Disusun oleh:
Fakultas Hukum
Universitas Pancasila
2021
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Outsourcing (alih daya) adalah salah satu pilihan strategis dalam mendukung
proses bisnis di perusahaan. Selain dalam rangka efisiensi, perusahaan pengguna
dimanjakan dengan beberapa keuntungan / manfaat dari kegiatan outsourcing. Satu
yang terpenting diantaranya adalah perusahaan pengguna dapat lebih fokus pada
strategi perusahaan, sehingga proses pencapaian tujuan perusahaan dapat terkontrol,
terukur dan akhirnya tercapai. Dalam outsourcing, khususnya outsourcing tenaga kerja
di Indonesia, dari sisi regulasi dan penerapannya selalu menjadi fenomena menarik. Isu
outsourcing selalu hangat, dan bahkan menghangat. Hal ini terjadi karena dampak
kehidupan ketenagakerjaan yang sangat dinamis. Di satu sisi, perusahaan ingin
memberdayakan sumber daya dari luar (Outsourcing), tetapi di sisi lain pekerja (buruh)
keberatan dan menolak, karena praktiknya diduga merugikan pihak tertentu.
PEMBAHASAN
PENUTUP
A. Kesimpulan
PT PLN jelas sekali melakukan banyak sekali kesalahan dan penyelewengan dalam
praktek operasi bisnis outsourcing ini dimulai dari Pekerjaan dengan jobdesk berlebihan dan
tidak efisien dalam pelaksanaannya. Tenaga kerja yang dialihdayakan ke vendor (agen) dalam
hal ini bekerja di PLN, tetapi mendapat perintah kerja dari perusahaan. Jam kerja mereka
ditegakkan dengan ketat, dan PLN menyediakan pekerjaan di luar perjanjian vendor.
Pembayaran Tunjangan Hari Raya (THR) sudah sesuai aturan selama 10-15 tahun terakhir.
B. Saran
Penulis berharap pihak outsourcing dan pemberi kerja menyepakati kebijakan bersama
mengenai pesangon bagi pegawai PKWT dan PKWTT. Namun, saat ini tidak ada aturan atau
peraturan yang mengatur tentang instruksi tertulis yang menentukan siapa yang bertanggung
jawab atas pesangon. Pengusaha atau industri diharapkan dapat membedakan antara kegiatan
inti dan non-inti dan membangun struktur hubungan kerjasama yang menjaga hak-hak pekerja
atau buruh. dan perusahaan outsourcing harus profesional dan taat hukum agar dapat menjadi
mitra bisnis yang dapat diandalkan berdasarkan kompetensi dan produktivitasnya.
Kemudian Pekerja atau buruh harus meningkatkan kompetensinya agar mampu bersaing di
era persaingan, sehingga dunia usaha dapat mengupayakan dan mempertahankan daya saing.
dan yang terpenting, perusahaan outsourcing harus profesional dan taat hukum agar dapat
menjadi mitra bisnis yang dapat dipercaya berdasarkan kompetensi dan produktivitasnya. dan
terpenting, melakukan pengawasan “akses” atas pelaksanaan perjanjian kerja antara
perusahaan penerima pekerjaan dengan karyawan atau buruh sebagaimana dimaksud dalam
perjanjian pemborongan atau perjanjian pemberian jasa.
REFERENSI
Buruh Bongkar Perilaku PLN kepada Pegawai Outsourcing. (2021, June 10). ekonomi.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20210610153033-85-652737/buruh-
bongkar-perilaku-pln-kepada-pegawai-outsourcing/amp
Heriani, F. N. (2012, July 10). Perlu Solusi Tepat Atasi Persoalan Outsourcing -
Hukumonline.com. hukumonline.com.
https://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4ffc094901da7/perlu-solusi-tepat-atasi-
persoalan-ioutsourcing-i
https://www.beritasatu.com/ekonomi/540617/solusi-hadapi-permasalahan-outsourcing
Laucereno, S. F. (2021, June 16). THR Akan Dibayar, Pekerja Outsourcing PLN Nggak Jadi
akan-dibayar-pekerja-outsourcing-pln-nggak-jadi-demo/amp
Lesmana, A. S. (2021, June 10). KSPI: PLN Rajanya Buruh Outsourcing di Indonesia.
suara.com. https://amp.suara.com/news/2021/06/10/162159/kspi-pln-rajanya-buruh-
outsourcing-di-indonesia
Http://Dx.Doi.Org/10.22212/Jekp.V2i1.162. Published.
Aksara)
diaksesdarihttps://theerlangga.wordpress.com/2010/09/03/kedudukan-outsourcing-di-
indonesia/ 2 Khairani, Kepastian Hukum Hak Pekerja Outsourcing, Raja Grafindo
diaksesdarihttps://theerlangga.wordpress.com/2010/09/03/kedudukan-outsourcing-di-
indonesia/