Anda di halaman 1dari 9

BAB II

LANDASAN TEORI
2.1 Inovasi Bisnis dan Bisnis Digital
Istilah inovasi memang selalu diartikan secara berbeda-beda oleh beberapa
ahli. Menurut Suryani (2008:304), Inovasi dalam konsep yang luas sebenarnya
tidak hanya terbatas pada produk. Inovasi dapat berupa ide, cara-cara ataupun
obyek yang dipersepsikan oleh seseorang sebagai sesuatu yang baru. Inovasi juga
sering dugunakan untuk merujuk pada perubahan yang dirasakan sebagai hal
yang baru oleh masyarakat yang mengalami. Namun demikian, dalam konteks
pemasaran dan konteks perilaku konsumen inovasi dikaitkan dengan produk atau
jasa yang sifatnya baru. Baru untuk merujuk pada produk yang memang benar-
benar belum pernah ada sebelumnya di pasar dan baru dalam arti ada hal yang
berbeda yang merupakan penyempurnaan atau perbaikan dari produk sebelumnya
yang pernah ditemui konsumen di pasar.
Kata inovasi dapat diartikan sebagai “proses” atau “hasil” pengembangan
dan atau pemanfaatan atau mobilisasi pengetahuan, keterampilan (termasuk
keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk menciptakan atau memperbaiki
produk, proses yang dapat memberikan nilai yang lebih berarti. Menurut
Rosenfeld dalam Sutarno (2012:132), inovasi dalam dunia bisnis diartikan
sebagai transformasi pengetahuan kepada produk, proses dan jasa baru, atau
tindakan menggunakan sesuatu yang baru. Sedangkan menurut Mitra pada buku
tersebut dan pada halaman yang sama, bahwa inovasi dalam dunia bisnis
merupakan eksploitasi yang berhasil dari suatu gagasan baru atau dengan kata
lain merupakan mobilisasi pengetahuan, keterampilan teknologis dan
pengalaman untuk menciptakan produk, proses dan jasa baru. Pendapat lain dari
Vontana (2009:20), menjelaskan bahwa inovasi adalah kesuksesan ekonomi dan
sosial berkat diperkenalkannya cara baru atau kombinasi baru dari cara-cara lama
dalam mentransformasi input menjadi output yang menciptakan perubahan besar
dalam hubungan antara nilai guna dan harga yang ditawarkan kepada konsumen
dan/atau pengguna, komunitas, sosietas dan lingkungan.
Menurut Yogi dalam LAN (2007:115), inovasi biasanya erat kaitannya
dengan lingkungan yang berkarakteristik dinamis dan berkembang. Pengertian
inovasi sendiri sangat beragam, dan dari banyak perspektif. Menurut Rogers
dalam LAN (2007:115) menjelaskan bahwa inovasi adalah sebuah ide, praktek,
atau objek yang dianggap baru oleh individu satu unit adopsi lainnya. Sedangkan
menurut Damanpour bahwa sebuah inovasi dapat berupa produk atau jasa yang
baru, tekonologi proses produk yang baru, sistem struktur dan administrasi baru
atau rencana baru bagi bisnis yang dijalankan.
Bisnis dalam arti luas adalah suatu istilah umum yang menggambarkan
suatu aktivitas dan institusi yang memproduksi barang dan jasa dalam kehidupan
sehari-hari (Amirullah dan Hardjanto, 2005:2). Menurut Bukhori Alma (1993:2),
bisnis adalah sejumlah total usaha yang meliputi pertanian, produksi, konstruksi,
distribusi, transportasi, komunikasi, usaha jasa dan pemerintah, yang bergerak
dalam bidang membuat dan memasarkan barang dan jasa kepada konsumen.
Menurut Louis E. Boone (2007:5), bisnis (bussines) terdiri dari seluruh aktivitas
dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang
dibutuhkan bagi sistem perekonomian, beberapa bisnis memproduksi barang
berwujud sedangkan yang lain memberikan jasa. Sedangkan perilaku merupakan
tindakan seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, bisnis
merupakan tindakan individu dan sekelompok orang yang menciptakan nilai
melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan
memperoleh keuntungan melalui transaksi.
Berdasarkan definisi diatas maka dapat disimpulkan bahwa inovasi bisnis
adalah sebuah ide, praktek, atau objek yang dianggap baru oleh individu satu unit
melalui pengembangan dan atau pemanfaatan atau mobilisasi pengetahuan,
keterampilan (termasuk keterampilan teknologis) dan pengalaman untuk
menciptakan atau memperbaiki produk, proses yang dapat memberikan nilai
yang lebih berarti sebagai transformasi pengetahuan kepada produk, proses dan
jasa baru, atau tindakan menggunakan sesuatu yang baru yang bersaing pada
seluruh aktivitas dan usaha untuk mencari keuntungan dengan menyediakan
barang dan jasa yang dibutuhkan bagi sistem perekonomian untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi.
Sedangkan yang dimaksud dengan bisnis digital sendiri erat kaitannya
dengan teknologi, sehingga bisnis didital lebih sering disebut sebagai Electronic
Business (e-business). Istilah e-busines untuk merujuk pada seluruh penggunaan
tingkat lanjut dalam teknologi informasi dan komunikasi (TIK), khususnya
teknologi jaringan dan komunikasi, untuk meningkatkan cara organisasi
melakukan seluruh proses bisnisnya. Jadi, e-bussines bukan hanya merupakan
interaksi eksternal organisasi dengan para pemasok, pelanggan, investor,
pemerintah dan media massa, tetapi juga termasuk penggunaan teknologi
informasi untuk mendesain kembali proses internalnya. Sebaliknya, e-commerce
adalah konsep yang lebih sempit, hanya merujuk pada pelaksanaan secara
elektronik transaksi bisnis, seperti pembelian dan penjualan (Rommey dan paul,
2006:58).
Manfaat e-business bagi perusahaan adalah: (1) Dapat mengembangkan
pemasaran secara nasional dan global, sehingga perusahaan dapat menjangkau
lebih banyak pelanggan, memilih pemasok terbaik, dan menjalin relasi dengan
mitra bisnis yang dinilai paling cocok. (2) Mengurangi biaya, menyusun,
memproses, mendistribusikan, menyimpan, dan mengakses informasi berbasis
kertas. (3) Memberikan kemampuan untuk menciptakan peluang bisnis yang
khusus melalui situs internet. (4) Manfaat lain seperti citra yang lebih baik,
layanan pelanggan yang lebih baik, mitra bisnis baru, akses terhadap informasi
yang lebih luas, dan lain-lain. Adapun manfaat e-business bagi konsumen adalah:
(1) Informasi yang dapat lebih cepat diterima. (2) Konsumen dapat memperoleh
barang dan jasa dengan biaya yang lebih murah karena mereka dapat berbelanja
ataupun melakukan transasi kapan saja dan dimana saja, serta dapat melakukan
perbandingan barang dan jasa dengan lebih cepat, dan (3) Memungkinkan
interaksi antar pelanggan dan antar perusahaanpelanggan dengan lebih cepat.

2.2 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Inovasi Bisnis dan Bisnis Digital


Inovasi di dunia bisnis berbasis digital memiliki kaitan yang erat dengan
teknologi dan informasi, khususnya internet, memiliki peranan penting dalam
meningkatkan transparansi. Richard Heeks dalam LAN (2007:98) menjelaskan
bahwa faktor yang mempengaruhi perusahaan melakukan inovasi bisnis
diantaranya karena:
1. Inovasi bisnis berbasis digital dapat menghemat biaya, dimana dengan
melakukan inovasi maka dapat mengurangi biaya transaksi bagi konsumen
untuk akses ke informasi produk layanan yang di tawarkan.
2. Inovasi bisnis berbasis digital dapat menghemat waktu, mempercepat proses
internal dan proses pertukaran data antar divisi secara internal maupun
berhubungan dengan rekanan dalam lingkup eksternal perusahaan.

2.3 Bentuk Inovasi Bisnis dan Bisnis Digital


Penggunaan internet dalam bisnis mengalami perkembangan, dari
pertukaran informasi secara elektronik ke aplikasi strategi bisnis, seperti:
pemasaran, penjualan, dan pelayanan pelanggan. Tabel 1 menunjukkan sepuluh
perusahaan rangking tertinggi di Amerika Serikat yang telah menerapkan internet
untuk strategi bisnis. Internet mendukung komunikasi dan kerja sama global
antara pegawai, konsumen, penjual, dan rekan bisnis yang lain. Internet
memungkinkan orang dari organisasi atau lokasi yang berbeda bekerja sama
sebagai satu tim virtual untuk mengembangkan, memproduksi, memasarkan, dan
memelihara produk atau pelayanan. Dengan internet memungkinkan aplikasi
Electronic Commerce (EC) dapat digunakan pada jaringan global, dan biasanya
dilengkapi dengan aplikasi pemrosesan pesanan secara On-line, Electronic Data
Interchange (EDI) untuk mengirim dokumen bisnis, dan keamanan sistem
pembayaran Electronic Funds Transfer (EFT).
Akibat internet, pemasaran terhadap perusahaan, produk, dan pelayanan
menjadi proses yang interaktif saat ini. Situs Web perusahaan bukan hanya
sekedar menyajikan katalog produk dan media promosi, melainkan digunakan
untuk berdialog, berdiskusi, dan berkonsultasi dengan konsumen secara On-line,
bulletin boards, kuesioner elektronik, mailing lists, dan pengiriman surat
elektronik. Sehingga konsumen dapat dilibatkan secara langsung dalam
perancangan, pengembangan, pemasaran, dan penjualan produk.
Bentuk inovasi dalam dunia bisnis menurut Cravens (2009:239)terdiri dari :
1. Inovasi Transformational: menciptakan produk baru secara radikal dan
penciptaan nilai secara substansial.
2. Inovasi Substansial: produknya baru secara signifikan dan menciptakan nilai
penting bagi pelanggan.
3. Inovasi Incremental: menciptakan produk baru melalui peningkatan kinerja
atau penerimaan nilai yang lebih besar (biaya lebih rendah).
Michael porter pada tahun 1980 menyatakan terdapat tiga kontribusi utama
dari inovasi di dalam strategi bisnis perusahaan, yaitu:
a. Menghubungkan teknologi kepada lima kekuatan yang mengendalikan
kompetensi industry.
b. Dapat memilih antara sejumlah strategi umum yang harus dibuat oleh
perusahaan
c. Dengan memutuskan antara dua strategi pemimpin pasar atau
followership.

2.4 Manfaat Inovasi Bisnis dan Bisnis Digital


Dari hasil akhir inovasi dapat diperoleh berbagai manfaat inovasi bisnis dalam
bisnis digital. White dan Bruton (2007) menjelaskan bahwa terdapat dua jenis
manfaat yang diperoleh dari inovasi dan teknologi, yaitu:
1. Manfaat inovasi bagi perusahaan
Inovasi dan teknologi tidak hanya berdampak pada satu sisi di dalam sebuah
perusahaan, namun dapat berpengaruh pada beberapa sisi. Teknologi baru
memungkinkan perusahaan mampu menekan harga dan meningkatkan
penawaran dari perusahaan. Disisi lain, teknologi baru memungkinkan lebih
banyak informasi mengenai produk yang diterima calon konsumen, sehingga
lebih banyak calon konsumen menjadi konsumen perusahaan tersebut.
Dengan kata lain, teknologi dapat meningkatkan permintaan.
2. Manfaat inovasi bagi masyarakat
Inovasi teknolohi dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya. Rata-
rata industry yang bergerak di dalam bidang inovasi teknologi memiliki
prospek yang cerah, sehingga mampu menyerap lebih banyak tenaga kerja
dibandingkan dengan industry yang lain. Dengan cara ini pengangguran dapat
ditekan dan kesejahteraan masyarakat dapat meningkat.
Masih berkaitan dengan manfaat inovasi, menurut Tiwari dab Buse
(2007), terdapat tiga dampak atau manfaat inovasi pada proses produksi bagi
internal usaha, yaitu: kualitas produk yang semakin baik, biaya produksi yang
semakin rendah, dan waktu produksi yang semakin singkat. Ketiga dampak di
atas dapat terjadi karena adanya proses reengineering. Jika reengineering
berhasil, maka sebuah usaha dapat meningkatkan kinerja organisasi dan juga
kinerja karyawannya (Davidson dalam Ellitan dan Anantan, 2009).

2.5 Indikator Pengukuran Inovasi Bisnis dan Bisnis Digital


Indikator inovasi bisnis berbasis digital yang diadopsi atau ditolak
tergantung pada para anggota organisasi bisnis menghayati lima karakteristik
inovasi yang meliputi:
1. Relative Advantage (Keuntungan Relatif)
Relative advantage (keuntungan relative) adalah tingkat kelebihan
suatu inovasi, apakah lebih baik dari inovasi yang ada sebelumnya
atau dari hal-hal yang biasa dilakukan. Biasanya diukur dari segi
ekonomi, prestasi sosial, kenyamanan dan kepuasan. Semakin besar
keuntungan relatif yang dirasakan oleh adopter, maka semakin cepat
inovasi tersebut diadopsi.
2. Compatibility (Keserasian)
Compatibility atau kompatibilitas (keserasian) adalah tingkat
keserasian dari suatu inovasi, apakah dianggap konsisten atau sesuai
dengan nilai-nilai, pengalaman dan kebutuhan yang ada. Jika inovasi
berlawanan atau tidak sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang dianut
oleh adopter maka inovasi baru tersebut tidak dapat diadopsi dengan
mudah oleh adopter.
3. Complexity (Kerumitan)
Complexity atau kompleksitas (kerumitan) adalah tingkat kerumitan
dari suatu inovasi untuk diadopsi, seberapa sulit memahami dan
menggunakan inovasi. Semakin mudah suatu inovasi dimengerti dan
dipahami oleh adopter, maka semakin cepat inovasi diadopsi.
4. Trialability (Kemungkinan Dicoba)
Triability atau triabilitas (dapat diuji coba) merupakan tingkat apakah
suatu inovasi dapat dicoba terlebih dahulu atau harus terikat untuk
menggunakannya. Suatu inovasi dapat diuji cobakan pada keadaan
sesungguhnya, inovasi pada umumnya lebih cepat diadopsi. Untuk
lebih mempercepat proses adopsi, maka suatu inovasi harus mampu
menunjukkan keunggulannya.
5. Observability (Kemungkinan Diamati)
Observability (dapat diobservasi) adalah tingkat bagaimana hasil
penggunaan suatu inovasi dapat dilihat oleh orang lain. Semakin
mudah seseorang melihat hasil suatu inovasi, semakin besar
kemungkinan inovasi diadopsi oleh orang atau sekelompok orang.
Hal ini sangat menentukan tingkat suatu adopsi daripada faktor lain seperti
jenis keputusan, saluran komunikasi, sistem sosial dan usaha yang intensif dari
agen perubahan.

2.6 Hambatan Inovasi Bisnis dan Bisnis Digital


Dalam pelaksanaan proses inovasi bisnis di perusahaan di pastikan menghadapi
beberapa hambatan, Kjell Skogen (1997) menyebutkan bahwa terdapat 4 kategori
hambatan yang diterima yaitu:
1. Hambatan Psikologis
Hambatan-hambatan ini ditemukan bila kondisi psikologis individu menjadi
faktor penolakan. Hambatan psikologis telah dan masih merupakan kerangka
kunc untuk memahami apa yang terjadi bila orang dan sistem melakukan
penolakan terhadap upaya perubahan. Beberapa dimensi tentang aspek
hambatan psikologi pribadi seseorang antara lain
a. Dimensi kepercayaan/keamanan vs Ketidakpercayaan/ketidak amanan
b. Rasa Bersalah
c. Kebutuhan akan pengakuan
d. Keinginan untuk menguasai
e. Pola peranan yang kaku dalam sistem sosial
f. Pola perilaku yang kurang pertimbangan atau tidak pantas yang
dipertahankan berdasarkan prinsip-prinsip imbalan tertentu atau ketidak
tahuan tentang masalah.
2. Hambatan praktis
Hambatan praktis adalah faktor-faktor penolakan yang lebih bersifat fisik.
Contoh hambatan Praktis
a. Waktu
b. Pengalaman
c. Sumber daya
d. Sistem
3. Hambatan Nilai-Nilai
Hambatan nilai melibatkan kenyataan bahwa suatu inovasi mungkin selaras
dengan nilai-nilai, norma-norma dan tradisi-tradisi yang dianut orang-orang
tertentu, tetapi mungkin bertentangan dengan nilai-nilai yang dianut sejumlah
orang lain. Jika inovasi berlawanan dengan nilai-nilai sebagai peserta maka
bentrokan nilai akan terjadi dan penolakan terhadap inovasipun muncul.
4. Hambatan Kekuasaan
Seseorang yang berada pada posisi kekuasaan atau mereka yang berjuang
untuk mendapatkan kekuasaan dapat menjadi hambatan dalam suatu inovasi.
Jika alokasi kekuasaan pribadi, professional atau ekonomi terancam atau
berkurang oleh perubahan praktek-praktek yang telah ada.
Daftar Pustaka
Amirullah dan Imam Hardjanto. 2005. Pengantar Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu
Anatan, Lina., dan Ellitan, Lena. 2009. Strategi Bersaing : Konsep, Riset, dan Instrumen.
Bandung : Alfabeta.
B, Marshall Romney, dan Steinbart, Paul J. 2006. Sistem Informasi Akuntansi, Edisi Sembilan,
Buku Satu, diterjemahkan: Deny Arnos Kwary dan Dewi Fitriasari. Salemba
Empat, Jakarta.
Boone,Louis E, Kurtz,David L.2007. Pengantar Bisnis Edisi Revisi. Jilid Dua. Penerbit
Erlangga, Jakarta.
Buchari Alma, 1993. Pengantar Bisnis. Bandung, AlfaBeta.
Cravens, David. W., dan Piercy, Nigel.F. 2009, Strategic Marketing 10th Edition. New York:
McGraw-Hill International Edition.
Skogen, Kjell. 1997.An Introduction to the Process of Innovation. Chapter II in DSSIproject.
Socrates Programme” 25234-CP-1-96-NO-ODL (http://www.uoc.es/dssi/
LAN, 2007. Dimensi Pelayanan Publik Dan Tantangannya Dalam Administrasi Negara (Publik)
Di Indonesia. Jakarta: Bagian Humas dan Publikasi
Suryani, Tatik. 2008. Perilaku Konsumen; Implikasi Pada Strategi Pemasaran. Yogyakarta :
Graha Ilmu.
Sutarno. 2012. Serba-Serbi Manajemen Bisnis. Yogyakarta: Graha Ilmu.
R. Tiwari dan S. Buse, 2007. The Mobile Commerce Prospects: A Strategic Analysis of
Opportunities in Banking Sector. Hamburg : Hamburg University Press.
Vontana, Avanti. 2009. Manajemen Inovasi dan Penciptaan Nilai. Jakarta: Grasindo.

Anda mungkin juga menyukai