Anda di halaman 1dari 12

PUTUSAN

178 HIR / 189 Rbg

Dr. Lintang Yudhantaka, S.H., M.H.


POKOK BAHASAN

01 Definsi

02 Asas Putusan Hakim

03 Sifat Putusan

04 Unsur-Unsur Putusan

05 Jenis Putusan
DEFINISI

Putusan hakim adalah suatu pernyataan yang oleh hakim,


sebagai pejabat negara yang diberi wewenang untuk itu,
diucapkan di persidangan yang bertujuan untuk mengakhiri
atau menyelesaikan suatu perkara atau sengketa diantara
para pihak.
ASAS PUTUSAN HAKIM

1. Memuat Dasar Alasan yang Jelas dan Rinci


Putusan pengadilan selain harus memuat alasan dan dasar putusan, juga memuat pasal tertentu dari
peraturan perundang-undangan yang bersangkutan atau sumber hukum tak tertulis yang dijadikan
dasar untuk mengadili (Pasal 50 (1) UU 48/2009).
2. Wajib Mengadili Seluruh Bagian Gugatan
Putusan harus secara total dan menyeluruh memeriksa dan mengadili setiap segi gugatan yang
diajukan (Pasal 178 (2) HIR, 189 (2) RBg, 50 Rv.).
3. Tidak Boleh Mengabulkan Melebihi Tuntutan
Larangan ultra petitum partium (Pasal 178 (3) HIR, 189 (3), 50 Rv., 67 c UU 14/1985)
4. Diucapkan di Muka Umum
a. Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan dalam sidang
terbuka untuk umum. (Pasal 13 (2) UU 48/2009)
b. Tidak dipenuhinya ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) mengakibatkan
putusan batal demi hukum. (Pasal 13 (3) UU 48/2009)
SIFAT PUTUSAN
1. Putusan Condemnatoir, putusan yang bersifat menghukum pihak yang
dikalahkan untuk memenuhi prestasi. “Menghukum Tergugat...”. Misal:
mengganti kerugian, mengosongkan rumah, dll.

2. Putusan Constitutif, putusan yang meniadakan atau menciptakan


suatu keadaan hukum. “Menyatakan...”. Misal: pemutusan perceraian.

3. Putusan Declaratoir, putusan yang bersifat menerangkan atau


menyatakan apa yang sah. “Menyatakan sah...”. Misal: penetapan ahli
waris, penetapan anak angkat yang sah, dll.
UNSUR-UNSUR PUTUSAN

1. Nomor perkara
2. Irah-irah
3. Identitas para pihak/kuasanya
4. Pertimbangan
5. Amar/diktum
6. Tanggal putusan
7. Nama hakim/panitera pengganti
8. Keterangan hadir/tidaknya pihak berperkara/kuasanya (bila ada)
pada saat putusan dibacakan
9. Perincian biaya-biaya perkara
PUTUSAN SELA
1. Putusan Prepatoir
Putusan yang dijatuhkan oleh hakim guna mempersiapkan dan mengatur/melancarkan pemeriksaan perkara tanpa
mempengaruhi pokok perkara dan putusan akhir. Contoh: putusan menolak pengunduran pemeriksaan saksi
2. Putusan Interlocutoir
Putusan yang berisi bermacam-macam perintah terkait masalah pembuktian dan dapat mempengaruhi putusan akhir. Contoh:
putusan memeriksa saksi atau pemeriksaan setempat
3. Putusan Insidentil (incidentieel)
Putusan yang berhubungan dengan insiden tertentu, yakni timbulnya kejadian yang menunda jalannya persidangan. Contoh:
penetapan sita atau dalam hal masuknya pihak ketiga dalam perkara
4. Putusan Provisionil (provisioneel)
Putusan yang menjawab gugatan provisionil, yaitu menetapkan suatu tindakan sementara bagi kepentingan para pihak atau
salah satu pihak sebelum putusan akhir dijatuhkan. Contoh: perintah agar salah satu pihak menghentikan sementara
pembangunan di atas tanah objek sengketa.
PUTUSAN AKHIR

Civil Law = eind vonnis (Belanda)


Common Law = final judgement (Inggris)

• Diambil dan dijatuhkan pada akhir persidangan sebagai akhir pemeriksaan perkara pokok.

• Hasil-hasil putusan akhir:


a. Menyatakan gugatan tidak dapat diterima (niet ontvankelijke verklaard/NO)
Adanya cacat formil. Misal: error in persona, kompetensi pengadilan, obscuur libel, ne bis in idem, dll.
b. Menolak gugatan
Penggugat tidak mampu membuktikan dalil gugatannya.
c. Mengabulkan gugatan
1. Mengabulkan seluruhnya: seluruh dalil gugatan berhasil terbukti
2. Mengabulkan sebagian: hanya sebagian dalil gugatan yang terbukti
PUTUSAN SERTA-MERTA (1)
• Merupakan putusan yang dapat dijalankan (eksekusi) terlebih dahulu, meskipun
putusan tersebut belum berkekuatan hukum tetap. Disebut juga Uitvoerbaar bij
Voorraad (UbV);
• Memenuhi syarat alternatif:
1. Didasarkan alas hak yang berbentuk akta otentik, ATAU, akta di bawah tangan
yang diakui isi & tandatangannya oleh Tergugat;
2. Terdapat putusan yang berkekuatan tetap yang menguntungkan Penggugat, dan
berkaitan dengan gugatan ybs;
3. Terdapat gugatan provisionil yang dikabulkan; (Penjelasan Pasal 185 HIR,
putusan atas tuntutan supaya di dalam hubungan pokok perkara itu sementara
diadakan tindakan-tindakan pendahuluan untuk kemanfaatan salah satu atau
kedua belah pihak).
4. Menyangkut sengketa hak milik (bezitsrecht).
PUTUSAN SERTA-MERTA (2)
• Contoh: putusan serta merta dalam perkara utang piutang, sewa-menyewa
tanah/gedung/rumah, terhadap penyewa yang beritikad buruk.
• Harus diperhatikan adanya pemberian jaminan yang nilainya sama dengan nilai
barang/obyek eksekusi, sehingga tidak menimbulkan kerugian pada pihak lain,
apabila ternyata dikemudian hari dijatuhkan putusan yang membatalkan putusan
pengadilan tingkat pertama.
• SEMA No. 4/2001, penegasan bahwa tidak boleh ada putusan serta merta tanpa
adanya jaminan yang sama nilainya dengan nilai barang.
• Disisi lain, pada perkara kepailitan, putusan pailit pada tingkat pertama (Pengadilan
Niaga) dapat dilaksanakan terlebih dahulu, meskipun putusan tersebut diajukan
upaya hukum (Pasal 8 (4) UU No. 37/2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
Kewajiban Pembayaran Utang. Dalam praktiknya dapat terlaksana dengan baik.
THANK YOU!
Any Questions?
Referensi

● Bambang Sugeng A. S. dan Sujayadi, Pengantar Hukum Acara Perdata, Cet. 2, Kencana Prenada
Media Group, Jakarta, 2013.
● M. Yahya Harahap, Hukum Acara Perdata, Cet. 4, Sinar Grafika, Jakarta, 2006.

Anda mungkin juga menyukai