Anda di halaman 1dari 2

DISKUSI 4 Tindak Pidana Korupsi

Nama : Ruru Firza Isnandar

NIM : 043195856

Program Studi : S1 Ilmu HUkum

Pertanyaan

Disparitas Ancaman Minimal Khusus Dalam Pemidanaan Tindak Pidana Korupsi 

UU No. 31 Tahun 1999 jo UU No. 20 Tahun 2001 telah mengatur mengenai ketentuan
minimum khusus yang dapat dijatuhkan terhadap terdakwa. Artinya bahwa dalam undang-
undang tersebut telah mengatur secara limitatif terkait batasan pidana minimum yang dapat
dijatuhkan hakim terhadap terdakwa. Namun, dalam prakteknya masih ada  kasus tindak
pidana korupsi yang divonis di bawah batas minimal khusus.

Sehubungan dengan itu berikan analisis mengenai alasan pembentuk undang-undang


merumuskan ketentuan  ancaman pidana minimum  dalam perkara tindak pidana korupsi dan 
bagaimana menurut saudara apakah dengan  pembatasan minimum tersebut tidak
menyimpang dengan  prinsip kebebasan hakim dalam menjatuhkan pidana dan berikan
contoh putusan hakim yang pidananya di bawah ancaman pidana minimum.

Jawab :

Ketentuan pidana minimum yang belaku di Indonesia di“dalam Kitab Undang-Undang


Hukum Pidana diatur pada pasal 12 ayat (2) untuk pidana penjara selama satu hari sedangkan
untuk pidana kurungan pada pasal 18 ayat (1) dan lamanya adalah satu hari juga, hal ini
berlaku secara umum. Namun dalam pidana minimum khusus tidak diatur secara di dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, namun pada pasal 103 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana”bahwasannya undang-undang diluar KUHP dapat mengatur mengenai hal-hal yang
khusus ( special rules).
Perlu kita ketahui bahwa pembentukan dan penetapan pidana minimum khusus dalam UU
No. 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi jo UU N0. 20 Tahun
200, adalah guna mencegah terjadinya disparitas pidana, baik dalam kasus yang sama dalam
konteks penyertaan, maupun terhadap kasus yangt berbeda-beda tetapi jenis delik yang
dilanggar oleh para pelaku adalah sama atau secara hakiki tidak berbeda kualitasnya. Namun
demikian ketentuan tersebut diatas diatur secara serampangan dan tanpa suatu konsep yang
lelas, Hal tersebut dapat dilihat dari dua perspektif, yakni :
- Berdasarkan Pasal 1 UU Korupsi, sanksi pidana minimun 1 tahun penjara terlampau jauh
jaraknya dengan ancaman pidana maksimum 20 tahun penjara.
- Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU Korupsi, sanksi pidana paling singkat 4 tahun, sedangkan
pidana penjara seumur hidup atau 20 tahun penjara.

Namun demikian, Perumusan ancaman minimal khusus dalam UU Tindak Pidana Korupsi
tidak dilengkapi dengan ketentuan khusus dalam penerapan atau penjatuhan pidana minimal
khusus tersebut. Tidak adanya aturan pemidanaan untuk menerapkan sistem minimal khusus
ini dapat menimbulkan masalah yuridis dalam prakteknya, karena  suatu ancaman pidana
tidak dapat begitu saja diterapkamn hanya dengan dicantumkan dalam perumusan delik,
pencantuman ancaman pidana hanya merupakan subsistem dari keseluruhan sistem
pemidanaan.
 
Untuk dapat menerapkan penjatuhan pidana minimal khusus tersebut harus ada aturan
pemidanaannya terlebih dahulu. Dengan tidak adanya aturan tentang pemidanaan ini maka
hakim akan menemui kesulitan dalam memutuskan kasus-kasus konkrit yang sedang
ditanganinya, terutama dalam menghadapi kasus yang yang memiliki unsur peringanan
terdakwa.
Kelemahan ketentuan pidana minimum khusus ini , juga dikondisikan oleh rendahnya
moralitas oknum aparat penegak hukum dalam hal ini hakim, yang dapat berimplikasi
lahirnya perilaku tidak jujur berupa putusan hakim yang tidak sesuai dengan rasa keadilan
masyarakat, berupa penjatuhan pidana yang ringan bahkan lebih ringan dari ketentuan pidana
minimum khusus dalam UU Korupsi.

Contoh Kasus suap-menyuap yang dengan putusan hakim yang pidananya di bawah pidana
minimum.
Penjatuhan pidana terhadap terdakwa Moh. Yagari Batara Guntur (Gery) yang berstatus
sebagai justice colaborator bertentangan dengan ketentuan dalam UU Tindak Pidana Korupsi.
Posisi Gery dalam kasus tersebut sebagai perantara dan dipidana 2 (dua) tahun dan pidana
denda sebesar Rp. 150.000.000,- Gery ditetapkan oleh Penuntut Umum sebagai justice
collaborator (saksi) yang bekerja sama, ia membantu hakim dalam mengungkap kasus suap-
menyuap yang ia lakukan bersama-sama dengan Otto Cornelis Kaligis. Vonis yang
dijatuhkan hakim terhadap Gery tersebut yaitu vonis dibawah ketentuan pidana minimum
khusus, dimana ancaman pidana yang dikenakan Gery yaitu pasal 6 ayat (1) huruf a UU
Pemberantasa Tindak Pidana Korupsiu dalam pasal korupsi yaitu pidana penjara paling
singkat 3 tahun dan paling lama 15 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150.000.000,-
dan paling banyak Rp.750.000.000,-

Sumber :
1. Modul HKUM4310
2. Materi Inisiasi 4

Anda mungkin juga menyukai