Anda di halaman 1dari 22

GUGATAN SEDERHANA

Azharaya Fawzia Prasetio 160690944


Cindya Mulia Kencana 1606909952

Muhammad Reza Fauzan 1606910102

Kevin Hendry William 1606909901

Rayhandithya Karim Purwoko 1606909593

Ronald Atma Pisensa 1606871953

Kevyn Fiorentino Akbar 1606871801


DASAR HUKUM
 Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor
2 Tahun 2015 Tentang Tata Cara Penyelesaian Gugatan
Sederhana. (PERMA 2/2015)
APA ITU GUGATAN SEDERHANA?
 Penyelesaian Gugatan Sederhana adalah tata cara
pemeriksaan di persidangan terhadap gugatan perdata
dengan nilai gugatan materil paling banyak Rp
200.000.000 yang diselesaikan dengan tata cara dan
pembuktiannya sederhana (Pasal 1 PERMA 2/2015)
PERKARA
 Penyelesaian dengan gugatan sederhana hanya bisa
digunakan untuk perkara wanprestasi dan Perbuatan
Melawan Hukum (PMH).
 Yang tidak termasuk dalam gugatan sederhana adalah
perkara yang penyelesaian sengketanya dilakukan
melalui pengadilan khusus sebagaimana diatur di dalam
peraturan perundang-undangan atau sengketa hak atas
tanah. (Pasal 3 ayat (2) PERMA 2/2015)
SIAPA YANG BISA MENGAJUKAN GUGATAN
SEDERHANA?

 Seluruh subjek hukum, baik orang perseorangan ataupun


badan hukum. Pihak yang mengajukan gugatan
sederhana tidak lebih dari satu, kecuali memiliki
kepentingan hukum yang sama.(Pasal 4 ayat (1)
PERMA 2/2015)
SIAPA YANG BISA DIGUGAT DALAM GUGATAN
SEDERHANA?

 Orang perseorangan atau badan hukum merupakan pihak


yang dapat digugat dalam penyelesaian gugatan
sederhana. Untuk dapat diajukan dalam penyelesaian
gugatan sederhana, pihak tergugat harus diketahui tempat
tinggalnya dan harus berada dalam daerah hukum yang
sama. (Pasal 4 PERMA 2/2015)
KRITERIA GUGATAN SEDERHANA
 Pihak penggugat dan tergugat tidak boleh lebih dari satu
(kecuali kepentingan hukum sama)
 Penggugat dan tergugat diwajibkan hadir dalam
persidangan dengan atau tanpa kuasa hukum
 Tempat tinggal tergugat harus diketahui

 Dipimpin hakim tunggal


TAHAPAN PENYELESAIAN

Pemeriksaan
Pendaftaran Pembuktian
pendahuluan

Pemeriksaan Penetapan hari


kelengkapan sidang dan
Putusan
gugatan pemanggilan para
sederhana pihak

Penetapan Hakim
Pemeriksaan
dan penunjukan
siding dan
panitera
perdamaian
pengganti
PEMERIKSAAN PENDAHULUAN
 Pemeriksaan Pendahuluan sebagaimana di atur dalam
Pasal 11 PERMA 2/2015, adalah tahapan di mana
hakim menilai dan menentukan perkara tersebut adalah
gugatan sederhana.
 Jika hakim berpendapat perkara bukan gugatan
sederhana, maka dikeluarkan penetapan gugatan
sederhana tidak berlanjut.
BERAPA BIAYA YANG DIKELUARKAN DALAM
GUGATAN SEDERHANA?

 Panjar biaya perkara ditetapkan oleh Ketua Pengadilan


Negeri setempat. Panjar ini dibayar oleh penggugat.
Sedangkan biaya perkara dibebankan kepada pihak yang
kalah sesuai dengan amar putusan. (Pasal 8 PERMA
2/2015)
UPAYA HUKUM ATAS PUTUSAN GUGATAN
SEDERHANA?

 Mengajukan keberatan kepada Ketua Pengadilan dengan


menandatangani akta pernyataan keberatan di hadapan
panitera disertai alasan-alasannya. (Pasal 21 PERMA
2/2015)
 Permohonan keberatan diajukan paling lambat tujuh hari
setelah pemberitahuan putusan. (Pasal 22 PERMA
2/2015)
PUTUSAN KEBERATAN
 Putusan keberatan merupakan putusan akhir yang tidak
tersedia upaya hukum banding, kasasi atau peninjauan
kembali. (Pasal 30 PERMA 2/2015).
KUASA HUKUM
 Para pihak yang berperkara di dalam gugatan sederhana
tidak dapat diwakili kuasa hukum namun dapat
didampingi kuasa hukum. Maka para pihak diwajibkan
untuk hadir dalam persidangan walaupun kuasa hukum
telah hadir dalam persidangan. (Pasal 4 ayat (4)
PERMA 2/2015)
HAKIM
 Hakim berkewajiban untuk berperan aktif dalam hal:
 Memberi penjelasan mengenai acara gugatan
sederhana kepada dua belah pihak
 Mengupayakan penyelesaian secara damai dan
menyarankan melakukan perdamaian di luar
persidangan
 Menuntun dalam pembuktian
 Menjelaskan upaya hukum yang dapat
ditempuh
WAKTU PENYELESAIAN
 Penyelesaian terhadap gugatan sederhana paling lama
selama 25 hari sejak siding pertama.(Pasal 5 ayat (3)
PERMA 2/2015.
 Dalam jangka waktu tersebut para pihak tidak
diperbolehkan untuk mengajukan tuntutan provisi,
eksepsi, rekonvensi, intervensi, replik, duplik, atau
kesimpulan. (Pasal 17 PERMA 2/2015)
ANALISA PUTUSAN NO.
NO.2/PDT.G.S/2017.PN.BKS
KASUS POSISI
 Kasus Satrio Hendarto (Penggugat) Melawan Agung Eka
Dharma (Tergugat).

Diketahui bahwa dalam kasus ini, penggugat berkeinginan


untuk membuka usaha Bakmi Jawa Miroso, sedangkan
Tergugat juga berkeinginan untuk membuka Kafe Kopi
Konko. Tergugat menawarkan kerjasama kepada Penggugat
untuk membuka usaha Bakmi Jawa miroso di ruko milik
Tergugat dengan lokasi di Duren Sawit, Jakarta Timur.
Tergugat menawarkan konsep kerjasama dengan sistem bagi
hasil penjualan bakmi Jawa Miroso yaitu 80% Penggugat dan
20% Tergugat. Mekanisme hariannya uang penjualan akan
terkumpul di kasir dan diberikan kepada Penggugat dan
partnernya kemudian per 2 hari akan ditransfer kepada
Penggugat.

Dalam kasus tersebut, diketahui bahwa Penggugat dan Tergugat
memiliki tiga perjanjian.
1. Pada perjanjian pertama pada tanggal 31 Mei 2016, (Penggugat
dan Tergugat) setuju pengembalian dana dengan nilai Rp.
10.000.000,- akan dilakukan 2 minggu setelah dana diterima
Tergugat atau selambatnya 1 minggu setelah gerai Bakmi Jawa
Miroso duren sawit operasional.
2. Perjanjian Kedua, para pihak (Penggugat dan Tergugat) setuju
pengembalian dana pinjaman dengan nilai Rp. 14.331.000,- dan
omset penjualan Bakmi Jawa Miroso dengan nilai 2.747.200,-
sehingga total nilai 17.078.200,- akan dilakukan 1 minggu setelah
surat pernyataan ditandatangani atau selambatnya tanggal 28 Juli
2016.
3. Perjanjian ketiga, Para pihak setuju pengembalian sisa deposit
uang listrik akan dilakukan pada saat kerjasama usaha antara
Bakmi Jawa Miroso dan Kopi Konko berakhir.

Sampai dengan gugatan diajukan, Tergugat tidak memenuhi janji pada


perjanjian pertama, perjanjian kedua, dan perjanjian ketiga. Tergugat
pun tidak melakukan pengembalian dana sesuai dengang perjanjian-
perjanjian tersebut.
ANALISA
Putusan No.2/Pdt.G.S/2017.PN.Bks. Memenuhi unsur mengenai
Gugatan Sederhana, antara lain :

1. Masing-masing Penggugat dan Tergugat merupakan subjek hukum


dengan kepentingan hukum yang sama.
2. Penggugat dan Tergugat berdomisili di daerah hukum Pengadilan
yang sama, sesuai dengan Pasal 4 PERMA 2/2015.
Penggugat berdomisili di Bekasi, dan Tergugat pun berdomisili di
bekasi.
3. Gugatan sederhana dilakukan terhadap perkara wanprestasi.
Hal ini dinyatakan oleh Penggugat pada halaman 2 dan 3, angka 1,
huruf a, b, c, dan d dari putusan tersebut.
4. Nilai gugatan materiil kurang dari Rp 200.000.000, sesuai dengan
Pasal 3 (1) PERMA 2/2015.
Hal ini dapat ditemukan di halaman 2 huruf e mengenai kerugian
yang diderita oleh penggugat, yakni sebesar Rp 14.178.200.
Mekanisme gugatan sederhana berdasarkan Pasal
5 PERMA 2/2015 yaitu,
 Pendaftaran;
 Pemeriksaan kelengkapan gugatan sederhana;
 Penetapan Hakim dan penunjukan panitera
pengganti;
 Pemeriksaan pendahuluan;
 Penetapan hari sidang dan pemanggilan para
pihak;
 Pemeriksaan sidang dan perdamaian;
 Pembuktian; dan
 Putusan.
Tergugat dan Penggugat telah memenuhi sesuai
unsur dari Mekanisme Gugatan Sederhana. Dalam
eksekusinya, Tergugat dan Penggugat telah
menempuh jalur perdamaian karena hal tersebut
merupakan bagian dari prosedur gugatan
sederhana, namun para pihak yang bersengketa
tidak berhasil menjalankan perdamaian, yang
pada akhirnya Hakim mengabulkan gugatan
penggugat dan menyatakan demi hukum bahwa
Tergugat telah sah dan terbukti melakukan
Wanprestasi, dan menghukumnya untuk
mengembalikan semua uang pinjaman milik
Penggugat dan membayar biaya perkara.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai