Anda di halaman 1dari 51

MODUL

PENDIDIKAN DAN LATIHAN KEMAHIRAN HUKUM


“PENDAFTARAN DAN SERTIFIKASI WAKAF TANAH”

LABORATORIUM HUKUM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2018

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

|0
KATA PENGANTAR

Laboratorium Hukum Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang


memberi kesempatan kepada segenap mahasiswa untuk memperdalam keilmuan yang
dimiliki, terlebih khusunya secara teknis di lapangan.

Salah satu yang menjadi agenda rutin Laboratorium Hukum Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Malang adalah dengan mengadakan Pendidikan dan
Latihan Kemahiran Hukum, sebagai salah satu bentuk untuk menjadikan mahasiswa
mahir dalam bidang hukum dalam dunia kerja yang sesungguhnya kelak. Sehingga
mampu memecahkan permasalahan-permasalahan yang nyata ditemukan serta tidak
hanya memahami sebatas teori saja namun mampu untuk menerapkan keilmuan yang
diperoleh saat di lapang. Untuk itulah dibuat sebuah buku pegangan untuk
pelaksanaan Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum ini yang khusus membahas
mengenai prosedur pendaftaran dan sertifikasi wakaf.

Sebagai sebuah hal yang dibuat oleh manusia tentulah buku pegangan Pendidikan
dan Latihan Kemahiran Hukum ini bukan sebuah hal sempurna, oleh karenanya
membutuhkan banyak evaluasi dan masukan, sehingga buku pegangan ini menjadi
sebuah buku pegangan yang tetap bisa digunakan keberadaannya secara akademik.
Dan kepada semua pihak yang turut memberikan sumbangsih terhadap
keberadaannya buku pegangan ini kami sampaikan banyak terimakasih.

Malang, 17 Agustus 2018

Tim Penyusun

Lab Hukum FH-UMM

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

|1
Buku Pendidikan dan Latihan Kemahiran Hukum 2018

Tim Penusun

Penanggung Jawab

Dekan Fakultas Hukum : Dr. Tongat, SH., M.Hum.


Pembantu Dekan I : Catur Wido Haruni,S.H.,M.Si.,M.Hum
Pembantu Dekan II : Dr. Haris,S.H.,M.Hum
Pembantu Dekan III : Said Noor Prasetya.,SH.,M.H
Kepala Program Studi FH : Nu’man Aunuh, SH., M.Hum.
Sekretaris Program Studi FH : Ratri Novita R Dianti, SH., MH.
Kepala Laboratorium FH :
Ketua Divisi Magang, PLKH
:
dan Dokumentasi Hukum
Ketua Divisi Praktikum :

Pelaksana

1. Radhityas Kharisma Nuryasinta, SH


2. Intan Khoirun Nisa, SH
3. Eliana Damayanti, SH
4. Putri Sakina Wibowo, SH
5. Siti Wulandari, SH
6. Muhammad Luthfi, SH.,S.Sy
7. Zatwa Amelia, SH
8. Ruchoyah, SH
9. Mardiana, SH

Diterbitkan Oleh :
Laboratorium Fakultas Hukum
Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Malang
2018

BAB I

PENDAHULUAN

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

|2
A. Dasar Pemikiran
Hakikat pembangunan nasional Indonesia adalah pembangunan manusia
seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, yang bertujuan untuk
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur baik material maupun spiritual.
Sebagai masyarakat yang susunan perekonomian yang cenderung agraris maka
tanah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan kehidupan masyarakat.
Dalam manfaatnya tanah dipergunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan
rakyat demi tercapainya masyarakat yang adil dan makmur.
Tanah sangat berperan untuk pembangunan masyarakat baik dalam jumlah,
kepemilikan maupun proses peralihan haknya. Tanah akan mengalami perubahan
kedudukan dan fungsi melalui beberapa proses peralihan hak seperti hibah,
wakaf, jual beli. Salah satu proses peralihan hak yang pengaruhnya sangat besar
pada kedudukan dan fungsi tanah adalah wakaf. Dalam kehidupan masyarakat
banyak sekali tempat-tempat ibadah, panti asuhan, pusat penyiaran agama yang
didirikan diatas tanah wakaf.
Mengingat peranan dan potensi tanah wakaf yang sangat besar, maka
pemerintah memberikan jaminan kepastian hukum di bidang pertanahan.
Sehubungan dengan hal itu, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, dalam Pasal 19, memerintahkan
diselenggarakanya pendaftaran tanah dalam rangka menjamin kepastian hukum
atas tanah-tanah bagi seluruh masyarakat. Pada Pasal 49 Ayat (3) UUPA juga
diamanahkan tentang masalah Perwakafan Tanah Milik yang akan diatur dalam
suatu peraturan pemerintah tersendiri. Peraturan Pemerintah yang dimaksud yaitu
Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah Milik.
Sengketa wakaf disebabkan oleh beberapa faktor. Salah satu faktor
penghambat efektifitas pensertifikatan tanah wakaf yang menjadi perhatian
utama. Pendaftaran dan pensertifikatan tanah wakaf merupakan bagian dari
pendaftaran dan pensertifikatan tanah di seluruh wilayah Republik Indonesia.
Adapun keterangan keterangan atau data-data tanah yang diperoleh dari proses
pendaftaran tanah adalah merupakan satu kesatuan, bahwa pelaksanaan
pendaftaran hak atas tanah juga ditujukan untuk menjamin adanya kepastian
hukum terhadap hak-hak atas tanah diseluruh wilayah Indonesia.
Wakaf tanah apabila ditinjau dari aspek sosial keIslaman mengandung nilai
ekonomi yang tinggi yang bisa diharapkan dari pelaksanaan wakaf tanah yang
tepat bisa mewujudkan kesejahteraan sosial yang bisa dirasakan semua
masyarakat. Namun dalam praktiknya masih ada sejumlah tanah wakaf yang
belum memenuhi persyaratan dan prosedur pendaftaran serta pensertifikatan
sesuai ketentuan. Hal tersebut dapat terjadi karena sebagian masyarakat belum

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

|3
mengetahui, memahami dan mentaati secara benar ketentuan peraturan
perwakafan yang ada. Ketidaktahuan masyarakat mengenai suatu peraturan
perundang-undangan khususnya Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 dan
Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 Tentang Wakaf
Berdasarkan pemikiran tersebut maka Modul ini disusun dan dihadirkan
kepada pembaca dengan maksud membahas mengenai prosedur pendaftaran dan
sertifikasi wakaf sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan wakaf
yang berlaku. Dengan adanya modul ini, pembaca dapat memahami aturan,
norma, dan prinsip hukum dalam pengaturan perwakafan di Indonesia.

B. Ruang Lingkup
Ruang lingkup dalam pelaksanaan PLKH adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran dan Pelatihan Kemahiran Hukum tentang prosedur pendaftaran
dan sertifikasi wakaf
2. Pembelajaran dan Pelatihan Kemahiran Hukum tentang penyelesaian
permasalahan perwakafan yang terjadi di lapang

C. Tujuan
Tujuan dari kegiatan ini sebagai berikut :
1. Mahasiswa mampu untuk memahami tentang pengertian wakaf
2. Mahasiswa mampu menjelaskan tentang subjek-subjek wakaf
3. Mahasiswa menguasai persyaratan dan tata cara pendaftaran wakaf
4. Mahasiswa menguasai persyaratan dan prosedur serifikasi wakaf
5. Mahasiswa mahir dalam menyelesaikan persoalan wakaf

D. Ketentuan Penilaian
Adapun ketentuan penilaian sebagai berikut :

Materi Nilai
Pendidikan 25 %
a. Stadium General
b. Resume
Pelatihan 40 %
a. Pelatihan I
b. Pelatihan II
c. Pelatihan III
Target 35 %
a. Tugas Lapang
b. Laporan Observasi
c. Post-test
Total 100 %

E. Nilai Akhir

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

|4
ANGKA HURUF
0-20 E
21-40 D
41-50 C
51-60 C+
61-70 B
71-80 B+
81-100 A

BAB II

TINJAUAN WAKAF

A. Pengertian Wakaf

Secara etimologis wakaf berasal dari kata waqafa dalam bahasa Arab yang
merupakan sinonim dari kata habasayahbisu-habsan yang menurut bahasa berarti
menahan, Rasulullah SAW menggunakan kata al-habs dalam menunjukkan
pengertian wakaf. Dengan demikian yang dimaksud wakaf dalam pembahasan ini
ialah menahan (al-habs), yaitu menahan suatu harta benda, yang manfaatnya
diperuntukkan bagi kebajikan yang dianjurkan oleh agama1.
1
Atabik Ali dan Ahmad Zuhdi Muhdlor. Kamus kontemporer Arab-Indonesia. Yogyakarta. Penerbit
Krapyak. Hal 2033-2034
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

|5
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 tentang
Wakaf pasal 1 ayat (1) menyebutkan bahwa pengertian Wakaf adalah :

“perbuatan hukum wakif untuk memisahkan dan/atau menyerahkan sebagian


harta benda miliknya untuk dimanfaatkan selamanya atau untuk jangka waktu
tertentu sesuai dengan kepentingannya guna keperluan ibadah dan/atau
kesejahteraan umum menurut syariah.”
Adapun pengertian wakaf menurut PP No. 28 tahun 1977 tentang perwakafan
tanah hak milik pasal 1 ayat (1) :

“wakaf ialah perbuatan hukum seseorang atau badan hukum yang


memisahkan sebagian harta kekayaannya yang berupa tanah milik, dan
melembagakan untuk selama lamanya untuk kepentingan peribadatan atau
keperluan umum lainnya, sesuai dengan ajaran islam”

B. Sejarah Wakaf

1. Masa Rasulullah

Dalam sejarah Islam, Wakaf dikenal sejak masa Rasulullah SAW karena
wakaf disyariatkan setelah Nabi SAW berhijrah ke Madinah pada tahun kedua
Hijriyah. Terdapat dua pendapat yang berkembang di kalangan ahli
yurisprudensi Islam (fuqaha’) tentang siapa yang pertama kali melaksanakan
Syariat wakaf. Menurut sebagian pendapat ulama mengatakan bahwa yang
pertama kali melaksanakan wakaf adalah Rasulullah SAW ialah wakaf tanah
milik Nabi SAW untuk dibangun masjid. Pendapat ini berdasarkan hadist
yang diriwayatkan oleh Umar bin Syabah dari ‘Amr bin Sa’ad bin Mu’ad , ia
berkata :

“Kami bertanya tentang mula-mula wakaf dalam Islam, Orang Muhajirin


mengatakan adalah wakaf Rasulullah SAW” (Asy-Syaukani : 129).
Rasulullah SAW pada tahun ketiga Hijriyah pernah mewakafkan tujuh
kebun Kurma di Madinah, diantaranya ialah kebon A’raf, Syafiyah, Dalal,
Barqah dan Kebon lainnya. Menurut pendapat sebagian ulama mengatakan
bahwa yang pertama kali melaksanakan Syariat wakaf adalah Umar bin
Khathab. Kemudian Syariat wakaf yang telah dilakukan oleh Umar bin
Khathab disusul oleh Abu Thalhah yang mewakafkan kebun kesayangannya,
kebun “Bairaha”. Selanjutnya disusul oleh sahabat Nabi SAW lainnya seperti
Abu Bakar yang mewakafkan sebidang tanahnya di Mekkah.

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

|6
Utsman menyedekahkan hartanya di Kahaibar. Ali bin Abi Thalib
mewakafkan rumahnya, yang popular dengan sebutan “Dar al-Anshar”.
Kemudian pelaksanaannya wakaf disusul oleh Anas bin Malik, Abdullah bin
Umar, Zubair bin Awwam dan ‘Aisyah Istri Rasulullah SAW.

2. Masa Dinasti - Dinasti Islam

Praktik wakaf menjadi lebih luas pada masa dinasti Umayah dan dinasti
Abbasiyah, semua orang berduyun-duyun untuk melaksanakan wakaf, dan
wakaf tidak hanya untuk orang-orang fakir dan miskin saja, tetapi wakaf
menjadi modal untuk membangun lembaga pendidikan, membangun
perpustakaan dan membayar gaji para stafnya, gaji para guru dan beasiswa
untuk para siswa dan mahasiswanya. Antusiasme masyarakat kepada
pelaksanaan wakaf telah menarik perhatian Negara untuk mengatur
pengelolaan wakaf sebagai sector untuk membangun solidarotas sosial dan
ekonomi masyarakat.

Pada masa dinasti Umayyah yang menjadi hakim Mesir adalah Taubah bin
Ghar al-Hadhramiy pada masa Khalifah Hisyam bin Abd Malik. Ia sangat
perhatian dan tertarik dengan pengembangan wakaf sehingga terbentuk
lembaga wakaf tersendiri sebagaimana lembaga lainnya di bawah pengawasan
hakim. Lembaga inilah yang pertama kali dilakukan dalam administrasi wakaf
di Mesir, bahkan di seluruh Negara Islam. Pada saat itu juga, Hakim Taubah
mendirikan lembaga wakaf di bawah Departemen Kehakiman yang dikelola
dengan baik dan hasilnya disalurkan kepada yang berhak dan yang
membutuhkan.

Pada masa dinasti Abbasiyah terdapat lembaga wakaf yang disebut dengan
“Shadr al-Wuquuf” yang mengurus administrasi dan memilih staf pengelola
lembaga wakaf. Demikian perkembangan wakaf pada masa dinasti Umayyah
dan Abbasiyah yang manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat, sehingga
lembaga wakaf berkembang searah dengan pengaturan administrasinya

Pada masa dinasti Ayyubiyah di Mesir perkembangan wakaf cukup


menggembirakan, di mana hampir semua tanah – tanah pertanian menjadi
harta wakaf dan semuanya dikelola oleh Negara dan menjadi milik Negara
(baitul mal). Shalahhuddin al-Ayyuby banyak mewakafkan lahan milik
Negara untuk kegiatan pendidikan, seperti mewakafkan beberapa desa
(qaryah) untuk pengembangan madrasah.

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

|7
Perkembangan wakaf pada masa dinasti Mamluk sangat pesat dan
beraneka ragam, sehingga apapun yang dapat diambil manfaatnya boleh
diwakafkan. Akan tetapi yang paling banyak yang diwakafkan pada masa itu
adalah tanah pertanian dan bangunan, seperti gedung perkantoran, penginapan
dan tempat belajar. Pada masa makluk terdapat wakaf hamba sahaya yang
diwakafkan budak untuk memelihara masjid dan madrasah. Hal ini dilakukan
pertama kali oleh pengusaha dinasti Utsmani ketika menaklukan Mesir,
Sulaiman Basya yang mewakafkan budaknya untuk merawat masjid.

Pada tahun 1287 Hijriah dikeluarkan Undang-Undang yang menjelaskan


tentang kedudukan tanah-tanah kekuasaan Turki Utsmani dan tanah-tanah
produktif yang berstatus wakaf. Dari implementasi undang-undang tersebut di
Negara-negara Arab masih banyak tanah yang berstatus wakaf dan dipraktikan
sampai saat sekarang.

C. Dasar Hukum Wakaf

1. Menurut Al-Quran

- Q.S. Al-Baqarah (2):267

“hai orang-orang beriman! Nafkahkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil
usaha kamu yang baik-baik, dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari
bumi untuk kamu”

- Q.S. Ali Imran (3):92

“Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna) sebelum


kamu menafkahkan sebagian dari apa yang kamu cintai ”

- Q.S. Al-Baqarah (2):261

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan


hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan
tujuh bulir. Pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi sesiapa yang Dia kehendaki, dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha
Mengetahui.”

- Q.S. Al-Hajj (22):77

“dan perbuatlah kebajikan supaya kamu mendapat kemenangan”

2. Menurut Hadist Rasulullah SAW

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

|8
- “Apabila manusia wafat, terputuslah amal perbuatannya, kecuali dari tiga
hal yaitu sedekah jariyah, atau ilmu pengetahuan yang dimanfaatkan, atau
anak yang saleh” (HR. Muslim)

- JIka engkau mau, tahanlah zat (asal) bendanya dan sedekahkanlah


hasilnya2.

3. Menurut Hukum Indonesia

- Undang-Undang Nomor 41 tahun 2004 tentang wakaf

- Peraturan Pemerintah nomor 42 tahun 2006 tentang peraturan pelaksana


UU nomor 41 tahun 2004

- Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 1977 tentang Perwakafan Tanah


Milik

- Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 1 tahun 2010 tentang


Standard Pelayanan dan Pengaturan Pertanahan

- Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang / Kepala Badan Pertanahan


Nasional Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pengaturan dan Tata Cara
Penetapan Hak Guna Usaha

- Peraturan Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 1 tahun


2011 tentang Pelimpahan Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan
Kegiatan Pendaftaran Tanah Tertentu

D. Unsur – Unsur Wakaf

1. Wakif

Wakif adalah pihak yang mewakafkan harta bendanya miliknya. Wakif


meliputi perseorangan, organisasi, atau badan hukum.

2. Nazhir

Nazhir adalah pihak yang menerima harta benda wakaf dari Wakif untuk
dikelola dan dikembangkan sesuai dengan peruntukannya.

2
Departemen Agama RI. 2005. Wakaf Tunai dalam Perspektif Hukum Islam. Jakarta. Penerbit
Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf. Hal. 23
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

|9
3. Harta Benda Wakaf

Harta Benda Wakaf adalah harta benda yang memiliki daya tahan lama
dan/atau manfaat jangka panjang serta mempunyai nilai ekonomi menurut
syariah yang diwakafkan oleh Wakif. Harta benda wakaf terdiri dari benda
tidak bergerak dan benda bergerak

Benda tidak bergerak meliputi :

a) Hak atas tanah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan


yang berlaku baik yang sudah maupun yang belum terdaftar. Hak atas
tanah yang dapat diwakafkan terdiri dari :

(1) Hak milik atas tanah baik yang sudah atau belum terdaftar
(2) Hak guna bangunan, hak guna usaha atau hak pakai di atas tanah
negara
(3) Hak guna bangunan atau hak pakai di atas hak pengelolaan atau hak
milik wajib mendapat izin tertulis pemegang hak pengelolaan atau hak
milik
(4) Hak milik atas satuan rumah susun.
(5) Hak atas tanah yang diperoleh dari instansi pemerintah.

Hak atas tanah yang diperoleh dari instansi pemerintah, pemerintah


daerah BUMN/BUMD, dan pemerintah desa atau sebutan lain yang
setingkat dengan itu wajib mendapat izin dan pejabat yang berwenang
sesuai Peraturan Perundang - undangan.
b) Bangunan atau bagian bangunan yang berdiri di atas tanah
c) Tanaman dan benda lain yang berkaitan dengan tanah
d) Hak milik atas satuan rumah susun sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku
e) Benda tidak bergerak lain sesuai dengan ketentuan syariah dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
Benda bergerak meliputi :
a) Benda Bergerak Selain Uang
Benda digolongkan sebagai benda bergerak karena sifatnya yang dapat
berpindah atau dipindahkan atau karena ketetapan undang-undang. Benda
bergerak terbagi dalam benda bergerak yang dapat dihabiskan dan yang
tidak dapat dihabiskan karena pemakaian. Benda bergerak yang dapat

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 10
dihabiskan karena pemakaian tidak dapat diwakafkan, kecuali air dan
bahan bakar minyak yang persediaannya berkelanjutan. Benda bergerak
yang tidak dapat dihabiskan karena pemakaian dapat diwakafkan dengan
memperhatikan ketentuan prinsip syariah. Benda bergerak karena sifatnya
yang dapat diwakafkan meliputi:
(1) Kapal
(2) Pesawat terbang
(3) Kendanaan bermotor
(4) Mesin atau peralatan industri yang tidak tertancap pada bangunan
(5) Logam dan batu mulia
(6) Benda lainnya yang tergolong sebagai benda bergerak karena sifatnya
memiliki manfaat jangka panjang
Menurut Peraturan Perundang undangan bahwa benda bergerak selain
uang yang dapat diwakafkan sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip
syariah sebagai berikut:
(1) Surat berharga (Saham, Surat Utang Negara, Obligasi, dan/atau Surat
berharga lainnya yang dapat dinilai dengan uang)

(2) Hak Atas Kekayaan Intelektual (hak cipta, hak merk, hak paten, hak
desain industry, hak rahasia dagang, hak sirkuit terpadu, hak
perlindungan varietas tanaman, dan/ atau hak lainnya)

(3) Hak atas benda bergerak lainnya (hak sewa, hak pakai hasil atas benda
bergerak atau perikatan, tuntutan atas jumlah uang yang dapat ditagih
atas benda bergerak)

b) Benda Bergerak Berupa Uang

(1) Wakaf uang yang dapat diwakafkan adalah mata uang rupiah.

(2) Dalam hal uang yang akan diwakafkan masih dalam mata uang asing,
maka harus dikonversi terlebih dahulu ke dalam rupiah.

4. Ikrar Wakaf

Ikrar Wakaf adalah pernyataan kehendak wakif yang diucapkan secara


lisan dan/atau tulisan kepada Nazhir untuk mewakafkan harta benda miliknya.
Ikrar wakaf dilaksanakan oleh Wakif kepada Nadzir di hadapan PPAIW
dengan disaksikan oleh 2 (dua) orang saksi. Ikrar Wakaf sebagaimana

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 11
dimaksud dinyatakan secara lisan dan/atau tulisan serta dituangkan dalam akta
ikrar wakaf oleh PPAIW.

5. Peruntukan Harta Benda Wakaf

Dalam rangka mencapai tujuan dan fungsi wakaf, harta benda wakaf
hanya dapat diperuntukan bagi:

a) sarana dan kegiatan ibadah

b) sarana dan kegiatan pendidikan serta kesehatan

c) bantuan kepada fakir miskin, anak terlantar, yatim piatu, bea siswa

d) kemajuan dan peningkatan ekonomi umat

e) kemajuan kesejahteraan umum lainnya yang tidak bertentangan dengan


syariah dan peraturan perundang-undangan

6. Jangka Waktu Wakaf

Wakaf dapat dimanfaatkan untuk jangka waktu selamanya atau untuk


jangka waktu tertentu sesuai dengan kepentingan yang bersangkutan. Apabila
wakaf untuk selamanya, maka diperlukan pelepasan hak dari pemegang hak
pengelolaan atau hak milik. Hak atas tanah yang diwakafkan wajib dimiliki
atau dikuasai oleh wakif secara sah serta bebas dari segala sitaan, perkara
sengketa, dan tidak dijaminkan.

Benda wakaf tidak bergerak berupa tanah hanya dapat diwakafkan untuk
jangka waktu selama-lamanya. Benda wakaf tidak bergerak dapat diwakafkan
beserta bangunan dan atau tanaman dan/atau benda-benda lain yang berkaitan
dengan tanah.

E. Rukun dan Syarat Berwakaf

1. Wakif

a. Wakif perseorangan yang mewakafkan hartanya disyaratkan mempunyai


kecakapan bertindak dalam membelanjakan hartanya. Kecakapan
bertindak di sini meliputi 4 (empat) kriteria, yaitu :

(1) Dewasa/ baligh

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 12
(2) Berakal sehat / dalam kondisi psikis yang sempurna

(3) Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum

(4) Pemilik sah harta benda wakaf

b. Wakif organisasi hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi


ketentuan organisasi untuk mewakafkan harta benda wakaf milik
organisasi sesuai dengan anggaran dasar organisasi yang bersangkutan

c. Wakif badan hukum hanya dapat melakukan wakaf apabila memenuhi


ketentuan badan hukum untuk mewakafkan harta benda wakaf milik
badan hukum sesuai dengan anggaran dasar badan hukum yang
bersangkutan.

2. Maukuf (Harta Benda Wakaf)

Benda yang akan diwakafkan dianggap sah sebagai harta wakaf apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut :

a. Benda yang diwakafkan baik harta bergerak maupun tidak harus memiliki
nilai secara ekonomis

b. Harta benda yang akan diwakafkan harus jelas wujud dan batas-
batasannya

c. Harta benda yang akan diwakafkan ialah milik penuh orang yang
mewakafkan, dalam arti tidak terkait harta orang lain pada harta itu.

3. Maukuf ‘Alaih (Manfaat Wakaf)

Sayid Sabiq3, membagi sasaran wakaf kepada dua macam, yaitu wakaf
khairi dan wakaf dzurry.

a) Wakaf khairi adalah wakaf yang wakifnya tidak membatasi sasaran


wakafnya untuk pihak tertentu, tetapi untuk kepentingan umum, dalam arti
sesuai dengan syariat Islam, seperti Usman bin Affan yang telah
mewakafkan sumur untuk kepentingan umum

b) Wakaf dzurry (keluarga), adalah wakaf yang wakifnya membatasi


sasarannya wakafnya untuk pihak tertentu yaitu keluarga keturunannya,
seperti Abu Thalhah untuk keluarga dan anak-anak pamannya dan Zaid

3
Sayyid Sabiq. 1971. Figh Sunnah jilid III. Kuwait. Penerbit Dar al Bayan. Hal. 378
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 13
bin Tsabit yang telah mewakafkan rumahnya kepada anak dan
keturunannya. Untuk itu harus dinyatakan dengan tegas dan jelas dikala
mengikrarkan wakaf, kepada siapa atau untuk apa ditujukan wakaf itu

4. Shighat

Shigat wakaf adalah pernyataan wakif yang merupakan tanda, baik


ucapan, isyarat, atau tulisan pada saat memberikan wakaf dan adanya
pernyataan penerima wakaf atas pemberian. Adapun syarat-syaratnya :

a) Harus mengandung pernyataan bahwa wakaf itu bersifat kekal (ta’bid).

b) Harus mengandung sifat yang tegas dan tunai

c) Harus mengandung kepastian, dalam arti suatu wakaf tidak boleh diikuti
oleh syarat kebebasan memilih seperti orang lain dapat mengambilnya
kapan saja.

d) Tidak boleh dibarengi dengan syarat yang membatalkan seperti seseorang


yang mensyaratkan bahwa barang yang diwakafkan tetap menjadi
miliknya.

BAB III
PROSEDUR PENDAFTARAN DAN SERTIFIKASI WAKAF

A. Tata Cara Perwakafan Tanah


1. Tanah Milik yang Sudah Bersertifikat dengan Status Hak Milik
a) Wakif/ ahli waris wakif/ Nadzir/ ahli waris wakif/ Masyarakat yang
mengetahui keberadaan tanah wakaf/ Kepala Desa setempat mendaftarkan
wakaf tanah kepada Kepala KUA setempat selaku Pembuat Akta Ikrar
Wakaf (PPAIW)
b) Pendaftar wakaf tersebut menyerahkan surat-surat kepada PPAIW, sebagai
berikut :
(1) Sertifikat hak milik atau tanda bukti kepemilikan tanah
(2) Surat Keterangan Pendaftaran Wakaf Tanah lama (blangko model WD)
(3) Surat keterangan Kades/Lurah tentang keberadan tanah wakaf (WK).
(4) Surat Keterangan Kepala Desa/ Lurah diperkuat oleh Camat setempat
mengenai kebenaran pemilikan tanah dan tidak dalam sengketa;
(5) Ijin Bupati/Walikota u.b Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota setempat,
hal ini terutama dalam rangka tata kota atau master plan city.
c) PPAIW melakukan hal sebagai berikut :
(1) Meneliti kehendak calon wakif dan tanah yang hendak diwakafkan

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 14
(2) Meneliti nazhir dengan menggunakan W.5 (nazhir perorangan) atau
W.5a (nazhir Badan Hukum)
(3) Meneliti surat-surat dan syarat-syarat apakah sudah memenuhi untuk
pelepasan hak atas tanah (untuk didaftarkan)
(4) Meneliti saksi-saksi Ikrar Wakaf.
d) Calon wakif mengikrarkan wakaf dengan lisan, jelas, dan tegas kepada
nadzhir di hadapan PPAIW dengan para saksi, kemudian dituangkan
dalam bentuk tertulis menurut formulir W.1.
e) Bagi yang tidak bisa mengucapkan (misalnya bisu) maka dapat
menyatakan kehendaknya dengan suatu isyarat dan kemudian mengisi
blanko W.1.
f) Calon wakif yang tidak datang di hadapan PPAIW dapat memberikan
kuasa tertulis secara matreatik di hadapan notaris dan / di hadapan Kepala
Kantor Departemen Agama Kota/ Kabupaten dan dibacakan kepada nazhir
di hadapan PPAIW dan para saksi.
g) PPAIW membuat Akta Ikrar Wakaf (AIW) rangkap 3 (tiga) menurut
bentuk formulir W.2 dan salinannya rangkap 4 (empat) menurut bentuk
formulir W.2a.
(1) Lembar pertama disimpan PPAIW
(2) Lembar kedua sebagai lampiran surat permohonan pendaftaran tanah
wakaf ke Kantor Pertanahan Kab/Kota (W.7)
(3) Lembar ketiga dikirimkan kepada Pengadilan Agama setempat
(4) Salinan lembar pertama diserahkan kepada wakif
(5) Salinan lembar kedua diserahkan kepada nazhir
(6) Salinan lembar ketiga dikirm kepada Kandepag
(7) Salinan lembar keempat dikirim kepada Kepala Desa/ Lurah setempat
h) Dalam hal pendaftaran wakaf yang wakif sudah tiada, maka selanjutnya
PPAIW membuat Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (bentuk W.3) rangkap
tiga dengan dibubuhi materi menurut ketentuan yang berlaku dan
selanjutnya dibuatkan Salinan Akta pengganti Akta Ikrar Wakaf (W.3.a)
rangkap 4 (empat). selambat-lambatnya satu bulan setelah dibuat Akta
Ikrar Wakaf dikirim tiap-tiap lembar ke BPN dan lainnya, dengan
pengaturan pendistribusiannya sebagai berikut:
(1) Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (W3)
(a) Lembar pertama disimpan PPAIW
(b) Lembar kedua sebagai lampiran surat permohonan pendaftaran
tanah wakaf ke Kantor Pertanahan Kab/Kota (W.7)
(c) Lembar ketiga untuk Pengadilan Agama setempat
(2) Salinan Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (W3a)
(a) Lembar pertama untuk wakif
(b) lembar kedua untuk nadzir
(c) lembar ketiga untuk Kandep. Agama Kabupatan/Kota
(d) lembar keempat untuk Kepala Desa/ Lurah setempat.

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 15
Setelah pembuatan Akta, PPAIW mencatat dalam Daftar Akta Pengganti
Akta Ikrar Wakaf ( W.4a) dan menyimpannya bersama aktanya dengan
baik.
i) Pendaftaran dan pencatatan Akta Ikrar Wakaf
(1) PPAIW atas nama nazhir dan/ nazhir sendiri berkewajiban untuk
mengajukan permohonan pendaftaran pada Kantor Pertanahan Kab/
Kota dengan menyerahkan sertifikat tanah yang bersangkutan, Akta
Ikrar Wakaf, dan Surat pengesahan dari KUA kecamatan setempat
mengenai nazhir yang bersangkutan.
2. Tanah Milik Bersertifikat yang Berstatus Hukum Hak Guna Bangunan dan
Hak Pakai
a) Persyaratan pembuatan Akta Ikrar Wakaf

1. Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga Wakif dilegalisir kepala


desa/kelurahan atau camat

2. Foto Copy KTP Nadzir dilegalisir kepala desa/kelurahan

3. Asli sertipikat tanah yang diwakafkan

4. SK Nadzir dari KUA asli atau copy dilegalisir.

5. Ikrar Wakaf & Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti AIW asli

6. Surat keterangan Warisan dari kepala desa/kelurahan diketahui camat


bila wakif meninggal dunia atau sertipikat masih atas nama orang tua
yang sudah meninggal.

7. Surat Persetujuan dan Kuasa seluruh ahli waris kepada wakif


(mewakili seluruh ahli waris) untuk mendaftar/melaksanakan ikrar
wakaf.

8. Foto copy KTP/KSK seluruh ahli waris dilegalisir (no 6 – 7 bila wakif
atau sertipikat atas nama orang yang sudah meninggal)

9. Copy surat keterangan PBB bidang wakaf bila ada dan SPP Waris
bila diperlukan (Nomor 1 s/d 8 rangkap 2 dilegalisir)

10. Mengisi Formulir BPN

b) Surat keterangan dari Kepala Kantor Pendaftaran Tanah Kab/Kota, bahwa


tanah tersebut sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan dapat
ditingkatkan status hak kepemilikan menjadi Hak Milik.

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 16
Sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan tentang pertanahan
yang berlaku sekarang ini, maka atas tanah Negara yang diberikan dengan
Hak Pakai dan Hak Guna Bangunan dapat ditingkatkan status kepemilikannya
menjadi Hak Milik. Sehingga peluang untuk pemberian wakaf atas tanah Hak
Pakai dan Hak Guna Bangunan yang sudah bersertifikat dapat juga
diwakafkan.
3. Tanah Hak Milik yang Belum Bersertifikat (Bekas Tanah Milik Adat)
a) Persyaratan
(1) Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga Wakif dilegalisir kepala
desa/kelurahan atau camat
(2) Foto Copy KTP Nadzir dilegalisir kepala desa/kelurahan
(3) Asli Petok D atau yang sejenis (SPOP, surat girik dll). Bila tidak
ada/hilang diganti keterangan pernyataan kehilangan dari yang
bersangkutan/ahli waris diketahui kepala desa.kelurahan dan dua
orang saksi. Diupayakan ada surat kehilangan dari kepolisian (polsek)
(4) Asli Riwayat Tanah dari kepala desa/kelurahan
(5) Foto copy C desa atau bukti lain sesuai dengan riwayat tanah
dilegalisir kepala desa/kelurahan atau bukti penguasaaan tanah
(pernyataan dll) sesuai dengan riwayat tanah.
KHUSUS BAWEAN : Bila Buku C desa tidak ada diganti Fotocopy
Peta Blok Pajak tanah wakaf ( difotocopy pecah-pecah saja, bila
digabung jadi satu blok) dan foto copy Daftar Rincian Objek Pajak
atau buku daftar pajak tahun 2003 dan 2009 bila ada nama objek pajak
tanah wakaf
(6) Surat keterangan Warisan dari kepala desa/kelurahan diketahui camat
bila wakif meninggal dunia atau riwayat tanah terakhir atas nama
orang tua yang sudah meninggal.
(7) Surat Persetujuan dan Kuasa seluruh ahli waris kepada wakif
(mewakili seluruh ahli waris) untuk mendaftar/melaksanakan ikrar
wakaf.
(8) Foto copy KTP dan Kartu Keluarga seluruh ahli waris dilegalisir (no 6
– 8 bila wakif atau petok d atas nama orang yang sudah meninggal)
(9) SK Nadzir dari KUA asli atau copy dilegalisir
(10) Ikrar Wakaf & Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti AIW asli
dan copy. (Bila wakif masih hidup memakai Ikrar Wakaf & AIW, bila
wakif telah meninggal atau ikrar sebelum tahun 1977 memakai Akta
Pengganti AIW dan disertai keterangan warisan dari kepala
desa/kelurahan diketahui camat)
(nomor 1 s/d 10 rangkap 2 dilegalisir)
(11) Mengisi Formulir BPN
4. Tanah yang Belum ada Haknya (yang dikuasai / tanah Negara)
a) Persyaratan

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 17
(1) Foto Copy KTP dan Kartu Keluarga Wakif dilegalisir kepala
desa/kelurahan atau camat

(2) Foto Copy KTP Nadzir dilegalisir kepala desa/kelurahan

(3) SK Nadzir dari KUA asli atau copy dilegalisir KUA

(4) Surat Pernyataan menguasai tanah negara oleh tokoh masyarakat &
ta’mir dan suratkuasa untuk melaksanakan Ikrar Wakaf

(5) Ikrar Wakaf & Akta Ikrar Wakaf asli

(6) Copy surat keterangan PBB lokasi terdekat bidang wakaf

(7) Copy gambar kretek desa

(8) Foto copy sertipikat tanah sekitarnya yang berbatasan dengan lahan
wakaf (bila ada). (nomor 1 s/d 7 rangkap 2 dilegalisir)

(9) Mengisi Formulir BPN

5. Prosedur Pendaftaran Wakaf ke Badan Pertanahan Nasional


Kepala KUA Kecamatan setempat atas nama Nadzir Wakaf mendaftarkan
wakaf ke BPN dengan mengisi Blangko W.7 dengan melampirkan dokumen
sebagai berikut:
a) Sertifikat Hak Atas Tanah (bagi yang sudah sertifikat), atau surat-surat
pemilikan tanah (termasuk surat pemindahan hak, surat keterangan
warisan, girik dll) bagi tanah hak milik yang belum bersertifikat.
b) Surat Keterangan dari Lurah setempat yang diketahui Camat bahwa tanah
tersebut tidak dalam sengketa.
c) W.5 atau W.5.a.
d) Akta Ikrar Wakaf atau Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (asli lembar
kedua)
e) Foto Copy KTP Wakif apabila masih hidup.
f) Foto Copy KTP para nadzir.
g) Menyerahkan Materai bernilai Rp. 6.000 (enam ribu rupiah)
6. Proses Sertifikasi Tanah Wakaf

a) Pihak Kantor Pertanahan Kab/Kota menerima berkas persyaratan untuk


proses sertifikasi tanah wakaf, kemudian meneliti kelengkapan
persyaratan administrasi.
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 18
b) Pihak Kantor Pertanahan melakukan pengukuran tanah wakaf untuk
dibuatkan Gambar Situasi Tanah.

c) Pihak BPN mencatat wakaf dalam Buku Tanah

d) Selanjutnya memproses dan menerbitkan sertifikat tanah.

Bagan 1.

Prosedur Pendaftaran Wakaf Tanah

B. P
e
n
d
a
f
t
a
r
a
n

Wakaf Benda Bergerak (Uang)


Wakif yang akan mewakafkan uangnya diwajibkan untuk:
1. Hadir di Lembaga Keuangan Syariah Penerima Wakaf Uang (LKS-PWU)
2. Untuk menyatakan kehendak wakaf uangnya,
3. Menjelaskan kepemilikan dan asal-usul uang yang akan diwakafkan;
4. Menyetorkan secara tunai sejumlah uang ke LKS-PWU
5. Mengisi formulir pernyataan kehendak Wakif yang berfungsi sebagai AIW.

Dalam hal Wakif tidak dapat hadir, maka wakif dapat menunjuk wakil atau
kuasanya. Wakif dapat menyatakan ikrar wakaf benda bergerak berupa uang
kepada Nazhir di hadapan PPAIW yang selanjutnya Nazhir menyerahkan AIW
tersebut kepada LKS-PWU. Wakif dapat mewakafkan benda bergerak berupa
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 19
uang melalui LKS yang ditunjuk oleh Menteri sebagai LKS Penerima Wakaf
Uang (LKS-PWU).
LKS yang ditunjuk oleh Menteri atas dasar saran dan pertimbangan dari BWI.
BWI memberikan saran dan pertimbangan setelah mempertimbangkan saran
instansi terkait. Saran dan pertimbangan dapat diberikan kepada LKSPWU yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. menyampaikan permohonan secara tertulis kepada Menteri
2. melampirkan anggaran dasar dan pengesahan sebagai badan hukum
3. memiliki kantor operasional di wilayah Republik Indonesia
4. bergerak di bidang keuangan syariah
5. memiliki fungsi menerima titipan (wadi'ah)

BWI wajib memberikan pertimbangan kepada Menteri paling lambat 30 (tiga


puluh) hari kerja setelah LKS memenuhi persyaratan. Setelah menerima saran dan
pertimbangan BWI dan Menteri paling lambat 7 (tujuh) hari kerja menunjuk LKS
atau menolak permohonan dimaksud. Lembaga Keuangan Syari`ah Penerima
Wakaf Uang (LKS-PWU) bertugas :
1. mengumumkan kepada publik atas keberadaannya sebagai LKS Penerima
Wakaf Uang
2. menyediakan blangko Sertifikat Wakaf Uang
3. menerima secara tunai wakaf uang dari Wakif atas nama Nazhir
4. menempatkan uang wakaf ke dalam rekening titipan (wadi'ah) atas nama
Nazhir yang ditunjuk Wakif
5. menerima pernyataan kehendak Wakif yang dituangkan secara tertulis dalam
formulir pernyataan kehendak Wakif
6. menerbitkan Sertifikat Wakaf Uang serta menyerahkan sertifikat tersebut
kepada Wakif dan menyerahkan tembusan sertifikat kepada Nazhir yang
ditunjuk oleh Wakif
7. mendaftarkan wakaf uang kepada Menteri atas nama Nazhir

Sertifikat Wakaf Uang sekurang-kurangnya memuat keterangan mengenai :


1. nama LKS Penerima Wakaf Uang
2. nama Wakif
3. alamat Wakif
4. jumlah wakaf uang
5. peruntukan wakaf
6. jangka waktu wakaf
7. nama Nazhir yang dipilih
8. alamat Nazhir yang dipilih
9. tempat dan tanggal penerbitan Sertifikat Wakaf Uang.

Dalam hal Wakif akan melakukan perbuatan hukum wakaf uang untuk jangka waktu
tertentu maka pada saat jangka waktu tersebut berakhir, Nazhir wajib mengembalikan
jumlah pokok wakaf uang kepada Wakif atau ahli waris/penerus haknya melalui
LKS-PWU.

Bagan 2
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 20
Prosedur Pendaftaran Wakaf Uang

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 21
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 22
BAB IV

PENUTUP

Wakaf merupakan ibadah kebendaan untuk menahan dzat/ benda dan membiarkan
nilai manfaatnya demi mendapatkan pahala dari Allah Ta’ala. Wakaf adalah amalan
yang disunahkan dan termasuk jenis sedekah yang paling utama karena amalannya
tidak pernah putus terputus, meskipun orang yang memberikan wakaf sudah
meninggal dunia. Peruntukan wakaf diantaranya meliputi masjid, langgar, mushala,
yayasan pendidikan, yayasan panti jompo dan untuk sarana peribadatan sosial
lainnya. Disyaratkan harta yang diwakafkan bermanfaat secara langgeng seperti
gedung, hewan, kebun, senjata, perabot, dan yang berkembang sekarang adalah wakaf
uang tunai, dan wakaf hak kekayaan intelektual.

Wakaf hukumnya sunah. Ada beberapa Hikmah yang dapat diambil dari wakaf
yaitu sebagai rasa syukur kepada Allah SWT yang diwujudkan dengan memberi
sebagian harta kepada orang lain, berusaha ikhlas dalam setiap amal ibadah tanpa
mengharap balasan dan dapat menciptakan rasa kasih saying, kekeluargaan,dan
persaudaraan.

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 23
Lampiran-Lampiran

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 24
Lampiran 1 Surat Keterangan tentang Perwakafan Tanah Milik

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 25
Lampiran 2 Surat Keterangan Riwayat Tanah

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 26
Lampiran 3 Kutipan dari Buku Huruf C Desa

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 27
Lampiran 4 Surat Keterangan Tanah Bekas Milik Adat

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 28
Lampiran 5 Surat Pernyataan Pemilik

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 29
Lampiran 6 Surat Permohonan Konversi

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 30
Lampiran 7 Surat Pernyataan Tanah Tidak Sengketa

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 31
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 32
Lampiran 8 Surat Pernyataan Dikuasai Secara Fisik

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 33
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 34
Lampiran 9 Berita Acara Kesaksian

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 35
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 36
Lampiran 10 Surat Pernyataan Tanda Batas

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 37
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 38
Lampiran 11 SURAT PERNYATAAN PENGUASAAN FISIK BIDANG TANAH
(SPORADIK)

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 39
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 40
Lampiran 12 SURAT PERNYATAAN PEMBELIAN

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 41
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 42
Lampiran 13 Surat Pengesahan Nadzir

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 43
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 44
Lampiran 14 Ikrar Wakaf

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 45
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 46
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 47
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 48
Lampiran 15 Akta Ikrar Wakaf

Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 49
Pelatihan dan Latihan Kemahiran Hukum

| 50

Anda mungkin juga menyukai