Latar Belakang
1
B. Tujuan
1. Mengetahui administrasi penyelesaian kasus di Pengadilan
Agama.
2. Menyaksikan dan mengikuti proses-proses persidangan
kasus-kasus yang diselesaikan di Pengadilan Agama.
C. Target
Target dari PKL ini adalah
1. Mahasiswa mampu memahami proses persidangan yang
diselesaikan di Pengadilan Agama.
2. Mahasiswa mampu menerapkannya dalam Peradilan Semu
di Fakultas Syari‟ah dan Hukum.
D. Persyaratan Peserta
1. Peserta PKL Pengadilan Agama ini adalah mahasiswa
aktif Fakultas Syari‟ah dan Hukum minimal semester VI.
2. Mahasiswa wajib menggunakan baju putih dan celana
hitam serta memakai jaket almamater.
E. Tempat
Tempat PKL Pengadilan Agama ini dilasanakan di
Pengadilan Agama yang telah ditetapkan.
2
G. Tahap Pelaksanaan
1. Mahasiswa mendapatkan pembekalan yang diberikan
langsung oleh dosen pamong.
2. Mahasiswa melakukan kegiatan PKL selama 5 hari di
Pengadilan Agama yang sudah di tetapkan.
3. Hasil kegiatan tersebut di buat dalam bentuk laporan
kegiatan PKL Pengadilan Agama.
H. Penilaian
1. Penilaian Praktek Kerja Lapangan dinilai oleh dosen
pamong sesuai aktifitas mahasiswa pada kegiatan Praktek
Kerja Lapangan yang dimuat dalam bentuk laporan.
2. Pamong masing-masing kelompok menyerahkan hasil
penilaian kepada Kepala Laboraturium Hukum.
3
I. Materi Praktek Kerja Lapangan Pengadilan Agama
4
Informasi/ gugatan/ mulai aan maning)
Petunjuk dengan untuk
Nomor. pembacaan surat melaksanakan
Registerasi gugatan. putusan dalam
Perkara Dari 3. Jawaban tempo 8
Petugas tergugat (tertulis (delapan) hari.
Memasuki atau lisan). Jika tecapai
Proses Di 4. Replik pelaksanaan
Pengadilan Penggugat putusan dalam
C. Penetapan (tanggapan atas tenggang aan
Majelis Hakim jawaban maning, maka
(P.M.H) Oleh tergugat)-tertulis dikeluarkan
ketua atau lisan. penetapan
Pengadilan 5. Duplik tergugat eksekusi oleh
D. Penetapan Hari (jawaban atas Ketua
Sidang (P.H.S) Replik Pengadilan.
oleh Ketua penggugat) Pemanggilan
Majlis tertulis atau pihak-pihak
E. Pemanggilan lisan. untuk
pihak-pihak 6. Pembuktian menghadiri
untuk sidang (pemeriksaan pelaksaan
pemeriksaan alat bukti). eksekusi, (yang
Perkara (sesuai 7. Kesimpulan dari didahului
dengan pihak-pihak peletakkan sita
ketentuan (tertulis / lisan). jaminan).
hukum acara) 8. Pengambilan Pemberitahuan
putusan oleh instansi terkait,
Majlis Hakim. kemungkinanny
(musyawarah a dilakukan
5
majlis tertutup eksekusi lelang.
pengumuman Pelaksaan
putusan dalam eksekusi.
sidang terbuka Diperbuat berita
untuk umum). acara eksekusi
oleh petugas.
Didesign oleh :
Drs. H. Arso, SH, MA; untuk bahan Praktek Kerja Lapangan
acara perdata (PA/PN)
BAB I
PENDAHULUAN
6
kecuali yang secara khusus diatur dalam Undang-undang No. 7
tahun 1989.
Untuk mengatahui sejauh mana penerapan hukum acara
perdata dalam praktek di pengadilan agama, disusunlah
“Pedoman Praktek Kerja Lapangan Acara Perdata dan praktek
persidangan pada pengadilan Agama”.
Kepada para mahasiswa atau peminat lainnya yang ingin
menekuni bagaimana tehnik beracara di Pengadilan Agama
semoga tulisan ini bermanfaat adanya.
7
perkara antara orang-orang yang Bergama islam dibidang
perkawinan, kewarisan, wasiat, hibah, wakaf dan shadaqah.
8
14. Kitab-kitab Fikih Islam dan sumber Hukum tidak tertulis
lainnya.
9
yang diberikan pengadilan guna mencegah perbuatan
main hakim sendiri.
Adanya kepentingan hukum
Syarat ini merupakan syarat untama untuk
diterimanya suatu tuntutan hak. Maka suatu tuntutan
hak haruslah mempunyai kepentingan hukum cukup.
Jelasnya hanya kepentingan yang cukup layak serta
mempunyai dasar hukum sajalah yang dapat diterima
sebagai dasar tuntutan hak.
Merupakan suatu sengketa
Setiap gugatan yang diajukan haruslah mengandung
sengketa. Gugatan yang diajukan tanpa adanya pihak
yang digugat (tergugat), bukanlah merupakan
wewenang pengadilan, karena tidak mengandung
sengketa. (“Point d’interent, point d’action”, atau
“geen belang geen actie”) artinya “ tidak ada
sengketa, tidak ada perkara”.
Dibuat dengan cermat dan jelas/terang
Surat gugatan dibuat haruslah dengan cermat, teliti
dan terang. Jika tidak demikian, maka gugatan
tersebut akan memenuhi kegagalan. Surat gugatan
yang tidak terang dan cermat baik mengenai pihak-
pihaknya, objek sengketanya, maupun landasan
hukumnya, akan berakibat dapat dinyatakan “obscuur
libel” (kabur) oleh hakim.
Adapun tuntutan hak yang dimaksud adalah tuntutan
perdata (burgerlijke vordering), yaitu tututan hak
yang mengandung sengketa, sebagaimana
10
dikehendaki oleh pasal 2 ayat (1) UU No. 14 tahun
1970 jo pasal 118 ayat (1) HIR / 142 RBg.
Tuntutan hak ada 2 (dua) macam, Yaitu:
1. Tuntutan hak yang mengandung sengketa
yang disebut gugata dimana terdapat
sekurang-kurangnya dua pihak. Pihak yang
menuntut “penggugat” dan pihak yang
dituntut “tergugat”.
2. Tututan yang tidak mengantung sengketa
yang disebut “permohonan” dimana hanya
terdapat satu pihak saja (oneigenlijke
rechtspraak). Sehingga pada hakekatnya
perkara permohonan (voluntoir) bisa
dianggap sebagai suatu proses peradilan
yang bukan sebenarnya.
Namun ada beberapa bentuk permohonan
yang menarik pihak sebagai termohon,
misalnya : permohonan ikrar talak (perkara
cerai talak sebagaimana diatur dalam pasal
66 Undang-undang No. 7 tahun 1989) yang
diajukan oleh suami sebagai pemohon
murni (voluntair murni), tetapi sesuai
dengan surat edaran Mahkamah Agung R.I
No. 2 tahun 1990 tentang petunjuk
pelaksanaan Undang-undang No. 7 tahun
1989 menjelaskan bahwa dan azaznya serai
talak adalah merupakan sengketa
perkawinan antara dua belah pihak,
sehingga karenanya permohonan cerai talak
11
adalah merupakan perkara contentious dan
bukan vountair. Untuk itu produk hakim
yang mengadili sengketa tersebut dibuat
dalam bentuk putusan : “putusan” dengan
amar dalam bentuk penetapan. Sehingga
upaya hukum terhadap putusan cerai talak
adalah banding, bukan kasasi sebagai mana
salah satu dari ciri-ciri permohonan.
12
pengaduannya (gugatannya). Setelah catatan
tersebut dibacakan dihadapan penggugat maka
ditandatangani oleh ketua atau hakim yang
diberi tugas.
Maka prosesnya adalah sebagai berikut :
Tuntutan disampaikan oleh penggugat
secara lisan kepada hakim yang ditunjukan
oleh ketua pengadilan Agama.
Hakim tersebut mencatat tuntutan
penggugat tersebut.
Jika telah selesai dibuat maka dibacakan
dihadapan penggugat apakah telah sesuai
dengan tuntutannya.
Surat catatan gugat tersebut ditandatangani
oleh hakim yang bersangkutan.
3. Apa yang harus dimuat dalam surat gugatan
Walaupun dalam HIR/RBg tidak menetukan
syarat-syarat yang harus dipenuhi dalam
pembuatan surat gugat, namun pasal 119 HIR
(pasal 143 RBg) yang mewajibkan hakim
memberi nasehat dan pertolongan kepada
penggugat waktu memasukkan gugatannya,
maka dianggap ada syarat-syarat dalam
pembuatan surat gugat.
Dalam praktek suatu surat-surat gugat harus
memuat unsur-unsur yaitu :
a. Identitas dan kedudukan para pihak.
Yang dimaksud dengan identitas adalah
keterangan diri dari pihak-pihak berperkara
13
(penggugat dan tergugat) yang dibuat secara
jelas tentang nama, umur, pekerjaan, agama,
tempat tinggal dan lain-lain. Adapun yang
dimaksud dengan kedudukan adalah status
pelaku sebagai pihak, yaitu penggugat atau
penggugat I, penggugat II dan seterusnya,
dan tergugat atau tergugat I, tergugat II,
turut tergugat atau turut tergugat I, turut
tergugat II dan seterusnya.
b. Posita
Posita adalah merupakan dalil-dalil konkrit
tentang adanya hubungan hukum yang
merupakan dasar serta alasan-alasan dari
pada tuntutan (fundamentum petendi).
Posita terdiri atas dua bagian yaitu:
1. Bagian yang menguraikan tentang
kejadian-kejadian atau peristiwa-
peristiwa, yang merupakan penjelasan
duduknya perkara.
2. Bagian yang mengurai tentang hukum
yakni tentang adanya hak atau hubungan
hukum yang menjadi dasar yuridis dari
gugatan.
Uraian posita lazimnya setiap alinea
diawali dengan kata-kata “Bahwa……....
Yang disusun secara kronologis dengan
jelas dan cermat.
c. Petitum
14
1. Tuntutan pokok :
Merupakan tuntutan yang sebenarnya
misalnya : “menjatuhkan talak ba‟in
sughro”, ”menghukum membayar
nafkah lampau” dan sebagainya.
2. Tuntutan tambahan.
Tuntutan ini merupakan tuntutan
pelengkap dari pada tuntutan pokok.
Biasanya oleh penggugat dimintakan
tambahan berupa :
a. Tuntutan agar tergugat dihukum
membayar biaya perkara.
b. Tuntutan agar putusan dinyatakan
dapat dilaksanakan terlebih dahulu
(uitvoerbaar bij voorraad),
meskipun putusannya dilawan
atau dibanding.
“pelaksanaan lebih dahulu” atau
lebih dikenal dengan istilah
“putusan serta merta”.
Mengenai hal ini harus memenuhi
ketentuan pasal 180 HIR (pasal
191 RBg) dan Edaran Mahkamah
Agung, dalam praktek, disamping
diajukan tuntutan pokok (petitum
primair), adapula tuntutan
pengganti (petitum subsidair)
yang berfungsi untuk
menggantikan tuntutan pokok,
15
manakala tuntutan pokok ditolak
oleh pengadilan.
Tuntutan pengganti (petitum
subsidair) biassanya ditulis
sebagai berikut : “atau, mohon
putusan yang seadil-adilnya” (ex
equo et bono).
Contoh sebagai berikut :
1. Dalam permohonan cerai talak:
Primair :
a. Mengabulkan permohonan
pemohon;
b. Menetapkan member izin
kepada pemohon untuk
mengikrarkan talak
terhadap termohon
dihadapan sidang
pengadilan agama;
c. Menetapkan biaya perkara
ini sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
2. Dalam gugatan cerai :
Primair :
a. Mengabulkan gugatan
penggugat.
b. Menjatuhkan talak satu
ba‟in sughro tergugat
(Amin Bin Ali) atas diri
16
penggugat (Fatimah binti
Abdul malik).
c. Menghukum tergugat untuk
membayar biaya yang
timbul dalam perkara ini
sesuai dengan ketentuan
yang berlaku.
Subsidar :
Jika pengadilan berpendapat
lain, mohon putusan yang
seadil-adilnya (ext eguo et
bono).
Contoh format surat gugatan
terlampir :
Lampiran – 1 : surat
permohonan cerai talak.
Lampiran – 2 : surat
gugatan cerai.
Lampiran – 3 : surat
gugatan harta bersama.
Lampiran – 4 : surat
gugatan mal-waris.
Lampiran – 5 : surat
gugatan secara lisan.
17
gugatannya ke Kepaniteraan (menghadap petugas Meja-
1 yang melayani semua bentuk penerimaan perkara).
Petugas Meja-1 akan menaksir besarnya panjar biaya
perkara yang harus dibayar oleh penggugat, yang
dituangkan dalam SKUM (surat kuasa untuk membayar)
dalam rangka 3 (tiga). Besarnya panjar biaya perkara
yang tercantum dalam SKUM dihitung berdasarkan
ketentuan tariff biaya perkara menurut peraturannya
yang berlaku.
Bagi mereka yang tidak mampu dapat dibebaskan
dari biaya perkara atau dapat beracara dengan Cuma-
Cuma dengan mengajukan permohonan izin berperkara
Cuma-Cuma (prodeo) kepada Ketua Pengadilan Agama
dengan melampirkan surat keterangan miskin atau tidak
mampu dari pejabat Lurah/Kepala Desa yang diketahui
Camat setempat.
Penggugat setelah menerima SKUM yang dibuat oleh
petugas Meja 1, kemudian menyetorkan uang sejumlah
yang tercantum dalam SKUM kepetugas Kasir yang
akan menerima lansung uang yang disetor dan
menandatangani SKUM dengan membubuhi tanda
LUNAS, kemudian petugas kasir mencatat dalam jurnal
perkara dan mencantumkan nomor register perkara yang
bersangkutan, contohnya : Nomor : 12 / pdt.G / 2002 /
PA.Mdn.
Melalui petugas Meja 1, penggugat diberikan
lembaran ke-2 surat gugatannya dengan 1 helai lembar
asli SKUM. Maka selesailah proses pendaftaran /
registrasi perkara, dan penggugat pada gilirannya akan
18
menerima pengadilan untuk hadir dalam persidangan
pemeriksaan perkaranya.
Lampiran – 6 : contoh SKUM
19
Dalam penetapan hari sidang, tercantum lansung
memerintahkan jurusita/jurusita pengganti untuk
memanggil pihak-pihak agar hadir dalam persidangan
yang telah ditetapkan dalam PHS.
Pencantuman nomor register PHS juga sebagaimana
nomor pada PMH, yakni nomor register perkara yang
bersangkutan.
Contoh PHS terlampir dalam (Lampiran-8)
20
pengumuman kedua dengan hari sidang selama 3 (tiga)
bulan.
Contoh surat panggilan (relaas) terlampir:Lampiran-8
Paket Materi Pelatihan / Simulasi tentang :
a. Tehnik mengkontruksi gugatan (Study Kasus)
berbagai jenis perkara kewenangan pengadilan
Agama.
b. Kemahiran proses registrasi (pendaftaran) perkara.
c. Tehnik pemanggilan pihak-pihak berperkara.
Lampiran-9.
21
para pihak. Apabila usaha perdamaian berhasil
dilaksanakan oleh hakim, maka terhadap perkara perdata
perceraian cukup dilakukan pencabutan oleh pihak yang
berperkara, namun dalam perkara gugatan perdata non
perceraian jika tercapai perdamaian dibuat putusan
perdamaian yang lazim disebut dengan akta perdamaian.
Dalam prakteknya adalah sebagai berikut:
Setelah persidangan (sidang pertama) dibuka dan
dinyatakan terbuka untuk umum:
Pihak-pihak diperintahkan hadir menghadap
dipersidangan,
Hakim menanyakan identitas pihak-pihak,
Majlis hakim berusaha mendamiakan pihak-pihak
(dalam perkara perceraian hakim harus
menghadirkan pihak-pihak secara in person).
Apabila ternyata usaha perdamaian terhadap
pihak-pihak yang bersengketa tidak berhasil, maka
sidang dilanjutkan untuk pemeriksaan. Khusus dalam
hal pemeriksaan perkara perceraian maka sidang
dinyatakan tertutup untuk umum, untuk memenuhi
azas pemeriksaan perkara perceraian (pasal 80 ayat
(2) UU No. 7 tahun 1989 jo pasal 33 PP 9 tahun
1975.
Tahap-tahap pemeriksaan itu adalah :
1. Pembacaan surat gugatan
2. Jawaban tergugat
3. Replik pengugat
4. Duplik tergugat
5. Pembuktian
22
6. Kesimpulan (konklusi)
7. Putusan hakim
23
tersebut, tergugat harus hadir secara in person dalam
sidang atau diwakilkan oleh kuasa hukumnya.
Apabila tergugat atau kuasa hukumnya tidak hadir
dalam sidang meskipun mengirimkan surat
jawabannya, hal demikian itu tetap dinilai hadir dan
jawabannya itu tidak perlu diperhatikan, kecuali
dalam hal jawaban yang berupa eksepsi atau
tangkisan bahwa pengadilan yang bersangkutan tidak
berwenang mengadili perkara itu.
Dalam tahap jawaban, tergugat ada beberapa
kemungkinan menyampaikan :
1. Eksepsi (tangkisan)
2. Mengakui secara bulat
3. Mungkir mutlak (membantah)
4. Mengakui dengan clausula
5. Referte
6. Mengajukan rekonpensi (gugatan balik)
Jawaban pada no 2 s/d 5 tersebut diatas adalah
merupakan jawaban tentang pokok perkara.
Ad. 1. Eksepsi
Ekesepsi adalah sangkutan terhadap suatu
gugatan atau perlawanan yang tidak mengenai
pokok perkara (perlawanan dari segi hukum
formeel).
Tujuan eksepsi adalah untuk mengagalkan
gugatan agar hakim menetapkan gugatan tidak
diterima atau ditolak.
24
Eksepsi diatur dalam pasal 136 HIR/pasal
162 RBg, pasal 125 ayat (2) HIR, pasal 133-136
HIR/pasal 149 ayat (2), 160-162 RBg dan pasal
356 (4) R.V.
Ada dua macam eksepsi, yaitu :
a. Prosesual eksepsi (eksepsi formil), yaitu
yang berdasarkan hukum formil, yang
meliputi :
1. Eksepsi tidak berwenang secara
absolute.
2. Eksepsi tidak berwenang secara
relative.
3. Eksepsi Nebis in idem (eksepsi van
gewijsde zaak).
4. Eksepsi diskwalifikator.
5. Eksepsi obscuur libel (gugatan kabur)
25
seluruhnya. Kecuali dalam hal gugatan
perceraian dengan alsan telah terjadi perselisihan
/ pertengkaran yang terus menerus yang tidak
ada harapan untuk rukun kembali. Dalam hal ini
hakim harus berusaha menemukan kebenaran
materil alasan cerai tersebut dengan alat-alat
bukti yang cukup, untuk menghindari adanya
kebohongan – kebohongan besar dalam perkara
perceraian.
26
pemeriksaan. Menghadapi hal yang demikian,
pemeriksaan diteruskan sebagaimana biasa.
27
jikalau perkaranya semula diajukan gugatan
rekonpensi pada pengadilan tingkat pertama.
3. Diajukan terhadap pengugat in person (bukan
kuasa hukumnya) atau dalam kualitas /
kedudukan yang sama dalam perkara itu.
4. Gugatan rekonpensi tersebut masih dalam
lingkup wewenang pengadilan Agama.
5. Gugatan rekonpensi hanya mengenai
sengketa kebendaan.
6. Gugatan rekonpensi bukan pelasanaan
keputusan.
28
c. Diperiksa satu-persatu tetapi diputuskan
bersama-sama dalam satu putusan.
Gugatan Cerai :
Pihak suami selaku tergugat dapat
mengajukan gugat rekonpensi tentang :
1. Hak hadhona (pengasuhan anak), jika ada
anak
2. Pembagian harta bersama, jika ada harta
bersama
Contoh formulasi jawaban yang memuat
gugatan rekonpensi (lampiran 11)
29
Pada ketika tergugat telah menyampaikan
jawabannya, kepada penggugat diberi kesempatan
untuk menyampaikan replik untuk menanggapi sesuai
dengan pendapatnya terhadap jawaban tergugat.
Dalam tahap replik ini penggugat kemungkinan
mengemukakan :
a. Mempertahankan gugatannya dan menambah
keterangan yang dianggap perlu untuk
memperjelas dalil-dalilnya, atau
b. Kemungkinan juga penggugat merubah sikap
dengan membenarkan jawaban / bantahan
tergugat, atau
c. Menambahkan eksepsi yang diajukan tegugat, atau
d. Menambah jawaban tergugat tentang pokok
perkara dalam konpensi
e. Memberikan bantahan atau kemungkinan
membenarkan gugat rekonpensi yang diajukan
tegugat dalam jawabannya.
30
Pada tahap ini, tergugat kemungkinan tetap
mempertahankan pendiriannya seperti pada
jawabannya semula atau bersikap seperti penggugat
dalam repliknya atas gugatan rekonpensi yang
diajukan tergugat dalam jawabannya.
Acara replik dan duplik atau jawab – menjawab
ini dapat diulang sampai ada titik temu antara
penggugat dan tergugat, dan atau dianggap cukup
oleh hakim.
Apabila jawab – menjawab ini dianggap cukup
oleh hakim, dan ternyata hakim menemukan hal-hal
yang tidak disepakati oleh penggugat dan tergugat
atau hakim perlu mencari kebenaran materil tentang
dalil gugat penggugat dalam konpensi atau dalil
penggugat dalam rekonpensi, maka acara acara
pemeriksaan dilanjutkan ketahap pembuktian.
Penyampaian duplik ini dapat diajukan secara
lisan pada saat peridangan hari itu juga, atau pun
secara tertulis pada persidangan berikutnya atas
ketentuan majlis hakim.
Ad. V. Pembuktian
Pada tahap pembuktian ini, hakim memberi
kesempatan yang sama kepada para pihak baik
penggugat maupun tergugat untuk mengajukan alat
bukti baik berupa alat bukti surat, saksi-saksi maupun
bukti lainnya secara bergantian yang diatur oleh
hakim. Hakimlah yang memerintahkan kepada para
pihak untuk mengajukan alat-alat bukti, dan hakimlah
31
yang mebebani para phak dengan pembuktian secara
adil dan tidak berat sebelah.
Dalam tahap ini peran hakim dituntut untuk
mampu memahami aturan-aturan pembuktian dan
diharapkan memberi pertimbangan tetang benar
tidaknya suatu peristiwa atau fakta yang diajukan
oleh para pihak kepadanya dan kemudian
memberikan atau menentukan hukumnya.
Secara kongkrit hakim harus menguasai
kemampuan tehnik dalam melakukan tindakan secara
bertahap yakni menkonstatir, mengkualifisir dan
mengkonstitutirkan (memberikan konstitusi) sehingga
memberi kepastian hukum dan rasa keadilan
Ad. VI. Konklusi / Kesimpulan Para Pihak
Pada tahap ini, baik penggugat maupun tergugat
diberikan kesempatan yang sama untuk mengajukan
pendapat akhir yang merupakan kesimpulan hasil
pemeriksaan selama sidang berlangsung, menurut
pandangan masing-masing.
32
perkara tersebut, yang selanjutnya putusan
diumumkan dalam persidangan terbuka untuk umum.
33
Pengadilan mencatat tuntutan atau menyuruh
mencatatnya.
c. Pasal 119 HIR / 143 RBg
Yakni : mengenai kewajiban Hakim memberi nasihat
dan pertolongan kepada penggugat waktu memasukkan
gugatannya.
d. Pasal 137 HIR / pasal 273 RBg
Yakni : mengatur tentang permohonan berperkara
secara prodeo / gugatan secara cuma-cuma
e. Pasal 127 Brv.
Yakni : tentang perubahan gugat.
f. Pasal 2171 R.V
Yakni : tentang pencabutan gugat.
g. Pasal 66 ayat (5) dan Pasal 86 ayat (1) UU. No. 7
Tahun 1989;
Yakni : tentang diperkenankannya gugat kumulasi
objektif dalam perkara cerai talak maupun cerai gugat
dengan gugat segala akibat perceraian.
h. Pasal 132 a – 132 b HIR / 157-158 RBg
Yakni : mengatur tentang rekonvensi (gugat balik).
34
Dari pengertian tersebut dapat dipahamkan bahwa
pengajuan gugatan atau tuntutan hak adalah tindakan yang
bertujuan memperoleh perlindungan hak dari Pengadilan
untuk mencegah “Eigen richting” (perbuatan main hakim
sebdiri).
Orang yang mengajukan gugatan adalah orang yang
memerlukan mendapat perlindungan hukum.
Jelasnya ia mempunyai kepentingan hukum untuk
memperoleh perlindungan hukum, oleh karena itu
mengajukan gugatan atau tuntutan hak.
35
jika para pihak merasa hak-haknya dirugikan dapat
mengajukan gugatan kepada Pengadilan sesuai
dengan prosedur yang berlaku.
36
yang merupakan pengecualian dari yang umum (Lex
Spesialis derogate lex generalis).
37
kurangnya dua pihak. Pihak yang menuntut hak
disebut “Pengugat” dan pihak yang dituntut disebut
“Tergugat”.
2. Tuntutan hak yang tidak mengandung sengketa yang
disebut “Permohonan” dimana hanya terdapat satu
pihak saja (oneigenlijke rechtpraak). Sehingga pada
hakekatnya perkara permohonan (Voluntair) bisa
dianggap sebagai suatu proses peradilan yang bukan
sebenarnya.
Ciri-ciri permohonan adalah :
a. Acara permohonan bersifat voluntair
b. Hanya satu pihak yang berkepentingan
c. Tidak mengandung sengketa
d. Dikehendaki oleh peraturan perundang-undangan
e. Putusan hakim berupa penetapan
f. Upaya hukum melawan penetapan adalah kasasi
38
contentious dan bukan voluntair. Untuk itu produk
Hakim yang mengadili sengketa tersebut dibuat dalam
bentuk “putusan” dengan amar dalam bentuk penetapan.
Sehingga upaya hukumnya terhadap putusan cerai
talak adalah banding, bukan kasasi sebagaimana salah
satu dari cirri-ciri permohonan.
39
boleh diadukan dengan lisan kepada Ketua Pengadilan
(dalam hal ini Pengadilan Agama), dan selanjutnya
Ketua atau yang ditugaskan (Hakim) mencatat
pengaduannya (gugatannya). Setelah catatan tersebut
dibacakan dihadapan penggugat maka ditanda tangani
oleh Ketua atau Hakim yang diberi tugas.
Prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tuntutan disampikan oleh penggugat secara lisan
kepada Hakim yang ditunjuk oleh Ketua Pengadilan
Agama
2. Hakim tersebut mencatat tuntutan Penggugat
tersebut
3. Jika telah selesai dibuat maka dibacakan dihadapan
penggugat apakah telah sesuai dengan tuntutannya.
4. Surat catatan gugat tersebut ditanda tangani oleh
hakim yang bersangkutan.
40
mencantumkan nama dapat berakibat gugatan “error
in persona”, begitu juga tentang umur / usia dapat
berakibat gugatan dinyatakan “diskualifikasi in
persona”.
Adapun yang dimaksud dengan kedudukan adalah
status pelaku sebagai pihak, yaitu Penggugat atau
Penggugat I, Penggugat II dan seterusnya, dan
Tergugat atau Tergugat I atau Tergugat II, Turut
Tergugat atau Turut Tergugat I, Turut Tergugat II dst.
Penegasan kedudukan para pihak yang mengiring
identitas dalam surat gugatan merupakan syarat
formil ; jika dicantumkan maka gugatan dapat
dinyatakan “Obscuur Libel”.
Dalam perkara kewarisan semua orang yang diduga
sebgai ahli waris harus disertakan dalam surat
gugatan dan harus dijadikan sebagai pihak, apakah
menghadiri agar perkara tersebut tidak termasuk
“plurium litis consortium”
2. Posita
Posita adalah merupakan dalil-dalil konkrit tentang
adanya hubungan hukum yang merupakan dasar serta
alasan-alasan dari pada tuntutan (Fundamentum
Petendi), Posita terdiri atas dua bagian yaitu :
a. Bagian yang menguraikan tentang kejadian-
kejadian atau peristiwa-peristiwa (petelijke
groden), yang merupakan penjelasan duduknya
perkara yang diuraikan secara kronologis.
41
b. Bagian yang menguraikan tentang hukum
(rechtelijke groden) yakni tentang adanya hak atau
hubungan hukum yang menjadi dasar gugatan.
42
anak, kemudian pada sekitar tahun 2002 telah
terjadi pertengkaran yang hebat, dan Tergugat
telah memukul penggugat hingga pingsan tak
sadarkan diri.
Bahwa atas dasar tindakan tergugat tersebut
diatas, maka tergugat telah melanggar talik talak
pada butir 3 bunyi sighot talik talik talak yang
diucapkan tergugat waktu akad nikah dahulu ;
sehingga penggugat beralasan mengajukan
gugatan sesuai dengan pasal 116 K.H.I.
Bahwa
Dst ………………………………………………..
3. Petitum
Petitum, yaitu : tuntutan yang sebenarnya atau apa
yang diminta atau yang diharapkan agar diperintah /
diputuskan oleh Hakim.
Hal ini terdiri atas 2 bagian yaitu :
a. Tuntutan Pokok
Merupakan tuntutan yang sebenarnya misalnya :
“menjatuhkan talak ba‟in sughro”, “menghukum
mambayar nafkah lampau” dan sebagainya.
b. Tuntutan Tambahan
Tuntutan ini merupakan tuntutan pelengkap dari
tuntutan pokok. Biasanya oleh penggugat
dimintakan tambahan berupa :
1. Tuntutan agar Tergugat dihukum membayar
biaya perkara.
43
2. Tuntutan agar putusan dinyatakan dapat
dilaksanakan terlebih dahulu (uitvoebaar bij
voorraad), meskipun putusannya dilawan atau
dibanding.
“Pelaksanaan terlebih dahulu” atau lebih
dikenal dengan istilah “putusan serta merta”
Mengenai hal ini harus memenuhi ketentuan
pasal 180 HIR (pasal 191 RBg) dan Edaran
Mahkamah Agung.
44
Subsidair :
Jika pengadilan berpendapat lain, mohon
putusan seadil-adilnya (ext equo et bono)
45
Kumulasi ialah penggabungan beberapa gugatan hak
atau penggabungan beberapa pihak yang mempunyai akibat
hukum yang sama dalam suatu proses perkara. Penggabungan
gugatan dalam suatu proses perkara dapat dilakukan kalau
ada koneksitas yang satu dengan lainnya.
Ada beberapa macam kumulasi :
1. Kumulasi Subyektif; ialah jika dalam satu surat gugatan
terdapat beberapa orang penggugat atau beberapa orang
tergugat.
2. Kumulasi Obyektif, ialah jika penggugat mengajukan
beberapa jenis gugatan kepada seorang tergugat.
Sebagai contoh gugatan cerai digabungkan sekaligus
dengan gugatan nafkah, pemeliharaan anak dan gugatan
pembagian harta bersama.
Begitu juga permohonan cerai talak digabung dengan
pemeliharaan anak dan pembagian harta bersama. Hal itu
sebagaimana yang diatur dalam pasal 66 ayat (5) dan pasal
86 ayat (1) U.U.No. 07 tahun 1989.
3. Perbarengan (concurus, samenloop) dimana
penggabungan tuntutan yang menuju pada satu akibat
hukum saja, jika tuntutan lainnya ikut pula dipenuhi.
Sebagai contoh, permohonan dispensasi kawin, izin kawin
dan wali adhol dapat dilakukan dengan berbarengan,
karena mempunyai akibat hukum yang sama yaitu
dilaksanakannya perkawinan.
Gugatan pembatalan hibah dengan gugat pembagian
warisan selama si penerima hibah adalah termasuk ahli
waris, maka dapat dilakukan secara berbarengan karena
46
mempunyai akibat hukum yang sama yaitu pembagian
harta warisan kepada ahli waris.
4. Intervensi, ialah suatu aksi hukum oleh pihak yang
berkepentingan dengan jalan melibatkan diri atau
dilibatkan oleh salah satu pihak dalam proses perkara
perdata yang sedang berlangsung antara dua pihak yang
sedang berperkara.
Ada 3 (tiga) bentuk intervensi yakni :
a. Tussenkomst (menengahi)
b. Voeging (menyertai)
c. Vrijwaring (ditarik sebagai penjamin)
47
3. Menghindarkan putusan-putusan yang saling
bertentangan satu sama lainnya
4. Menetralisir tuntutan konpensi
5. Acara pembuktian dapat dipersingkat atau
disederhanakan
6. Menghemat biaya
d. Syarat gugatan rekonpensi :
Gugatan rekonpensi dapat diajukan dengan syarat-
syarat :
1. Gugatan rekonpensi harus diajukan bersama-
sama dengan jawaban pertama yang diajukan
oleh tergugat baik tertulis maupun secara lisan
(pasal 132 b (1) HIR / Pasal 158 RBg.
2. Tidak dapat diajukan dalam tingkat banding, bila
dalam tingkat pertama tidak diajukan gugatan
(pasal 132 a (2) HIR / 157 (2) RBg.
3. Penyusunan gugatan rekonpensi sama dengan
gugatan konpensi.
48
3. Dapat dilakukan perubahan gugat sebelum
Tergugat menjawab.
4. Jika Tergugat sudah memberikan jawabannya,
maka diperlukan persetujuan dari tergugat.
5. Tidak menghambat acara pemeriksaaan.
b. Pencabutan Gugatan
Menurut ketentuan, pencabutan gugatan dapat
dilakukan dengan cara :
1. Sebelum gugatan diperiksa didalam persidangan
2. Sebelum tergugat memberikan jawaban
3. Kedua hal (1 dan 2) tidak diperlukan adanya
4. Persetujuan Tergugat (pasal 2171 RV)
5. Sesudah tergugat memberikan jawabannya,
terlebih dahulu mendapat persetujuan tergugat
6. Pencabutan gugatan cerai gugat / cerai talak,
dalam hal tergugat / Tergugat telah menjawab,
maka perkaranya diputus dengan menyatakan
tidak dapat menerima dengan alasan peggugat /
Penggugat tidak sungguh-sungguh dalam
mengajukan perkaranya.
49
yang tidak mampu mambayar biaya perkara dapat
mengajukan permohonan kepada ketua Pengadilan
Agama untuk diberi izin berperkara secara Cuma-
Cuma (Prodeo)
c. Proses Beracara secara Prodeo
Pada tingkat petama :
1. Mengajukan permohonan kepada Ketua Pengadilan
Agama untuk berperkara secara Cuma-Cuma
2. Melampirkan surat keterangan tidak mampu dari
lurah / Kepala Desa yang diketahui Camat setempat
3. Dilekukan pemeriksaan oleh hakim dalam sidang
insidentil tentang ketidakmampuan yang
bersangkutan
4. Hasil pemeriksaan dituangkan dalam putusan serta
merta dengan mengabulkan dan proses pemeriksaan
perkaranya damapat berlanjut. Namun jika
Pengadilan menolak permohonan berperkara secara
Cuma-Cuma maka yang bersangkutan harus
membayar panjar biaya perkara, baru perkaranya
dilanjutkan pemeriksaannya.
Pada tingakt banding
1. Mengajukan permohonan melalui Panitera P.A
tingkat pertama
2. Permohonan tersebut disidangkan terlebih dahulu
oleh Majelis Hakim P.A. tingkat pertama
3. Berita Acara persidangan tersebut dikirimkan ke
PTA bersama bundle A dan salinan putusan
4. Penetapan PTA atas permohonan berperkara secara
prodeo beserta bundle A dikirimkan ke PA,
50
kemudian PA tersebut memberitahukan penetapan
tersebut kepada yang bersangkutan
5. Jika permohonan dikabulkan maka bundle A dan B
dikirim ke PTA untuk dilakukan pemeriksaan
perkaranya ditingkat banding
Lampiran - 1
Medan, Balige, 27 Januari 2004
51
Tempat Tinggal : Jln. Mesjid No. 2, Kel. Napitupulu
Bagasan Kec. BALIGE, Kab.
TOBASAMOSIR
Selanjutnya disebut sebagai “PENGGUGAT”
Dengan ini mengajukan permohonan untuk dapat
diberi izin untuk menjatuhkan talak terhadap seorang
isteri :
Nama : SARINTEN BINTI SARIMIN
Umur : 49 Tahun
Agama : ISLAM
Pendidikan Akhir : SLTA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Tempat Tinggal : Jln. Mesjid No. 2, Kel. Balige – II
Kec. Balige, Kab. TOBASA
Selanjutnya sebagai “TERGUGAT”
Adapun duduk permasalahannya dan alasan-alsannya
adalah sebagai berikut :
1. Bahwa Penggugat adalah suami sah Tegugat yang
telah melangsungkan pernikahan menurut Agama
Islam yang dilangsungkan pada tanggal 09 Januari
tahun 1983 di Bedagei dirumah Uda (pak cik)
Penggugat, dihadapan Kadhi Nikah yang terdaftar
di Kantor Urusan Agama Kec. Tanjung Beringin
Nomor Akta Nikah : 07/2983 Tanggal 08-02-
1983, dimana Tergugat dahulunya beragama
Kristen, kemudian menyatakan masuk Islam
dihadapan Tuan Kadhi, dan kemudian dinikahkan
dengan Penggugat menurut Syari‟at Islam.
52
2. Bahwa sesudah menikah Penggugat dan Tergugat
tinggal bersama di Bedagei dirumah Uda
Penggugat pada ketikaitu lebih satu minggu,
kemudian Penggugat dan tergugat kembali ke
Balige tingal bersama dirumah orang tua
Penggugat di Jln. SM. Raja No. 49 (Toko Terang
Bulan) Balige kurang lebih selama 6 bulan (enam
bulan). Namun Tergugat bertingkah pergi tanpa
permisi kepada penggugat pulang kerumah orang
tuannya di Jln. Kartini Kel. Balige II, 2 (dua)
bulan kemudian Penggugat menyusul Tergugat
dan tinggal bersama dirumah kediaman orang tua
Tergugat kurang lebih selama 2 (dua) tahun.
3. Bahwa oleh karena Penggugat merasa kesulitan,
terganggu keyakinan bathin tinggal bersama di
rumah mertua (orang tua Tergugat) yang
beragama Kristen, maka Penggugat mengadukan
Orang Tua Penggugat, Penggugat dan Tergugat
kemudian pindah dan tinggal bersama di rumah
yang disediakan orang tua Penggugat di Jln.
Sombadebata, Onan Raja Balige, dan dengan
diberi modal usaha dengan alat-alat perlengkapan
jualan beserta barang-barang dagangan kebutuhan
pokok yang diberikan orang tua Penggugat,
Penggugat dan Tergugat tinggal bersama di rumah
tersebut kurang lebih selama 5 tahun.
4. Bahwa pada awalnya kondisi rumah tangga antara
Penggugat dan Tergugat rukun-rukun saja dan
telah dikaruniai 5 orang anak yaitu :
53
a. Mulyadi lahir tahun 1983
b. Febrianto lahir tahun 1985
c. Fantri lahir tahun 1987
d. Dewi lahir 1991
e. Duta lahir tahun 1993
Kalau pun terjadi perbedaan pendapat masih dapat
disabarkan dan dipertahankan
5. Bahwa pada sekitar tahun 2000, rumah tangga
antara Penggugat dengan Tergugat mulai terjadi
percekcokan dan perselisihan, disebabkan :
a. Tergugat suka berhutang kepada orang lain
yang tidak sepengetahuan Penggugat sehingga
Penggugat terpaksa menanggulangi resiko
tagihan dari orang-orang yang berpiutang
sebesar Rp. 1.500.000,- dan hingga sekarang
masih ada yang belum diselesaikan
pemabayaran. Dan ketika Penggugat
menanyakan atas sikapnya yang demikian,
Tergugat bersikap keras kepala mau menang
sendiri, sejak itu mulai menghindar pergi pagi
pulang sore, bahkan kadang-kadang sampai
malam hari.
b. Dalam kondisi kemelut rumah tangga
Penggugat dan Tergugat yang memburuk,
orang tua Penggugat yang sudah berkorban
memberikan modal dan tempat tinggal yang
layak tentu saja penuh kecewa dan tatkala
menasehati Tergugat, malah Tergugat
melawan, membantah dengan nada yang tidak
54
pantas sebagai sikap seorang menantu. Oleh
karena itu pada sekitar tahun 2001 orang tua
Penggugat mengambil kebijakan untuk
mengontrakkan rumah di Huta Pisang untuk
Penggugat dan Tergugat karena rumah yang di
Onan Raja perlu direhab atau direnovasi karena
kondisinya sudah banyak yang rusak, akan
tetapi Tergugat tidak menempati rumah
tersebut sampai massa kontraknya berakhir dan
ternyata Tergugat tinggal bersama dirumah
adiknya.
c. Oleh karena sikap Tergugat yang demikian,
maka terpaksa Penggugat tinggal di rumah
orang tua Penggugat di Jln. Mesjid No. 2 di
Desa Napitupulu Bagasan, Nalige. Hingga
sekarang sudah selama 3 (tiga) tahun antara
Penggugat dan Tergugat sudah pisah rumah
dan sudah tidak ada lagi hubungan lahir bathin.
d. Salah satu hal lagi yang menimbulkan
perselisihan antara Penggugat dan Tergugat
adalah sikap Tergugat yang tidak menunjukkan
sikapnya sebagai seorang Islam, bahkan
terkadang jika sepulang dari pesta yang
diadakan oleh non muslim membawa daging
babi ke rumah, sehingga Penggugat merasa
tidak senang dan marah, namun tergugat tidak
mau mengerti.
6. Bahwa kondisi rumah tangga yang sudah pecah
tersebut secara terus menerus selam ± 3 tahun
55
sudah banyak membawa mudhorat dan tidak
mungkin lagi dibina untuk rukun kembali
mempertahankan rumah tangga sebagaimana
layaknya rumah tangga yang dikehendaki oleh
undang-undang dan Syari‟at Islam.
7. Bahwa orang tua Penggugat yang sudah cukup
banyak berkorban orang tua Penggugat dan
Tergugat selama ini, sudah tidak lagi berkeinginan
untuk memberikan arah untuk menciptakan
kerukunan diantara Penggugat dan Tergugat
sehingga kondisi rumah tangga antara Penggugat
dan Tergugat sudah tidak ada harapan lagi untuk
bersatu kembali.
8. Bahwa berdasarkan hal-hal yang diuraikan
tersebut diatas, maka sesuai dengan alasan yang
diatur dalam undang-undang atau Hukum Islam
(yakni pasal 19 f Peraturan Pemerintah RI No. 9
tahun 1975 dan pasal 116 f Kompilasi Hukum
Islam), maka penggugat memohon kepada bapak
Ketua Pengadilan Agama untuk memberi izin
kepada Penggugat untuk menjatuhkan cerai
kepada Tergugat.
9. Bahwa oleh karena itu kiranya bapak Ketua
Pengadilan Agama dapat memanggil kami
(Penggugat dan Tergugat) untuk hadir dalam
persidangan dan menjatuhkan putusan sebagai
berikut :
a. Mengabulkan permohonan Penggugat
56
b. Memberi izin kepada Penggugat untuk
menjatuhkan talak (cerai) terhadap Tergugat
dihadapan sidang Pengadilan Agama Balige
c. Membebankan biaya perkara sesuai dengan
peraturan yang berlaku
Subsidair
Jika Pengadilan berpendapat lain Penggugat
sampaikan, semoga mendapat layanan dan dapat
dikabulkan hendaknya.
Atas kebijakan bapak kami ucapkan terima
kasih.
Wassalam
Penggugat
57
Lampiran - 2
Medan, 02 Juli 2009
58
Tempat Tinggal : Jln. SM. Raja Km. 8 Gg Iklas No. 19,
Kel. Timbang Deli, Kec. Medan
Amplas, Kota Medan.
Selanjutnya disebut “PENGGUGAT”
Mengajukan gugatan cerai terhadap :
Nama : RASIMUN Binti ALI BABA
Umur : 34 Tahun
Agama : ISLAM
Pekerjaan : Wiraswasta
Tempat Tinggal : Jln. Bajak IV, No. 4 C, Kel.
Harjosari, Kec. Medan Amplas, Kota
Medan.
Selanjutnya disebut “TERGUGAT”
59
memudahkan segala sesuatunya sebagaimana
layaknya orang yang baru melahirkan anak perlu
perawatan secara intensif.
3. Bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah bergaul
sebagaimana layaknya suami isteri dalam rumah
tangga dan telah dikaruniai 4 orang anak masing-
masing bernama :
a. Ari Kesuma Bin Rasimun, umur 10 tahun, lahir
tahun 1999
b. Tani Sazinti Bin Rasimun, umur 6 tahun, lahir
tahun 2003
c. Muhammad Bin Rasimun, umur 3 tahun, lahir
tahun 2006
d. Fadlan Bin Rasimun, umur 3 tahun, lahir tahun
2006 (3 dan 4 lahir dalam keadaan kembar)
4. Bahwa pada awalnya hubugan rumah tangga antara
Penggugat dan Tergugat rukun damai hanya
berlangsung dalam waktu kurang lebih 4 (empat)
tahun saja, namun sesudah lahir anak yang kedua
rumah tangga antara Penggugat dan Tergugat mulai
goyah, sering terjadi ketegangan, karena Tergugat
selaku suami sebagai pimpinan rumah tangga tidak
menunjukkan sebagai kepala rumah tangga yang
baik, karena sering keluar malam dan berbuat
selingkuh berteman dengan wanita lain. Dan kalau
diminta penjelasan tentang hal itu, selalu tidak
mengaku. Namun keadaan yang demikian
Penggugat selalu mengalah dan bersabar mana tahu
Tergugat ada perubahan sikap yang baik.
60
5. Bahwa 3 bulan sesudah Penggugat melahirkan anak
yang ke 3 dan ke 4 dirumah kediaman orang tua
Penggugat, Penggugat dan Tergugat kembali
kerumah di kediaman di Bajak IV (rumah orang tua
Tergugat) keadaan yang semakin kemelut dan
penderitaan batin yang mencekam serta perasaan
cemas akibat perangai (tingkahlaku) Tergugat,
dimana Tergugat selalu keluar malam pulang pagi,
dan tidak ambil peduli keadaan rumah tangga yang
baru mempunyai anak kecil, karena selalu Tergugat
tergoda oleh wanita lain. Selalu bersikap kasar, mau
menang sendiri, sehingga Penggugat merasa
tertekan batin.
6. Bahwa keadaan sikap dan perangai Tergugat yang
demikian telah Penggugat sampaikan kepada orang
tua Tergugat, namun orang tua Tergugat sendiri
tidak dapat berbuat apa-apa, karena tidak berani
berbuat tegas kepada Tergugat selaku anaknya.
Bahkan orang tua Tergugat sudah kewalahan
menghadapi perangai Tergugat. Dan hanya
menyarankan kepada penggugat untuk bersabar.
7. Bahwa oleh karena kesabaran Penggugat sudah
merasa tidak tahan lagi, maka Penggugat telah
menyampaikan keluhan kepada Tergugat, tetapi
Tergugat selalu acuh tak acuh, bahkan Tergugat
mengatakan “kalau mau pulang, pilanglah”, maka
pada sekitar akhir bulan februari tahun 2007,
Penggugat bersama-sama ke empat orang anak
pergi meninggalkan kediaman bersama kerumah
61
orang tua Penggugat di Gg Iklas, Timbang Deli,
Medan Amplas. Dan hingga sekarang hamper 3
tahun Penggugat dengan Tergugat sudah pisah
ranjang dan pisah rumah, Dimana Penggugat di
rumah orang tua Penggugat, dan Tergugat tinggal
bersama orang tuannya di Jln. Bajak IV No. 4 C,
Kelurahan Harjosari II.
8. Bahwa meskipun Tergugat kadang kala datang
menjumpai anak-anak dan memberikan belanja
untuk anak-anak, namun hakekatnya antara
Penggugat dan Tergugat sudah tidak ada lagi
hubungan lahir batin, katera Tergugat sendiri telah
berhubungan dengan wanita lain.
9. Bahwa berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan
diatas, maka jelas antara Penggugat dan Tergugat
telah terjadi perselisihan terus menerus, dan sudah
tidak ada lagi harapan untuk dirukunkan kembali
dalam rumah tangga, dan antara Penggugat dan
Tergugat telah terjadi perselisihan yang terus
menerus dan tajam yang sudah tidak mungkin lagi
dapat didamaikan, karena Penggugat pun sudah
putus tekad atas perlakuan Tergugat selama ini, oleh
karena itu menggugat cerai berdasarkan alasan cerai
pasal 19 f PP No. 9 Tahun 1975 Jo pasal 116 huruf f
K.H.I (Kompilasi Hukum Islam Inpres No. 1 Tahun
1991).
10. Bahwa untuk menjamin keselamatan jiwa raga 4
orang anak Penggugat dan Tergugat sebagaimana
nama-namanya tersebut diatas, yang masih dibawah
62
umur yang selama ini dalam asuhan Penggugat,
maka mohon agar Pengadilan Agama dapat
menetapkan Penggugat sebagai yang berhak
menjadi hadhinah (Pengasuh / Pemelihara) terhadap
anak tersebut sesuai dengan ketentuan dalam
Kompilasi Hukum Islam.
11. Bahwa untuk terjaminnya perawatan, pendidikan
dan kebutuhan biaya hidup keempat orang anak
tersebut, amat wajar ditetapkan kepada Tergugat
untuk menanggung biaya hadhonah keempat orang
anak Penggugat dan Tergugat untuk setiap bulannya
sebesar Rp. 3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah) setiap
bulan.
12. Bahwa berdasarkan alasan-alasan yang
dikemukakan tersebut diatas, maka mohon kiranya
Pengadilan memeriksa gugatan Penggugat ini
dengan memanggil Penggugat dan tergugat untuk
dihadirkan dalam persidangan, dan mohon
Pengadilan menegakkan keadilan, seraya
menjatuhkan putusan sebagai berikut :
Primair :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.
2. Menjatuhkan talak satu ba‟in sughro Tergugat
atas diri Penggugat.
3. Menetapkan anak Penggugat dan Tergugat yang
bernama :
a. Ari Kesuma Bin Rasimun, umur 10 tahun,
lahir tahun 1999
63
b. Tani Sazini Bin Rasimun, umur 6 tahun, lahir
tahun 2003
c. Muhammad Bin Rasimun, umur 3 tahun,
lahir tahun 2006
d. Fadlan Bin Rasimun, umur 3 tahun, lahir
tahun 2006
4. Menetapkan biaya hadhonah keempat orang
anak tersebut, butir 3 sebesar Rp. 3.000.000,-
(Tiga Juta Rupiah) setiap bulan dibebankan
kepada Tergugat.
5. Menghukum Tergugat untuk membayar biaya
hadhonah keempat orang anak sebesar Rp.
3.000.000,- (Tiga Juta Rupiah) kepada
Penggugat.
6. Membebankan biaya perkara sesuai dengan
ketentuan hukum yang berlaku.
Subsidair :
Jika Pengadilan berpendapat lain, mohon
putusan seadil-adilnya.
Demikian permohonan ini Penggugat
sampaikan, semoga mendapat layanan dan dapat
dikabulkan hendaknya.
Atas kebijakan bapak kami ucapkan terima
kasih.
Wassalam
Penggugat
64
SURINEM BINTI SUTARNO
Lampiran – 3
Medan,
Assalamu‟alaikum wr.wb.
Yang bertanda tangan dibawah ini :
Nama : SHOBIRIN
Umur : 46 Tahun
Agama : ISLAM
Pekerjaan : Wiraswasta
65
Tempat Tinggal : Jl. Pangkalan Brandan Tanjung Pura,
No. 119 P. Brandan Kabupaten
Langkat, Propinsi Sumatera Utara.
Selanjutnya disebut sebagai “PENGGUGAT”
66
tanggal 29 April 2002, juncto Akte Cerai No :
216/AC/2002/PA-Mdn tanggal 20 Mei 2002
bertepatan dengan tanggal 7 Rabiul Awal 1423 H.
3. Bahwa selama masa perkawinan antara penggugat
dengan tergugat telah diperolah dan memiliki harta
bersama yang didapat didalam masa perkawinan
berupa :
67
592/2/215 A/1994 tanggal 6 juli 1994 dan tanah
tersebut berbatasan dengan :
Sebelah utara berbatasan dengan tanah wakaf
PTP IX Klambir Lima 45 Meter
Sebelah selatan berbatasan dengan tanah Pasar
Umum 17 Meter
Sebelah barat berbatasan dengan tanah Kim Sui
45 Meter
Sebelah timur berbatasan dengan sungai
Belawan 17 Meter
BENDA BERGERAK
1. 1 (Satu) unit mobil Mitsubishi L300 DP Mobil
Barang Bak tertutup, No. Polisi BK 8617 DL, warna
Coklat Tembakau mesin Diesel atas nama Rina
Binti Tomi.
2. 1 (Satu) unit Mobil Toyota Kijang Super LF 82
Diesel Mobil Penumpang / Minibus 2446 CC No.
Polisi BK 1789 FN, warna Biru Metalic atas nama
Rina Binti Tomi.
3. 1 (Satu) unit Mobil Mitsubishi / Colt L300 DP Solar
Mobil Beban / BOX 2477 CC No. Polisi BK 9989
DU, warna Coklat Tembakau atas nama Shobirin.
4. 1 (Satu) unit Mobil Suzuki Katana SJ 410 V Tahun
1993 No. Polisi BK 642 ES, warna Abu-abu Tua
Metalic atas nam Siok Giok.
68
5. 1 (satu) Unit Mobil Sedan Toyota Great Altis Tahun
2001 No. Polisi BK 51 DO, warna Putih Milenium
atan nama Rina Binti Tomi.
6. 1 (Satu) unit Mobil Isuzu Box No. Polisi BK 8015
EC, warna putih, atas nama Rina Binti Tomi.
7. 1 (Satu) unit Mobil Sedan Taxi Delta, No. Polisi BK
1125 LK Nomor Pintu 226.
69
dimohonkan agar Pengadilan Agama Medan memberi
putusan yang dapat dijalankan terlebih dahulu
meskipun adanya perlawanan, banding maupun kasasi.
(Uit Vorbaar Bij Vorraad).
Bahwa demikian pula apabila Tergugat lalai
memenuhi isi putusan yang telah berkekuatan hukum
tetap, maka Penggugat mohon agar Tergugat dihukum
untuk membayar uang paksa (Dwang Som) sebesar Rp.
1.000.000,- (Satu Juta Rupiah) setiap hari kelambatan.
Bahwa berdasarkan dalil-dalil dan uraian-uraian
yuridis tersebut atas, Penggugat memohon kepada
bapak Ketua Pengadilan Agama Medan berkenaan
untuk memanggil para pihak untuk hadir pada
Persidangan yang ditentukan guna memeriksa dan
mengadili perkara ini, dan seterusnya memberi putusan
yang amarnya berbunyi sebagai berikut :
PRIMAIR :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat untuk seluruhnya
2. Menetapkan harta-harta sebagaimana tersebut diatas
dalam gugatan Penggugat dapat ditetapkan sebagai
harta bersama antara Penggugat dan Tergugat.
3. Menetapkan ½ (Seperdua) harta bersama tersebut
pada point diatas menjadi hak milik Penggugat dan
½ (Seperdua) bagian lainnya menjadi milik
Tergugat.
4. Menghukum Tergugat untuk menyerahkan ½
(Seperdua) harta bersama tersebut kepada
Penggugat dan jika pembagian tersebut tidak dapat
70
dilakukan dalam bentuk natural, maka dengan cara
dijual atau dijual Lelang dihadapan Lelang Negara
dan hasilnya dibagi sesuai dengan ketentuan diatas
(Point 3).
5. Menetapkan sita jaminan yang telah diletakkan atas
harta bersama tersebut dinyatakan sah dan berharga.
6. Membebankan biaya yang timbul dalam perkara ini
sesuai dengan peraturan yang berlaku.
SUBSIDAIR :
Atau apabila Pengadilan berpendapat lain mohon
putusan yang seadil-adilnya (Ex Aque Et Bono).
Demikian gugatan ini diajukan, dengan harapan
Pengadilan Agama Medan berkenan mengabulkannya.
Terima kasih.
Wassalam
Penggugat
SHOBIRIN
71
Lampiran – 4
Medan, 01 Juli 2003
Kepada Yang Terhormat
Bapak Ketua Pengadilan
Agama Medan
Di Medan
72
Tempat Tinggal : Sei Halaban, No. 100, Kelurahan
Sei Kambing, Kecamatan Medan
Petisah, Kota Medan.
Selanjutnya disebut “PENGGUGAT”
LAWAN
1. Nama : Bin Ir. SAFRI
Umur : 32 Tahun
Agama : ISLAM
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tempat Tinggal : Jln. Cengkeh C. RT. 04 / rw 07
Kelurahan Pondon Cina, Kec.
Lubuk Pakam, Deli Serdang.
Selanjutnya disebut “TERGUGAT – I”
2. Nama : Ir. BADRI Bin Ir. SAFRI
Umur : 32 Tahun
Agama : ISLAM
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tempat Tinggal : Jln. Pattimura No. 12 Kelurahan
Cinta Damai, Pekan baru, Riau.
Selanjutnta disebut “TERGUGAT – II”
3. Nama : KOMARUDDIN Bin SAFRI
Umur : 29 Tahun
Agama : ISLAM
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tempat Tinggal : Jln. Kt. Surapati, No. 12 Kel. Sei
Kerah, Medan Petisah, Kota
Medan.
Selanjutnya disebut “TERGUGAT – III”
4. Nama : SITI ZAINAB Binti SAFRI
73
Umur : 27 Tahun
Agama : ISLAM
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Tempat Tinggal : Jln. Obor No. 14 Kelurahan Siti
Rejo, Medan Johor, Kota
Medan.
Selanjutnya disebut “TERGUGAT – IV”
74
Sesuai dengan Akta jula beli No. 44/HM/1 1995
tertanggal 02 Mei 1995 ditandai dengan sertifikat
asli Akta jula belinya ada pada Penggugat;
4. Bahwa disaat Penggugat sedang menjalani bahtera
rumah tangganya dengan Ir. Safri (Alm) dengan
penuh kebahagiaan, ternyata Allah SWT
berkehendak lain kepada hambanya dimana suami
Penggugat (Alm. Safri) mengalami kecelakaan dan
meninggal dunia di Rumah Sakit pada tanggal 17
Agustus 2000, dalam keadaan beragama Islam,
sesuai dengan surat keterangan kematian dari Lurah
No. 222/05/SKM/VIII/2000, dengan demikian
perkawinan antara Penggugat dengan Ir. Safri (Alm)
putus karena kematian (Pasal 38 UU. No. 01 Tahun
1974).
5. Bahwa dengan kejadian kecelakaan / meninggalnya
suami Penggugat (Alm. Safri) maka secara hukum
ahli waris yang mustahak dari Alm. Safri adalah
Penggugat dan para Tergugat (Tergugat I, II, III dan
IV), dimana sekalipun Penggugat hanya menuntut
bagian dari rumah berikut tanah pertapakannya
yang terletak di Jln. Halaban No. 12 Medan untuk
dibagikan kepada Penggugat dan para Tergugat,
selaku ahli waris yang sah dari Alm. Safri dengan
ketentuan dimana Penggugat mendapat setengah
dari rumah berikut dengan tanah pertapakannya dan
setengah lagi dibagi kepada ahli waris yakni
Penggugat dan para Tergugat (harta bersama / pasal
75
35 dan passal 37 UU. No. 1 / 1974, jo pasal 97
Kompilasi Hukum Islam).
6. Bahwa untuk maksud membagi harta peninggalan
Alm. Safri / Suami Penggugat (ayah kandung para
Tergugat), sudah pernah Penggugat tempuh dengan
jalan musyawarah / perdamaian, tetapi tidak
berhasil, sebab Tergugat menginginkan agar rumah
berikut pertapakannya yang terletak dijalan Sei
Halaban No. 12 Medan, harus mutlak untuk para
Tergugat, dengan demikian cara-cara yang
ditempuh dan dilakukan oleh para tergugat adalah
tidak sesuai dengan hukum yang berlaku / melawan
hukum. Dengan demikian beralasan Penggugat
mangajukan masalah / gugatan ini melalui
Pengadilan Agama Medan dengan harapan dapat
memberikan putusan yang adil berdasarkan hukum.
7. Bahwa guna mengantisipasi agar rumah berikut
dengan tapak tanahnya tersebut diatas tidak
dialihkan kepasa pihak ketiga oleh para Tergugat
sebab setifikasi asli ada tangan Tergugat sekalipun
Akte jual beli Asli No. 54 ada di tangan Penggugat,
maka Penggugat mohon agar Pengadilan Agama
Medan berkenan untuk meletakkan sita jaminan
(conservatoir beslaag) atas sebidang tanah berikut
dengan rumah yang ada diatasnya yang terletak di
jalan Sei Halaban no. 12 Medan.
76
Agama Medan, segera memanggil pihak yang
berperkara untuk sidang pada hari yang telah
ditentukan untuk itu, seraya memberi putusan serta
merta meskipun ada Verzet, banding dan kasasi, yang
amarnya berbunyi sbb :
1. Mengabulkan gugatan Penggugat seluruhnya.
2. Menyatakan Sita Jaminan Surat Berharga.
3. Menyatakan demi hukum Penggugat dan Tergugat
I, Tergugat II, Tergugat III, Tergugat IV adalah ahli
waris yang mustahak dari Alm. Safri.
4. Menetapkan harta bersama anatar Penggugat dan
Alm. Safri adalah berupa rumah berikut tanah
pertapakannya yang terletak di jalan Sei Habalan
No. 12 Medan, sesuai dengan Akte jual beli
No.54/HM/1994, tanggal 20 Mei 1994 dan sertifikat
No. 78.
5. Menetapkan ½ (Seperdua) bagian harta bersama
tersebut adalah hak milik Penggugat dan ½
(Seperdua) lainnya adalah harta warisan Alm. Ir.
Safri yang menjadi ahli waris yang mustahak yaitu
Penguggat dan para Tergugat dengan Pembagian
menurut ketentuan Hukum Islam.
6. Menghukum para Tergugat untuk membayar biaya
perkara.
77
Wassalam
Hormat Penggugat
Lampiran - 5
FORMAT GUGATAN YANG DIAJUKAN SECARA
LISAN
78
Kecamatan……………… Kabupaten
/ Kotamadya ………………………...
Dengan ini memberikan bahwa ia tidak dapat menulis dan
membaca, serta menerangkan kepada saya bahwa ia hendak
mengajukan gugatan terhadap :
Nama :
Umur :
Agama :
Pekerjaan :
Tempat Tinggal : Jln. …………………… Nomor……..
Kelurahan / Desa………………….…
Kecamatan ………….… Kabupaten /
Kotamadya………………
Tentang :
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
(disini diisi uraian yang menjadi dasar gugatan itu)
Maka :
Berdasarkan alasan-alasan tersebut diatas, ia meminta kepada
Pengadilan Agama ……………. Agar supaya menghukum
:……………………………………………………………..
Untuk :
79
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
………………………………………………………………
…………………(disini diisi uraian tentang tuntutan)
Dan menghukum untuk membayar perkara.
Ketua / Hakim
( )
Lampiran - 6
BAHAN SIMULASI
80
Pada awalnya hubungan yang harmonis dalam rumah
tangga mengundnag simpatik lingkungan keluarga mereka
masing-masing terlebih secara mereka (suami/istri) dikaruniai
seorang putra yang pertama yang diberi nama Budi, walaupun
antara mereka hanya berteduh tinggal bersama disebuah
rumah yang dikontrak atau desewa.
Namun pada saat menjelang kelahiran anak yang kedua
pada akhir Mei 2002 rumah tanggal mereka mulai goyah,
mulai terjadi pertengkaran dan perselisihan disebabkan
Sukriah selaku istri selalu berhutang tanpa sepengetahuan
suaminya, dan bersikap boros serta suka berfoya-foya dengan
temannya tempo dulu sewaktu di bangku sekolah SMA.
Selaku suami Baduamin selalu menasehati dan
memberikan peringatan kepada Sukriah, tetapi tenyata
Sukriah tidak menerima, bahkan selalu memaki suaminya,
meninggalkan rumah dengan membawa seorang anaknya
yang pertama dan tinggal dirumah orang tunya. Dan sejak itu
putus komunikasi antara Baduamin dan Sukriah hingga
Sukriah melahirkan anak kedua, dimana Baudamin tidak
sempat menjenguknya, hanya saja sekedar mengirimkan
biaya partus dan bebekalan menu melalui perantaraan salah
seorang keluarga dari pihak Sukriah.
Hubungan antara Baduamin dan Sukriah lebih memburuk
lagi setelah Baduamin mendengan issu yang tersebar luas di
masyarakat bahwa Sukriah telah mengadakan hubungan intim
dengan bekas pacarnya sewaktu sekolah SMA.
Keluarga kedua belah pihak sebenarnya telah berusaha
merukunkan agar berbaikan kembali tetapi selalu mengalami
jalan buntu hingga tidak berhasil. Oleh karena itu Baduamin
81
putus tekat untuk memutus hubungan perkawinan dengan
Sukriah dan berusaha supaya kedua anaknya diasuh oleh
Baduamin, karena menututnya Sukriah dipandang sebagai
seorang ibu yang tidak pantas diteladani dan telah
berhubungan dengan laki-laki yang tidak bermoral.
Baduamin berusaha menempu langkah-langkah untuk
mengadukan ke Pengadilan Agama untuk bermaksud
menceraikan Sukriah, namun pengetahuan tentang bagaimana
caranya membuat permohonan tidak ada sama sekali.
Nah sekarang baduamin datang menjumpai Anda
meminta tolong untuk dibuatkan permohona n/ gugatan.
Kemudian meminta informasi selengkapnya untuk
kepentingan menyusun surat Permohonan Cerai Talak.
Silahkan Anda mengkonstruksi / memformulasi surat
permohonan penetapan anak agar semuanya diasuh oleh
Baduamin.
Selamat kerjakan dengan cermat dan benar !
82
Dari hasil hubungan yang harmonis telah dikaruniai 3
orang anak laki-laki masing-masing bernama Iman, Amin,
dan Aman. Dorongan Minah untuk memajukan karir
suaminya (Sangkot) yang bekerja disebuah perusahaan
sungguh patut dicontoh, dari mulai fikiran, kerja keras bahkan
perhiasan yang dipakainya dikorbankan untuk membiayai
pendidikan suaminya untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi.
Namun sejak Sangkot diangkat menjadi Asisten Manager
diperusahaan tersebut sekitar awal tahun 2000, perangainya
berubah, sering pulang larut malam, jika ditanya alasannya
lembur, rapat dan dinas luar, jika ditegur oleh Minah, Sangkot
marah-marah, sehingga timbul pertengkaran mulut bahkan
Sangkot pernah sekitar akhir Desember tahun 2001 dengan
gayanya angkuh menampar Minah sampai tak sadarkan diri.
Dan sejak itulah hubungan antara Sangkot dan Minah telah
pecah, Sangkot jarang-jarang pulang kerumah, uang belanja
anak dan istrinya tidak pernah diberikan Sangkot hingga
sekarang. Sehingga Minah berusaha dengan keterampilannya
menjahit sambil berjualan Koran untuk memenuhi kebutuhan
hidup bayar sewa rumah dan biaya pedidikan anak-anaknya
yang sekolah.
Dalam keadaan derita yang demikian, terdengar pula isu
bahwa Sangkot telah tinggal bersama perempuan
simpanannya disebuah rumah luar kota.
Mina telah mencoba untuk melaporkan keadaan ini
kepimpinan perusahaan dimana Sangkot bekerja, namun tidak
pernah mendapat tanggapan / ladenan, karena atas sikap
suaminya yang sudah tidak bertanggung jawab. Sehingga
putus tekat untuk bercerai dari suaminya dan menuntut
83
belanja yang sudah hamper 3 tahun tidak diberikan oleh
suaminya (Sangkot), demikian juga tentang pengasuhan anak
dan biaya hidup anak serta pendidikan untuk setiap bulannya
Rp. 3.000.000,- hingga anak-anaknya dewasa atau dapat
mandiri.
Namun minah terbentur karena tidak mengetahui cara
bagaimana supaya bisa bercerai dengan suaminya (Sangkot)
dan menuntut belanja masa lalu, dan pengasuhan anak serta
biaya anak.
Nah oleh karena itu Minah datang menjumpai Anda
meminta tolong diabuatkan surat gugatan. Kemudian anda
meminta informasi selengkapnya dari Minah, untuk bahan-
bahan dalam mengkonstruksi / memformulasi surat gugatan
dengan cermat dan benar setelah anda memperoleh data-
data selengkapnya tentang keadaan rumah tangga mereka;
barulah anda perbuat / susun gugatan dengan baik.
Silahkan kerjakan dan perbuat surat gugatan
dimaksud dengan baik, cermat dan jelas. Selamat bekerja
84
J. Laporan Kegiatan
PERKARA :
Reg. No :
Hakim Majlis/Tunggal :
Hakim Ketua :
Hakim Anggota :
Hakim Anggota :
Panitera Pegganti :
Penggugat/Kuasa :1
2
3
Tergugat/Kuasa :1
2
3
SAKSI :1
2
3
TGL. Persidangan :
Tempat Persidangan :
85
Jalannya Persidangan
86
Panitera Sidang
( )
87
PERKARA :
Reg. No :
Hakim Majlis/Tunggal :
Hakim Ketua :
Hakim Anggota :
Hakim Anggota :
Panitera Pegganti :
Penggugat/Kuasa :1
2
3
Tergugat/Kuasa :1
2
3
SAKSI :1
2
3
TGL. Persidangan :
Tempat Persidangan :
88
Jalannya Persidangan
89
Panitera Sidang
( )
90
PERKARA :
Reg. No :
Hakim Majlis/Tunggal :
Hakim Ketua :
Hakim Anggota :
Hakim Anggota :
Panitera Pegganti :
Penggugat/Kuasa :1
2
3
Tergugat/Kuasa :1
2
3
SAKSI :1
2
3
TGL. Persidangan :
Tempat Persidangan :
91
Jalannya Persidangan
92
Panitera Sidang
( )
93
PERKARA :
Reg. No :
Hakim Majlis/Tunggal :
Hakim Ketua :
Hakim Anggota :
Hakim Anggota :
Panitera Pegganti :
Penggugat/Kuasa :1
2
3
Tergugat/Kuasa :1
2
3
SAKSI :1
2
3
TGL. Persidangan :
Tempat Persidangan :
94
Jalannya Persidangan
95
Panitera Sidang
( )
96
PERKARA :
Reg. No :
Hakim Majlis/Tunggal :
Hakim Ketua :
Hakim Anggota :
Hakim Anggota :
Panitera Pegganti :
Penggugat/Kuasa :1
2
3
Tergugat/Kuasa :1
2
3
SAKSI :1
2
3
TGL. Persidangan :
Tempat Persidangan :
97
Jalannya Persidangan
98
Panitera Sidang
( )
99
K. KETENTUAN BAGI MAHASISWA PRAKTEK KERJA
LAPANGAN
100
L. Penilaian Dosen
NO Tgl/Hari Kegiatan Nilai Nilai
1 2 3 4 5 Akhir
1
2
3
4
5
Jumlah
Nilai: 1 = Kedisiplinan
2 = Kerapihan dan Penampilan
3 = Kreativitas dan Inovasi
4 = Kerajinan dan Ketekunan
5 = Pemahaman Tentang Materi Praktek
Nilai Akhir = ∑ 5 : 5
Medan,
NIP.
101