Anda di halaman 1dari 36

TENTANG

SYARAT-SYARAT PENYERAHAN
SEBAGIAN PELAKSANAAN
PEKERJAAN KEPADA
PERUSAHAAN LAIN
DASAR HUKUM

 UU NOMOR 13 TAHUN 2003

 PUTUSAN MK NOMOR ; 27 /PUU- IX/2011


(Atas gugatan Sdr.Didik Supriadi Surabaya)
( Fakta pekerja ukur meter PLN )
PUTUSAN MK NO.
27/PUU-IX/2011
 Frasa “….perjanjian kerja waktu tertentu” dalam Pasal
65 ayat (7) dan frasa “…perjanjian kerja untuk waktu
tertentu” dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b UU no 13 th
2003 tentang Ketenagakerjaan bertentangan dengan
UUD RI tahun 1945 sepanjang dalam perjanjian kerja
tersebut tidak disyaratkan pengalihan perlindungan
hak-hak bagi pekerja/buruh, yang obyek kerjanya
tetap ada walaupun terjadi pergantian perusahaan
yang melaksanakan sebagian pekerjaan borongan
dari perusahaan lain atau perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh.
Lanjutan
 Frasa “…..perjanjian kerja waktu tertentu” dalam Pasal
65 ayat (7) dan frasa “….perjanjian kerja untuk waktu
tertentu” dalam Pasal 66 ayat (2) huruf b UU no 13
tahun 2003 bertentangan dengan UUD Negara RI
sepanjang dalam perjanjian kerja tersebut tidak
disyaratkan adanya pengalihan perlindungan hak-
hak pekerja/buruh yang obyek kerjanya tetap ada,
walaupun terjadi pergantian perusahaan yang
melaksanakan sebagian pekerjaan borongan dari
perusahaan lain atau perusahaan penyedia jasa
pekerja/buruh.
INTI PUTUSAN MK NO 27/PUU-IX/2011

 Hubungan kerja pada usaha outsourcing


dilakukan berdasarkan perjanjian kerja
waktu tidak tertentu (PKWTT).
 Diperbolehkan menggunakan PKWT,
namun harus diatur tentang
kelangsungan bekerja bagi pekerja
tersebut, dalam hal pekerjaan yang
diserahkan kepada perusahaan lain
tersebut terus menerus ada.
PENYERAHAN
PEKERJAAN
( PEMBERI PEKERJAAN )

KONTRAKTOR
PENERIMA PEKERJAAN
PEMBORONGAN PENYEDIA JASA
PEKERJAAN PEKERJA/BURUH
( KONTRAK SERVICE)
BAB I
PEMBORONGAN PEKERJAAN
( KONTRAK SERVICE )

Penyerahan sebagian peleksanaan pekerjaan atas dasar


paket,Target, Volume dan hasil dengan nilai harga
SYARAT PENYERAHAN
PEKERJAAN
1. DILAKUKAN SECARA TERPISAH DARI KEGIATAN
UTAMA
2. DILAKUKAN DENGAN PERINTAH LANGSUNG
ATAU TIDAK LANGSUNG DARI PEMBERI
PEKERJAAN
3. MERUPAKAN KEGIATAN PENUNJANG
PERUSAHAAN SECARA KESELURUHAN
4. TIDAK MENGHAMBAT PROSES PRODUKSI
SECARA LANGSUNG
KEWAJIBAN PERUSAHAAN
PEMBERI PEKERJAAN
1. MEMBUAT ALUR KEGIATAN PROSES
PELAKSANAAN PEKERJAAN
2. MENENTUKAN KEGIATAN UTAMA DAN
KEGIATAN PENUNJANG
3. MENYERAHKAN ALUR KEGIATAN PROSES
PELAKSANAAN PEKERJAAN, KEGIATAN
UTAMA DAN PENUNJANG KEPADA
ASOSIASI SEKTOR USAHA UNTUK
DITETAPKAN
LANJUTAN ;
4.SETELAH MENDAPATKAN
PENETAPAN ALUR KEGIATAN,
PEKERJAAN PENUNJANG DARI
ASOSIASI SEKTOR, PERUSAHAAN
MELAPORKAN KEPADA INSTANSI
YANG BERTANGGUNG JAWAB
DIBIDANG KK KAB/KOTA TEMPAT
PEMBORONGAN PEKERJAAN
DILAKUKAN.
TATA CARA PELAPORAN JENIS
PEKERJAAN PENUNJANG

Mengajukan laporan tertulis kepada instansi yg


bertanggung jawab dibidang KK Kab/Kota tempat
pemborongan pekerjaan dilakukan, dengan
dilampiri :
1. Daftar Jenis pekerjaan penunjang yang akan
diserahkan kepada perusahaan pemborong
2. Copy Alur kegiatan proses pelaksanaan
pekerjaan, kegiatan utam dan kegiatan
penunjang yg telah ditetapkan oleh Asosiasi
sektor usaha.
SYARAT PERUSAHAAN
PENERIMA PEMBORONGAN
PEKERJAAN

1. BERBENTUK BADAN HUKUM


2. MEMILIKI TANDA DAFTAR PERUSAHAAN
3. MEMILIKI IZIN USAHA
4. MEMILIKI BUKTI WAJIB LAPOR
KETENAGAKERJAAN.
KEWAJIBAN PERUSAHAAN
PEMBORONG PEKERJAAN

1.MEMBUAT PERJANJIAN PEMBORONGAN PEKERJAAN


ANTARA PEMBERI PEKERJAAN DENGAN PEMBORONG

2.MENDAFTARKAN PERJANJIAN KEPADA INSTANSI YG


BERTANGGUNG JAWAB DI BIDANG KK KAB / KOTA
TEMPAT PEMBORONGAN PEKERJAAN DILAKUKAN 30
HARI KERJA SEBELUM PEKERJAAN DILAKUKAN,
DENGAN MELAMPIRKAN DRAF PERJANJIAN KERJA.
LANJUTAN

3.MEMBUATA PERJANJIAN KERJA ANTARA


PEMBORONG DENGAN PEKERJANYA (PKWT
ATAU PKWTT tetapi tetap memperhatikan pasal 59 UU No. 13
Tahun 2003 dan Kepmenaker No. 100 )
4.MENCATATKAN PERJANJIAN KERJA SETELAH
DITANDATANGANI KEDUA BELAH PIHAK,
KEPADA INSTANSI YG BERTANGGUNG JAWAB
DIBIDANG KETENAGAKEJAAN KAB / KOTA
TEMPAT PEMBORONGAN PEKERJAAN
DILAKUKAN.
TATA CARA PENDAFTARAN PERJAJIAN
PEMBORONGAN PEKERJAAN

Mengajukan pendaftaran secara terulis kepada Instansi


yg bertanggung jawab di bidang KK Kab/Kota tempat
pemborongan pekerjaan dilakukan, paling lambat 30 hari
kerja sejak ditandatangani dengan melampirkan :

1. Prrjanjian pemborongan pekerjaan antara perusahaan


pemberi pekerjaan dengan perusahaan pemborong

pekerjaan.
2. Draf perjanjian kerja antara perusahaan pemborong
pekerjaan dengan P/B yang dipekerjakan.
TATA CARA PENCATATAN PERJANJIAN KERJA
ANTARA PERUSAHAAN PEMBORNG PEKERJAAN
DENGAN P/B

Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Instansi yg


bertanggunga jawab di bidang KK Kab/Kota tempat pekerjaan
dilakukan, paling lambat 7 hari setelah ditanda tangai antara pekerja
dan pengusahan dengan dilampiri :
1. Rekapitulasi perjanjian kerja yang akan dicatatkan yang memuat :
a. Nama Pekerja/Buruh
b. Alamat Pekerja/Buruh
c. Jabatan
d. Besarnya Upah pokok dan tunjangan tetap
e. Masa perlakukanya perjanjian kerja
2. Copy perjanjian kerja keseluruhan atau sampel
BAB II
PENYEDIA JASA
PEKERJA/ BURUH

Penyerahan 5 jenis pekerjaan


Yang yang menentukan jumlah pekerja, kualifikasi
Pekerja dan besarnya upah serta fee
JENIS PEKERJAAN YANG DAPAT DISERAHKAN
MELALUI PENYEDIA JASA PEKERJA/BURUH

1.Usaha Pelayanan Kebersihan ( Clening


Service)
2.Usaha penyedia makanan bagi pekerja /
buruh ( Catering ).
3.Usaha tenaga pengamanan
4.Usaha jasa penunjang di pertambangan
dan perminyakan.
5.Usaha penyedia angkutan bagi P/B
PERSYARATAN PERUSAHAAN PENYEDIA
JASA PEKERJA/BURUH

1.Berbentuk Badan Hukum ( PT )


2.Memiliki Tanda Daftar Perusahaan
3.Memilik Ijin Usaha
4.Mempunya bukti wajib lapor ketenagakerjaan
5.MemilikI Ijin Operasiona Penyedia Jasa P/B dari
Instansi yg bertanggung jawab dibidang KK
Propinsi.
6.Mempunyai Kantor dan alamat tetap, di wilayah
Propinsi tempat IOP diterbitkan.
7.Memiliki NPWP
CARA UNTUK MENDAPATKAN IZIN
OPERASIOAN PPJP/B
Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Instansi yg bertanggung jawab
di bidang KK Propinsi, dengan melampirkan persyaratan :
1. CopyAkte pendirian/Anggaran dasar perusahaan yg di
dalamnya memuat kegiatan uasaha PJP/B.
2. Copy pengesahan sebagai bahdan hukum PT dari
Kemenkumham.
3. Copy SUIP
4. Copy TDP
5. Copy Wajaib Lapor Ketenagakerjaan
6. Pernyataan Kepemilikan kantor atau copy bukti penyewaan kantor yg
ditandatangani pimpinan perusahaan
7. Copy NPWP atas nama perusahaan
8. Pernyataan bersedia membuat perjanjian penyedia jasa P/B yang
Isinya sekurang-kurangnya memuat sebagaimana pasal 19 Permenakertran
RI No. 19 Tahun 2012.
KEWAJIBAN PERUSAHAAN
PENYEDIA JASA PEKERJA/BURUH

1. Membuat Perjanjian antara perusahaan


penyedia dan pemberi pekerjaan
2. Mendaftarkan kepada Instansi yang
bertanggung jawab di bidang KK Kab / Kota
tempat pekerjaan dilakukan
3. Membuat perjanjian kerja dengan pekerja yang
dipekerjakan berdasarkan PKWTT atau PKWT.
4. Mencatatkan perjanjian kerja kepada instansi
yg bertanggung jawab di bidang KK Kab / Kota
tempat pekerjaan dilakukan.
PERJANJIAN PENYEDIA JASA PEKERJA /
BURUH MINIMAL MEMUAT

1. Jenis pekerjaan yg akan dilakukan P/B dari


perusahaan penyedia.
2. Penegasan bhw perusahaan penyedia jasa P/B
bersedia menerima P/B dari perusahan
penyedia P/B sebelumnya unt jenis pekerjaan
yang terus menerus di perusahaan pemberi
pekerjaan.
3. Hubungan kerja ant perusahaan penyedia jasa
P/B dengan P/B yang dipekerjakan berdasarkan
PKWTT atau PKWT
TATA CARA PENDAFTARAN PERJANJIAN
PENYEDIA JASA PEKERJA/BURUH

Mengajukan pendaftaran secara terulis kepada Instansi yg


bertanggung jawab di bidang KK paling lambat 30 hari
kerja sejak ditandatangani dengan melampirkan :
1. Perjanjian Penyedia Jasa P/B antara perusahaan
pemberi kerja dengan perusahaan penyedia jasa P/B
2. Copy Izin Operasional perusahaan penyedia
jasa P/B yg masih berlaku
3. Draf perjanjian kerja antara perusahaan penyedia jasa
P/B dengan P/B yang di pekerjakan
ISI PERJANJIAN KERJA ANTARA
PERUSAHAAN DENGAN P/B MINIMAL :

1. Nama, alamat persh dan jenis usaha


2. Nama jns kelamin,umur dan alamat P/B
3. Jabata atau jenis pekerjaan
4. Tempat pekerjaan
5. Besarnya upah dan cara pembayarannya
6. Syarat kerja yg memuat hak dan kewajiban
perusahaan dan P/B.
7. Mulai dan jangka waktu berlakunya PK.
8. Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat
9. Tanda tangan para pihak dalam PK
10. Tanda tangan para pihak dalam PK.
DALAM HAL HUBUNGAN KERJA DIBUAT
PKWT YANG OBYEK KERJANYA TETAP
ADA MINIMAL HARUS MEMUAT ( Ps.29.2)
1.Jaminan Kelangsungan bekerja
2.Jaminan terpenuhinya hak-hak sesuai
dengan Peraturan UU dan yg dijanjikan
3.Jaminan perhitungan masa kerja apabila
terjadi pergantian perusahaan penyedia jasa
P/B untuk penetapan upah
HAK-HAK SESUAI PERATURAN UNDANG
YANG BERLAKU AL : Ps.29,(3)
1. Cuti tahunan yg telah memenuhi syarat
2. Hak atas jaminan sosial
3. Hak atas tunjangan hari raya
4. Hak atas istirahat mingguan
5. Hak menerima GR dalam hal hubungan kerja
diakhiri sebelum berakhirnya PK bukan karena
kesalahan pekerja.
6.Hak atas penyesuaian upah yg diperhitungkan
dari akumulasi masa kerja yg telah dilalui
7.Hak-hak lain sesuai Pertaturan, UU dan yang
telah dijanjikan sebelumnya.
TATA CARA PENCATATAN PERJANJIAN KERJA
PERUSAHAAN PENYEDIA JASA DENGAN P/B

Mengajukan permohonan secara tertulis kepada Instansi yg


bertanggunga jawab di bidang KK Kab/Kota tempat pekerjaan
dilakukan, paling lambat 7 haris setelah ditanda tangai antara pekerja
dan pengusahan dengan dilampiri :
1. Rekapitulasi perjanjian kerja yang akan dicatatkan yang memuat :
a. Nama Pekerja/Buruh
b. Alamat Pekerja/Buruh
c. Jabatan
d. Besarnya Upah pokok dan tunjangan tetap
e. Masa perlakukanya perjanjian kerja
2. Copy perjanjian kerja seluruhnya atau sampel
PERJANJIAN PJP/B DIPUTUS OLEH
PEMBERI KERJA
1. Dalam hal perusahaan pemberi pekerjaan tdk
melanjutkan Perjanjian penyedia jasa P/B dan
mengalihkan kpd PPJP lain, maka perusahaan penyedia
P/B yang baru harus melanjutkan PK yang telah ada
sebelumnya, tanpa mengurangi ketentuan yang ada
dalam PK yg telah disepakati.

Dalam hal terjadi pengalihan pekerjaan kepada PPJP


baru, maka masa kerja yang telah dilalui para P/B pada
PPJP yang lams harus tetap dianggap ada dan
diperhitungkan oleh PPJP yang baru.
LARANGAN
1. Perusahaan Pemberi pekerjaan dilarang menyerahkan pekerjaan
utama kepada perusahaan pemborong pekerjaan maupun
perusahaan penyedia jasa P/B
2. Perusahaan pemberi pekerjaan dilarang menyerahkan sebagian
pelaksanaan pekerjaan kepada perusahaan pemborong apabila
belum memiliki bukti pelaporan pekerjaan penunjang dari
instansi yg bertanggung jawab di bidang KK Kab/Kota tempat
pekrjaan dilakukan.
3. Perusahaan penyedia jasa P/B yang telah memperoleh pekerjaan
dari perusahaan pemberi pekerjaan, dilarang menyerahkan
sebagian atau seluruh pekerjaan yang diperjanjikan kepada
perusahaan penyedia jasa P/B lain.
AKIBAT HUKUM
DAN SANKSI
1.Perusahaan pemberi pekerjaan yang menyerahkan
pekerjaan utama kepada perusahaan pemborong
pekerjaan atau penyedia jasa P/B demi hukum
hubungan kerja beralih menjadi hubungan kerja waktu
tidak tertentu dengan perusahaan pemberi pekerjaan.
2. Perusahaan pemberi pekerjaan yang belum mempunyai
bukti pelaporan dari Instansi yg bertanggung jawab di
bidang KK, maka hubungan kerja antara P/B dengan
perusahaan penerima pemborongan pekerjaan, demi
hukum beralih kepada perusahaan pembeberi
pekerjaan.
LANJUTAN ;
3.Perusahaan pemberi keperjaan yang menyerahkan
sebagian pelaksanaan kepada perusahaan penyedia jasa
P/B, yg tidak memiliki Ijin Operasional Penyedia jasa
P/B maka hubungan kerja beralih kepada perusahaan
pemberi pekrjaan.
4.Perusahaan penyedia jasa P/B yang tidak mendaftarkan
perjanjian penyedia jasa P/B, tidak dapat melakukan
operasional pekerjaannya, dan apabila tetap
melaksanakan pekerjaannya maka Instansi yang
bertanggung jawab di bidang KK Propinsi mencabut Ijin
Operasional Penyedia Jasa P/B, berdasarkan
Rekomendasi dari Instansi yg bertanggung jawab di
bidang KK Kab/Kota.
LANJUTAN ;
5.Dalam hal obyek pekerjaanny tetap ada, dan hubungan
kerjanya PKWT antara perusahaan penyedia jasa P/B
dengan P/B yang dipekerjakan, tidak mencantumkan hak-
hak pekerja sebagaimana pasal 28 dan 29 Permenanker
Trans RI No. 19 Tahun 2012, maka hubungan kerja
menjadi PKWTT sejak Perjanjian kerja ditanda tangani.

6. Dalam hal P/B tidak memperoleh jaminan kelangsungan


bekerja , maka P/B dapat mengajukan gugatan kepada
Pengadilan Hubungan Industrial sesuai dengan
mekanisme Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004.
KETENTUAN PERALIHAN
Perusahaan pemberi pekerjaan,
perusahaan penerima pemborongan
pekerjaan, atau PPJP/B, wajib
menyesuaikan dengan ketentuan
Peraturan Menteri ini, paling lama 12
bulan sejak ditandatangani tanggal 19
Nopember 2012.
PENUTUP
ORANG - ORANG YANG SUKSES
MENEMPATKAN SUMBER DAYA
MANUSIA SEBAGAI NILAI YANG
TERTINGGI

ORANG ORANG YANG GAGAL


MENGANGGAP MANUSIA
SEBAGAI ALAT
Sekian dan terima kasis
SEMOGA MENJADI ORANG – ORANG
YANG SUKSES

Anda mungkin juga menyukai