Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL TESIS

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENAHANAN TERDAKWA KASUS


TINDAK PIDANA RINGAN

OLEH :

EVITA MONICA CHRYSAN, S.H.


NIM. 031914153056

PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU HUKUM


MINAT STUDI PERADILAN
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2020
DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ( UUD NRI 1945 )

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum
Pidana Hukum Pidana

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
( Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3209 )

PERMA Nomor 02 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan Dan

Jumlah Denda Dalam KUHP

ii
DAFTAR PUTUSAN

Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor 81/Pid.B/20 15/PN. Lmj

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................i

DAFTAR PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN...............................................ii

DAFTAR PUTUSAN....................................................................................................iii

DAFTAR ISI..................................................................................................................iv

1. Latar Belakang............................................................................................................1

2. Rumusan Masalah.......................................................................................................6

3. Tujuan Penelitian..........................................................................................................7

4. Manfaat Penelitian......................................................................................................7

5. Tinjauan Pustaka........................................................................................................8

5.1. Pengertian Penahanan .............................................................................8

5.2. Pengertian Tindak Pidana Ringan ( Tipiring )....................................8

5.5. Pengaturan mengenai Tindak pidana ringan (Tipiring)............. 9

6. Metode Penelitian.................................................................................................9

Tipe Penelitian.............................................................................................10

Pendekatan Masalah.......................................................................................10

Sumber Bahan Hukum...................................................................................11

Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum.........................................................11

Analisis Bahan Hukum.................................................................................12

7. Sistematika Penulisan............................................................................................12

DAFTAR BACAAN..............................................................................................13

iv
I. LATAR BELAKANG

Penegakan hukum terhadap kejahatan di Indonesia, khususnya dalam hal

pemidanaan, seharusnya merujuk pada pendekatan norma hukum yang bersifat

menghukum penjahat sehingga dapat memberikan efek jera. Hal ini memberikan

wacana kepada para hakim dalam merumuskan vonis penjatuhan sanksi kepada

para pelaku kejahatan agar mampu menangkap aspirasi keadilan masyarakat.

Penegakan hukum terhadap kasus pencurian telah banyak dilakukan oleh aparat

penegak hukum. Penjatuhan sanksi merupakan alat kekuasaan untuk menguatkan

berlakunya suatu norma dan untuk mencegah serta memberantas tindakan-

tindakan yang mengganggu berlakunya suatu norma. Tujuan yang ingin dicapai

dari penjatuhan sanksi terhadap pelaku tindak pidana adalah agar dapat berbaur

kembali dengan masyarakat.

Hukum merupakan suatu aturan yang muncul seiring dengan adanya

manusia yang hidup berkelompok atau bermasyarakat. Pada hakikatnya dibuat

oleh manusia itu dan untuk ditaati oleh manusia itu sendiri. Dalam hal ini hukum

diciptakan untuk mengatur tata tertib kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. “Dalam masyarakat-masyarakat maju, dimana hukum tertulis (modern)

telah melembaga dalam kehidupan masyarakatnya, pranata dan lembaga hokum

memang berfungsi sebagai acuan bagi perlindungan rasa aman, keadilan, dan

mendorong pertumbuhan kesejahteraan hidup.1

1
Bernald L.Tanya, Hukum dalam Ruang Sosial, Skrikandi, Surabaya, 2005,
hlm.169.

1
2

Usaha dan kebijakan untuk membuat peraturan hukum pidana

yang baik pada hakikatnya tidak dapat dilepaskan dari tujuan penanggulangan

kejahatan. Begitu juga peraturan yang dikeluarkan oleh Mahkamah Agung

mengenai tindak pidana ringan (Tipiring), yaitu Peraturan Mahkamah Agung

Nomor 02 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan Dan

Jumlah Denda Dalam KUHP . Yang mengatur mengenai tindak pidana pencurian

yang nilainya dibawah 2,5 juta rupiah tidak dapat ditahan.Yang melatarbelakangi

lahirnya Peraturan Mahkamah Agung No. 02 Tahun 2012 ini, yakni upaya

pemberian rasa keadilan bagi masyarakat terutama dalam penyelesaian perkara-

perkara tindak pidana.

“Jika dinamika yang berkenaan dengan keseluruhan aspek, elemen, hirarki, dan

komponen tersebut tidak bekerja secara seimbang dan sinergis, maka hukum

sebagai satu kesatuan sistem juga tidak dapat diharpkan tegak seabagaimana

mestinya.”2

Berdasarkan putusan Pengadilan Negeri Lumajang Nomor 81/Pid.B/20

15/PN. Lmj terdakwa N yang melakukan tindak pidana pencurian yang diatur

dalam pasal 362 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) yaitu

”Barangsiapa mengambil barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian

kepunyaan orang lain, dengan maksud untuk dimiliki secara melawan hukum,

diancam karena pencurian, dengan pidana penjara palinkg lama lima tahun atau

denda paling banyak enam puluh rupiah”.dan batasannya yang sekarang sudah

diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2012.Terdakwa


2
Jimly Asshiddiqie, Konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia,
Konpress,Jakarta, hlm.381.
3

berhasil mengambil kedelai milik H sebanyak kurang lebih 2,5 kg yang

ditaksir dengan harga Rp. 22.000,- (dua puluh dua ribu rupiah).

Dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 02 Tahun 2012, bahwa

banyaknya perkara-perkara pencurian ringan sangatlah tidak tepat didakwa

dengan menggunakan Pasal 362 KUHP yang ancaman pidananya paling lama 5

(lima) tahun. Perkara-perkara pencurian ringan seharusnya masuk dalam kategori

tindak pidana ringan (lichte misdrijven) yang mana seharusnya lebih tepat

didakwa dengan Pasal 364 KUHP yang ancaman pidananya paling lama 3 (tiga)

bulan penjara atau denda paling banyak Rp 250,00 (dua ratus lima puluh rupiah).

Jika perkara-perkara tersebut didakwa dengan Pasal 364 KUHP tersebut maka

tentunya berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana para

tersangka/terdakwa perkara-perkara tersebut tidak dapat dikenakan penahanan

(Pasal 21) serta acara pemeriksaan di pengadilan yang digunakan haruslah Acara

Pemeriksaan Cepat yang cukup diperiksa oleh Hakim Tunggal sebagaimana diatur

dalam Pasal 205-210 KUHAP. Selain itu berdasarkan Pasal 45A Undang-Undang

Mahkamah Agung No.14 Tahun 1985 sebagaimana telah diubah dua kali terakhir

dengan Undang-Undang No.3 Tahun 2009 perkara-perkara tersebut tidak dapat

diajukan kasasi karena ancaman hukumannya di bawah1 tahun penjara.

Dalam kasus ini Terdakwa ditahan dalam Lembaga Pemasyarakatan

Lumajang berdasarkan Surat Perintah/ Penetapan Penahanan :

1 Penuntut Umum sejak tanggal 9 Maret 2015 sampai dengan tanggal 28

Maret 2015 ;
4

2 Hakim Pengadilan Negeri Lumajang sejak tanggal 12 Maret 2015

sampai dengan tanggal 11 April 2015 ;

Terhadap terdakwa dilakukan penangguhan penahanan oleh Majelis

Hakim Pengadilan Negeri Lumajang sejak tanggal 23 Maret 2015,

berdasarkan Penetapan Nomor 81/Pid. B/2015/PN. Lmj

Menurut ketentuan Pasal 21 ayat (4) KUHAP bahwa penahanan hanya

dapat dilakukan terhadap tersangka atau terdakwa yang diancam dengan pidana

penjara lima tahun atau lebih, maka terhadap pelaku tipiring yang ancaman

pidananya “paling lama 3 bulan” penjara atau kurungan tidak dapat dilakukan

penahanan. Ketentuan pasal 21 ayat (4) ini disebut syarat obyektif penahanan.

Ketentuan Pasal 362 KUHP digolongkan sebagai pencurian biasa merupakan

ketentuan yang termasuk di dalam bidang hukum materiil. Peraturan ini

menentukan suatu tindak pidana yang menunjukkan siapa yang dapat

dipidana, perbuatan apa yang dapat dipidana, dan hukuman apa yang dapat

dijatuhkan. Maka terdakwa N seharusnya tidak ditahan . Selain itu iika Pengadilan

menemukan terdapat terdakwa tindak pidana ringan yang dikenakan penahanan

agar segera membebaskan terdakwa tersebut dari tahanan oleh karena tidak lagi

memenuhi syarat penahanan sebagaimana diatur dalam pasal 21 KUHAP. Para

Ketua Pengadilan juga diharapkan dalam menerima pelimpahan perkara tindak

pidana ringan tidak lagi menetapkan majelis hakim untuk menangani perkara

tersebut namun cukup menetapkan hakim tunggal sebagaimana diatur dalam pasal

205-210 KUHAP.
5

Oleh sebab itu dapatlah dipahami mengapa begitu besar perhatian

masyarakat terhadap Undang-undang Hukum Acara Pidana Nomor 8 Tahun 1981.

Hukum Acara Pidana menyangkut 2 kepentingan yang sangat prinsipiil bagi

masyarakat, di satu pihak Hukum Acara Pidana harus dapat menjamin bahwa

yang bersalah akan fihukum, tetapi dilain pihak ia harus pula dapat mencegah

dituntutnya dan dihukumnya orang yang tidak bersalah.3

Penegakan hukum di Indonesia pada saat ini tidak lepas oleh peran

lembaga pengadilan sebagai salah satu lembaga dalam pelaksanaan penegakan

hukum di Indonesia. Untuk melaksankan penegakan hukum di Indonesia

pengadilan hanyalah merupakan lembaganya saja tetapi sebenarnya peran

hakimlah yang sangat sensitif. Karena dalam proses pengadilan, hakim yang

menentukan bersalah atau tidak berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di dalam

persidangan. Hakim di dalam persidangan menjatuhkan vonis dan harus

berdasarkan kepastian hukum, kemanfaatan hukum dan putusan tersebut harus

memberikan rasa keadilan pada masyarakat. “Oleh karena hukum bertujuan

menciptakan kedamaian, maka dengan sendirinya diharapkan, bahwa warga

masyarakat maupun penguasa mentaati hukum yang berlaku. Penerapan hukum

tertuju pada perubahan perilaku manusia, sehingga perilakunya menjadi perilaku

hukum.4
3
Djoko Prakoso, Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana,
Liberty, Yogyakarta,1988, hlm.1.
4

Soerjono Soekanto, Inventarisasi dan Analisa Terhadap Perundang-undangan


Lalu Lintas, Rajawali, Jakarta, 1984, hlm.11.
6

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka penulis

merumuskan permasalahan sebagai berikut :

2.1 Pelaksanaan penahanan yang dilakukan oleh hakim dan penuntut umum

terhadap terdakwa N tidak sesuai dengan 21 KUHAP dan PERMA Nomor 02

Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah

Denda Dalam KUHP

2.2 Perlindungan hukum terhadap terdakwa tindak pidana ringan berdasarkan

pasal 21 KUHAP dan PERMA Nomor 02 Tahun 2012 tentang Penyesuaian

Batasan Tindak Pidana Ringan Dan Jumlah Denda Dalam KUHP

3 Tujuan Penelitian

Tujuan :

3.1 Untuk menganalisis penahanan yang dilakukan oleh hakim dan penuntut

umum terhadap terdakwa N apakah sudah sesuai dengan pasal 21 KUHAP

dan PERMA Nomor 02 Tahun 2012 tentang Penyesuaian Batasan Tindak

Pidana Ringan Dan Jumlah Denda Dalam KUHP.

3.2 Penulisan proposal penelitian ini sebagai salah satu prasyarat dalam tugas

mata kuliah penelitian hukum Magister Ilmu Hukum Universitas Airlangga.

4. Manfaat Penelitian

4.1 Manfaat Teoritis


7

Diharapkan dapat berguna bagi perkembangan ilmu hukum, terutama dalam

perkembangan dunia peradilan khususnya dalam pelaksanaan penahanan

terhadap tersangka atau terdakwa menurut cara yang diatur dalam KUHAP.

4.2 Manfaat Praktis

Penulis berharap dengan penelitian ini dapat berguna bagi para praktisi

hukum, khususnya para penegak hukum yaitu penyidik, penuntut umum,

maupun hakim dalam melakukan penahanan sehingga hukum dapat

ditegakkan sesuai peraturan hukum yang berlaku.

5. Tinjauan Pustaka

5.1 Pengertian Penahanan

Penahanan adalah satu bentuk rampasan kemerdekaan bergerak

seseorang. Penahanan dapat dilakukan untuk kepentingan penyidikan,

penuntutan dan kepentingan penuntutan di sidang pengadilan (Pasal 20

KUHAP), dan penahanan atas seorang tersangka pelaku tindak pidana

dapat dilakukan oleh :

1. Penyidik atau Penyidik Pembantu sebagaimana diatur dalam Pasal 11

Ayat (1) KUHAP

2. Penuntut Umum sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Ayat (2) KUHAP

3. Hakim hanya memperpanjang penahanan yang dilakukan oleh jaksa

sebagaimana diatur dalam Pasal 11 Ayat (3) KUHAP.

5.2 Pengertian Tindak Pidana Ringan ( Tipiring )


8

Yang dimaksud dengan tindak pidana ringan adalah perkara yang

diancam dengan pidana penjara atau kurungan paling lama 3 (tiga) bulan

dan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 7.500; (tujuh ratus lima puluh

ribu rupiah)dan penghinaan ringan, kecuali yang ditentukan dalam acara

pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas, menurut KUHP. Dalam

praktik hukum acara pidana dikenal dengan istilah Tipiring, istilah ini

merupakan singkatan dari istilah yang terdapat di dalam Kitab Undang-

Undang Hukum Acara Pidana, BAB XVI, Pemeriksaan di Sidang

Pengadilan, Bagian ke enam Acara Pemeriksaan Cepat, Paragraf I Acara

Pemeriksaan Tindak Pidana Ringan.

5.3 Pengaturan mengenai Tindak pidana ringan (Tipiring)

Terdapat dalam Pasal 205 ayat (1) KUHAP: “Yang diperiksa menurut acara

pemeriksaan tindak pidana ringan ialah perkara yang diancam dengan pidana

penjara atau kurungan paling lama tiga bulan dan atau denda sebanyak-

banyaknya tujuh ribu lima ratus rupiah dan penghinaan ringan kecuali yang

ditentukan dalam Paragraf 2 Bagian ini.”.

6 Metode Penelitian

6.1 Tipe Penelitian

Tipe penelitian dalam metode ini adalah penelitian hukum normatif ,

yaitudalam pembahasan permasalahan yang ada dalam penulisan ini dikaitkan

dengan ketentuan hukum yang berlaku.

6.2 Pendekatan Masalah


9

Pendekatan yang digunakan yaitu Statue Approach, Conceptual

Approach, dan Case Approach. Statute approach berupa legislasi dan

regulasi.5Statue approach merupakan pendekatan yang dilakukan dengan cara

mengidentifikasi dan membahas peraturan perundang-undangan yang berlaku,

yang berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Conceptual approach

merupakan pendekatan dengan melihat pendapat para sarjana yang terdapat di

dalam berbagai literatur sebagai landasan pendukung. Kemudian case approach

yaitu pengertiannya melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan

dengan isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang telah

mempunyai kekuatan yang tetap maupun yang masih merupakan gejala-gejala

munculnya permasalahan hukum.

6.3 Sumber Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penulisan proposal skripsi ini

berupa bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukum

tersier.

1. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang mempunyai

kekuatan hukum yang bersifat mengikat. Dalam hal ini bahan hukum

yang digunakan adalah peraturan perundang-undangan antara lain

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUH Pidana /Wetboek van

Strafrecht),Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), dan PERMA

Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana

Ringan dan jumlah denda dalam KUHP.


5
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Kencana Prenada Media Group, Jakarta,
2006, h. 97.
10

2. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang berupa tulisan-

tulisan ilmiah yang erat hubungannya dengan bahan hukum primer

dan dapat membantu menganalisis serta memahaminya. Bahan

hukum sekunder yang dimaksud antara lain literatur-literatur, karya

ilmiah para sarjana dan pendapat para ahli hukum.

6.4 Prosedur Pengumpulan Bahan Hukum

Penulisan diawali dengan melakukan pengumpulan bahan hukum melalui

studi kepustakaan, yaitu dengan mengumpulkan bahan hukum yang terkait

kemudian hasil analisis disusun secara sistematik untuk lebih mudah dalam

membaca dan mempelajarinya. Penulisan ini menggunakan penalaran yang

bersifat deduktif yaitu diawali dari hal umum yang telah diketahui maupun

pengetahuan hukum yang bersifat umum yang diperoleh dari peraturan

perundang-undangan dan literatur yang akhirnya mengarah kepada hal yang

bersifat lebih khusus sehingga diperoleh suatu jawaban dari permasalahan yang

bersifat khusus. Selanjutnya pembahasan digunakan penafsiran sistematis dengan

mengaitkan pengertian antara peraturan perundang-undangan yang ada serta

pendapat sarjana yang ditujukan untuk mengetahui serta memahami

permasalahan yang dibahas.

6.5 Analisis Bahan Hukum

Analisa terhadap bahan-bahan hukum dilakukan dengan tahapan langkah

penelitian sebagai berikut :

1. Inventarisasi Bahan Hukum


11

2. Klasifikasi atas bahan hukum secara konsep, undang-undang , dan

historis

3. Mensistemasikan perlindungan hukum bagi terhadap penahanan terdakwa

kasus tindak pidana ringan berdasarkan KUHAP dan PERMA

4. Analisis prosedur penahanan terdakwa kasus tindak pidana ringan

berdasarkan KUHAP dan PERMA

5. Merumuskan hasil analisa dalam sebuah kesimpulan sebagai tesis dalam

penelitian ini.

7. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan ini , dibagi dalam 4 (empat) bab dan masing-masing bab

terdiri dari sub-sub bab, sebagai berikut :

Bab I. Pendahuluan, disajikan uraian untuk mengawali seluruh rangkaian

dan pembahasan tesis. Pada bab ini berisikan gambaran umum permasalahan yang

dibahas pada latar belakang, sedangkan permasalahannya diletakkan pada

rumusan masalah. Bab ini juga menguraikan mengenai tujuan penelitian dan

manfaat penelitian. Kerangka ilmiah diletakkan pada metode ilmiah. Sedangkan

kerangka penyusunan tesis diletakkan pada pertanggungjawaban sistematika.

Bab II. Tinjauan Umum, yang mejelaskan peraturan perundang-undangan

terkait yaitu berdasarkan ketentuan yang ada dalam Kitab Undang-Undang

Hukum Pidana (KUH Pidana /Wetboek van Strafrecht), dan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1981 Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana

(KUHAP), PERMA Nomor 02 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak

Pidana Ringan dan jumlah denda dalam KUHP dan teori dan asas hukum serta

pendapat para ahli.


12

Bab III. Analisis, yang menjelaskan mengenai penerapan penahanan dalam

kasus tindak pidana ringan (tipiring) berdasarkan KUHAP dan PERMA Nomor 02

Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak Pidana Ringan dan jumlah

denda dalam KUHP.

Bab IV. Penutup, yang mengakhiri seluruh rangkaian uraian dan

pembahasan. Sub bab terdiri atas kesimpulan berdasarkan jawaban atas

permasalahan dan saran untuk pemecahan masalah.

DAFTAR BACAAN

A. Buku

Asshiddiqie, Jimli. Konstitusi dan konstitusionalisme Indonesia. Konpress,


Jakarta, 2005.
Marzuki, Peter Mahmud, Penelitian Hukum, Media Group. Jakarta, 2006.
Prakoso,Djoko, Alat Bukti dan Kekuatan Pembuktian di Dalam Proses Pidana,
Liberty, Yogyakarta , 1988.
Soekanto, Soerjono, Inventarisasi dan Analisa Terhadap Perundang-undangan
Lalu Lintas, Rajawali, Jakarta, 1984
Tanya ,Bernald L, Hukum dalam Ruang Sosial, Skrikandi, Surabaya, 2005

Anda mungkin juga menyukai