EXECUTIVE SUMMARY
PERMA 4/2019 membatasi ada 2 (dua) jenis perkara yang tidak termasuk dalam Gugatan
Sederhana, yaitu: (a) perkara yang penyelesaian sengketanya dilakukan melalui pengadilan
khusus sebagaimana diatur di dalam peraturan perundang-undangan; atau (b) sengketa
hak atas tanah.3
(1) Para pihak dalam gugatan sederhana terdiri dari penggugat dan tergugat yang masing-
masing tidak boleh lebih dari satu, kecuali memiliki kepentingan hukum yang sama.
(2) Terhadap tergugat yang tidak diketahui tempat tinggalnya, tidak dapat diajukan gugatan
sederhana.
(3) Penggugat dan tergugat dalam gugatan sederhana berdomisili di daerah hukum
Pengadilan yang sama.
(3A) Dalam hal penggugat berada di luar wilayah hukum tempat tinggal atau domisili
tergugat, penggugat dalam mengajukan gugatan menunjuk kuasa, kuasa insidentil, atau
1 Pemerintah mewujudkan Gugatan Sederhana melalui Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana (“PERMA 2/2105”) sebagaimana telah direvisi 1x (satu kali) melalui Peraturan
Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2019 (“PERMA 4/2019”).
2Lihat Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Tentang Perubahan Atas Peraturan Mahkamah Agung Nomor 2 Tahun 2015
Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana, Perma No. 4 Tahun 2019, Ps. 3 Ayat (1).
(4) Penggugat dan tergugat wajib menghadiri secara langsung setiap persidangan dengan
atau tanpa didampingi oleh kuasa, kuasa insidentil atau wakil dengan surat tugas dari
institusi penggugat.4
2. Lama Berperkara
Paling lama 25 hari sejak sidang hari pertama.6
Perkara Gugatan Sederhana jauh lebih cepat karena tidak ada tuntutan provisi, eksepsi,
rekonvensi, intervensi, replik, duplik, maupun kesimpulan.7
4 Ibid., PERMA 4/2019, Ps. 4 Ayat (1), (2), (3), (3a), (4).
6 Lihat Indonesia, Peraturan Mahkamah Agung Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan Sederhana, Perma No. 2 Tahun
9 Ibid., PERMA 2/2015, Ps. 21 Ayat (1) & Ps. 22 Ayat (1).
a. Pendaftaran;
b. Pemeriksaan kelengkapan gugatan sederhana;
c. Penetapan hakim dan penunjukan panitera pengganti;
d. Pemeriksaan pendahuluan;
e. Penetapan hari sidang dan pemanggilan para pihak;
f. Pemeriksaan sidang dan perdamaian;
g. Pembuktian; dan
h. Putusan (diucapkan atau diberitahukan jika ada pihak tidak hadir).
(Tambahan)
i. Upaya Hukum Keberatan (diajukan paling lambat 7 hari sejak putusan);
j. Pelaksanaan Putusan secara sukarela;
k. Surat Permohonan Eksekusi;
l. Penetapan Aanmaning;
m. Pelaksanaan Aanmaning.
Upaya Hukum
Dalam hal ada pihak yang keberatan terhadap Putusan, maka tersedia upaya hukum
mengajukan Keberatan, dengan menandatangani Akta Pernyataan Keberatan dihadapan
Panitera (disertai dengan alasan-alasannya). 17
Permohonan Keberatan ini diajukan paling lambat 7 hari sejak putusan diucapkan atau
pemberitahuan putusan, dengan mengisi blanko Permohonan Keberatan yang disediakan
di kepaniteraan (Permohonan Keberatan yang diajukan melampaui batas waktu dimaksud,
dinyatakan TIDAK DAPAT DITERIMA dengan Penetapan Ketua Pengadilan berdasarkan Surat
Keterangan Panitera).18
Putusan Keberatan menjadi putusan akhir yang tidak tersedia upaya hukum banding,
kasasi, maupun peninjauan kembali.19
EXECUTIVE SUMMARY
Hukum Acara Perdata di Indonesia mengenal ada 2 jenis Gugatan yaitu Gugatan
Contentiosa (atau disebut Gugatan biasa) dan Gugatan Voluntair (atau disebut Permohonan).
3. Ada pihak yang digugat (Tergugat); 3. Tidak ada pihak Tergugat (tidak ada
sengketa dengan pihak lain);
4. Dimungkinkan masuknya pihak ketiga 4. Tidak ada pihak ketiga yang ditarik
yang berkepentingan (Intervensi); sebagai lawan;
5
Kompetensi Absolut & Relatif
Pertanyaannya:
Pengadilan mana yang berwenang untuk memeriksa dan memutus perkara Gugatan?
Kompetensi Absolut berbicara mengenai Badan Peradilan mana yang berwenang untuk
menyelesaikan sengketa tagihan? Jawabannya adalah Badan Peradilan Umum melalui
Pengadilan Negeri, jadi bukan Peradilan Agama, bukan Peradilan Militer, bukan Peradilan Tata
Usaha Negara.
Kompetensi Relatif berbicara mengenai Pengadilan Negeri mana yang berwenang untuk
memeriksa dan memutus sengketa tagihan? Jawabannya adalah Pengadilan Negeri
sebagaimana disepakati oleh para pihak dalam perjanjian/kontrak.
Bagaimana jika para pihak tidak mengaturnya? Pasal 118 HIR/Pasal 142 RBg mengatur
setidaknya ada 7 patokan untuk menentukan pengadilan negeri yang berwenang, yaitu:
6
6. Kompetensi Relatif Berdasarkan Pemilihan Domisili
(para pihak dalam perjanjian dapat menyepakati domisili pilihan yakni menyepakati untuk
memilih Pengadilan Negeri tertentu yang akan berwenang menyelesaikan sengketa yang
timbul dari perjanjian);
7. Negara atau Instansi Pemerintah dapat Digugat pada Setiap Pengadilan Negeri
(dalam hal Pemerintah Indonesia bertindak sebagai penggugat atau tergugat mewakili negara,
gugatan dapat diajukan ke Pengadilan Negeri di mana departemen yang bersangkutan berada).
Setelah memilih Pengadilan Negeri mana yang berwenang untuk memeriksa dan memutus
sengketa tagihan, maka prosedur untuk mengajukan Gugatan ke Pengadilan Negeri adalah
sebagai berikut:
Penggugat wajib membayar panjar biaya perkara ke loket layanan bank, yang
merupakan perhitungan sementara atas biaya perkara, yang perhitungan finalnya
akan disampaikan dalam putusan pengadilan (umumnya pihak yang kalah yang
diputuskan untuk menanggung biaya perkara).
Biaya perkara mencakup biaya-biaya dalam proses pemeriksaan perkara, antara lain,
biaya kepaniteraan, meterai, relaas panggilan para pihak, panggilan saksi,
pemeriksaan setempat, pemberitahuan, eksekusi, dan biaya lainnya yang diperlukan
selama proses pemeriksaan dan persidangan.
7
3. Registrasi Perkara
Bukti SKUM dan bukti bayar panjar biaya perkara disampaikan kembali ke loket
pendaftaran untuk menerima bukti lunas beserta Gugatan yang sudah dicap stempel
sebagai bukti formal Gugatan sudah didaftarkan.
Registrasi Perkara adalah pencatatan Gugatan ke dalam Buku Register Perkara agar
Gugatan resmi terdaftar dan mendapatkan nomor perkara untuk dapat diproses lebih
lanjut. Pelimpahan Berkas Perkara kepada Ketua Pengadilan Negeri dilakukan
secepat mungkin dalam jangka waktu 7 hari sejak tanggal Registrasi Perkara agar
memenuhi prinsip-prinsip penyelesaian perkara secara cepat, sederhana, dan biaya
ringan.
Majelis Hakim terpilih kemudian menetapkan kapan hari sidang pertama, yang
dituangkan dalam surat penetapan selambat-lambatnya 7 hari sejak Majelis Hakim
menerima berkas perkara. Majelis Hakim akan memanggil secara resmi tersurat
kepada Penggugat dan Tergugat untuk hadir pada hari sidang yang telah ditentukan
(Selanjutnya persidangan akan dilakukan sesuai Hukum Acara Perdata yang berlaku).
Pada sidang pertama, Majelis Hakim akan memeriksa Legal Standing dan kemudian
wajib mengusahakan upaya perdamaian para pihak lewat proses mediasi 30 hari.
Para pihak dengan atau tanpa kuasa hukumnya wajib menghadiri proses mediasi
sebagaimana diatur dalam Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 Tentang
Prosedur Mediasi Di Pengadilan.
8
Jika mediasi berhasil, maka kesepakatan para pihak akan dituangkan dalam akta
perdamaian dan dibacakan di persidangan. Namun jika mediasi tidak berhasil
mencapai kesepakatan damai, maka pemeriksaan akan dilanjutkan dengan
pembacaan Gugatan.
Pada dasarnya, Replik adalah penegasan dari dalil-dalil Penggugat dalam Gugatan
setelah adanya Jawaban dari Tergugat, sedangkan Duplik adalah penegasan dari
dalil-dalil bantahan Tergugat dalam Jawaban setelah adanya Replik dari Penggugat.
9. Putusan Sela
9
10. Pembuktian
Tahap Pembuktian adalah tahap yang paling krusial, sebab para pihak perlu
membuktikan kebenaran yang didukung oleh bukti-bukti dokumen yang solid.
Adapun Hukum Acara Perdata sudah menentukan ada 5 (lima) alat-alat bukti yang
dapat diajukan di persidangan, yaitu: a. Surat; b. Saksi; c. Persangkaan; d. Pengakuan;
dan d. Sumpah.
Kesimpulan adalah tahapan yang penting, karena para pihak maupun kuasa hukum akan
menganalisa kembali dalil-dalil pokok perkara melalui pembuktian yang disediakan. Selain itu,
kesimpulan oleh para pihak juga akan menjadi pertimbangan lebih lanjut bagi Majelis Hakim
dalam menjatuhkan putusan.
12. Putusan
Putusan ini wajib diucapkan dalam sidang yang terbuka untuk umum dan haruslah sama
dengan yang dituangkan dalam bentuk tertulis yang merupakan akta otentik.
Upaya Hukum
Bagi pihak yang merasa tidak puas dengan Putusan Majelis Hakim ditingkat pertama,
dapat mengajukan upaya hukum Banding.
1. Banding
Pihak yang merasa tidak puas dengan Putusan Majelis Hakim ditingkat pertama
dapat mengajukan Banding dalam waktu paling lama 14 hari sejak putusan dibacakan
10
dihadapan para pihak atau diberitahukan secara resmi kepada pihak yang tidak hadir
saat pembacaan putusan.
Pihak yang mengajukan Banding (disebut Pemohon Banding) dapat (namun tidak
wajib) mengajukan Memori Banding, sedangkan pihak Terbanding akan diberi
kesempatan untuk mengajukan Kontra Memori Banding untuk menanggapi Memori
Banding.
2. Kasasi
Bagi pihak yang menolak putusan Banding yang dijatuhkan oleh Majelis Hakim di
Pengadilan Tinggi masih ada upaya hukum Kasasi, yaitu diberikan kesempatan
dalam 14 hari untuk mengajukan upaya hukum Kasasi kepada Mahkamah Agung
sejak pemberitahuan putusan.
Terhadap putusan yang telah inkracht van gewijsde (baik berupa putusan Kasasi, ataupun
putusan tingkat Pertama maupun tingkat Banding yang telah lewat waktu untuk mengajukan
upaya hukum), masih ada upaya hukum luar biasa yaitu Peninjauan Kembali (PK),
meskipun pengajuan PK tidak serta merta menunda pelaksanaan putusan inkracht van
gewijsde dimaksud.
11
Upaya hukum PK dapat diajukan kepada Mahkamah Agung dalam jangka waktu
paling lama 180 hari sejak putusan berkekuatan hukum tetap (atau sejak diketahuinya
salah satu bukti dibawah ini). Adapun alasan-alasan untuk mengajukan PK, yaitu:
a. Apabila putusan didasarkan pada suatu kebohongan atau tipu muslihat pihak
lawan yang diketahui setelah perkaranya diputus atau didasarkan pada bukti-
bukti yang kemudian oleh hakim pidana dinyatakan palsu;
c. Apabila telah dikabulkan suatu hal yang tidak dituntut atau lebih dari pada
yang dituntut;
e. Apabila antara pihak-pihak yang sama mengenai suatu soal yang sama, atas
dasar yang sama oleh Pengadilan yang sama atau sama tingkatnya telah
diberikan putusan yang bertentangan satu dengan yang lain; atau
f. Apabila dalam suatu putusan terdapat suatu kekhilafan Hakim atau suatu
kekeliruan yang nyata.
12
PENYELESAIAN TAGIHAN LEWAT ARBITRASE
EXECUTIVE SUMMARY
Ruang lingkup Arbitrase adalah sengketa keperdataan terbatas hanya (a) sengketa di
bidang perdagangan; dan (b) sengketa mengenai hak yang menurut hukum dan peraturan
perundang-undangan dikuasai sepenuhnya oleh pihak yang bersengketa (Sengketa yang
menurut peraturan perundang-undangan dianggap tidak dapat diadakan perdamaian tidak dapat
diselesaikan melalui arbitrase).
Untuk dapat menyelesaikan perkara lewat Arbitrase, maka para pihak wajib sepakat untuk
(a) memuat klausul Arbitrase sebagai pilihan penyelesaian sengketa dalam
kontrak/perjanjian; ataupun (b) menandatangani Perjanjian Arbitrase secara terpisah.
Arbiter sebagai Hakim pemutus di Arbitrase adalah profesional yang ahli dan
pengalaman di bidangnya, serta harus memiliki pengalaman dan menguasai secara
aktif di bidangnya paling sedikit 15 tahun, sehingga Arbiter memiliki kompetensi dan
memahami bidang usaha yang menjadi pokok permasalahan dalam sengketa. [Pasal
12 Ayat (1) huruf e UU 30/1999]
13
2. Batas Waktu 180 Hari
Para pihak dapat mengusulkan dan menyetujui untuk memperpanjang jangka waktu.
[Pasal 48 Ayat (2) UU 30/1999]
Putusan Arbitrase bersifat final dan mempunyai kekuatan hukum tetap dan mengikat,
serta para pihak diminta untuk melaksanakan Putusan Arbitrase secara sukarela.
[Pasal 60 UU 30/1999]
Dalam hal para pihak tidak melaksanakan putusan arbitrase secara sukarela, putusan
dilaksanakan berdasarkan perintah Ketua Pengadilan Negeri atas permohonan salah
satu pihak yang bersengketa. [Pasal 61 UU 30/1999]
4. Persidangan Tertutup
Di Indonesia ada berbagai macam Lembaga Arbitrase untuk menyelesaikan dispute sesuai
kekhususan sengketanya, antara lain:
14
3. Badan Mediasi Dan Arbitrase Asuransi (BMAI)
Lembaga Arbitrase khusus untuk menyelesaikan sengketa asuransi antara pemegang
polis dan perusahaan asuransi (lihat http://www.bmai.or.id/).
1. Notice of Arbitration
15
Setelah itu, permohonan akan didaftarkan ke dalam register BANI dan diperiksa
untuk ditentukan apakah BANI berwenang untuk melakukan pemeriksaan sengketa
tersebut.
3. Penunjukan Arbiter
Pada prinsipnya, para pihak dapat menyepakati untuk memilih Arbiter Tunggal
ataupun Majelis Arbiter ataupun menyerahkan keputusannya kepada BANI. Jika para
pihak sepakat memilih Majelis Arbiter maka para pihak menunjuk masing-masing 1
Arbiter dan ke-2 Arbiter yang ditunjuk akan menunjuk Arbiter ke-3.
5. Sidang Pemeriksaan
Selama 180 hari sejak ditetapkannya Arbiter, proses pemeriksaan dilaksanakan secara
tertutup dan tertulis menggunakan bahasa Indonesia untuk mendengar keterangan
dari para pihak yang bersengketa.
Putusan akhir ditetapkan paling lama 30 hari setelah ditutupnya persidangan dimana
terhadap putusan tersebut tidak dapat diajukan upaya hukum apapun, kecuali jika ada
dugaan pemalsuan, dokumen yang disembunyikan, dan tipu muslihat sehingga salah
satu pihak dapat mengajukan permohonan pembatalan ke Pengadilan Negeri.
16
PENYELESAIAN TAGIHAN LEWAT KEPAILITAN
EXECUTIVE SUMMARY
Sita Umum meliputi seluruh kekayaan Debitor pada saat Putusan Pernyataan Pailit
diucapkan dan segala sesuatu yang diperoleh selama Kepailitan, dengan pengecualian:
1. Benda, termasuk hewan yang benar-benar dibutuhkan oleh Debitor sehubungan dengan
pekerjaannya, perlengkapannya, alat-alat medis yang dipergunakan untuk kesehatan, tempat
tidur dan perlengkapannya yang dipergunakan oleh Debitor dan keluarganya, dan bahan
makanan untuk 30 hari bagi Debitor dan keluarganya, yang terdapat di tempat itu;
2. Segala sesuatu yang diperoleh Debitor dari pekerjaannya sendiri sebagai penggajian dari
suatu jabatan atau jasa, sebagai upah, pensiun, uang tunggu atau uang tunjangan, sejauh
yang ditentukan oleh Hakim Pengawas; atau
3. Uang yang diberikan kepada Debitor untuk memenuhi suatu kewajiban memberi nafkah
menurut undang-undang.
17
Atau dapat disederhanakan, syarat mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit, yaitu:
1. Adanya utang yang telah jatuh waktu (jatuh tempo) dan dapat ditagih;
2. Utang dimaksud dapat dibuktikan secara sederhana;
3. Permohonan diajukan terhadap Debitor yang mempunyai 2 (dua) atau lebih Kreditor;
Serta ada ketentuan tambahan dalam ketentuan Pasal 2 Ayat (3) s/d (5), yaitu:
1. Dalam hal Debitor adalah Bank, maka permohonan pernyataan pailit hanya dapat diajukan
oleh Bank Indonesia.
2. Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Efek, Bursa Efek, Lembaga Kliring dan Penjaminan,
Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, maka permohonan pernyataan pailit hanya dapat
diajukan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak berlakunya UU 21/2011.
3. Dalam hal Debitor adalah Perusahaan Asuransi, Perusahaan Reasuransi, Dana Pensiun, atau
Badan Usaha Milik Negara yang bergerak di bidang kepentingan publik, permohonan
pernyataan pailit hanya dapat diajukan ole Menteri Keuangan.
1. Jangka waktu pemeriksaan s/d Putusan Pernyataan Pailit diucapkan dibatasi selesai
dalam waktu 60 hari sejak permohonan pailit didaftarkan, lebih singkat
dibandingkan dengan Pengadilan secara normatif 5 bulan dan maupun Arbitrase 180
hari.
2. Ancaman yang sangat serius bagi Debitor jika gagal bayar dalam jangka waktu yang
ditentukan diatas, yaitu:
a. Seluruh utang Debitor diluar yang ditagihkan sejak putusan pernyataan pailit
seketika menjadi jatuh tempo dan dapat ditagih (due & payable).
b. Bagi Debitor yang kena pailit maka secara otomatis kepercayaan stakeholder
menjadi menurun termasuk customer, distributor, supplier, agen, dan rekanan.
Salah satu dampaknya, operation cost menjadi lebih mahal karena stakeholder
cenderung tidak mau lagi dibayar pakai cicilan/termin namun maunya dibayar
lunas di awal atau cash & carry.
c. Seseorang, yang dalam 5 tahun terakhir pernah dinyatakan pailit/bersalah atas
kepailitan suatu perusahaan, tidak dapat menjadi Direktur dan Komisaris
perusahaan lain. [Pasal 93 Ayat (1) dan Pasal 110 Ayat (1) UU 40/2007]
18
penjualan harta pailit akan dibagikan berdasarkan urutan prioritas kedudukan Kreditor,
yaitu: (umumnya)
19
3. Kreditor Separatis, yaitu Kreditor yang memegang hak jaminan kebendaan.
[Pasal 1134 Ayat (2) KUHPerdata]
Kesimpulan
Pentingnya Kreditor sebelum mengajukan Permohonan Pernyataan Pailit perlu untuk
melihat kedudukan Kreditor apakah Kreditor Separatis (apakah ada jaminan kebendaan),
Kreditor Preferen (apakah termasuk didahulukan pembayaran tagihannya), ataukah
Kreditor Konkuren.
20
PENYELESAIAN TAGIHAN LEWAT PKPU
EXECUTIVE SUMMARY
PKPU pada prinsipnya memberikan kesempatan kepada Debitor untuk menawarkan suatu
proposal perdamaian (rencana perdamaian) untuk membayar sebagian ataupun seluruh
utangnya (restrukturisasi) kepada para Kreditor.
1. Pengadilan memeriksa dan memutus Permohonan PKPU yang diajukan oleh Kreditor
dalam jangka waktu paling lambat 20 hari. [Pasal 225 Ayat (3) UU 37/2004]
2. PKPU Sementara, yaitu paling lama 45 hari sejak tanggal permohonan PKPU
dikabulkan atau Putusan PKPU Sementara diucapkan. [Pasal 225 Ayat (4) UU 37/2004]
3. PKPU Tetap (termasuk perpanjangannya), yaitu paling lama 270 hari sejak tanggal
permohonan PKPU dikabulkan atau Putusan PKPU Sementara diucapkan. [Pasal 228
Ayat (6) UU 37/2004]
Jika dalam 270 hari tidak tercapai sepakat perdamaian, maka pihak Debitor akan
secara otomatis dinyatakan pailit oleh pengadilan. [Pasal 285 Ayat (3) UU 37/2004]
Fokus Utama Kepailitan adalah melikuidasi aset-aset Debitor untuk “membayar utang-
utangnya” kepada Kreditor sesuai Daftar Pembagian yang dibuat berdasarkan hasil
pencocokan piutang; sedangkan, Fokus Utama PKPU adalah merestruktur utang-utang
Debitor dengan menawarkan Proposal Rencana Perdamaian yang mencakup tawaran
pembayaran sebagian atau seluruh utang kepada para Kreditor.
Adapun isi proposal perdamaian, umumnya berisi nilai utang dan cara bayar (dengan cara
mencicil) yang ditawarkan kepada para Kreditor, yang terdiri dari:
21
a. Keadaan bisnis/usaha Debitor dan prospek kedepannya;
b. Neraca keuangan dan aset-aset Debitor (asset disclosure); dan
c. Tawaran cara bayar dari Debitor, berikut penjelasannya sehingga harapannya
Kreditor teryakinkan dan menyetujui proposal perdamaian dimaksud.
Debitor perlu membuat Proposal Perdamaian yang semenarik mungkin, namun tetap dapat
dilaksanakan dengan baik oleh Debitor, supaya semakin besar harapan untuk proposal
dimaksud dapat diterima oleh para Kreditor (misal kapan dan berapa cicilan atas tagihan
akan dibayarkan; dan apakah make sense proposal dimaksud.
a. Persetujuan lebih dari ½ jumlah Kreditor Konkuren (yang haknya diakui) yang
hadir pada rapat Kreditor, yang mewakili paling sedikit ⅔ bagian dari seluruh
tagihan yang diakui; dan
a. Harta Debitur > jauh lebih besar daripada jumlah yang disetujui dalam Proposal
Perdamaian;
b. Pelaksanaan perdamaian tidak cukup terjamin;
c. Perdamaian itu dicapai karena penipuan, atau persekongkolan dengan satu atau
lebih Kreditor, atau karena pemakaian upaya lain yang tidak jujur dan tanpa
menghiraukan apakah Debitor atau pihak lain bekerja sama untuk mencapai hal
ini; dan/atau
d. Imbalan jasa dan biaya yang dikeluarkan oleh ahli dan pengurus belum dibayar
atau tidak diberikan jaminan untuk pembayarannya.
22
Apabila Pengadilan menolak mengesahkan Rencana Perdamaian, maka Pengadilan wajib
menyatakan Debitor Pailit dalam putusan yang sama dan harus diumumkan dalam
sedikitnya 2 (dua) surat kabar harian.
23
PENYELESAIAN TAGIHAN LEWAT LAPORAN POLISI
Pada prinsipnya, sengketa keperdataan harus diselesaikan secara keperdataan, baik lewat
Gugatan ataupun Arbitrase, dan tidak bisa dilaporkan secara pidana ke Kepolisian. Akan
tetapi, jika kuasa hukum Kreditor dapat menemukan adanya unsur pidana (yang biasanya
terdapat pada tahap pra-transaksi dan tahap pelaksanaan transaksi itu sendiri), maka Kreditor
dapat melaporkan kepolisian setempat. Dalam hal ini, perlu kejelian seorang Lawyer untuk
bisa menemukan adanya unsur pidana dalam suatu kejadian yang adalah tagihan nyangkut
dengan pengalaman yang cukup.
Tindak pidana ekonomi pada prinsipnya adalah suatu kejahatan yang dilakukan karena
atau terkait motif ekonomi, seperti misalnya kejahatan money laundering, atau kejahatan
24
menggunakan perangkat komputer/internet (computer crimes). Namun KUHP dalam Buku
Kedua tentang Kejahatan juga mengatur tentang tindak pidana terkait ekonomi, antara lain:
Dalam Pemerasan, ancamannya berupa “kekerasan” dan merupakan delik biasa yang
tidak perlu persetujuan korban untuk memproses, sedangkan dalam Pengancaman,
ancamannya berupa “pencemaran nama baik” atau “ancaman akan membuka
rahasia” yang merupakan delik aduan yang artinya polisi hanya bisa memproses jika
korban yang mengadu atau melaporkan ke kepolisian.
25
yang seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu. Dalam hal ini, diperlukan adanya
unsur “pemakaian surat palsu tersebut telah menimbulkan kerugian” untuk bisa
melaporkan tindak pidana pemalsuan surat ke kepolisian.
Pada akhirnya, penyelesaian tagihan nyangkut bertujuan untuk INGIN DIBAYAR, dimana
sebelum terlaksananya pembayaran dimaksud akan ada negosiasi (perlawanan) secara alot,
karenanya kreditur perlu positioning alias punya “kartu truf” dalam negosiasi.
Dalam menagih melalui laporan polisi, maka kartu trufnya adalah pada saat berhasil naik
status penyidikan, penetapan tersangka, tangkap 1x24jam, dan tahan 20 hari, saat itulah
(berdasarkan pengalaman) Kreditur cenderung akan lebih proaktif untuk menyelesaikan
dengan cara segera membayar penuh dan melunasi tagihan dimaksud.
26