Anda di halaman 1dari 46

ANALISIS PERSEPSI MAHASISWA TERHADAP KEBIJAKAN PENERIMAAN

MAHASISWA BARU S-1 FIA UB 2012


DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................ i


HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... ii
RINGKASAN......................................................................................................... iii
KATA PENGANTAR......................................................................................... iv
DAFTAR ISI .......................................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah .......................................................................... 2
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian............................................................................. 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kebijakan Publik ............................................................................... 4
1. Definisi Kebijakan Publik ........................................................ 4
2. Tahap - Tahap Pembuatan Kebijakan Publik ..................... 5
2.2 Implementasi Kebijakan Publik ................................................... 7
2.3 Kebijakan Penerimaan Mahasiswa PTN ................................... 9
2.4 Perpsepsi ............................................................................................. 10
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian .................................................................................. 15
3.2 Fokus Penelitian................................................................................ 15
a. Pemilihan Lokasi 15
b. Sumber Data 15
3.3 Instrumen Penelitian ........................................................................ 16
3.4 Teknik Pengumpulan data.............................................................. 16
3.5 Teknik Analisis Data ....................................................................... 17
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Kebijakan Penerimaan
Mahasiswa Baru S-1 2012 FIA UB 19
A. Penerimaan Mahasiswa Baru S-1
Fakultas Ilmu Administrasi UB 2012 19
B. Persepsi Mahasiswa terhadap kebijakan
penerimaan mahasiswa baru S-1 FIA UB 2012 21
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 27
5.2 Saran ..................................................................................................... 28
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 29
LAMPIRAN ........................................................................................................... 31

v
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Menurut E. Anderson kebijakan merupakan perilaku dari sejumlah
maupun serangkaian aktor (pejabat, kelompok, instansi pemerintah) dalam suatu
bidang tertentu (http://repository.upi.edu/operator). Pelaku pembuat kebijakan
mempunyai wewenang yang sah untuk ikut serta dalam formulasi penetapan
kebijakan. Secara umum pelaku pembuat kebijakan dapat dikategorikan dalam
tiga bagian yaitu pelaku publik, pelaku privat dan pelaku masyarakat (civil
society). Ketiga pelaku ini sangat berperan dalam proses penyusunan kebijakan
(Moore 1995:112). Pemerintah memberikan wewenang kepada Perguruan Tinggi
untuk menciptakan kebijakan sesuai dengan kesepakatan badan normatif tertinggi
bidang akademik. Penyusunan kebijakan ini dimaksudkan dapat menjadi pedoman
dalam penyelenggaraan kehidupan kampus dan memberikan pelayanan sebaik-
baiknya kepada civitas akademika (Kebijakan Akademik Universitas Brawijaya,
2007). Salah satu kebijakan Perguruan Tinggi adalah kebijakan penerimaan
mahasiswa baru dimana setiap perguruan tinggi memiliki kebijakan masing-
masing yang dilihat dari proses atau jalur masuknya yang didasarkan pada
Undang-Undang.
Berdasarkan peraturan pemerintahan Republik Indonesia No. 66 tahun
2010 pasal 53 b ayat 1 menyatakan bahwa satuan pendidikan tinggi yang
diselenggarakan oleh Pemerintah wajib menjaring peserta didik baru program
sarjana melalui pola penerimaan secara nasional paling sedikit 60% dari jumlah
peserta didik baru yang diterima untuk setiap program studi pada program
pendidikan sarjana. Dengan demikian masih tersisa kuota penerimaan mahasiswa
baru sebesar 40% yang kemudian diatur oleh perguruan tinggi negeri masing-
masing (Peraturan Republik Indonesia No 66 Tahun 2010). Salah satu Perguruan
tinggi yang wajib menjaring mahasiswa baru sesuai dengan kuota tersebut adalah
Universitas Brawijaya. Setiap tahun jumlah mahasiswa UB selalu meningkat,
Tahun 2012 ini Universitas Brawijaya menerima 15419 mahasiswa (program

1
sarjana, magister, doktoral, vokasi), jumlah ini meningkat dibanding setahun
sebelumnya yakni 12538 mahasiswa (http://prasetya.ub.ac.id).
Banyaknya calon mahasiswa baru tersebut mempengaruhi naiknya kuota
yang tersedia di Fakultas yang ada di Universitas tersebut, Salah satu contohnya
adalah yang terjadi di Fakultas Ilmu administrasi (FIA) Universitas Brawijaya,
dimana pada tahun 2011 menerima mahasiswa baru sebanyak 1500 orang
sedangkan pada tahun 2012 meningkat menjadi 1700 orang. Namun dibalik
kebijakan penerimaan mahasiswa baru tersebut, terdapat permasalahan yang
ditimbulkan seperti jumlah mahasiswa baru yang diterima tidak sebanding dengan
jumlah tenaga pengajar dan ruang kuliah yang tersedia, sehingga tidak sedikit dari
dosen-dosen tersebut tidak mampu mengajar secara full time karena ada jadwal
yang berbenturan dengan kelas lain maupun fakultas lain. Efek-efek lain pun
dirasakan para mahasiswa yang tidak mendapat tempat parkir, mahasiswa harus
parkir jauh dari lokasi perkuliahan, lahan fakultas yang semakin sempit sehingga
lahan untuk penghijauan semakin berkurang, ruang kuliah yang tidak sesuai
dengan jumlah mahasiswa, juga jadwal kuliah yang kurang efektif, bahkan masih
ada beberapa kelas yang mendapat jadwal kuliah malam dan kuliah di hari Sabtu.
Jika hal ini terus menerus terjadi maka akan mengganggu dari aktifitas
belajar mengajar mahasiswa sendiri sehingga kita megambil sudut pandang
mahsiswa tersebut untuk mengetahui fenomena tersebut. Berdasarkan kasus
diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan menganalisis lebih lanjut mengenai
persepsi para mahasiswa terhadap penerimaan mahasiswa baru dengan judul
“Analisis Persepsi Mahasiswa terhadap Kebijakan Penerimaan Mahasiswa
Baru S1 FIA UB 2012”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah penelitian ini
adalah :
1. Bagaimana gambaran umum kebijakan penerimaan mahasiswa baru S-1
FIA UB 2012?
2. Bagaimana Persepsi Mahasiswa terhadap kebijakan penerimaan
mahasiswa baru S-1 FIA UB 2012?

2
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penulisan ini yaitu
1. Mengetahui gambaran umum kebijakan penerimaan mahasiswa baru S-1
FIA UB 2012.
2. Mengetahui Persepsi Mahasiswa terhadap kebijakan penerimaan
mahasiswa baru S-1 FIA UB 2012.

Penelitian ini nantinya diharapkan dapat memberikan kontribusi, baik


secara akademis maupun praktis bagi pihak - pihak yang bersangkutan. Adapun
kontribusi penelitian yang ingin dicapai yaitu:
1. Akademis
a. Sebagai masukan untuk penelitian-penelitian selanjutnya yang memiliki
relevansi sekaligus sebagai perbandingan bagi penelitian selanjutnya
mengenai kebijakan kampus.
b. Untuk menambah wawasan atau khasanah dalam penelitian.
2. Praktis
a. Bagi pihak akademik
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan bagi Senat FIA
Universitas Brawijaya dalam mengevaluasi serta menetapkan kebijakan
akademik selanjutnya.
b. Bagi pihak mahasiswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai penyalur
aspirasi serta diharapkan mampu megontrol kebijakan yang ada di
Fakultas.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Publik


1. Definisi Kebijakan Publik
Kebijakan Publik memiliki banyak definisi dan memiliki makna yang
berbeda-beda , sehingga pengertian - pengertian tersebut dapat diklasifikasikan
menurut sudut pandang masing - masing penulisnya . Berikut ini beberapa definisi
kebijakan publik :
Jones (1977) menekankan studi kebijakan publik pada dua proses, yaitu :
1) Proses - proses dalam ilmu politik, seperti bagaimana masalah - masalah
itu sampai pada pemerintah, bagaimana pemerintah mendefinisikan
masalah itu, dan bagaimana tindakan pemerintah.
2) Refleksi tentang bagaimana seseorang bereaksi tehadap masalah - masalah,
terhadap kebijakan negara, dan memecahkannya.
Menurut Charles O. Jones (1977) kebijakan terdiri dari komponen -
komponen :
1) Goal atau tujuan yang diinginkan.
2) Plans atau proposal, yaitu pengertian yang spesifik untuk mencapai tujuan.
3) Program, yaitu upaya yang berwenang untuk mencapai tujuan.
4) Decision atau keputusan, yaitu tindakan-tindakan untuk menentukan tujuan,
membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program.
5) Efek, yaitu akibat-akibat dari program ( baik disengaja atau tidak, primer
atau sekunder).
Jones memandang kebijakan publik sebagai suatu kelanjutan kegiatan
pemerintah di masa lalu dengan hanya mengubahnya sedikit demi sedikit.Definisi
ini dapat diklasifikasikan sebagai decision making, yaitu ketika pemerintah
membuat suatu keputusan untuk suatu tindakan tertentu.Klasifikasi ini juga dapat
didefinisikan sebagai intervensi negara dengan rakyatnya ketika terdapat efek dari
akibat suatu program yang dibuat oleh pemerintah yang diterapkan dalam
masyarakat.

4
Menurut Dunn (1994), proses analisis kebijakan adalah serangkaian
aktivitas dalam proseskegiatan yang bersifat politis. Aktivitas politis tersebut
diartikan sebagai proses pembuatan kebijakan dan divisualisasikan sebagai
serangkaian tahap yang salingtergantung, yaitu penyusunan agenda, formulasi
kebijakan, adopsi kebijakan,implementasi kebijakan, dan penilaian
kebijakan.Proses formulasi kebijakan dapat dilakukan melalui tujuh tahapan
sebagai berikut:
1. Pengkajian Persoalan. Tujuannya adalah untuk menemukan dan memahami
hakekat persoalan dari suatu permasalahan dan kemudian merumuskannya
dalam hubungan sebab akibat.
2. Penentuan Tujuan. Adalah tahapan untuk menentukan tujuan yang hendak
dicapai melalui kebijakan publik yang segera akan diformulasikan.
3. Perumusan Alternatif. Alternatif adalah sejumlah solusi pemecahan masalah
yang mungkin diaplikasikan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan.
4. Penyusunan Model. Model adalah penyederhanaan dan kenyataan persoalan
yangdihadapi yang diwujudkan dalam hubungan kausal.Model dapat dibangun
dalam berbagai bentuk, misalnya model skematik, model matematika, model
fisik, model simbolik, dan lain-lain.
5. Penentuan Kriteria. Analisis kebijakan memerlukan kriteria yang jelas dan
konsisten untuk menilai alternatif kebijakan yang ditawarkan.Kriteria yang
dapat dipergunakanantara lain kriteria ekonomi, hukum, politik, teknis,
administrasi, peran serta masyarakat, dan lain-lain.
6. Penilaian Alternatif. Penilaian alternatif dilakukan dengan menggunakan
kriteria dengan tujuan untuk mendapatkan gambaran lebih jauh mengenai
tingkat efektivitas dan kelayakan setiap alternatif dalam pencapaian tujuan.
7. Perumusan Rekomendasi. Rekomendasi disusun berdasarkan hasil penilaian
alternatif kebijakan yang diperkirakan akan dapat mencapai tujuan secara
optimal dan dengankemungkinan dampak yang sekecil-kecilnya.

2. Tahap - tahap pembuatan kebijakan publik menurut William Dunn , sebagai


berikut :
a. Penyusunan Agenda

5
Agenda setting adalah sebuah fase dan proses yang sangat strategis dalam
realitas kebijakan publik. Dalam proses inilah memiliki ruang untuk memaknai
apa yang disebut sebagai masalah publik dan prioritas dalam agenda publik
dipertarungkan. Jika sebuah isu berhasil mendapatkan status sebagai masalah
publik, dan mendapatkan prioritas dalam agenda publik, maka isu tersebut berhak
mendapatkan alokasi sumber daya publik yang lebih daripada isu lain.
Dalam agenda setting juga sangat penting untuk menentukan sesuatu isu
publik yang akan diangkat dalam sesuatu agenda pemerintah. Issue kebijakan
(policy issues) sering disebut juga sebagai masalah kebijakan (policy problem).
Policy issues biasanya muncul karena telah terjadi silang pendapat di antara para
aktor mengenai arah tindakan yang telah atau akan ditempuh, atau pertentangan
pandangan mengenai karakter permasalahan tersebut. Menurut William Dunn
(1990), isu kebijakan merupakan produk atau fungsi dari adanya perdebatan baik
tentang rumusan, rincian, penjelasan maupun penilaian atas sesuatu masalah
tertentu. Namun tidak semua isu bisa masuk menjadi sesuatu agenda kebijakan.

Ada beberapa Kriteria isu yang bisa dijadikan agenda kebijakan


publik(Kimber, 1974; Salesbury 1976; Sandbach, 1980; Hogwood dan Gunn,
1986)
1. Telah mencapai titik kritis tertentu dan jika diabaikan, akan menjadi ancaman
yang serius
2. Telah mencapai tingkat partikularitas tertentu dan berdampak dramatis
3. Menyangkut emosi tertentu dari sudut kepentingan orang banyak (umat
manusia) dan mendapat dukungan media massa
4. Menjangkau dampak yang amat luas
5. Mempermasalahkan kekuasaan dan keabsahan dalam masyarakat;
6. Menyangkut sesuatu persoalan yang fasionable (sulit dijelaskan, tetapi mudah
dirasakan kehadirannya)

b. Formulasi Kebijakan
Masalah yang sudah masuk dalam agenda kebijakan kemudian dibahas oleh
para pembuat kebijakan.Masalah-masalah tadi didefinisikan untuk kemudian

6
dicari pemecahan masalah yang terbaik. Pemecahan masalah tersebut berasal dari
berbagai alternatif atau pilihan kebijakan yang ada. Sama halnya dengan
perjuangan sesuatu masalah untuk masuk dalam agenda kebijakan, dalam tahap
perumusan kebijakan masing-masing alternatif bersaing untuk dapat dipilih
sebagai kebijakan yang diambil untuk memecahkan masalah.

c. Adopsi/ Legitimasi Kebijakan


Tujuan legitimasi adalah untuk memberikan otorisasi pada proses dasar
pemerintahan.[4] Jika tindakan legitimasi dalam sesuatu masyarakat diatur oleh
kedaulatan rakyat, warga negara akan mengikuti arahan pemerintah.
Namun warga negara harus percaya bahwa tindakan pemerintah yang sah
mendukung.Dukungan untuk rezim cenderung berdifusi, cadangan dari sikap baik
dan niat baik terhadap tindakan pemerintah yang membantu anggota mentolerir
pemerintahan disonansi.Legitimasi dapat dikelola melalui manipulasi simbol -
simbol tertentu. Dimana melalui proses ini orang belajar untuk mendukung
pemerintah.

d. Penilaian/Evaluasi Kebijakan
Evaluasi merupakan salah satu tahapan penting dalam proses kebijakan
publik, namun seringkali tahapan ini diabaikan dan hanya berakhir pada tahap
implementasi. Evaluasi adalah kegiatan untuk menilai tingkat kinerja suatu
kebijakan.

2.2 Implementasi Kebijakan Publik


Beberapa kamus memberi definisi pada kata implementasi seperti: “to
provide the means for carrying out” atau “to give practical effect to”, di Kamus
Besar Bahasa Indonesia edisi IV lama “implementasi” memiliki makna
“pelaksanaan; penerapan”. Berdasarkan pengertian tersebut, bisa kita pahami
bahwa implementasi kebijakan publik adalah pelaksanaan atau penerapan
keputusan yang diambil oleh pemerintah dalam bentuk kegiatan-kegiatan baik
yang dilakukan oleh badan pemerintah tersebut, atau oleh pemangku kepentingan
lain yang menjadi sasaran keputusan yang telah diambil sedemikian rupa sehingga

7
tujuan yang telah ditetapkan dalam keputusan tersebut bisa menimbulkan dampak,
baik dampak positif maupun dampak negatif. Kegiatan ini juga meliputi
transformasi konsep-konsep dalam keputusan menjadi tindakan yang lebih
bersifat operasional.
a. Implementasi kebijakan memiliki beberapa aspek yaitu:
1. Pengesahan keputusan dalam bentuk peraturan perundangan dalam berbagai
level, misalnya undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan presiden
atau peraturan daerah;
2. Pelaksanaan kebijakan atau keputusan tersebut oleh instansi pelaksana;
3. Kesediaan para pemangku kepentingan atau kelompok target untuk
melaksanakan keputusan-keputusan tersebut;
4. Dampak nyata atas pelaksanaan kebijakan, baik dampak yang bersifat
positif maupun negatif
5. Persepsi instansi pelaksana atas pelaksanaan sebuah kebijakan; dan
6. Upaya perbaikan - perbaikan terhadap pelaksanaan kebijakan.
b. Komponen-komponen yang terlibat dalam implementasi sebuah kebijakan
adalah sebagai berikut:
1. Sumber daya, baik sumber daya manusia, sumber daya dana, maupun
kemampuan organisasional;
2. Tujuan kebijakan, dimana biasanya tujuan kebijakan masih bersifat abstrak
dan harus diwujudkan dalam realitas;
3. Hasil yang berupa keluaran yang berupa keadaan yang diinginkan (output)
atau keluaran yang berupa realitas yang bisa dihitung (outcome); manfaat
(benefit); dampak (impact).
c. Implementasi kebijakan juga melibatkan beberapa aktifitas yakni:
1. Pengorganisasian yang meliputi penataan kembali sumber daya, unit dan
metode sesuai dengan tujuan kebijakan;
2. Penafsiran yang berupa penerjemahan dan penjelasan tujuan kebijakan ke
dalam istilah dan acuan yang bersifat lebih operasional sehingga lebih
mudah dipahami baik oleh personil lembaga pelaksana maupun oleh
pemangku kepentingan atau kelompok sasaran;

8
3. Aplikasi yang berupa penyediaan layanan, pembayaran, atau pelaksanaan
instrumen atau tujuan yang telah disepakati bersama.
d. Tahapan implementasi kebijakan publik :
1. Tahap Interpretasi: tahap penjabaran dan penerjemahan kebijakan yang
masih dalam bentuk abstrak menjadi serangkaian rumusan yang sifatnya
teknis dan operasional. Hasil interpretasi biasanya berbentuk petunjuk
pelaksanaan atau petunjuk teknis.
2. Tahap Perorganisasian: tahap pengaturan dan penetapan beberapa
komponen pelaksanaan kebijakan yakni: lembaga pelaksana kebijakan;
anggaran yang diperlukan; sarana dan prasarana; penetapan tata kerja;
penetapan manajemen kebijakan.
3. Tahap aplikasi: tahap penerapan rencana implementasi kebijakan ke
kelompok target atau sasaran kebijakan.

2.3 Kebijakan Penerimaan Mahasiswa PTN


Menurut peraturan pemerintahan Republik Indonesia no.66 tahun 2010
pasal 53 b ayat 1 bahwa Satuan pendidikan tinggi yang diselenggarakan oleh
Pemerintah wajib menjaring peserta didik baru program sarjana melalui pola
penerimaan secara nasional paling sedikit 60% (enam puluh persen) dari jumlah
peserta didik baru yang diterima untuk setiap program studi pada program
pendidikan sarjana. Menurut peraturan mentri pendidikan nasional Republik
Indonesia no.34 tahun 2012 pasal 3 ayat 1-3 sebagai berikut :
1. Perguruan tinggi dalam penjaringan mahasiswa baru wajib menerima paling
sedikit 60% mahasiswa baru pada setiap program studi melalui pola
penerimaan mahasiswa baru secara nasional.
2. Penerimaan paling sedikit 60% mahasiswa baru sebagaimana dimaksud pada
ayat(1) termasuk mahasiswa baru yang tidak mampu secara ekonomi dan orang
tua atau pihak yang membiayai tidak mampu secara ekonomi.
3. Penerimaan mahasiswa baru sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan ayat 2
tidak termasuk mahasiswa baru yang merupakan warga negara asing.

9
Dengan demikian masih tersisa kuota penerimaan mahasiswa baru sebesar
40% , dan hal tersebut di atur masing-masing oleh perguruan tinggi negeri
masing-masing.
2.4 Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi, menurut Thoha (1992:123), adalah proses kognitif yang dialami
oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat
penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan, dan penciuman. Definisi
tersebut persepsi merupakan proses kognitif yang dialami seseorang dalam
menerima data atau segala sesuatu yang berasal dari lingkungannya melalui panca
indera, yang selanjutnya diseleksi, diorganisasi, dan diinterpretasikan untuk
memperoleh gambaran pengertian tertentu yang dapat mempengaruhi sikap dan
perilaku.
Persepsi akan dapat menentukan perilaku seseorang, dan tingkah laku
seseorang merupakan fungsi dari cara memandang sesuatu, walaupun apa yang
dilihat atau dipersepsikan seseorang itu belum tentu sesuai dengan kenyataannya.
Hubungan antara persepsi dengan perilaku lebih lanjut dijelaskan sebagai berikut :
“ Dalam pembentukan perilaku seseorang, terdapat tiga siklus proses yang
terjadi, yaitu kognisi, belajar dan pemecahan masalah (pemilihan perilaku).
Proses kognisi dimulai dengan persepsi seseorang terhadap stimulasi yang
dating dari luar sehingga memperoleh arti. Selanjutnya, melalui proses belajar
seseorang membandingkan pengalaman masa lampau dengan apa yang sedang
diamatinya. Pada siklus proses ketiga seseorang membandingkan beberapa
kemungkinan pilihan cara pemecahan untuk kemudian sampai kepada pilihan
tertentu, yang nantinya akan tercermin dalam perilaku. Perilaku ini selanjutnya
menjadi dasar pengetahuan dalam melakukan proses persepsi selanjutnya “
(Sudibyo, 1989:472)”.
Berdasar definisi tersebut, dapat diartikan bahwa tingkah laku seseorang
ditentukan oleh persepsinya serta pemahamannya tentang sesuatu sehingga dari
pemahaman tersebut akan diperoleh bagaimana seseorang memahami suatu obyek
tertentu yang sedang menjadi amatannya. Sehingga dengan cara tersebut dapat

10
menerima obyek yang telah atau akan dikenalnya. Rahmat (1988:8,63,68)
menjelaskan bahwa faktor-faktor penentu persepsi adalah :
1. Faktor fungsional berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal lain
yang termasuk apa yang disebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor yang
menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimuli namun karakteristik
orang yang memberikan respon pada stimulus tersebut.
2. Faktor struktural, semata-mata berasal dari sifat stimuli fisik dan efek-efek
syaraf yang ditimbulkannya pada syaraf individu.
3. Faktor perhatian. Perhatian adalah proses mental ketika suatu stimulus menjadi
menonjol dalam kesadaran pada stimulus lain melemah. Perhatian terjadi bila
seseorang mengkonsentrasika diri pada salah satu alat indera, dan
mengesampingkan masukan-masukan melalui alat indera yang lain. Dandoff
(1998:238) menyebutkan bahwa perhatian sebagai filter yang akan menyaring
semua informasi pada titik-titik yang berbeda terhadap proses persepsi.
Manusia mampu memusatkan perhatian terhadap apa yang mereka kehendaki
untuk dipersepsikan, dengan cara secara aktif melibatkan diri mereka dengan
pengalaman-pengalaman tanpa menutup rangsangan lain yang saling bersaing.

Menurut Assael (1992:45) dalam persepsi terdapat tiga unsur yang harus
diperhatikan untuk dapat menunjang pemprosesan informasi yang sedang
berlangsung yaitu :
1. Attention (perhatian)
Berdasar sekian stimulus yang ada, hanya ada beberapa stimulus yang
diterima atau diperhatikan oleh manusia karena keterbatasannya, yang selanjutnya
akan diproses dalam persepsi. Agaknya otak memilih dari berbagai stimulus
tersebut yang berkaitan dengan masalahnya dan mengabaikan stimulus yang lain,
sampai terjadi perubahan pada stimulus tertentu yang akan membuat stimulus
tersebut diperhatikan.
Perhatian didefinisikan sebagai pemusatan persepsi menuju kesadaran
yang meningkat, walaupun dengan rentang stimulus yang terbatas (Atkinson et.
Al., 1997:435) sedangkan menurut Engel et. al (1995:10) perhatian adalah alokasi
kapasitas pemrosesan untuk stimulus yang baru masuk . dengan demikian dapat

11
dikatakan bahwa perhatian merupakan usaha seseorang untuk memilih dan
mengalokasikan kapasitas penerimaannya terhadap suatu stimulus, walaupun
dengan rentang stimulus yang terbatas.
2. Comprehension (Pemahaman)
Menurut Engel et. al (1995:2) pemahaman merupakan proses yang ketiga yang
dalam pemrosesan informasi yang berkaitan dengan penafsiran suatu stimulus.
Pada tahap inilah makna dikaitkan dengan stimulus. Makna atau arti ini akan
bergantung pada bagaimana suatu stimulus dikatagorikan dan diuraikan
berkenaan dengan pengetahuan yang sudah ada, atau bisa diartikan bahwa
pemahaman adalah usaha untuk memberikan makna terhadap suatu stimulus
yang diterima. Pemahaman dalam pembentukannya menurut Mowen (2002:42)
terdiri dari dua macam yaitu :
a. Perceptual Organization (pengorganisasian persepsi)
Prinsip yang mengatur cara orang mengorganisasikan stimulus yang baru
masuk merupakan bagian dari psikologi gestalt, yang berfokus pada bagaimana
orang mengorganisasi dan menggabungkan stimulus menjadi satu keseluruhan
yang bermakna.
Tiga prinsip psikologi Gestalt menurut Engel et.al (1995:23) adalah
sebagai berikut:
1. Kesederhanaan
Orang memiliki kecenderungan kuat untuk mengorganisasikan persepsi mereka
kedalam pola yang sederhana yaitu orang akan memilliki persepsi yang sederhana
walaupun persepsi yang lebih kompleks mungkin berasal Dari stimulus yang
bersangkutan.
2. Figur dan Dasar
Orang cenderung mengorganisasikan persepsi mereka kedalam pola utama
yaitu figur dan dasar. Figur menggambarkan elemen-elemen di dalam satu bidang
persepsi yang menerima perhatian paling besar .selebihnya adalah elemen-elemen
kurang berarti yang merupakan latar belakang diacu sebagai dasar.
3. Lengkapan
Mengacu pada kecenderungan seseorang untuk mengembangkan sebuah
gambaran atau persepsi yang lengkap walaupun elemen - elemen di bidang

12
persepsinya tidak ada. Karena dorongan untuk “melengkapi” bagian yang hilang
ini, sebuah stimulus yang tidak lengkap memberi pemasar sesuatu mekanisme
untuk meningkatkan usaha dan keterlibatan yang terjadi selama pemrosesan
informasi.
b. Interpretation (interprestasi)
interprestasi merupakan tahap akhir dari proses persepsi. Interprestasi
merupakan proses unik ketika hal ini dihubungkan dengan apa yang diinginkan
konsumen terhadap suatu objek didasarkan atas pengalamannnya terdahulu , pada
seberapa banyak penjelasan masuk akal, motivasi dan minat pada saat melakukan
persepsi. Assael (1992:150) berpendapat “two basic principles help consumer
interpret marketing information. There are categorization and interference”.
Konsumen melakukan interprestasi terhadap stimulus yang diterimanya
dalam rangka memenuhi kebutuhan pribadi, keinginan dan minatnya. Pengalaman
dan interaksi sosial konsumen merupakan dasar yang dapat digunakan untuk
menginterprestasi stimulus .hal ini terutama dilakukan untuk memutuskan
stimulus yang bermakna ganda agar mendapatkan persepsi yang lebih realistis
terhadapnya.
3. Retention (ingatan)
Setiap informasi yang bermakna bagi setiap individu akan disimpan
didalam otak dalam bentuk ingatan .ingatan merupakan fungsi yang terlibat
dalam mengenang pengalaman masa lalu karena adanya pemindahan tafsiran
stimulus kedalam ingatan jangka panjang. Dengan demikian , ingatan berkaitan
dengan keseluruhan masa lampau yang sifatnya khas dan dapat diingat
kembali.
Menurut Ahmadi (1991:70) “ ingatan berfungsi sebagai penerima sensor ,
menyimpan dan reproduksi”. Penjelasan dari fungsi ingatan tersebut adalah
sebagai berikut:
a. Penerimaan sensor ( kesan-kesan)
Penerimaan sensor dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu:
1) Penerimaan yang tidak dikehendaki artinya tidak sengaja memperoleh suatu
pengetahuan .

13
2) Penerimaan yang dikehendaki artinya dengan sengaja,sadar danm sungguh-
sungguh seperti menghafal atau belajar sesuatu. Penerimaan tersebut
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang akan menentukan proses
pengertiannya, yaitu :
1) Menyuarakan apa yang sedang diakal tersebut
2) Membagi waktu belajar
3) Metode belajar yang tepat
4) Menggunakan titian ingatan untuk mempertinggi pengertian
5) Mempertinggi pengertian
6) Penggolongan secara ritmis
7) Penggolongan secara ruang
8) Penggolongan menjadi kumpulan-kumpulan yang berarti
b. Menyimpan
Hal mengingat dan lupa biasanya ditujukan dengan satu pengertian saja
yaitu menyimpan karena kedua hal tersebut hanya memandang sesuatu yang sama
dan dari segi yang berbeda. Sesuatu yang diingat adalah sesuatu yang tidak
dilupakan dan sesuatu yang dilupakan adalah sesuatu yang tidak diingat. c.
Reproduksi
Merupakan pengaktifan hal-hal yang diterima. Dalam reproduksi tersebut
terdapat bentuk mengingat kembali ( recall) dan mengenal kembali (recognition) .
perbedaan diantara keduanya adalah jika pada recall tidak ada objek yang dapat
dipakai sebagai tumpuan atau pegangan dalam melakukan reproduksi, sedangkan
pada recognition ada objek yang dipakai sebagai tumpuan. Dengan demikian,
maka proses ingatan nantinya akan membentuk suatu informasi bagi masing-
masing individu.

14
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian.


Jenis penelitian yang penulis gunakan adalah jenis penelitian deskriptif,
yang akan memberikan suatu gambaran ilmiah yang menjelaskan fenomena atau
fakta apa adanya yang kemudian dapat diinterpretasikan secara tepat.
Sedangkan pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan kualitatif. Karena metode ini analisisnya lebih menekankan pada
proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika
hubungan antar fenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah.

3.2 Fokus Penelitian.


Fokus dari penelitian ini adalah untuk mengetahui secara menyeluruh
tentang analisa persepsi mahasiswa terhadap kebijakan penerimaan mahasiswa
baru Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya 2012.
1. Pemilihan Lokasi dan Situs penelitian.
Lokasi penelitian yaitu di Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas
Brawijaya, dan situs penelitian juga berada di Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya. Pemilihan lokasi ini disebabkan karena domisili para
peneliti yang merupakan mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi dan adanya
masalah yang muncul tentang kebijakan penerimaan mahasiswa baru di Fakultas
Ilmu Administrasi.
2. Sumber Data.
Sumber data merupakan suatu alat yang menjadi sumber informasi.Dalam
penelitian ini sumber data berasal dari seseorang yang dapat dijadikan narasumber
karena dianggap lebih menguasai bidang permasalahan yang berhubungan erat
dengan pelaksanaan suatu kegiatan.Cara pengumpulan data dalam penelitian ini
ada dua jenis sumber data yaitu data primer dan data sekunder. a. Data Primer

Yaitu sumber data yang dikumpulkan peneliti secara langsung dari sumbernya,
yang diamati dan dicatat untuk pertama kalinya yang didapat dari informasi hasil

15
wawancara. Sumber tersebut diperoleh malalui informan yang berhubungan
dengan fokus peneliti meliputi : wawancara langsung dengan Arman Fernanda
selaku presiden BEM FIA, Fani Pratama Putra selaku ketua umum DPM FIA, A.
Miftakhul Khoiri selaku ketua umum RSC FIA, dan Dian Ali Mahmud selaku
aktivis dari Humanistik.
b. Data Sekunder.
Yaitu data yang tidak secara langsung berhubungan dengan responden yang
diteliti serta merupakan data pendukung bagi penelitian yang dilakukan. Data
sekunder meliputi: dokumen-dokumen, arsip-arsip, catatan-catatan, dan laporan
resmi yang berkaitan dengan penelitian ini.

3.3 Instrumen Penelitian.


Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang
diperlukan untuk melakukan penelitian. Adapun istrumen yang digunakan dalam
penelitian ini adalah
a. Interview Guide (PedomanWawancara): yaitu berisi materi atau poin- poin
yang menjadi dasar dan acuan dalam melakukan wawancara
b. Field Note (Buku Catatan), digunakan oleh peneliti berupa catatan lapangan

untuk mencatat apa yang didengar, diamati, dan dialami dalam pada saat

wawancara dan observasi. Hal ini dalam rangka pengumpulan data di

lapangan yang dipergunakan untuk mencatat informasi yang dapat


dikembangkan sebagai bahan tambahan data-data yang lain.
c. Alat perekam (recorder) sebagai alat bantu dalam merekam wawancara dan
kamera untuk mendokumentasikan secara visual segala bentuk kegiatan
penelitian.
3.4 Teknik Pengumpulan Data.
a. Observasi
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan mengadakan pengamatan
langsung di lapangan yaitu Fakultas Ilmu Administrasi Universitas
Brawijaya.Observasi yang dilakukan adalah observasi terus terang yaitu peneliti
menyatakan terus terang pada sumber data bahwa sedang melakukan penelitian. b.
Interview (wawancara)

16
Wawancara yang dilakukan adalah wawancara tidak terstruktur, dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang disusun secara sistematis
namun hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Narasumber
yang akan diwawancarai adalah presiden BEM FIA, ketua umum DPM FIA, ketua
umum RSC FIA, dan anggota Humanistik. Wawancara yang dilakukan
berdasarkan dengan perumusan masalah yang diambil peneliti. c. Dokumentasi

Untuk memperoleh data sekunder, teknik yang dilakukan peneliti adalah


teknik dokumentasi, dengan cara mengutip atau menyalin dokumen-dokumen
yang relevan untuk digunakan sebagai data dalam penelitian ini. Dokumen
tersebut meliputi laporan dan atau berbagai artikel dari majalah, jurnal dan
internet yang berkaitan dengan topic penelitian. d. Triangulasi

Triangulasi merupakan teknik pengumpulan data yang bersifat


menggabungkan dari berbagai teknik yang telah ada yaitu observasi, wawancara,
dan dokumentasi untuk sumber data secara serempak.
3.5 Teknik Analisis Data.
Menurut Bogdan Miles and Hiberman, analisis data kualitatif adalah
proses mencari dan menyusun data secara sistematis yang diperoleh dari hasil
wawancara. Analisis data adalah proses mencari dan menyusun data secara
sistematis yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapang dan dokumentasi
dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabar ke dalam unit-
unit, malakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting
dan akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah difahami oleh diri
sendiri maupun orang lain.
Analisis Data Model Miles and Hiberman
a. Reduksi data
Reduksi merupakan kegiatan merangkum, memilih hal-hal yang pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang pentingdicari tema dan polanya. Data yang telah
direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencari data lagi bila
diperlukan.

17
b. Penyajian data
Penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan,
hubungan dalam kategori, flowchart, dll.Yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat
naratif.
c. Verifikasi dan Penarikan Kesimpulan
Kesimpulan awal masih bersifat sementara, akan berubang bukti-bukti
yang kuat dan mendukung tahap pengumpulan data berikutnya. Kesimpulan
dalam penelitian kualitatif dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan
sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena penelitian kualitatif masih bersifat
sementara dan akan berkembang setelah berada di lapang.

18
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Kebijakan Penerimaan Mahasiswa Baru S-1 2012 FIA UB
A. Penerimaan Mahasiswa baru S-1 FIA UB 2012
Berdasarkan pasal 3 Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 34 Tahun
2010 menyebutkan bahwa perguruan tinggi dalam penjaringan penerimaan
mahasiswa baru wajib paling sedikit 60 % mahasiswa baru pada setiap program
studi melalui penerimaan mahasiswa baru secara nasional. Dan hal itu juga
berlaku pada Universitas Brawijaya dalam penerimaan mahasiswa baru jalur
nasional Adapun jalur-jalur penerimaan nasional Universitas Brawijaya adalah
sebagai berikut :
1. SNMPTN Undangan merupakan salah satu jalur nasional dengan
mempertimbangkan prestasi akademik. Tahun 2012 kuota kursi untuk
fakultas ilmu administrasi sebesar 60 kursi dimana 30 kursi terdiri dari
jurusan ilmu administrasi bisnis dan 30 kursi sisanya kuota dari jurusan
ilmu administrasi publik (selma ub.ac.id)
2. SNMPTN Ujian Tulis, salah satu jalur nasional dengan tes tertulis yang di
lakukan oleh 61 PTN seluruh Indonesia dan dilakukan secara serempak.
Daya Tampung dari jurusan Ilmu administrasi bisnis sebesar 200 dan
peminatnya 1035, dan Daya tampung Jurusan Ilmu Administrasi Publik
sebesar 225 dan Peminatnya sebesar 846.
Dari 100% penerimaan mahasiswa baru 60% merupakan penerimaan Jalur
nasional Sisanya, masih ada 40 % penerimaan mahasiswa baru dapat
dimanfaatkan oleh perguruan tinggi untuk penerimaan jalur mandiri. Jalur mandiri
ini tidak diatur secara nasional tetapi diserahkan ke- PTN masing-masing. Sesuai
dengan pasal 3 Universitas Brawijaya merupakan salah satu universitas yang
menjalankan pasal tersebut sehingga untuk menerapkan peraturan didalam
Universitas Brawijaya dibentuklah Kebijakan-Kebijakan yang mengatur tentang
penerimaan mahasiswa baru di fakultas-fakultas dimana Fakultas Ilmu
Administrasi juga termasuk didalamnya dan hal itu di atur dalam standar mutu

19
universitas dan fakultas /program universitas brawijaya yang di bentuk tahun 2011
isi dari kebijakan tersebut merujuk pada sistem rekrutmen dan seleksi mahasiswa
baru sebagai berikut :
1. Sistem penerimaan mahasiswa baru mampu menjamin mutu, ekuitas,
aksesibilitas secara efektif. Dimana Sistem penerimaan mahasiswa baru
yang ada menghasilkan mahasiswa yang bermutu, mencerminkan ekuitas
dan aksesibilitas yang ditunjukkan dengan: (1) Pemenuhan persyaratan
mutu mahasiswa yang ditentukan sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan;(2) Rasio antara pendaftar dengan yang diterima;(3) Rasio
antara yang diterima dengan daya tamping.
2. Tersedia dokumen tentang penerimaan mahasiswa baru dan dilaksanakan
secara konsisten.
3. Besar rasio calon mahasiswa yang melamar dibanding calon mahasiswa
yang diterima > 4:1.
4. Besarnya daya tarik Universitas/Fakultas/Program secara nasional, berupa
penyebaran mahasiswa yang berasal dari berbagai provinsi, dimana
Mahasiswa berasal dari > 30% dari semua propinsi di Indonesia.
5. Besarnya daya tarik Universitas/Fakultas/Program secara nasional, berupa
penyebaran mahasiswa yang berasal dari berbagai provinsi, dimana
Mahasiswa berasal dari > 30% dari semua propinsi di Indonesia.

Dan semua isi dari kebijakan tersebut di implementasikan dalam


penerimaan mahsiswa baru jalur mandiri adapun jalur penerimaan mahasiswa
baru jalur mandiri sebagai berikut :
1. PSB Non Akademik 2012 Jalur Olah Raga atau Seni , dimana jalur ini
tanpa ujian tulis.Penjaringan Siswa Berprestasi (PSB) Non Akademik di
Universitas Brawijaya bertujuan untuk menjaring calon mahasiswa yang
mempunyai prestasi tinggi di bidang non akademik (prestasi olahraga
maupun seni) tanpa memperhatikan nilai rapornya.
2. SPMK adalah seleksi penerimaan Mahasiswa Baru UB melalui ujian tulis
yang dilakukan khusus oleh UB.

20
3. SPKPD adalah seleksi penerimaan Mahasiswa Baru Universitas Brawijaya
(UB) melalui seleksi administratif dan tes wawancara yang dilakukan oleh
Pusat Studi dan Layanan Disabilitas Universitas Brawijaya (PSLD UB)
bekerja sama dengan panitia penerimaan Mahasiswa Baru Universitas
Brawijaya.
4. SPKIns adalah Seleksi Penerimaan Kemitraan Instansi melalui Ujian Tulis
bekerjasama dengan Instansi tertentu
5. Program Pendidikan Vokasi adalah Seleksi Penerimaan Program vokasi
(diploma)
6. Seleksi Alih Program bagi lulusan DIII yang ingin melanjutkan ke Jenjang
Pendidikan S1 (diselenggarakan oleh fakultas masing-masing

B. Persepsi Mahasiswa terhadap kebijakan penerimaan mahasiswa baru S-1 FIA


UB 2012
Persepsi mahasiswa terhadap kebijakan penerimaan mahasiswa dalam hal
ini sangat penting. Karena dengan persepsi tersebut dapat menjadi masukan bagi
rektorat untuk perbaikan mutu pendidikan melalui penerimaan mahasiswa baru.
Dalam analisis ini kami menggunakan sumber data yaitu data primer yang
merupakan persepsi mahasiswa yang dalam hal ini diungkapkan oleh narasumber
yang berasal dari beberapa tokoh mahasiswa yang cukup berperan di Fakultas
Ilmu Administrasi, yaitu A. Miftakhul Khoiri sebagai seorang aktivis sekaligus
salah satu ketua umum LOF Research Study Club FIA, Arman Fernanda selaku
Presiden BEM FIA UB, Fani Pratama Putra selaku Ketua MPM, dan Dian Ali
Mahmud selaku aktifis dari Humanistik. Menurut hasil wawancara yang telah
dilakukan, peneliti mendapat beberapa informasi yang dapat dijadikan wawasan
yang cukup bermanfaat bagi peneliti.
Hampir semua narasumber memiliki pengetahuan yang sama tentang
kebijakan penerimaan mahasiswa baru. Narasumber memahami bahwa ada
beberapa jalur penerimaan mahasiswa baru yang diterapkan di Universitas
Brawijaya.Secara umum terdapat dua jalur yaitu jalur nasional dan jalur
mandiri.Jalur nasional ini disebut sebagai SNMPTN, dimana dulu disebut
UMPTN. Jalur SNMPTN ini sendiri terdiri dari dua macam yaitu SNMPTN

21
undangan yang dilaksanakan tanpa tes dimana pelaksanaannya sebelum UN dan
SNMPTN tulis yang dilaksanakan sesudah UN dengan yang bersifat nasional
seperti yang diungkapkan oleh Miftah, salah satu narasumber yang merupakan
ketua dari lembaga penelitian Research Study Club.
”Menurut undang-undang Perguruan Tinggi Nomor 12 Tahun 2012
itu Perguruan Tinggi berhak menerima mahasiswa dari jalur Nasional atau
dan jalur lainnya, jadi ada 2 jalur, jalur nasional itu, jenisnya ada 2
SNMPTN, ada SNMPTN undangan dan ada SNMPTN tulis…”
(wawancara pada tanggal 28 November 2012 Pukul 11.00 di FIA UB).

Selain jalur tersebut, narasumber juga menjelaskan bahwa ada juga jalur
lain yang dikhususkan untuk mahasiswa berprestasi yang disebut jalur non
akademik yaitu khusus mahasiswa yang mempunyai prestasi seperti juara minimal
tingkat provinsi yang penerimaannya hampir bersamaan dengan SNMPTN tulis.
Dari jalur-jalur tersebut terdapat satu jalur yang dikhususkan untuk mahasiswa
berprestasi dan dari golongan tidak mampu.
”…Nah kemudian pasal yang selanjutnya menjelaskan bahwa
perguruan tinggi minimal harus menerima 20% dari total jumlah
mahasiswa yang diterima, dari kalangan mahasiswa yang tidak mampu dan
mahasiswa yang ada di daerah-daerah perbatasan, nah secara nasional
jalurnya ya 3 itu. atau yang mungkin sekarang familiarnya bidik misi…”
ungkap Miftah (wawancara pada tanggal 28 November 2012 Pukul 11.00
di FIA UB).

Persepsi terakhir yang diungkapkan oleh para narasumber tentang jalur


masuk penerimaan mahasiswa baru adalah jalur kemitraan (SPMK) dengan daerah
maupun instansi tertentu yang merupakan jalur masuk terakhir yang bisa
digunakan oleh calon mahasiswa baru dan jalur inilah yang menjadi kesimpulan
persepsi yang diungkapkan oleh narasumber mengenai jalur penerimaan
mahasiswa baru.
“….Selanjutnya disitu ada jalur SPMK.…kemudian kemitraan
dengan daerah (SPKD), kemitraan dengan daerah setau ku banyak,
SPKMD…. jadi dari mahasiswa UB itu sendiri setahuku itu tadi, yang
bayarnya sama dengan jalur snmptn tulis, maupun undangan , jalur
prestasi non akademik. kemudian SPMK jalur tulis, nah sama….jalur
kemitraan ini…” ungkap Miftah (wawancara pada tanggal 28 November
2012 Pukul 11.00 di FIA UB).

22
Berbicara mengenai kebijakan mahasiswa baru yang semakin meningkat
dimana banyak dampak yang dirasakan oleh mahasiswa dengan berbagai
pelayanan yang dirasa kurang memuaskan. Berdasarkan data dari Miftah,
kebijakan mahasiswa baru merupakan keputusan Rektor dimana Rektor
mendapatkan perintah dari Dikti dengan alasan kebijakan wajib belajar yang
meningkat dari 9 menjadi 12 tahun sehingga jumlah pelajar SMA secara otomatis
akan meningkat dan dirasa bahwa kuota kursi di perguruan tinggi juga perlu
ditambah sebanding banyaknya jumlah lulusan SMA. Bukan menjadi masalah
ketika jumlah mahasiswa terus meningkat selama diimbangi dengan pelayanan
yang baik dengan tersedianya ruang kelas yang memadai, tenaga pengajar dan lain
sebagainya.
Menurut persepsi Fani mengenai kebijakan penerimaan mahasiswa itu
sendiri, sepertinya pihak Rektorat kurang transparan dan jika ada mahasiswa atau
siapapun yang bertanya seakan-akan mereka tidak usah ikut campur dengan
masalah kemahasiswaan maupun akademik untuk mahasiswa. Bahkan para
narasumber sendiri yang merupakan orang-orang yang aktif baik di kelembagaan
dan selalu aktif mengkritisi berbagai macam kebijakan itupun tidak bisa memberi
informasi detail mengenai penerimaan mahasiswa baru yang dari tahun ke tahun
semakin meningkat.
“Jadi untuk undang-undang penerimaan mahasiswa baru belum
ada…saya belum pernah menemukan selama 8 bulan ini pengurusan
MPM. Untuk mengetahui itu biasanya turun langsung bersama SK Rektor
dan SK Rektor tidak bisa diganggu gugat dan langsung ketok palu dan itu
menjadi rujukan beberapa jumlah mahasiswa disetiap fakultas.
Penambahan atau pengurangan itu tergantung dari SK tadi.…Ini dekan
pun tidak berani kalau sudah SK Rektor. Karena SK Rektor melalui Dikti.
Karena memang birokrasi kan siapa yang tingkatan jabatan lebih tinggi
harus dituruti oleh bawahan rektor. Dekan harus menurut apa kata Rektor.
Rektor harus menurut apa kata dikti. Dikti harus menurut pada
MENNEGDIKBUD (Menteri Negara Pendidikan dan
Kebudayaan)…”.Ungkap Fani Putra Pratama, Ketua umum DPM FIA UB
(wawancara pada tanggal 28 November 2012 Pukul 11.00 di FIA UB).

Berdasarkan pengamatan peneliti dan dari beberapa narasumber, masalah


yang terjadi di Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Brawijaya setiap tahunnya
selalu terjadi peningkatan kuota penerimaan mahasiswa baru. Peningkatan
mahasiswa tersebut tentu akan mengakibatkan dampak yang akan dirasakan oleh

23
mahasiswa, dosen, maupun tenaga lain yang ikut terlibat. Jika jumlah mahasiswa
meningkat dan tidak dibarengi dengan pembangunan gedung kelas, tentu
akibatnya mahasiswa akan kekurangan tempat belajar. Selain itu dosen-dosen
tidak bisa berkonsentrasi dalam memberi mata kuliah kepada mahasiswa
diakibatkan adanya jadwal yang crash.Sehingga dengan adanya kebijakan
penambahan kuota mahasiswa baru harus dibarengi juga dengan kebijakan
penambahan dosen, penambahan gedung kelas, sistem informasi dan tenaga
pelayanan lainnya.
“Pertama kan itu melihatnya kan dari….tenaga sumber daya….
ketika dosen ini, ya jujur ya sebagai mahasiswa saya pernah mengalami
kejadian ketika ternyata dosen ini crash dengan jadwal mata kuliah dan di
waktu yang sama dan itu menunjukkan bahwa, dosen disini itu masih
kurang gitu, gak tau administrasinya, pengolahan administrasinya menurut
saya itu kurang, sampek kuliah malem, kuliah malem ini jarang di
fakultas-fakultas lain, ya di FIA ini kuliah sampai jam 8, kurang kelas,
kurang dosen, dan pelayanannya pun masih kurang…” ungkap Dian Ali
Mahmud, Aktivis dari Humanistik (wawancara pada tanggal 28 November
2012 Pukul 11.00 di FIA UB).

Selain dampak-dampak yang telah disebutkan diatas, dampak lainnya


adalah dari proses belajar mengajarnya. Dalam suatu perkuliahan tentu hal yang
paling diharapkan adalah sistem belajar yang kondusif. Tetapi jika mahasiswa
yang diajar oleh seorang dosen itu terlalu banyak tentu proses belajarnya tidak
akan bisa berjalan dengan maksimal.
“Yang paling suka terjadi itu sebenarnya pada proses belajar
mengajar…. sebuah ilmu itu tidak bisa produktif atau tidak bisa optimal
ketika jumlah mahasiswa dikelas itu 1 berbanding 4 menghasilkan 1 dosen
itu mengajar 1 kelas 40 orang kalau di FIA itu lebih dari 50 orang. Lha itu
Untuk mentransfer ilmu itu biasanya tidak optimal. Pertama, yang
kedua…esensi dari penerimaan itu nantinya berujung pada fasilitas
laboratorium akhirnya terlalu apa ya...katanya terlalu minim dan tak
selaras dengan jumlah mahasiswa. Organisasi juga semakin meningkat
anggota-anggota yang ingin masuk.Akhirnya tidak bisa tertransfer dengan
bagus keilmuannya.Itu yang menjadi masalah, kalau LCD, tempat dan
sebagainya itu bukan hal yang esensi ya dan tidak seberapa utama, yang
utama itu transfer ilmu antara dosen ke mahasiswa”.Ungkap Fani
(wawancara pada tanggal 28 November 2012 Pukul 11.00 di FIA UB).

Ketika mahasiswa atau siapa saja yang mau memberitahu dan melapor ke
dekanat dari setiap fakultas tentang masalah-masalah atau kendala yang dihadapi

24
mahasiswa dalam proses belajar mengajar, pastinya pihak dekanat beserta
jajarannya hanya menjawab dengan santai dan menyuruh mahasiswa untuk
bersabar karena semua perubahan itu butuh proses. Seperti halnya yang
diungkapkan oleh Presiden BEM FIA UB tentang solusi yang bisa dilakukan
untuk mengatasi kendala dalam proses belajar mengajar.
“….cuman yang bisa kita sampaikan kepada pihak Dekanat ya
okelah kalaupun kita harus bersabar tapi….fasilitas yang sudah ada mohon
dioptimalkan terkait masalah misalnya kelas kan, kelas sekarang ya
mungkin sempit-sempit gitu kan tapi juga harus di kenyamanannya,
tingkat kenyamanannya juga harus ditingkatkan terkait masalah mungkin
kipas angin, LCD, AC itu harus benar-benar, nah itu sudah kita sampaikan.
Jawabannya mungkin Dekanatnya bertahap, lagi-lagi kita memberi sebuah
perlengkapan seperti itu, itu tidak langsung beli saja soalnya harus lewat
melalui proses tender gitu, melalui proses tender dan proses itu ya cukup
lama, kalau langsung beli kadang kita diaudit dan proses audit itu bisa
nanti dibawa ke KPK. Jadi lagi-lagi kita harus sabar, ya seperti
itu”.Ungkap Arman Fernanda (wawancara pada tanggal 28 November
2012 Pukul 11.00 di FIA UB).

Berdasarkan masalah-masalah yang muncul, pihak dekanat


maupun rektorat harus memikirkan solusi-solusi apa yang harus dilaksanakan
sejalan dengan kebijakan penerimaan mahasiswa baru yang semakin meningkat.
Jika solusinya adalah dengan pengurangan kuota mahasiswa baru untuk tahun
selanjutnya rasanya tidak mungkin. Karena suatu fakultas dikatakan maju dan
berkembang jika jumlah peminat atau mahasiswanya dari tahun ke tahun semakin
banyak yang tentunya harus dibarengi dengan prestasi yang terus
meningkat.Sehingga salah satu solusinya adalah dengan pembangunan gedung
baru dan perbaikan kualitas pendidikan. Jika memang saat ini telah ada rencana
pembangunan gedung 15 lantai di Fakultas Ilmu Administrasi, itu sudah
merupakan salah satu solusi dalam menangani peningkatan mahasiswa. Namun
dalam pembangunan itu tentunya tidak akan selesai dalam 1-2 bulan saja, tetapi
bisa bertahun-tahun. Sehingga saat proses pembangunan itu tentunya
akanmenjadikan masalah lain seperti adanya kelas malam. Sedangkan menurut
Fani, salah satu narasumber mengungkapkan bahwa kuliah malam itu tidak etis
karena dalam adat orang timur kuliah diatas maghrib itu bukan lagi budaya dalam
indonesia. Selain itu harus ada penambahan dosen yang berkualitas.

25
“….ya mungkin solusi yang saya tawarkan itu cuma penambahan
tenaga dosen. Tapi ya kembali lagi….percuma ketika dosen yang
diambil….tidak berkualitas, gak berkualifikasi, perlu adanya kualifikasi
yang jelas. Jadi penambahan dosen gak cuma asal ambil dosen tapi
kemampuan dosen ini nggak mumpuni untuk mengajar mahasiswanya,
yang jadi korban lagi tetep mahasiswa, solusinya cari dosen dan
berkualifikasi”.Ungkap Dian Ali Mahmud (wawancara pada tanggal 28
November 2012 Pukul 11.00 di FIA UB).

Sehingga analisis dari hasil penelitian yang berdasarkan


persepsi dari beberapa narasumber yang merupakan aktifis mahasiswa mengenai
kebijakan penerimaan mahasiswa baru S-1 FIA UB 2012, dapat disimpulkan
bahwa beberapa mahasiswa mengetahui tentang jalur-jalur penerimaan mahasiswa
baru tetapi mengenai pemberian informasi tentang kebijakan dan penyebab
dinaikkannya kuota penerimaan mahasiswa baru masih dirasa kurang transparan.
Informasi yang bisa diakses hanya mengenai persentase secara garis besar saja,
namun informasi untuk kuota yang ditetapkan masih sulit untuk didapatkan
karena kebijakan tersebut dari Rektorat yang berdasarkan keputusan dari
DIKTI.Padahal pihak dari DIKTI tidak mengetahui secara pasti bagaimana
kondisi fisik di setiap fakultas.Menurut persepsi yang diungkapkan narasumber,
kebijakan penerimaan mahasiswa baru yang semakin meningkat ini menimbulkan
dampak-dampak yang dirasakan oleh mahasiswa seperti kurangnya gedung
belajar sehingga mengakibatkan adanya kelas malam. Selain itu dampaknya juga
dirasakan oleh dosen-dosen yang tidak bisa melaksanakan proses belajar mengajar
dengan optimal karena adanya jadwal yang crash dengan kelas lain. Sehingga jika
pihak Dikti maupun dari Rektorat tetap menjalankan kebijakan untuk menaikkan
kuota penerimaan mahasiswa baru seharusnya dibarengi dengan solusi-solusi
efektif yang dilakukan oleh pihak Rektorat sehingga dampak-dampak yang ada
tidak begitu dirasakan oleh mahasiswa, dosen maupun pihak-pihak lainnya yang
terlibat.

26
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Penerimaan mahasiswa baru secara umum dilakukan melalui dua jalur,
yaitu jalur nasional dan jalur mandiri. Jalur nasional ini disebut sebagai
SNMPTN. Jalur SNMPTN ini sendiri terdiri dari dua macam yaitu SNMPTN
undangan yang dilaksanakan tanpa tes dimana pelaksanaannya sebelum UN
dan SNMPTN tulis yang dilaksanakan sesudah UN yang bersifat nasional.
Sedangkan jalur mandiri adalah melalui SPMK (Seleksi Program Minat dan
Kemampuan) dan SPKD (Seleksi Program Kemitraan Daerah). Penerimaan
mahasiswa baru diatur oleh MENNEGDIKBUD (Menteri Negara Pendidikan
dan Kebudayaan), DIKTI, dan selebihnya diatur oleh Rektor masing-masing
perguruan tinggi. Peraturan yang dibuat oleh lembaga tersebut tentunya harus
sesuai dengan peningkatan mahasiswa baru secara nasional. Peningkatan
mahasiswa ini atas peraturan baru dari DIKTI tentang program wajib belajar
9 tahun yang diubah menjadi 12 tahun.
Peraturan tersebut tentunya mengundang berbagai persepsi di kalangan
mahasiswa. Banyak mahasiswa yang mengeluh karena peningkatan
mahasiswa tidak diiringi dengan peningkatan sarana dan prasarana kampus.
Berdasarkan persepsi dari beberapa narasumber yang merupakan aktifis
mahasiswa mengenai kebijakan penerimaan mahasiswa baru S-1 FIA UB
2012, dapat disimpulkan bahwa beberapa mahasiswa mengetahui tentang
jalur-jalur penerimaan mahasiswa baru tetapi mengenai pemberian informasi
tentang kebijakan dan penyebab dinaikkannya kuota penerimaan mahasiswa
baru masih dirasa kurang transparan. Peraturan yang baru ini dirasa kurang
tepat karena efeknya berdampak pada mahasiswa sendiri, seperti jadwal
kuliah hingga malam, jadwal dosen yang sering crash, dan sarana prasarana
ruang kuliah yang kurang mendukung.

27
5.2 Saran
a. Fakultas menyediakan sarana dan prasarana yang memadai bagi
mahasiswa agar mahasiswa dapat menerima materi dari dosen dengan
baik dan maksimal.
b. Menambah kapasitas dosen agar tidak terjadi jadwal mengajar dosen
yang berbenturan dengan jadwal yang lain, mengurangi angka
ketidakhadiran dosen pengajar, serta agar dosen bisa maksimal dalam
penyampaian materi.
c. Menambah jumlah ruang perkuliahan agar tidak terjadi jadwal kuliah
malam bagi mahasiswa dan mempermudah dalam melakukan kuliah
ganti oleh dosen pengajar.

28
DAFTAR PUSTAKA

Anonim, Tahun Tidak Diketahui. Kebijakan Perlindungan Anak Jalanan.Diakses


melalui http://repository.upi.edu (diakses pada tanggal 20 November 2012)

Peraturan Republik Indonesia no 66 tahun 2010 tentang Perubahan Atas


PeraturanPemerintah Nomor 17 tahun 2010 Tentang Pengelolaan dan
Penyelenggaraan Pendidikan

Humas3. 2012. UB Terima 15419 Mahasiswa Baru, Tertinggi di Indonesia.


http://prasetya.ub.ac.id ( diakses pada tanggal 20 November 2012)

Bakar, Abu.Perencanaan Sumber Daaya Manusia Yang Efektif.


http://sumsel.kemenag.go.id ( pada 19 November 2012)

Thoha,Miftah.1992.Perilaku Organisasi.Jakarta: Rajawali

Sudibyo,Priyo D.1989.Presepsi pemuda terhadap pelembagaan BKKBS.jurnal


Penelitian

Rahmat,Jalaludin.1998.Psikologi Komunikasi.Jakarta:Remadja Karya.

Dandoff, L. Lingga. 1988. Psikologi Suatu Pengantar. Jakarta: Erlangga.

Assael,Henry. 1992. Consumer Behaviour and Marketing Action. Boston :


PWSKENT Publishing Company.

29
Atkinson, Rita L., et al, 1997. Pengantar Psikologi jilid 1.Diterjemahkan oleh
Nurjanah Taufik. Jakarta:Erlangga.

Engel, James F, et. All.1995 .Perilaku Konsumen. Jilid I, alih Bahasa: Agus
Maulana. Jakarta: Erlangga.

Ahmadi,Abu. 1991. Psikologi Perkembangan. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Anonim. 2012. Profil Jurusan. Diakses melalui http://fia.ub.ac.id, (pada 29


November 2012)

Anonim Metode Penelitian Kualitatif. http://www.anneahira.com (pada 29


November 2012)

Anonim. Instrumen Penelitian Diakses Melalui http://www.scribd.com (pada 18


November 2012)

Suharto, Bambang .2011. Visi,Misi, dan Tujuan Fakultas Ilmu Administrasi


Universitas Brawijaya. http://wempi.staff.ub.ac.id. (diakses pada tanggal
29 November 2012)

Peraturan Mentri Pendidikan nasional Republik Indonesia No. 34 tahun 2012


Tentang Pola Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana Pada
Perguruan Tinggi Yang Diselenggarakan Oleh Pemerintah

Suharto.Bambang. 2011. Standar Mutu Jurusan Atau Program Studi. Diakses


melalui. melalui http://pjm.ub.ac.id (diakses pada tanggal 29 November
2012)

Anonim . 2012. Jalur-jalur Penerimaan Mahasiswa Brawijaya. Diakses melalui.


Melalui http://selma.ub.ac.id. (diakses pada tanggal 29 November 2012)
30
LAMPIRAN

A. Data rekap transkip wawancara


1. Interview Presiden BEM FIA 2012

Sigit : Bagaimana pendapat mas tentang mengenai kebijakan


penerimaan mahasiswa baru di FIA sendiri yang setiap
tahun kan semakin meningkat-meningkat sementara tidak
diiringi dengan peningkatan infrastruktur sendiri ..?

Arman Fernanda : Ya, kalau masalah kebijakan itu kan waktu ada forum
temen-temen lembaga itu sudah dijelaskan bahwa kebijakan
ini turunnya dari DIKTI gitu kan, bahwa wajib belajar
sembilan tahun, dan apa namanya untuk apa istilahnya,
untuk memperlebah atau mengasih kesempatan lebih
kepada temen-temen untuk lebih mendapatkan jenjang yang
lebih tinggi makanya tiap Uiversitas itu disarankan untuk
menambah quota mahasiswa, ya itu salah satu alasan dari
pihak Dekanat kenapa ko’ setiap tahun selalu ditambahi
kuantitas, untuk proses infrastrukturnya sendiri ini kalau
menurut saya pribadi ini tidak bisa langsung, misalnya
langsung apa ya, langsung tiba-tiba semuanya tersedia gitu
kan butuh proses dan ada waktunya gitu, nah ini kita
sebagai mahasiswa selain harus apa namanya menyadari
itulah, kita juga gimana lagi gitu kan, cuman yang bisa kita
sampaikan kepada pihak Dekanat ya okelah kalaupun kita
harus bersabar tapi apa yang fasilitas yang sudah ada
mohon dioptimalkan terkait masalah misalnya kelas kan,
kelas sekarang ya mungkin sempit-sempit gitu kan tapi juga

31
harus di kenyamanannya,tingkat kenyamanannya juga harus
ditingkatkan terkait masalah mungkin kipas angina, LCD,
AC itu harus benar-benar, nah itu sudah kita sampaikan.
Jawabannya mungkin Dekanatnya bertahap, lagi-lagi kita
memberi sebuah perlengkapan seperti itu, itu tidak langsung
beli saja soalnya harus lewat melalui proses tender gitu,
melalui proses tender dan proses itu ya cukup lama, kalau
langsung beli kadang kita diaudit dan proses audit itu bisa
nanti dibawa ke KPK. Jadi lagi-lagi kita harus sabar,ya
seperti itu.

Sigit : Kalau di mahasiswa sendiri kan mas,seringnya sekarang


kan kalau dosennya sendiri kan ada dosen yang crash
jadwalnya, nah sehingga masnya sendiri kan jadwal
kuliahnya terganggu sehingga penyampaian materi tidak
maksiamal, itu menurut mas bagaimana..?

Arman Fernanda : Ya, persediaan dosen sekarang memang dikira sangat


kurang gitu kan, kita banyak mengambil dosen dari fakultas
lain maupun Universitas lain, nah itu pun terjadi di
Unibersitas lainnya juga yang lain juga seperti itu, kadang
ngambil dosen dari FIA disuruh ngajar ngambil disini, sama
halnya seperti itu, yang bisa kita sarankan emang untuk
penambahan kuantitas dosen itu harus bener-bener
dioptimalkan itu, jangan sampai mahasiswa itu terlantar.
Kita sebagai mahasiswanya sendiri memang kan sudah
ditutut untuk mandiri, lagi-lagi kita mencoba untuk apa, ya
mencoba untuk mencari sebuah informasi, informasi terkait
keilmuan, jadi kita ngga’ usah nunggu, nunggu dosennya
atau kenapa, kita langsung samperin dosen tersebut, kenapa,
mungkin kita bisa juga menyampaikan ke teman-teman kita
nantinya, ya itu keaktifan temen-temen juga sangat
dibutuhkan gitu biar nanti dosen kita juga tidak

32
semena-mena, kalaupun nanti crash kan pasti ada alasannya
gitu dan pihak pengajaran itu sudah seoptimal mungkin
gimana membuat jadwak itu biar tidak crash, jadi coba kita
jemput bola ke dosen-dosennya kalau mungkin ini tidak
bisa datang di kelas atau kenapa monggo materinya saja
dipegang ke ketua kelas, ya nanti kita tetep bisa dapet
ilmunya, dapet pembelajarannya ya meskipun kita harus
belajar sendiri.

Sigit : Untuk yang terakhir mas ya, untuk mas sendiri bagaiman
solusinya agar semua ini bisa berjaln efektif, dan apakah
untuk tahun berikutnya untuk maba sendiri apa diadakan pe
ningkatan mahasiswa lagi atau tidak.

Arman Fernanda : Ya, untuk masalah efisiensi ya terkait masalah efektif atau
tidaknya saya fikir kuantitas dosen harus diimbangi dengan
kuantitas mahasiswa yang ada di sini, lha wacana itu sudah
di wacanakan oleh FIA sendiri untuk rencana menambahan
dosen, kalau ngga’ salah 35 dosen untuk tahun berikutnya,
insyaallah kalaupun itu sudah dicanangkan, insyaallah itu
sudah cukup membantu kita nantinya, yang jelas nanti tetep
dikawal saja dosen yang masuk nanti jangan sampai
dosennya pindah tangan. Jadi kalian sebagi mahasiwa juga
ya cobalah sifat-sifat sedikit apatis dikurangi, coba apa ya
kekritisan kalian jangan hanya kritis terhadap lingkungan,
jangan kritis terhadap hal-hal yang mungkin belum
sibstansial karena memang kemarin kalian dilatih untuk
ktitik ya itu untuk menggugah jiwa kekritikan kalian, tapi
kalau kalian sudah apa ya,berada di jenjang yang lebih atas
lagi kritis kalian harus lebih substansial, jadi mengkritik
kebijakan yang ada di Dekanat itu nanti akan lebih baik
lagi. Jadi antara atas sama bawah itu selalu selaras, terus
untuk masalah peningkatan kuantitas mahasiswa peluang

33
pasti ada, soalnya tiap tahun kalau penurunan mahasiswa
itu bisa jadi malah menurunkan akreditasi fakultas,
Universitas pun seperti itu. Solanya kalau tidak penurunan
mahasiswa tersebut kita dibilang bahwa Fakultas ataupun
Universitas itu tidak laku gitu kan, bisa dibilang ya itu salah
satu poin akreditasi itu kan jumlah mahasiswa juga, jadi
peluang itu pasti ada, peluang untuk peningkatan
mahasiswa baru itu pasti ada dan ya harus siap-siap kalian
yang akan itu, tapi tetep ajalah kawal kebijakan itu, kalian
sudah, sekarang waktunya kalian untuk mengawal itu jadi
kritiknya, kalau pesan saya kritik yang lebih substans

2. Interview Ketua umum Research Study Club


Putra : Apakah kakak mengetahui jalur penerimaan mahasiswa
baru?

A. Miftakhul Khoiri : Artinya menurut undang - undang perguruan tinggi nomer


12 tahun 2012 itu, perguruan tiggi berhak menerima
mahasiswa dari jalur nasional atau dan jalur lainnya , jadi
ada 2 jalur, jalur nasional itu , jenisnya ada dua SNMPTN,
ada SNMPTN undangan dan ada SNMPTN tulis. Nah
kemudian pasal yang selanjutnya menjelaskan bahwa
perguruan tinggi minimal harus menerima 20% dari total
jumlah mahasiswa yang diterima, dari kalangan mahasiswa
yang tidak mampu dan mahasiswa yang ada di daerah-
daerah perbatasan, secara nasional jalurnya ya tiga itu. atau
yang mungkin sekarang familiarnya bidik misi, undangan ,
dan SNMPTN tulis. Selain itu UB sendiri setahu ku ada
jalur yang pertama prestasi non akademik yaitu mahasiswa-
mahasiswa yang mempunyai prestasi seperti juara yang
minimal juara tingkat provinsi itu penerimaannya hampir
barengan dengan SNMPTN tulis selanjutnya disitu ada jalur
SPMK itu loh nah, kemudian kemitraan dengan daerah

34
SPKD, kemitraan dengan daerah setau ku banyak, SPKMD,
tadi SPKD ada, jadi dari mahasiswa UB itu sendiri
setahuku itu tadi. Yang bayarnya sama dengan jalur
SNMPTN tulis, maupun undangan, jalur prestasi non
akademik, kemudian SPMK jalur tulis, nah sama jalur
kemitra, jalur kemitraan ini .

Putra : Bagaimana pendapat mas mengenai kebijakan penerimaan


mahasiswa baru yang semakin meningkat?

A. Miftakhul Khoiri : Sudah saya bertanya itu ke atasan lalu melempar hal itu
keatasan lain. Pak Dekan sendiri mengatakan kepada saya
kalo itu adalah perintah dari Rektor untuk FIA jadi
penambahan jumlah mahasiswa baru itu berdasarkan
perintah dari Rektor, Rektor mendapatkan perintah dari
DIKTI, nah kemudian dijelaskan alasan yang paling
mendasar. Dikarenakan bahwa kebijakan pemerintah yang
mewajibkan minimal pendidikan dari 9 tahun menjadi 12
tahun, juga tidak boleh berhenti dalam arti potensi untuk
masuk perguruan tinggi juga harus ditambah artinya jangan
konyol, ketika kita menginginkan lulusan SMA itu semakin
banyak ketika diwajibkan mutlak semakin banyak nah, itu
jangan sampai dia lulus terus putus karena kursi di
perguruan tinggi itu sama. Oleh karena itu perguruan tinggi
juga harus menambah kursinya seperti selaras dengan
kebijakan itu tadi , kebijakan tentang wajib belajar tadi ya
logikanya kan ketika kewajiban belajar lulus SMA.

Putra :Apakah anda sudah mengetahui Undang-undang mengenai


penerimaan mahasiswa baru. Dan apakah pihak birokrat

35
sudah transparansi dalam memberitahukan tentang
kebijakan penerimaan mahasiwa tersebut?

A. Miftakhul Khoiri : Iya kalo secara transparan jumlahnya berapa? ini dari jalur
apa saja? masih belum dan pernah ditanyakan teman-teman
itu gak mau, ya dia hanya mengatakan “tadi ini permintaan
dari DIKTI”. DIKTI meminta menambah kuota sekitar 15%
dari total mahasiswa yang diterima Brawijaya 15% kalo
gak salah.

Putra : Menurut mas dengan kebijakan penerimaan mahasiswa


baru yang meningkat akan mengakibatkan dampak apa
saja?

A. Miftakhul Khoiri : Waktu rapat kordinasi ketua lembaga bersama Dekan


yang membahas tentang rencana pembangunan gedung 15
lantai, itu juga menanyakan artinya seperti ini, e…
Pemerintah lupa bahwa ketika mengharapkan anak
sekolah, itu tidak dipahami pula secara kompleks dalam arti
ketika saya ingin anak ini sekolah pokoknya saya ingin
anak ini sekolah tidak dilihat pula apa gurunya ada, dan apa
sekolahnya cukup begitu pula dengan UB ketika Dikti itu
memerintahkan menambah kuota tidak pula diikuti dengan
kebijakan penambahan dosen pertama dan yang kedua
penambahan apa namanya sistem informasi atau pelayanan
jumlah tenaga artinya seolah-olah cuma kita disuruh aja
Cuma nambah, nambah apa namanya? mahasiswa tanpa
benar-benar mempersiapkan dulu di dalam udah siap
belum, nah dampaknya ya eee sama halnya dengan
seharusnya 1 orang pegawai melayani 2 – 4 orang, ini
indikatornya seperti itu karena mahasiswa bertambah
jumlahnya si pengajar sama jumlah si pelayan mahasiswa

36
juga tetap itu ya akhirnya saling rebutan, artinya kapasitas
orang berebut melayani semakin berebut, itu juga masalah
ruangan, masalah sistem pelayanan, kan seharusnya imbang
ketika ini nambah itu juga nambah, ketika ini nambah
berartikan semakin harus rebutan.

Putra : Kira-kira mas sudah mengetahui tentang solusi yang


diberikan oleh pihak birokrat dan apakah itu menurut mas
sudah efektif?

A. Miftakhul Khoiri : Kalo aku melihat keadaan yang mau dibangun seperti ini,
gedung mau 15 lantai, nambah mahasiswa dan sebagainya,
itu terutama harus berdasar pada misi indonesia mau dibawa
kemana. Artinya ketika memang kita butuh, katakan lah
20000 mahasiswa untuk perguruan tinggi, untuk
membangun ini itu sesuatu hal yang luar biasa, tapi
posisinya saat ini kita gak tahu nih ketika setiap tahunnya
mahasiswa yang lulus itu katakan lah 20000 mau kemana
itu? kita gak tahu gitu, mau dijadikan apa kita, gak tahu
artinya, ada sebuah ketakutan pula bahwa ketika ini
bertambah, fasilitas ruang dan sebagainya apakah ini bakal
menampung pula mampu ada apa istilahnya menampung-
menampung tenaga kerja. Tadi juga bersama pak Fadhel
muhammad, beliau juga mengatakan bahwa pak Habibi
pernah menghitung, Indonesia saat ini fahamnya sudah
macem-macem paham neoliberalis sama paham, mungkin
pancasila, paham neoliberalis sendiri ini menganggap
bahwa siapa yang bisa memberikan barang ya kita ambil
artinya tidak ada masalah. Pak Habibi menghitung barang-
barang yang di import Indonesia sebenarnya bisa disedikan
oleh Indonesia ketika tidak di import dan di produksi oleh
Indonesia. Indonesia mampu membuka lapangan pekerjaan

37
setiap tahunnya sekitar dua juta lapangan pekerjaan. Jadi
ketika Indonesia mampu menyetok ini kemudian
mempunyai visi membangun ini dan itu dikemukakan ke
orang Indonesia, nah artinya kita gak ragu gitu loh.
Masalahnya impor gak ada hentinya. Trus mau dibuat
seperti ini. Kalo aku sih gak bisa menilai artinya, jika
memang perintah menurut ku juga rasionl ya ketika
bagaimana aman ketika Pemerintah mewajibkan hal
tersebut. Pendidikan minimal berapa tahun berarti tetap
digenjot kan? mau gak mau ya harus dibangun gitu loh, yo
wes gak papa dibangun 15 lantai , artinya, e... itu sebagai
bentuk pula bahwa ketika mahasiswa ini semakin
bertambah maka ditambah pula fasilitasnya, tapi juga
jangan berhenti hanya sampai di fasilitas kuliah, juga harus
jelas ini Indonesia mau diarahkan kemana.

Putra : Menurut mas kira-kira apa yang terjadi bila penerimaan


mahasiswa baru dari tahun ketahun terus meningkat dan
akan berakibat apa saja?

A. Miftakhul Khoiri : Over lap , mulai dari cara ngajar dosennya e…, karena
harus banyak kelas yang di ajar sehingga tidak maksimal,
yang kedua setiap dosen juga sebenernya perlu
mengevaluasi mahasiswa, artinya apakah mahasiswa yang
diajar ini paham atau gak? itu karena yang di evaluasi
banyak, jadinya juga akhirnya tidak maksimal dampaknya
mahasiswa pengetahuannya pun tidak maksimal. Secara inti
kuliah pengajaran, belum lagi bimbingan. Dosen harus
membimbing skripsi mahasiswa, nah ketika yang
dibimbing banyak bakal gak optimal pula akhirnya. Tugas
akhir mahasiswa juga tidak optimal pula, akhirnya yang
didapat mahasiswa tidak optimal pula dan pengetahuan
ketika dia menjadi pejabat juga tidak optimal, ya sama

38
halnya dengan perlahan–lahan menghancurkan,
menghancurkan bangsa juga dengan mendidik kader-kader
yang tidak bagus.

3. Interview ketua MPM FIA 2012

Khusnul : Bagaimana pendapat mas mengenai kebijakan penerimaan


mahasiswa baru yang semakin meningkat?

Fani Pratama Putra : Seharusnya memang dari pihak Rektorat maksud saya,
harus berani untuk, mengatakan tidak untuk penambahan
melalui Dirjen Pendidikan Tinggi atau DIKTI, kemudian
diajukan kepada kementrian pendidikan. La itu urut-
urutannya seharusnya memang dari pihak Dekanat berserta
Kajur dan sebagainya. Prodi itu untuk mengantisipasi
peningkatan mahasiswa yang semakin banyak kan? Itu tetap
di-los, kan ada istilah keterbukaan untuk masuk ya? sampai
kapan pun akan menambah terus. Proses itu seharusnya gak
masalah kalo memang antara tempat dosen dan fasilitas
yang lain labotorium itu selaras dengan jumlah mahasiswa
selama itu tidak berarti ada sebuah kejangalan ada sebuah
a… penipuan pelayanan tentang pendidikan.

Khusnul : Apakah anda sudah mengetahui undang-undang mengenai


penerimaan? Apakah pihak Birokrat sudah transparansi
dalam memberitahukan tentang kebijakan penerimaan
mahasiwa tersebut?

Fani Pratama Putra : Jadi untuk undang-undang penerimaan mahasiswa baru


belum ada, saya belum pernah menemukan selama 8 bulan
ini pengurusan MPM. Untuk mengetahui itu biasanya turun
langsung bersama SK Rektor dan SK Rektor tidak bisa
diganggu gugat dan langsung ketok palu dan itu menjadi

39
rujukan beberapa jumlah mahasiswa disetiap fakultas.
Penambahan atau pengurangan itu tergantung dari SK tadi.
SK Rektor dan Sk Dekan baru turun ke teman-teman
lembaga. Perurutannya seperti itu. Ini dekan pun tidak
berani kalau sudah SK Rektor. Karena SK Rektor melalui
Dikti. Karena memang birokrasi kan siapa yang tingkatan
jabatan lebih tinggi harus dituruti oleh bawahan Rektor.
Dekan harus menurut apa kata Rektor. Rektor harus
menurut apa kata dikti. Dikti harus menurut pada
MENNEGDIKBUD Menteri Negara Pendidikan dan
Kebudayaan ya?

Khusnul : Menurut mas dengan kebijakan penerimaan mahasiswa


baru yang meningkat akan mengakibatkan dampak apa
saja?

Fani Pratama Putra : Yang paling suka terjadi itu sebenarnya pada proses
bealajar mengajar. E… sebuah ilmu itu tidak bisa produktif
atau tidak bisa optimal ketika jumlah mahasiswa dikelas itu
1 berbanding 4 menghasilkan 1 dosen itu mengajar. Satu
kelas 40 orang kalau di FIA itu lebih dari 50 orang. Lha itu
Untuk mentransfer ilmu itu biasanya tidak optimal.
Pertama, Yang kedua e… esensi dari penerimaan itu
nantinya berujung pada fasilitas laboratorium, akhirnya
terlalu apa ya... katanya terlalu minim dan tak selaras
dengan jumlah mahasiswa. Organisasi juga semakin
meningkat, anggota-anggota yang ingin masuk. Akhirnya
tidak bisa tertransfer dengan bagus keilmuannya itu yang
menjadi maslah LCD tempat dan sebagainya itu bukan hal
yang, e… esensi ya? ya yang tidak seberapa utama. Yang
utama itu transfer ilmu antara dosen ke mahasiswa.

40
Khusnul : Kira-kira mas sudah mengetahui tentang solusi yang
diberikan oleh pihak birokrat dan apakah itu menurut mas
sudah efektif?

Fani Pratama Putra : Belum ada karena kita tahu sampai kuliah malem itu kan
tidak etis, karena kita orang jawa bukan orang timur, bukan
orang jawa kuliah diatas maghrib itu bukan lagi budaya
dalam indonesia kuliah paling bener sampe jam 5.
Kemunculannya sampai kelas malem dan seabagainya itu
kan kekurangan kelas

41

Anda mungkin juga menyukai