Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN PENDAHULUAN

AKIBAT HUKUM KEBIJAKAN FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS


BRAWIJAYA TENTANG PENULISAN PROPOSAL PROGRAM
KREATIVITAS MAHASISWA TERHADAP MAHASISWA BARU

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengantar Antropologi Hukum

Oleh:
WAHIDIYAH PUTRI RAHAYU 145010100111003
FUJI MEKAR MELANI 145010100111007
AVNADAN FALAKA 135010107111128

KEMENTERIAN RISET TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2016

1
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
HALAMAN PERSETUJUAN ii
A. JUDUL 1
B. LATAR BELAKANG 1
C. RUMUSAN MASALAH 4
D. TUJUAN PENELITIAN 4
E. MANFAAT PENELITIAN 4
F. TINJAUAN PUSTAKA 5
G. METODE PENELITIAN 12
1. Jenis Penelitian 10
2. Metode Pendekatan 10
3. Bahan Hukum 11
4. Teknik Penelusuran Bahan Hukum 11
5. Populasi dan Sampling 11
6. Teknik Analisis Data 11
H. SISTEMATIKA PENULISAN 11
I. JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN 12
DAFTAR PUSTAKA 13

2
A. JUDUL
Akibat Hukum Kebijakan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya tentang
Penulisan Proposal Program Kreativitas Mahasiswa terhadap Mahasiswa
Baru

B. LATAR BELAKANG
Indonesia adalah negara yang berdasarkan hukum sebagaimana
pasal 1 ayat (3) Undang – Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945.
Sebagai negara hukum, segala aspek kehidupan dalam bidang
kemasyarakatan, kebangsaan, dan kenegaraan termasuk pemerintahan
harus berdasarkan atas hukum yang sesuai dengan sistem hukum nasional.
Sistem Hukum Nasional yang diterapkan di Indonesia merupakan sistem
hukum civil law yang memiliki asas legalitas. Setiap peraturan atau
kebijakan harusah berdasar pada hukum tertulis.
Ketentuan tersebut tidak hanya berlaku di tingkat negara. Namun
juga berlaku di institusi pendidikan, salah satunya ialah Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya. Perguruan Tinggi merupakan badan atau pejabat
Tata Usaha Negara yang dapat merumuskan kebijakan dalam berbagai
bentuk seperti peraturan, surat keputusan, pedoman, pengumuman, dan
surat edaran.1 Banyak kebijakan yang dikeluarkan oleh Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya, salah satunya ialah mewajibkan mahasiswa baru
untuk membuat dan mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
melalui Penugasan Pengenalan Kehidupan Kampus Fakultas Hukum
Universitas Brawijaya.2
Kebijakan ini dikeluarkan oleh Fakultas Hukum Universitas
Brawijaya karena berbagai alasan. Menurut Bapak Arif Zainudin, S.H.,
MH., Universitas Brawijaya telah 5 (lima) kali mendapatkan gelar juara
umum pada Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional. Namun Fakultas Hukum

1
Anonym, Kedudukan Peraturan-Peraturan Surat edaran, Intruksi, Petunjuk
Teknis dalam Hukum Positif di Indonesia, dalam
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/19902-kedudukan-peraturan-
kebijakan-surat-edaran,-instruksi,-petunjuk-teknis-dalam-hukum-positif-di-indonesia, diakses pada
18 Oktober 2016.
2
Line Official Account PK2 FH UB pada 01 Oktober 2016.

3
Universitas Brawijaya tidak banyak menyumbangkan sumber daya
mahasiswanya.3
Pada Tahun 2015, dari Fakultas Hukum hanya mampu
mengirimkan 1 (satu) satu kelompok untuk berlaga di Pekan Ilmiah
Mahasiswa Nasional. Bahkan di ajang Rektor Cup Universitas Brawijaya
tahun 2014, Fakultas Hukum Universitas Brawijaya hanya mengirimkan
11 Kelompok dan pada tahun 2015 hanya mampu mengirimkan 10
Kelompok. Rektor Cup Tahun 2014 dan 2015, Fakultas Hukum hanya
mampu membawa Juara 3 di bidang PKM-Gagasan Tertulis. 4 Sehingga,
untuk meningkatkan prestasi mahasiswa Fakultas Hukum dikeluarkanlah
kebijakan terkait mewajibkan mahasiswa baru untuk membuat dan
mengikuti PKM.
Namun, sampai saat ini kebijakan tersebut belum dikeluarkan
sebagaimana mestinya yaitu melalui Surat Keputusan ataupun Surat
Edaran. Kebijakan tersebut hanya diumumkan melalui Pengenalan
Kehidupan Kampus (PK2) Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.
Sebagai negara hukum yang menerapkan asas legalitas, sebuah kebijakan
harus berbentuk tertulis dan dimuat dalam sebuah peraturan. Ketika aturan
tersebut abstrak, maka kepastian hukum yang menjadi tujuan adanya
hukum tidak akan terpenuhi.
Mengenai kekuatan mengikat dari aturan kebijakan diantara para
pakar hukum tidak terdapat kesamaan pendapat. Menurut Baghir Manan,
aturan kebijakan bukan peraturan perundang-undangan dan tidak langsung
mengikat secara hukum, tetapi mengandung relevansi hukum. Aturan
kebijakan pada dasarnya ditujukan kepada administrasi negara sendiri,
sehingga yang pertama-tama melaksanakan ketentuan tersebut adalah
badan atau pejabat tata usaha negara.5 Meskipun demikian, ketentuan
tersebut secara tidak langsung akan dapat mengenai masyarakat umum.
Sepertihalnya kebijakan yang dikeluarkan oleh Fakultas Hukum

3
Diskusi pada Rapat Kemahasiswaan dengan Mahasiswa (Panitia PK2) pada Kamis, 29
Oktober 2016 Pukul 13.00.
4
Data Forum Kajian dan Penelitian Hukum Universitas Brawijaya Tahun 2014-2015
5
Philipus M. Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Yogyakarta:
Gadjah Mada Univercity Press, 2011), hlm 130.

4
Universitas Brawijaya. Kebijakan tersebut akan dapat mengenai
mahasiawa baru jika ada peraturan yang mengaturnya. Kepastian hukum
suatu kebijakan akan menentukan pula akibat hukumnya. Hal inilah yang
mendorong penulis untuk melakukan penelitian tentang akibat hukum
kebijakan Fakultas Hukum Universitas Brawijaya tentang penulisan
Proposal Program Kreativitas Mahasiswa terhadap Mahasiswa Baru.

C. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, masalah yang akan dibahas dalam
tulisan ini dirumuskan dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut.
1. Apakah akibat hukum atas kebijakan fakultas hukum universitas
brawijaya tentang penulisan proposal program kreativitas mahasiswa
terhadap mahasiswa baru?
2. Bagaimana penegakan hukum terhadap mahasiswa baru yang
melanggar kebijakan tersebut?

D. TUJUAN PENELITIAN
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, tujuan yang ingin dicapai dalam
tulisan ini dideskripsikan sebagai berikut.
1. Untuk mengetahui akibat hukum atas kebijakan fakultas hukum
universitas brawijaya tentang penulisan proposal program kreativitas
mahasiswa terhadap mahasiswa baru.
2. Untuk mengetahui penegakan hukum terhadap mahasiswa baru yang
melanggar kebijakan tersebut.

E. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat berguna dan bermanfaat baik
bagi dunia ilmu pengetahuan hukum maupun lingkungan Fakultas
Hukum Universitas Brawijaya.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Penulis

5
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penulis
sebagai bahan untuk merumuskan penelitian lebih lanjut tentang
kebijakan suatu instansi atau pejabat Tata Usaha Negara.
b. Bagi Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada
masyarakat untuk semakin memahami akibat hukum dari kebijakan
yang dikeluarkan oleh instansi atau pejabat Tata Usaha Negara.
c. Bagi Fakultas Hukum
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan
maupun masukan dalam penyempurnaan pembuatan kebijakan di
Fakultas Hukum Universitas Brawijaya.

F. TINJAUAN PUSAKA
1. Akibat Hukum
Akibat hukum adalah suatu akibat yang ditimbulkan oleh
hukum, terhadap suatu perbuatan yang dilakukan oleh subjek hukum. 6
Akibat hukum adalah akibat yang ditimbulkan oleh suatu peristiwa
hukum, yang dapat berwujud: (a) berubah atau lenyapnya suatu
keadaan hukum; (b) berubah atau lenyapnya suatu hubungan hukum
antara dua atau lebih subjek hukum, dimana hak dan kewajiban pihak
yang satu berhadapan dengan hak dan kewajiban pihak yang lain dan
(c) sanksi apabila dilakukan tindakan yang melawan hukum.
Menurut Soerjono Soekanto sanksi adalah persetujuan atau
penolakan terhadap perilaku tertentu.persetujuan terhadap perilaku
tertentu dinamakan sanksi positif, sedangkan penolakan dinamakan
sanksi negative. Menuru Soejono Soekanto, sanksi negatif tersebut
mencakup:7
1) Pemulihan keadaan
2) pemenuhan keadaan
3) Hukuman, yang terdiri dari:

6
Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori Peradilan
(Judicialprudence) ( Jakarta: Kencana, 2009), hlm.192
7
Soerjono Soekanto, Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan Hukum
(Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, 2012), hlm. 38

6
a. hukuman perdata
b. hukuman admministratif
c. hukuman pidana, yang mencakup hukuman riil dan ideal.

2. Penegakan Hukum
Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah
kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan didalam
kaidah-kaidah/pandangan nilai yang mantap dan mengejewantah dan
sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk
menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan
hidup.
Tujuan penegakan hukum sejalan dengan tujuan hukum itu
sendiri, adalah untuk mencapai hasil-hasil tertentu yang diinginkan dan
tujuan hukum merupakan upaya mewujudkan tercapainya ketertiban
dan keadilan. Suatu ketertiban mustahil akan dapat diwujudkan, jika
hukum diabaikan. Kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap
hukum, tidak saja berpengaruh terhadap ketertiban dan keadilan, tetapi
berperan membentuk kultur (budaya) hukum suatu masyarakat karena
mengatur perilaku.8
Faktor faktor yang mempengaruhi penegakan hukum menurut
Soerjono Soekanto adalah:9
a. Faktor Hukum
Praktik penyelenggaraan hukum di lapangan ada kalanya
terjadi pertentanganantara kepastian hukum dan keadilan, hal ini
disebabkan oleh konsepsi keadilan merupakan suatu rumusan yang
bersifat abstrak, sedangkan kepastian hukummerupakan suatu prosedur
yang telah ditentukan secara normatif.
b. Faktor Penegakan Hukum
Fungsi hukum, mentalitas atau kepribadian petugas penegak
hukum memainkan peranan penting, kalau peraturan sudah baik, tetapi

8
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah, Strategi Pencegahan Dan
Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi (Bandung: Refika Editama,2008), hlm. 88
9
Soerjono Soekanto, opcit, hlm.42

7
kualitas petugas kurang baik,ada masalah.Oleh karena itu, salah satu
kunci keberhasilan dalam penegakanhukum adalah mentalitas atau
kepribadian penegak hukum.
c. Faktor Sarana atau Fasilitas Pendukung
Faktor sarana atau fasilitas pendukung mencakup perangkat
lunak dan perangkat keras, salah satu contoh perangkat lunak adalah
pendidikan.
d. Faktor Masyarakat
Penegak hukum berasal dari masyarakat dan bertujuan untuk
mencapai kedamaian di dalam masyarakat.
e. Faktor Kebudayaan
Kebudayaan menurut Soerjono Soekanto, mempunyai fungsi
yang sangat besar bagi manusia dan masyarakat, yaitu mengatur agar
manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya bertindak, berbuat, dan
menentukansikapnya kalau mereka berhubungan dengan orang lain.
3. Kekuatan Mengikat suatu kebijakan
Mengenai kekuatan mengikat dari aturan kebijakan diantara para
pakar hukum tidak terdapat kesamaan pendapat. Menurut Baghir
Manan, aturan kebijakan bukan peraturan perundang-undangan dan
tidak langsung mengikat secara hukum, tetapi mengandung relevansi
hukum. Aturan kebijakan pada dasarnya ditujukan kepada administrasi
negara sendiri, sehingga yang pertama-tama melaksanakan ketentuan
tersebut adalah badan atau pejabat tata usaha negara.10

4. Teori Pluralisme Hukum


Secara konseptual, terdapat dua poin penting yang bisa diambil
berkait dengan pluralism hukum ini, yakni: Pertama, jika positivisme
hukum mengkonsepkan hukum (hanya) sebagai hukum positif dan
oleh karenanya mensyaratkan keberadaan lembaga negara sebagai
satu-satunya lembaga yang sah yang menciptakan hukum, maka

10
Philipus M. Hadjon dkk, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia (Yogyakarta:
Gadjah Mada Univercity Press, 2011), hlm 130.

8
pendekatan pluralisme hukum justru sebaliknya. Hukum dianggap
tidak memiliki keterkaitan.
Struktur sosialnya tidak berwujud dalam bentuk negara yang
jika eksistensi hukum hanya dimaknai sebagai hukum negara maka
akan membawa kesimpulan bahwa masyarakat tersebut tidak memiliki
hukum, sedangkan pada hakekatnya tidak demikian karena di setiap
masyarakat tentu mensyaratkan keteraturan dan setiap keteraturan
selalu mensyaratkan adanya aturan (hukum). Selain itu, jika struktur
masyarakat yang ada telah berbentuk negara, maka konsep hukum
yang mengidentikkan hukum dengan keberadaan negara akan
mengabaikan fakta bahwa sesungguhnya negara bukanlah satu-
satunya organisasi yang menerapkan aturan yang menentukan perilaku
masyarakat, melainkan masyarakat sesungguhnya berada dalam
berbagai lapisan struktur organisasi yang masing-masing memiliki
sistem dan tata aturannya sendirisendiri yang sama-sama memberikan
pengaruh kepada perilaku masyarakat tersebut.
Poin yang kedua adalah bahwa hukum tidak dimaknai secara
positivistik nan sempit hanya sebagai hukum positif (hukum negara),
melainkan secara luas sebagai berbagai macam aturan internal dalam
berbagai macam organisasi sosial. Hal ini didasarkan pada
pendapatpendapat yang dikemukakan oleh para legal anthropologist
dan legal sociologist seperti halnya Sally Folk Moore yang
berpandangan bahwa ruang sosial antara negara dan seorang subyek
bukanlah sebuah ruang normatif yang vakum, melainkan penuh diisi
oleh berbagai institusi sosial dengan aturannya masing-masing,47 atau
juga pendapat Smith yang menyatakan bahwa kelompok sosial (yang
disebut Smith dengan istilah “kooperasi”) adalah unit paling mendasar
dalam struktur sosial sekaligus sebagai sumber dari setiap tindakan
politik, di mana keanggotaan dari seorang individu dalam kelompok
sosial itulah yang menjadi sumber utama munculnya hak dan
kewajiban yang melekat pada individu tersebut.48 Itulah mengapa,
Eugen Ehrlich berpendapat bahwa bentuk dasar nan asli dari hukum

9
bukanlah hukum negara, melainkan tatanan internal dari setiap
perhubungan atau relasi antar manusia.49 dengan eksistensi negara,
melainkan seperti halnya yang dikonsepkan oleh Eugen Ehrlich yakni
pada setiap organisasi sosial dalam bentuk apapun.43 Hal ini
didasarkan pada beberapa hal. Pertama, seperti halnya yang
diungkapkan oleh Pospisil, pandangan tradisional yang
mengkonsepkan hukum hanya sebagai instrumen negara memiliki
beberapa persoalan mendasar.11

G. METODE PENELITIAN
1. Tipe Penulisan
Tipe penulisan dalam penelitian ini adalah Yuridis Empiris
(Sosio-Legal) . Studi Sosio Legal adalah suatu pendekatan alternatif
yang menguji studi doktrinal terhadap hukum. 12
Studi Sosio Legal
melakukan studi tekstual, pasal-pasal dalam peraturan perundang-
undangan dan kebijakan dapat dianalisis secara kritikal dan dijellaskan
makna dan implikasinya terhadap subjek hukum.
2. Metode Pendekatan
Sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, maka metode
pendekatan dalam paper ini menggunakan dua macam pendekatan,
yakni:
a) Pendekatan kasus (case-approach), melakukan telaah terhadap
kasus-kasus yang berkaitan dengan isu yang dihadapi yang telah
menjadi putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan
yang tetap. 13
b) Pendekatan operasional, pendekatan dengan proses kerja
dimulai dari analisa logis terhadap aktivitas manusia yang
kemudian diidentifikasi dan diorganisasikan serta menetapkan
11
Joeni Arianto Kurniawan, Pluralisme Hukum dan Urgensi Kajian Socio-Legal Menuju
Studi dan Pengembangan Hukum yang Berkeadilan Sosial∗ oleh: Joeni Arianto Kurniawan dalam
https://joeniarianto.files.wordpress.com/2008/07/pluralisme-hukum-dan-urgensi-kajian-socio_full-
paper.pdf, hlm 17.
12
Opcit, hlm 2.
13
RA Granita, 2009, Metodologi Penelitian Hukum, FHUI.

10
sub-sub proses dari proses penelitian untuk dapat mencapai
tujuan penelitian baik secara keseluruhan maupun bagian.

3. Bahan Hukum
Dalam penulisan proposal ini penulis menggunakan beberapa
bahan hukum yang terdiri dari:
b. Bahan Hukum Primer
Bahan hukum primer dalam penelitian Yuridis Empiris ini
adalah bahan hukum yang mempunyai otoritas. Bahan hukum berupa
Undang-Undang, hasil observasi dan wawancara terhadap
koresponden. Baik berupa kuantitatif atau kualitatif.
b. Bahan Hukum Sekunder
Bahan hukum sekunder ialah bahan hukum yang diperoleh dari
buku teks, arsip, notulensi, jurnal, pendapat para sarjana, dan lain
sebagainya. Dimana bahan-bahan itu erat hubungannya dengan
bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan
memahami bahan hukum primer.14

c. Bahan Hukum Tersier


Ialah bahan hukum yang memberikan petunjuk atau penjelasan
bermakna terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti
kamus hukum, ensiklopedia, dan lain-lain.15

4. Teknik Penelusuran Bahan Hukum


Teknik pengumpulan bahan hukum dalam penulisan ini dilakukan
melalui analisis undang-undang, observasi atau pengamatan tidak terlibat
maupun terlibat, wawancara terhadap narasumber/ responden baik
14
Ronny Hanitijo, Metodologi Penelitian Hukum, (Semarang: Ghalia Indonesia,
1982).hal. 25
15
Johnny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif (Bayumedia:
Malang, 2007) hal 392.

11
terstruktur atau tidak terstruktur dengan menggunakan quisioner maupun
pedoman wawancara, Focus Grup Discussion (FGD), studi dokumentasi
dan studi pustaka, serta dari informasi internet. Seluruh bahan hukum yang
berhasil dikumpulkan, selanjutnya diinventarisasi, diklasifikasi, dan
dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif.

5. Populasi dan Sampling


Populasi dalam penelitian ini ialah warga Fakultas Hukum
Univeritas Brawijaya. Sampel ditentukan dengan cara heterogen, dimana
terdapat bermacam-macam kalangan dan bermacam-macam perbedaan.
Alasan peneliti memilih Fakultas Hukum karena peneliti merupakan
mahasiswa Fakultas Hukum, selain itu objek peneliti berada di ruang
lingkup Fakultas Hukum. Peneliti mengambil minimal 10 mahasiswa baru,
3 panitia dan dekanat.

6. Teknik Analisis Data


Teknik analisis data dalam penelitian empiris dapat menggunakan
tabel-tabel tunggal maupun tabel ganda dapat dilakukan untuk
mendeskripsikan data, agar memudahkan menganalisis dan mengambil
kesimpulan. Teknik-teknik analisis kuantitatif dengan menggunakan
statistik yang univariate, bivariate ataupun multivariate dapat dilakukan.
Demikian pula analisis data kualitatif untuk hasil wawancara, terutama
hasil wawancara yang merupakan proses suatu kejadian (content analysis),
misalnya tentang proses penyelesaian sengketa.

H. SISTEMATIKA PENULISAN
Berikut adalah sistematika penulisan proposal penelitian:
HALAMAN JUDUL

12
HALAMAN PERSETUJUAN
J. JUDUL
K. LATAR BELAKANG
L. RUMUSAN MASALAH
M. TUJUAN PENELITIAN
N. MANFAAT PENELITIAN
O. TINJAUAN PUSTAKA
P. METODE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
2. Metode Pendekatan
3. Bahan Hukum
4. Teknik Penelusuran Bahan Hukum
5. Populasi dan Sampling
Q. PENELITIAN TERDAHULU
R. SISTEMATIKA PENULISAN
S. JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN
T. DAFTAR PUSTAKA

I. JADWAL PELAKSANAAN PENELITIAN

No Kegiatan Minggu ke

13
I II III IV I II III IV I II III IV

1 Persiapan

2 Melakukan Studi
Pustaka

3 Menyusun
Instrumen
Penelitian

4 Melaksanakan
Penelitian
Lapang/Penelitian
Bahan Hukum

5 Menganalisis
Data

6 Menulis Laporan
Penelitian

DAFTAR PUSTAKA

14
Ali, Achmad. 2009. Menguak Teori Hukum (Legal Theory) dan Teori
Peradilan (Judicialprudence). Jakarta: Kencana.
Anonym. 2016. Kedudukan Peraturan-Peraturan Surat edaran, Intruksi,
Petunjuk Teknis dalam Hukum Positif di Indonesia, dalam
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/167-artikel-pajak/
19902-kedudukan-peraturan-kebijakan-surat-edaran,-instruksi,-petunjuk-
teknis-dalam-hukum-positif-di-indonesia, diakses pada 18 Oktober 2016.
Chaerudin, Syaiful Ahmad Dinar, Syarif Fadillah. 2008. Strategi Pencegahan
Dan Penegakan Hukum Tindak Pidana Korupsi. Bandung: Refika
Editama.
Data Forum Kajian dan Penelitian Hukum Universitas Brawijaya Tahun 2014-
2015
Diskusi pada Rapat Kemahasiswaan dengan Mahasiswa (Panitia PK2) pada
Kamis, 29 Oktober 2016 Pukul 13.00.
Hadjon, Philipus M. dkk. 2011. Pengantar Hukum Administrasi Indonesia .
Yogyakarta: Gadjah Mada Univercity Press.
Ibrahim, Johnny. 2007. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif .
Bayumedia: Malang.
Line Official Account PK2 FH UB pada 01 Oktober 2016.
Soekanto, Soerjono. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penegakan
Hukum. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

15

Anda mungkin juga menyukai