NIM : 043195856
Pertanyaan
UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 telah mengatur mengenai ketentuan
minimum khusus yang dapat dijatuhkan terhadap terdakwa. Artinya bahwa dalam undang-
undang tersebut telah mengatur secara limitatif terkait batasan pidana minimum yang dapat
dijatuhkan hakim terhadap terdakwa. Namun, dalam prakteknya masih ada kasus tindak
pidana korupsi yang divonis di bawah batas minimal khusus.
Jawab :
Namun demikian, Perumusan ancaman minimal khusus dalam UU Tindak Pidana Korupsi
tidak dilengkapi dengan ketentuan khusus dalam penerapan atau penjatuhan pidana minimal
khusus tersebut. Tidak adanya aturan pemidanaan untuk menerapkan sistem minimal khusus
ini dapat menimbulkan masalah yuridis dalam prakteknya, karena suatu ancaman pidana
tidak dapat begitu saja diterapkamn hanya dengan dicantumkan dalam perumusan delik,
pencantuman ancaman pidana hanya merupakan subsistem dari keseluruhan sistem
pemidanaan.
Untuk dapat menerapkan penjatuhan pidana minimal khusus tersebut harus ada aturan
pemidanaannya terlebih dahulu. Dengan tidak adanya aturan tentang pemidanaan ini maka
hakim akan menemui kesulitan dalam memutuskan kasus-kasus konkrit yang sedang
ditanganinya, terutama dalam menghadapi kasus yang yang memiliki unsur peringanan
terdakwa.
Kelemahan ketentuan pidana minimum khusus ini , juga dikondisikan oleh rendahnya
moralitas oknum aparat penegak hukum dalam hal ini hakim, yang dapat berimplikasi
lahirnya perilaku tidak jujur berupa putusan hakim yang tidak sesuai dengan rasa keadilan
masyarakat, berupa penjatuhan pidana yang ringan bahkan lebih ringan dari ketentuan pidana
minimum khusus dalam UU Korupsi.
Contoh Kasus suap-menyuap yang dengan putusan hakim yang pidananya di bawah pidana
minimum.
Penjatuhan pidana terhadap terdakwa Moh. Yagari Batara Guntur (Gery) yang berstatus
sebagai justice colaborator bertentangan dengan ketentuan dalam UU Tindak Pidana Korupsi.
Posisi Gery dalam kasus tersebut sebagai perantara dan dipidana 2 (dua) tahun dan pidana
denda sebesar Rp. 150.000.000,- Gery ditetapkan oleh Penuntut Umum sebagai justice
collaborator (saksi) yang bekerja sama, ia membantu hakim dalam mengungkap kasus suap-
menyuap yang ia lakukan bersama-sama dengan Otto Cornelis Kaligis. Vonis yang
dijatuhkan hakim terhadap Gery tersebut yaitu vonis dibawah ketentuan pidana minimum
khusus, dimana ancaman pidana yang dikenakan Gery yaitu pasal 6 ayat (1) huruf a UU
Pemberantasa Tindak Pidana Korupsiu dalam pasal korupsi yaitu pidana penjara paling
singkat 3 tahun dan paling lama 15 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,-
dan paling banyak Rp.750.000.000,-
Sumber :
1. Modul HKUM4310
2. Materi Inisiasi 4