Anda di halaman 1dari 30

Oleh:

Yanuar Aditya Putra.S.H


Silabus

1. Latar Belakang : Problem Mapping in Outsourcing


2. Regulations of outsourcing & update (Permenaker No. 19 Tahun 2012 dan
SE No. 4 Tahun 2013)
3. Sub. Contractor vs Job Supply
Problem Mapping
Pekerja Pengusaha
-Pengaturan pembatasan praktek penyedia jasa tenaga -Apindo menolak penafsiran atas pelaksanaan alih daya
kerja tidak ada kepastian menjadi karyawan tetap. sebatas 5 pekerjaan penunjang, (penjelasan Pasal 66
-Tidak ada kepastian menjadi karyawan tetap. tertera “antara lain” dan ditegaskan badan pekerja tripnas
-Sebagai bentuk praktek tenaga murah, dibayar UMP terus batal demi hukum.
menerus. -Masih belum jelasnya batasan core dan non core.
-Kedekatan psikologis antara pekerja outsourcing dengan -Belum ada business proccess.
pekerja perusahaan pengguna -Administrasi & praktek yang tidak rapi di vendor.
-Overtime tidak dibayar. -Perjanjian perusahaan pengguna dan perusahaan
-Masa jeda 30 hari diabaikan. outsourcing tidak jelas (tidak ada)
-Karir karyawan outsourcing tidak jelas. -Atribut perusahaan pengguna yang digunakan pekerja
-Unskill : kompetensi buruh terkait dengan pekerjaan tidak outsourcing.
menunjukan pertumbuhan yang signifikan tetapi masalah -Adanya pembayaran langsung dari perusahaan pengguna
advokasi (increase). kepada pekerja outsourcing.
-Praktek outsourcing sebagai bentuk penekanan cost dan
eksploitasi pekerja (menjamurnya labor supply)
Pemerintah Lembaga outsourcing
-Pemerintah melakukan penafsiran atas pelaksanaan alih -Social security bukan sebuah isu utama.
daya sebatas lima jenis pekerjaan yang tertera dalam -Hubungan kerja PKWT terus menerus
penjelasan Pasal 66 UU 13/2003. -Lembaga tidak taat regulasi.
-Belum adanya stadardisasi kompetensi petugas dalam -Tidak berbadan hukum.
pengawasan. -Perjanjian perusahaan pengguna dan perusahaan
-Tidak ada ketentuan isi pengawasan yang jelas dalam outsourcing tidak jelas (tidak ada).
praktek outsourcing dan pelaksanaan pengawasan tidak -Perusahaan outsourcing tidak memiliki izin/telah
konsisten. kadaluarsa.
-Administrasi tidak rapi. -Perjanjian penyedia jasa tenaga kerja tidak didaftarkan ke
-Sebagai policy maker, tidak optimal dengan instansi.
mempersiapkan SOP, juklak dan kepastian hukum atas -Program pengembangan karyawan outsourcing bukan
praktek-praktek yang salah. merupakan keharusan.
-Tidak adanya alignment antara pusat dan daerah karena
faktor otonomi daerah. (daerah membuat regulasi tersendiri
terhadap outsourcing)
International Issues
1. Freedom of association, adanya diskusi di level internasional terhadap “right to
strike” menjadi bagian dari konvensi 87 yakni mengenai kebebasan berserikat. Buruh
di level international mengadvokasi pelaksanaan hak untuk mogok menjadi isu global
dan interpretasi atas mogok menjadi satu personil.
2. Minimum wages & social protection (social security), adanya diskusi international
terhadap “social protection” menjadi hak dasar yang harus dipenuhi oleh masing2
negara, berupa,
• Upah Layak
• Jaminan Kesehatan
• Jaminan Sosial di tempat kerja dan
• Jaminan atas Kepastian Pensiun, kesemua itu menjadikan setiap negara dituntut
untuk melaksanakan jaminan sosial ini.
3. Outsourcing issues, adanya tuntutan buruh international terhadap isu penghapusan
outsourcing, sebagai bentuk resiko atas eksploitasi tenaga kerja muda yang saat ini
digunakan sebagai tenaga kerja murah dan ketidak adanya harapan atas kepastian
kerja.
National Issues
1. Outsourcing issues, adanya tuntutan buruh nasional terhadap isu penghapusan
outsourcing, yang saat ini dianggap sebagai bentuk praktek-praktek mencari format
tenaga murah.
2. Freedom of association advocation, adanya tuntutan buruh nasional terhadap isu
freedom of association, dimana sesuai dengan UU 21/2000 menuntut semua pihak
untuk menghargai buruh untuk berserikat.
3. Collective labor agreement (PKB), adanya tuntutan buruh nasional terhadap
mendorong isi dari PKB, melingkupi semua benefit yang telah diberikan kepada
pekerja untuk dirundingkan dan ditentukan bersama.
4. Minimum wages issues, adanya tuntutan buruh nasional terhadap upah layak, untuk
jabodetabek di tahun 2014 diatas 3.2 juta atau naik 50%, hal ini sebagai bentuk
advokasi buruh yang sangat kuat dan menjadi agenda utama pergerakan mereka.
Regulations
1. UU No. 13 Tahun 2003 Tentang
What is Ketenagakerjaan
outsourcing? 2. Putusan MK No.27/PUU-IX/2011 terkait
outsourcing
3. Permenakertrans No. 19 Tahun 2012
Dasar hukum Outsourcing: tentang syarat-syarat pengalihan
Pasal 64 UU 13/2003 pekejaan kepada perusahaan lain
4. SE no. 4 tahun 2013 tentang pedoman
Perusahaan dapat menyerahkan pelaksanaan Permenakertrans No. 19
sebagian pelaksanaan Tahun 2012
pekerjaan kepada perusahaan lainnya
melalui perjanjian
pemborongan pekerjaan atau
penyediaan jasa pekerja/buruh
yang dibuat secara tertulis.
Regulations
(1) Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan
melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis.
(2) Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
a. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama;
b. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan;
c. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan
d. tidak menghambat proses produksi secara langsung.
(3) Perusahaan lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) harus berbentuk badan
hukum.
(4) Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), dan ayat (3), tidak
terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja pekerja/buruh dengan
perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja pekerja/buruh
dengan perusahaan pemberi pekerjaan.
Tujuan Outsourcing

1. Fokus pada kompetensi bisnis utama

2. Pengendalian/Penghematan Biaya Operasional

3. Memanfaatkan keahlian Perusahaan Outsource

4. Meningkatkan efisiensi dan pelayanan customer

5. Meminimalisir masalah dan risiko


Jenis-Jenis Outsourcing
Pasal 64 UU No 13 tahun 2003

Jenis-Jenis
Outsourcing

Penyediaan
Pemborongan
Jasa Pekerja/
Pekerjaan
Buruh
PEMBORONGAN PEKERJAAN

Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penerima


pemborongan harus memenuhi syarat sebagai berikut:
1. dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama baik manajemen maupun
kegiatan pelaksanaan pekerjaan;
2. dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi
pekerjaan;
3. merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan;
4. tidak menghambat proses produksi secara langsung.
Pekerja/buruh memiliki hubungan kerja dengan perusahaan penerima
pemborongan bukan dengan perusahaan pemberi pekerjaan.
PEMBORONGAN PEKERJAAN

Asosiasi sektor usaha harus membuat


alur kegiatan proses pelaksanaan
pekerjaan sesuai sektor usaha
masing-masing, yang
menggambarkan proses pelaksanaan
pekerjaan dari awal sampai akhir serta
memuat kegiatan utama dan kegiatan
penunjang dengan memperhatikan
persyaratan. Alur tersebut
dipergunakan sebagai dasar bagi
perusahaan pemberi pekerjaan dalam
penyerahan sebagian pelaksanaan
pekerjaan melalui pemborongan
pekerjaan.
PERUSAHAAN PENERIMA PEMBORONGAN

Perusahaan penerima pemborongan harus memenuhi persyaratan:

1 berbentuk badan hukum;

2 memiliki tanda daftar perusahaan;

3 memiliki izin usaha;

4 memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan.


PELAPORAN DAN PENDAFTARAN PEMBORONGAN
PEKERJAAN
Jenis pekerjaan penunjang yang akan diserahkan kepada perusahaan
penerima pemborongan harus dilaporkan oleh perusahaan pemberi
pekerjaan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pemborongan pekerjaan
dilaksanakan.

Perusahaan pemberi pekerjaan harus melaporkan secara tertulis setiap


perubahan jenis pekerjaan penunjang yang akan diserahkan melalui
pemborongan pekerjaan, kepada instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pemborongan pekerjaan
dilaksanakan.

Perjanjian pemborongan pekerjaan harus didaftarkan oleh perusahaan


penerima pemborongan kepada instansi yang bertanggung jawab
dibidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pemborongan pekerjaan
dilaksanakan.
Penerapan Outsourcing Pemborongan Pekerjaan
Company Asosiasi Disnaker Vendor

Mengajukan bisnis
Verifikasi Bisnis proses
proses ke asosiasi

Menetapkan jenis pekerjaan


Menetapkan bisnis
borongan berdasarkan bisnis
proses proses Menerima laporan jenis
pekerjaan yang
diborongkan
Mengisi dan melaporkan jenis
pekerjaan yang diborongkan
(form 1) dan/atau perubahan Menerbitkan bukti pelaporan
jenis pekerjaan yang (form 2) dan/atau bukti
diborongkan (form 3) pelaporan perubahan

Melakukan penawaran
Melakukan pencarian
dan seleksi vendor
Menyepakati perjanjian
kontrak
Menyusun *memuat syarat-syarat
tertentu
perjanjian/kontrak antara Melakukan pemeriksaan
perusahaan dan vendor perjanjian
Mendaftarkan perjanjian
pemborongan ke
Disnaker
Mengeluarkan bukti
pendaftaran (form 6)
PENYEDIAAN JASA PEKERJA/BURUH
Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh harus merupakan kegiatan jasa penunjang atau yang tidak
berhubungan langsung dengan proses produksi, meliputi:
1. usaha pelayanan kebersihan (cleaning service);
2. usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh (catering);
3. usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan);
4. usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan; dan
5. usaha penyediaan angkutan bagi pekerja/buruh
Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh dilarang menyerahkan
pelaksanaan sebagian atau seluruh pekerjaan yang diperjanjikan kepada
perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh lain.

Setiap perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh wajib membuat perjanjian


kerja secara tertulis dengan pekerja/buruh.
PERUSAHAAN PENYEDIA JASA PEKERJA/BURUH

Perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh harus memenuhi persyaratan:


1. berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT) yang didirikan berdasarkan
peraturan perundang-undangan;
2. memiliki tanda daftar perusahaan;
3. memiliki izin usaha;
4. memiliki bukti wajib lapor ketenagakerjaan di perusahaan;
5. memiliki izin operasional;
6. mempunyai kantor dan alamat tetap; dan
7. memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) atas nama perusahaan.
PENCATATAN, PELAPORAN DAN PENDAFATARAN
PENYEDIAAN JASA PEKERJA/BURUH

Perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh antara perusahaan pemberi


pekerjaan dengan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh harus
didaftarkan kepada instansi yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan.

Dalam hal perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh tidak didaftarkan dan


perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh tetap melaksanakan pekerjaan,
maka instansi yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan
provinsi mencabut izin operasional berdasarkan rekomendasi dari instansi
yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota.

Perjanjian kerja harus dicatatkan kepada instansi yang bertanggung jawab


di bidang ketenagakerjaan kabupaten/kota tempat pekerjaan dilaksanakan
Penerapan Outsourcing Penyediaan Jasa Pekerja
Company Disnaker PPJP/B (vendor) Pekerja/Buruh

Melakukan Melakukan penawaran


pencarian
dan seleksi
PPJP/B
Menerima dan menyetujui
perjanjian
Verifikasi isi perjanjian (form
7)
Menyusun perjanjian Melaporkan perjanjian
penyediaan jasa
Mengeluarkan bukti pekerja/buruh ke disnaker
pendaftaran perjanjian (form 7)
(form8)

Melakukan seleksi pekerja Mengajukan lamaran ke


Mengeluarkan Penolak (form outsourcing PPJP/B
9)

Verifikasi syarat dan isi


perjanjian kerja vendor Penerimaan pekerja
dengan karyawan vendor
(proses form 10)
Menyusun perjanjina
Mengeluarkan bukti mendaftarkan perjanjian
pencatatan perjanjian kerja antara PPJP/B (vendor)
(form 11) dengan pekerja (form 10)

Selesai
Six Step to Outsource

Pelaksanaan
Pembuatan
Perjanjian
Penentuan
Vendor
Penetapan
Pekerjaan
Yang Akan
Dialihkan
Pemenuhan
Syarat Dasar

EVALUASI KESELURUHAN
Best Practice
(1) Membuat suatu rangkuman/petunjuk pelaksanaan
tentang outsourcing yang dapat dijadikan panduan
penerapan outsourcing di Perusahaan. Kemudian grup
lini bisnis Perusahaan membuat guidance of
implementation outsourcing yang disesuaikan dengan
grup lini bisnis Perusahaan.
(2) Melaksanakan internal assesment tentang penerapan
outsourcing di Perusahaan, tujuannya adalah dalam
rangka memastikan penerapan outsourcing yang
sudah sesuai dengan regulasi yang ada.
(3) Mendorong pemerintah untuk segera membuat
kebijakan tentang petunjuk pelaksanaan (juklak) dan
petunjuk teknis (juknis) untuk penerapan outsourcing
di Indonesia.
Evidences Outsourcing
(1) TAHAP PERSYARATAN DASAR

1. Bukti keanggotaan dari asosiasi sektor usaha


terkait (contoh : kartu tanda anggota, surat
pernyataan, bukti daftar keanggotaan, dll);
2. Copy dokumen bisnis proses yang
dikeluarkan asosiasi sektor usaha (legalisir);
3. Dokumen bisnis proses perusahaan yang
memuat kegiatan kegiatan utama (core) dan
kegiatan penunjang (non core).
Evidences Outsourcing
(2) TAHAP PENETAPAN PEKERJAAN YANG
DIALIHKAN

1. Dokumen bisnis proses perusahaan yang memuat


kegiatan core dan non core;
2. Siapkan struktur organisasi PPJP/B;
3. Laksanakan Inteview langsung dengan tim HC
perusahaan (terkait), koordinator / Supervisor /
PIC dari PPJP/B.
Evidences Outsourcing
(2) TAHAP PENETAPAN PEKERJAAN YANG
DIALIHKAN

1. Dokumen bisnis proses perusahaan yang memuat


kegiatan core dan non core;
2. Siapkan struktur organisasi PPJP/B;
3. Laksanakan Inteview langsung dengan tim HC
perusahaan (terkait), koordinator / Supervisor /
PIC dari PPJP/B.
Evidences Outsourcing
(3) TAHAP PENENTUAN VENDOR

1. Akta pendirian yang dibuat notaris dan


pengesahan dari Kementerian Hukum dan HAM RI
(SK);
2. Akta perubahan anggaran dasar perusahaan dan
surat pengesahan dari Kemetrian Hukum dan
HAM.
3. dst
Evidences Outsourcing
(4) TAHAP PEMBUATAN PERJANJIAN

1. Dokumen perjanjian pelaksanaan pemborongan


pekerjaan antara perusahaan dan vendor;
2. Dokumen perjanjian pelaksanaan pemborongan
pekerjaan antara perusahaan dan vendor
3. Dst........
Evidences Outsourcing
(5) TAHAP PELAKSANAAN

1. Surat penunjukan tim khusus transisi proyek


2. Interview langsung dengan pihak yg menangani
vendor di perusahaan (berita acara interview).
3. Dst..........
Evidences Outsourcing
(6) TAHAP EVALUASI

1. Form (milik perusahaan) untuk evaluasi kinerja


vendor;
2. Laporan mengenai audit administrasi (kelengkapan
dokumen) vendor;
3. Laporan evaluasi terhadap pelaksanaan sistem
outsourcing di perusahaan secara keseluruhan.
Best Practice

Description Sub. Contraction Job Supply


Core/ Non Core All Non Core Non Core (5 type)
1. Cleaning
Services
2. Catering
3. Security
4. Support Oil &
Mining
5. Employee
Transport
Deliverables Product/ Service People Skill
Quality Come From Product/ Service People Competencies
Qualities
OUTSOURCING PEKERJA YANG TIDAK MEMENUHI
SYARAT
Penyedia jasa pekerja/buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan
yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus
memenuhi syarat sebagai berikut :
a. adanya hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh;
b. perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana huruf
a adalah PKWT yang memenuhi persyaratan dan/atau PKWTT yang
dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak;
c. perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta
perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia
jasa pekerja/buruh; dan
d. perjanjian antara perusahaan pengguna jasa pekerja/buruh dan
perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal
sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai