor 08/Pd
t.G/97/PA. YK
Kasus Pidana :
1) Register perkara Nomor
03/Pid.B/1998/ PN.YK.
2) Register perkara Nomor
0l/Pra.Pid./PN.YK.

32
4. Tahap Pemeriksaan;
Pada tahap pemeriksaan ini, mahasiswa dapat
mengisi sesuai dengan tahapan-tahapan
persidangan apa yang saat itu sedang
berlangsung pada saat mahasiswa
mengikutinya (baik untuk perkara perdata
maupun pidana)
Kasus perdata
misalnya :
1) tahap pemeriksaan : mediasi
2) tahap pemeriksaan : pembacaan surat
gugatan
3) tahap pemeriksaan : alat bukti tertulis
4) tahap pemeriksaan : jawaban
Kasus pidana
misalnya :
1) tahap pemeriksaan : pembacaan surat
dakwaan
2) tahap pemeriksaan : putusan sela
3) tahap pemeriksaan : pemeriksaan saksi
a charge / ade charge
4) tahap pemeriksaan : Penuntutan

33
5. Tanda tangan hakim;
Untuk tanda tangan hakim merupakan tanda
tangan hakim pemeriksa perkara yang telah
diikuti oleh mahasiswa yang bersangkutan.
Tanda tangan hakim yang dimaksud dapat
merupakan tanda tangan hakim ketua majelis
atau hakim anggota majelis. ( disesuaikan
dengan kondisi ).
6. Kesimpulan uraian di persidangan dan
catatan kesesuaian antara hukum acara
dan praktik;
Pada bagian ini merupakan catatan temuan
mahasiswa, di mana catatan tersebut
merupakan kesimpulan persidangan yang
telah diikuti oleh mahasiswa yang
bersangkutan. Selain itu, mahasiswa juga
diminta untuk mencatat apakah praktik
tahapan acara persidangan tersebut telah
sesuai dengan hukum acara yang berlaku (baik
hukum acara perdata maupun hukum acara
pidana).
misalnya :

34
Kesimpulan uraian persidangan :
Pembacaan surat gugatan oleh kuasa
hukum penggugat, namun oleh hakim
ketua dianggap telah dibacakan
Catatan :
Pembacaan surat gugatan seharusnya
dibacakan baik oleh penggugat sendiri
maupun oleh kuasa hukumnya, bukan
sebaliknya surat gugatan dianggap telah
dibacakan.
35

Anda mungkin juga menyukai