RUJUKAN
1. Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
2. Undang Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
3. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 19
Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksana Pekerjaan
Kepada Perusahaan Lain.
4. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Republik Indonesia Nomor 11 Tahun 2019
tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Tenaga Kerja Dan Trasmigrasi
Nomor 19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian Pelaksanaan
Pekerjaan Kepada Perusahaan Lain.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021 tentang Perjanjian Kerja Waktu Tertentu,
Alih Daya, Waktu Kerja dan Waktu Istirahat, Dan Pemutusan Hubungan Kerja
UU 13 TAHUN 2003 (UU KETENAGAKERJAAN)
1. Pasal 64 UU Ketenagakerjaan mengatur bahwa perusahaan dapat menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan lainnya melalui dua jenis/tipe alih daya (outsourcing)
yaitu pemborongan pekerjaan (job supply) atau penyediaan jasa pekerja/buruh (labor supply).
2. Pasal 65 dan Pasal 66 kemudian membahas pemborongan pekerjaan dan penyediaan jasa
pekerja/buruh secara berturut-turut termasuk jenis dan syarat pekerjaan penunjang yang dapat
diborongkan atau kegiatan jasa penunjang yang dapat dilakukan penyediaan jasa pekerja/buruh.
3. Pasal 65 dan Pasal 66 juga mengatur konsekuensi dari tidak dipenuhinya persyaratan penyerahan
sebagian pekerjaan, yaitu beralihnya hubungan kerja antara pekerja/buruh dengan perusahaan
penerima pemborongan atau perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh menjadi hubungan kerja
antara pekerja/buruh dengan perusahaan pemberi pekerjaan
Pemborongan pekerjaan :
1. Perusahaan harus melaporkan terlebih dahulu jenis kegiatan penunjang yang akan diserahkan ke perusahaan penerima
pemborongan pekerjaan kepada Dinas Tenaga Kerja daerah tempat pekerjaan dilakukan (“Disnaker”).
2. Perjanjian pemborongan pekerjaan perlu didaftarkan ke Disnaker.
3. Selain itu, perusahaan pemborongan hanya dapat menerima pengalihan pekerjaan untuk kegiatan penunjang (non-core)
yang ditetapkan berdasarkan alur kegiatan proses pelaksanaan pekerjaan oleh asosiasi sektor usaha yang
bersangkutan.
4. Terkait izin, perusahaan penyedia jasa pekerja/buruh harus mendapatkan izin dari instansi yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan.
1. Tidak ada pembatasan jenis pekerjaan (Core, non Core) sehingga membuka peluang untuk
semua jenis pekerjaan dapat di alih dayakan.
2. Jenis jasa yang diisyaratkan adalah jasa Pemborongan pekerjaan.
3. Hubungan Perusahaan Alih Daya dengan pekerja/buruh dapat dilakukan dengan Perjanjian
Kerja Waktu Tertentu (PKWT) dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).
4. Perlindungan terhadap upah, kesejahteraan, syarat kerja, dan perselisihan yang timbul
dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan menjadi tanggung
jawab perusahaan Alih Daya.
5. Perlindungan hak bagi pekerja/buruh apabila terjadi pergantian perusahaan Alih Daya dan
sepanjang objek pekerjaannya tetap ada.
6. Jaminan atas kelangsungan bekerja bagi pekerja/buruh yang tanggung jawabnya ada pada
perusahaan Alih Daya.
PT BLASOSEM PUTRA SEBAGAI PERUSAHAAN ALIH DAYA
1. Menetapkan Jenis Pekerjaan tertentu dan pada sektor tertentu sebagai kekuatan dan nilai jual
yang dapat dengan mudah diterima pasar.
2. Menetapkan layanan utama adalah jasa Pemborongan pekerjaan.
3. Orientasi pada skill, attitude dan knowledge pekerja yang berimbas pada meningkatnya
produktivitas pemberi kerja.
4. Melakukan perhitungan dengan cermat nilai pemborongan pekerjaan yang bersumber pada
hak, kesejahteraan dan keberlangsungan pekerja/buruh.
5. Hubungan dengan pekerja/buruh dilakukan dengan Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT)
atau Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT).
6. Pekerja/buruh adalah capital sehingga Jaminan kelangsungan bekerja bagi pekerja/buruh
harus diperioritaskan.