Anda di halaman 1dari 6

Pusat Pendidikan dan Pelatihan Teknis Peradilan Mahkamah Agung RI

PPC
Program Pendidikan dan
Modul Diklat Tahap 2

“PRAKTEK PERSIDANGAN”
Pelatihan Calon Hakim

TERPADU
PERADILAN AGAMA

e-learning.mahkamahagung.go.id
© 2018
1
Praktek Persidangan
PRAKTEK PERSIDANGAN PENGADILAN AGAMA

1. Tujuan (Indikator) Hasil belajar :


1. Peserta dapat memahami teknik membuat Berita Acara Sidang (BAS) ;
2. Peserta dapat memahami format BAS ;
3. Peserta dapat memahami tata cara praktek persidangan ;
4. Peserta dapat membuat BAS sesuai dengan jalannya sidang;

2. Pengertian
Sebagai tindak lanjut dari semua mata diklat yang telah dipelajari dan sudah
dipahami oleh para peserta pendidikan dan pelatihan (DIKLAT) Calon Hakim
Peradilan Agama sebelumnya, seperti mata diklat kompetensi Peradilan Agama,
hukum acara, hukum materil, tahapan persidangan, gugatan kontentius dan
volunter, format BAS dan mata diklat lainnya, maka selanjutnya peserta harus
dapat mengaplikasikan pemahaman tersebut ke dalam kasus-kasus yang ada dan
diajukan ke Pengadilan Agama. Kemampuan yang diharapkan terhadap peserta
diklat ini dapat disebut sebagai hal yang terpenting dalam diklat ini. Oleh karena
itu, sebagai upaya untuk peserta dapat mengaplikasikan ilmunya tersebut dalam
menangani kasus-kasus yang ditanganinya diperlukan praktek persidangan,
yaitu mempraktekan penerapan ilmu yang sudah diberikan dalam berbagai mata
diklat.
Praktek persidangan Pengadilan Agama pada pendidikan dan pelatihan
(DIKLAT) II Calon Hakim Peradilan Agama ini stressingnya adalah untuk melatih
peserta mampu memerankan dengan baik bagaimana cara menjalankan tugas dan
fungsi panitera pengganti membantu majelis hakim dalam menangani perkara
(Peran Panitera Pengganti) sesuai ketentuan.

3. Ruang Lingkup
Dengan stressing peran Panitera Pengganti tersebut Praktek persidangan
Pengadilan Agama pada diklat II ini bertujuan agar peserta dapat memahami
teknik membuat Berita Acara Sidang (BAS) dengan baik (termasuk tahapan
persidangan) dan memahami pula format BAS yang sudah ditentukan oleh Dirjen
Badilag (format BAS terkirim adalah rancangan terakhir) untuk digunakan sebagai
form BAS serta memahami pula tata cara praktek persidangan dan membuat BAS
sesuai jalannya sidang dan teknik pembuatan BAS (mata ajar diklat I : teknik
pembuatan BAS).
Untuk mencapai tujuan ini, ruang lingkup praktek persidangan Pengadilan
Agama meliputi semua penanganan perkara-perkara yang menjadi kewenangan
(kompetensi) absolut dari Peradilan Agama. Yaitu, sengketa perdata tertentu di
bidang a) perkawinan; b) waris; c) wasiat; d) hibah; e) wakaf; f) zakat; g) infaq; h)
shadaqah; dan i) ekonomi syari'ah. Dibidang perkawinan antara lain: 1. izin

2
Praktek Persidangan
beristri lebih dari seorang; 2. Izin melangsungkan perkawinan bagi orang yang
belum berusia 21(dua puluh satu) tahun, dalam hal orang tua wali, atau keluarga
dalam garis lurus ada perbedaan pendapat; 3. dispensasi kawin; 4. pencegahan
perkawinan; 5. penolakan perkawinan oleh Pegawai Pencatat Nikah; 6. pembatalan
perkawinan; 7. gugatan kelalaian atas kewajiban suami dan istri; 8. perceraian
karena talak; 9. gugatan perceraian; 10. penyelesaian harta bersama; 11.
penguasaan anak-anak; 12. ibu dapat memikul biaya pemeliharaan dan pendidikan
anak bilamana bapak yang seharusnya bertanggung jawab tidak mematuhinya; 13.
penentuan kewajiban memberi biaya penghidupan oleh suami kepada bekas istri
atau penentuan suatu kewajiban bagi bekas istri; 14. putusan tentang sah tidaknya
seorang anak; 15. putusan tentang pencabutan kekuasaan orang tua; 16.
pencabutan kekuasaan wali; 17. penunjukan orang lain sebagai wali oleh
pengadilan dalam hal kekuasaan seorang wali dicabut; 18. penunjukan seorang
wali dalam hal seorang anak yang belum umur 18 (delapan belas) tahun yang
ditinggal kedua orang tuanya; 19. pembebanan kewajiban ganti kerugian atas
harta benda anak yang ada di bawah kekuasaannya; 20. penetapan asal-usul
seorang anak dan penetapan pengangkatan anak berdasarkan hukum Islam; 21.
putusan tentang hal penolakan pemberian keterangan untuk melakukan
perkawinan campuran; 22. pernyataan tentang sahnya perkawinan yang terjadi
sebelum UndangUndang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan dijalankan
menurut peraturan yang lain. Di bidang ekonomi syariah antara lain meliputi: a.
bank syari'ah; b. lembaga keuangan mikro syari'ah.c. asuransi syari'ah; d.
reasuransi syari'ah; e. reksa dana syari'ah; f. obligasi syari'ah dan surat berharga
berjangka menengah syari'ah; g. sekuritas syari'ah; h. pembiayaan syari'ah; i.
pegadaian syari'ah; j. dana pensiun lembaga keuangan syari'ah; dan k. bisnis
syari'ah.
Idealnya, masing-masing peserta memperoleh praktek persidangan terhadap
semua bidang sengketa dan jenis perkara yang ada di dalamnya ini agar mereka
benar-benar menguasai bagaimana menangani perkara yang menjadi kewenangan
Pengadilan Agama, namun alokasi waktu yang tersedia tidak mencukupi. Oleh
karena itu, pada mata diklat praktek persidangan ini peserta diklat II diberikan
materi praktek mengambil kasus didasarkan kepada perkara yang banyak
jumlahnya di Pengadilan Agama, yaitu perkara perceraian (cerai gugat/cerai talak)
dan perkara kebendaan (harta bersama/ waris). Meskipun hanya mengambil dua
kasus saja, namun harapannya peserta tetap dapat menjadikan hasil praktek ini
menjadi acuan terhadap penanganan perkara-perkara lainnya. Oleh karenanya
peserta harus membaca dan memahami perbedaan dan variasi tahapan
persidangan yang berlaku terhadap bidang/jenis sengketa perkara lainnya. Begitu
pula Pengajar di kelas juga akan memberikan penjelasan tentang hal tersebut yang
harus tergambar dalam BAS sebagai dokumentasinya.
Tahapan persidangan berikut dengan materi sidang dan jalannya sidang
harus tergambar dalam BAS yang dibuat oleh panitera pengganti yang
mendampingi majelis hakim yang bersidang. Mulai dari pembukaan sidang,

3
Praktek Persidangan
penundaan sidang, pemeriksaan saksi, penyumpahan saksi, sumpah suplitoir dan
decissoir serta penutupan sidang. Begitu pula jika perkara diputus dengan verstek,
diputus damai dengan akta perdamaian/perkara dicabut ataupun dalam
pemeriksaan perkaranya diajukan rekonpensi atau ada intervensi dan sebagainya.
maka semua keadaan tersebut harus dituangkan/termuat dengan jelas dalam BAS.
Selanjutnya, BAS tersebut diketik panitera pengganti dengan memenuhi
standar/format BAS yang telah ditetapkan. (format BAS dapat dilihat dalam file
format BAS terlampir).

4. Proses pembelajaran
Proses pembelajaran mengutamakan praktik/latihan pembuatan BAS dan
moot court. Praktek/latihan pembuatan BAS dilakukan Peserta di tempat magang
dengan mencari sendiri jenis kasus/perkara yang akan digunakan untuk latihan
membuat BAS. Sementara moot court setiap peserta diupayakan mendapat peran
sebagai seorang panitera pengganti (mencatat dan membuat berita acara
persidangan) dengan memperhatikan tahapan persidangan dan format BAS.
Selanjutnya, metode dalam proses pembelajaran ini adalah sebagai berikut :
1) Melalui e_learning :
a. Peserta mengupload makalah/modul atau narasi praktek persidangan
Pengadilan Agama ;
b. Mengupload slide PT ;
c. Membaca dan memahami teknik membuat BAS dan dokumen format BAS ;
d. Melakukan latihan membuat BAS ;
e. Berkas untuk dijadikan sebagai bahan latihan membuat BAS dicari sendiri
oleh masing-masing peserta diklat dan setidaknya menghasilkan BAS perkara
perceraian (cerai gugat/cerai talak); Perkara kebendaan (harta bersama atau
waris);
f. Masing-masing peserta memilih satu kasus/perkara yang berbeda (berbeda
nomornya) untuk dibuatkan BAS dari sidang pertama s/d sidang terakhir ;
g. BAS hasil kerja tugas individu diserahkan kepada Pengajar/ Panitia pada saat
diklat II dilaksanakan.

2) Melalui tatap muka di kelas :


a. Presentasi singkat ;
Mengawali pertemuan di dalam kelas dilakukan presentasi untuk
menjelaskan hal-hal yang dalam praktek persidangan sering terjadi
kesalahan dan tentang apa yang masih samar bagi peserta diklat ketika
membaca, membahas dan membuat BAS yang ditugaskan sebelum peserta
masuk kelas.

4
Praktek Persidangan
b. Moot court (peradilan semu) ;
Setiap kelas peserta diklat dibagi menjadi 2 kelompok dan masing-masingnya
mendapat salah satu berkas dari berkas perkara :
 Perceraian (cerai gugat atau cerai talak) ;
 Perkara kebendaan (harta bersama atau waris) ;
c. Masing-masing kelompok membaca, menganalisa dan mendiskusikan dalam
kelompoknya serta menyidangkan berkas perkara yang ditugaskan ;
d. Pada saat satu kelompok melaksanakan praktek persidangan kelompok lain
memperhatikan dan membuat BAS terhadap persidangan tersebut ;
e. Setelah melaksanakan praktek persidangan dilanjutkan dengan presentasi
BAS hasil praktek dan ditanggapi oleh kelompok lainnya ;
f. Sebagai penutup, dilakukan diskusi dan stresing dari pengajar terhadap hasil
praktek pesidangan, termasuk tips-tips untuk mengatasinya ;

5. Evaluasi
Evaluasi terhadap pelaksanaan pembelajaran ini dilakukan melalui :
1) Hasil dari tugas individual (pembuatan BAS satu perkara yang terdiri dari
sidang pertama s/d sidang terakhir) ;
2) Hasil dari tugas kelompok ( BAS dari moot court/ persidangan semu );
3) Pop quiz pada akhir sesi pembelajaran.

5
Praktek Persidangan
6
Praktek Persidangan

Anda mungkin juga menyukai