Tim Penyusun
Pedoman Praktik Peradilan Tata Usaha Negara
Desain Cover
Inung dan Ila
ii
KATA PENGANTAR
iii
iv
DAFTAR ISI
v
II. Administrasi Kepaniteraan di Lingkungan Pengadilan
Tata Usaha Negara 21
III. Tata Laksana Acara Persidangan Sengketa TUN
di Pengadilan TUN dam Pengadilan Tinggi TUN 34
IV. Contoh Sampul Depan 40
V. Contoh Sampul Dalam 41
VI. Contoh Persetujuan Pembimbing dan Koordinator
Tempat Praktik 42
VII. Contoh Pengesahan Laporan Praktik Peradilan Tata Usaha Negara 43
VIII. Contoh Outline Laporan Praktik Peradilan Tata Usaha Negara 44
IX. Contoh Daftar Hadir Pembekalan Praktik Peradilan Tata Usaha
Negara 45
X. Contoh Daftar Hadir Praktik Peradilan Tata Usaha Negara 46
XI. Contoh Daftar Nilai Praktik Peradilan Tata Usaha Negara 47
XII. Biodata Peserta Praktik Peradilan Tata Usaha Negara 48
XIII. Daftar Hadir di Persidangan 49
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Dasar Pemikiran
Prodi Hukum Tata Negara (Siyasah) berkewajiban mengemban misi
untuk melaksanakan semua program mata kuliah yang telah tertuang dalam
kurikulum, baik yang bersifat teoretis dan praktis. Untuk itu dalam rangka
mempersiapkan dan memantapkan kapabilitas civitas akademika, Prodi
Hukum Tata Negara (Siyasah) membekali mahasiswa untuk menjadi calon
tenaga ahli yang memiliki kemampuan akademis dan profesional di bidang
hukum tata negara. Hal itu sesuai dengan kompetensi Hukum Tata Negara
(Siyasah), sehingga menuju masyarakat yang sadar hukum.
1
B. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional;
2. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi;
3. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan;
6. Peraturan Presiden Nomor 65 Tahun 2013 tentang Perubahan IAIN
Sunan Ampel menjadi UIN Sunan Ampel;
7. Keputusan Menteri Agama Nomor 29 tahun 2008 tentang Statuta IAIN
Sunan Ampel Surabaya ;
8. Peraturan Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2014 tentang Organisasi dan
Tata Kerja UIN Sunan Ampel;
9. Keputusan Rektor UIN Sunan Ampel Nomor
Un.07/1/PP.00.9/SK/751/P/2016 tentang Kalender Akademik Tahun
Ajaran 2016/2017 Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan
Pendidikan Tinggi dan Pengelolaan Perguruan Tinggi.
11. DIPA BLU UIN Sunan Ampel Surabaya Nomor DIPA-
025.04.2.423770/2017, tanggal 7 Desember 2016.
2
C. Tujuan
Sesuai dengan dasar pemikiran di atas, di antara tujuan program
Praktik Peradilan Tata Usaha Negara adalah:
1. Meningkatkan wawasan, vokasi, dan skills yang praktis bagi mahasiswa
dalam hal tata laksana berperkara di pengadilan, administrasi perkara
dan prosedur persidangan serta pembuktian dan penetapan vonis oleh
majelis hakim di Pengadilan Tata Usaha Negara.
2. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam memahami tata laksana di
Pengadilan Tata Usaha Negara, misalnya prosedur berperkara di
Pengadilan Tata Usaha Negara yang meliputi aspek teoritis judisial,
non-judisial maupun yang bersifat pragmatis empiris dalam ranah
organisatoris, administratif serta tata kelola finansial.
3. Meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam mempraktikkan dalam
tindakan konkret untuk membuat surat gugatan, surat permohonan
berperkara di pengadilan, dan tindakan berupa advokasi perkara judisial
dan non-judisial lainnya. Hal itu dilakukan agar dalam upaya hukum
dan prosedural litigasi yang benar sesuai dengan tata administratif,
perundangan dan konstitusional.
3
BAB II
STRATEGI DAN PENDEKATAN
A. Strategi
Strategi yang ditempuh dalam Praktik Peradilan Tata Usaha Negara
adalah Role playing. Mahasiswa dalam praktik ini melakukan observasi
pendahuluan, pendalaman langsung, dan mengambil peran secara partisipatif
melalui arahan dari Koordinator Tempat Praktik (dosen pamong) yang
ditetapkan oleh Pengadilan Tata Usaha Negara. Mahasiswa peserta praktik
melakukan peran sebagai penggugat, tergugat, hakim, penuntut umum/jaksa,
dan/atau advokat, sehingga mendapatkan pengalaman yang cukup dalam
berperkara dan Pengadilan Tata Usaha Negara.
B. Pendekatan
Pendekatan yang dilakukan dalam Praktik Peradilan Tata Usaha Negara
antara lain:
1. Point Counter Point, yaitu setiap mahasiswa yang mempunyai temuan
suatu kasus hukum dapat mengadakan analisis kritis yuridis dengan
Koordinator Tempat Praktik (dosen pamong) atau pembimbing dan/atau
mitranya. Hal itu dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan hukum atau
prosedur penetapan hukum yang benar sesuai dengan hukum acara yang
berlaku dengan tahapan sesuai kebutuhan di lapangan.
2. Case Study, yaitu setiap kelompok mahasiswa di akhir praktik
diwajibkan membuat laporan tertulis tentang suatu kajian kasus dan
temuan-temuan kasus di lapangan, baik dalam aspek litigasi maupun
non-litigasi yang diikutinya. Mahasiswa diharapkan dapat
4
mengklasifikasikan perkara tata usaha negara dengan akurat dan faktual,
sehingga memiliki kecakapan menerapkan hukum acara tata usaha
negara.
5
BAB III
PERSYARATAN PESERTA DAN WAKTU PELAKSANAAN
A. Persyaratan Peserta
Persyaratan mengikuti Praktik Peradilan Tata Usaha Negara adalah:
1. Mahasiswa Prodi Hukum Tata Negara (Siyasah) yang masih aktif
mengikuti studi dan telah diprogram di Kartu Rencana Studi melalui
SIAKAD.
2. Mahasiswa Prodi Hukum Tata Negara (Siyasah) yang masih aktif dan
telah menempuh kuliah pada semester VI ke atas, atau telah menempuh
minimal 100 SKS, atau telah menempuh/mengikuti simulasi peradilan
semu.
3. Mahasiswa yang telah lulus mata kuliah Hukum Tata Negara, Hukum Tata
Usaha Negara, dan Hukum Acara Tata Usaha Negara.
B. Waktu Pelaksanaan
Praktik Peradilan Tata Usaha Negara dilaksanakan pada semester
gasal. Jadwal pelaksanaan mengikuti kalender akademik dan ditempuh
selama 15 hari selama hari kerja efektif
6
BAB IV
PERSIAPAN
7
BAB V
TUGAS PEMBIMBING TEMPAT PRAKTIK
8
7. Mengunjungi tempat praktik sebanyak 3x (tiga kali); Tahap pertama,
mengadakan observasi pendahuluan dan konsultasi, kedua,
mengantar/pemberangkatan, dan ketiga, menjemput/penutupan (atau
evaluasi kinerja mahasiswa) sekaligus mengambil nilai dari
Koordinator Tempat Praktik (Dosen Pamong) di Pengadilan Tata
Usaha Negara.
8. Memberikan nilai pada mahasiswa bimbingannya (merekap nilai dari
pembimbing dengan nilai dari koordinator).
9. Melaporkan dan menyerahkan nilai peserta praktik kepada ketua
panitia di Prodi Hukum Tata Negara (Siyasah) (laporan harus diterima
pembimbing paling lambat 2 minggu setelah selesai praktik).
10. Menganjurkan kepada mahasiswa agar memakai jaket almamaternya
pada waktu mengikuti praktik di Pengadilan Tata Usaha Negara.
11. Memperhatikan unsur yang harus ada dalam isi laporan peserta
praktik, yang meliputi:
a. Pendahuluan
b. Prosedur/tata cara penerimaan perkara, tahapan pemeriksaan, dan
pembuktian perkara/kasus di Persidangan yang diikuti.
c. Hasil Temuan Studi dalam ruang sidang yang memuat analisis
kasus atau ketetapan majelis hakim, dan
d. Penutup, yang meliputi kesimpulan dan rekomendasi/saran.
9
BAB VI
TUGAS KOORDINATOR TEMPAT PRAKTIK
10
BAB VII
TUGAS PESERTA PRAKTIK
11
dan (4) Penutup dengan alokasi waktu paling lambat 2 Minggu setelah
selesai praktik. Nilai kualifikasi laporan ini bernilai/berskor 30%.
8. Mencatat dan mendokumentasikan hal-hal yang perlu dari temuan
perkara untuk bahan laporan melalui panitera perkara yang ditunjuk
oleh Ketua Pengadilan.
9. Mempraktikkan materi yang berkaitan dengan tata laksana persidangan
perkara tata usaha negara di Pengadilan Tata Usaha Negara, yang terdiri
atas:
a) Pembacaan Dakwaan;
b) Eksepsi;
c) Pemeriksaan Saksi;
d) Pembacaan Tuntutan;
e) Pledoi;
f) Pembacaan Putusan, dan
g) Eksekusi Putusan Pengadilan.
12
B AB VIII
EVALUASI & PENILAIAN
13
melaporkan hasil pengamatan dan sigi/studi kasus selama praktik di
peradilan.
4. Sistem penilaian menggunakan rumus sebagai berikut:
14
BAB X
SISTEMATIKA LAPORAN
15
* Lampiran-Lampiran
Lampiran 1:
PERKEMBANGAN KEKUASAAN PENGADILAN TATA USAHA
NEGARA DI INDONESIA
B. Landasan Teori
Salah satu prinsip dasar cita-cita negara hukum adalah adanya
kekuasaan Kehakiman yang bebas, yang terlepas dari pengaruh kekuasaan
eksekutif dan legislatif, dimana suatu perbuatan pemerintah dapat diajukan
ke muka Pengadilan untuk dinilai apakah perbuatan pemerintah yang
bersangkutan bersifat rechtmatig atau onrechtmatig.
16
C. Landasan Konstitusional
UUD 1945
Pasal 1
(3) Negara Indonesia adalah Negara Hukum.
Pasal 24
(2) Kekuasaan Kehakiman dilakukan oleh sebuah Mahkamah Agung dan
badan peradilan yang berada di bawahnya dalam lingkungan peradilan
umum, lingkungan peradilan agama, lingkungan peradilan militer,
lingkungan peradilan tata usaha negara, dan sebuah Mahkamah Konstitusi.
Pasal 24A
(5) Susunan, kedudukan, keanggotaan, dan hukum acara Mahkamah Agung
serta badan peradilan di bawahnya diatur dengan undang-undang.
Catatan : Dari ketentuan Pasal 24A ayat (5) UUD 1945 tersebut
mengamanatkan kekuasaan Pengadilan diatur “dengan undang-undang”
(bij de wet) dengan undang-undang tersendiri tidak boleh disisipkan
“dalam undang-undang” (in de wet) yang lain.
17
bukan sebagai peradilan khusus pada umumnya yang bisa menguji
keseluruhan tindakan dan/atau perbuatan pemerintah.
3. Kekuasaan PTUN hanya bisa menguji perbuatan pemerintah jika
memenuhi ketentuan Pasal 1 angka 9 dikurangi ketentuan Pasal 2 dan
Pasal 49 ditambah ketentuan Pasal 3.
4. Seiring dengan perkembangan dan kebutuhan hukum masyarakat
melalui Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 Tentang Administrasi
Pemerintahan dilakukan perluasan (expantion) kekuasaan PTUN,
dimana PTUN di beri kekuasaan untuk menguji tindakan faktual yang
dikenal dengan OOD, ketentuan Pasal 1 angka 9 UU No. 5 Tahun
1986 dilakukan rekonstruksi sesuai Pasal 1 angka 8 jo Pasal 87 UU
No. 30 Tahun 2014 sehingga menambah tindakan atau perbuatan
pemerintah yang dapat diuji.
5. Undang-Undang Nomor 30 tahun 2014 telah merekonstruksi Pasal 3
dari accepti fictum negativa menjadi accepti fictum positiva. Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 telah memberi wewenang kepada
PTUN untuk menguji ada atau tidak ada unsur penyalahgunaan
wewenang dan Keputusan dan/atau Tindakan Pemerintahan. Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014 telah menempatkan PTUN sebagai
peradilan khusus pada umumnya.
18
E. Kekuasaan PTUN Yang Diatur Dalam Undang-Undang ( in de wet)
1. Sengketa informasi publik sesuai Undang-Undang Nomor 14 Tahun
2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik. Tata Cara
Penyelesaiannya diatur dalam Perma Nomor : 02 Tahun 2011.
2. Permohonan Pengujian ada atau tidak ada unsur penyalahgunaan
wewenang dalam Keputusan dan atau tindakan sesuai Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2014. Pedoman beracara diatur dalam
Perma Nomor : 4 Tahun 2015.
3. Permohonan pengujian accepti fictum positiva sesuai Undang-Undang
Nomor 30 Tahun 2014. Pedoman beracara diatur dalam Perma Nomor
5 Tahun 2015.
4. Sengketa pelayanan publik dalam hal pelayanan yang diberikan oleh
penyelenggara atau pelaksana menimbulkan kerugian di bidang tata
usaha negara sesuai Pasal 51 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009
tentang Pelayanan Publik.
Pelayanan Adminitratif
Pasal 5
(7) Pelayanan administratif sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
a. Tindakan administratif pemerintsh yang diwajibkan oleh negara
dan diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka
mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan,
martabat, dan harta benda warga negara.
b. Tindakan administratif oleh instansi pemerintah yang diwajibkan
oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-undangan serta
diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerimaan pelayanan.
19
5. Sengketa Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum sesuai Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. Pedoman
Beracara di atur dalam Perma Nomor: 2 Tahun 2016.
Catatan : Kekuasaan PTUN dalam perkembangannya tidak saja diatur
dengan undang-undang (bij de wet) akan tetapi diatur pula dalam
undang-undang (in de wet).
20
Lampiran 2:
ADMINISTRASI KEPANITERAAN
DI LINGKUNGAN PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
A. Penjelasan Konsep
Tugas
Administrasi kepaniteraan
adalah keseluruhan aktifitas
yang berkaitan dengan Kepaniteraan
penyelenggaraan Panmud Perkara
kepaniteraan di bidang Panmud Hukum
teknis peradilan.
Fungsi
21
2. Kepaniteraan Pengadilan Tata Usaha Negara memiliki tugas
Melaksanakan pemberian dukungan di bidang teknis administrasi
perkara serta menyelesaikan surat-surat yang berkaitan dengan
perkara di tingkat pertama.
22
c. Pelaksanaan pengelolaan administrsai perkara, penyajian data
perkara, dan transparansi perkara.
d. Pelaksanaan administrasi keunagan dalam program teknis dan
keunagan perkara yang ditetapkan berdasarkan peraturan
perundang-undangan, minutasi, evaluasi dan administrasi
kepaniteraan.
e. Pembinaan teknis kepaniteraan dan kejurusitaan; dan
f. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Pengadilan
Tata usaha negara.
23
F. Fungsi Panitera Muda Perkara Di Lingkungan Pengadilan Tata Usaha
Negara
1. Panitera Muda Perkara di Pengadilan Tinggi Tata Usaha Negara
memiliki fungsi sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pemeriksaan berkas perkara.
b. Pelaksanaan register perkara banding.
c. Pelaksanaan distribusi perkara yang telah diregister untuk
diteruskan kepada Ketua Majelis Hakim berdasarkan Penetapan
Penunjukan Majleis Hakim dari Ketua PT TUN.
d. Pelaksanaan penerimaan kembali berkas perkara yang sudah
diputus dan diminutasi.
e. Pelaksanaan pengiriman salinan putusan PT beserta berkas
perkara bendel A kepada pengadilan pengaju.
f. Pelaksanaan penyimpanan berkas perkara yang belum
mempunyai kekuatan hukum tetap.
g. Pelaksanaan penyerahan berkas yang sudah mempunyai kekuatan
hukum tetap ke Panitera Muda Hukum.
h. Pelaksanaan urusan tata usaha kepaniteraan; dan
i. Pelaksanaan fungsi lainnya yang diberikan Panitera.
2. Panitera Muda Perkara di Pengadilan Tata Usaha Negara memiliki
fungsi sebagai berikut:
a. Pelaksanaan pemeriksaan dan penomoran berkas perkara
gugatan/sengketa TUN.
b. Pelaksanaan registrasi perkara gugatan/sengketa TUN.
c. Pelaksanaan penelitian administrasi gugatan/sengketa TUN.
24
d. Pelaksanaan penyerehan berkas perkara gugatan/sengketa TUN
kepada Ketua PTUN melalui Panitera untuk ditetapkan apakah
perkara tersebut di dismissal proses atau tidak, jika tidak akan
ditetapkan atau ditunjuk Majelis Hakim yang akan memetiksa.
e. Pelaksanaan penerimaan kembali berkas perkara yang sudah
diputus dan diminutasi.
f. Pelaksanaan pemberitahuan isi putusan tingkat pertama kepada
para pihak.
g. Pelaksanaan penerimaan dan pengiriman berkas perkara yang
dimohonkan bading, kasasi, dan PK.
h. Pelaksanaan pengawasan terhadap pemberitahuan isi putusan
yang dikirim kepada para pihak dan menyampaikan relas
penyerahan isi putusan Pengadilan Tinggi dan Mahkamah Agung.
i. Pelaksanaan penerimaan permohonan eksekusi.
j. Pelaksanaan penyimpanan berkas perkara yang belum
memperoleh kekuatan hukum tetap.
k. Pelaksanaan penyerahan berkas perkara yang sudah mempunyai
kekuatan hukum tetap kepada Panitera Muda Hukum.
l. Pelaksanaan urusan tata usaha kepaniteraan; dan
m. Pelaksaan fungsi lain yang diberikan Panitera.
25
2. Panitera Muda Hukum di Pengadilan Tata Usaha Negara memiliki
tugas pengumpulan, pengolahan dan penyajian data perkara serta
pelaporan di Pengadilan Tata Usaha Negara.
26
c. Pelaksanaan penyusunan dan pengiriman pelaporan perkata.
d. Pelaksanaan penataan, penyimpanan dan pemeliharaan arsip
perkara.
e. Pelaksanaan kerja sama dengan arsip daerah untuk penitipan
berkas perkara.
f. Pelaksanaan penyimpanan, pengelolaan, dan penyajian bahan-
bahan yang berkaitan dengan transparansi perkara.
g. Pelaksanaan penyimanan pengaduan dari masyarakat, hubungan
masyarakat; dan
h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Panitera.
27
3. Administrasi perkara adalah seluruh kegiatan yang dilakukan oleh
aparat pengadilan tata usaha negara yang diberi tugas untuk mengelola
penanganan perkara yang meliputi :
a. Prosedur penerimaan perkara.
b. Keuangan perkara.
c. Pemberkasan perkara
d. Penyelesaian perkara; dan
e. Pembuatan laporan perkara.
4. Administrasi umum adalah seluruh kegiatan yang berhubungan
dengan pengelolaan di bidang kepegawaian, keuangan, iventaris,
perpustakaan, tertib persuratan, tertib perkantoran, dan lain-lain.
28
b. Meja /Loket II bertanggungjawab: mencatat dalam register:
Register Induk Perkara, Register Permohonan Banding, Register
Permohonan Kasasi, Regiter Permohonan PK.
c. Mengenai bagaimana alur di dalam Meja/Loket I dan Meja/Loket
II dipersilahkan kepada Peserta Praktik untuk observasi,
mencatat, dan membuat ragaan sendiri.
3. Dokumen yang disertakan dalam Pendaftaran Perkara:
a. Surat Gugatan atau gugatan perlawanan.
b. Surat Kuasa Khusus dari Penggugat atau Pemohon kepada kuasa
hukumnya.
c. Foto copy kartu advokat kuasa hukum yang bersangkutan dan
berita acara sumpah advokat kuasa hukum yang bersangkutan.
d. Foto copy Keputusan TUN.
29
Penerjemah
Eksekusi dan lain-lain .
3. Komponen Hak-hak Kepaniteraan. Hak-hak kepaniteraan terdiri dari:
1) Biaya meterai
2) Redaksi
3) Leges
4) Pencatatan banding
5) Pencatatan kasasi
6) Pencatatan PK
7) Dan lain-lain yang akan ditetapkan dalam Perma sebagai
pendapatan negara.
4. Kasir melaksanakan tugas-tugas administrasi biaya perkara. Biaya
perkara dikeluarkan berdasarkan keperluan sesuai dengan jenis
kegiatan. Kasir mencatat penerimaan dan pengeluaran uang setiap
hari, dalam buku jurnal yang bersangkutan dan mencatat dalam Buku
Kas Bantu yang dibuat dalam rangkap dua, lembar petama disimpan di
kasir, sedangkan lembar kedua diserahkan kepada Panitera sebagai
laporan.
5. Jenis Buku Keuangan Perkara
1) Jurnal Perkara Gugatan
2) Jurnal Permohonan Banding
3) Jurnal Permohonan Kasasi
4) Jurnal Permohonan PK
5) Jurnal Permohonan Eksekusi
6) Buku Induk Keuangan Perkara TUN
7) Buku Induk Keuangan Eksekusi
30
8) Buku Penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan.
6. Buku Jurnal Keuangan Perkara dipergunakan untuk mencatat semua
kegiatan penerimaan dan pengeluaran biaya untuk setiap perkara.
7. Buku Induk Keuangan Perkara dipergunakan mencatat kegiatan
penerimaan dan pengeluaran dari seluruh perkara (kecuali perkara
permohonan eksekusi).
8. Penerimaan dan pengeluaran biaya eksekusi yang dicatat dalam buku
jurnal eksekusi menurut urutan tanggal penerimaan dan pengeluaran
dimasukkan ke dalam Buku Induk Keuangan Eksekusi.
9. Buku penerimaan Uang Hak-hak Kepaniteraan digunakan untuk
mencatat penerimaan uang hak-hak kepaniteraan dan dalam kolom
keterangan diisi dengan tanggal, jumlah uang yang disetor, serta tanda
tangan dan nama bendaharawan penerima.
L. Pemberkasan
1. Bundel A: merupakan himpunan surat-surat yang diawali dengan surat
gugatan dan semua kegiatan proses penyidangan/pemeriksaan perkara
tersebut yang selalu disimpan di PTUN.
2. Bundel B Banding: berkaitan dengan permohonan banding yang pada
akhirnya akan menjadi arsip berkas pada Pengadilan Tinggi TUN,
adalah merupakan himpunan surat-surat perkara yang diawali dengan
permohonan pernyataan banding serta semua kegiatan berkenaan
dengan adanya permohonan banding serta semua kegiatan berkenaan
dengan adanya permohonan banding.
3. Bundel B Kasasi: berkaitan dengan permohonan Kasasi yang pada
akhirnya akan menjadi arsip berkas pada Mahkamah Agung , adalah
31
merupakan himpunan surat-surat perkara yang diawali dengan
permohonan Kasasi serta semua kegiatan berkenaan dengan adanya
permohonan kasasi serta semua kegiatan berkenaan dengan adanya
permohonan kasasi.
4. Bundel B PK: berkaitan dengan permohonan PK yang pada akhirnya
akan menjadi arsip pada Mahkamah Agung, adalah merupakan
himpunan surat-surat perkara yang diawali dengan permohonan PK
serta semua kegiatan berkenaan dengan adanya permohonan PK serta
semua kegiatan berkenaan dengan adanya permohonan PK.
5. Bundel A mengikuti bundel B banding, bundel B Kasasi, dan
bundel B PK, dan akan kembali lagi ke Pengadilan pengaju setelah
proses banding, kasasi, dan PK selesai. Bundel A disimpan di Arsip
Pekara.
M. Register Perkara:
1. Jenis register
a. Register Induk Perkara
b. Register Perkara Gugatan/Perlawanan terhadap penetapan
dismissal.
c. Register permohonan banding
d. Register Permohonan Kasasi
e. Register Permhonan PK.
f. Register Eksekusi.
g. Register Pengawasan terhadap pelaksanaan Putusan Pengadilan
Pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap.
32
h. Register Pengawasan terhadap dipatuhinya perintah hakim dalam
Penetapan Penundaan.
2. Laporan dan Jenisnya
a. Laporan keadaan perkara
b. Laporan perkara yang domohonkan banding
c. Laporan perkara yang dimohonkan kasasi
d. Laporan perkara yang dimohonkan PK
e. Laporan perkara yang dimohonkan eksekusi dan pelaksanaannya
f. Laporan tentang kegiatan hakim
g. Laporan tentang kegiatan Panitera/Pengganti
h. Laporan keungan perkara
i. Laporan jenis perkara.
3. Produk dari Administrasi Perkara & Persidangan
a. Produk dari aktifitas Administrasi Perkara dan Administrasi
Persidangan adalah berupa dokumen atau rekaman litigasi.
b. Dokumen atau rekaman litigasi apa saja yang merupakan produk
dari aktifitas Administrasi Perkara dan Administrasi Persidangan.
33
Lampiran 3:
TATA LAKSANA ACARA PERSIDANGAN SENGKETA TUN
DI PENGADILAN TUN & PENGADILAN TINGGI TUN
34
2. Penetapan Hari Sidang.
a. Majelis Hakim mempelajari berkas, dan dalam waktu selambat-
selambatnya 7 hari kalender sudah harus menetapkan hari sidang
pertama.
b. Setiap Majelis harus mempunyai jadwal persidangan yang lengkap
(court calender)
c. Penetapan hari sidang selalu dimusyawarahkan dengan sesama
anggota Majelis.
d. Dalam menentukan hari sidang harus mempertimbangkan jauh
dekatnya tempat tinggal, jangka waktu antara pemanggilan dan
hari sidang tidak boleh kurang dari 6 hari, kecuali undang-undang
menentukan lain.
3. Panggilan Para Pihak
a. Panggilan kepada para pihak dilakukan dengan surat tercatat
b. Panggilan kepada para pihak dianggap sah apabila masing-masing
telah menerima surat panggilan yang dikirim dengan surat tercatat
dan/atau menerima panggilam melalui juru sita.
c. Pemanggilan para pihak yang berkedudukan di luar negeri melalui
Kemenlu.
4. Persidangan
a. Sidang PTUN selalu harus dilakukan di ruang sidang, kecuali
dalam hal pemeriksaan setempat.
b. Sarana Persidangan lainnya
1. Palu, digunakan untuk: membuka dan menutup sidang,
memberikan perintah dan larangan, dan setelah membacakan
amar putusan.
35
2. Kitab suci, sebagai sarana sumpah saksi dan ahli.
3. Dupa
c. Pemeriksaan di Tempat
Aspek Temporis Persidangan
1) Sidang Pengadilan TUN selalu harus dimulai pada jam 09.00.
Kalau keadaan luar biasa, sidang dimulai pada waktu lain,
namun hal itu harus diumumkan terlebih dahulu.
2) Apabila sidang yang telah ditentukan tidak dapat terlaksana
karena sesuatu hal, maka sesegera mungkin hal itu harus
diumumkan.
3) Apabila Ketua Majelis yang ditunjuk berhalangan tetap untuk
bersidang, maka ketua Pengadilan menunjuk Ketua Majelis
yang baru dengan penetapan.
4) Apabila salah seorang Hakim Anggota majelis berhalangan
sementara, maka ditunjuk hakim lain sebagai pengganti, dan
apabila berhalangan tetap, maka Ketua Pengadilan menunjuk
hakim lain sebagai pengganti dengan penetapan.
5) Hakim Ketua Majelis bertanggungjawab atas ketepatan
pemeriksaan perkara yang dipercayakan kepadanya, dan agar
pemeriksaan perkara berjalan teratur, tertib, dan lancar, maka
sebelum pemeriksaan dimulai harus mempersiapkan
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.
6) Sidang Terbuka Untuk Umum, Kecuali Di Tentukan Lain.
7) Tahapan dan acara persidangan sesuai TOR akan diperoleh
pada saat Praktik di PTUN.
36
8) Limitasi Waktu Penyelesaian Perkara, bulan sejak diterima
harus sudah diputus dan diminutasi.
5. Berita Acara Sidang
a. Hakim/Ketua Majelis bertanggungjawab atas pembuatan dan
kebenaran berita acara sidang dan menandatanganinya bersama
dengan Panitera Pengganti yang ikut bersidang sebelum sidang
berikutnya.
b. Panitera Pengganti yang ikut bersidang wajib membuat berita acara
sidang yang memuat segala sesuatu yang terjadi di persidangan,
yaitu mengenai susunan persidangan, siapa-siapa yang hadir, serta
jalannya pemeriksaan perkara tersebut dengan lengkap dan jelas.
c. Pada waktu musyawarah semua berita acara sidang harus sudah
selesai diketik, ditandatangani sehingga dapat dipakai sebagai
bahan musyawarah oleh Majelis hakim yang bersangkutan.
d. Perkembangan suatu perkara yang disidangkan harus dilaporkan
oleh PP kepada Panitera dan dicatat dalam buku register yang
disediakan untuk itu.
e. Apabila ketua Majelis atau Hakim Ketua sidang dalam
pemeriksaan acara cepat berhalangan menandatangani BAS
dan/atau putusan, maka BAS atau putusan tersebut ditandatangani
oleh Ketua Pengadilan dengan menyatakan berhalangan Ketua
Majelis atau Hakim Ketua Sidang dalam pemeriksaan acara cepat
tersebut.
f. Apabila PP yang ikut bersidang berhalangan menandatangani BAS
atau putusan, maka BAS atau putusan tersebut ditandatangani oleh
Panitera dengan menyatakan berhalangannya Panitera Pengganti.
37
6. Rapat Permusyawaratan
a. Rapat permusyawaratan Hakim bersifat rahasia.
b. Ketua Majelis mempersilahkan Hakim Anggota II untuk
mengemukakan pendapatnya, disusul oleh hakim Anggota I dan
terkahir Ketua Majelis akan menyampaikan pendapatnya, semua
pendapat harus dikemukakan dengan argumentasi yuridis yang
jelas.
c. Dalam sidang permusyawaratan, setiap Hakim wajib
menyampaikan pertimbangan atau pendapat tertulis terhadap
perkara yang sedang diperiksa, dalam hal tidak dicapai mupakat,
pendapat Hakim yang berbeda wajib dimuat dalam putusan yang
merupakan bagian yang tak terpisahkan dari putusan.
d. Dalam hal tidak tercapai permupakatan bulat permusyawaratan
ditunda untuk berikutnya dilakukan permusyawaratan yang kedua,
dalam tidak tercapai kesepakatan bulat, maka yang dipakai adalah
suara terbanyak, dalam hal suara terbanyak tidak tercapai, maka
pendapat Ketua Majelis yang dipergunakan.
7. Putusan
a. Putusan Pengadilan harus diucapkan dalam sidang yang terbuka
untuk umum.
b. Apabila salah satu pihak tidak hadir atau kedua belah pihak tidak
hadir pada waktu putusan, atas perintah hakim ketua sidang salinan
putusan disampaikan dengan surat tercatat kepada yang
bersangkutan.
38
c. Apabila putusan tidak diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk
umum berakibat putusan Pengadilan tidak sah dan tidak
mempunyai akibat hukum.
d. Pada waktu putusan diucapkan, konsep putusan yang lengkap harus
sudah siap, yang segera setelah putusan diucapkan akan diserahkan
kepada Panitera Pengganti untuk diminutasi dalam waktu paling
lama 30 hari sesudah putusan diucapkan.
8. Minutasi
a. Hakim/Ketua Majelis bertanggung jawab atas ketetapan batas
waktu minutasi perkara.
39
Lampiran 4: Contoh Sampul Depan
LAPORAN PRAKTIK PERADILAN TATA USAHA NEGARA
DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA SURABAYA
40
Lampiran 5: Contoh Sampul Dalam
LAPORAN PRAKTIK PERADILAN TATA USAHA NEGARA
DI PENGADILAN TATA USAHA NEGARA
NAMA KELOMPOK:
1. ............................. NIM ...............................
2. ............................. NIM ...............................
3. ............................. NIM ...............................
4. ............................. NIM ...............................
5. ............................. NIM ...............................
6. ............................. NIM ...............................
7. ............................. NIM ...............................
41
Lampiran 6: Contoh Persetujuan Pembimbing dan Koordinator Tempat Praktik
PERSETUJUAN PEMBIMBING DAN KOORDINATOR TEMPAT
PRAKTIK
Dengan ini kami menyatakan bahwa laporan Praktik Peradilan Tata
Usaha Negara di Pengadilan Tata Usaha Negara ____________ yang bertempat
di _________________, dan berlangsung sejak _____________ dinyatakan
telah memenuhi syarat untuk diserahkan ke Prodi Hukum Tata Negara (Siyasah)
Jurusan Hukum Publik Islam Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Ampel
Surabaya.
42
Lampiran 7: Contoh Pengesahan Laporan Praktik Peradilan Tata Usaha
Negara
PENGESAHAN LAPORAN PRAKTIK PERADILAN TATA USAHA
NEGARA
Dengan ini Dekan Fakultas Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Ampel
menyatakan bahwa laporan Praktik Peradilan Tata Usaha Negara di Pengadilan
Tata Usaha Negara ____________ yang bertempat di _________________,
sudah berlangsung sejak _____________ telah dinyatakan sah dan dapat
diterima sebagai prasyarat kelulusan mata kuliah Praktik Peradilan Tata Usaha
Negara.
Surabaya, _________________
Dekan,
43
Lampiran 8: Contoh Outline Laporan Praktik Peradilan Tata Usaha Negara
COVER
PERSETUJUAN PEMBIMBING DAN KOORDINATOR TEMPAT
PRAKTIK
PENGESAHAN PRAKTIK PERADILAN TATA USAHA NEGARA
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Deskripsi Pengadilan Tata Usaha Negara
B. Struktur Organisasi Pengadilan Tata Usaha Negara
C. Jumlah Hakim, Panitera, Juru Sita, Karyawan Administrasi
D. Fasilitas Pendukung
E. Dan lain-lain yang relevan
BAB II PELAKSANAAN PRAKTIK PERADILAN TATA USAHA
NEGARA
A. Prosedur Penerimaan Perkara, dan
B. Pemeriksaan Perkara dan Pembuktian di Persidangan
C. Temuan Studi
44
Lampiran 9: Daftar Hadir Pembekalan Praktik Peradilan Tata Usaha Negara
DAFTAR HADIR
PESERTA PEMBEKALAN PRAKTIK PERADILAN TATA USAHA NEGARA
FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
TAHUN ___________
1 1
2 2
3 3
4 4
5 5
6 6
Surabaya, __________
Ketua,
__________________
45
Lampiran 10: Daftar Hadir Praktik Peradilan Tata Usaha Negara
T A N G G A L
Surabaya, __________
Pembimbing Tempat Praktik Koordinator Tempat Praktik
________________ ________________
46
Lampiran 11: Daftar Nilai Praktik Peradilan Tata Usaha Negara
Surabaya, __________
Koordinator Tempat Praktik, Pembimbing Tempat Praktik,
_______________________ _______________________
Catatan:
NP : Nilai Praktik
NKTT : Nilai Koordinator Tempat Praktik
NPTT : Nilai Pembimbing Tempat Praktik
47
Lampiran 12: Biodata Peserta Praktik
Foto Nama :
NIM :
Jurusan :
Prodi :
Alamat :
Contact person:
48
Lampiran 13: Daftar Hadir di Persidangan
49