Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN
A. PEMERIKSAAN DI MUKA SIDANG
1. Sidang Pertama dan Pengertiannya
Sidang pertama bagi Pengadilan mempunyai arti yang sangat penting dan
menentukan dalam beberapa hal, misalnya :
Jika tergugat atau termohon (dalam perkara contentiosa) sudah dipanggil
dengan patut, atau kuasa sahnya tidak datang menghadap pada
persidangan pertama, ia akan diputus verstek.
Jika penggugat atau pemohon sudah dipanggil dengan patut, atau kuasa
sahnya tidak datang menghadap pada sidang pertama, ia akan diputus
dengan digugurkan perkaranya.
Sanggahan (eksepsi) relatif hanya boleh diajukan pada sidang pertama,
kalau diajukan sesudah waktu itu, tidak akan diperhatikan lagi.
Gugat balik (recovensie) hanya boleh diajukan pada sidang pertama. Oleh
karena itu sidang pertama harus jelas, apa maksud atau artinya agar tidak
ada kesalahan pemahaman mengenai sidang pertama maka penulis
memberikan gambaran awal tentang hal-hal yang telah disebutkan diatas.
Dengan begitu, yang dimaksud dengan sidang pertama ialah sidang yang
ditunjuk/ditetapkan menurut yang tertera dalam Penetapan Hari Sidang (PHS).

2. Jalanya Sidang Pertama.


Pada proses persidangan, setelah para pihak dan hakim memasuki ruang
persidangan. Berikut adalah beberapa hal yang secara tahap dilakukan
dalam persidangan yang berlangsung :
Ketua Majelis membuka sidang
Dalam proses peradilan di pengadilan Agama, maka persidangan akan
dibuka dan tertutup dengan umum hal ini dikarenakan berkaitan langsung
dengan nama baik, harkat dan martabat atau kesusilaan dan kehormatan
pihak yang mengikuti proses persidangan tersebut. Hal tersebut mendapat
legitimasi dalam UU No. 2 Tahun 1989 Pasal 68 ayat (2) menyebut bahwa
pemeriksaan permohonan cerai talak dilakukan dalam sidang tertutup.

Ketua Majelis menanyakan Identitas para pihak.


Anjuran damai yang diajukan oleh Ketua Majelis kepada para pihak.
Anjuran damai sebenarnya dapat dilakukan kapan saja sepanjang perkara
belum diputus, tetapi anjuran damai pada permulaan sidang pertama
bersifat mutlak dan wajib untuk disampaikan kepada parah pihak.
Pembacaan gugatan.
Replik yang disampaikan oleh tergugat.
Duplik yang disampaikan oleh penggugat sebagai tanggapan atas replik
tergugat.
Kedua hal tersebut diberlangsungkan jika memang perlu dilakukan dan
sepakati oleh para pihak dengan kuasa hukumnya.

3. Hal-Hal Yang Mungkin Terjadi Dalam Sidang Pertama


Pihak-pihak tidak hadir dalam persidangan.
Sebelum diberikan putusan maka majelis hakim mengusahakan kepada
petugas pengadilan untuk melakukan pemanggilan ulang kepada para
pihak sampai mendapat kejelasan akankah mereka hadir atau tidak.
Penggugat tidak hadir.
Konsekuensinya adalah perkara yang diajukan akan digugurkan.
Penggugat yang tidak hadir ini disebut dalam kitab Fiqh dengan istilah
almudday al gaib sedangkan putusan digugurkan disebut al qadau al
masqut.
Tergugat tidak hadir.
Jika tergugat tidak hadir dengan sebab-sebab yang tidak dapat diketahui
maka majelis hakim memutus perkara dan memberikan putusan verstek.
Dalam kita fiqh islam memutus dengan verstek disebut al qadau ala al
gaib
Eksepsi
Adalah tangkisan dari tergugat. Jenis eksepsi terkait dengan materi perkara
disebut sebagai verweer ten principale (dalam bahasa belanda) atau
bantahan pokok perkara yakni terdiri atas dua macam :

a) Dilatoir eksepsi yaitu menyatakan bahwa gugatan penggugat belum dapat


dikabulkan, seperti dalam perkara gugatan cerai karena pelanggaran taliq
talaq yang diajukan oleh pihak istri (penggugat) padahal suami (tergugat)
belum cukup 3 bulan tidak memberikan nafkah, sedangkan dalam lafadz
taliq talaq akan jatuh talaq jika pihak suami tidak memberikan nafkah
selama 3 bulan.
b) Peremtoir eksepsi bantahan yang menghalangi dikabulkannya gugatan.
Misalnya si isteri nusyuz dan hal tersebut akan menghalangi hak-hak yang
akan didapatkan salah satunya adalah hak untuk mendapatkan nafkah.

Jadi pada esensinya, penulis menyimpulkan bahwa dalam prosedural atau


proses pemeriksaan yang berlangsung di dalam ranah Peradilan Agama sama
halnya seperti proses pemeriksaan yang berada di dalam Peradilan Umum terkait
dengan hubungan privat (peradilan perdata) yang menjadikan HIR sebagai
landasan dasar untuk melakukan proses beracara di persidangan. Namun, ada
peraturan

perundang-undangan

khusus

yang

digunakan

terkait

dengan

kewenangan Peradilan Agama yakni UU No. 50 Tahun 2009 Tentang Peradilan


Agama. Objek perkara yang dilangsungkan dalam Peradilan Agama tidak hanya
mengurusi tentang perceraian saja tetapi sengketa waris, hibah dan sebagainya.

4. Tahapan Pemeriksaan Perkara Pada Sidang Pertama


PembukaanSidang
a) Protokoler : Sidang Pengadilan Agama Tapaktuan pada hari Sabtu,
22 November 2014 akan segera dimulai, Majelis Hakim memasuki
ruang sidang, hadirin dimohon untuk berdiri
b) Majelis Hakim memasuki ruang sidang dan duduk sesuai posisi yang
telah ditentukan, panitera sidang duduk di sebelah kanan ketua majelis
agak ke belakang, protokoler sidang memberitahukan agar hadirin
duduk kembali.
c) Setelah Majelis Hakim menempati tempat duduk masing-masing
maka terlebih dahulu Majelis Hakim berdoa bersama/sendiri. Setelah

Majelis Hakim membaca doa, Ketua Majelis Hakim membuka sidang


dengan pada hari ini Sabtu, 22 November 2014 bertepatan dengan
..H Pengadilan Agama Tapaktuan yang memeriksa perkara
perdata kami menyatakan dibuka dan terbuka untuk umum,
sebelumnya marilah kita bacakan basmalah lalu diikuti dengan
ketukan palu sebanyak 3 kali.
d) Memasuki acara persidangan

JalannyaPersidangan
Apabila persidangan berjalan lancar, maka jumlah persidangan
lebih kurang 8 kali, yang terdiri dari sidang pertama sampai
putusan Hakim.

Hakim

memulai

dengan

mengajukan

pertanyaan-pertanyaan

kepada penggugat dan tergugat, yang meliputi:


a. Identitas penggugat, sebagai bukti menunjukkan KTP
b. Identitas tergugat, sebagai bukti menunjukkan KTP
c. Apa sudah mengerti maksud didatangkannya para pihak di
muka sidang Pengadilan

Hakim menghimbau agar dilakukan upaya perdamaian mediasi


a. Pemahaman tentang perdamaian

Dalam pasal 1851 KUH Perdata dikemukakan bahwa yang


dimaksud dengan perdamaian adalah suatu persetujuan dimana
kedua belah pihak dengan menyerahkan, menjanjikan atau
menahan suatu barang, mengakhiri suatu perkara yang sedang
bergantung atau mencegah timbulnya suatu perkara. Tahap pertama
yang harus dilaksanakan oleh Hakim dalam menyidangkan suatu
perkara yang diajukan kepadanya adalah mengadakan perdamaian
kepada pihak-pihak yang bersengketa. Peran mendamaikan pihakpihak yang bersengketa itu lebih utama dari fungsi hakim yang
menjatuhkan putusan terhadap suatu perkara yang di adilinya.
Apabila perdamaian dapat dilaksanakan maka itu jauh lebih baik
dalam mengakhiri suatu sengketa. Usaha mendamaikan pihakpihak yang berperkara itu merupakan prioritas utama dan

dipandang

adil

dalam

mengakhiri

suatu

sengketa,

sebab

mendamaikan itu dapat berakhir dengan tidak terdapat siapa yang


kalah dan siapa yang menang, tetap terwujudnya kekeluargaan dan
kerukunan. Jika tidak berhasil didamaikan oleh Hakim, maka
barulah proses pemeriksaan perkara dilanjutkan. Kewajiban hakim
dalam mendamaikan pihak-pihak yang berperkara adalah sejalan
dengan tuntutan ajaran Islam (Q.S. Al-Hujurat: Persetujuan
perdamaian ini tidak sah melainkan harus dibuat secara tertulis.
Kemudian dalam pasal 130 HIR dikemukakan bahwa jika pada
persidangan yang telah ditetapkan kedua belah pihak yang
berperkara hadir dalam persidangan, maka Ketua Majlis Hakim
berusaha mendamaikan pihak-pihak yang bersengketa tersebut.
Jika dapat dicapai perdamaian maka pada hari persidangan hari itu
juga dibuatkan putusan perdamaian dan kedua belah pihak
dihukum untuk mentaati persetujuan yang telah disepakati itu.
Putusan perdamaian yang dimuat di muka sidang itu mempunyai
kekuatan

hukum

tetap

dan

dapat

dilaksanakan

eksekusi

sebagaimana layaknya putusan biasa yang telah mempunyai


kekuatan hukum tetap. Terhadap putusan perdamaian ini tidak
dapat

diajukan

banding

kepengadilan

tingkat

banding.

Tenggang waktu proses mediasi berlangsung paling lama 40


(empat puluh) hari sejak pemilihan mediator dan dapat
diperpanjang 14 (empat belas) hari sejak berakhirnya masa 40
(empat puluh) hari. (pasal 13 (3) dan (4) ). mediator berkewajiban
menyatakan mediasi telah gagal jika salah satu pihak atau para
pihak atau kuasa hukumnya telah dua kali berturut-turut tidak
menghadiri pertemuan mediasi sesuai jadwal pertemuan mediasi
yang telah disepakati atau telah dua kali berturut-turut tidak
menghadiri pertemuan mediasi tanpa alasan setelah dipanggil
secara patut. (pasal 14 (1) )

Anda mungkin juga menyukai