Anda di halaman 1dari 14

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Sejak pertama kali diperkenalkan, sistem kepegawaian Outsourcing selalu menuai kontroversi. Berbagai tentangan muncul terhadap sistem ini. Serikat tenaga kerja termasuk salah satu pihak yang menentang sistem ini. Mulai dari ketidakpastian masa depan, hirarki pegawai kelas 2 dan usaha pihak perusahaan untuk lepas tanggungjawab menjadi sedikit dari banyak masalah yang menjadi alasan penentangan ini. Disisi lain pihak usahawan sangat mendukung sistem kepegawaian ini dengan alasan efisiensi. Pemerintah yang diharapkan menjadi penengah pun dianggap tidak memuaskan oleh kedua pihak. Hal ini cukup beralasan dikarenakan pemerintah di satu sisi ingin menjamin kesejahteraan tenaga kerjanya, tapi disisi lain mendukung sistem ini dengan alasan mengurangi pengangguran. Benturan semacam inilah yang menjadi kontroversi utama sistem kepegawaian outsourcing ini. Permasalahan manajemen kepegawaian outsourcing ini juga merambah dunia telekomunikasi. Perusahaan telekomunikasi Indonesia juga menggunakan sistem kepegawaian outsourcing ini disamping sistem pegawai tetap. Pegawai-pegawai outsourcing digunakan jasanya oleh perusahaan telekomunikasi hampir sama atau bahkan lebih dari penggunaan jasa pegawai tetap. Akan tetapi disisi lain pegawai-pegawai outsourcing merasa feed back kembali atas jasa yang mereka berikan, terkesan tidak adil dibandingkan pegawai tetap. Hal inilah yang diangkat oleh penulis dalam hal ini permasalahan kepegawaian outsourcing di PT Telkomsel cabang Makassar. 1.2 Maksud Penulisan Maksud penulisan makalah mengenai permasalahan manajemen kepegawaian outsourcing ini, guna lebih mengenal mengenai sistem ini, serta untuk mengetahui kekurangan-kekurangan yang dimiliki sehingga terjadi permasalahan pada manajemen kepegawaian ini. 1.3 Tujuan Penulisan Adapun tujuan penulisan ini adalah: 1. Untuk menambah pengetahuan tentang Sistem kepegawaian Outsoucing 2. Untuk lebih mengenal dan mengetahui Sistem manajemen kepegawaian Outsorcing PT Telkomsel Tbk Cabang Makassar, serta mancari cara-cara yang terbaik guna memperbaiki sistem ini sehingga menjadi lebih baik bagi semua pihak. 1.4 Pembatasan Masalah Mengingat masalah mengenai manajeman kepegawaian outsourcing di PT Telkomsel Tbk cabang Makassar sangat kompleks, maka penulis membatasi penulisan ini terbatas pada permasalahan umum yang timbul dari manajemen kepegawaian outsourcing di PT Telkomsel Tbk. 1.5 Metode Pengumpulan Data Di dalam pembahasan karya tulis ini, kami memperoleh data dengan metode literature atau study pustaka, yaitu perolehan data dengan cara membaca atau mempelajari buku-buku dan web yang berkaitan dengan sistem kepegawaian outsourcing. 1

1.6 Sistematika Penulisan Untuk lebih memahami isi dari makalah ini, maka kami membuat sistematika sebagai berikut : Bab I Pendahuluan menjelaskan mengenai latar belakang, tujuan, pembatasan masalah, metode pengumpulan data dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Umum berisi tentang Penjelasan tentang apa itu outsourcing, manajemen outsourcing di PT Telkomsel Tbk dan Permasalahan Manajemen Kepegawaian Outsourscing PT Telkomsel Tbk Cabang Makassar. Bab III Penutup terdiri atas kesimpulan dan saran.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Apa itu Outsourscing Outsourcing terbagi atas dua suku kata: out dan sourcing. Sourcing berarti mengalihkan kerja, tanggung jawab dan keputusan kepada orang lain. Outsourcing dalam bahasa Indonesia berarti alih daya. Dalam dunia bisnis, outsourcing atau alih daya dapat diartikan sebagai penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan yang sifatnya non-core atau penunjang oleh suatu perusahaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa pekerja/buruh. Mengapa kita harus mengalihkan pekerjaan yang sifatnya non-core? Karena perusahaan lain dapat mengerjakannya dengan lebih murah, lebih cepat, lebih baik dan yang lebih utama lagi adalah... karena kita punya pekerjaan lain yang sifatnya core yang lebih penting. Di Indonesia terdapat Undang-Undang yang mengatur tentang Outsourcing yaitu UndangUndang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan:

Pasal 64 Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau penyediaan jasa Pekerja/Buruh yang dibuat secara tertulis. Berdasarkan ketentuan pasal di atas, outsourcing dibagi menjadi dua jenis: 1. Pemborongan pekerjaan Yaitu pengalihan suatu pekerjaan kepada vendor outsourcing, dimana vendor bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pekerjaan yang dialihkan beserta hal-hal yang bersifat teknis (pengaturan oerasional) maupun hal-hal yang bersifat non-teknis (administrasi kepegawaian). Pekerjaan yang dialihkan adalah pekerjaan yang bisa diukur volumenya, dan fee yang dikenakan oleh vendor adalah rupiah per satuan kerja (Rp/m2, Rp/kg, dsb.). Contoh: pemborongan pekerjaan cleaning service, jasa pembasmian hama, jasa katering, dsb. 2. Penyediaan jasa Pekerja/Buruh Yaitu pengalihan suatu posisi kepada vendor outsourcing, dimana vendor menempatkan karyawannya untuk mengisi posisi tersebut. Vendor hanya bertanggung jawab terhadap manajemen karyawan tersebut serta hal-hal yang bersifat non-teknis lainnya, sedangkan hal-hal teknis menjadi tanggung jawab perusahaan selaku pengguna dari karyawan vendor. Untuk pembahasan selanjutnya, istilah outsourcing akan disesuaikan dengan jenis kedua, yaitu outsourcing dalam bentuk penyediaan jasa pekerja/buruh.

3. Pekerjaan yang Dapat Dialihkan Berdasarkan Undang-Undang No.13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan: Pasal 65 1. Penyerahan sebagian pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lain dilaksanakan melalui perjanjian pemborongan pekerjaan yang dibuat secara tertulis. 2. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut: a. Dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; b. Dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; c. Merupakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; dan d. Tidak menghambat proses produksi secara langsung. 3. Perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus berbentuk badan hukum. 4. Perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja bagi Pekerja/Buruh pada perusahaan lain sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sekurang-kurangnya sama dengan perlindungan kerja dan syarat-syarat kerja pada perusahaan pemberi pekerjaan atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 5. Perubahan dan/atau penambahan syarat-syarat sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur lebih lanjut dengan Keputusan Menteri. 6. Hubungan kerja dalam pelaksanaan pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam perjanjian kerja secara tertulis antara perusahaan lain dan Pekerja/Buruh yang dipekerjakannya. 7. Hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dapat didasarkan atas perjanjian kerja waktu tidak tertentu atau perjanjian kerja waktu tertentu apabila memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 59. 8. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan ayat (3), tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja Pekerja/Buruh dengan perusahaan penerima pemborongan beralih menjadi hubungan kerja Pekerja/Buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan. 9. Dalam hal hubungan kerja beralih ke perusahaan pemberi pekerjaan sebagaimana dimaksud pada ayat (8). maka hubungan kerja Pekerja/Buruh dengan pemberi pekerjaan sesuai dengan hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (7).

Pasal 66

1. Pekerja/Buruh dari perusahaan penyedia jasa Pekerja/Buruh tidak boleh digunakan oleh pemberi kerja untuk melaksanakan kegiatan pokok atau kegiatan yang berhubungan langsung dengan proses produksi, kecuali untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi. 2. Penyediaan jasa Pekerja/Buruh untuk kegiatan jasa penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi harus memenuhi syarat sebagai
4

berikut : a. Adanya hubungan kerja antara Pekerja/Buruh dan perusahaan penyedia jasa Pekerja/Buruh; b. Perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja sebagaimana dimaksud pada huruf (a) adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam pasal 59 dan/atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua belah pihak; c. Perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja, serta perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa Pekerja/Buruh; dan d. Perjanjian antara perusahaan pengguna jasa Pekerja/Buruh dan perusahaan lain yang bertindak sebagai perusahaan penyedia jasa Pekerja/Buruh dibuat secara tertulis dan wajib memuat pasal-pasal sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini. 3. Penyedia jasa Pekerja/Buruh merupakan bentuk usaha yang berbadan hukum dan memiliki izin dari instansi yang bertanggung jawab dibidang ketenagakerjaan. 4. 4. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ayat (2) huruf (a), huruf (b), dan huruf (d) serta ayat (3) tidak terpenuhi, maka demi hukum status hubungan kerja antara Pekerja/Buruh dan perusahaan penyedia jasa Pekerja/Buruh beralih menjadi hubungan kerja antara Pekerja/Buruh dan perusahaan pemberi pekerja.

Berdasarkan ketentuan dalam pasal 65 ayat 2 dan pasal 66 ayat 1, pekerjaan yang dapat dialihkan adalah pekerjaan yang bersifat penunjang dan tidak berhubungan langsung dengan proses produksi, atau dalam istilah bisnis disebut sebagai non-core. PENTING: Perusahaan harus memastikan bahwa pekerjaan yang dialihkan memenuhi persyaratan sebagaimana tercantum dalam pasal 65 dan pasal 66 untuk menghindari terjadinya perubahan status hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh beralih menjadi hubungan kerja antara pekerja/buruh dan perusahaan pemberi pekerja.

R.Djokopranoto dalam materi seminarnya menyampaikan bahwa : Dalam teks UU no 13/2003 tersebut disebut dan dibedakan antara usaha atau kegiatan pokok dan kegiatan penunjang. Ada persamaan pokok antara bunyi UU tersebut dengan praktek industri, yaitu bahwa yang di outsource umumnya (tidak semuanya) adalah kegiatan penunjang (non core business), sedangkan kegiatan pokok (core business) pada umumnya (tidak semuanya) tetap dilakukan oleh perusahaan sendiri. Namun ada potensi masalah yang timbul. Potensi masalah yang timbul adalah apakah pembuat dan penegak undang-undang di satu pihak dan para pengusaha dan industriawan di lain pihak mempunyai pengertian dan interpretasi yang sama mengenai istilah-istilah tersebut. Kesamaan interpretasi ini penting karena berdasarkan undang-undang ketenagakerjaan outsourcing (Alih Daya) hanya dibolehkan jika tidak menyangkut core business. Dalam penjelasan pasal 66 UU No.13 tahun 2003, disebutkan bahwa : 5

Yang dimaksud dengan kegiatan penunjang atau kegiatan yang tidak berhubungan langsung dengan proses produksi adalah kegiatan yang berhubungan di luar usaha pokok (core business) suatu perusahaan.Kegiatan tersebut antara lain: usaha pelayanan kebersihan (cleaning service), usaha penyediaan makanan bagi pekerja/buruh catering, usaha tenaga pengaman (security/satuan pengamanan), usaha jasa penunjang di pertambangan dan perminyakan, serta usaha penyediaan angkutan pekerja/buruh. Interpretasi yang diberikan undang-undang masih sangat terbatas dibandingkan dengan kebutuhan dunia usaha saat ini dimana penggunaan outsourcing (Alih Daya) semakin meluas ke berbagai lini kegiatan perusahaan. Konsep dan pengertian usaha pokok atau core business dan kegiatan penunjang atau non core business adalah konsep yang berubah dan berkembang secara dinamis. Oleh karena itu tidak heran kalau Alexander dan Young (1996) mengatakan bahwa ada empat pengertian yang dihubungkan dengan core activity atau core business. Keempat pengertian itu ialah: Kegiatan yang secara tradisional dilakukan di dalam perusahaan. Kegiatan yang bersifat kritis terhadap kinerja bisnis. Kegiatan yang menciptakan keunggulan kompetitif baik sekarang maupun di waktu yang akan datang. Kegiatan yang akan mendorong pengembangan yang akan datang, inovasi, atau peremajaan kembali. Interpretasi kegiatan penunjang yang tercantum dalam penjelasan UU No.13 tahun 2003 condong pada definisi yang pertama, dimana outsourcing (Alih Daya) dicontohkan dengan aktivitas berupa pengontrakan biasa untuk memudahkan pekerjaan dan menghindarkan masalah tenaga kerja. Outsourcing (Alih Daya) pada dunia modern dilakukan untuk alasan-alasan yang strategis, yaitu memperoleh keunggulan kompetitif untuk menghadapi persaingan dalam rangka mempertahankan pangsa pasar, menjamin kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan. Dalam hal outsourcing (Alih Daya) yang berupa penyediaan pekerja, dapat dilihat pada perkembangannya saat ini di Indonesia, perusahaan besar seperti Citibank banyak melakukan outsource untuk tenaga-tenaga ahli, sehingga interpretasi outsource tidak lagi hanya sekadar untuk melakukan aktivitas-aktivitas penunjang seperti yang didefinisikan dalam penjelasan UU No.13 tahun 2003. Untuk itu batasan pengertian core business perlu disamakan lagi interpretasinya oleh berbagai kalangan. Pengaturan lebih lanjut untuk hal-hal semacam ini belum diakomodir oleh peraturan ketenagakerjaan di Indonesia. Perusahaan dalam melakukan perencanaan untuk melakukan outsourcing terhadap tenaga kerjanya, mengklasifikasikan pekerjaan utama dan pekerjaan penunjang ke dalam suatu dokumen tertulis dan kemudian melaporkannya kepada instansi ketenagakerjaan setempat. Pembuatan dokumen tertulis penting bagi penerapan outsourcing di perusahaan, karena alasan-alasan sebagai berikut : 1. Sebagai bentuk kepatuhan perusahaan terhadap ketentuan tentang ketenagakerjaan dengan melakukan pelaporan kepada Dinas Tenaga Kerja setempat; 2. Sebagai pedoman bagi manajemen dalam melaksanakan outsourcing pada bagianbagian tertentu di perusahaan; 3. Sebagai sarana sosialisasi kepada pihak pekerja tentang bagian-bagian mana saja di perusahaan yang dilakukan outsourcing terhadap pekerjanya;

4. Meminimalkan risiko perselisihan dengan pekerja, serikat pekerja, pemerintah serta pemegang saham mengenai keabsahan dan pengaturan tentang outsourcing di Perusahaan. Hubungan kerjasama antara Perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing tentunya diikat dengan suatu perjanjian tertulis. Perjanjian dalam outsourcing (Alih Daya) dapat berbentuk perjanjian pemborongan pekerjaan atau perjanjian penyediaan jasa pekerja/buruh. Perjanjian-perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus memenuhi syarat sah perjanjian seperti yang tercantum dalam pasal 1320 KUH Perdata, yaitu: 1. Sepakat, bagi para pihak; 2. Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan; 3. Suatu hal tertentu; 4. Sebab yang halal. Perjanjian dalam outsourcing (Alih Daya) juga tidak semata-mata hanya mendasarkan pada asas kebebasan berkontrak sesuai pasal 1338 KUH Perdata, namun juga harus memenuhi ketentuan ketenagakerjaan, yaitu UU No.13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Dalam penyediaan jasa pekerja, ada 2 tahapan perjanjian yang dilalui yaitu: 1. Perjanjian antara perusahaan pemberi pekerjaan dengan perusahaan penyedia pekerja/buruh ; Perusahaan dapat menyerahkan sebagian pekerjaan kepada perusahaan lain melalui perjanjian pemborongan pekerjaan atau perjanjian penyediaan jasa pekerja yang dibuat secara tertulis. Pekerjaan yang dapat diserahkan kepada perusahaan lain harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut : dilakukan secara terpisah dari kegiatan utama; dilakukan dengan perintah langsung atau tidak langsung dari pemberi pekerjaan; merupakakan kegiatan penunjang perusahaan secara keseluruhan; tidak menghambat proses produksi secara langsung. Dalam hal penempatan pekerja/buruh maka perusahaan pengguna jasa pekerja akan membayar sejumlah dana (management fee) pada perusahaan penyedia pekerja/buruh. 2. Perjanjian perusahaan penyedia pekerja/buruh dengan karyawan Penyediaan jasa pekerja atau buruh untuk kegiatan penunjang perusahaan hatus memenuhi syarat sebagai berikut : adanya hubungan kerja antara pekerja atau buruh dan perusahaan penyedia jasa pekerja atau buruh; perjanjian kerja yang berlaku dalam hubungan kerja adalah perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang memenuhi persyaratan dan atau perjanjian kerja waktu tidak tertentu yang dibuat secara tertulis dan ditandatangani oleh kedua pihak; perlindungan usaha dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja maupun perselisihan yang timbul menjadi tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh. Dengan adanya 2 (dua) perjanjian tersebut maka walaupun karyawan sehari-hari bekerja di perusahaan pemberi pekerjaan namun ia tetap berstatus sebagai karyawan perusahaan penyedia pekerja. Pemenuhan hak-hak karyawan seperti perlindungan upah dan kesejahteraan, syarat-syarat kerja serta perselisihan yang timbul tetap merupakan tanggung jawab perusahaan penyedia jasa pekerja.

Perjanjian kerja antara karyawan dengan perusahaan outsourcing (Alih Daya) dapat berupa Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) maupun Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT). Perjanjian kerja antara karyawan outsourcing dengan perusahaan outsourcing biasanya mengikuti jangka waktu perjanjian kerjasama antara perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing. Hal ini dimaksudkan apabila perusahaan pengguna jasa outsourcing hendak mengakhiri kerjasamanya dengan perusahaan outsourcing, maka pada waktu yang bersamaan berakhir pula kontrak kerja antara karyawan dengan perusahaan outsource. Bentuk perjanjian kerja yang lazim digunakan dalam outsourcing adalah Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Bentuk perjanjian kerja ini dipandang cukup fleksibel bagi perusahaan pengguna jasa outsourcing, karena lingkup pekerjaannya yang berubah-ubah sesuai dengan perkembangan perusahaan. Karyawan outsourcing walaupun secara organisasi berada di bawah perusahaan outsourcing, namun pada saat rekruitment, karyawan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari pihak perusahaan pengguna outsourcing. Apabila perjanjian kerjasama antara perusahaan outsourcing dengan perusahaan pengguna jasa outsourcing berakhir, maka berakhir juga perjanjian kerja antara perusahaan outsourcing dengan karyawannya. Beberapa keuntungan utama yang menjadi dasar keputusan untuk melakukan outsourcing adalah: 1. Fokus pada kompetensi utama Dengan melakukan outsourcing, perusahaan dapat fokus pada core-business mereka. Hal ini dapat dilakukan dengan memperbaharui strategi dan merestrukturisasi sumber daya (SDM dan keuangan) yang ada. Perusahaan akan mendapatkan keuntungan dengan memfokuskan sumber daya ini untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, dengan cara mengalihkan pekerjaan penunjang diluar corebusiness perusahaan kepada vendor outsourcing dan memfokuskan sumber daya yang ada sepenuhnya pada pekerjaan strategis yang berkaitan langsung dengan kepuasan pelanggan atau peningkatan pendapatan perusahaan. Jika perusahaan anda adalah perusahaan manufaktur atau jasa, bukankah lebih baik anda fokus pada core-business anda membuat produk atau jasa berkualitas tinggi yang dapat memuaskan keinginan pasar, daripada menghabiskan sumber daya perusahaan yang terbatas untuk menangani persoalan ketenagakerjaan? 2. Penghematan dan pengendalian biaya operasional Salah satu alasan utama melakukan outsourcing adalah peluang untuk mengurangi dan mengontrol biaya operasional. Perusahaan yang mengelola SDM-nya sendiri akan memiliki struktur pembiayaan yang lebih besar daripada perusahaan yang menyerahkan pengelolaan SDM-nya kepada vendor outsourcing. Hal ini terjadi karena vendor outsourcing bermain dengan economics of scale (ekonomi skala besar) dalam mengelola SDM. Sama halnya dengan perusahaan manufaktur, semakin banyak produk yang dihasilkan, semakin kecil biaya per-produk yang dikeluarkan. Bagi vendor outsourcing, semakin banyak SDM yang dikelola, semakin kecil juga biaya per-orang yang dikeluarkan. Selain itu, karena masalah ketenagakerjaan adalah core-business, efisiensi dalam mengelola SDM menjadi perhatian utama vendor outsourcing.

Dengan mengalihkan masalah ketenagakerjaan kepada vendor outsourcing, perusahaan dapat melakukan penghematan biaya dengan menghapus anggaran untuk berbagai investasi di bidang ketenagakerjaan termasuk mengurangi SDM yang diperlukan untuk melakukan kegiatan administrasi ketenagakerjaan. Hal ini tentunya akan mengurangi biaya overhead perusahaan dan dana yang dihemat dapat digunakan untuk proyek lain yang berkaitan langsung dengan peningkatan kualitas produk/jasa. Bagi kebanyakan perusahaan, biaya SDM umumnya bersifat tetap (fixed cost). Saat perusahaan mengalami pertumbuhan positif, hal ini tidak akan bermasalah. Namun saat pertumbuhan negatif, hal ini akan sangat memberatkan keuangan perusahaan. Dengan mengalihkan penyediaan dan pengelolaan SDM yang bekerja diluar core-business perusahaan kepada vendor outsourcing, perusahaan dapat mengendalikan biaya SDM dengan mengubah fixed cost menjadi variable cost, dimana jumlah SDM disesuaikan dengan kebutuhan core-business perusahaan. Pentingnya mengendalikan biaya SDM dapat kita lihat saat ini. Krisis yang disebabkan oleh kerapuhan dan ketidakpastian ekonomi serta politik global menyebabkan pendapatan perusahaan terus menurun. Hal ini diperparah dengan munculnya kompetitor-kompetitor baru yang membuat persaingan pasar menjadi tidak sehat. Situasi ini menyebabkan perusahaan-perusahaan baik besar maupun kecil berusaha keras untuk tetap bertahan hidup dengan cara melakukan PHK besar-besaran untuk mengurangi fixed cost yang umumnya berada dikisaran 60-70% dari total biaya rutin. Pernahkan anda melakukannya? PHK besar-besaran ini sebenarnya dapat dihindari apabila perusahaan dapat mengoptimalkan SDM-nya untuk bekerja di core-business saja dan mengalihkan SDM yang bekerja diluar core-business perusahaan kepada vendor outsourcing. 3. Memanfaatkan kompetensi vendor outsourcing Karena core-business-nya dibidang jasa penyediaan dan pengelolaan SDM, vendor outsourcing memiliki sumber daya dan kemampuan yang lebih baik dibidang ini dibandingkan dengan perusahaan. Kemampuan ini didapat melalui pengalaman mereka dalam menyediakan dan mengelola SDM untuk berbagai perusahaan. Saat menjalin kerjasama dengan vendor outsourcing yang profesional, perusahaan akan mendapatkan keuntungan dengan memanfaatkan keahlian vendor outsourcing tersebut untuk menyediakan dan mengelola SDM yang dibutuhkan oleh perusahaan. Untuk perusahaan kecil, perusahaan yang baru berdiri atau perusahaan dengan HRD yang kurang baik dari sisi jumlah maupun kemampuan, vendor outsourcing dapat memberikan kontribusi yang besar bagi perusahaan. Karena bila tidak ditangani dengan baik, pengelolaan SDM dapat menimbulkan masalah dan kerugian yang cukup besar bagi perusahaan, bahkan dalam beberapa kasus mengancam eksistensi perusahaan. 4. Perusahaan menjadi lebih ramping dan lebih gesit dalam merespon pasar Setiap perusahaan, baik besar maupun kecil, pasti memiliki keterbatasan sumber daya. Dengan melakukan outsourcing, perusahaan dapat mengalihkan sumber daya yang terbatas ini dari pekerjaan-pekerjaan yang bersifat non-core dan tidak berpengaruh langung terhadap pendapatan dan keuntungan perusahaan kepada pekerjaan-pekerjaan strategis core-business yang pada akhirnya dapat meningkatkan kepuasan pelanggan, pendapatan dan keuntungan perusahaan. Jika dilakukan dengan baik, outsourcing dapat membuat perusahaan menjadi lebih ramping dan lebih gesit dalam merespon kebutuhan pasar. Kecepatan merespon pasar ini menjadi competitive advantage (keunggulan kompetitif) perusahaan dibandingkan kompetitor. 9

Setelah melakukan outsourcing, beberapa perusahaan bahkan dapat mengurangi jumlah karyawan mereka secara signifikan karena banyak dari pekerjaan rutin mereka menjadi tidak relevan lagi. 5. Mengurangi resiko Dengan melakukan outsourcing, perusahaan mampu mempekerjakan lebih sedikit karyawan, dan dipilih yang intinya saja. Hal ini menjadi salah satu upaya perusahaan untuk mengurangi resiko terhadap ketidakpastian bisnis di masa mendatang. Jika situasi bisnis sedang bagus dan dibutuhkan lebih banyak karyawan, maka kebutuhan ini tetap dapat dipenuhi melalui outsourcing. Sedangkan jika situasi bisnis sedang memburuk dan harus mengurangi jumlah karyawan, perusahaan tinggal mengurangi jumlah karyawan outsourcingnya saja, sehingga beban bulanan dan biaya pemutusan karyawan dapat dikurangi. Resiko perselisihan dengan karyawan bila terjadi PHK pun dapat dihindari karena secara hukum hal ini menjadi tanggung jawab vendor outsourcing. Berbekal pengalaman yang panjang dalam melayani berbagai jenis perusahaan, vendor outsourcing dapat meminimalisir masalah-masalah yang mungkin timbul terkait dengan penyediaan dan pengelolaan SDM. 6. Meningkatkan efisiensi dan perbaikan pada pekerjaan-pekerjaan yang sifatnya non-core Saat ini banyak sekali perusahaan yang memutuskan untuk mengalihkan setidaknya satu pekerjaan non-core mereka dengan berbagai alasan. Mereka umumnya menyadari bahwa merekrut dan mengkontrak karyawan, menghitung dan membayar gaji, lembur dan tunjangan-tunjangan, memberikan pelatihan, administrasi umum serta memastikan semua proses berjalan sesuai dengan peraturan perundangan adalah pekerjaan yang rumit, banyak membuang waktu, pikiran dan dana yang cukup besar. Mengalihkan pekerjaan-pekerjaan ini kepada vendor outsourcing yang lebih kompeten dengan memberikan sejumlah fee sebagai imbalan jasa terbukti lebih efisien dan lebih murah daripada mengerjakannya sendiri. 2.2 Manajemen Outsourcing di PT Telkomsel Tbk Cabang Makassar PT Telkomsel Tbk. Seperti banyak perusahaan telekomunikasi lain juga menggunakan pegawai-pegawai outsourcing dalam kegiatan operasionalnya. Pegawai outsourcing digunakan di berbagai sektor operasional baik di sektor core maupun non core. Pegawai-pegawai outsourcing ini disediakan oleh beberapa perusahaan penyedia jasa outsourcing yang dipercaya dan telah menjalin kerjasama dengan PT Telkomsel Tbk. Di makassar khususnya, pegawai outsourcing biasanya disediakan oleh beberapa penyedia jasa outsourcing. Perusahaan penyedia jasa outsourcing menjadi rekanan Telkomsel guna mencari pegawai-pegawai outsourcing yang akan digunakan oleh telkomsel dalam kegiatan operasionalnya. Saat Telkomsel membutuhkan pegawai outsourcing, maka Telkomsel menghubungi Penyedia jasa outsourcing dan kemudian membuat kesepakatan kontrak dengan mereka yang berisi bahwa Perusahaan tersebut akan menyediakan pegawai outsoucing siap pakai yang akan digunakan oleh Telkomsel, dimana seluruh administrasi dan penggajiannya ditanggung sepenuhnya oleh penyedia jasa. Setelah kesepakatan itu, kemudian penyedia jasa melakukan proses perekrutan. Perekrutan dimulai dari proses penyeleksian pelamar, dimana penyedia jasa menyeleksi para pelamar yang telah mendaftar sebelumnya, atau pun merekrut langsung dari fresh graduate Politeknik maupun Universitas di lingkungan Sulawesi Selatan. 10

Setelah proses penyeleksian, dilakukan proses pengetesan. Tes ini dimaksudkan untuk mengetes skill dan kemampuan para pelamar. Biasanya tesnya berupa tes tulis dan wawancara. Dalam tes ini pihak Telkomsel dilibatkan. Pihak Telkomsel diberikan kesempatan langsung mengetes calon pelamar apakah para pelamar berkualifikasi untuk bekerja di lingkungan mereka. Setelah tes dilakukan maka pihak Telkomsel dan penyedia jasa akan melakukan pertemuan untuk mengevaluasi hasil tes ini. Hasil evaluasi ini kemudian akan ditindaklanjuti oleh pihak pihak penyedia jasa yaitu dengan memanggil kembali para pelamar yang dianggap lulus dalam evaluasi. Pelamar yang lulus evaluasi dipanggil kembali oleh penyedia jasa. Pelamar yang memenuhi panggilan itu kemudian akan melakukan pembicaraan dengan pihak penyedia jasa. Dari situ pelamar akan mengetahui bahwa mereka telah lulus tes dan jenis pekerjaan yang akan mereka lakukan di Telkomsel. Kemudian pelamar akan ditawari kontrak kerja oleh penyedia jasa. Kebanyakan kontrak kerja itu jangka waktunya 1 (satu) tahun, sejak pelamar mulai bekerja. Saat pelamar setuju dengan isi kontrak, maka pelamar akan menandatangani kontrak tersebut dan dianggap telah menjadi pegawai perusahaan penyedia jasa yang bekerja di PT Telkomsel Tbk Cabang Makassar sebagai pegawai outsourcing. Pegawai-pegawai outsourcing yang bekerja di PT Telkomsel Tbk Cabang Makassar menempati hampir semua lini operasional, mulai dari front office, administrasi, marketing bahkan sampai kegiatan teknis seperti perawatan dan maintanance perangkat diluar kegiatan teknis yang sudah ditenderkan ke pihak ketiga. Selama bekerja di Telkomsel, segala urusan non teknis seperti penggajian akan diurus sepenuhnya oleh pihak penyedia jasa. Hal ini berarti pihak Telkomsel tidak lagi mengurus masalah non teknis pegawai itu. Pihak Telkomsel hanya bersifat sebagai penilai kinerja pegawai outsoucing itu sampai kontrak kerja berakhir. 2.3 Permasalahan Manajemen Kepegawaian Outsourscing PT Telkomsel Tbk Cabang Makassar Setelah pemaparan diatas, dapat dilihat sistem kerja pegawai outsourcing di PT Telkomsel. Disitu dapat dilihat bahwa mereka bekerja sehari-hari di Telkomsel dan melaksanakan tugas-tugas dari Telkomsel, tapi mereka bukan pegawai Telkomsel. Banyak permasalahan pun yang muncul dalam manajemen kepegawaian macam ini. Permasalahan pertama yang terjadi adanya ketidakpuasan yang timbul di pegawai-pegawai outsourcing. Masalah kesejahteraan menjadi penyebab utama rasa ketidakpuasan ini. Pegawaipegawai outsourcing merasa pendapatan yang mereka peroleh tergolong rendah dibandingkan pekerjaan yang mereka lakukan. Hal ini juga dipengaruhi besaran gaji yang mereka peroleh berbeda jauh dengan besaran gaji pegawai tetap Telkomsel. Kemudian, dikarenakan sistem penggajian dan lain-lain ditanggung sepenuhnya oleh penyedia jasa para pegawai outsourcing jarang atau bahkan tidak pernah memperoleh bonus dari pekerjaan proyek yang mereka lakukan diluar THR. Hal ini sangat disayangkan karena kadang-kadang merekalah yang mengerjakan suatu pekerjaan proyek itu bersama-sama dengan pegawai tetap Telkomsel. Saat pekerjaan itu selesai dan bonus pekerjaan itu dibagikan, pegawai-pegawai outsorcing tidak memperoleh bagian dari bonus itu dengan alasan yang disebutkan tadi. Dari dua hal inilah, timbul banyak ketidakpuasan para pegawai outsourcing mengenai masalah kesejahteraan. Masalah kedua yang timbul yaitu tidak adanya kepastian jangka panjang untuk berkarir sebagai pegawai outsourcing. Hal ini dikarenakan kontrak kerja mereka yang tidak tetap dan banyaknya pegawai outsourcing yang setelah masa kontrak mereka habis, kontrak mereka tidak dilanjutkan lagi oleh penyedia jasa outsourcing.

11

Dengan adanya dua masalah tersebut, maka tingkat loyalitas dari pegawai outsourcing sangat rendah. Hal ini sangat disayangkan karena loyalitas merupakan hal penting yang harus dimiliki seorang pegawai dalam bekerja. Dengan rendahnya tingkat loyalitas ini, maka kinerja para pegawai outsourcing tidak menonjol, kebanyakan kinerjanya standar ataupun dibawah standar. Hal ini baik langsung maupun tidak tentunya berpengaruh besar dalam operasional Telkomsel. Dengan tidak adanya loyalitas pegawai dan kinerja yang hanya standar dari pegawai, maka kemajuan perusahaan pun hanya terkesan flat tanpa ada peningkatan besar yang berarti. Selain itu, banyak kasus, dimana para pegawai outsourcing yang lari dari pekerjaannya sebelum masa kontrak habis untuk memperoleh pekerjaan yang lebih baik. untuk itulah, menurut penulis, sistem kepegawaian outsourcing di PT Telkomsel Tbk Cabang Makassar harus diperbaiki.

12

BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pengamatan dalam pembuatan makalah, penulis menyimpulkan bahwa ada permasalahan yang cukup besar dalam sistem kepegawaian outsourcing di PT Telkomsel Tbk cabang Makassar yang sebaiknya cepat dibenahi untuk kemajuan PT Telkomsel sendiri. 3.2 Saran Penulis memiliki beberapa saran yang kiranya dapat membantu mengatasi permasalahan tersebut. Saran-saran itu adalah: Perlu adanya peningkatan kesejahteraan para pegawai outsourcing yang bekerja di PT Telkomsel. PT Telkomsel seharusnya dapat mendorong para Penyedia Jasa Outsourcing untuk meningkatkan salary pegawai outsourcing, dengan pembagian pendapatan yang lebih adil lagi. PT Telkomsel pun sebaiknya juga dapat memberi penghargaan langsung kepada pegawai outsourcing berupa bonus dari pekerjaan mereka tanpa melalui perusahaan penyedia jasa outsourcing. Hal ini perlu dilakukan karena para pegawai outsourcing juga bekerja dalam operasional Telkomsel yang berpengaruh besar dalam kemajuan Telkomsel sendiri. Bila hal ini dilakukan, tentunya akan terjadi peningkatan kinerja para pegawai outsourcing, dan tingkat loyalitas mereka makin tinggi. Perlunya ada jaminan kepastian jangka panjang berkarir bagi para pegawai outsourcing. Dalam hal ini PT Telkomsel dan penyedia jasa outsourcing sebaiknya bekerjasama dimana PT Outsourcing sebagai penilai dapat memberikan standar penilaian kinerja yang jelas dan transparan yang mana pegawai yang memuaskan dan dapat kontraknya dilanjutkan atau bahkan direkrut menjadi pegawai tetap, dan perusahaan penyedia jasa outsourcing dapat memberikan secara langsung semacam raport kinerja tiap pegawai outsourcing secara berkala. Hal ini tentunya dapat memacu pegawai outsourcing untuk bekerja lebih baik karena merasa dengan bekerja lebih baik, ada kepastian jangka panjang dalam berkarir.

13

DAFTAR PUSTAKA http://id-id.facebook.com/note.php?note_id=379169536049 diakses tanggal 08 Nopember 2010 http://id.wikipedia.org/wiki/Telkomsel diakses tanggal 08 Nopember 2010 http://indosdm.com/category/human-resources-management/outsourcing Nopember 2010 diakses tanggal 08

http://jurnalhukum.blogspot.com/2007/05/outsourcing-dan-tenaga-kerja.html diakses tanggal 08 Nopember 2010 http://www.jmt.co.id/outsourcing/index.php?option=com_content&view=article&id=44&Itemid=7 diakses tanggal 08 Nopember 2010

14

Anda mungkin juga menyukai