Anda di halaman 1dari 122

Hukum Pembuktian

Sanyoto
Fakultas Hukum
Unsoed
Literatur
1) Sudikno Mertokusumo, 2000, Hukum Acara Perdata
Indonesia, Liberty, Yogyakarta.
2) Lilik Mulyadi, 1999, Hukum Acara Perdata menurut Teori dan
Praktek Peradilan di Indonesia, Jembatan, Jakarta.
3) M.Yahya Harahap 2005 , Hukum Acara Perdata Tentang
Gugatan,Persidangan, penyitaan, Pembuktian dan Putusan
Pengadilan, Sinar Grafika , Jakarta,
4) Sri Wardah& Bambang Sutiyoso ,2007, Hukum Acara Perdata
dan Perkembangannya di Indonesia,Gama Media,
Yogyakarta.
5) Abdulkadir Muhammad, 2000, Hukum Acara Perdata
Indonesia, Citra Aditya Bakti, Bandung
6) Mukti Arto, 1996, Praktek Perkara Perdata Pada Pengadilan
Agama, Pustaka Pelajar, Yogyakarta
7) . Riduan Syahrani, 1988, Hukum Acara Perdata di Lingkungan
Peradilan Umum, Pustaka Kartini, Jakarta
8) EDDY OC Hiariej, 2012, Teori dan Hukum Pembuktian,
Erlangga, Jakarta
9) K Wantjik Saleh, 1979, Hukum Acara Perdata di Indonesia,
Ghalia Indonesia, Jakarta.
10) Prof.Dr Achmad Ali,SH.MH dan Dr Wiwie Heryani, SH,MH ,Azas-Azas Hukum
Pembuktian Perdata,2012,Kencana Pranadamedia group, Jakarta .
11) Bambang Sugeng AS.SH,MH,Sujayadi.SH,2012, Pengantar Hukum Acara
Perdata& contoh dokumen Litigasi, KencanaPranadamedia group, Jakarta.
12) Abdul Manan,2001, Penerapan Hukum Acara Perdata di Lingkungan Peradilan
Agama, yayasan Al Hikmah Jakarta.
13) Andi Tahir Hamid,1986,Hukum Acara Perdata Serta Susunan Kekuasaan
Pengadilan. PT Bina Ilmu, Surabaya
14) R. Soepomo, 1993, Hukum Acara Perdata, Pradnya Paramita, Jakarta.
15) R. Rubini, 1974 , Pengantar Hukum Acara Perdata, Alumni Bandung.
16) R. Wiryono Prodjodikoro, 1982, Hukum Acara Perdata di Indonesia, Sumur,
Bandung.
17) Retnowulan Sutantio Iskandar Oeripkartowinata, 1972, Hukum Acara Perdata
Dalam Praktek dan Teori, Alumni, Bandung.
18) R. Tresna, 1979, Komentar HIR, Pradnya Paramita, Jakarta.
19) R. Subekti, 1969, Hukum Pembuktian, Pradnya Paramita, Jakarta.
20) --------------, Hukum Acara Perdata, 1977, Bina Cipta, Jakarta.
Diberikan kepada Membayar ongkos
Surat Gugatan
Panitera PN perkara

Penentuan KPN menunjukkan Diberi No. Register


Hari Majelis Hakim Perkara
Sidang

Hari Pertama Sidang gugatan


(Hakim mewajibkan diserahkan
para pihak menempuh kepada KPN
mediasi) Pasal 3
KEMUNGKINAN YG TERJADI PADA SIDANG PERTAMA

1) Penggugat/ Kuasanya hadir dan Tergugat/


Kuasanya juga hadir
2) Penggugat/ Kuasanya hadir sedangkan Tergugat/
Kuasanya tidak hadir;
3) Penggugat/ Kuasanya justru tidak hadir dan
Tergugat/ Kuasanya hadir;
4) Penggugat/ Kuasanya dan Tergugat/ Kuasanya
sama-sama tidak hadir
Persidangan pertama
1. Penggugat tidak hadir, tergugat hadir.
Pasal 124 HIR/148 RBg: majelis dapat memanggil
sekali pihak yang tidak hadir agar hadir pada sidang
berikutnya.
Akibatnya : gugatan dinyatakan gugur( Vervallen
Gehoeden )

2. Penggugat hadir, tergugat tidak hadir.


Berlaku Pasal 125 ayat 1 HIR/149 ayat 1 RBG
Akibatnya : verstek
Verstek
• Pengertian : putusan yang dijatuhkan di luar hadirnya tergugat
5.Syarat penjatuhan verstek :
1) Tergugat/Para T semuanya tidak ada yg hadlir
pada hari sidang yg ditentukan
2) Ia/Mereka tidak mengirimkan kuasanya yg sah
utk hadlir
3) Ia/Mereka telah dipanggil dengan patut
4) .Petitum tdk melawan hukum/petitum gugatan
tdk melawan hak ,
5) .Petitum Beralasan/petitum gugatan cukup
beralasan
Isi Putusan Verstek
1. Menggabulkan gugatan penggugat, terdiri dari :
a. mengabulkan gugatan Penggugat utk seluruhnya,atau
b. mengabulkan sebagian gugatan

• Hal ini terjadi jika P berhasil membuktikan dalil gugatan serta Gugatan beralasan
dan tidak melawan hukum.

2. Gugatan tidak dapat diterima (NO), apabila : gugatan P terdapatkesalahan ( error in


Objekto atau in subjekto )
melawan hukum atau ketertiban dan kesusilaan (unlawful)
• Gugatan ini dapat diajukan kembali dan tidak berlaku asas nebis in idem
3. Gugatan ditolak apabila gugatan tidak beralasan , atau melawan hukum
Gugatan ini tidak dapat diajukan kembali

Upaya hukum dari verstek adalah verzet/perlawanan ( ps 129 HIR


Putusan gugur
• Ps 124 HIR/148 RBG
Perdamaian /Mediasi
• Jika pihak penggugat dan tergugat hadir
• Dasar hukum Pasal 130 HIR/154 RBg >Perma 2/2003 >>Perma 1/2008
direv perma 1/2016
• Upaya yang pertama kali dilakukan oleh hakim
• Dilakukan selama sebelum hakim menjatuhkan putusan
• Dapat menyelesaikan perkara
• Tujuannya :
1. Mencegahnya timbulnya perselisihan di kemudian hari di antara para
pihak.
2. Menghindari biaya mahal
3. Menghindari proses perkara dalam jangka waktu lama.

• Perdamaian dituangkan dalam akta perdamaian (acte van vergelijk) di


mana mempunyai kekuatan yang sama dengan putusan hakim.
• Tidak dapat dibanding kesepakatan para pihak/menurut kehendak
para pihak.
Proses Mediasi

Putusan

Akta Perdamaian Sidang Sepakat

Tidak Sepakat Tidak Sepakat


Sepakat
(dead lock) (dead lock)

Mediator Mediator
Majelis Hakim
Hakim Non Hakim

KPN

Gugatan
Proses Mediasi Yang Berhasil

Tahap Pra Mediasi, Ps. 3 Pembuatan Akta


Perdamaian, Ps. 11

Dilaporkan Kepada
Pemilihan Mediator, Ps. 4 Majelis Hakim

Penyerahan Dokumen, Ps. 8 Kesepakatan Berhasil


Dicapai Oleh Para Pihak, Ps. 11

Pertemuan Mediasi, Ps. 9

Dapat Mengundang
Kaukus, Jika Perlu, Ps. 9
Ahli, Ps. 10
Proses Mediasi Yang Gagal/Deadlock

Tahap Pra Mediasi, Ps. 3 Hakim Melanjutkan


Pemeriksaan Perkara

Dilaporkan Kepada
Pemilihan Mediator, Ps. 4 Majelis Hakim

Jika dalam batas waktu yang


Penyerahan Dokumen, Ps. 8 telah ditetapkan, tidak tercapai
kata sepakat maka mediasi
wajib dinyatakan gagal oleh
mediator
Pertemuan Mediasi, Ps. 9

Dapat Mengundang
Kaukus, Jika Perlu, Ps. 9
Ahli, Ps. 10
Jawaban Tergugat
1. Mengakui : menyelesaikan perkara dan tidak
ada pembuktian.
2. Membantah /Menyangkal Gugatan ( verweer ):
a. Bantahan/sangkalan yang belum menyangkut
pokok perkara ( Eksepsi ),berisi tuntutan
batalnya gugatan: Prosesuil/Formil dan materiil,
HIR/RBG hanya mengenal Kompetensi
Absolut/relatif : Ps.125 ayat 2, ps 133 ,134, 136 HIR
b. Bantahan /sangkalan yg menyangkut pokok
perkara ( verweer ten principale )
3) Referte tidak mengakui dan tidak
membantah.
4) Rekonvensi ( gugat Balik )
Eksepsi/Tangkisan
• Pengertian : jawaban tergugat yang tidak langsung pada pokok perkara.
• Bentuk ada 2 yaitu :
1. Eksepsi prosessual : eksepsi yang didasarkan pada
hukum acara perdata
Eksepsi ini adalah eksepsi tolak (declinatoir
exceptie) yaitu bersifat menolak agar pemeriksaan
perkara tidak diteruskan.
Termasuk jenis ini adalah :
a) Deklinatoir Eksepsi misal tidak berwenang (KA/
KR )..mengadili diputus terlebih dahulu oleh
hakim
b) Litisdependensi Eksepsi
c) Eksepsi Inkracht van Gewijde (perkara telah pernah
diputus dan sdh MKHT /IVG)…> (nebis in idem )
d) Eksepsi Plurium Litis Consortium : Kurang lengkap
para pihak yg digugat/ gugatan>>>Error in
Subjekto/objekto
e) diskualifikatoir Eksepsi penggugat tidak berhak
mengajukan gugatan /Legal Standing )
f) Eksepsi Koneksitas ( Conexiteit Excepsi ) : perk yg
digugat masih ada hubungannya dgn
instansi/lembaga peradilan yg lain dan belum ada
putusan .
g) Eks epsi van Beraad ( van beraad Excepsi )-perk blm
waktunya diajukan
h) Eksepsi Gugatan obscuur libel ( gugatan kabur/tdk
jelas )
OBSCUUR LIBEL
• IALAH SURAT GUGATAN TDK JELAS,sebab
kejelasan surat gugatan merupakan syarat formil
sebuah gugatan
• Abscuur Libel menurut yurisprudensi dan doktrin
dpt terjadi karena P dalam menyusun gugatan
menggabungkan/mengkomulasikanantara
wanprestasi dan PMH secara salah akibatnya
dasar hukum gugatan, objek gugatan, petitum
gugatan dan posita gugatan ada kemungkinan
saling berlawanan serta melanggar k A .
Kekaburan suatu gugatan atau ketidak jelasan suatu
gugatan dapat ditentukan berdasarkan hal-hal sebagai
berikut :
• 1. Posita (fundamentum petendi) tidak menjelaskan dasar hukum
(rechtgrond) dan kejadian yang mendasari gugatan atau ada dasar
hukum tetapi tidak menjelaskan fakta kejadian atau sebaliknya. Dalil
gugatan yang demikian tentunya tidak memenuhi asal jelas dan
tegas (een duidelijke en bepaalde conclusie) sebagaimana diatur
pasal 8 Rv.
• 2. Tidak jelas objek yang disengketakan, seperti tidak
menyebut letak lokasi, tidak jelas batas, ukuran dan luasannya dan
atau tidak ditemukan objek sengketa. Hal ini sebagaimana diperkuat
putusan Mahkamah Agung No. 1149 K/Sip/1975 tanggal 17 April
1971 yang menyatakan "karena suat gugatan tidak menyebut
dengan jelas letak tanah sengketa, gugatan tidak dapat diterima".

3) Penggabungan dua atau beberapa gugatan yang
masing-masing berdiri sendiri.
Terkadang untuk menghemat segala sesuatunya, Penggugat
dapat melakukan penggabungan atas beberapa pihak
yang dianggap sebagai pihak tergugat (akumulasi
subjektif) atau menggabungkan bebepa gugatan
terhadap seorang tergugat (akumulasi objektif).
Meskipun dibenarkan menurut hukum acara, hendaknya
sebagai penggugat harus memahami bahwasanya
penggabungan boleh dilakukan apabila ada hubungan
yang sangat erat dan mendasar antara satu sama lainnya.
Itu harus masih dlm satu kompetensi absolut pengadilan
• Bila penggabungan dilakukan secara campur
aduk maka tentunya gugatan akan
bertentangan dengan tertib beracara.
• Sebagai contoh, misalnya menggabungan
antara gugatan mengenai wanprestasi dengan
gugatan atas dasar perbuatan melawan
hukum.
• 4.Terdapat saling pertentangan antara
posita dengan petitum.
• 5.Petitum tidak terinci, tapi hanya berupa
kompositur atau ex aequo et bono.
Yuris prudensi MA no
616/K/sip/1973
• Mengenai gugatan thd hasil sawah objek
sengketa ,walaupun tdk ada
bantahan/sangkalan dr T, yg seharusnya
dikabulkan, ttp krn P tidak memberikan dasar
dan alasan drpd gugatannya itu tdk
menjelaskan berapa hasil sawah tsb shg ia
menuntut hasil sebanyak 10 gunca setahun,
maka tuntutan ini haruslah ditolak,
2. . Eksepsi materiil :Eks yg didasarkan
kepada ketentuan hukum perdata materiil.
Bentuk eksepsi ini ada 2 yaitu :
a. Eksepsi tunda (dilatoir exceptie)
Contoh : eksepsi krn penundaan
pembayaran utang
b. Eksepsi halang ( peremptoir
exceptie)/menggagalkan gugatan thd
pokok perk
Contoh : lampau waktu (daluarsa),
penghapusan utang(Kwijtscelding )
Rekonvensi
• Dasar hukum Pasal 132a dan Pasal 132b HIR
disisip dgn Stb 1927-300, Pasal 157-158 RBg.
• Pengertian : gugatan yang diajukan oleh
tergugat terhadap penggugat karena dianggap
juga P merugikan T misalnya P melakukan
wanprestasi kepada tergugat.( T )P dlm
Rekonvensi dan P (T dlm Rekonvensi )
• Dapat berupa jawaban tergugat tapi dapt juga
dilakukan dalam dupliek.
• Batas waktunya sebelum proses pembuktian.
• Rekonvensi dapat diajukan baik yang ada
koneksitas maupun tidak.
Jika ada koneksitas dapat diperiksa
sekaligus/bersama-sama.
Jika tidak ada koneksitas dapat diperiksa
satu-satu/dipisah.
• Rekonvensi tidak dapat diajukan dalam hal:
1. Jika kedudukkan penggugat tidak dalam
kualitas yang sama antara gugatan konvensi
dengan rekonvensi.
2. Rekonvensi tidak dalam kompentensi yang
sama.
3. Rekonvensi tentang pelaksanaan putusan
hakim
PEMBUKTIAN DLM H.ac.PID &

H.ac.Pdt
Sis.Negatif men UU ps 294
HIR/183 KUHAP maksudnya : • Hakim tdk bebas ( ps
1) Utk mempersalahkan Tdw 178 ayat 3 HIR/189 Rbg )
perlu min pembuktian,
2) Meski alat bukti bertumpuk2 • Utk memutus perk
melebihi min pembuktian ,tp mendasarkan pd
bila hakim tdk berkeyakinan
akan kesalahan ( schuld )
minimum bukti ( 2 alat
Tdw ,ia tdk dpt menghukum bukti tanpa perlu
Tdw. keyakinan )
3) Memp.peran yg bebas
sepenuhnya karena • Kebenaran formal
kebenaran yg dituju : Kebnr
Materiil .
PEMBUKTIAN BERDASAR
HUKUM ACARA PERDATA
1. Bersifat Mencari kebenaran formil
2. Tidak disyaratkan adanya keyakinan hakim
3. Alat bukti harus memenuhi syarat formil dan materiil
4. Hakim wajib menerapkan hukum pembuktian
Pasal 163 HIR (Pasal 283 Rbg, Pasal 1865 BW)
“Barang siapa yang mengaku mempunyai suatu hak, atau
mengemukakan suatu peristiwa (keadaan) untuk menguatkan
haknya, atau membantah hak orang lain, maka ia harus
membuktikan adanya hak atau peristiwa itu.”

peristiwa atau hak yang


mengandung sengketa dan relevan
dengan pokok perkara
Hal-hal yang tidak perlu dibuktikan :
1. Peristiwa yang memang dianggap tidak perlu diketahui
a. Tergugat mengakui gugatan;
b. Dilakukan sumpah decisoir;
a. Referte

2. Hakim secara ex officio mengenal peristiwanya


a. Peritiwa notoir

pertiwa yang dapat diketahui dari sumber-sumber yang umum tanpa mengadakan
penelitian yang berarti dan memberi kepastian yang cukup untuk digunakan sebagai
alasan pembenar untuk suatu tindakan yang bersifat kemasyarakatan yang serius

RI merdeka 17 Agustus 1945 hari selasa

b. Peristiwa-peristiwa yang terjadi dipersidangan dimuka hakim yang memeriksa perkara

1) Tergugat tidak datang


2) Tergugat mengakui gugatan

3. Pengetahuan tentang pengalaman


kesimpulan perdasarkan pengetahuan umum.

mobil melaju 100 km/jam tidak dapat dihentikan seketika


Macam kekuatan pembuktian

1. Bukti mengikat dan menentukan


2. Bukti sempurna
3. Bukti bebas
4. Bukti Permulaan
5. Bukti bukan bukti
meskipun hanya ada satu alat bukti, telah cukup bagi hakim untuk
memutus perkara

kecuali jika dapat dibuktikan sebaliknya

a. akta otentik (Pasal 165 HIR, Pasal 285 Rbg),


b. Pasal 1394 BW (apabila tergugat dapat menunjukkan tiga kwitansi
pembayaran tiga bulan berturut-turut, maka angsuran yang sebelumnya
harus dianggap telah lunas),
c. Pasal 1965 BW (itikad baik selamanya harus dianggap ada, sedangkan siapa
yang menunjuk pada itikad buruk diwajibkan membuktikan)
a. saksi yang disumpah (Pasal 172 HIR, Pasal 307 Rbg), meskipun ada 10 orang
saksi, jika hakim ragu-ragu, maka hakim tidak terikat atau wajib mempercayai
saksi-saksi tersebut.
b. Saksi ahli (Pasal 154 HIR, Pasal 181 Rbg),
c. Pengakuan di luar sidang (Pasal 175 HIR, Pasal 312 Rbg)

sekalipun alat bukti tersebut sah dan dapat dipercaya kebenarannya, tetapi belum
mencukupi syarat formil sebagai alat bukti yang cukup

perlu (harus) ditambah dengan alat bukti lain

hakim bebas dan tidak terikat dengan alat bukti tersebut

a. saksi yang terdiri dari satu orang (Pasal 136 HIR, 306 Rbg), sehingga harus
ditambah dengan alat bukti lain seperti sumpah supletoir,
b. akta di bawah tangan yang dipungkiri tanda tangan dan isinya oleh yang
bersangkutan (Pasal 165 HIR, Pasal 289 Rbg)
sekalipun suatu alat bukti tampak memberi keterangan yang mendukung
kebenaran suatu peristiwa, tetapi alat bukti tersebut tidak memenuhi syarat
formil sebagai alat bukti yang sah

tidak mempunyai kekuatan pembuktian

saksi yang tidak disumpah (Pasal 145 (4) HIR, 172 Rbg), saksi yang
belum cukup umur 15 tahun, foto-foto, rekaman kaset/ video, kesaksian
tak langsung (Pasal 717 HIR, Pasal 308 Rbg)
ALAT-ALAT BUKTI

Macam-macam Alat Bukti
Pasal 164 HIR/284 RBG, ada 5 alat bukti yaitu :
1. Bukti tulisan/surat
2. Saksi
3. Persangkaan ( Vermoeden,presumptions )
4. Pengakuan ( Bekentenis,Confession )
5. Sumpah

• Di luar Pasal 164 HIR/284 RBg :


1. Keterangan ahli /Expertise/Deskundigenbericht ( ps 154 HIR/18l
) RBG
2. Pemeriksaan di tempat/Setempat ( Ps 153 HIR/180 RBG
( Descente plaatselijke opneming en onderzoek )
1. ALAT BUKTI TERTULIS
DASAR HUKUM :
Pasal 138, 165, 167 HIR, Pasal 164, 285-305 Rbg, S 1867 no 29 dan Pasal 1867-
1894 BW, Pasal 138-147 RV
akta yang dibuat oleh para pihak dengan sengaja untuk pembuktian,
tatapi tanpa bantuan dari seseorang.
Pasal 286 sampai dengan Pasal 305 Rbg, Pasal 1874 – 1180 BW

baru mempunyai kekuatan bukti materiil jika telah dibuktikan kekuatan


formilnya dan kekuatan formilnya baru terjadi setelah pihak-pihak yang
bersangkutan mengakui akan kebenaran isi dan cara pembuatan akta
tersebut, dan bagi hakim merupakan bukti bebas.
Perbedaan antara Akta Otentik dan Akta Di Bawah Tangan
2. Saksi
1. Keluarga sedarah dan keluarga semenda menurut 1. Anak-anak yang belum mencapai
keturunan yang lurus dari salah satu pihak (Pasal 145 umur 15 tahun (Pasal 145 ayat (1)
ayat (1) sub (1) HIR, Pasal 172 ayat (1) sub (1) Rbg, sub (3) jo ayat (4) HIR);
Pasal 1910 alinea 1 BW). Dalam hal ini, keluarga 2. Orang gila meskipum kadang-kadang
sedarah dan keluarga semenda menurut keturunan ingatannya terang atau sehat (Pasal
yang lurus dari salah satu pihak tidak boleh ditolak 145 ayat (1) sub 4 HIR, Pasal 172 ayat
sebagai saksi dalam perkara yang menyangkut (1) sub (5) Rbg, Pasal 1912 Bw)
perjanjian kerja, berhubungan dengan pemberian
nafkah dan penyelidikan tentang pencabutan
kekuasaan orang tua dan perwalian.
2. Suami atau isteri salah satu pihak, meskipun sudah tidak perlu disumpah (Pasal 145 ayat (4)
bercerai (Pasal 145 ayat (1) sub (2) HIR, Pasal 172 ayat HIR, Pasal 173 Rbg)
(1) sub (3) Rbg, Pasal 1910 alinea 1 BW)
Saksi
• Dasar hukum : Pasal 168-172 HIR/306-309 RBG, Stb NO 29 Tahun 1867, Pasal 1902-1908
KUHPerdata.

• saksi : orang yang memberikan keterangan di muka sidang dengan memenuhi syarat-syarat tertentu
tentang suatu peristiwa atau keadaan yang ia lihat, dengar dan dialami sendiri sebagai bukti terjadinya
peristiwa atau keadaan tersebut.

• Kekuatan bukti : bukan bukti sempurna dan mengikat hakim tetapi terserah kepada hakim untuk
mempercayainya .

• Syarat-syarat saksi :
1. Formil:
a. Umur 15 tahun ke atas
b. Sehat akalnya
c. Tidak ada hubungan sedarah atau semenda kecuali ditentukan undang-undang.
d. Sekurang-kurangnya ada 2 orang saksi untuk satu peristiwa (unus testis nullus testis), atau dikuatkan
dengan alat bukti lain.

2. Materil :
a. Menerangkan apa yang ia lihat, dengar dan alami sendiri.
b. Diketahui sebab-sebab ia mengetahui peristiwanya.
c. Bukan merupakan pendapat atau kesimpulannya.
d. Saling bersesuai satu sama lainnya.
e. Tidak bertentangan dengan akal sehat.
Kewajiban saksi
1. Datang menghadap ke pengadilan setelah
dipanggil secara patut.

2. Bersumpah menurut agamanya

3. Memberikan keterangan
orang yang tidak dapat menjadi saksi
1. Secara mutlak : yang mempunyai hubungan sedarah atau
semenda kecuali ditentukan lain oleh undang-undang.
termasuk ke dalam golongan ini adalah :
a. Keluarga sedarah dan semenda menurut garis lurus ke atas
dan ke bawah.
b. Istri atau suami walaupun sudah bercerai

2. Secara relatif/nisbi : belum memenuhi syarat-syarat untuk


jadi saksi.
Termasuk ke dalam golongan ini :
a. anak di bawah usia 15 tahun.
b. orang gila
Orang yang dapat mengundurkan diri
jadi saksi
1. Saudara laki-laki dan perempuan, ipar laki-laki dan
perempuan dari salah satu pihak.

2. Keluarga sedarah dan semenda menurut garis


keturunan lurus dari saudara laki-laki dan
perempuan suami atau istri salah satu pihak.

3. Orang-orang yang karena jabatan atau


pekerjaannya yang sah wajib menyimpan rahasia.
Contoh : notaris, dokter, dll
Testimonium de Auditu
• Saksi dimana keterangan yang diberikan
berasal dari pihak ketiga.

• Kesaksian ini tidak dapat berdiri sendiri dan


harus dikuatkan dengan bukti lain.

Persangkaan (vermoeden)
Dasar hukumnya : Pasal 173 HIR/310 RBg.

• Digunakan jika tidak ada alat bukti lain untuk membuktikan suatu peristiwa.

• Pengertian : kesimpulan yang ditarik dari suatu peristiwa yang telah jelas ke arah
peristiwa yang belum jelas.

• Persangkaan dapat dibedakan atas 2 yaitu :


1. Persangkaan hukum/undang-undang (rechtsvermoeden)
kekuatan buktinya : memaksa.

2. Persangkaan hakim (feitelijk vermoeden) : ditarik dari keadaan yang timbul dalam
persidangan
Syarat persangkaan hakim
1. Dugaan mengenai suatu kejadian harus didasArkan atas hal-hal yang
telah terbukti.
2. Hakim harus berkeyakinan bahwa hal-hal yang telah terbukti itu dapat
menimbulkan dugaan terhadap terjadinya suatu peristiwa lain.
3. Hakim dalam mengambil dari bukti-bukti itu tidak boleh mendasarkan
putusannya atas hanya satu dugaan saja.
4. Dugaan harus bersifat penting, seksama, tertentu dan ada hubungan satu
sama lainnya.
5. Persangkaan semacam ini hanya boleh diperhatikan dalam hal undang-
undang membolehkan pembuktian dengan saksi.

• Kekuatan bukti persangkaan hakim :diserahkan kepada pertimbangan


hakim secara logis.
Pengakuan (bekentenis)
• Dasar hukum : Pasal 174-176 HIR/311-313 RBg.

• Pengertiannya : keterangan sepihak dari salah satu pihak dalam


suatu perkara, di mana ia mengakui apa yang dikemukakan
oleh pihak lawan baik seluruh atau sebahagiaan dari apa yang
dikemukkan pihak lawan.

• Pengakuan tidak boleh dipisah-pisah tapi harus diterima secara


bulat ( asas onsplitsbaar aveu)

• Pengakuan adalah alat bukti yang dapat mempercepat


penyelesaian suatu perkara perdata
Bentuk-bentuk pengakuan
1. Pengakuan murni : pengakuan yang sifatnya sederhana dan
sesuai sepenuhnya.
• Tidak memerlukan pembuktian.

2. Pengakuan dengan kualifikasi : pengakuan yang disertai dengan


sangkalan terhadap sebagian dari tuntutan.
• Memerlukan pembuktian yaitu terhadap sangkalannya.
• Pembuktian dibebankan terlebih dahulu kepada pihak lawannya.

3. Pengakuan dengan klasula : pengakuan yang disertai dengan


keterangan tambahan yang bersifat membebaskan.
• Memerlukan pembuktian.
• Pembuktian dibebankan terlebih dahulu kepada pihak lawan.
Sumpah
• Dasar hukum : Pasal 155-158, 177 HIR,182-185, 314 RBg dan Pasal 1929-1945 KUHPerdata.

• Pengertian : suatu pernyataan yang khimat diberikan atau diucapkan pada waktu memberi
janji dengan mengingat akan sifat Maha Kuasa dari pada Tuhan, dan percaya bahwa siapa
yang memberi keterangan atau janji yang tidak benar akan dihukum olehNya.

• Sumpah dapat dibedakan atas 2 yaitu :


1. Sumpah promissoir : sumpah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
• Contoh : sumpah saksi, sumpah jabatan, dll.
• Ciri-ciri sumpah ini :
1. Diucapkan sebelum memberikan keterangan/melakukan sesuatu.
2. Berfungsi sebagai syarat formil sahnya suatu keterangan/tindakan.
3. Sumpah ini tidak sebagai alat bukti.
4. Tidak mengakhiri sengketa.

2. Sumpah confirmatoir : sumpah memberikan keterangan guna meneguhkan bahwa sesuatu itu
benar demikian atau tidak.
• Ciri-cirinya :
1. Diucapkan sesudah memberikan keterangan/melakukan sesuatu.
2. Berfungsi meneguhkan suatu peristiwa atau hak.
3. Sumpah inilah sebagai alat bukti.
4. Mengakhiri sengketa.
Bentuk-bentuk sumpah confirmatoir
1. Sumpah suppletoir/pelengkap
• Diperintahkan hakim kepada salah satu pihak.
• Berfungsi untuk melengkapi alat bukti.
• Didahului dengan bukti permulaan.
• Tidak ada jalan lain untuk menguatkannya dengan alat-alat bukti lain.
• Pihak yang diperintahkan bersumpah tidak bol;eh mengembalikan sumpah kepada
pihak lawan.
• Pihak yang diperintahkan bersumpah hanya boleh melakukan atau menolak.
• Jika mengucapkan akan dimenangkan dan menolak akan kalah.

• Dasar hukumnya : Pasal 155 HIR, 182 RBg, 1940 KUHPerdata.

• Kekuatan bukti dari sumpah ini :


a. Menyelesaikan perkara.
b. Memiliki bukti sempurna.
c. Dimungkinkan adanya bukti lawan.
d. Dapat dibatalkan oleh putusan hakim yang lebih tinggi.
e. Apabila sumpah itu ternyata palsu dapat menjadi alasan untuk peninjauan kembali.
2. Sumpah aestimatoir/penaksir
• Diperintahkan oleh hakim kepada penggugat.
• Berfungsi untuk menentukan uang ganti kerugian.
• Dasar hukumnya : Pasal 155 ayat (2) HIR, 182 RBg, 1940 KUHPerdata.

• Sumpah ini baru diterapkan apabila :


a) penggugat telah dapat membuktikan haknya atas barang sengketa
atau tuntutan ganti kerugian.
b) Besarnya nilai barang sengketa/ganti kerugian masih simpang
siur/belum pasti.
c) Tidak ada jalan lain untuk menetapkan besarnya nilai ganti kerugian
/harta benda.

 Kekuatan bukti dari sumpah ini : sempurna dan masih dimungkinkan


adanya bukti lawan.
3. Sumpah decisoir/pemutus
• Dimintakan oleh salah satu pihak kepada pihak lawannya.
• Dasar hukum : Pasal 156 HIR, 183 RBg, 1930 KUHPerdata.
• Tidak ada pembuktian sama sekali.
• pihak yang meminta sumpah disebut deferent dan yang bersumpah
disebut delaat.
• Bunyi sumpah ditentukan oleh deferent.

• Syarat-syarat dapat dikabulkannya permintaan sumpah pemutus :


a. Mengenai peristiwa yang menjadi sengketa.
b. Bukan tentang hukum atau hubungan hukum.
c. Mengenai perbuatan yang dilakukan sendiri oleh delaat atau
bersama-sama dengan deferent.
• Pihak delaat dapat:
a. Menolak bersumpah dikalahkan.
b. Melakukan sumpah dimenangkan.
c. Mengembalikan sumpah kepada deferent.

• Syarat pengembalian sumpah kepada deferent :


a. Sumpah itu mengenai perbuatan yang dilakukan kedua
belah pihak.
b. Jika sumpah itu mengenai perbuatan yang dilakukan
delaat sendiri maka tidak bisa dikembalikan.

• Pihak deferent/relaat dapat :


a. Menolak dikalahkan.
b. Melakukan sumpah dimenangkan.
Akibat hukum sumpah decisoir
1. Kebenaran peristiwa yang dimintakan sumpah menjadi
pasti.
2. Kekuatan buktinya bersifat menentukan.
3. Tidak dimungkinkan adanya bukti lawan.
4. Pihak lawan tidak boleh membuktikan bahwa sumpah itu
palsu, tanpa mengurangi wewnnag jaksa untuk menuntut
berdasarkan sumpah palsu.
5. Tidak dapat dibatalkan oleh hakim yang lebih
tinggi(banding dan kasasi).
6. Jika dikemudian hari terbukti sumpah itu palsu maka dapat
dijadikan alasan untuk peninjauan kembali.
Pemeriksaan di tempat (plaatselijk
onderzoek)
• Dasar hukum : Pasal 153 HIR, Pasal 180 RBg.

• Pemeriksaan dilakukan di luar gedung pengadilan


untuk memeriksa objek perkara yang tidak dapat
dihadirkan dalam ruang persidangan.

• Tujuannya : memperoleh kepastian akan kebenaran


peristiwa yang menjadi sengketa.
Keterangan ahli/saksi ahli
• Dasar hukum : Pasal 154 HIR/181 RBg.
• Pengertian : orang yang memberikan keterangan di persidangan
berdasarkan ilmu pengetahuan yang dikuasainya.

• Beda antara saksi dengan saksi ahli :


1. Saksi tidak dapat diganti sedangkan saksi ahli dapat digantikan.
2. Saksi menerangkan apa yang dilihat,didengar dan dialami sendiri,
sedangkan saksi ahli berdasar ilmu pengetahuan yang dikuasainya.
3. Keterangan saksi mengenai peristiwa yang terjadi sebelum perkara di
sidangkan, saksi ahli tentang hal yang diawasi/dilihat dalam
persidangan.
4. Guna keterangan saksi untuk memberikan bahan baru untuk
menambah atau melengkapi bahan yang sudah ada, sedangkan saksi
ahli keterangannya untuk bahan pertimbangan mengenai suatu
peristiwa bagi hakim.
Saksi ahli ( ps 154 HIR /181 RBG & saksi biasa
Saksi ahli Saksi biasa
1. Memberikan keterangan 1) Memberikan keterangan atas hal
yg ia alami sendiri dgn
atas dasar ilmu pancainderanya.
pengetahuan dan pikiranya 2) Keterangan diberikan scr lesan
atas keahlian yg ia miliki dipersidangan.
2. Dpt diberikan scr 3) Tidak dapat diganti
lesan/tertulis 4) Keterangan yg diberikan mengenai
peristiwa yg terjadi sebelum
3. Dpt diganti dgn SA yg lain perkara disidangkan.
4. Tujuan Prosesual SA ad utk 5) Tujuan Prosesual ad untuk
memberikan bahan baru guna
memberikan pertimbangan menambah atau melengkapi bahan
mengenai suatu peristiwa yg sdh ada .
Macam-macam alat bukti utk Hapdt &
HAPid
Perdata Ps 164 HIR/284
RBG/1866 BW Pidana Ps 184 KUHAP
1) Bukti surat 1) Keterangan saksi
2) Bukti saksi, 2) Keterangan ahli
3) Persangkaan 2( 3) Surat-surat,
Vermoeden/presumptions )
4) Petunjuk
4) Pengakuan (
Bekentenis/Confession )
5) Keterangan Terdakwa
5) Sumpah ( 295 HIR Alat bukti :
# Descente/plaatselijke opneming en  Surat-surat,
onderzoek ( PS )153 HIR/180  Kesaksian,
RBG  Pengakuan,
#Expetise ( KA ) ps 154 HIR,181 RBG  Isyarat2/Petunjuk-petunjuk .
Alat bukti Surat ps.138, 165-176 HIR,ps
285-305 RBG,ps 1867-1894,ps 138-147
RV, Serta S.1867 no 29 ttg kek.pemb ak
btgn dr orang BP
Surat : sgl sesuatu yg memuat tanda-
tanda bacaan yg dimaksudkan utk
mencurahkan isi hati/buah pikiran
seseorang dan dipergunakan sbg
pembuktian.
• Akta : surat sbg alat bukti yg diberi tanda
tangan yg memuat peristiwa yg menjadi dsr
suatu hak/perikatan yg sejak semula dibuat
utk pembuktian
Bgmn caranya agar alat bukti surat oleh hakim dinilai
mempunyai pembuktian yg sempurna dan mengikat ?

• Syarat Materiil akta Otentik :

1)Isinya berhubungan langsung dgn apa yg


disengketakan,
2)Isinya tdk bertentangan dgn
hk,kesusilaan,agama dan KU
3)Sengaja dibuat utk dipergunaan sbg bukti .
Syarat Formil :
1) Bersifat party,
2) Dibuat oleh atau dihadapan Pejabat
umum yg berwenang,
3) Memuat ,hari, tanggal, bulan dan tahun
pembuatan,
4) Ditandatangani Pejabat yg membuat
Bagaimanakah kesamaan dan
perbedaan antara Ao dan Abwtgn
• Pengertian AO sbg alat bukti yg sempurna
maksudnya ao cukup membuktikan ttg
peristiwa /hak artinya ia tdk perlu
penambahan alat bukti lagi.
• Pengertian AO mempunyai kekuatan mengikat
maksudnya ad apa yg ditulis dlm akta harus
dipercaya oleh hakim sbg benar selama
ketdkbenaran tdk dibuktikan yg sebaliknya.
A.o.yg bersifat Party menurut ps 165
HIR/285RBG/1870 BW mempunyai kek.sempurna
hanya berlaku thd kedua pihak yg membuat dan
awnya, sdg thd pihak Ketiga sbg pembuktian bebas
hakim bebas dmn penilaian diserahkan pd
pertimbangan rasa keadilan dan kebijaksanaan hakim.
• Tiga kekuatan pembuktian AO :
1)P.Formal ( Formale bewijskracht).
2)P.Material ( Materiale bewijsskracht )
3)P.Keluar/lahirdr segi wujudnya (uitwendige
bewijskracht ) azas “acta publica seseipsa "
Alat bukti Saksi ,ps 139,152,162-172 HIR, ps 165-
179,306-309 RBG,ps 1895.ps1902-1908 BW

• Pada azasnya semua orang yg dewasa dan


cakap utk melakukan perbuatan hukum
( rechtsbekwaamheid ) dpt menjadi saksi dan
bahkan diwajibkan memberi kesaksian bila
diminta.
• Bila melalaikan kewajiban terdapat sanksi :
dihukum membayar biaya2 panggilan,dpt
dihadirkan scr paksa ataudpt digijzeling ( ps
140,141,148,HIR
Orang yg tdk dpt didengar keterangan sbg
saksi adalah:
1) Keluarga sedarah & semenda dari slh satu
pihak menurut garis lurus ,
2) Suami /istri dr salah satu pihak meskipun telah
bercerai. dlm perk : 1).Kedudukan
keperdataanslh satu pihak,2) Perk Nafkah yg
hrs dibayar meliputi
pembiayaan,pemeliharaan, pendidikan.3).Perk
Pemecatan/pembebasan kekuasaan
Ortu ,4.Perk hub perburuhan.
Kelompok saksi yg tdk
cakap(incompetence ) scr relatif

1) Anak yg blm berumur 15 thn


2) Orang gila meskipun terkadang terang
ingatannya .
Bagaimana letak perbedaan antara 2 hal tsb ?
Pd kategori absolut scr mutlak tdk dpt didengar sbg
saksi meski memb keterangan tanpa disumpah
tdk mempunyai nilai. Dhi hakim dapat menolak
utk memeriksa bila ada pihak yg berkeberatan .
Saksi yg bagaimanakah yg keterangannya
mempunyai nilai pembuktian bagi hakim ?
• Memenuhi syarat Formil :
1)Memberikan keterangan di depan
persidangan pengadilan.
2)Bukan orang yg dilarang utk didengar sbg saksi
( ps 145 HIR,172 RBG )
3)Bagi kelompok yg memp hak versconing
menyatakan kesediaannya sbg saksi
4)Mengangkat sumpah
Syarat Materiil saksi :
1. Keterangan yg diberikan mengenai peristiwa
yang dialami sendiri karena melihat, atau
mendengar ,
2. Keterangan yg diberikan berasal dari sumber
pengetahuan yg jelas ttg apa sebabnya ia
mengetahui hal yg diterangkan bukan atas
dasar perasaan /prasangka /pendapat dan
menyimpulkan buklanlah kesaksian
3. Keterangan yg diberikan bersesuaian dgn alat
bukti lain yg sah .
Ps 169 HIR,306 RBG,1905 BW menyatakan keterangan
seorang saksi saja tanpa alat bukti lain tdk boleh
dipercaya di muka Pengadilan ? unus testis nullus
testis
• Maksudnya hakim dilarang mengabulkan gugatan jika
gugatan disangkal dan hanya dikuatkan dgn satu saksi
saja .
• Kesaksian de auditu ( hearsay ) yg bgmnk yg dpt
mempunyai harga sbg sumber persangkaan hakim ?
• Bila saksi de auditu dihubungkan dgn keterangan satu
saksi yg melihat peristiwa yg disengketakan tapi yg
bersesuaian .
Persangkaan-persangkaan
• Persangkaan UU • Persangkaan Hakim
PERSANGKAAN-PERSANGKAAN
(PRESUMPTION/VERMOEDEN )173 HIR,310 RBG,1915
BW
Persangkaan Hakim Persangkaan Undang-undang
• Yurisprudensi Tetap dlm • Ps 1977 ayat 1 thd benda bergerak yg tdk
berupa bunga maupun piutang yg harus
perk perceraian krn dibayar kpd pembawa,mk brg siapa yg
perzinahan bahwa kalau dpt menguasai dianggap sbg pemilik .
• 633 BW tembok pembatas,250 BW tiap
dibuktikan seorang laki-laki anak yg dilahirkan selama perkaw suami
&seorang perempuan yg dr perempuan yg nelahirkan ad ayahnya.
bukan suami istri menginap • PS 1394 ttg pembayaran sewa tanah
tunjangan nafkah, bunga pinjaman uang
dan tdr seranjang mk dan yg pd umumnya dibayar tiap periode
dipersangkakan mereka tertentu mk biladiajukan 3 kuitansi
terakhir yg sah terbitlah persangkaan
telah melakukan perzinahan bahwa angsuran telah dibayar lunas,
kec.yg sebaliknya
PENGAKUAN ( BEKENTENIS/CONFESSION ps
174,175,176 HIR/311,312,313 Rbg/1923-1928 BW
1) Pengakuan Murni ( aveu pur et simple )
2) Pengakuan dgn Kualifikasi ( gequalificeerde
bekentenis, aveu qualifie )
3) Pengakuan dn klausula (geclausuleerde bekentenis,
aveu complexu )
Sumpah
ad.pernyataan yg khidmat yg diberikan
/diucapkan pd waktu memberi janji
atau keterangan dengan mengingat
sifat maha kuasa dari Allah/Tuhan,
dan percaya bhw siapa yg memberi
keterangan atau janji yg tdk benar
akan dihukum( Laknat ) olehnya
• Ada 2 macam Sumpah :
• 1.Sumpah Promissoir ( S.saksi ,S.ahli )
2.Sumpah assertoir/confirmatoir S.alat bukti
Alat bukti Sumpah ps.155-158,177
HIR,182-185,314 Rbg,1929-1945 BW
• Ada 3 macam sumpah :
1)Sumpah Supletoir ( 155HIR,182
RBg ,1940 BW )
2)Sumpah Penaksiran ( ps 155 HIR,182
RBG,1940 BW )
3)Sumpah Decisoir ( 156 HIR,183 bg,1930 BW ),
DESCENTE ( plaatselijke onderzook,check on the
spot ).Ps.153 HIR.HIR,180 RBG

• Caranya ad Maj hakim dan panitera pergi


ketempat objek perkara dan panitera
membuat BA .
• Perlu tdk nya PS tergantung pd keadaan
dimana Hakim blm memperoleh kepastian
atas obj sengketa yg brp benda2 yg tdk
mungkin dpt dibawa ke pengadilan scr fisik.
Saksi ahli ( ps 154 HIR /181 RBG & saksi biasa
Saksi ahli Saksi biasa
1. Memberikan keterangan 1) Memberikan keterangan atas hal
yg ia alami sendiri dgn
atas dasar ilmu pancainderanya.
pengetahuan dan pikiranya 2) Keterangan diberikan scr lesan
atas keahlian yg ia miliki dipersidangan.
2. Dpt diberikan scr 3) Tidak dapat diganti
lesan/tertulis 4) Keterangan yg diberikan mengenai
peristiwa yg terjadi sebelum
3. Dpt diganti dgn SA yg lain perkara disidangkan.
4. Tujuan Prosesual SA ad utk 5) Tujuan Prosesual ad untuk
memberikan bahan baru guna
memberikan pertimbangan menambah atau melengkapi bahan
mengenai suatu peristiwa yg sdh ada .
DEFINISI PUTUSAN

Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim sebagai pejabat
negara diberi wewenang untuk itu, diucapkan dalam persidangan dan
bertujuan untuk mengakhiri atau meneyelesaikan suatu perkara atau
sengketa antara para pihak. Yang disebut putusan bukan hanya yang
diucapkan, tetapi juga pernyataan yang dituangkan dalam bentuk
tertulis dan kemudian diucapkan oleh hakim di persidangan. Sebuah
konsep putusan (tertulis) tidak mempunyai kekuatan sebagai putusan
sebelum diucapkan di persidangan oleh hakim. Putusan yang diucapkan
dipersidangan tidak boleh berbeda dengan yang tertulis.
SEMA RI No. 5 tahun 1959 tanggal 20 April 1959 dan No. 1 tahun
1962 tanggal 7 Maret 1962 menginstruksikan agar pada waktu putusan
diucapkan konsep putusan harus sudah selesai.
SEMA ini bertujuan untuk mencegah hambatan dalam penyelesaian
perkara dan juga untuk mencegah terjadinya perbedaan isi putusan
antara yang diucapkan dengan yang tertulis. Bila terdapat perbedaan
antara yang diucapkan dengan yang tertulis, maka yang sah adalah
yang diucapkan karena lahirnya putusan adalah sejak diucapkan.
• Putusan bukanlah satu-satunya produk hukum untuk
menyelesaikan perkara. Selain putusan hakim ada
bentuk lain yaitu penetapan hakim dalam perkara
contenteus disebut putusan sedangkan dalam
peradilan volunter disebut penetapan.
• Dengan demikian putusan adalah perbuatan hakim
sebagai penguasa atau pejabat negara. Dalam literatur
Belanda, putusan dikenal istilah vonnis dan
gewijzde.Vonnis adalah putusan yang belum
mempunyai kekuatan hukum yang pasti sehingga
masih etrsedia upaya hukum biasa. Sedangkan
gewijsde adalah putusan yang sudah mempunya
kekuatan hukum yang pasti sehingga hanya tersedia
upaya hukum khusus.
MACAM-MACAM PUTUSAN HAKIM

• HIR tidak mengenal macam-macam putusan sebagaimana yang dikenal dalam


hukum acara perdata. Menurut pasal 185 ayat (1) HIR, pasal 196 ayat (1) R.Bg.
putusan dapat digolongkan menjadi 2, yaitu putusan akhir dan putusan sela yang
bukan putusan akhir.
• Putusan akhir adalah putusan yang mengakhiri sengketa atau perkara dalam suatu
tingkatan peradilan tertentu.
• Putusan akhir ini ada yang bersifat menghukum (condemnatoir), ada yang bersifat
menciptakan (constitutif) dan ada yang bersifat menerangkan atau menyatakan
(declaratoir). Oleh karenanya berdasarkan sifatnya, putusan dapat dibagi menjadi :
a. putusan condemnatoir, yaitu putusan yang bersifat penghukuman, yaitu
menghukum pihak yang kalah untuk memenuhi prestasi. Putusan condemnatoir
selain mempunyai kekuatan mengikat juga memberi alas hak eksekutorial untuk
menjalankan putusan secara paksa melalui pengadilan.
b. putusan constitutif, yaitu putusan yang meniadakan atau menciptakan suatu
keadaan hukum, misalnya perceraian, perkawinan, pengangkatan wali,
pemberian pengampuan, pernyataan pailit, pemutusan perjanjian (pasal 1266,
1267 BW)
c. putusan declaratoir, yaitu putusan yang isinya bersifat menerangkan atau
menyatakan apa ang sah atau menerangkan sutua keadaan hukum semata..
setiap putusan yang menolak gugatan juga merupakan putusan
declaratoir. Putusan declaratoir murni tidak memerlukan upaya pemaksa karena
sudah mempunyai akibat hukum tanpa bantuan dari pihak lawan yang
dikalahkan untuk melaksanakannya.
• Selain putusan akhir dikenal juga putusan sela,
yaitu sebagaimana yang diatur dalam pasal 48
Rv, yaitu
a.putusan praparatoir, adalah putusan
sebagai persiapan putusan akhir tanpa
mempunyai pengaruh atas pokok perkara
atau putusan akhir. Putusan ini tidak
mempengaruhi putusan akhir.
• b.putusan interlucotoir, adalah putusan yang
isinya memerintahkan pembuktian. Putusan
ini dapat mempengaruhi putusan akhir.
MACAM-MACAM PUTUSAN HAKIM (lanjutan)
• Dalam pasal 332 Rv dikenal juga putusan sela yang disebut :
a. putusan insidentil, ialah putusan yang berhubungan dengan
dengan insident, yaitu peristiwa yang menghentikan suau
prosedur peradilan biasa dan juga merupakan putusan yang
dipergunakan apabila ada penggabungan, intervensi dan
adanya pemanggilan pihak ketiga sebagai penjamin.
b. putusan provisionil, ialah putusan yang menjawab tuntutan
provisionil, yaitu permintaan yang bersangkutan agar sementara
diadakan tindakan pendahuluan guna kepentingan salah satu
pihak sebelum putusan akhir dijatuhkan.
c. Selain itu dikenal juga putusan serta merta (uit voerbaar bij
voeraad) adalah putusan yang dapat dijalankan lebih dahulu
sebagaimana diatur dalam pasal 180 HIR dan 1919 ayat (1) R.Bg.
Putusan ini adalah putusan yang menyatakan bahwa putusan
dapat dijalankan terlebih dahulu meskipun ada banding, kasasi
atau peninjauan kembali serrta adanyanya perlawannan.
• Syarat-syarat untuk menjatuhkan putusan serta merta ps
180 HIR/191 RBG adalah :
a. ada surat otentik yang menurut undang-undang
mempunyai kekuatan pembuktian;
b. ada putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum
pasti (inkarcht van gewijzde) sebelumnya yang
menguntungkan pihak Penggugat dan ada hubungannya
dengan gugatan yang bersangkutan;
c. ada gugatan provisionil yang dikabulkan.
d dalam sengketa-sengketa mengenai bezitstrecht.
e. Apabila salah satu syarat tersebut dipenuhi, maka
barulah dapat putusan serta merta dijatuhkan.
Putusan dilihat dari saat penjatuhan
dibedakan menjadi 2 Jenis
Putusan akhir ( Eind Vonis )
Amar/Dictum
Putusan Sela (tussen Vonis )
1)Bersifat
1)Put.Preparatoir Declaratif,
2)Put.interlucutoir 2)Bersifat
3)Put.Insidentil constitutif,
4)Put.provisionil 3)Bersifat
Comdemnatoir.
Macam Putusan Sela(Tussen
1) Preparatoir, put yg diambil dlm persid utk melancarkan sgl sesuatu guna
Vonis
mengadakan put akhir , spt ) : penundaan pemeriksaan
Put utk menolak
alat bukti saksi
2) Interlocutoir, put yg isinya memerintahkan pembuktian ,
mis.pemeriksaan Saksi , Pem.Setempat
3) Incidentieel ad put sela yg diambil hakim krn ada insiden yakni
Intervensi : Vrijwaring, Voeging,Tussen Komst )
4) Provisioneel ad put yg menjawab tunt provisi sbg tind pendahuluan
guna kepentingan slh satu pihak sebelum putusan akhir dijatuhkan mis :
a. Tunt agar Suami dihukum utk membayar nafkah utk anak2 yg blm
dewasa.
b. Gugatan pmh atas dasar PMH perk pemalsuan Merek dimana Pemilik
merk yg terdaftar di kemenhumham direktorat merek menuntut agar
Tergugat menghentikan pembuatan produk yg memalsukan milik P dan
menghentikan kegiatan distribusi barang
Putusan dilihat dari isinya menurut
Darwan Prinst ada 4 macam
1) Mengabulkan Gugatan Penggugat utk :
Seluruhnya atau utk sebagian
2) Menyatakan Gugatan P tdk dapat diterima)
( Eiser wordt niet onvankelijk Verklaart in
zijn dagvaarding ( N.O )
3) Menolak Gugatan P(Eis wordt onzegd ) utk
Seluruhnya atau utk sebagian ,
4) Menyatakan Pengadilan tdk berwenang
mengadili ( KA,KR )
KEKUATAN PUTUSAN

• HIR tidak mengatur tentang kekuatan hukum. Putusan mempunyai 3 macam kekuatan, yaitu
• 1. Kekuatan mengikat. Untuk dapat melaksanakan atau merealisir suatu hak secara paksa diperlukan
suatu putusan atau akta otentik yang menetapkan hak itu. Suatu putusan dimaksudkan untuk
menyelesaikan suatu persoalan atau sengketa dan menetapkan hak atau hukumnya. Dengan demikian
putusan hakim mempunyai kekuatan mengikat, yaitu mengikat kedua belah pihak (pasal 1917 BW).
Mengenai terikatnya para pihak terhadap putusan terdapat beberapa teori, yaitu :
– Teori hukum materiil. Menurut teori ini kekuatan mengikat dari putusan mempunyai sifat hukum
materiil oleh karena mengadakan perubahan terhadap wewenang dan kewajiban keperdataan :
menetapkan, menghapuskan atau mengubah. Menurut teori ini putusan dapat menimbulkan atau
meniadakan hubungan hukum. Sehingga putusan merupakan sumber hukum materiil.
– Teori hukum acara. Menurut teori ini putusan bukanlah sumber hukum materiil, melainkan sumber
daripada wewenang prosesuil. Siapa yang dalam suatu putusan diakui sebagai pemilik, makan
dengan sarana prosesuil terhadap lawannya dapat bertindak sebagai pemilik. Baru apabila undang-
undang mensyaratkan adanya putusan untuk timbulnya keadaan baru, baru putusan mempunyai
arti hukum materiil.
– Teori hukum pembuktian. Menurut teori ini, putusan merupakan bukti tentang apa yang
ditetapkan di dalamnya sehingga mempunyai kekuatan mengikat.
– Terikatnya para pihak pada putusan. Terikatnya para pihak terhadap putusan mempunyai arti
positif dan arti negatif. Arti positif dari kekuatan mengikat putusan adalah bahwa apa yang telah
diputus antara para pihak berlaku sebagai positif benar. Sedangkan arti negatif dari kekuatan
mengikat suatu putusan ialah bahwa hakim tidak boleh memutus perkara yang pernah diputus
sebelumnya antara para pihak yang sama serta mengenai pokok perkara yang sama. Di dalam
hukum acara kita, putusan mempunyai kekuatan mengikat baik dalam arti positif maupun dalam
arti negatif.
– Kekuatan hukum yang pasti.suatu putusan memperoleh kekuatan hukum yang pasti atau tetap
(inkracht van gewijzdei) apabila tidak ada lagi upaya hukum biasa yang tersedia. Putusan yang telah
mempunyai kekuatan hukum yang pasti tidak dapat diubah kecuali ada perlawanan pihak ketiga.
KEKUATAN PUTUSAN (Lanjutan)

2 Kekuatan pembuktian
• Putusan adalah berbentuk tertulis yang merupakan akta otentik yang bertujuan
untuk dapat digunakan sebagai alat bukti bagi para pihak yang mungkin
diperlukan untuk mengajukan banding, kasasi atau pelaksanaannya.
• Putusan pidana yang isinya menghukum dan telah mempunyai kekuatan hukum
yang pasti dapat digunakan sebagai bukti dalam perkara perdata mengenai
peristiwa yang telah terjadi, kecuali apabila ada bukti lawan. Dalam hal ini
kekuatan pembuktiannya mengikat.
3. Kekuatan eksekutorial atau kekuatan untuk dilaksanakan
• Putusan dimaksudkan untuk menyelesaikan suatu persoalan atau sengketa dan
menetapkan hak atau hukumnya termasuk pula realisasi dan pelaksanaannya
(eksekusinya) secara paksa. Kekuatan mengikat saja dari putusan tidak berarti
apabila tidak dapat dilaksanakan. Oleh karenanya putusan hakim mempunyai
kekuatan eksekutorial, yaitu kekuatan untuk dilaksanakan apa yang ditetapkan
dalam putusan dengan paksa oleh alat-alat negara.
• Persyaratan suatu putusan memperoleh kekuatan eksekutorial dalam peradilan di
Indonesia adalah dilakukan ”Demi Keadilan berdasarkan keTuhanan Yang Maha
Esa” (pasal 4 ayat 1 UU No. 14 tahun 1970)
KePutusan Hakim terdiri dari 4 bagian :

1. Kepala putusan
2. Identitas Para Pihak
3. Pertimbangan ( consideran ) terdiri
dari : Pertimb. Duduknya perk & Ttg
Hukumnya
4. Amar/Dictum .
SUSUNAN DAN ISI PUTUSAN

• Dalam HIR tidak ada ketentuan yang mengatur tentang bagaimana putusan hakim harus dibuat.
Hanyalah mengatur tentang apa yang harus dimuat dalam putusan yang diatur dalam pasal 178,
182, 183, 184 dan 185 HIR.
• Suatu putusan hakim terdiri dari 4 bagian, yaitu :
1. Kepala Putusan. Setiap putusan pengadilan haruslah mempunyai kepala pada
bagian atas putusan yang berbunyi”Demi Keadilan berdasarkan
keTuhanan Yang Maha Esa” (pasal 435 Rv). Kepala putusan ini memberikan
kekuatan eksekutorial pada putusan. Apabila kepala putusan ini tidak dibubuhkan
pada sutau putusan pengadilan, maka hakim tidak dapat melaksanakan putusan tersebut
(pasal 224 HIR, 258 R.Bg).
2. Identitas para pihak. Gugatan itu mempunyai sekurang-kurangnya 2 pihak,
maka di dalam putusan harus dimuat identitas para pihak yang terdiri : nama,
umur, alamat, dan nama kuasanya kalau ada.
3. Pertimbangan. Pertimbangan atau yang disebut dengan considerans merupakan dasar
putusan. Pertimbangan terbagi menjadi 2, yaitu pertimbangan tentang duduknya perkara
dan pertimbangan tentang hukumnya. Apa yang dimuat dalam putusan tidak lain adalah
alasan- alasan hakim sebagai pertanggungjawaban kepada masyarakat mengapa ia
mengambil putusan demikian, sehingga oleh karenanya mempunyai nilai objektif.
• Alasan hukum adalah kaidah hukum kanun (regel van het objectieve recht). Dalam mengadili
hakim harus mengadili semua petitum tidak boleh satupun yang terlupakan untuk dipertimbangkan
dan hakim dilarang menjatuhkan putusan atas hal-hal yang tidak diminta.
SUSUNAN DAN ISI PUTUSAN (lanjutan)

• Sebagai dasar putusan, maka gugatan dan jawaban harus dimuat dalam putusan yang dimuat secara
ringkas. Namun tidak jarang terjadi gugatan dimuat dalam putusan. Adanya alasan sebagai dasar putusan
menyebabkan putusan mempunyai nilai objektif. Oleh karenanya putusan yang tidak lengkap atau kurang
cukup atau tidak lengkap memberikan pertimbangan merupakan alasan untuk kasasi dan dapat
dibatalkan.
• Selanjutnya pasal-pasal tertentu yang bersangkutan dengan perkara dan sumber hukum tidak tertulis yang
dijadikan dasar mengadili harus dimuat dalam putusan. Pada dasarnya pihak yang kalah harus membayar
biaya perkara.

4. Amar putusan. Yang merupakan jawaban atas petitum gugatan adalah amar atau dictum
putusan. Sehingga amar merupakan tanggapan atas petitum.
• Telah disebutkan bahwa hakim wajib mengadili semua bagian tuntutan dan dilarang menjatuhkan
putusan atas perkara yang tidak dituntut atau mengabulkan daripada yang dituntut (pasal 178 ayat (2) dan
(3) HIR, 189 ayat (2) dan (3) R.bg).
• Amar atau dictum dibagi menjadi apa yang disebut declaratif dan apa yang disebut dengan dictum atau
dispositif. Bagian yang declaratif merupakan penetapan daripada hubungan hukum yang menjadi
sengketa. Sedangkan bagian yang disebut dispositif ialah yang memberikan hukum atau hukumannya
yang mengabulkan atau menolak gugatan.
• Setiap putusan pengadilan harus ditandatangani oleh Ketua Hakim, hakim anggota dan panitera (pasal 184
ayat (3) HIR, 195 ayat (3) R.Bg dan 23 UU No. 14 /1985 jo UU 5/2004 jo uu 3/2009 ).
• Cara menyusun pertimbangan dalam putusan pengadilan di Indonesia mengikuti sistem Perancis, yaitu
dengan bentuk ”Menimbang...” cara lain untuk menyusun pertimbangan putusan adalah dengan sistem
Jerman yaitu dengan bentuk bercerita.
Putusan negatif
• adalah putusan yang dictumnya menyatakan
Gugatan Penggugat tidak dapat diterima ( niet
onvankelijke verklaart, intinya hubungan hukum
antara Penggugat dengan Tergugat belum pasti, dan
hubungan hukum antara para pihak dengan objek
sengketa juga belum pasti, karena Hakim belum
mengadili pokok perkara ;
Pengertian Putusan Positif
Putusan Positif, artinya Putusan akhir yang berisi
dictum “ Menolak gugatan Penggugat “ atau berisi
dictum “Mengabulkan gugatan Penggugat “.
•Jadi dalam hal ini hubungan hukum diantara kedua
belah pihak maupun hubungan hukum para pihak
dengan objek sengketa telah pasti.
Sebab- sebab Putusan Hakim yang bersifat
negatif yang menyatakan gugatan Penggugat
tidak dapat diterima sebagai berikut :

• 1). Gugatan diajukan oleh Kuasa Hukum yang


tidak memenuhi syarat
• 2). Gugatan Error in persona.
• 3). Gugatan diluar yurisdiksi absolute atau
yurisdiksi relative..
• 4). Gugatan obscuur libel.

Ad 1
Gugatan yang diajukan oleh Kuasa Hukum yang tidak memenuhi syarat
• Kuasa Hukum dari Advokat apabila akan beracara di Pengadilan mewakili
kliennya harus melampirkan fotocopy Kartu Anggota, hal ini penting untuk
diketahui oleh Hakim apakah Kartu Keanggotaannya masih berlaku. Dan juga
harus melampirkan fotocopy Berita Acara Sumpah oleh Ketua Pengadilan
Tinggi hal ini sesuai Surat Ketua Mahkamah Agung RI
No.052/KMA/Hk.01/III/2011 Tanggal 23 Maret 2011.Apabila Advokat sebagai
Kuasa Hukum tidak dapat melampirkan dua syarat tersebut maka mereka
dinyatakan tidak memenuhi syarat sebagai Kuasa Hukum.
• Bagaimana solusinya agar Kuasa Hukum dari Advokat memahami Surat Ketua
Mahkamah Agung RI tersebut, maka perlu diingatkan oleh petugas Meja I yang
mendaftar gugatan perkara agar melampirkan surat- surat dimaksud. Dan isi
surat tersebut perlu disosialisasikan dengan menulis pada papan yang intinya
“Bagi Advokat yang sebagai Kuasa Hukum mewakili kliennya wajib
melampirkan Fotocopy Kartu Anggota dan Berita Acara Sumpah dari Ketua
Pengadilan Tinggi”.

Gugatan Error in persona.
Penggugat tidak memiliki persona standi in judicio, atau Tergugat yang digugat keliru (gemis
aanhoedanigheid), atau yang sebagai Penggugat dan sebagai Tergugat tidak lengkap (plurium litis
consortium) ini semua dianggap gugatan cacat formal.
• Bagaimana solusinya agar gugatan tidak dinyatakan error in persona?.
• Ketua Pengadilan Agama sebaiknya menunjuk salah satu Hakim senior untuk sebagai konsultan bagi petugas
pendaftar perkara agar gugatan Penggugat dilengkapi gugatannya sehingga gugatan tersebut tidak dinyatakan
error in persona. Apakah hal ini tidak bertentangan dengan hukum dan apakah dasar hukumnya ? Hal tersebut
tidak bertentangan dengan hukum dasarnya adalah Pasal 5 ayat (2) UU.No.14 Tahun 1970 tentang Kekuasaan
Kehakiman yang telah diubah terakhir dengan UU.No.48 Tahun 2009 “ Pengadilan membantu pencari keadilan
dan berusaha mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk dapat tercapainya peradilan yang sederhana,
cepat dan biaya ringan”.
• Pasal 58 ayat (2) UU.No.7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang telah diubah dengan UU.No.3 Tahun
2006 dan terakhir diubah dengan UU.No.50 Tahun 2009 “ Pengadilan membantu para pencari keadilan dan
berusaha sekeras-kerasnya mengatasi segala hambatan dan rintangan untuk tercapainya peradilan yang
sederhana, cepat, dan biaya ringan”.
• Pasal 143 R.Bg./ 119 HIR “Ketua Pengadilan Agama berwenang untuk memberi nasihat dan bantuan kepada
Penggugat atau kepada Kuasanya dalam hal mengajukan gugatannya itu”. Pasal- pasal dari undang- undang
tersebut telah jelas tegas agar supaya Hakim berusaha membantu Penggugat dalam mengajukan gugatannya
dan membantu para pihak untuk mengatasi segala hambatan dalam penyelesaian perkara guna tercapainya
Peradilan yang cepat, sederhana dan biaya murah. Nampaknya ketentuan ini belum dipahami sepenuhnya bagi
para Hakim, sebagian berpandangan bahwa Hakim itu harus pasif padahal pasif disini maksudnya Hakim tidak
mencari perkara.
Gugatan diluar yurisdiksi absolut atau yurisdiksi relatif.

• Apabila gugatan Penggugat ternyata bukan menjadi kewenangan absolut Pengadilan Agama
tetapi menjadi kewenangan absolut Pengadilan yang lain dan bukan pula menjadi
kewenangan relatif Pengadilan Agama kita tetapi menjadi kewenangan Pengadilan Agama
yang lain, sebelum perkara didaftar terlebih dahulu Meja I Petugas yang mendaftar perkara
berkonsultasi kepada Hakim yang ditunjuk, kemudian Hakim yang ditunjuk oleh Pimpinan
dapat memberikan advis kepada calon Penggugat untuk mengajukan gugatan ke Pengadilan
lain atau ke Pengadilan Agama yang lainnya, sehingga masyarakat tidak rugi percuma uang,
waktu, energy dan pikiran. Bagaimana jika Perkaranya telah terlanjur didaftar dan di tangan
Majelis Hakim?, maka jalan yang terbaik Penggugat disarankan mencabut gugatannya,
sehingga Penggugat dan Tergugat dapat terhindar dari kerugian materiil maupun immaterial.
Dalam hal demikian Majelis Hakim tidak perlu melanjutkan pemeriksaan perkaranya.
• Bagaimana jika gugatan tersebut telah memasuki pemeriksaan di ruang sidang?
• Jika Hakim mengetahui bahwa perkara ini bukan menjadi kewenangan Pengadilan Agama,
maka Hakim/Majelis Hakim segera memutus perkara ini dengan N.O. sekalipun tanpa adanya
eksepsi, tetapi jika perkara ini secara relatif memang menjadi kewenangan Pengadilan
Agama yang lain maka tergantung apakah ada eksepsi dari Tergugat atau tidak, kalau
Tergugat tidak mengajukan eksepsi, perkara dapat diputus.
Ad 4. Gugatan obscuur libel, yakni :
•  Dalil gugatan tidak jelas/ tidak berdasar hukum.
•  Tidak jelas objek sengketanya.
•  Petitum gugatan tidak jelas.
•  Gugatan ne bis in idem.
•  Apabila dalil gugatan Penggugat ternyata tidak jelas tidak berdasar hukum sebagai contoh apa hubungan hukum Penggugat
dengan Pewaris, siapa Pewarisnya, kapan Pewaris meninggal dunia, siapa saja yang
• 6 sebagai ahli warisnya, dan apa saja yang menjadi harta warisan serta sejak kapan atau dari mana harta warisan itu diperoleh.

• Dalam hal ini peran Hakim dapat memberikan petunjuk kepada Penggugat untuk memperbaiki gugatannya seperti telah diuraikan
di muka.
•  Apabila objek sengketa tidak jelas, contoh Penggugat tidak dapat menyebutkan letaknya, luasnya, batas- batasnya serta surat
bukti kepemilikannya. Dalam hal ini peran Hakim dapat memberikan petunjuk kepada Penggugat agar memperbaiki gugatannya
dengan menyebutkan letak objek sengketa di Rt/ Rw apa? Desa/Kelurahan, Kecamatan, Kabupaten/Kota. Menyebutkan luasnya,
batas-batasnya serta sertipikat Hak Milik/ Leter D dan sebagainya.
•  Apabila Posita dengan Petitum tidak sinkron/sejalan artinya dasar tuntutan dengan apa yang diminta tidak sejalan.

• Dalam hal ini peran Hakim dapat membimbing Penggugat agar memperbaiki gugatannya seperti yang dimaksud di atas.
•  Apabila gugatan mengandung ne bis in idem, artinya apa yang diperkarakan pernah diperkarakan lebih dahulu yang subjek
hukum dan objek sengketanya sama dan telah mendapatkan putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum tetap dan
putusannya bersifat positif. Dalam hal demikian peran Hakim menasihati kepada penggugat agar mentaati putusan yang telah lalu
tidak perlu mengajukan perkara lagi, kecuali Penggugat mengajukan Perkara Peninjauan kembali itu pun harus ada novum / bukti
baru ketika perkara diputus bukti tersebut belum diajukan/ditemukan.
Contoh BUNYI AMAR/DIKTUM
PUTUSAN
• Mengabulkan gugatan • Menolak gugatan P
utk seluruhnya
untuk seluruhnya
• Menghukum T
menyerahkan rumah • Menghukum P
&tanah obj sengketa pd membayar biaya
P dlm keadaan kosong.
perkara sebesar
• Menghukum T
membayar gr kpd Puang Rp.1565.000,-
sejumlah 190 jt.
• Menghukum T
membayar biaya perkara
Kemungkinan isi putusan yg dijatuhkan hakim
atas perkara Perdata
1. Mengabulkan gugatan P untuk Seluruhnya
atau sebagian.
2. Menolak Gugatan P untuk Seluruhnya atau
sebagian,
3. Menyatakan gugatan P tidak dapat diterima (
Niet onvankelijke Verklaart)
4. Menyatakan Pengadilan tdk berwenang
untuk memeriksa Perk
MATUR NUWUN wass wr wb

Anda mungkin juga menyukai