FAKULTAS HUKUM
PROGRAM STUDI HUKUM
UNIVERSITAS WIRARAJA
T.A 2020/2021 GENAP
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat,
Taufik dan Hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga
makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun
pedoman bagi pembaca dalam hubungan negara dan kedaulatan. Harapan kami
semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah
ini sehingga kedepannya dapat lebih baik. Makalah ini kami akui masih banyak
kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu
kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan
yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................iii
BAB I.............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN............................................................................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................2
C. Tujuan..............................................................................................................................2
D. Metode ilmiah..................................................................................................................2
BAB 2............................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
1. Apa definisi Pengampuan ?..............................................................................................5
2. Siapa yang berhak mengajukan permintaan Pengampuan?...............................................6
3. Bagaimanakah ketentuan pengampuan dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata?. .8
BAB 3..........................................................................................................................................11
PENUTUP....................................................................................................................................11
A. Kesimpulan....................................................................................................................11
Daftar Pustaka............................................................................................................................13
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Penyusunan Makalah inidimaksudkan untuk menambah pengetahuan tentang materi
instrumen pemerintahan di negara indonesia
D. Metode Ilmiah
2
BAB 2
PEMBAHASAN
3
Menurut Indroharto (1993: 139-140) dalam hukum tata usaha negara, norma-
norma yang ada tersusun secara bertingkat-tingkat. Artinya, peraturan hukum
yang akan diterapkan tidak begitu saja kita temukan dalam undang-undang,
tetapi dalam kombinasi peraturanperaturan dan keputusan-keputusan tata usaha
negara yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Lebih lanjut Indroharto
menyebutkan:
1. Keseluruhan norma hukum administrasi negara dalam masyarakat memiliki
struktur bertingkat dari yang sangat umum yang terkandung dalam perundang-
undangan sampai pada norma yang paling individual dan konkrit yang
dikandung dalam penetapan tertulis (beschikking).
4
Berdasarkan skema ini, selanjutnya menghasilkan empat macam sifat norma
hukum, yaitu:
5
Istilah perundang-undangan secara harfiah dapat diartikan peraturan yang
berkaitan dengan undang-undang, baik peraturan itu berupa undang-undang
sendiri maupun peraturan lebih rendah yang merupakan atribusian ataupun
delegasian undangundang. Atas dasar atribusi dan delegasi kewenangan
perundang-undangan, maka yang tergolong peraturan perundang-undangan
di negara kita ialah undang-undang dan peraturan perundang-undangan
yang lebih rendah daripadanya seperti; Peraturan Pemerintah, Keputusan
Presiden (Kepres) yang berisi peraturan, Keputusan Menteri (Kepmen) yang
berisi peraturan, dan Keputusan-keputusan lain yang berisi peraturan
(Hamid Attamimi, 1992.
6
2. Pasal 1 angka 2 UU RI No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan
Peraturan Perundang-undangan, mengartikan peraturan perundang-
undangan sebagai peraturan tertulis yang memuat norma hukum yang
mengikat secara umum dan dibentuk atau ditetapkan oleh lembaga negara
atau pejabat yang berwenang melalui prosedur yang ditetapkan dalam
peraturan perundang-undangan.
4. Tidak hanya ditujukan pada fakta hukum tertentu, tetapi untuk berbagai
fakta hukum yang dapat berulang-ulang.
7
Kewenangan membuat peraturan perundang-undangan seharusnya menjadi
ranah wilayah lembaga legislatif kalau kita berpedoman kepada ajaran Trias
Politika, tetapi menurut Bagir Manan (1995: 335) ada beberapa alasan yang
menjadi dasar diberikannya kewenangan membuat peraturan perundang-
undangan kepada eksekutif (pemerintah), yaitu:
8
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
9
1. Peraturan perundang-undangan yang merupakan proses
pembentukan/proses membentuk peraturan-peraturan negara, baik
ditingkat pusat maupun daerah.
2. Peraturan perundang-undangan yang merupakan segala peraturan
negara, yang merupakan hasil pembentukan peraturan-peraturan, baik di
tingkat pusat maupun di tingkat daerah. Istilah perundang-undangan
secara harfiah dapat diartikan peraturan yang berkaitan dengan undang-
undang, baik peraturan itu berupa undang-undang sendiri maupun
peraturan lebih rendah yang merupakan atribusian ataupun delegasian
undangundang. Dalam konsep negara kesejahteraan (welfare state)
sebagaimana sudah disinggung dalam Bab III, tugas pemerintah tidak
hanya terbatas untuk melaksanakan undangundang yang telah dibuat oleh
lembaga legislatif. Dalam perspektif welfare state, pemerintah dibebani
kewajiban untuk menyelenggarakan kepentingan umum atau
mengupayakan kesejahteraan sosial, yang dalam menyelenggarakan
kewajiban itu pemerintah diberi kewenangan untuk campur tangan dalam
kehidupan masyarakat, dalam batas-batas yang diperkenankan oleh
hukum. Bersamaan dengan kewenangan untuk campur tangan tersebut,
pemerintah juga diberi kewenangan untuk membuat dan menggunakan
peraturan perundang-undangan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Kansil, C.S, T.H, SH. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta. Balai
Pustaka. 1989
Sulistyowati Tri, Sh, MH Ilmu Negara, Diktat. Jakarta. Fakultas Hukum Universitas Tri
Sakti. 2000
Asshidiqie, Jimly. Hukum Tata Negara Dan Pilar-Pilar Demokrasi. Jakarta. Konstitusi
Press. 2005
Asshidiqie, Jimly. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara. Jakarta. Sekretariat Jenderal
Dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi. 2006
11
Daftar Pustaka
12